interpretasi peta geologi

18
Peta geologi merupakan kondisi geologi suatu wilayah, seperti jenis batuan yang ada serta struktur-struktur geologi seperti kekar dan sesar. Biasanya peta geologi juga dilengkapi dengan garis kontur yang membuat pembacanya bisa membayangkan relief wilayah tersebut. A. Analisis Pembahasan Lay Out Peta Geologi Lembar Ngawi 1. Kelengkapan Marginal Information Marginal information/informasi tepi peta merupakan kelengkapan unsur unsur peta yang tersaji dalam peta. Dalam marginal information peta yang lengkap harus mengandung aspek aspek sebagai berikut : Judul peta Skala peta Orientasi peta Keterangan simbol peta Inset peta Sumber peta Pembuat peta Grid peta Garis tepi peta Dari unsur unsur peta diatas, marginal information yang terdapat pada peta mengenai kaidah kartografis dalam hal marginal information. Dalam peta tersebut dapat kita lihat mengetahui mengenai kelengkapan kelengkapan informasi peta sebagai berikut : Judul peta

Upload: muhammad-kholiq-yunanto

Post on 03-Aug-2015

832 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: interpretasi peta geologi

Peta geologi merupakan kondisi geologi suatu wilayah, seperti jenis batuan yang ada

serta struktur-struktur geologi seperti kekar dan sesar. Biasanya peta geologi juga dilengkapi

dengan garis kontur yang membuat pembacanya bisa membayangkan relief wilayah tersebut.

A. Analisis Pembahasan Lay Out Peta Geologi Lembar Ngawi

1. Kelengkapan Marginal Information

Marginal information/informasi tepi peta merupakan kelengkapan unsur unsur

peta yang tersaji dalam peta. Dalam marginal information peta yang lengkap

harus mengandung aspek aspek sebagai berikut :

Judul peta

Skala peta

Orientasi peta

Keterangan simbol peta

Inset peta

Sumber peta

Pembuat peta

Grid peta

Garis tepi peta

Dari unsur unsur peta diatas, marginal information yang terdapat pada peta

mengenai kaidah kartografis dalam hal marginal information. Dalam peta tersebut

dapat kita lihat mengetahui mengenai kelengkapan kelengkapan informasi peta

sebagai berikut :

Judul peta

Peta yang akan dilakukan pembacaan dan analisis adalah Peta Geologi

Lembar Ngawi, Jawa tahun 1996.

Skala peta

Skala peta tersaji dalam dua jenis skala, yaitu skala grafis dan skala angka.

Dalam peta ini skala yang digunakan adalah skala 1 : 100.000. Dalam peta

ini juga disajikan adanya kontur. Dengan skala 1 : 100.000 maka selang

kontur yang tersaji adalah 100 meter.

Page 2: interpretasi peta geologi

Orientasi peta

Orientasi peta menunjukkan petunjuk arah mata angin. Dalam peta geologi

lembar Ngawi ini orientasi peta berupa arah mata angin tidak tersajikan.

Keterangan simbol peta

Merupakan keterangan yang digunakan dalam simbol peta. Terdapat

keterangan simbol garis dan simbol bidang / area

1. Simbol garis

Dalam peta ini terdapat kenampakan simbol garis yaitu smbol sungai,

simbol sesar, simbol kontak antiklin, simbol fosil vertebrata.

2. Simbol titik

Dalam peta ini terdapat kenampakan simbol garis yaitu simbol titk

ketinggian, gunung, dan kota atau desa

Page 3: interpretasi peta geologi

3. Simbol bidang atau area

Dalam peta formasi kalibeng di intrepetasikan dengan simbol

bidang/area dengan wara hijau dan diberi keterangan tulisan Tmpk.

Formasi kalibeng mempunyai ciri napal, pejal dan setempat sisipan

batupasir (20-50 cm), tufan gampingan. Di beberapa tempat, di bagian

tengah dan juga bawah terdapat breksi yang merupakan anggota

banyak, dan di bagian atas batugamping anggota klitik. Satuan ini

mengandung fosil foram bentos. Umur satuan ini adalah Miosen Akhir

– Pliosen Awal. Lingkungan pengendapan neritik dalam-batial atas

dengan satuan ketebalan 5000 meter dan menindih selaras Formasi

Kerek

Dalam peta formasi wonocolo di intrepetasikan dengan simbol

bidang/area dengan warna hijau kebiruan dan diberi keterangan tulisan

Tmw Formasi wonocolo mempunyai ciri napal dan batugamping.

