interaksi obat (studi kasus)

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction, merupakan interaksi yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi obart dapat mengahasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang menghasilkan efek buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab terbanyak terjadinya kesalahan pengobatan. Jika terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sangat jarang dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal kemungkinan terjadinya interaksi obat ini cukup besar, terutama pada passion yang mengonsumsi lebih dari 5 macam obat pada saat yang bersamaan. Pada saat ini lebih dari 25 jenis obat baru beredar di pasaran setiap tahunnya. Oleh karena itu, setiap pengobatan modern seperti rumah sakit, puskesmas, praktek dokter pribadi, dan apotek. Sebaiknya atau bahkan seharusnya memiliki akses paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan kepada pasien dan rasionalisasi obat dapat tercapai.

Upload: dion-siagian

Post on 31-Dec-2015

301 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

ribet coi

TRANSCRIPT

Page 1: Interaksi Obat (Studi Kasus)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interaksi atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction, merupakan interaksi

yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi obart dapat

mengahasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang menghasilkan efek

buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab terbanyak terjadinya

kesalahan pengobatan. Jika terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sangat

jarang dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal kemungkinan terjadinya interaksi

obat ini cukup besar, terutama pada passion yang mengonsumsi lebih dari 5 macam

obat pada saat yang bersamaan. Pada saat ini lebih dari 25 jenis obat baru beredar di

pasaran setiap tahunnya.

Oleh karena itu, setiap pengobatan modern seperti rumah sakit, puskesmas,

praktek dokter pribadi, dan apotek. Sebaiknya atau bahkan seharusnya memiliki akses

paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Hal ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan kepada pasien dan

rasionalisasi obat dapat tercapai.

Penyakit yang sedang diobati maupun penyakit kronis dapat mempengaruhi

interaksi obat. Praktik medis dahulu kadang membedakan penyakit, yang memiliki

sebab khusus atau beberapa penyebab (dikenali sebagai etiologinya), berbeda dari

sindrom, yang merupakan himpunan tanda dan / atau gejala yang terjadi serentak.

Perbedaan definisi ini ditemukan kurang tepat karena kebanyakan sindrom telah

berhasil diidentifikasi. Pada waktu yang sama, banyak istilah medis yang

menggambarkan gejala atau ketidaknormalan, mungkin dirujuk sebagai penyakit

dalam banyak konteks, terutama jika penyebab penyakit tidak dapat diidentifikasi.

Salah satu penyakit yang memiliki sebab khusus dan penanganannya harus secara

khusus yaitu kanker, tuberculosis, dan diabetes militus.

Page 2: Interaksi Obat (Studi Kasus)

Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan

mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostatis lainnya pad arganisme

seluler. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,

menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah

mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-

mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen.

Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline)

Dinegara yang telah maju berhasil membasmi penyakit infeksi , kanker merupakan

penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular. Kesembuhan hampir

seluruhnya terjadi pada pasien yang penyakitnya belum menyebar pada saat

pembedahan.

Tuberkulosis atau lebih sering disebut dengan TBC adalah suatu penyakit

infeksi kronis menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.

Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu

lama untuk mengobati infeksinya. Bakteri Tuberkulosis dapat menginfeksi hampir

seluruh organ tubuh seperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang,

kelenjar getah bening dan lain-lain. Meskipun demikian organ tubuh yang paling

sering terkena adalah paru-paru. Di seluruh dunia kejadian Tuberkulosis meningkat

secara drastis dalam beberapa tahun ini. Berdasarkan data laporan organisasi dunia

WHO, setiap tahun, sekitar 8 juta orang di seluruh dunia mengalami Tuberkulosis dan

hampir 2 juta diantaranya meninggal dunia. Dan menurut laporan Organisasi

Kesehatan Dunia WHO tahun 1998, penyakit ini merupakan salah satu penyakit

rakyat penting, yang tiap tahun mengambil banyak korban. Jumlah penderita di

Indonesia sebanyak 583.000 orang, menduduki peringkat ketiga terbesar setelah Cina

dan India.

Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan

meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes sudah merupakan salah satu

ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa

(WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap Diabetes diatas

Page 3: Interaksi Obat (Studi Kasus)

umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian.

Pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang.

Mengingat hal tersebut di atas maka penulis membahas ketiga penyakit khusus

tersebut beserta pengatasan interaksinya.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah pengertian kanker, tuberculosis, diabetes militus ?

2. Bagaimana mekanisme kerja dari obat-obatan kanker, tuberculosis, diabetes

militus ?

3. Bagaimanakah interaksi obat yang terjadi pada penyakit-penyakit khusus

tersebut ?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui definisi dari penyakit kanker, tuberculosis, dan diabetes

militus.

2. Dapat mengetahui mekanisme kerja dari obat-obatan kanker, tuberculosis,

diabetes militus.

