investigasi dan analisa coverage area pemancar cdma di ... · kata kunci—okumura-hata, coverage...

10
NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 108 Investigasi dan Analisa Coverage Area Pemancar CDMA di Daerah Surabaya dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Nur Adi Siswandari dan Okkie Puspitorini Abstrak—Semakin meningkatnya pengguna sistem komunikasi wireless dengan mobilitas yang sangat tinggi, maka pengaturan spektrum frekuensi juga semakin sulit. Perlu diketahui bahwa mobilitas dapat menyebabkan terjadinya over- lapping dalam penggunaan band frekuensi, sehingga parameter yang utama yang berpengaruh terhadap performance sebuah sistem komunikasi harus diperhatikan. Pada paper ini telah dilakukan investigasi melalui pengukuran level daya terima dari sebuah pemancar menggunakan spectrum analyzer dengan antenna omnidirectional pada frekuensi 700 MHz - 1GHz, tetapi analisa ditekankan pada frekuensi CDMA. Untuk pengambilan sample daerah pengukuran dibagi dalam 3 katagori yaitu daerah urban, sub-urban dan rural. Parameter pengukuran meliputi perubahan jarak, lokasi dan ketinggian antenna penerima. Sedangkan skenario pengukuran menggunakan model Okumura-Hata. Data hasil pengukuran digunakan untuk menghitung pathloss, kemudian grafik pathloss digunakan untuk menentukan coverage area. Dari hasil penelitian telah diperoleh sebuah database yang dapat digunakan untuk mengetahui kepadatan frekuensi. Disamping itu telah dilakukan perhitungan pathloss yang digunakan untuk menentukan coverage area dari BTS CDMA yaitu didaerah urban sebesar 1,994km, Sub-urban 2,780km dan Rural 2,960km. Hal ini menunjukkan bahwa coverage area sebuah BTS sangat tergantung pada kondisi lingkungan disekitarnya. Informasi tersebut diwujudkan pada sistem informasi geografi dan ditampilkan pada sebuah peta elektronik. Kata Kunci—Okumura-Hata, Coverage Area, Spectrum analyzer, Pathloss, Urban, Sub-urban dan Rural 1 P ENDAHULUAN M ELALUI penelitian ini, sudah dilakukan penelitian tentang investigasi spektrum frekuensi dan telah menghasilkan sebuah data base tentang level daya fungsi lokasi, jarak dan ketinggian antenna penerima. Hasil peneli- tian ini diharapkan dapat digunakan oleh Dep- Kominfo untuk menata ulang alokasi band frekuensi yang masih kurang effektif dan un- tuk perencanaan kanal baru agar dapat men- gakomodasi kebutuhan spektrum frekuensi untuk komunikasi nirkabel masa mendatang dengan fleksibel. Komunikasi nirkabel masa mendatang yang dimaksud adalah komunikasi Nur Adi Siswandari, Jurusan Teknik Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Kampus PENS Sukolilo Surabaya E-mail: [email protected] Okkie Puspitorini, Jurusan Teknik Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya E-mail: [email protected]. yang akan diterapkan dalam berbagai sektor antara lain : sektor transportasi (darat, laut dan udara), telekomunikasi, perbankan, consumer electronic, pariwasata dan media massa. Sedangkan untuk mendukung pembuatan struktur manajemen frekuensi tidak cukup hanya dengan pembuatan database saja. Tetapi diperlukan juga monitoring frekuensi di daerah Surabaya yang dapat diakses oleh praktisi telekomunikasi dengan mudah. Oleh karena itu alangkah menariknya jika setiap daearah mempunyai data sebagai infra- struktur yang dapat memberikan informasi tentang kepadatan penggunaan frekuensi di daerah tersebut. Berdasarkan kebutuhan tersebut, maka pada penelitian ini telah dibuat sebuah sistem informasi geografi berupa peta elektronik. Melalui penelitian yang telah dilakukan se- belumnya [1][2], diperoleh bahwa Di Surabaya, sistem komunikasi wireless yang berkembang dengan pesat adalah provider sistem komu- ISSN: 2088-0596 c 2010 Published by EEPIS

Upload: phungcong

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 108

Investigasi dan Analisa CoverageArea Pemancar CDMA di Daerah Surabayadengan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Nur Adi Siswandari dan Okkie Puspitorini

