intoksikasi alkohol

35
LAPORAN KASUS INTOKSIKASI ALKOHOL + ULKUS PEPTIKUM Disusun Oleh : Dian Sulistya Ekaputri Pembimbing : dr. Luh Putu Sudiati dr. Ketut Sukadani dr. ……………………, Sp.PD. 1

Upload: dian-sulistya-ekaputri

Post on 24-Dec-2015

457 views

Category:

Documents


55 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

INTOKSIKASI ALKOHOL + ULKUS PEPTIKUM

Disusun Oleh :

Dian Sulistya Ekaputri

Pembimbing :

dr. Luh Putu Sudiati

dr. Ketut Sukadani

dr. ……………………, Sp.PD.

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSIP

DI RS TRIJATA POLDA BALI

DENPASAR

2014-20151

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh

yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat

menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan

dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan

memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat

karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya

akan memperparah keracunan yang dialami penderita.2

Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang

digunakan (dose-dependent), individu dengan kondisi organic tertentu

yang mendasari (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis

kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak proporsional.3

Dalam ilmu kimia alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum

untuk senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat

pada atom karbon dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom

hidrogen atau atom karbon yang lain. Etil alkohol juga disebut sebagai

etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut alkohol

minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-OH. Dari semua

jenis alkohol yang diketahui dalam ilmu kimia, etanol merupakan satu-

satunya yang digunakan dalam batas tertentu oleh manusia untuk berbagai

maksud dan tujuan (sebagian besar alkohol lainnya terlalu toksik untuk

diminum).1,4,5

Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan gejala-gejala :6

ataksia dan bicara cadel/tak jelas

emosi labil dan disinhibisi

napas berbau alkohol

2

mood yang bervariasi

Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis :6

paralisis pernapasan, biasanya bila muntahan masuk saluran

pernapasan

obstructive sleep apnoea

aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah lebih dari 0,4

mg/ml

Gejala klinis sehubungan dengan overdosis alkohol dapat

meliputi:6

penurunan kesadaran, stupor atau koma

perubahan status mental

kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah

2.2 EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih sering menjadi pecandu

alkohol dibandingkan wanita. Kira-kira 85% dari semua penduduk

Amerika Serikat pernah menggunakan minuman yang mengandung

alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51%

dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol

saat ini. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3,4 juta orang pecandu alkohol

yang 80% diantaranya berusia 20-24 tahun dan hampir 8% orang

dewasa.1,5,7

2.3 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL

Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung

alkohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan

berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk

metanol, butanol, aldehida, fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai

logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek psikoaktif

yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol,

3

perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal dibandingkan dengan

efek etanol itu sendiri.1

a) Absorpsi

Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung,

dan sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah

dicapai dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung

apakah alkohol diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan

absorbsi atau diminum bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1

Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga

merupakan suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat

menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling

cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60).1

Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol.

Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam

lambung, mukus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut

akan memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus

kecil. Jadi, sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam

lambung selama berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering kali

menyebabkan mual dan muntah.1

Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol

didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung

proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek

intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah

tinggi.1

b) Metabolisme

Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati,

sisanya dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan

oksidasi di hati konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh.

Tubuh mampu memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan

rentan berkisar antara 10-34 mg/dl per jamnya.1

4

Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol

dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi

konversi alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik.

Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi

asam asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-

tabuse), yang sering digunakan dalam pengobatan gangguan terkait

alkohol.1

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki

ADH yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan

wanita cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah

minum alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang

memetabolisme alkohol akan menyebabkan mudahnya seseorang terjadi

intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1

c) Efek pada otak

Biokimiawi

Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol

terjadi pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol

akan menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang

menyebabkan meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka

pendek. Tetapi, pada penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa

membran akan menjadi kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat

berfungsi sebagai reseptor, saluran ion, dan protein fungsional pada membran

lainnya secara normal. Secara spesifik, suatu penelitian menunjukkan bahwa

efektivitas saluran alkohol yang berhubungan dengan reseptor asetilkolin

nikotinik, serotonin (5-hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A

(GABA A) diperkuat oleh alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang

berhubungan dengan reseptor glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi

