interpretasi data gradiometer magnetik daerah ahu, mamuju

10
PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN 208 ISBN 978-979-99141-7-0 Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju Gradiometer Magnetics Data Interpretation of Ahu Area, Mamuju Dwi Haryanto*, Adhika Junara Karunianto Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir-BATAN; Jl. Lebak Bulus Raya No. 9, Ps. Jumat, Jakarta 12440 *Pos-el: [email protected] ABSTRAK Uranium digunakan sebagai bahan bakar PLTN. Peningkatan kebutuhan akan uranium perlu diimbangi dengan peningkatan eksplorasi. Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat diterapkan dalam eksplorasi deposit uranium dan torium yang mineralisasinya berasosiasi dengan mineral sulfida atau mineral magnetik lainnya. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data gradiometer magnetik dilakukan untuk mengetahui sebaran anomali gradiometer magnetik yang terkait dengan keberadaan uranium dan torium serta pola strukur yang terdapat di daerah penelitian. Deposit uranium pada umumnya berasosiasi dengan sulfida dan terdapat dalam batuan favourable. Mineralisasi uranium dijumpai dalam bentuk-bentuk tidak teratur dan tidak merata. Pengolahan data gradiometer magnetik dilakukan untuk dapat menentukan keberadaan mineral sulfida. Penentuan sebaran deposit uranium dan torium dilakukan dengan melakukan interpretasi secara kualitatif terhadap data kontur gradiometer magnetik. Anomali data gradiometer magnetik di daerah Ahu tidak terkonsentrasi pada zona deposit uranium dan torium. Deposit uranium dan torium sebagian besar berada di satuan batuan Lava Ahu serta berada di sekitar perkiraan patahan yang melintasi daerah penelitian. Kata kunci: gradiometer magnetik, uranium, torium, Ahu ABSTRACT Uranium is used as nuclear fuel. Increased demand for uranium, needs to be balanced with increased exploration. The magnetic method is a geophysical method that can be applied in the exploration of uranium and thorium deposits whose mineralization is associated with sulfide minerals or other magnetic minerals. Processing, analysis, and interpretation of magnetic gradiometer data is carried out to determine the distribution of magnetic gradient anomalies associated with the presence of uranium and thorium and structural patterns found in the study area. Uranium deposits are generally associated with sulfides and are present in favorable rocks. Uranium mineralization is found in irregular and uneven forms. Magnetic gradiometer data processing is performed to determine the presence of sulfide minerals. The determination of the distribution of uranium and thorium deposits is carried out by making a qualitative interpretation of the contour magnetic gradient data. Magnetic anomaly data in the Ahu region is not concentrated in the uranium and thorium deposit zones. Uranium and thorium deposits are mostly in the Lava Ahu rock unit and are located around approximate- fault that cross the study area. Keywords: magnetic gradiometer, uranium, thorium, Ahu PENDAHULUAN Secara administratif, daerah penelitian berada di Desa Ahu, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada koordinat 2° 51' 04” sampai 2° 49' 05" LS dan 118° 48' 47" sampai 118° 48' 49" BT. Kondisi daerah penelitian sebagian besar berupa perbukitan terjal, hutan primer dan sekunder, serta perkebunan coklat. Lokasi penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

208 ISBN 978-979-99141-7-0

Interpretasi Data Gradiometer Magnetik

Daerah Ahu, Mamuju

Gradiometer Magnetics Data Interpretation of Ahu Area, Mamuju

Dwi Haryanto*, Adhika Junara Karunianto

Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir-BATAN; Jl. Lebak Bulus Raya No. 9, Ps. Jumat, Jakarta 12440

*Pos-el: [email protected]

ABSTRAK

Uranium digunakan sebagai bahan bakar PLTN. Peningkatan kebutuhan akan uranium perlu diimbangi

dengan peningkatan eksplorasi. Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat diterapkan

dalam eksplorasi deposit uranium dan torium yang mineralisasinya berasosiasi dengan mineral sulfida atau

mineral magnetik lainnya. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data gradiometer magnetik dilakukan untuk

mengetahui sebaran anomali gradiometer magnetik yang terkait dengan keberadaan uranium dan torium serta

pola strukur yang terdapat di daerah penelitian. Deposit uranium pada umumnya berasosiasi dengan sulfida dan

terdapat dalam batuan favourable. Mineralisasi uranium dijumpai dalam bentuk-bentuk tidak teratur dan tidak

merata. Pengolahan data gradiometer magnetik dilakukan untuk dapat menentukan keberadaan mineral sulfida.