Abstrak—Semakin meningkatnya pengguna sistem komunikasi wireless dengan mobilitas yang sangat tinggi, makapengaturan spektrum frekuensi juga semakin sulit. Perlu diketahui bahwa mobilitas dapat menyebabkan terjadinya over-lapping dalam penggunaan band frekuensi, sehingga parameter yang utama yang berpengaruh terhadap performancesebuah sistem komunikasi harus diperhatikan. Pada paper ini telah dilakukan investigasi melalui pengukuran level dayaterima dari sebuah pemancar menggunakan spectrum analyzer dengan antenna omnidirectional pada frekuensi 700MHz - 1GHz, tetapi analisa ditekankan pada frekuensi CDMA. Untuk pengambilan sample daerah pengukuran dibagidalam 3 katagori yaitu daerah urban, sub-urban dan rural. Parameter pengukuran meliputi perubahan jarak, lokasidan ketinggian antenna penerima. Sedangkan skenario pengukuran menggunakan model Okumura-Hata. Data hasilpengukuran digunakan untuk menghitung pathloss, kemudian grafik pathloss digunakan untuk menentukan coveragearea. Dari hasil penelitian telah diperoleh sebuah database yang dapat digunakan untuk mengetahui kepadatanfrekuensi. Disamping itu telah dilakukan perhitungan pathloss yang digunakan untuk menentukan coverage area dariBTS CDMA yaitu didaerah urban sebesar 1,994km, Sub-urban 2,780km dan Rural 2,960km. Hal ini menunjukkan bahwacoverage area sebuah BTS sangat tergantung pada kondisi lingkungan disekitarnya. Informasi tersebut diwujudkanpada sistem informasi geografi dan ditampilkan pada sebuah peta elektronik.

Kata Kunci—Okumura-Hata, Coverage Area, Spectrum analyzer, Pathloss, Urban, Sub-urban dan Rural

F

1 PENDAHULUAN

M ELALUI penelitian ini, sudah dilakukanpenelitian tentang investigasi spektrum

frekuensi dan telah menghasilkan sebuah database tentang level daya fungsi lokasi, jarakdan ketinggian antenna penerima. Hasil peneli-tian ini diharapkan dapat digunakan oleh Dep-Kominfo untuk menata ulang alokasi bandfrekuensi yang masih kurang effektif dan un-tuk perencanaan kanal baru agar dapat men-gakomodasi kebutuhan spektrum frekuensiuntuk komunikasi nirkabel masa mendatangdengan fleksibel. Komunikasi nirkabel masamendatang yang dimaksud adalah komunikasi

• Nur Adi Siswandari, Jurusan Teknik Telekomunikasi, PoliteknikElektronika Negeri Surabaya, Kampus PENS Sukolilo SurabayaE-mail: [email protected]

• Okkie Puspitorini, Jurusan Teknik Telekomunikasi, PoliteknikElektronika Negeri SurabayaE-mail: [email protected].

yang akan diterapkan dalam berbagai sektorantara lain : sektor transportasi (darat, laut danudara), telekomunikasi, perbankan, consumerelectronic, pariwasata dan media massa.

Sedangkan untuk mendukung pembuatanstruktur manajemen frekuensi tidak cukuphanya dengan pembuatan database saja.Tetapi diperlukan juga monitoring frekuensidi daerah Surabaya yang dapat diakses olehpraktisi telekomunikasi dengan mudah. Olehkarena itu alangkah menariknya jika setiapdaearah mempunyai data sebagai infra-struktur yang dapat memberikan informasitentang kepadatan penggunaan frekuensidi daerah tersebut. Berdasarkan kebutuhantersebut, maka pada penelitian ini telah dibuatsebuah sistem informasi geografi berupa petaelektronik.

Melalui penelitian yang telah dilakukan se-belumnya [1][2], diperoleh bahwa Di Surabaya,sistem komunikasi wireless yang berkembangdengan pesat adalah provider sistem komu-

ISSN: 2088-0596 c⃝ 2010 Published by EEPIS

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 109

nikasi seluler baik GSM maupun CDMA. Un-tuk itu pada penelitian ini dititik beratkan padaanalisa coverage area dari pemancar (BTS)provider CDMA (Code Division Multiple Access).