Bagian bawah batugamping tipis dan bagian atas napal dengan sisipan

batugamping. Satuan ini mengandug fosil foraminifera yang berumur

Miosen Tengah bagian akhir-Miosen Akhir bagian awal. Lingkupan

pengendapan neritik dangkal. Tebal satuan 100-300 meter

Page 4: interpretasi peta geologi

Dalam peta formasi selorejo di intrepetasikan dengan simbol

bidang/area dengan warna biru muda dan keterangan dengan diberi

tulisan Tps. Formasi selorejo mempunyai batuan penyusun yaitu

batugamping putih kecoklatan, berlapis (25-60 cm) dan di beberapa

tempat silangsiur. Terdapat juga batulempung kelabu terang, pasiran,

gampingan. Batugamping mengandung mengandug fosil foraminifera

bentos dan plangton. Satuan ini berumur Pliosen akhir dengan

lingkungan pengendapan neritik dangkal dan mempunyai tebal yang

diperkirakan 200 meter.

Endapan Alluvium

Dalam peta ini endapan alluvium di intrepetasikan dengan simbol

bidang/area dengan warna abu-abu dan keteranagan dengan diberi

tulisan Qa. Dalam endapan alluvium ini mengandung lempung, lanau,

pasir dan kerikil. Terendapkan di sepanjang dataran banjir Kali Lusi,

Kali Madiun, Kali Wulung dan Bengawan Solo

Endapan Undak

Dalam peta ini endapan undak di intrepetasikan dengan simbol

bidang/area dengan warna abu-abu muda dan keterangan dengan diberi

tulisan Qtr. Dalam endapan undak ini mengandung batupasir ukuran

sedang-besar, mudah lepas, berstruktur silangsiur, dan konglomerat

andesit tuf, opal. Diperkiran endapan ini memiliki tebal 4 meter

Formasi Mundu

Dalam peta ini formasi mundu di intrepetasikan dengan simbol

bidang/area dengan warna kuning kecoklatan dan keterangan dengan

diberi tulisan Tpm. Dalam formasi mundu ini mengandung napal

berwarna kelabu-kuning kecoklatan, tidak begitu keras, tidak berlapis,

dan di beberapa tempat terdapat pasiran. Mengandung fosil

foraminifera bentos dan plangton.

Formasi Ledok

Qa

Qtr

Tpm

Tmpl

Page 5: interpretasi peta geologi

Dalam peta ini formasi ledok di intrepetasikan dengan simbol

bidang/area dengan warna biru dan keterangan dengan diberi tulisan

Tpml. Dalam formasi ledok ini mengandung batugamping dan

batugamping glokonitan. Di bagian bawah perselingan batugamping

kersa dangan yang lebih lunak, dan di bagian atas berkembang

batugamping glokonit. Mengandung fosil foraminifera bentos dan

plangton. Mempunyai tebal satuan yang diperkirakan 100-525 meter

Inset peta

Inset peta yang digunakan dalah inset peta pulau jawa

Sumber peta

Sumber perolehan data yang digunakan membuat peta. Data yang

digunakan dalam pembuaan peta ini adalah dari mosaik peta kartografi

seri T. 725 skala 1 : 50.000 lembar 5220-I, 5220-IV, 5221-I, 5221-II,

5221-III, 5221-IV,

Pembuat peta

Pembuat peta merupakan orang yang membuat peta tersebut. Orang inilah

yang bertanggung jawab mengenai kebenaran data yang disajikan dalam

peta. Pet Geologi lembar Ngawi ini disusun oleh Pusat Penelitian dan

pengembangan Geologi yang bekerja sama dengan Universitas Gajah

Mada, Yogyakarta

Grid peta

Grid merupakan garis yang menyatakan koordinat dari suatu lokasi. Peta

geologi lembar Ngawi ini terletak apad 7⁰00’ - 7⁰30’ LS dan 111⁰00’ -

113⁰30’ BT

Garis tepi peta

Garis Tepi merupakan garis tepi peta yang di buat agar peta terlihat rapi

Page 6: interpretasi peta geologi

2. Analisis Sebagian Peta Geologi Lembar Ngawi

Dengan peta geologi, kita dapat menggambar dan menganalisis apa yang ada

didalam  bumi kaitannay dengan batuan penyusunnya . Ini dimungkinkan sebab peta

geologi mengandung informasi strike dan dip batuan. Strike adalah kecenderungan

arah suatu struktur geologi relatif terhadap Utara. Sedangkan dip memberi tahu kita

seberapa besar sudut kemiringan batuan relatif terhadap bidang horizontal.

