interpretasi foto udara pembuatan peta tutup lahan

27
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Salah satu bagian dari pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Adapun prinsip yang digunakan dalam interpretasi foto terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi : bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh) kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang sebenarnya, termasuk luas area/objek yang sedang diidentifikasi. Untuk mengetahui luas area atau objek, dapat dilakukan dengan cara manual ataupun digital. Secara manual, suatu objek foto udara dapat dihitung luas areanya dengan memanfaatkan alat planimeter. Untuk digital, salah satu perangkat lunak yang paling sering digunakan untuk menghitung luas suatu area/objek adalah AutoCAD. Dalam praktikum kali ini, penulis menggunakan kedua metode di atas untuk menghitung luas 1

Upload: bagas-tri-widodo

Post on 28-Dec-2015

94 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan Foto Udara

TRANSCRIPT

Page 1: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk

memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui suatu

proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Salah

satu bagian dari pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Adapun prinsip yang

digunakan dalam interpretasi foto terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi :

bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh)

kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang sebenarnya,

termasuk luas area/objek yang sedang diidentifikasi.

Untuk mengetahui luas area atau objek, dapat dilakukan dengan cara manual ataupun

digital. Secara manual, suatu objek foto udara dapat dihitung luas areanya dengan

memanfaatkan alat planimeter. Untuk digital, salah satu perangkat lunak yang paling sering

digunakan untuk menghitung luas suatu area/objek adalah AutoCAD. Dalam praktikum kali

ini, penulis menggunakan kedua metode di atas untuk menghitung luas area/objek foto

udara, dan memanfaatkan perangkat keras planimeter serta perangkat lunak AutoCAD.

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum Fotogrameri kali ini adalah :

a) Melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan prinsip – prinsip interpretasi

yang benar

b) Mampu mengoperasikan alat planimeter

c) Mampu mengoperasikan perangkat lunak autoCAD

d) Mampu mengidentifikasi objek pada foto udara dilanjutkan dengan menghitung luas

area/objek pada foto udara tersebut

1

Page 2: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

I.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum praktikum fotogrametri kali ini adalah:

A. Memahami konsep interpretasi citra yang ada pada foto udara

B. Memahami konsep perhitungan luas pada foto udara

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Definisi Interpretasi Foto Udara

Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan

maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan

prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan

fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-

kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.

Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto

secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek.

Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.

Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto

udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan

pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan.

Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh

informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang

Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi

foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi

foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer.Salah

satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat

pengamatan paralaks yakni paralaks bar.

2

Page 3: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada

karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual

atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada

cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan

memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai

spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara

manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah

kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan karakteristik dasar citra foto

dapat membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara.

Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :

Bentuk

Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual.

Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek

pada citrta foto.

Ukuran

Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat

disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.

Pola

Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau

keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia,

dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya.

Rona

Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan dengan

pantulan sinar oleh objek.

Bayangan

Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan

suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam

3

Page 4: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat

menyulitkan dalam interpretasi.

Tekstur

Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan

satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan

jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona

individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus

dan bahkan tidak tampak.

Lokasi

Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam

identifikasi.

II.2 Stereoskop

Stereoskop ialah suatu alat yang digunakan untuk dapat melihat sepasang

gambar/foto secara stereoskopis.

Untuk dapat melihat sepasang foto yang saling overlap secara streoskopis tanpa bantuan

perlengkapan optis, sangat dirasakan sekali kesulitannya.

Hal ini disebabkan karena :

1. Melihat sepasang foto dari jarak yang dekat akan menyebabkan ketegangan pada otot-

oto mata.

2. Mata difokuskan pada jarak yang sangat pendek ± 15 cm dari foto yang terletak diatas

meja, sedangkan pada saat itu otak kita mengamati atau melihat sudut paralaktis dengan

tujuan dapat membentuk stereo model pada suatu jarak atau kedalaman.

Keadaaan yang demikian sangat mengacaukan pandangan stereoskop.

Karena kesukaran-kesukaran itulah diperlukan suatu stereoskop untuk membantu kita

dalam pengamatan.