Dalam hal ini, kondisi performansi rata-rataakan menunjukkan ukuran persepsi pelangganmengenai kualitas yang akhirnya bermuarapada kepuasan pelanggan. Oleh karena ituseorang engineer diharapkan memiliki berba-gai pengetahuan untuk melakukan optimal-isasi sistem yang nantinya akan melibatkanberbagai solusi kompromi dari berbagai kon-disi trade-off yang akan dihadapi, salah satufaktor yang dapat digunakan untuk menen-tukan performansi sistem komunikasi nirkabeladalah coverage area. Dari kondisi seperti yangtelah diuraikan sebelumnya, maka pengatu-ran band frekuensi yang kurang cermat da-pat menyebabkan terjadinya overllaping padamasing-masing user. Oleh karena itu melaluihasil investigasi, perhitungan pathloss dan pe-nentuan coverage area dari sebuah BTS dihara-pkan dapat membantu memberikan informasikepada badan terkait untuk mengalokasikanband frekuensi baru yang mungkin diperlukan.

2 PROPAGASI

2.1 Model Propagasi

Model propagasi yang digunakan dalampenelitian ini adalah model Okumura-Hata,dimana model ini merupakan sebuah modelimpirik yang dapat diaplikasikan untuk mem-prediksikan pathloss dari hasil pengukuranlevel daya terhadap perubahan jarak [8].Sebenarnya persamaan standard pathloss darimodel Okumura-Hata hanya diperuntukanpada daerah urban, tetapi saat ini telahdiberikan faktor koreksi pada persamaantersebut sehingga dapat juga digunakan un-tuk menghitung pathloss pada daerah sub-urban dan rural asal memenuhi kriteria yangdisyaratkan sebagai berikut [8]:

• Range Frekuensi : 150 -2000 MHz• Jarak Tx-Rx : 1 - 20 Km• Tinggi antena BS : 30 - 200 m• Tinggi antena user : 1 - 10 m

2.2 PathlossBerdasarkan model yang digunakan padapoint 2.1 tersebut diatas, maka pathloss harusdihitung berdasarkan persamaan yang berlakusesuai daerah pengukuran. Model pathlossyang dikembangkan oleh Okumura-Hataberdasarkan pada pathloss free space model,dengan faktor koreksi yang disesuaikandengan kondisi lingkungan. Pathloss free spacemodel dapat dilihat seperti persamaan (1) [8].

PL = 10logPt

Pr

= −10logGtGrλ

2

(4π)2d2)(1)

dengan Pt dan Pr adalah daya pancar BTSdan daya terima pada user, t dan r adalahgain antena pemancar dan penerima, sedan-gkan d adalah jarak Tx dan Rx. Estimasi pathlossmenggunakan model Okumura-Hata dapat di-uraikan seperti persamaan (2) [8].

PL(O−H) = PL+A(f, d)−G(ht)−G(hr)−GAREA

(2)dengan A(f, d) adalah faktor koreksi yangberkaitan dengan terrain dan GAREA adalahgain dari kondisi lingkungan.

Daerah UrbanDaerah urban adalah daerah yang banyakterdapat bangunan tinggi seperti, rumah-rumah, pertokoan dan pohon-pohon besaryang tinggi. Pathloss daerah urban modelOkumura-Hata dapat dituliskan sepertipersamaan (3) [8].

L(urban)(dB) = A+Blog10d (3)

dengan

A = 69.55 + 26.16log10(fc) −13.82log10(hte)− α(Hre)

B = 44.9− 6.55log10(hte)

α(hte)= 3.2 (log1011.75(hre))2 − 4.97dB

Daerah Sub-UrbanPerbedaan pathloss daerah urban dengansub-urban terletak pada faktor reduksi karenakepadatan daerah berkurang, rumus pathlossdapat dilihat pada persamaan (4) [8].

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 110

L(sub) = L(urban)− 2 (log10(fc/28))2 − 5.4 (4)

Daerah RuralDaerah ini tidak terdapat pohon-pohondan bangunan-bangunan tinggi sepanjanglintasan pengukuran / jarak pandang 300sampai 400 m tidak ada halangan, sepertikawasan persawahan, ladang / lapanganterbuka. Pathloss daerah rural dapat dihitungberdasarkan persamaan (5) [8].