(voltage-gated calcium channel) yang yang akan di inhibisi.1

d) Efek prilaku

5

Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi

depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada

konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan

pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada

konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi

seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol

prilaku emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang

biasanya mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-

0,5% dapat terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di

otak yang mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan

terpengaruhi dan dapat terjadi kematian.1

e) Efek fisiologis lain

Hati

Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan

hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat

menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan

perlemakan hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya

pembesaran hati.1

Sistem gastrointestinal

Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Perkembangan

menjadi varises esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan

penyalahgunaan alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan

suatu kegawatdaruratan medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan

kematian. Kadang-kadang juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis,

insufisiensi pankreas, dan kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak

dapat mengganggu proses pencernaan dan absorbsi makanan yang normal.

Sebagai akibatnya makanan yang dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi

tidak adekuat.1

Sistem tubuh lain

6

Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya

tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan

terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah

menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat

meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus,

lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan

hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian

mendadak pada orang yang terintoksikasi.1

Tes laboratorium

Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80%

dari semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume

korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira

60%. Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan

gangguan berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat

oksaloasetat transaminase serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase

(AST), dan glutamatpiruvat transaminase (SGPT) atau alanin

aminotransferase (ALT).1

7

2.4 GANGGUAN-GANGGUAN

Kadar Alkohol Dalam Darah dan Hubungannya Dengan Gejala Pada Sistem Saraf

Pusat.6

KONSENTRASI (g/dl) PEMINUM

SPORADIK

PEMINUM KRONIK

0,050-0,075 (taraf pesta) Euforia, Suka

berkumpul

(gregarious), suka

mengomel

(garroulous)

-Tak tampak gejala

-Sering masih terlihat

segar

0,100 (intoksikasi secara

hukum*)

Tidak terkoordinasi Gejala minimal

0,125-0,150 Perilaku tak

Terkontrol

Menyenangkan, mulai

euforia, kurang

8

koordinasi

0,200-0,250 Hilang

kewaspadaan,

lethargy

Membutuhkan

usaha untuk mem-

pertahankan

emosi/kontrol motorik

0,300-0,350 Stupor sampai koma Mengantuk, lamban

Lebih dari 0,500 Fatal, mungkin mem-

butuhkan

Hemodialysis

Koma

*) Di beberapa Negara (atau negara bagian di AS seperti California) secara hukum

kadar 0.080 sudah ditetapkan sebagai intoksikasi.

2.5 Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaan Alkohol

Diagnosis dan gambaran klinis:

Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini:1

a. Ketidak mampuan memutuskan atau berhenti minum

b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang

berlebihan dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia

temporer) atau membatasi minum pada waktu tertentu

c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk

sekurangnya dua hari)

d. Mengkonsumsi kadang-kadang 5 takaran minuman keras (atau

ekuivalennya pada bir atau anggur)

e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi

(blackout)

f. Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah

diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol

g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk

komersial yang mengandung alkohol

Disamping itu orang dengan ketergantungan alkohol dan

penyalahgunaan alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan

pekerjaan karena penggunaan alkohol, seperti kekerasan saat

9

terintoksikasi, tidak hadir kerja, kehilangan pekerjaan, masalah hukum

(contoh: ditahan karena prilaku terintoksikasi atau kecelakaan lalu lintas

saat terintoksikasi), dan perdebatan atau kesulitan dengan keluarga atau

teman karena penggunaan alkohol yang berlebihan.1

2.6 Intoksikasi Alkohol

Diagnosis dan gambaran klinis:

Kriteria menekankan sejumlah cukup konsumsi alkohol, perubahan

prilaku maladaptif spesifik, tanda gangguan neurologis, dan tidak adanya

diagnosis atau kondisi lain yang membaur.1

Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan.