Ada 2 jenis stereoskop, yaitu :

1. Stereoskop saku atau stereoskop lensa

- Lebih murah daripada stereoskp cermin

- Cukup kecil hingga dapat dimasukkan kedalam saku

4

Page 5: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

- Terdiri dari susunan lensa convex yang sederhana

- Mempunyai factor perbesaran yang cukup besar

- Mudah dibawa ke lapangan

- Daerah yang dpat dilihat secara stereoskopis sangat terbatas

2. Stereoskp cermin

- Lebih besar dari stereoskop saku

- Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika dibandingkan

dengan menggunakan stereoskop lensa

- Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa ke lapangan

5

lensa

cermincermin

foto kiri foto kanan

Gambar 2.2 Stereoskop Cermin

foto kiri foto kanan

Gambar 2.1 Stereokop Saku

Page 6: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

II.3 Metode Mekanis

Salah satu cara yang digunakan untuk menghitung luas daerah yang tidak

beraturan adalah dengan cara mekanis yaitu dengan alat yang dinamakan dengan

planimeter. Alat planimeter diletakkan diatas peta (gambar) yang akan dihitung luasnya.

Kemudian alat tersebut mentrace (mengikuti) batas wilayah yang akan diukur luasnya.

Dengan konversi tertentu, maka luas akan dapat dihitung. Ketelitian hasil sangat

bergantung pada besar atau kecilnya skala peta. Semakin besar skala petanya, akan

semakin teliti hasil luasannya. Ada dua jenis planimeter yaitu planimeter mekanik

(manual) dan planimeter digital.

Gambar 2.3 Planimeter

6

Page 7: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

II.3.1 Bagian-bagian planimeter :

Alat planimetri terdiri dari dari dua tangkai (batang) yang dihubungkan oleh sendi

yang memungkinkan kedua tangkai tersebut bergerak bebas pada meja gambar.

Tangkai yang pertama disebut tangkai jarum tetap atau tangkai batang (kutub),

dibagian ujung lain dari tangkai tetap terdapat jarum pelacak tetap yang disebut dengan

kutub planimeter.

Tangkai yang kedua disebut tangkai pelacak. Pada ujung-ujung tangkai pelacak

terdapat sebuah roda (roda ukur) dan jarum pelacak untuk menelusuri batas daerah yang

diukur. Roda ukur dapat berputar bersamaan dengan gerakan dari jarum pelacak.

Banyaknya putaran dapat dibaca pada piringan berskala yang dihubungkan dengan roda

ukur.

Gambar 2.4 Bagian-bagian Planimeter

Keterangan :

1. Batang kutub

2. Batang pelacak

3. Kutub planimeter (tetap)

4. Sendi (engsel)

7

13

2

5

69

4

78

Page 8: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

5. Jarum pelacak

6. Roda ukur berskala

7. Piringan berskala

8. Klem (untuk mengatur panjang batang pelacak)

9. Nonius

II.3.2 Langkah-langkah menghitung luas peta (gambar)

Langkah-langkah dalam menghitung luas peta (gambar) yaitu :

1. Letakkan alat planimeter diatas peta (gambar) yang akan dihitung luasnya

2. Jarum kutub planimeter ditempatkan sedemikian serupa sehingga jarum pelacak dapat

menelusuri seluruh batas daerah yang akan diukur luasnya (dapat didalam atau diluar

daerah yang akan diukur)

3. Lihat titik merah pada lensa alat, kemudian tepatkan titik tersebut pada garis/ batas

wilayah yang akan dicari luasannya.

4. Tempatkan jarum pelacak mulai dari titik awal (misal x0 ), yang telah ditentukan,

kemudian putar roda ukur maju (searah jarum jam) atau mundur (berlawanan arah

jarum jam) melalui x1 sampai kembali ketitik awal (x0).

5. Dengan konversi tertentu, maka luas akan dapat dihitung. Ketelitian hasil sangat

bergantung pada besar atau kecilnya skala peta. Semakin besar skala petanya, akan

semakin teliti hasil luasannya.

II.3.3 Rumus Perhitungan Planimeter

Untuk mendapatkan luasan suatu daerah permukaan bumi dipeta maka diadakan

pengukuran dengan metode planimetri dari titik awal x0 sampai dengan titik akhir x1

dengan menggunakan rumus :

1)

8

Lb = x

Page 9: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

2)

Keterangan :

La = luas yang dicari (km2)

Lx = luas daerah dalam peta (cm2) diperoleh dari perhitungan

menggunakan planimeter

Ly = luas kalibrasi dalam peta (cm2) diperoleh dari perhitungan

menggunakan planimeter

Lb = luas kalibrasi (cm2)

p = panjang (cm)

l = lebar (cm)

X1=Titik Akhir X0= Titik Awal

Luasan lebar

panjang

Gambar 2.5 Pembanding (Daerah Kalibrasi)

II.4 Metode Digitasi

Digitizing is the process of converting paper-based graphical information into a

digitalfomat. (Digitasi adalah proses untuk mengubah informasi grafis yang tersedia

dalam kertas ke format digital). Cara yang paling umum digunakan untuk memasukkan

data dari media kertas ke digital adalah dengan menggunakan alat digitizer dan scanner.