L(rural) =L(urban)− 4.78 (log10(fc))2−

18.33Log10fc − 40.98(5)

2.3 BreakpointBreakpoint merupakan batas daya minimumdari sebuah pemancar yang masih dapat diter-ima dengan baik oleh user [3]. Secara matem-atis breakpoint ditentukan berdasarkan grafiklevel daya terima (Pr) fungsi jarak menggu-nakan two ray model, dengan persamaan sepertiyang ditulis pada persamaan (6) dan didekatidengan persamaan regresi linier didasarkanpada hubungan fungsional ataupun kausalsatu variabel independen dengan satu variabeldependen.

Pr = Pt

)2 ∣∣∣∣ 1r1 e(−jkr1) + Γ(α)1

r2e(−jkr2)

∣∣∣∣2 (6)

dimana Pt adalah daya pancar, r1 adalahpancaran dari x ke titik saat memantul ketanah, dan Γ adalah koefisien refleksi. Besarnyakoefisien refleksi tergantung dari besar sudutdatang (α) yang dapat dihitung dengan per-samaan (7) [10].

r(θ) =cosθ − a

√ϵr − sin2θ

cosθ + a√ϵr − sin2θ

(7)

dimana θ = 90 − α dan a = 1/ϵr. untuk per-mukaan tanah, konstanta dielektrik relatifnyabernilai ϵr = 15− j60τλ, dan untuk konduktiv-itas permukaan tanah (τ) adalah 0,005 mho/m.Two ray model dapat dijelaskan seperti padaGambar 1 [10].

Gambar 1. Skenario Two-Ray Model

Sedangkan persamaan umum dari regresilinier sederhana seperti persamaan (8).

Y = a+ bX (8)

dengan, Y adalah variabel dependen yangdiprediksikan, a adalah konstanta, b adalahkoefisien regresi X terhadap Y , X adalah vari-abel independen yang mempunyai nilai ter-tentu. Koefisien regresi b akan bernilai positipapabila nilai X berbanding lurus terhadap nilaiY , sebaliknya b akan bernilai negatip apabilanilai X berbanding terbalik terhadap nilai Y .Nilai a dan b dapat dicari dengan persamaan(9).

a =(∑

Yi)(∑

X2i )− (

∑Xi)(

∑XiYi)

n(∑

X2i )− (

∑Xi)2

a = n(∑

XiYi)− (∑

Xi)(∑

Yi)

n(∑

X2i )− (

∑Xi)2

(9)

Untuk menentukan breakpoint secara teori-tis, daerah cakupan dapat asumsikan sebagaidaerah freznel zone. Jarak breakpoint freznelzone dapat dihitung menggunakan persamaan(10)[9].

D =4hThR

λ(10)

2.4 Sistem Informasi Geografis (SIG)Dalam membangun Sistem Informasi Geografisterdapat beberapa tahapan, yaitu membangunlayer, termasuk mendigitasi peta, kemudianmenentukan posisi titik-titik yang akan diberidata sebagai informasi, seperti pada Gambar 2.

Sedangkan untuk pembuatan layer titik-titikpengukuran dilakukan secara sistematis sepertipada Gambar 3.

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 111

Gambar 2. Diagram blok tahapan pembuatanlayer peta area

Gambar 3. Diagram blok tahapan pembuatanlayer titik-titik pengukuran

Untuk menampilkan konsep Geographic In-formation System (GIS), maka akan dilakukanlangkah-langkah sebagai berikut:

• Pertukaran data: membaca danmenuliskan data dari dan ke dalamformat perangkat lunak Sistem InformasiGeografis lainnya.

• Melakukan analisis statistik dan operasi-operasi matematik.

• Menampilkan informasi (basis data)spasial maupun atribut secara bersamaan.

• Membuat peta tematik

3 PENGUKURAN (INVESTIGASI)

3.1 Set Up Pengukuran

Sesuai dengan metode yang digunakan yaitumodel Okumura-Hata, dengan parameter-parameter pengukuran seperti pada Gambar 4.

