integrasi pembangunan daerah dalam …psflibrary.org/catalog/repository/4. presentasi kab sumedang...
TRANSCRIPT
INTEGRASI PEMBANGUNAN DAERAH DALAM KERANGKA SATU
PERENCANAAN UNTUK SEMUAPERENCANAAN UNTUK SEMUA(Pengalaman Pengintegrasian Perencanaan PNPM ke Dalam
Perencanaan Reguler, serta Pengembangan PIK di Kabupaten Sumedang)
Oleh :
HERMAN SURYATMAN
(Staf Ahli Bupati Sumedang Bidang Hukum dan Politik)(Staf Ahli Bupati Sumedang Bidang Hukum dan Politik)
Jakarta, Agustus 2011
REALITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHSEBELUM LAHIRNYA PERDA 1/2007 DAN INTEGRASI
PEMBANGUNAN DAERAH
• Perencanaan pembangunan daerah belum bersinergi dengan proses p g g g ppenganggaran
• Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah makin menurun
• Perencanaan berbagai program pembangunan diantaranya masih berjalan tumpang tindih, baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten
• Perencanaan berbagai program pembangunan belum mampuPerencanaan berbagai program pembangunan belum mampu mensinergikan kepentingan lintas sektor, lintas jenjang dan lintas wilayah
• APBD masih diposisikan sebagai modal utama untuk membiayai berbagai prioritas kegiatan dalam perencanaan pembangunanprioritas kegiatan dalam perencanaan pembangunan
• Pembangunan daerah dipahami dalam perspektif input‐output ratio, kurang berorientasi pada cost‐benefit ratio
• Pembangunan daerah terlalu mengedepankan pendekatan struyktural• Pembangunan daerah terlalu mengedepankan pendekatan struyktural, dengan mengesampingkan pendekatan kultural
SKEMA INOVASI PERENCANAAN PEMBANGUNANDI KABUPATEN SUMEDANGDI KABUPATEN SUMEDANG
PERDA NO. 1 TAHUN 2007 TTG PROSEDUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN
SUMEDANG
ADANYA KESINAMBUNGAN ANTARA PERENCANAAN
TUMBUHNYA PARTISIPASI AKTIF WARGA MASYARAKAT
SINERGI PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR, LINTAS
ANTARA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
AKTIF WARGA MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN
WILAYAH DAN LINTAS JENJANG
SKEMA PAGU INDIKATIF (PI)• PI SKPD
PI KEWILAYAHAN
FORUM DELEGASI MUSRENBANG (FDM)
• DELEGASI SEKTORAL
INTEGRASI PEMBANGUNAN (RKPD TRIPLE TRACK)
• DIBIAYAI APBD KABUPATEN• DIBIAYAI PROV & PUSAT• PI KEWILAYAHAN • DELEGASI KECAMATAN • DIBIAYAI PNPM, CSR & SWADAYA MASYARAKAT
SKEMA INTEGRASI PEMBANGUNAN DAERAH
MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT
OPTIMALISASI MANAJEMEN
PEMBANGUNAN
SHORT CUT
SHORT CUT
PERENCANAAN DANPENGANGGARAN
PELAKSANAAN PENGAWASAN DANPERTANGGUNGJABN
SISTEM PEMBANGUNAN DAERAH REGULER SEBAGAI
INDUK INTEGRASI
PAMSIMAS, P2KP, PPIP & PROGRAM
LAINYA
PNPM MP DANP2SPP
INDUK INTEGRASI
NILAI LUHUR BUDAYA SUNDA (SPBS)
STARTING POINT
4
( )SEBAGAI LANDASAN SPIRITUAL DALAM
PEMBANGUNAN DAERAH
SKEMA MUSRENBANG INTEGRASI DAN RKPD TRIPLE TRACK
Musrenbang Kabupaten RKPD Track 3(Dibiayai PNPM, CSR &
Partisipasi)
RKPD Track 1 & 2
(Dibiayai APBD & APBN)
