integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

26
NOMOR 5 EDISI MEI 2015 www.ekon.go.id INTEGRASI DATABASE PENDIDIKAN DAN DATABASE KETENAGAKERJAAN Source :www.anrcg.com

Upload: nguyendieu

Post on 12-Jan-2017

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

VOLUME V NOMOR 5 EDISI MEI 2015 www.ekon.go.id

INTEGRASI

DATABASE PENDIDIKAN DAN

DATABASE KETENAGAKERJAAN

Source :www.anrcg.com

Page 2: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 5 EDISI mei 2015

DAFTAR ISI

03 Editorial

Koordinasi Kebijakan Ekonomi

04 Menanti Ekfektivitas LTV

Did You Know?

06 E-commerce

Laporan Utama

09 Arah Pengembangan Database Pendidikan

11 Database Ketenagakerjaan Indonesia

Resensi Buku

13 Habibie Tak Boleh Lelah dan Kalah

Ketenagakerjaan

14 Strategi dan Kesiapan Daerah Kantong TKI Merespon Kebijakan Moratorium

Ekonomi Domestik

17 Outlook Ekonomi Triwulan I 2015

Kegiatan Menko

21 Kerjasama Indonesia dan Iran dalam Bidang Ekonomi dan Perdagangan

BUMN

23 Revaluasi Aset BUMN

PEMBINA:

Menteri Koordinator

Bidang perekonomian

PENGARAH:

Sekretaris Kementerian

Koordinator Bidang

Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan

Keuangan

KOORDINATOR:

Bobby Hamzar Rafinus

EDITOR:

Edi Prio Pambudi

Puji Gunawan

Ratih Purbasari Kania

ANALIS:

Sri Purwanti, Hesti

Wahyudi Surasmono

Susiyanti, Trias Melia, Desi

Maola Ayu Saputri,

KONTRIBUTOR:

FISIP UI

02

DAFTAR ISI

VOLUME VI | NOMOR 5 | EDISI MEI 2015

Page 3: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 5 EDISI mei 2015

APBN 2015 yang sebelumnya telah

dikeluarkan bisa dikatakan lebih

bersifat baseline dan disusun dimasa

transisi pemerintahan. Adalah suatu

yang lumrah jika kemudian dilakukan

penyesuaian-penyesuaian untuk

mengakomodasi RPJMN-2015-2019,

RKP 2015 maupun visi misi Presiden

terpilih. Tahun 2015 merupakan

momentum yang sangat penting bagi

Pemerintah baru untuk melakukan

terobosan di bidang fiskal guna

mendukung APBN yang lebih sehat

dan berkualitas

Hal ini tercermin dalam APBNP 2015,

dimana terdapat peningkatan target penerimaan perpajakan sebesar 29,9% dari realisasi 2014. Upaya

menjadikan penerimaan perpajakan sebagai sumber pendanaan utama dapat meminimalkan resiko

keuangan dan lebih memudahkan Pemerintah dalam melakukan mitigasi resiko maupun dalam hal

pengaturan penggunaannya.

Dari sisi belanja negara, Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas melalui

penyesuaian harga BBM bersubsidi pada bulan November tahun 2014, dan penerapan subsidi tetap di

awal tahun 2015. Kebijakan ini juga bertujuan untuk meningkatkan ruang fiskal cukup untuk membiayai

program-program yang lebih produktif, dan meminimalkan kerentanan fiskal dari fluktuasi harga minyak

mentah dan nilai tukar.

Secara umum, terdapat beberapa pokok perubahan yang diusulkan dalam APBN-P 2015 :

1. Penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro dengan kondisi perekonomian terkini

2. Optimalisasi penerimaan pajak non-migas dan cukai untuk mengompensasi penurunan PNBP akibat

penurunan harga minyak dunia.

3. Perubahan belanja pemerintah pusat mempertimbangkan pengalihan subsidi energi kepada

program-program prioritas yang lebih produktif. belanja pemerintah juga diarahkan untuk

mendukung berbagai program prioritas visi dan misi Presiden, yang meliputi: dukungan sektor

pendorong pertumbuhan seperti pangan, energi, maritim, pariwisata, dan industri; pemenuhan

kewajiban dasar; pengurangan kesenjangan antar kelas pendapatan dan antar wilayah; dan

pembangunan infrastruktur konektivitas.