Parameter yang digunakan adalah:

Gambar 4. Parameter pada Model Okumura-Hata[7]

hm = tinggi antena mobile station, diukur daripermukaan tanah (m)

dm = jarak mobile station dengan obstacle (m)

ho = tinggi obstacle, diukur dari permukaantanah (m)

hb = tinggi antena base station, diukur daripermukaan tanah(m)

r = jarak mobile station ke base station (m)

R = r × 10−3(km)

f = frekuensi carrier(Hz)

fc = f × 10−6(MHz)

λ = panjang gelombang free space(m)

3.2 Skenario PengukuranPengukuran di tiap-tiap lokasi dilakukan disepuluh titik. Bila digambarkan secara seder-hana, skenario seperti pada Gambar 5. Sedan-gkan parameter pengukuran sebagai berikut :

• Pengukuran dilakukan dengan duamacam ketinggian dari antena penerimayaitu pada ketinggian 2.5 m danketinggian 4.5 m.

• Arah antena mobile station diubah-ubahdengan selisih 60o, sehingga ada 3 arahyang datanya terukur, yaitu arah 0o, 60o,−60o.

• Dalam satu lokasi, akan diambil data dari10 titik yang berbeda pada lokasi tersebut,dengan jarak antar titik minimal 500 m,dan jarak BTS dengan titik pertama adalah1 km.

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 112

• Setiap titik diukur secara mobile, sehinggapada satu titik terdapat tiga pergerakantempat yang berbeda, dengan jarak antartitik mobile antara 10 m s.d 15 m.

3.3 Data Hasil Pengukuran

Dari hasil pengukuran, salah satu data yangdiperoleh berupa gambar seperti yang telihatpada Gambar 6. Data gambar tersebut dapatdikonversi kedalam bentuk angka menggu-nakan software FSH View. Data bentuk angkahasil konversi dapat dibuat dengan extentiontxt atau file excel. Dari bentuk data angka inilahyang kemudian dibuat sebuah database meng-gunakan software visual basic seperti padaGambar 7.

Gambar 5. Skenario Pengukuran

Gambar 6. Data Pengukuran berupa Gambar

Pembuatan database ini dimaksudkan untukmenentukan kriteria kepadatan hasil investi-gasi spektrum frekuensi di Surabaya.

Database yang terlihat pada Gambar 7dapat digunakan untuk menentukan kepa-datan frekuensi di Surabaya berdasarkan lakosipengukuran, jarak pemancar dan penerima,

Gambar 7. Database dengan Visual basic

sudut kedatangan sumber sinyal dan keting-gian antena penerima. Hasil penelusuran den-gan database dapat ditampilkan dalam ben-tuk grafik prosentase sebagai fungsi parame-ter penentu. Sebagai contoh, pada Gambar 7menunjukkan hasil penggunaan database un-tuk menentukan kepadatan frekuensi denganketentuan bahwa level daya - 43 dB (diper-oleh berdasarkan level daya dari dynamic range)sebagai fungsi lokasi dengan ketinggian an-tena 250 cm dan sudut antenna penerima 60oterhadap antenna pemancar. Untuk lebih je-lasnya hasil investigasi frekuensi berdasarkantempat di Surabaya dapat ditampilkan padaTabel 1. Frekuensi yang dominan di Surabayaadalah frekuensi dari provider CDMA sebanyak54,5%, sedangkan selebihnya adalah frekuensidari berbagai provider seperti GSM dan BWAlainnya.

Tabel 1Kepadatan Spektrum Frekuensi

No Frek Lokasi Prosentase Kelas Band(MHz) Level daya Frekuensi

> −43 dB User

1. 861-880 Unair 11.5%

M. Agung 4,5 % CDMA

R. Kalisari 4%

2. 881-900 Unair 8,5 % CDMA

R. Kalisari 1.5%

3. 861-880 Unair 8.5%

R. Kalisari 8% CDMA

M. Agung 6%

Juanda 2%

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 113

Dari database tersebut juga dapat dike-tahui level daya fungsi lokasi, fungsi jarakdan fungsi ketinggian antena penerima yangdapat digunakan dalam pengambilan kebi-jakan yang terkait dengan penggunaan spek-trum frekuensi pada umumnya dan frekuensiCDMA pada khususnya. Dari Tabel 1 tampakjelas bahwa frekuensi 860 MHz - 960 MHzbanyak berada pada daerah urban.