Penentuan sebaran deposit uranium dan torium dilakukan dengan melakukan interpretasi secara kualitatif

terhadap data kontur gradiometer magnetik. Anomali data gradiometer magnetik di daerah Ahu tidak

terkonsentrasi pada zona deposit uranium dan torium. Deposit uranium dan torium sebagian besar berada di

satuan batuan Lava Ahu serta berada di sekitar perkiraan patahan yang melintasi daerah penelitian.

Kata kunci: gradiometer magnetik, uranium, torium, Ahu

ABSTRACT

Uranium is used as nuclear fuel. Increased demand for uranium, needs to be balanced with increased

exploration. The magnetic method is a geophysical method that can be applied in the exploration of uranium and

thorium deposits whose mineralization is associated with sulfide minerals or other magnetic minerals.

Processing, analysis, and interpretation of magnetic gradiometer data is carried out to determine the

distribution of magnetic gradient anomalies associated with the presence of uranium and thorium and structural

patterns found in the study area. Uranium deposits are generally associated with sulfides and are present in

favorable rocks. Uranium mineralization is found in irregular and uneven forms. Magnetic gradiometer data

processing is performed to determine the presence of sulfide minerals. The determination of the distribution of

uranium and thorium deposits is carried out by making a qualitative interpretation of the contour magnetic

gradient data. Magnetic anomaly data in the Ahu region is not concentrated in the uranium and thorium deposit

zones. Uranium and thorium deposits are mostly in the Lava Ahu rock unit and are located around approximate-

fault that cross the study area.

Keywords: magnetic gradiometer, uranium, thorium, Ahu

PENDAHULUAN

Secara administratif, daerah penelitian

berada di Desa Ahu, Kecamatan Tapalang,

Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada

koordinat 2° 51' 04” sampai 2° 49' 05" LS

dan 118° 48' 47" sampai 118° 48' 49" BT.

Kondisi daerah penelitian sebagian besar

berupa perbukitan terjal, hutan primer dan

sekunder, serta perkebunan coklat. Lokasi

penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1.

Page 2: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

ISBN 978-979-99141-7-0 209

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan data gradiometer magnetik di daerah Ahu, Mamuju, Sulawesi Barat.

Daerah Ahu, Kecamatan Tapalang,

Mamuju termasuk dalam batuan gunung api

Adang [1]. Nilai radioaktivitas (nilai laju

dosis radiasi) tinggi ditemukan di beberapa

daerah di Kabupaten Mamuju, Sulawesi

Barat. Kandungan mineral radioaktif alami

atau biasa disebut NORM (Naturally

Occurring Radioactive Materials) yang

terdapat pada batuan gunung api Adang

kemungkinan besar yang menyebabkan

tingginya nilai radioaktivitas di Mamuju [2].

Daerah penelitian berdasarkan peta geologi

dari PTBGN-BATAN mencakup daerah

dengan litologi lava Ahu, breksi Tapalang,

endapan aluvial, endapan sungai, dan

sebagian berada pada daerah batugamping

terumbu [3]. Pengukuran radiometri

soil/batuan di Mamuju menunjukkan bahwa

daerah Ahu termasuk ke dalam lokasi dengan

anomali kadar uranium dan torium yang

relatif tinggi seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2 [4]. Vulkanostratigrafi yang

diperoleh dari pengamatan citra satelit

Landsat-8 menunjukkan adanya beberapa

gumuk gunung api di dalam Batuan Gunung

Api Adang (Tma), diantaranya Gumuk

Labuhan Ranau, Gumuk Sumare, Gumuk

Ampalas, Gumuk Adang, Gumuk Tapalang,

Gumuk Ahu, dan Gumuk Botteng [5]. Nilai

radiometri tinggi hanya ditemukan di Gumuk

Adang, Gumuk Tapalang, Gumuk Ahu, dan

Gumuk Botteng yang tersusun atas batuan

trachyte, tephra-phonolite, phono-tephrite,

dan phonolite dengan afinitas ultrapotasik

yang terbentuk pada tataan tektonik benua

aktif dengan kerak benua mikro blok

Sulawesi [3].