Forum SKPD Dibiayai dengan PNPMDiusulkan ke Musrenbang Kab
Musrenbang Kecamatan Dibiayai dengan BLMDiusulkan ke Forum SKPD/Musrenbang
Musrenbang Desa Dilaksanakan denganAPBD Desa
Diusulkan ke MusrenbangKecamatan
Diusulkan ke MusrenbangDesa
Penggalian Gagasan diTingkat Dusun Dilaksanakan Swadaya
Waktu PelaksanaanDilaksanakan Tahun Berikutnya
Dilaksanakan Tahun Berjalan
PERBUP 113 TAHUN 2009 TENTANG SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA
(PENDEKATAN KULTURAL)
NILAI MANAJERIAL(RAWAYAN JATI SUNDA)
NILAI OPERASIONAL(DASA MARGA RAHARJA)
FASE PERENCANAAN• SIRNANING CIPTA• SIRNANING RASA
• TAQWA
NILAI FILOSOFIS“INSUN MEDAL
INSUN MADANGAN”
• SIRNANING KARSA
FASE PENGORGANISASIAN
• SOMEAH
• SURTI
• JEMBARMADANGAN(AKU LAHIR UNTUK
MEMBERI PENERANGAN)
• SIRNANING KARYA
FASE PELAKSANAAN
JEMBAR
• BRUK BRAK
• GUYUB• SIRNANING DIRI• SIRNANING HIRUP• SIRNANING HURIP
• MOTEKAR
• TARAPTI, TALITI, ATI‐ATI
FASEPENGAWASAN
• SIRNANING WUJUD
• JUNUN JUCUNG
• PUNJUL LUHUNG
PERDA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
(PENDEKATAN STRUKTURAL)( )
Penyempurnaan & Penetapan
Rancangan RKPD PerbupRKPD
Musrenbang Kabupaten
Rancangan RKPD
Hasil Musrenbang T hKabupaten
Tahunan
ForumRancangan A al Rancangan
RKPD Tahunan
Forum SKPD
Rancangan Awal Renja SKPD
Rancangan Renja SKPD
NotaMusrenbang Kecamatan
Usulan Kegiatan Wilayah Kecamatan
Nota Kesepakatan
Pagu Indikatif
Musrenbang Desa
Usulan Kegiatan Masyarakat Desa
PAGU INDIKATIF KECAMATAN
PAGU INDIKATIF SKPD KABUPATEN
DEFINISI DAN FORMULA PAGU INDIKATIF KECAMATAN (PIK)
• PIK adalah sejumlah patokan batas maksimal anggaran dib ik k d k b b i k il h
INDIKATIF KECAMATAN (PIK)
yang diberikan kepada kecamatan berbasis kewilayahan yang penentuan alokasi belanjanya ditentukan oleh mekanisme partisipatif melalui Musrenbang Kecamatan dengan berdasarkan kepada kebutuhan dan prioritas program yang mendesak berdimensi strategis kewilayahan
• PAGU INDIKATIF KECAMATAN (PIK) = PAGU INDIKATIFVARIABEL (PIV) + PAGU INDIKATIF CASHBACK DAN STIMULUS (PICS)
PIK = PIV + PICSPIK = PIV + PICS
Jenis Variabel dan BobotFormula PIV
PIV = (∑A1 X1+A2 X2+ +A13 X13) x
No Variabel Bobot
1 Jumlah Penduduk 5%
2 Luas Wilayah 5%PIV = (∑A1.X1+A2.X2+............+A13.X13) x 80 % ∑PIK
2 Luas Wilayah 5%
3 APM 5%
4 Buta Huruf 5%
%5 AKB 5%
6 AKI 5%
7 Gizi Buruk 15%X= Skor Nilai Variabel
A= Bobot Variabel
8 Angka LPE 5%
9 Sarana Jalan/Jembatan 5%
10 Sarana Irigasi 5%
1, 2, 3, ….., 13 = Jenis Variabel
g
11 Sarana Ruang Kelas 5%
12 PBB 15%
13 Rumah tangga miskin 20%
Contoh Perhitungan
13 Rumah tangga miskin 20%
JUMLAH 100%
Formula PICS
Jenis Indikator Cashback + Stimulus dan Bobot
PICS = (∑B1.X1+B2.X2) x 20 % ∑PIK
X= Skor Nilai Indikator
B= Bobot Indikator No Indikator Bobot1 Jumlah PAD 50%2 Tipologi Kecamatan 50%
1, 2= Jenis Indikator
p gJUMLAH 100%
Contoh Perhitungan PICS Stimulus
MENU
KAPASITAS PI dan PIK 2010, 2011 dan 2012KAPASITAS PI dan PIK 2010, 2011 dan 2012
N0.