3.4 Level Daya fungsi LokasiData hasil pengukuran yang diperoleh, ke-mudian dibuat database dan ditampilkandalam bentuk grafik kepadatan spektrumfrekuensi fungsi lokasi pengukuran sepertiterlihat pada Gambar 8[2]. Perlu diketahuibahwa lokasi pengukuran di Unair merepre-sentasikan daerah urban, Juanda (sub-urban)dan Romo Kalisari (rural). Ketiga lokasi terse-but hanya merupakan salah satu tempat per-wakilan saja, sedangkan pengukuran sebe-narnya masih banyak lagi lokasi yang diambil.

Gambar 8. Grafik prosentase level daya fungsilokasi

3.5 Level Daya fungsi Ketinggian antennapenerimaPada data ini juga digambarkan dalam bentukgrafik kepadatan spektrum frekuensi fungsiketinggian antenna, antenna yang digunakanpada pengukuran adalah 2,5m , 3,5m dan 4m[2].

3.6 Level Daya fungsi Jarak pergerakan RxPada diagram batang pada Gambar 10, terlihatbahwa besar prosentase level daya terhadap

Gambar 9. Grafik prosentase level daya fungsiketinggian antena

jarak pergerakan antenna Rx. Hasil penguku-ran tidak tampak adanya perbedaan yang sig-nifikan antara satu titik dengan titik penguku-ran yang lain dalam satu lokasi. Hal ini me-nunjukkan bahwa mobile (pergerakan) yangdilakukan dengan cara memindah-mindah an-tena Rx sudah dapat mewakili kondisi pen-gukuran yang sebenarnya. Sehingga dapat di-ambil kesimpulan bahwa data pengukuran su-dah valid.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan paper ini dititik beratkan padapathloss dan nilai breakpoint dari pemancarCDMA dalam hal ini adalah fleksi yang ter-letak dibeberapa kelompok daerah yaitu urban,sub-urban dan rural.

Gambar 10. Grafik prosentase level dayafungsi jarak Tx -Rx

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 114

4.1 PathlossBerdasarkan data level daya dari database,kemudian dilakukan perhitungan pathlossberdasarkan rumus dari persamaan (3), (4)dan (5) masing-masing untuk daerah urban,suburban dan rural. Pathloss yang diperolehditunjukkan seperti Gambar 10.

Gambar 11. Grafik pathloss dari masing-masing daerah pada ketinggian antena Rx 2,5mNilai breakpoint

4.2 Nilai breakpoint• Daerah Urban

Nilai breakpoint pada daerah urban diten-tukan pada jarak 1,994 Km dengan leveldaya terima sebesar -50,66 dBm. Ini me-nunjukkan bahwa jarak tersebut menun-jukkan coverage area dari BTSnya. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar12 [1].

• Daerah Sub-UrbanNilai breakpoint pada daerah urban diten-tukan pada jarak 2,780 Km dengan leveldaya terima sebesar -56,53 dBm. Ini me-nunjukkan bahwa jarak tersebut menun-jukkan coverage area dari BTSnya. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar13 [1].

• Daerah RuralNilai breakpoint pada daerah urban diten-tukan pada jarak 2,960 Km dengan leveldaya terima sebesar -47,77 dBm. Ini me-nunjukkan bahwa jarak tersebut menun-jukkan coverage area dari BTSnya. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar14 [1].

Gambar 12. Nilai breakpoint daerah urbanpada ketinggian antena Rx 2,5m

Gambar 13. Nilai breakpoint daerah sub-urbanpada ketinggian antena Rx 2,5m

Gambar 14. Nilai breakpoint daerah rural padaketinggian antena Rx 2,5m

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 115

4.3 Peta Elektronik

Pada Sistem informasi Geografis yang su-dah terbentuk, terdapat fungsi-fungsi tombolyang dapat dilihat pada sisi pojok kanan atas.Tombol-tombol tersebut bila diperbesar akanterlihat lebih jelas, seperti terlihat pada Gambar15.

Gambar 15. Tombol-tombol fungsi pada Sis-tem Informasi Geografis

Yang berada di sebelah kanan adalah layer-layer dari peta yang sudah dibuat dan dapatditampilkan atau dihilangkan sesuai keingi-nan.