Rekontruksi struktur sesar merupakan hasil dari pengukuran dan analisis data

struktur geologi di lapangan dan di studio, didasarkan pada penafsiran kelurusan citra

Page 7: interpretasi peta geologi

lansat, kedudukan lapisan yang tidak normal, cermin sesar (slicken side), seretan sesar

(drag), pergeseran (offset litologi), kekar, ataupun petunjuk-petunjukan lain. Indikasi-

indikasi sesar tersebut untuk menentukan gerak relatif dari sesar yang selanjutnya

digunakan untuk mengetahui tafsiran mengenai tektonik daerah penelitian

Pada peta diatas dapat diketahui bahwa formasi batuan yang ada adalah

formasi tambakromo, formasi kalibeng, formasi wonocolo, formasi selorejo, endapan

alluvium, endapan undak, formasi mundu, formasi ledok. Berdasarkan pembagian

fisiografi yang bibuat oleh Van Bemmelen, 1949 daerah yang tergambar pada peta

termasuk kedalam Zona kendeng/pengunungan kendeng dimana zona ini merupakan

zona antiklinorium yang berarah barat-timur. Dari formasi batuan yang ada kita dapat

mengetahui satuan batuan yang terdapat dalam peta tersebut. Satuan batuan yanga ada

pada peta terbagi menjadi 5 yaitu satuan batupasir, satuan batugamping, satuan

batulempung, satuan breksi dan satuan batupasir tufan. Dalam peta tersebut juga

terdapat kekar yag terdapat pada endapan alluvium. Kekar merupakan rekahan tanpa

atau tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Sesar merupakan suatu

bidang rekahan yang telah mengalami pergeseran Jadi kekar terjadi terlebih dahulu

kemudian terbentuk sesar

Page 8: interpretasi peta geologi

Lipatan secara intensif terjadi pada satuan batupasir dan satuan batulempung.

Berdasarkan rekontruksi pola jurus perlapisan batuan memperlihatkan kecendrungan

arah umum dari sumbu lipatan relatif Barat-Timur.

B. Pembacaan Dan Analisis Peta Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS

Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan Dan Ponorogo

Page 9: interpretasi peta geologi

1. Kelengkapan Marginal Information

Marginal information/informasi tepi peta merupakan kelengkapan unsur unsur

peta yang tersaji dalam peta. Dalam marginal information peta yang lengkap

harus mengandung aspek aspek sebagai berikut :

Judul peta

Peta yang akan dilakukan pembacaan dan analisis adalah Peta

Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS Grindulu Hulu Kabupaten

Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009

Skala peta

Skala peta tersaji dalam dua jenis skala, yaitu skala grafis dan skala angka.

Dalam peta ini skala yang digunakan adalah skala 1 : 50.000

Orientasi peta

Orientasi peta menunjukkan petunjuk arah mata angin. Dalam peta

Keterangan simbol peta Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS

Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009 tersajikan.

Keterangan simbol peta

Merupakan keterangan yang digunakan dalam simbol peta. Terdapat

keterangan simbol garis dan simbol bidang / area. Simbol titik yang

terdapat pada peta tersebut adalah simbol kantor kepala desa . Simbol garis

yang ada pada peta antara lain batas kabupaten, batas kecamatan, batas

desa, batas DAS, sungai, dan jalan. Sedangkan simbol bidana atau area

yang terdapat pada peta tersebut menunjukkan sub kesesuaian lahan

terhadap tanaman jagung.

Inset peta

Inset peta yang digunakan dalah inset peta kabupaten Pacitan

Sumber peta

Sumber perolehan data yang digunakan membuat peta. Sumber yang

digunakan dalam pembuaan peta ini adalah peta Rupa Bumi Indonesia skala

1:25.000 lembar 1507-443 TEGALOMBO dan lembar 1508-121

KISMANTORO tahun 2001. Selain peta data juga diperoleh berdasarkan

analisis dari survey di lapangan.

Pembuat peta

Page 10: interpretasi peta geologi

Pembuat peta merupakan orang yang membuat peta tersebut. Orang inilah

yang bertanggung jawab mengenai kebenaran data yang disajikan dalam

peta. Peta Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS Grindulu Hulu

Kabupaten Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009 dibuat oleh Abidin Dwi S

pada tahun 2010

Grid peta

Grid merupakan garis yang menyatakan koordinat dari suatu lokasi. Peta

Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS Grindulu Hulu Kabupaten

Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009 terletak pada koordinat 07⁰56’30’’ -

08⁰03’30’’ LS dan 117⁰15’30’’ - 117⁰ 21’30’’BT

Garis tepi peta

Garis Tepi merupakan garis tepi peta yang di buat agar peta terlihat rapi

2. Analisis Peta Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS Grindulu

Hulu Kabupaten Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009

Dalam pembutan peta kesesuaian lagan tersebut dibutuhkan beberapa

peta dasar sebagai bahan agar dapat dihasilkan peta kesesuaian lahan yang

tepat. Peta yang digunakan tersebut adalah peta dasar yaitu peta RBI skala

1:25.000, citra satelit landsat/aster, peta tanah, dan peta curah hujan. Dari peta

RBI dapat diketahui mengenai informasi kontur daerah yang akan diteliti.