Alat digitizer mengubah ke format digital langsung ke dalam bentuk vector sedangkan

scanner dalam bentuk raster. Untuk data raster hasil scanning harus diubah ke format

9

La = x Lb

Page 10: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

vektor dengan on screen digitasi. Software yang sering digunakan untuk digitasi peta

adalah AutoCad Map. Setelah gambar berbentuk digital dengan format *.dwg maka

dengan mudah dicari luasnya dengan perintah area.

Gambar 2.6 Metode Digitasi

10

Page 11: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum fotogrametri I ini yaitu :

1. Strereoskop cermin

2. Sepasang Foto Udara

3. Planimeter

4. Software Autocad

5. Plastik Mika (Kertas Transparan)

6. Buku dan alat tulis

III.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Hari / tanggal : Selasa, 9 Desember 2008 dan Sabtu. 13 Desember 2008

Pukul : 09.00 – 15.00 BBWI dan 09.30 – 16.00 BBWI

Tempat : Ruang sidang dan Ruang Baca T.Geomatika ITS

11

Page 12: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

III.3 Diagram Alir Pelaksanaan Praktikum

III.4 Problematika Praktikum

Adapun beberapa masalah yang timbul dalam proses praktikum fotogrametri ini yaitu :

1. Pencahayaan yang kurang fokus terhadap lensa alat, sehingga ketajaman resolusinya

kurang baik.

12

mulai

Peminjaman stereoskop

Pengamatan foto udara

Sketsa gambar Bahan

Identifikasi foto udara

Perhitungan Luas

planimetri Digitasi

Luas daerah

Selesai

Page 13: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

2. Lensa fokus alat yang kurang bersih atau sudah kabur karena massa waktu alat

(stereoskop) yang sudah lama.

3. Pengguanan alat yang kuarang maksimal dikarenakan :

Ketika pada saat pengukuran planimeter ke kertas transparan tanpa disengaja

adanya pergeseran alat sehingga bacaannya berubah dan menyebabkan hasil

pengukuran kurang teliti

Bergeraknya tumpuan dibawah alat dalam hal ini meja sebagai tempat

peletakkan planimeter sehingga menyebabkan bacaannya berubah

Adanya fokus mata personal kelompok yang berbeda sehingga ada sedikit

kesalahan – kesalahan lanjutan dalam pengeplotan

4. Pengguanan foto udara yang kurang maksimal dikarenakan :

Kurang jelasnya informasi yang terdapat di tepi foto udara seperti nivo kotak,

jam penunjuk waktu pemotretan, dan altimeter.

Pemakaian foto udara yang sudah tua sekali sehingga adanya perusakan pada

lempengan foto sehingga menyebabkan gambar foto kabur.

III.5 Solusi Problematika Praktikum

1. Untuk menghilangkan kesalahan –kesalahan dalam ploting alat harus benar – benar

dalam keadaan baik dan sudah dikalibrasi.

2. Menggunakan meja yang luas dan tidak mudah bergerak sebagai tumpuan alat

stereoskop sehingga alat tidak mudah bergerak.

3. Menggunakan foto–foto udara yang standart untuk proses pengeplotan

dimana lebih baik resolusi yang tinggi.

4. Dalam proses pengeplotan diusahakan alat tetap pada posisi keadaan yang

semula.

BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA

13

Page 14: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

IV.1 Hasil Pengamatan

Dari praktikum Fotogrametri tersebut digunakan 1 buah foto udara dengan

informasi tepi sebagai berikut :

1. Nivo : foto tegak

2. Jam Pemotretan : 09.40

3. Fokus Kamera : 152,51

4. Tanggal, bulan dan tahun pemotretan : Agustus 1998

5. Altimeter : 3,6 km

6. No.Foto : 826

7. Instansi pembuat : KLM AEROCARTO B.V

THE NETHERLANDS

no luas luas (cm2) keliling luas digit luas digit x skala luas (m2) luas (km2)jumlah luas