Sedangkan yang di sebelah kiri adalahtombol-tombol yang masing-masing mempun-yai fungsi sebagai berikut:

• Tombol , tombol yang berfungsi un-tuk menampilkan informasi yang di-dapat pada titik-titik pengukuran yangdiinginkan. Caranya adalah meng-kliktombol tersebut, kemudian meng-klik titikyang diinginkan Contohnya tampak padaGambar 16.Kemudian pada bagian kanan bawah akanditampilkan database dari titik penguku-ran dan akan lebih jelas seperti pada Gam-bar 17.

• Tombol , tombol yang berfungsi un-tuk menggeser-geser gambar peta sesuaidengan yang diinginkan. Caranya adalahmeng-klik tombol ini terlebih dahulu, barukemudian bisa menggeser-geser petanya.

• Tombol , tombol yang berfungsi un-tuk menghitung jarak sesuai dengan garisyang dibuat di dalam peta. Caranya

Gambar 16. Contoh Sistem Informasi Ge-ografis dalam menampilkan informasi padatitik pengukuran yang diinginkan

Gambar 17. Contoh Tampilan Database padaSistem Informasi Geografis pada titik penguku-ran yang diinginkan

adalah dengan mengklik tombol ini ter-lebih dahulu, baru bisa membuat garisseperti pada saat kita menggambar meng-gunakan komputer. Agar lebih jelas, bisadilihat pada Gambar 18.

• Tombol , tombol yang berfungsi un-tuk memperbesar gambar peta (fungsizoom in). Caranya adalah dengan meng-klik tombol ini terlebih dahulu, kemudian

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 116

Gambar 18. Contoh Sistem Informasi Ge-ografis dalam menampilkan informasi jaraksesuai dengan garis yang dibuat pada peta

dipilih area mana yang ingin diperbesarseperti pada waktu kita meng-crop gambar.

• Tombol , tombol yang berfungsi un-tuk memperkecil gambar peta (fungsizoom out). Caranya adalah dengan meng-klik tombol ini terlebih dahulu, kemudianmeng-klik gambar petanya, maka gambarpeta pada Sistem Informasi Geografis akanmengecil / menjauh.

• Tombol , tombol yang berfungsi untukmenampilkan gambar peta pada secarakeseluruhan / utuh, dengan cara meng-klik tombol tersebut. Maka hasilnya akanseperti Gambar 19.

Gambar 19. Contoh Sistem Informasi Ge-ografis yang menampilkan gambar peta secarakeseluruhan / utuh

• Tombol , tombol yang berfungsi untukmengukur nilai pathloss pada 4 (empat)BTS yang ada di Sistem Geografis ini.Caranya adalah dengan meng-klik tombol

tersebut, kemudian dari BTS yang diukurdibuat garis, sampai pada jarak manapathloss yang akan diukur. Maka akanmuncul informasi seperti pada Gambar 20.

Gambar 20. Contoh Sistem InformasiGeografis yang menampilkan perhitunganpathloss dari keempat BTS yang ada

Apabila klik awal pada titik yang bukanBTS, maka tombol tersebut tidak akanberfungsi dan akan ada peringatan bahwatitik awal adalah bukan BTS. Sedangkanbila klik awal sudah benar pada titik yangmerupakan BTS, dan sudah ditentukanjarak yang ingin diukur, maka munculform baru yang perlu diisi seperti padaGambar 21.Pada Gambar 21, sudah ditentukan bahwaposisi BTS di daerah Kebonsari, dan jarakdari BTS ke suatu titik adalah 4,87129 km.

Gambar 21. Contoh Tampilan Form padaSistem Informasi Geografis dalam perhitunganPathloss suatu BTS

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 117

Dan kita tinggal memasukkan frekeuensiyang diinginkan dan tinggi antena pener-ima yang digunakan. Kemudian meng-klik”proses” untuk mengetahui hasil perhitun-gan nilai pathloss nya. Dan klik exit untukkembali ke gambar peta pada Sistem In-formasi Geografis.

5 KESIMPULAN

1) Dari hasil investigasi dibeberapa lokasidi Surabaya, tampak bahwa sinyal yangterpantau dari provider CDMA padafrekuensi 861 - 960 MHz paling banyakdi daerah urban yaitu 54,5 %.