Sebagai hasil interpretasi peta RBI adalah dihasilkannya peta lereng sebagai

bahan dalam pembuatan peta kesesuaian lahan terhadap tanaman jagung.

Pemanfaatan citra aster yang telah diolah akan menghasilkan data mengenai

klasifikasi penggunaan lahan yang kemudian menjadi peta penggunaan lahan.

Peta tanah digunakan untuk mengetahui jenis jenis tanah yag ada pada lokasi

penelitian. Sedangkan curah hujan digunakan untuk mengetahui sebaran curah

hujan yang kemudian akan menghasilkan peta curah hujan. Dengan

menggabungkan peta yang ada sebagai peta dasar dan dikolaborasikan dengan

hasil survey dilapangan maka akan dihasilkan peta kesesuaian lahan.

Dari hasil peta ksesuaian lahan diatas dapat dianalisis bahwa daerah

tersebut cenderung memilki karakteristik N 2 r yang ditunjukkan dengan

bidang area berwarna merah muda.

Page 11: interpretasi peta geologi

Beberapa persyaratan dari karakteristik lahan yang menentukan kelas

kesesuaian lahan untuk tanaman jagung adalah sebagai berikut:

1. Tempeatur:

Karakterisitik lahan dari variabel Temperatur Tanah (tc) yang

digunakan dalam penilaian kelas kesesuaian lahan, ditentukan dari

karakteristik Rata-rata Temperatur Tanah, yaitu:

a. antara 20oC s/d 26oC, maka termasuk kelas kesesuaian lahan

S1;

b. antara lebih dari 26oC sampai dengan 30oC, maka termasuk

kelas kesesuaian lahan S2;

c. antara 16oC s/d 20oC atau antara 30oC s/d 32oC, maka

d. termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan

(d) kurang dari 16oC atau lebih dari 32oC, maka termasuk

kelas kesesuaian lahan N

2. Ketersediaan Air:

Karakterisitik lahan dari variabel Ketersediaan Air (wa) yang

digunakan dalam penilaian kelas kesesuaian lahan, ditentukan rata-

rata curah hujan tahunan: Apabila lahan yang akan dinilai kelas

kesesuaian lahan tersebut memiliki rata-rata curah hujan tahunan:

a. antara 500 mm s/d 1.200 mm, maka termasuk kelas kesesuaian

lahan S1;

b. antara 1.200 mm s/d 1.600 mm atau antara 400 mm s/d 500

mm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2;

c. lebih dari 1.600 mm atau antara 300 mm s/d 400 mm, maka

termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan

d. kurang dari 300 mm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N

3. Media Perakaran:

Page 12: interpretasi peta geologi

Karakterisitik lahan dari variabel Media Perakaran (rc) ditentukan

dari Tekstur Tanah. Apabila lahan yang akan dinilai kelas

kesesuaian lahan tersebut tanahnya bertekstur:

a. halus (h), agak halus (ah), dan sedang (s), maka termasuk kelas

kesesuaian lahan S1;

b. halus (h), agak halus (ah), dan sedang (s), maka termasuk kelas

kesesuaian lahan S2;

c. agak kasar (ak) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan

d. kasar maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

4. Bahaya Erosi:

Karakterisitik lahan dari variabel Bahaya Erosi (eh) ditentukan dari

dua karakteristik berikut, yaitu:

4.1 Prosentase Lereng:

Apabila prosentase lereng:

a. kurang dari 8% termasuk kelas kesesuaian lahan S1;

b. antara 8% sampai dengan 16% termasuk kelas kesesuaian

lahan S2;

c. antara 16% sampai dengan 30% termasuk kelas kesesuaian

lahan S3; dan

d. lebih dari 30% termasuk kelas kesesuaian lahan N.

4.2 Bahaya Erosi:

Apabila bahaya erosi yang akan terjadi:

a. sangat ringan (sr) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1;

b. antara ringan (r) s/d sedang (sd) maka termasuk kelas

kesesuaian lahan S2;

c. berat (b) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan

d. sangat berat (sb) maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

5. Bahaya Banjir:

Karakterisitik lahan dari variabel Bahaya Banjir (fh) ditentukan

dari karakteristik: Genangan, yaitu:

a. apabila tingkat genangan tergolong F0, maka termasuk kelas

kesesuaian lahan S1;

Page 13: interpretasi peta geologi

b. apabila tingkat genangan tergolong F1, maka termasuk kelas

kesesuaian lahan S2;

c. apabila tingkat genangan tergolong F2, maka termasuk kelas

kesesuaian lahan S3;

d. apabila tingkat genangan tergolong > F2, maka termasuk kelas

kesesuaian lahan N;