3. Dapat mengetahui interaksi obat yang terjadi pada penyakit-penyakit khusus.

Page 4: Interaksi Obat (Studi Kasus)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Interaksi Obat

Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau

dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya

peristiwa interksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau

lebih diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan.

Interaksi obat didefinisikan sebagai committee for proprietary medicine

product(CPMP) sebagain suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh

penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini

terlihat sebagai suatu efek amping, tetapi terkadang pula terjadi juga perubahan yang

menguntungkan. Beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek

pengobatan, misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan penisilin, di

mana probenesid akan menghambat sekresi penisilin di tubuhi ginjal, sehingga akan

memperlambat ekskresi penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam

tubuh.

Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi

tersebut sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya

optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan

timbul sebagai terjadinya efek samping, tidak tercapainya efek terapetik yang

diinginkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi obat yaitu faktor usia, faktor

polifarmasi, faktor penyakit, faktor genetik.

Interaksi obat melibatkan 2 jenis obat, yaitu :

1. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh

obat lain. Umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri:

Page 5: Interaksi Obat (Studi Kasus)

a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah

akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara

farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva

dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve). Perubahan,

misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi

manfaat klinik (clinical efficacy) dari obat.

b. Obat-obat dengan rasaio toksis terapik yang rendah (low toxic:therapeutic

ratio), artinya antara dosis toksik dandosis terapetik tersebut perbandinganya (atau

perbedaanya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat suda

menyebabkan terjadinya efek toksis. Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah

obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknyamudah

diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-

sendiri. Obat-obat seperti inijuga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkup

terapetik yang sempit (narrow therapeutic range).

2. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah

aksi atau atau efek obat lain. maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat

dengan ciri sebagai berikut:

a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan

menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang

tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat

dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat

yang masuk di sini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain lain.

b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang

(inducer)enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang punya

sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya rifampisin,

karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat

eliminasi(metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih

Page 6: Interaksi Obat (Studi Kasus)

cepat hilang. Sedangkan obat-obat yangdapat menghambat metabolisme (enzyme

inhibator) termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-

lain,akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik.

c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehingga

eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat

golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah kalau kita

melihat dari segi interaksi farmakokinetika, yakni terutama pada proses distribusi

(ikatan protein), metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain

diluar ketiga ciri ini yang dapat bertindak sebagai obat presipitan dengan

mekanisme yang berbeda-beda.

Pada beberapa kasus, interaksi terkadang memberikan efek pada kedua obat sehingga

obat mana yang mempengaruhi dan mana yang dipengaruhi, menjadi tidak jelas.

Diperkirakan, insidensi terjadinya interaksi obat sekitar 4%. Contoh interaksi obat

dengan kasus khusus yaitu:

1. Interaksi obat pada Kanker

Kanker atau tumor ganas terjadi manakala sel normal tumbuh menjadi ganas

tak terkendali dan mendesak sel normal lain di sekitarnya. Keadaan yang

sudah gawat ini diperparah karena tumor dapat bermetastasi atau menyebar ke

bagian tubuh lainnya. Penyakit yang menakutkan ini dapat berkembang

karena faktor keturunan, faktor karsinogen lingkungan, dan virus. Pengobatan

yang ditujukkan untuk menekan ataupun menyembuhkan penyakit antara lain

pembedahan, radiasi dan terapi dengan senyawa kimia. Obat yang digunakan

untuk mengobati kanker disebut antineoplastika. Tergantung pada jenis

kanker, dapat juga digunakan obat lain termasuk antibiotik, hormon dan

kortikosteroid.

2. Interaksi obat pada Diabetes Militus

Page 7: Interaksi Obat (Studi Kasus)

Diabetes mellitus adalah suatu kelompok gangguan penyakit metabolic

dikarakteristik oleh hiperglikemia, dihubungkan dengan abnormalitas pada

karbohidrat, lemak dan metabolisme protein serta hasil dari komplikasi kronik

termasuk mikrovaskuler, makrovaskuler dan gangguan neuropatik. Atau

dengan kata lain diabetes militus adalah penyakit pada orang yang kelenjar

pankreasnya gagal menghasilkan insulin dengan baik. Insulin adalah hormone

yang membawa gula dari darah ke sel tubuh yang membutuhkannya yang

mengubahnya menjadi energi. Pada pasien DM gula tetap berada dalam

darah(dan keluar melalui urin) dan tidak dibawa ke sel untuk digunakan.

Karena tak ada gula, sel harus membakar lemak dan protein lebih dari

biasanya, pemecahan lemak dan protein secara berlebihan ini akan

membebaskan produk-buangan asam ke dalam lemak.