Litologi daerah penelitian terdiri atas

enam satuan batuan yaitu Endapan Aluvial,

Endapan Sungai, Batugamping Kristalin,

Breksi Lava Tapalang, Breksi Lava

Labuanrano, dan Lava Ahu (Gambar 3) [6].

Sistem kelurusan berarah tenggara–baratlaut

yang mengontrol pembentukan gunung api

dan mineralisasi U-Th di daerah Mamuju

termasuk di daerah Ahu [7]. Pengembangan

eksplorasi torium dapat difokuskan pada

daerah alterasi lanjut, sedangkan eksplorasi

Page 3: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

210 ISBN 978-979-99141-7-0

uranium harus difokuskan pada daerah yang

bersifat reduktif yang memungkinkan

terbentuknya cebakan uranium [4].

Metode geofisika telah digunakan secara

luas pada eksplorasi mineral termasuk untuk

eksplorasi mineral radioaktif. Metode

geofisika yang dapat dipakai untuk

eksplorasi mineral radioaktif di antaranya

metode: radioaktivitas, gas radon,

elektromagnet, gravitasi/gaya berat,

magnetik/magnetik, geolistrik, dan polarisasi

terinduksi (induced polarization).

Penggunaan metode yang paling efektif

merupakan prinsip utama dalam melakukan

survei geofisika.

Parameter yang diukur pada metode

magnetik adalah adanya variasi spasial pada

medan magnetik. Metode ini dapat biasanya

digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon,

batubara, deposit mineral bersifat logam, dan

investigasi arkeologi [8]. Tujuan survei

magnetik adalah untuk mengidentifikasi dan

menggambarkan batuan bawah permukaan

yang memiliki anomali medan magnet [9].

Anomali medan magnet dihasilkan dari

perbedaan kandungan mineral magnetik pada

batuan di bawah permukaan yang juga terkait

dengan suseptibilitas (kerentanan) magnetik.

Suseptibilitas magnetik merupakan tingkat

kemagnetan suatu benda untuk

termagnetisasi, yang pada umumnya erat

kaitannya dengan kandungan mineral dan

oksida besi. Nilai suseptibilitas batuan

umumnya tergantung pada kandungan

mineral magnetit di dalam batuan [10].

Survei magnetik dapat melokalisir area

sebelum dilakukan survei lebih lanjut,

misalnya untuk suvei geolistrik dan

polarisasi terinduksi.

Gambar 2. Peta iso kadar ekuivalen uranium (A) dan kadar ekuivalen torium (B) daerah Ahu, Mamuju hasil

pengukuran RS-125 (dimodifikasi dari [4]).

Page 4: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

ISBN 978-979-99141-7-0 211

Gambar 3. Peta geologi daerah penelitian yang terdiri atas enam satuan batuan (dimodifikasi dari [6]).

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sebaran anomali gradiometer

magnetik yang terkait dengan keberadaan

uranium dan torium berdasarkan analisis

secara kualitatif, serta perkiraan struktur

yang terdapat di daerah penelitian. Pola

strukur dapat diketahui dengan melakukan

pengolahan terhadap data gradiometer

magnetik. Hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai dasar dalam melakukan

tahapan eksplorasi selanjutnya.

METODOLOGI

Peralatan utama yang digunakan dalam

survei magnetik di daerah Ahu adalah Proton

Precession Magnetometer G856-AX dari

Geometrics beserta 2 sensornya. Peralatan

dan perlengkapan pendukung meliputi peta,

kompas, GPS handheld, jam, buku catatan,

buku data, dan alat tulis. Akuisisi data

dilakukan dengan mode gradiometer vertikal.