2) Pada analisis perbandingan pathloss, da-pat disimpulkan bahwa nilai pathlossyang tertinggi adalah pada area urban,yaitu mencapai 158 dB pada jarak 5 km,daerah sub-urban sebesar 147dB padajarak 5 km, sedangkan yang terendahadalah pada daerah rural, yaitu hanyamencapai sekitar 132 dB pada jarak 5 km.Hasil penelitian ini sudah sesuai dengankriteria model Okumura-Hatta, dimanapathloss tertinggi terdapat pada daerahurban karena pada daerah tersebut terda-pat paling banyak obstacle dibandingkandaerah lainnya.

3) Pada analisa perbandingan break point,jarak coverage area 3. Pada analisa per-bandingan breakpoint, jarak breakpoint ter-dekat berada pada daerah urban yaitu1,994 km, daerah sub-urban sejauh 2,780km, sedangkan daerah rural mencapai2,960 km. Hal ini sesuai dengan teoribahwa daerah yang terdapat banyak ob-stacle mempunyai pengaruh yang besarterhadap posisi breakpoint.

UCAPAN TERIMKASIH

Terima kasih kepada DP2M Dikti yang telahmembiayai penelitian melalui program peneli-tian Hibah Bersaing Tahun 2009, dengannomor kontrak: 0188.2/N12/PG/2009. Tang-gal: 1 April 2009 sampai terbitnya makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Nur Adi S., Okkie P., Rinie S., ”Analisa PerbandinganNilai Breakpoint Pemancar CDMA Menggunakan ModelOkumura-Hata di Daerah Surabaya”, Proceeding of the11th , IES 2009, EEIPS-ITS, Surabaya, October 2009, ISBN: 978-979-8689-12-3.

[2] Okkie P., Nur Adi S., ”Investigasi Penggunaan Spek-trum Frekuensi pada Band 700MHz - 1GHz di DaerahSurabaya untuk Pembuatana Database Manajemen Spek-trum Frekuensi”, SNATI 2009, Jogyakarta, ISSN : 1907-5022, Juni 2009

[3] http:// www.ntia.doc.gov,” Policy in Radio SpectrumFrequency in USA and Canada” white paper 2006

[4] John Sydor,” Interference Resolution and Control in HighFrequency Reuse Environment using Cognitive Radio, ”Berkeley wireless research center, Berkely USA, Nov 2004

[5] Regis Lardonnois, ”Wireless Comm. for Signaling in MassTransit” Siemens Transportation System laboratory, Mi-natec, USA, September 2003

[6] http://www intel com/ research ”UWB spectrum Allo-cation in USA ” Intel Research Department, USA 2004

[7] Electronic Communication Committee ”Decision on thefrequency band to be designated for the coordinatedintroduction of the European Radio Messaging System(ERMES) ECC Decision, 18 March 2005.

[8] Tapan K. Sarkar, et al., A Survey of Various PropagationModels for Mobile Communication, IEEE Antennas andPropagation Magazine, Vol.45, No.3, June 2003.

[9] Rappaport, Theodora. S., ”Wireless Communication Prin-ciple”, Prentice Hall International Edition, New York,2002.

[10] H. Xia, H.L. Bertoni, L.R. Maciel, A. Lindsay-Stewartand R. Rowe, Radio Propagation Characteristics for Line-Of-Sight Microcellular and Personal Communications,IEEE Transactions On Antennas and Propagation, Vol.41,No.10, October 1993.

Nur Adi Siswandari lahir di Sukoharjo,30 April 1960. Lulus program PascaSarjana dari Institute Teknologi SepuluhNopember (ITS) Surabaya pada tahun2003, jurusan Telekomunikasi Multimedia.Mengajar di Politeknik Elektronika NegeriSurabaya (PENS) sejak tahun 1994 sam-pai sekarang. Mengajar mata kuliah yangberkaitan dengan bidang EMC dan Wire-

less Comunications. Fokus penelitian pada pemodelan kanaldan propagasi gelombang elektronagmetik.

Okkie Puspitorini lahir di Blitar, 11 Ok-tober 1970. Lulus program Pasca Sarjanadari Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) Surabaya pada tahun 2006 (jurusanTelekomunikasi Multimedia). Menjadi stafpengajar di Pens Surabaya mulai 1995sampai sekarang) Bergabung dalam GrupRiset EMC di Laboratorium GelombangMikro.