3. Interaksi obat pada Tuberkulosis

Tuberkulosis atau TBC adalah suatu penyakit menular yang paling sering

terjadi sekitar 80% di paru-paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh

lainnya. Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.

Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus,yaitu basil Gram-positif

yang tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula

sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri Tuberkulosis cepat mati dengan

sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di

tempat yang gelap dan lembab. Di dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat

Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Page 8: Interaksi Obat (Studi Kasus)

No

Obat Objek Obat Presipitan

Mekanisme Interaksi

Efek yang ditimbulkan

Penanganan interaksi

1 Rifampisin Antacid

Kloramphenicol

Dexamethason

Diazepam

Digoksin

Menurunkan penyerapan rifampsin

Metabolisme kloramphenicol meningkat\

Metabolisme dexamethason menigkat

Metabolisme diazepam meningkat

Kadar digoksin menurun

Menurunkan efek

rifampisin

Kadar air dalam darah

menurun

Kadar dalam darah

meningkat

Kadar dalam darah

menurun

Kadar dalam darah meningkat

Hindari pengunaan bersama antasida.

Pemberian lebih baik di

beri jarak minimal 4 jam setalah pemberian rifampisin

Hindari pengunaan bersamaan

Hindari pengunaan bersamaan

Hindari pengunaan bersamaan

Hindari pengunaan bersamaan

Page 9: Interaksi Obat (Studi Kasus)

2.

3.

INH

ETHAMBUT

Haloperidol

Hidrokortison

Levotiroksin

Lopinavir

Nifedipin

Fenitoin

Antasida

Metabolisme haloperidol meningkat

Metabolisme hidrokortison meningkat

Meningkatnya metabolisme levotiroksin

Meningkatkan metabolisme lopinavir

Meningkatkan metabolisme nifedipin

INH dapat memperkuat efek samping fenitoin

Kadar dalam plasma menurun

Kadar dalam plasma menurun

Kadar plasma menurun

Kadar dalam plasma menurun

Kadar dalam darah menurun

INH bisa menghambat metabolisme fenitoin

Efek ethambutol

Hindari pengunaan bersamaan

Hindari pengunaan bersamaan

Pada hipotiroid,dosis levotiroksin perlu di tinkatkan

Hindari pengunaan bersamaan

Jangan diberikan secara bersamaan

Hindari pengunaan bersamaan

Hindari pengunaan

Page 10: Interaksi Obat (Studi Kasus)

.

4

5

6

7

OL

Etionamid

Asam amino salisilat

Azatioprin

Merkaptopurin

Isoniazid

Digoksin

Alopurinol

Alopurinol

Absorbsi menurun jika di gunakan bersama dengan antasida

Etionamid meningkatkan sementara kadar serum isoniazid

Absorpsi oral digoksin dapat berkurang bila diberikan bersama dengan asa

Kemungkinan terjadi efek samping merugikan akibat terlalu banyak azatioprin

Terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak merkaptopurin

menurun

Isoniazid dapat mempotensitas efek yang tidak diinginkan

Efek digoksin menurun

Efek azatriopin meningkat

Efek merkaptopurin dapat berkurang

bersama antasida. Pemberian lebih baik di beri jarak minimal 4 jam setelah pemberian ethambutol.

Jangan diberikan secara bersamaan

Monitoring pemberian digoksin

Jangan diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik golongan Tiazida

Jangan diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik golongan

Page 11: Interaksi Obat (Studi Kasus)

8

9

10

11

12

13

Cisplatin

Metoktreksat

Siklofosfamida

Obat diabetes ( Oral )

Obat diabetes ( Oral )

Obat diabetes ( Oral )

Antibiotik Aminoglikosida

Pepto Bismol

Alopurinol

depresen ( kelompok IMAO )

Aspirin

Kloramfenikol

Kombinasi ini dapat merusak pendengaran dan ginjal yang bersifat permanen.

Efek metotreksat dapat meningkat

Terjadi efek yang merugikan terhadap penggunaan siklofosfamid

Kadar gula dalam darah akan turun dan gejala hipoglikemia akan terjadi

Kadar gula darah turun terlalu rendah. Gejalah hipoglikemia

Kadar gula darah turun terlalu rendah. Gejalah

Dapat memberikan efek samping yang merugikan

Terjadi efek samping merugikan akibat terlalu banyak metotreksat

Siklofosfamida dapat meningkat

Efek diabetes dapat bertambah

Efek obat diabetes dapat bertambah

Efek obat diabetes dapat bertambah

Tiazida

Jangan diberikan secara bersamaan

Jangan diberikan secara bersamaan

Jangan diberikan secara bersamaan

Jangan diberikan secara bersamaan

Jangan diberikan secara bersamaan

Jangan digunakan secara bersamaan

Page 12: Interaksi Obat (Studi Kasus)

14

15

Obat diabetes ( Oral )