Jarak antara sensor atas dengan sensor bawah

4 kaki (121,92 cm). Data yang didapatkan

berupa data gradiometer magnetik yang

merupakan selisih antara sensor atas dengan

sensor bawah dengan satuan nanoTesla (nT).

Data hasil dari akuisisi diproses awal

dengan melakukan pemilihan data. Data-data

yang terkena derau (noise) yang signifikan

dan memiliki perbedaan nilai yang jauh (data

ekstrim) akan dieliminasi. Data ekstrim dari

pengukuran di lapangan dapat diketahui

dengan melihat kestabilan data akuisisi (tiap

titik diambil 3–4 data).

Nilai gradiometer megnetik (∆H)

diperoleh dengan mengurangi nilai medan

magnetik yang terbaca pada sensor bawah

(HSB) dengan nilai medan magnetik yang

terbaca oleh sensor atas (HSA) seperti pada

persamaan 1.

ΔH = HSB – HSA (1)

Kemudian dilakukan proses reduksi ke

ekuator magnetik untuk mendapatkan lokasi

anomali yang lebih jelas. Selanjutnya

dilakukan filter kontinuasi ke atas (upward

continuation) untuk menghilangkan derau

(noise) yang berada di permukaan. Filter ini

juga akan lebih menyederhanakan anomali

yang kompleks. Dilakukan metode coba-

coba untuk mendapatkah hasil yang

mendekati keadaan geologi daerah

Page 5: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

212 ISBN 978-979-99141-7-0

penelitian. Penentuan sebaran deposit

uranium dan torium dilakukan dengan

melakukan interpretasi secara kualitatif

terhadap data kontur gradiometer magnetik

setelah dilakukan proses reduksi ke ekuator

dan kontinuasi ke atas.

Langkah selanjutnya adalah melakukan

pemrosesan directional derivatives. Proses

ini dapat memberikan informasi mengenai

kemiringan atau laju perubahan lereng dalam

arah yang ditentukan. Opsi yang digunakan

dalam adalah derivatif kedua (second

derivative). Pemrosesan derivatif kedua

dilakukan untuk dapat memberikan

gambaran pola struktur di daerah penelitian

dengan lebih jelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Akuisisi Data

Akuisisi data merupakan tahapan awal

dalam survei magnetik di daerah penelitian.

Akusisi data dimulai dari persiapan, baik

persiapan survei maupun alat hingga

pengukuran pada daerah yang telah

ditentukan. Pelaksanaan akuisisi dilakukan

berdasarkan prosedur kerja yang telah

tersedia sehingga data yang dihasilkan dapat

dipertanggungjawabkan. Langkah awal

sebelum melakukan akuisisi yaitu melakukan

persiapan peralatan utama dan perlengkapan

pendukung yang diperlukan.

Peralatan utama yang digunakan dalam

akuisisi data gradiometer magnetik di daerah

Ahu adalah Proton Precession

Magnetometer G856-AX dari Geometrics.

Sensor yang digunakan 2 sensor yang

disusun secara vertikal. Jarak antara sensor

atas dengan sensor bawah 4 kaki (121,92

cm). Pengambilan data gradiometer magnetik

ditunjukkan oleh Gambar 4. Akuisisi data di

area survei dilakukan dengan spasi antartitik

sekitar 50 m dan spasi antarlintasan sekitar

100 m. Pengukuran dilakukan sebanyak 3–4

kali untuk setiap titik ukur. Pengukuran data

posisi/koordinat yang sesuai dengan posisi di

mana akuisisi data lapangan dilakukan

menggunakan GPS handheld.

Gradiometer Magnetik Hasil Pengukuran

Data yang diperoleh dari pengukuran di

lapangan merupakan data gradiometer

magnetik. Seleksi data dilakukan terhadap

data hasil pengukuran untuk mengeliminasi

data ekstrim. Data ekstrim dari pengukuran

di lapangan dapat diketahui dengan melihat

kestabilan data akuisisi (tiap titik diambil 3–4

data). Peta kontur gradiometer magnetik hasil

akuisisi dibuat berdasarkan data hasil akuisisi

yang telah melewati tahap seleksi data awal

(Gambar 5). Nilai gradiometer magnetik

berkisar antara -4,5–5,5 nT.