Intoksikasi alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi

pernapasan dan kematian, baik karena henti pernapasan atau karena

aspirasi muntah. Pengobatan untuk intoksikasi berat berupa bantuan

pernapasan mekanik diunit perawatan intensif, dengan perhatian pada

keseimbangan asam basa pasien, elektrolit, dan temperatur. Beberapa

penelitian aliran darah serebral selama intoksikasi alkohol mengalami

peningkatan tetapi akan menurun pada minum alkohol selanjutnya.1

Beratnya gejala intoksikasi alkohol berhubungan secara kasar

dengan konsentrasi alkohol dalam darah, yang mencerminkan intoksikasi

alkohol didalam otak. Pada onset intoksikasi, beberapa orang menjadi suka

bicara dan suka berkelompok, beberapa menjadi menarik diri dan

cemberut, yang lainnya menjadi suka berkelahi. Beberapa pasien

menunjukkan labilitas mood, dengan episode tertawa dan menangis yang

saling bergantian (intermiten). Toleransi jangka pendek terhadap alkohol

dapat terjadi, orang tersebut tampak kurang terintoksikasi setelah berjam-

jam minum daripada setelah hanya beberapa jam.1

Komplikasi medis intoksikasi alkohol sering disebabkan karena

terjatuh yang dapat menimbulkan hematoma subdural dan fraktur. Tanda

yang menggambarkan intoksikasi akibat sering bertanding minum adalah

hematoma wajah, khususnya disekitar mata, yang disebabkan terjatuh atau

berkelahi saat mabuk.1

10

Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Alkohol

A. Baru saja menggunakan alkohol

B. Prilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis

(misalnya, prilaku seksual atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood,

gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang

berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol

C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera

setelah pemakaian alkohol

1) Bicara cadel

2) Inkoordinasi

3) Gaya berjalan tidak mantap

4) Nistagmus

5) Gangguan atensi atau daya ingat

6) Stupor atau koma

D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik

diterangkan oleh gangguan mental lain

Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.1

2.7 Pengobatan

Penatalaksanaan intoksikasi secara umum2

1. Stabilisasi

Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan

resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa

pembebasan jalan  napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem

sirkulasi darah.

2. Dekontaminasi

Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk

menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah

kerusakan.

3. Dekontaminasi pulmonal

11

Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari

pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan

oksigen lembab 100% dan jika  perlu beri ventilator.

4. Dekontaminasi mata

Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari

racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata

yang terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan

aquades atau NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah

hilang.

5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)

Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian,

arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik

yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air

mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan

handuk kering dan lembut.

6. Dekontaminasi gastrointestinal

Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga

tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau

mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan

kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik.

7. Eliminasi

Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran

racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal

setelah lebih dari 4 jam

8. Antidotum

Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada

obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial

sangat sedikit jumlahnya.

12

Medikasi

Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol

Masalah

klinis

Obat Jalur Dosis Keterangan

Gemetaran

dan agitasi

ringan sampai

sedang

chlordiazepoxid

e

Oral 25-100 mg tiap

4-6 jam

Dosis awal dapat

diulangi tiap 2 jam

sampai pasien

tenang; dosis

selanjutnya harus

ditentukan secara

individual dan

dititrasi

Halusinosis

Agitasi parah

Diazepam

Lorazepam

chlordiazepoxid

e

Oral

Oral

Intravena

5-20 mg tiap 4-6

jam

2-10 mg tiap 4-6

jam

0,5 mg/kg pada

12,5 mg/mnt

Berikan sampai

pasien tenang;

dosis selanjutnya

harus ditentukan

secara indivisual

dan dititrasi

Kejang putus Diazepam Intravena 0,15 mg/kg pada

2,5 mg/mnt

Delirium

tremens

Lorazepam Intravena 0,1 mg/kg pada

2,0 mg/mnt

Protap tatalaksana intoksikasi alcohol dari Kepmenkes RI 2010 yaitu:6

Bila terdapat kondisi Hipoglikemia injeksi 50 mg Dextrose 50%

Bila keadaan Koma :

Posisi face down untuk cegah aspirasi

Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit

Injeksi Tiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke

Encephalopathy.lalu 50 ml Dekstrose 50% iv (urutan jangan sampai

terbalik)

Problem Perilaku (gaduh/gelisah):

13

Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif

Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau merasa

terancam

Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan makan

Beri dosis rendah sadatif: Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol 5

mg oral, bila gaduh gelisah berikan sacara parenteral (I.m)

Psikoterapi

Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus

spesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum,

hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi

tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi

bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1

Medikasi

Disulfiram

Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida

dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan

reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak

boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam

kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus

memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan

selama 2 minggu setelahnya.1

Mereka yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg

setiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera,

anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual

juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing,

pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis

lebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1

Psikotropika

Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan

pada pasien dengan gangguan terkait alkohol.