PAGU INDIKATIF 2010 2011 2012
PAGU INDIKATIF 76 224 052 701 14 105 119 793 224 00 123 681 753 350 00PAGU INDIKATIF 76.224.052.701,14 105,119,793,224.00 123.681.753.350,00
A. PAGU INDIKATIF SKPD KABUPATEN
36.137.463.601,14 75,661,750,224.00 80,873,710,350.00
B. PAGU INDIKATIFSKPD KECAMATAN
3.000.000.000,00 3.650.000.000,00 5.000.000.000,00
C. PAGU INDIKATIF KECAMATAN 15.000.000.000,00 15.000.000.000,00 25.000.000.000,00C. PAGU INDIKATIF KECAMATAN 15.000.000.000,00 15.000.000.000,00 25.000.000.000,00
D. PENUNJANG DAN PENDAMPING
22.086.589.100,00 10,808,043,000.00 12,808,043,000.00
DAMPAK KEBIJAKAN PIK TERHADAP KUALITAS PERENCANAAN PEMBANGUNANPERENCANAAN PEMBANGUNAN
• Perencanaan pembangunan lebih membidik persoalan real di lapangan karena direncanakan secara partisipatif mulai dari tingkatlapangan karena direncanakan secara partisipatif mulai dari tingkat desa dan kecamatan (partisipatif)
• Perencanaan pembangunan lebih membidik target‐target kinerja RPJMD k b l di hk t k k ti l l iRPJMD karena sebelumnya diarahkan secara teknokratis melalui penyampaian arah kebijakan dalam Pra Musrenbang (teknokratis)
• Perencanaan pembangunan bukan hanya didasarkan pada skala prioritas tetapi juga memperhatikan prinsip keadilan dan keseimbangan antar wilayah (berkeadilan)
• Perencanaan pembangunan dijadikan rujukan utama dalam proses p g j j ppenganggaran (konsisten)
• Perencanaan pembangunan memberikan ruang bagi aktualisasi pendekatan politis oleh DPRD maupun Bupati karena PIK disepaktipendekatan politis oleh DPRD maupun Bupati karena PIK disepakti bersama oleh kedua belah pihak (politis)
KEMUNGKINAN INTEGRASI PEMBANGUNAN DESA DAN KABUPATEN MELALUI KEBIJAKAN PIKDAN KABUPATEN MELALUI KEBIJAKAN PIK
• PIK merupakan instrumen strategis untuk mengintegrasikan pembangunan desa dan kabupatenmengintegrasikan pembangunan desa dan kabupaten dalam spirit partisipatif teknokratis
• Satu sisi PIK dapat menstimulasi partisipasi masyarakat d l k k k i b ddalam kerangka kepentingan pembangunan desa berdasarkan RPJMDes
• Di sisi lain PIK dapat menginisiasi masyarakat agar p g y gmemperhatikan kepentingan teknokratis pembangunan daerah berdasarkan RPJMD
• Karena itu pula PIK bukan hanya mampuKarena itu pula, PIK bukan hanya mampu mengintegrasikan pembangunan daerah dalam perspektif lintas jenjang pemerintahan, tetapi juga lintas sektor (integrasi antar urusan) dan lintas wilayahlintas sektor (integrasi antar urusan) dan lintas wilayah (integrasi antar desa dan kecamatan)
ISU ISU TERKAIT YANG RELEVANISU‐ISU TERKAIT YANG RELEVAN
• Kemungkinan perencanaan PIK mengadopsi h t d ti i tif dsepenuhnya metoda perencanaan partisipatif pada
PNPM Mandiri Perdesaan / PNPM Integrasi• Kemungkinan pengelolaan PIK dilaksanakan melalui g p gskema Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk memicu dan mengoptimalkan partisipasi dan swadaya masyarakat y
• Kemungkinan integrasi para pelaku/aktor PNPM (Fasilitator Desa dan Kecamatan) dengan para pelaku reguler (Forum Delegasi Musrenbang)reguler (Forum Delegasi Musrenbang)