(km2)keterangan

a1 36.8497 0.368497 8.6625 0.11427447 63646308.81 6364.63088 0.636463091.838481345 pemukiman

a2 69.594 0.69594 8.6625 0.215817699 120201825.7 12020.1826 1.20201826

b1 3.1622 0.031622 8.6625 0.009806287 5461709.531 546.170953 0.0546171

4.499139792 hutanb2 4.3517 0.043517 12.4729 0.013495041 7516198.016 751.619802 0.07516198

b3 1.2597 0.012597 6.3666 0.003906451 2175736.986 217.573699 0.02175737

14

Page 15: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

b4 0.8779 0.008779 4.8836 0.002722452 1516297.134 151.629713 0.01516297

b5 1.9454 0.019454 10.2103 0.006032873 3360068.852 336.006885 0.03360069

b6 0.1538 0.001538 1.8335 0.000476949 265641.3022 26.5641302 0.00265641

b7 0.1806 0.001806 2.1139 0.000560058 311929.9037 31.1929904 0.0031193

b8 0.8217 0.008217 4.7795 0.002548171 1419229.246 141.922925 0.01419229

b9 3.1717 0.031717 16.3722 0.009835747 5478117.804 547.81178 0.05478118

b10 1.6527 0.016527 9.4651 0.005125182 2854521.328 285.452133 0.02854521

b11 2.152 0.02152 12.7319 0.006673559 3716905.607 371.690561 0.03716906

b12 0.6351 0.006351 4.2274 0.001969506 1096936.223 109.693622 0.01096936

b13 122.0701 1.220701 107.2556 0.378551141 210837843.5 21083.7843 2.10837843

b14 115.4316 1.154316 80.4807 0.357964513 199371915.1 19937.1915 1.99371915

b15 2.6233 0.026233 8.07 0.008135106 4530928.662 453.092866 0.04530929

c1 16.4129 0.164129 100.5987 0.050897984 28348141.28 2834.81413 0.283481410.313739995 sungai

c2 1.7519 0.017519 13.537 0.005432811 3025858.24 302.585824 0.03025858

d1 18.6674 0.186674 26.737 0.057889406 32242083.52 3224.20835 0.32242084

0.618149728 tebingd2 4.7543 0.047543 26.2601 0.014743542 8211563.35 821.156335 0.08211563

d3 12.3677 0.123677 26.148 0.038353429 21361325.97 2136.1326 0.21361326

Tabel 4.1 Perhitungan Digitasi

Tabel 4.2 Perbandingan

Perhitungan Digitasi dan

Planimeter

IV. Analisis Data

Dengan memperhatikan hasil dari data pengukuran menggunakan planimeter dan

digitasi. Diperoleh hasil luasan untuk area setiap lahannya berbeda, dikarenakan

15

Daerah

Luas Digit

(km2)

Luas Planimeter

(km2)

Pemukiman 1.838481345 1.479104969

Sungai 0.313739995 0.162557092

Tebing 0.618149728 0.534359965

Hutan 4.499139792 5.792384

Page 16: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

kalibrasi yang digunakan pada planimeter terlalu besar. Sehingga hasil luasan yang

dicari tidak sama persis dengan pengukuran digitasi.

Pengukuran yang menggunakan planimeter minimal dilakukan pengukuran sebanyak 3

kali untuk mendapatkan hasil luasan yang mendekati. Kemudian dari hasil pembacaan

setiap luasan dirata-rata

Bandingkanlah luasan yang telah dihitung menggunakan planimeter dan digitasi.

Apakah hasil pengukurannya benar atau tidak.

BAB V

PENUTUP

16

Page 17: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

V.1 Kesimpulan

Dari praktikum interpretasi foto udara dan pembuatan peta tutupan lahan ini dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

- Orientasi foto udara sangatlah penting untuk dilakukan jika akan melakukan interpretasi

udara.

- Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan kemampuan,

kondisi fisik, asumsi penafsir, keadaan obyek yang diamati, dan kualitas foto yang

digunakan.

- Diperlukan ketelitian yang tinggi pada pengamatan planimeter agar diperoleh hasil luasan

yang sebanding dengan perhitungan planimeter

IV.2 Saran

- Sebaiknya ukuran area yang akan diukur menggunakan planimeter nantinya tidak terlalu

kecil, sehingga memudahkan penafsir dalam menghitung luas dengan planimeter.

- Diperlukan banyak latihan dan kondisi fisik yang baik dalam melakukan interpretasi foto,

sehingga mudah dan cepat dalam identifikasi obyek, serta hasilnya akurat.

- Untuk mendapatkan hasil hitungan luas yang optimal, maka harus dilakukan perhitungan

minimal 3 kali. Untuk menghindari kesalahan setiap pembacaan. Kemudian dari hasil

tersebut dirata-rata, sehingga mendapatkan hasil yang mendekati dari sebenarnya.

LAMPIRAN

17

Page 18: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Interpretasi Foto Udara Pembuatan Peta Tutup Lahan

Budi Cahyono, Agung dan Hapsari, Hepi. 2005. Petunjuk Praktikum Fotogrametri I.

Surabaya: Program Studi Teknik Geodesi ITS

Haryanto, Teguh. 2003. Photogrametri I. Surabaya: Program Studi Teknik geodesi ITS

19