Obat diabetes ( Oral dan Insulin

Sulfonamida

Amfetamin

hipoglikemia

Kadar gula darah turun terlalu rendah. Gejala hipoglikemia timbul

Kadar gula darah tetap terlalu tinggi. Gejala hiperglikemia timbul

Obat diabetes dapat bertambah

Efek obat diabetes dilawan

Sulfonamida digunakan bila infeksi saluran urin timbul

Jangan diberikan secara bersamaan

Page 13: Interaksi Obat (Studi Kasus)

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Mekanisme kerja obat-obat Diabetes Militus

Obat-obatan antidiabetes adalah obat-obatan yang membantu mengendalikan

kadar glukosa darah pada penderita diabetes. Masing-masing obat ini membantu

menurunkan kadar gula darah dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa pasien dapat

menggunakan antidiabetes oral saja atau mengabungkannya dengan antidiabetes oral

lain, dan sebagian pasien menggunakan antidiabetes oral dan ditambah injeksi

insulin. Keempat jenis hipoglikemik oral tersebut adalah golongan sulfonilurea,

seperti glipizid, gliburid, klorpropamida, dan tolbutamid; golongan biguanid seperti

metformin, golongan glukosidase inhibitor seperti akarbose dan miglitol dan

golongan tiazolidinedion seperti troglitazon.

3.2. Mekanisme kerja obat-obat Tuberkulosis

Obat-obatan tuberkulosis adalah digolongkan atas beberapa kelompok, yaitu :

a. Kelompok obat Primer merupakan obat yang paling efektif dengan

toksisitas yang dapat diterima. Tetapi dapat menimbulkan resistensi

dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Maka selalu

dikombinasikan dari 3-4 obat untuk kuman Tuberkulosis yang sensitif.

Contoh obat primer yaitu : Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,

Etambutol, Streptomisin.

b. Kelompok Obat sekunder merupakan obat-obat yang tergolong dalam

obat sekunder digunakan untuk pasien dengan kuman-kuman yang

terbukti resisten terhadap kelima obat primer atau obat standar. Obat-

obat yang tergolong dalam obat sekunder sangat sukar untuk

digunakan, memiliki banyak efek samping, kurang efektif, dan sangat

mahal, WHO merekomendasikan bahwa obat-obat ini hanya dapat

digunakan pada pusat-pusat spesialis. Nama obat-obat tersebut adalah

Page 14: Interaksi Obat (Studi Kasus)

antibiotik golongan fluorokuinolon antara lain : (siprofloksasin,

ofloksasin, levofloksasin), Etionamid, Asam Para Aminosalisilat,

Sikloserin, Kapreomisin, Amikasin, dan Kanamisin.

3.3. Mekanisme kerja obat-obat Kanker

Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari

beberapa prosedur berikut :

1. Pembedahan (Operasi)

2. Penyinaran (Radioterapi)

3. Pemakaian obat-obatan pembunuh sel kanker (sitostatika/khemoterapi)

4. Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)

5. Pengobatan dengan hormon

Untuk beberapa kanker, pengobatan terbaik merupakan kombinasi dari

pembedahan, penyinaran dan kemoterapi. Pembedahan atau penyinaran mengobati

kanker yang daerahnya terbatas, sedangkan kemoterapi membunuh sel-sel kanker

yang berada diluar jangkauan pembedahan maupun penyinaran. Kadang penyinaran

atau kemoterapi dilakukan sebelum pembedahan, untuk memperkecil ukuran tumor;

atau setelah pembedahan untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

BAB IVKESIMPULAN

Page 15: Interaksi Obat (Studi Kasus)

Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang

diberikan pada awalnya diberikan secara bersamaan sehingga keefektifan atau

toksisitas satu obat atau lebih berubah. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau

mengurangi aktivitas. Penyakit yang sedang diobati ataupun kronis dapat

memepengaruhi interaksi obat. Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi obat

yaitu faktor usia, faktor polifarmasi, faktor penyakit, faktor genetik. Interaksi obat

melibatkan 2 jenis obat, yaitu :

1. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah

oleh obat lain.

2. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau

mengubah aksi atau atau efek obat lain.

Contoh interaksi obat dengan kasus khusus yaitu:

1. Interaksi obat pada Kanker

2. Interaksi obat pada Diabetes Militus

3. Interaksi obat pada Tuberkulosis

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Interaksi Obat (Studi Kasus)

1. Anonim, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Fakultas Kedokteran-

Universitas Indonesia, Jakarta.

2. Syamsudin, 2011. Interaksi Obat Konsep Dasar dan Klinis, UIP, Jakarta.3. http ;//www.Info penyakit.com/2007/12/penyakit-Tuberkulosis-TBC.html

4. http ;//www.pdf.com/2009/19/interaksi obat pada antidiabetes.html