• Kemungkikan menjadikan PIK sebagai skema alternatif untuk menggantikan BLM PNPM (program adhoc) pasca PNPM dinyatakan selesai (exit program)pasca PNPM dinyatakan selesai (exit program)
REKOMENDASI UNTUK TINDAK LANJUT• Proses integrasi pembangunan reguler dengan pembangunan berbasis• Proses integrasi pembangunan reguler dengan pembangunan berbasis
pemberdayaan (PNPM) di daerah, dengan jembatan antaranya melalui PNPM Integrasi (P2SPP), hendaknya terus diakselerasi dan ditangani secara lebih serius serta dengan memberikan keleluasaan kepadasecara lebih serius, serta dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk berinovasi sesuai dengan kearifan daerah;
• Kiranya Pemerintah Pusat mempertimbangkan untuk mengembangkan f t PIK b i k bij k ti i tif b b iformat PIK sebagai kebijakan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan yang berlaku secara nasional, diawali pada kabupaten/kota lokasi PNPM Integrasi;
d d d h d• Kiranya disusun peraturan yang dapat memayungi daerah agar dapat merumuskan pola pendanaan melalui skema BLM dari APBD kepada kelompok masyarakat;
• Pembangunan nasional ke depan agar didesain berdasarkan prinsip dasar pembangunan yang ajeg dan konsisten, tidak lagi diingkari oleh bergulirnya berbagai program yang bersifat adhoc, dengan mengatasnamakan urusan bersama yang faktanya justru seringkali membingungkan daerah
• Pembangunan nasional hendaknya dikelola secara konsisten berdasarkan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan berdasarkan kriteria :p g p
‐ Externalitas (spill‐over) : siapa yang terkena dampak, mereka yang berwenang mengurus
‐ Akuntabilitas : yang berwenang mengurus adalah tingkat pemerintahanAkuntabilitas : yang berwenang mengurus adalah tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebut
‐ Efisiensi : dapat menciptakan pelayanan publik yang lebih efisien serta meningkatkan skala ekonomimeningkatkan skala ekonomi
• Pembangunan nasional hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip sharing of power yang profesional dan proporsional : ‐ Pusat: Berwenang membuat norma‐norma standar prosedur MonevPusat: Berwenang membuat norma norma, standar, prosedur, Monev, supervisi, fasilitasi dan urusan‐urusan pemerintahan dengan eksternalitasnasional
‐ Provinsi: Berwenang mengatur dan mengurus urusan‐urusanpemerintahan dengan eksternalitas Provinsi (lintas Kab/Kota) dalamnorma, standard, prosedur yang dibuat Pusat
‐ Kab/Kota: Berwenang mengatur dan mengurus urusan‐urusani t h d k t lit l k l (d l t K b/K t ) d lpemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam satu Kab/Kota) dalam
norma, standard, prosedur yang dibuat Pusat
IMPLIKASI PEMBAGIAN URUSAN THD ANGGARAN
ACUAN REGULASIUU.32/2004, UU 33/2004
PP 55/2005, PP 58/2005, PP. 38/2007, PP.7/2008
LAMPIRAN PP NO. 38 TH 2007
BIDANG DAN SUBBIDANG URUSAN SEBAGAI
BIDANG DAN SUBBIDANG URUSAN SBG KEWENANGAN
DUBURUSAN SEBAGAI
KEWENANGAN PUSATSBG KEWENANGAN PROV/KAB/KOTADDUB
PMK 168/2009
DEKON DAN
APBD PROV/KAB/KOTAAPBN
PENDAPATAN DAERAH:
DPIDPMK 25/2011DEKON DAN
TP 171. PAD2. DAU, DAK, DBH 3. LAIN2 YG SAH
2011
M I I�������� �� ���� ���
H���� N���� �����