14

Terapi Prilaku

Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan

alkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi,

latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk

menguasai lingkungan. Sejumlah program pembiasaan prilaku (operant

conditioning) membiasakan orang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk

memodifikasi prilaku minum mereka atau untuk berhenti minum. Dorongan

berupa hadiah keuangan, kesempatan untuk tinggal dalam lingkungan rawat inap

yang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi sosial yang menyenangkan.1

15

BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : MPDS

Jeniskelamin : Laki-laki

Umur : 28 tahun

Pendidikan : Tamat SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Hindu

Suku : Bali

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Jalan Bhayangkara Jagapati

Tanggal MRS : 19 November 2014

Tanggal Pemeriksaan : 19 November 2014

B. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS dengan keluarga pasien)

Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran

Keluhan Tambahan : Muntah-muntah dengan cairan berwarna kehitaman dan berbuih.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSTrijata Polda Bali dengan penurunan kesadaran sejak kurang lebih 30

menit SMRS. Nafas pasien berbau alkohol. Sebelumnya (kurang lebih 1 jam SMRS) pasien

bersama dengan kakak dan saudara lainnya mengkonsumsi alkohol di rumahnya. Kemudian

pasien mendadak muntah-muntah. Muntahan berwarna merah gelap dan bercampur buih. Pasien

muntah sebanyak kurang lebih 3 kali dengan volume kurang lebih 300 cc.

16

Pasien sebelumnya juga sempat memegangi bagian perutnya dan mengatakan nyeri ulu hati.

Pasien tidak sempat mendeskripsikan nyeri nya kemudian pasien tidak sadarkan diri dan segera

dibawa ke rumah sakit. Alkohol yang dikonsumsi dikatakan jenis Red Label dengan volume

kurang lebih 600 cc. Dikatakan bahwa alkohol ini tidak dicampur dengan minuman apapun.

Riwayat Pengobatan:

Pasien dikatakan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya untuk meringankan gejala

yang dialaminya.

Riwayat Penyakit Sebelumnya:

Keluhan muntah darah ini menurut keluarga pasien merupakan kejadian pertama yang dialami

pasien. Keluhan nyeri ulu hati memang sering dialami pasien sejak kurang lebih 3 bulan yang

lalu dan hilang timbul. Riwayat penyakit jantung, ginjal, asma, hipertensi dan diabetes

mellitus disangkal pasien. Riwayat alergi juga disangkal pasien. Pasien dikatakan memang

sering mengkonsumsi alkohol sejak usia belasan tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat

penyakit jantung, ginjal, asma, hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Lemah, Agitasi

Kesadaran : Somnolen

Tanda vital : TD : 100/60mmHg

Nadi : 90 x/menit, regular, isi cukup

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,7 °C

Saturasi : 90%

17

STATUS GENERAL:

Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor, oedema palpebrae (-/-)

THT

Telinga : sekret tidak ada, pendengaran menurun tidak ada

Hidung : sekret tidak ada

Tenggorokan : tonsil T1/T1, hiperemis (-), pharing hiperemis (-)

Lidah : ulkus (-), papil lidah atropi (-)

Kelenjar parotis : tidak ditemukan pembesaran

Mukosa bibir : basah, stomatitis angularis (-)

Leher

JVP : PR + 0 cmH2O

Kelenjar getah bening : tidak ditemukan pembesaran

Kelenjar parotis dan tiroid : tidak ditemukan pembesaran

Thoraks : Simetris

Cor:

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis tidak teraba

Perkusi : batas atas jantung ICS II midclavicular line sinistra, batas kanan jantung

parasternal line dekstra, batas kiri jantung midclavicular line sinistra ICS V

Auskultasi : S1S2tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo :

Inspeksi : simetris saat statis.

