intensi
DESCRIPTION
intensiTRANSCRIPT
I. Intensi
Pengertian intensi secara sederhana adalah niat seseorang untuk melakukan perilaku
tertentu. Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan intensi sebagai suatu kemungkinan
subjektif yang melibatkan hubungan antara individu dengan perilakunya, dimana
kemungkinan subjektif tersebut mengarahkan individu untuk berperilaku.
Ajzen (2005) mengatakan bahwa intensi merupakan indikasi kesiapan seseorang untuk
melakukan perilaku tertentu, dan ini dianggap sebagai anteseden langsung dari perilaku.
Tujuannya didasarkan pada sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan control perilaku
yang disadari.
Intensi menurut Fishbein dan Ajzein dalam Amalia (2010), diartikan sebagai sebuah
motivasi yang berdampak timbulnya perilaku. Intensi mengindikasikan bahwa seseorang dengan
sengaja mencoba dan merencanakan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Intensi ini
belum menjadi sebuah perilaku sampai pada waktu dan tempat yang sesuai untuk merubah
intensi tersebut menjadi perilaku.
Menurut Ajzen (1991), intensi diasumsikan sebagai factor motivasional yang
mempengaruhi perilaku; intensi adalah indikasi seberapa kuat keinginan seseorang untuk
mencoba, atau berapa banyak usaha yang direncanakan untuk menampilkan perilaku.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa intensi
merupakan kemungkinan seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu dengan factor
motivasional yang mempengaruhi bagaimana usaha yang digunakan untuk menampilkan
perilaku tersebut.
1.1. Aspek-aspek intensi
Fishbein dan Ajzen (dikutip Twesyasari, 2003, h.14) menyebutkan intensi merupakan
kecenderungan untuk merespon suatu obyek yang sifat nya khusus. Kekhususan intensi
ini ditandai dengan adanya empat elemen, antara lain:
a. Tindakan (Action)
Tindakan apa yang akan dilakukan oleh seseorang terhadap suatu obyek tertentu.
b. Sasaran (Target)
Sasaran apa yang ingin dituju atau yang ingin dicapai.
c. Konteks (Countex)
Situasi atau keadaan yang dikehendaki untuk menampilkan perilaku tertentu.
d. Waktu (Time)
Meliputi waktu yang diperlukan untuk mewujudkan perilaku tersebut.
Fishbein dan Ajzen (dalam Azwar, 1995, h.11) menyebutkan bahwa intensi merupakan
fungsi dari dua determinan dasar, yaitu:
a. Sikap yaitu penilaian positif atau negatif terhadap suatu perilaku.
b. Norma subyektif yaitu persepsi individu terhadap tekanan social untuk melakukan
atau untuk tidak melakukan perilaku yang bersangkutan.
I.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Terwujudnya Intensi
Ajzen (2005) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang membuat seseorang mampu
mewujudkan sebuah perilaku, terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal:
1. Faktor Internal
Faktor internal individu dapat mempengaruhi kesuksesan mewujudkan suatu perilaku.
Beberapa faktor ini dengan mudah dimodifikasi oleh pelatihan dan pengalaman,
sementara sisanya lebih sulit berubah.
a. Informasi, ketrampilan dan kemampuan
Seseorang yang memiliki intensi untuk mewujudkan kemungkinan perilaku, selain
dari usaha untuk melakukan nya sendiri, ia juga membutuhkan informasi.
Ketrampilan dan kemampuan. Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari.
b. Emosi
Kurang nya keterampilan, kemampuan dan informasi menghasilkan control perilaku.
Namun biasanya diasumsikan bahwa secara prinsip masalah ini dapat diatasi.
Sebaliknya beberapa jenis perilaku memiliki kekuatan yang tampaknya sebagian
besar di luar kendali kita.
Perlikau emosional terlihat memiliki karakteristik yang sama. Individu sering tidak
dapat bertanggung jawab atas terjadinya perilaku yang terjadi di bawah tekanan atau
dalam keadaan emosi yang kuat
Kesimpulannya, berbagai faktor internal dapat mempengaruhi kesuksesan
perwujudan perilaku jika memiliki intensi atau pencapaian tujuan yang diinginkan.
Mungkin cukup mudah untuk mendapatkan control atas beberapa faktor, seperti
informasi, kemampuan dan ketrampilan. Namun faktor lain seperti emosi yang
intensif, stress atau kompulsif lebih sulit untuk dinetralisir.
2. Faktor Eksternal
3. Kontrol seseorang atas pencapaian tujuan perilaku juga dipengaruhi oleh situasi atau
faktor lingkungan di luar individu. Faktor eksternal ini menentukan faktor mana yang
ada di lingkungan yang memfasilitasi atau mengganggu perwujudan sebuah perilaku.
a. Kesempatan
Dibutuhkan sedikit imajinasi untuk menghargai penting nya faktor kebetulan atau
peluang untuk keberhasilan dalam eksekusi sebuah perilaku yang berintensi. Contoh:
sebuah intensi untuk menonton bioskop tidak dapat menjadi perilaku jika tiket terjual
habis pada malam sebelumnya atau jika seseorang mengalami kecelakaan serius
dalam perjalanan menuju bioskop. Di sini seseorang berusaha untuk mewujudkan
intensi namun gagal karena keadaan sekitar menghalanginya.
b. Ketergantungan Pada yang Lain
Setiap kali perwujudan perilaku tergantung pada tindakan orang lain, ada potensi
control yang tidak lengkap terhadap perilaku atau tujuan. Sebuah contoh yang baik
mengenai ketergantungan perilaku misalnya kasus kerja sama. Seseorang akan bisa
bekerja sama dengan orang lain jika orang yang diajak tersebut juga kerkeinginan
untuk kerjasama.
Secara singkat dapat dikatakan, kekurangan kesempatan dan ketergantungan pada
orang lain hanya membawa pada perubahan yang sementara pada intensi. Ketika
lingkungan menolak terwujudnya sebuah perilaku, seseorang akan menunggu untuk
kesempatan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior (2th ed). Inggris: Mc Graw
Amalia, Dian. 2010. Hubungan Persepsi Tentang Bullying Dengan Intensi Melakukan Bullying
Siswa SMA Negeri 82 Jakarta. Skrpsi. FPsi UIN Hidayatullah
Fishbein, M.S & Ajzen. 1975. Beliefs, Attitude, Intention, and Behavior. Massachussets:
Addison Wesley Publishing Company
Twendyasari, T.N. 2003. Intensi Mahasiswa untuk Berperilaku Seksual Pranikah Ditinjau dari
Pengetahuan Seksualitas dan Religiusitas. Skripsi. Semarang: FPsi Unika Soegijapranatan.
Tidak dipublikasikan