Gambar 4. Pengukuran data gradiometer magnetik di daerah penelitian.

Page 6: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

ISBN 978-979-99141-7-0 213

Gambar 5. Peta kontur gradiometer magnetik hasil pengukuran di daerah penelitian.

Reduksi ke Ekuator

Metode reduksi medan magnet yang

umum digunakan adalah dengan melakukan

reduksi ke kutub (reduce to pole).

Kelemahan reduksi ke kutub adalah

terjadinya ketidakstabilan data hasil reduksi

ketika area survei berada pada lintang

magnetik yang rendah atau di sekitar ekuator

magnetik [11]–[13]. Jalan keluar yang dapat

dilakukan salah satunya dengan melakukan

reduksi ke ekuator magnetik. Perbedaan

mendasar saat melakukan interpretasi pada

data hasil reduksi ke kutub dengan data hasil

reduksi ke ekuator adalah pada penentuan

lokasi sumber anomali di bawah permukaan.

Posisi sumber anomali berada di bawah

puncak (nilai tertinggi) anomali ketika untuk

reduksi ke kutub, sedangkan posisi sumber

akan berada di bawah lembah (nilai terendah)

anomali jika data direduksi ke ekuator

(Gambar 6). Ketika nilai absolut inklinasi

magnetik besar, kurva anomali magnetik

hanya sedikit bervariasi. Ketika nilai absolut

inklinasi magnetik kecil, kurva anomali

magnetik sangat bervariasi. Ketika inklinasi

900 (kutub magnetik), kurva anomali

magnetik berada di pusat positif dan simetris.

Ketika inklinasi magnetik 00 (ekuator

magnetik), kurva anomali magnetik berada di

pusat negatif dan masih simetris [14]. Hasil

reduksi data gradiometer magnetik ke

ekuator magnetik ditunjukkan oleh Gambar

7. Parameter masukan berupa inklinasi dan

deklinasi.

Anomali dengan nilai gradiometer

rendah berada di bagian barat laut, utara, dan

tenggara daerah penelitian. Terjadi

perubahan posisi anomali yang jelas terlihat

pada anomali terbesar (di bagian barat laut.

Posisi anomali rendah bergerak sedikit ke

utara setelah dilakukan reduksi ke ekuator.

Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada

nilai gradiometer magnetik, dari sekitar -4,5–

5,5 nT menjadi -4–4,5 nT. Terjadi penurunan

rentang atau jangkauan data dari 10 nT

menjadi 8,5 nT.

Page 7: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

ISBN 978-979-99141-7-0 214

Gambar 6. Pengaruh inklinasi pada kurva anomali magnetik total [14].

Gambar 7. Peta kontur gradiometer magnetik setelah dilakukan reduksi ke ekuator yang di-overlay oleh anomali

kadar eU, anomali kadar eTh, dan zona alterasi. Data overlay diambil dari penelitian sebelumnya [4a].

Benda yang memiliki nilai

kemagnetan yang tinggi diperkirakan

terdapat pada bagian barat laut daerah

penelitian dengan nilai gradiometer magnetik

kurang dari -2 nT. Sebaran anomali kadar eU

dan Th relatif berada pada nilai gradiometer

magnetik antara -1–1 nT. Hal ini

membuktikan bahwa tidak ada korelasi

secara langsung antara nilai gradiometer

magnetik dengan keterdapatan uranium

maupun torium.

Kontinuasi ke Atas

Data gradiometer yang telah dilakukan

reduksi ke ekuator kemudian dilakukan filter

kontinuasi ke atas (Gambar 8). Filter ini

dilakukan untuk dapat mengeliminasi derau

yang diakibatkan oleh benda-benda logam

Page 8: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

ISBN 978-979-99141-7-0 215

atau material lain yang bersifat magnetik di

luar target penelitian. Kontinuasi ke atas

dilakukan dengan metode coba-coba yaitu

dengan mengubah-ubah ketinggian

kontinuasi sampai didapatkan gambaran yang

relatif mendekati geologi daerah penelitian.