Palpasi : vocal fremitus tidak dapat dievaluasi

Perkusi : sonor (+/+)

(+/+)

(+/+)

Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing(-/-)

(+/+) (-/-) (-/-)

(+/+) (-/-) (-/-)

18

Abdomen

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : ascites (-), nyeri tekan tidak dapat dievaluasi, massa (-), hepar dan lien

tidak teraba, ginjal tidak teraba,

Perkusi : timpani di semua regio

Extremitas : hangat (+/+), edema (-/-)

(+/+) (-/-)

Genitalia Eksterna : tidak di evaluasi

DIAGNOSIS KERJA

Intoksikasi Alkohol + Hematemesis e.c. suspek Ulkus Peptikum dd/ Ulkus Duodenum

PENATALAKSANAAN DAN FOLLOW UP

Rencana Terapi

Medikamentosa

- MRS

- Infus Ringer Laktat 20 tpm

- Inj. Ondansetron 3x8 mg

- Ottozol 2x1 IV

- Mucin 3xCI

Non-Medikamentosa

- Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan keluhan.

- Diet lunak dengan pola makan teratur 3 kali makan dan 2 kali cemilan.

- Menghindari faktor pencetus seperti menghentikan atau mengurangi konsumsi

obat-obat NSAID, mengurangi mengkonsumsi makanan pedas, asam, rokok,

kafein, ataupun minuman beralkohol.

19

Rencana Diagnosis

Endoskopi

Rencana Monitoring

Vital sign

Keluhan

FOLLOW UP PASIEN

Tanggal Anamnesis Pemeriksaan fisik Assesment Terapi

19/11/2014

OS masih tampak tidak sadar dan gelisah. Muntah (+) kehitaman.

Riwayat: Minum alkohol (+), Perokok (+) DM (-), sakit jantung (-) HT (-), Asma (-), alergi (-)

KU: lemahTD: 100/60N: 88R: 18T: 36,8Mata : CA -/-, SI -/-Leher : JVP ↑ (-)Thorax: vesikuler +/+,

RBB -/-, Cor: S1 S2 reguler,

Bising (-)Abdomen: NT (-),

supel (+), BU (+) NEkstremitas: akral

hangat, nadi kuat, udem tungkai (-/-).

Intoksikasi Alkohol + Hematemesis e.c. suspek Ulkus Peptikum dd/ Ulkus Duodenum

- Infus RL 20 tpm- Pasang NGT- Gastric Cooling

dengan NACL 1500 cc

- Ottozol 2x40 mg

- Ondansetron 2x8 mg

- Mucin syrup 3x1 CI

- Diet lunak- Planning Dx.:

ENDOSKOPI

20/11/2014

OS sudah mulai sadarkan diri dan mengeluh nyeri ulu hati. Mual (-) muntah (-) diare (-).Riwayat: Minum alkohol (+), Perokok (+) DM (-), sakit jantung (-) HT (-), Asma (-), alergi (-)

KU: lemah, CMTD: 110/60N: 80R: 20T: 36,3Mata : CA -/-, SI -/-Leher : JVP ↑ (-)Thorax: vesikuler +/+,

RBB -/-, Cor: S1 S2 reguler,

Bising (-)Abdomen: NT (-),

supel (+), BU (+) N

Intoksikasi Alkohol + Hematemesis e.c. suspek Ulkus Peptikum dd/ Ulkus Duodenum

- Infus RL 20 tpm- Ottozol 2x40

mg- Ondansetron

2x8 mg- Mucin syrup

3x1 CI- Diet lunak- Aff NGT- Planning Dx.:

ENDOSKOPI

20

Ekstremitas: akral hangat, nadi kuat, udem tungkai (-/-).

21/11/2014

OS sadar baik. Nyeri ulu hati (+) Mual (-) muntah (-) diare (-).

Nafsu makan baik, BAB (+) baik, BAK (+) baik

KU: baik, CMTD: 110/70N: 78R: 22T: 36,5Mata : CA -/-, SI -/-Leher : JVP ↑ (-)Thorax: vesikuler +/+,

RBB -/-, Cor: S1 S2 reguler,

Bising (-)Abdomen: NT (-),

supel (+), BU (+) NEkstremitas: akral

hangat, nadi kuat, udem tungkai (-/-).