Hasil kontinuasi menunjukkan bahwa

semakin tinggi kontinuasi, nilai medan

magnet yang dihasilkan semakin rendah. Peta

kontur yang dihasilkan semakin sederhana

dan bersifat regional. Semakin tinggi

pengangkatan, semakin dalam perkiraan

sumber anomali. Anomali-anomali kecil

yang berasal dari permukaan tidak terlihat

lagi.

Derivatif Kedua pada Proses Directional

Derivatives

Pemrosesan derivatif kedua dilakukan

pada data gradiometer magnetik setelah

dilakukan reduksi ke ekuator, kontinuasi ke

atas. Proses ini dilakukan kuntuk dapat

memberikan gambaran pola struktur yang

berupa tinggian dan rendahan dengan lebih

jelas karena kontur yang dihasilkan terlihat

lebih tajam dengan kelurusan yang lebih jelas

pula. Penentuan arah derivatif sangat

menentukan hasil yang diperoleh. Arah

derivatif yang digunakan pada penelitian ini

mengarah ke timur laut (N 420 E). Penentuan

arah derivatif dilakukan dengan

memperkirakan arah kelurusan pada anomali

yang signifikan setelah dilakukan reduksi ke

ekuator. Arah derivatif tegak lurus terhadap

kelurusan anomai signifikan tersebut. Peta

kontur gradiometer magnetik setelah

dilakukan reduksi ke ekuator, kontinuasi ke

atas setinggi 500 m, dan derivatif kedua

ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 8. Peta kontur gradiometer magnetik setelah dilakukan reduksi ke ekuator yang dilanjutkan dengan

proses kontinuasi ke atas. Kontinuasi ke atas: (a) 10 meter (b) 50 meter (c) 100 meter (d) 200 meter (e) 500

meter, dan (f) 1000 meter.

nT

mU

mT

nT

mU

mT mT

nT

nT

nT

nT

Page 9: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

216 ISBN 978-979-99141-7-0

Gambar 9. Peta kontur gradiometer magnetik setelah dilakukan reduksi ke ekuator, kontinuasi ke atas setinggi

500 m, dan derivatif kedua.

Indikasi keterdapatan patahan di daerah

penelitian ditunjukkan oleh Gambar 8.

Patahan diperkirakan berarah barat laut-

tenggara. Penentuan lokasi patahan

dilakukan berdasarkan data gradiometer

magnetik yang telah dilakukan reduksi ke

ekuator, kontinuasi ke atas, dan derivatif

kedua. Pemrosesan derivatif kedua dilakukan

untuk dapat mempertajam zona puncak

maupun lembah pada peta kontur. Posisi

anomali untuk data magnetik yang direduksi

ke ekuator berada pada bagian lembah, hal

ini berbeda jika dilakukan reduksi ke kutub

(posisi benda pembentuk anomali berada

pada bagian puncak). Pengambilan patahan

pada bagian lembah dilakukan dengan

dengan asumsi bahwa keberadaan patahan

dapat mengakibatkan proses hidrotermal

yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan

lokasi patahan yang berada di zona

hidrotermal. Keberadaan patahan juga dapat

menjadi kontrol pengkayaan mineral yang

mengandung uranium dan torium. Hal ini

juga ditunjukkan oleh keberadaan anomali

uranium dan torium yang relatif menyebar di

sepanjang patahan yang diperkirakan.

KESIMPULAN

Keterdapatan anomali ekuivalen kadar

uranium dan torium tidak berkorelasi secara

langsung dengan anomali gradiometer

magnetik. Perkiraan patahan terdapat pada

daerah penelitian dengan arah barat laut-

tenggara. Hal ini terlihat dari pemrosesan

data gradiometer magnetik yang telah

dilakukan reduksi ke ekuator, kontinuasi ke

atas, dan derivatif kedua. Keberadaan

patahan juga dapat menjadi kontrol

pengkayaan batuan yang mengandung

uranium dan torium. Hal ini juga ditunjukkan

oleh keberadaan anomali uranium dan torium

yang relatif menyebar di sepanjang perkiraan

patahan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan

kepada PTBGN-BATAN yang telah

mendukung penelitian ini baik dari dana

maupun fasilitas. Juga kepada Bapak Syaeful

serta Tim Geologi-Geofisika Mamuju 2017

yang ikut membantu dalam pelaksanaan

kegiatan.

Page 10: Interpretasi Data Gradiometer Magnetik Daerah Ahu, Mamuju

PROSIDING Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019 PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR - BATAN

ISBN 978-979-99141-7-0 217

DAFTAR PUSTAKA

[1] N. Ratman and S. Atmawinata, Peta Geologi

Indonesia Lembar Mamuju dan Sekitarnya,

Sulawesi. Bandung: P3G ESDM, 1993.

[2] H. Syaeful, I. G. Sukadana, and A. Sumaryanto,

“Radiometric Mapping for Naturally Occurring

Radioactive Materials ( NORM ) Assessment in

Mamuju , West Sulawesi,” Atom Indones., vol.

40, no. 1, pp. 33–39, 2014.

[3] I. G. Sukadana, A. Harijoko, and L. D. Setijadji,

“Tataan Tektonika Batuan Gunung Api di

Komplek Adang Kabupaten Mamuju, Provinsi

Sulawesi Barat,” Eksplorium, vol. 36, no. 1, pp.

31–44, 2015.

[4] I. G. Sukadana, F. D. Indrastomo, and Ngadenin,

“Sebaran Alterasi Batuan Berdasarkan Rasio

U/Th di Tapalang, Mamuju, Sulawesi Barat,”

Ris. Geol. dan Pertamb., vol. 28, no. 2, pp. 141–

155, 2018.

[5] F. D. Indrastomo, I. G. Sukadana, A. Saepuloh,

A. H. Harsolumakso, and D. Kamajati,

“Interpretasi Vulkanostratigrafi Daerah Mamuju

Berdasarkan Analisis Citra Landsat-8,”

Eksplorium, vol. 36, no. 2, pp. 71–88, 2015.

[6] I. G. Sukadana, F. D. Indrastomo, and H.

Syaeful, “Geology and Radionuclide Ratio

Mapping For Radioactive Mineral Exploration

in Mamuju, West Sulawesi,” in Prosiding

Seminar Teknologi Energi Nuklir, 2015, pp.

140–147.

[7] F. D. Indrastomo, I. G. Sukadana, and Suharji,

“Identifikasi Pola Struktur Geologi Sebagai

Pengontrol Sebaran Mineral Radioaktif

Berdasarkan Kelurusan pada Citra Landsat-8 di

Mamuju , Sulawesi Barat,” Eksplorium, vol. 38,

no. 2, pp. 71–80, 2017.

[8] P. Kearey, M. Brooks, and I. Hill, An

Introduction to Geophysical Exploration, 3rd

eE. Oxford, London, Edinburgh, Malden,

Carlton Victoria, Paris: Blackwell Science Ltd,

2002.

[9] W. Lowrie, Fundamentals of Geophysics, 2nd

Ed. Cambridge: Cambridge University Press,

2007.

[10] J. Milsom, Field Geophysics, 3rd Ed.

Chichester: John Willey & Sons Inc, 2003.

[11] I. C. F. Stewart, “A Simple Approximation for

Low-Latitude Magnetic Reduction-to-The-

Pole,” J. Appl. Geophys., vol. 166, pp. 57–67,

2019.

[12] M. Hao, F. Zhang, Z. Tai, W. Du, L. Ren, and Y.

Li, “Reduction to The Pole at Low Latitudes by

Using The Taylor Series Iterative Method,” J.

Appl. Geophys., vol. 159, pp. 127–134, 2018.

[13] Y. Li and D. W. Oldenburg, “Stable Reduction

to The Pole at The Magnetic Equator,”

Geophysics, vol. 66, no. 2, pp. 571–578, 2001.

[14] Z. Guo, D. Liu, Q. Pan, and Y. Zhang, “Forward

Modeling of Total Magnetic Anomaly Over a

Pseudo-2D Underground Ferromagnetic

Pipeline,” J. Appl. Geophys., vol. 113, pp. 14–

30, 2015.