Intoksikasi Alkohol + Hematemesis e.c. suspek Ulkus Peptikum dd/ Ulkus Duodenum

- Infus RL 20 tpm- Ottozol 2x40

mg- Ondansetron

2x8 mg- Mucin syrup

3x1 CI- Diet TKTP

lunak- Planning Dx.:

ENDOSKOPI

22/11/2014

OS sadar baik. Nyeri ulu hati (+) Mual (-) muntah (-) diare (-).

Nafsu makan baik, BAB (+) baik, BAK (+) baik

KU: baik, CMTD: 110/70N: 78R: 22T: 36,5Mata : CA -/-, SI -/-Leher : JVP ↑ (-)Thorax: vesikuler +/+,

RBB -/-, Cor: S1 S2 reguler,

Bising (-)Abdomen: NT (-),

supel (+), BU (+) NEkstremitas: akral

hangat, nadi kuat, udem tungkai (-/-).HASIL ENDOSKOPI : Reallus Ulcer Gastritis

Superficialis Fundus Stress Related

Mucosal Procase

GSF & Mallory Weiss Syndrome e.c Alcohol Induce

- Infus RL 20 tpm- Omeprazol

2x20 mg- Ondansetron

2x8 mg- Mucin syrup

3x1 CI- Diet TKTP

lunak

21

F. Prognosis

- Ad vitam : dubia ad bonam

- Ad fungsionam : dubia ad bonam

22

BAB III

PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis pada pasien intoksikasi alkohol dengan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Hasil anamnesis menunjukan bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran setelah

mengkonsumsi alkohol jenis Red Label. Red Label merupakan minuman yang mengandung

alkohol dengan konsentrasi 40%. Pasien dikatakan mengkonsumsi minuman tersebut kurang

lebih sebanyak 600 cc. Selain itu pasien juga diketahui muntah-muntah cairan berwarna merah

kehitaman dan berbuih. Dari riwayat sosial memang diketahui bahwa paasien selalu

mengkonsumsi alkohol dan juga merupakan seorang perokok.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien lemah dan agitasi,

kesadaran somnolen, Tanda vital tekanan darah 100/60mmHg, Nadi 90 x/menit , Respirasi 20

x/menit , Suhu 36,7 °C

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis Intoksikasi Alkohol

dengan kriteria berdasarkan dari DSM-IV yaitu pasien baru saja menggunakan alkohol. Adapun

pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melakukan penegakan diagnosis ulkus peptikum

adalah dengan endoskopi. Dari hasil endoskopi didapatkan gambaran: Reallus Ulcer, Gastritis

Superficialis Fundus Stress Related, dan Mucosal Procase

Penatalaksanaan yang diberikan untuk keadaan pasien tersebut diantaranya :

- Infus Ringer Laktat 20 tpm

- Inj. Ondansetron 3x8 mg

- Ottozol 2x1 IV

- Mucin 3xCI

- Bilas Lambung dengan NaCl 1500 cc.

Bilas lambung dilakukan pada pasien tersebut untuk mengurangi konsentrasi toksik dari

alkohol dan melindungi mucosa lambung akibat paparan alkohol yang dapat menggerus lambung

sekaligus sembagai terapi untuk menghentikan perdarahan. Berkurangnya konsentrasi alkohol

yang masuk kedalam tubuh dan beredar pada sirkulasi tubuh, dapat membantu menurunkan efek

toksik alkohol yang semakin memburuk bila konsentrasi pada peredaran darah semakin tinggi.

23

Obat-obatan agen anti-anxietas seperti pada golongan benzodiazepine belum perlu

digunakan karena tidak terjadi sampai gejala agitasi berat, halusinasi ataupun kejang pada pasien.

24

DAFTAR PUSTAKA

DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American

Psyciatric Association, Washington 1994.1

Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape eMedicine, 2011.

Available on: http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview. Accessed: 4th

May 2011.

Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV. 2006.

Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Page

214-16

Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill, 2004.

Page: 369-71

Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, edisi 3, jilid I, 1999, hal :

434 – 437.

MM Panggabean, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV, jilid 1, Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FKUI, 2006, hal : 1513 – 1514.

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.

25