4. Peningkatan anggaran transfer ke daerah dan dana desa.

5. Penurunan defisit APBNP 2015 menjadi 1,90% terhadap PDB dalam rangka Pengendalian defisit

dalam batas aman. Hal ini dilakukan sekaligus tetap menjaga iklim investasi dan menjaga konservasi

lingkungan

Untuk menjaga kesinambungan fiskal jangka menengah, Pemerintah harus terus berkomitmen menjaga

defisit kumulatif APBN dan APBD dibawah ambang batas 3,0 % terhadap PDB sesuai dengan amanah UU

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

EDITORIAL

03

Page 4: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 5 EDISI mei 2015

Menanti

Efektifitas LTV Oleh Susiyanti

Bank Indonesia kembali menerbitkan aturan

baru terkait rasio loan to value (LTV) untuk

pembiayaan properti dan uang muka kendaraan

bermotor. Penerbitan rasio LTV memang bukan

yang pertama kali dilakukan Bank Indonesia (BI).

Namun, sebenarnya apa yang diinginkan BI

dalam penerbitan kebijakan LTV kali ini.

Aturan baru terkait LTV pada pembiayaan

properti dan kendaraan bermotor tertuang

dalam Peraturan Bank Indonesia

No.17/10/PBI/2015 yang akan mulai berlaku

pada bulan Juni 2015. BI beralasan penerbitan

aturan baru LTV dalam rangka menjaga

pertumbuhan perekonomian nasional agar tetap

berada pada momentum positif. Direktur

Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Yati

Kurniati menyatakan bahwa pelonggaran LTV

juga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan

kredit dan untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi yang sedang lesu.

Secara umum LTV merupakan sebuah dasar atau

metode yang digunakan untuk menentukan

seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan

kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan

jaminan. Kebijakan LTV diperlukan dalam upaya

meningkatkan pembiayaan perekonomian

dengan mendorong berjalannya fungsi

intermediasi perbankan. Salah satunya melalui

kelonggaran dalam penentuan perkreditan.

Penekannnya diantaranya pada sektor properti

dan kendaraan bermotor.

LTV bukanlah kebijakan baru yang diambil BI.

Pada tahun 2012 lalu, BI juga mengeluarkan

peraturan serupa pada sektor properti yang

kemudian disempurnakan setahun kemudian.

Namun, dalam kebijakan baru yang diambil BI,

bersaran rasio LTV yang diberlakukan lebih

tinggi.

Jika pada 2012 rasio LTV mencapai 30- 40

persen. Maka aturan LTV yang baru, kredit

kepemilikan rumah (KPR) atau kredit

kepemilikan rumah susun (KPRS) dikenakan LTV

berjenjang mulai dari 70 hinga 90 persen untuk

tipe dan kepemilikan rumah. Kebijakan LTV juga

diberlakukan pada kredit kendaraan bermotor

yang turun dibanding 2012. Kebijakan LTV pada

2015 memberi kelonggaran sebesar 25 persen

untuk kendaraan roda empat dan diatasnya.

Sementara untuk kredit kendaraan bermotor

roda dua LTV yang diberlakukan adalah 20

persen.

Menurut Andry Asmoro, Ekonom dari mandiri

sekuritas, meskipun dampaknya tidak akan

langsung terasa, kebijakan pelonggaran LTV

akan berperangauh pada setidaknya 100 sektor

turunan dari sektor properti yang menjadi fokus

dalam kebijakan LTV yang dikeluarkan

pemerintah.

Sektor-sektor seperti sektor konstruksi dan

pengembang akan terkena dampak langsung

dari relaksasi LTV yang akan diikuti dengan

penyerapan tenaga kerja karena disebabkan

banyaknya proyek dari permintaan

pembangunan perumahan. Produsen dan

distribusi bahan bangunan pun akan meningkat,

seiring dengan meningkatnya permintaan

proyek. Belum lagi, sektor kerajinan perabot

rumah tangga dan perlengkapan kerajinan

pembangunan gedung yang juga akan terkena

dampak dari sektor properti yang berkembang.

Penyediaan infrastruktur termasuk jaminan

kemudahan dalam perizinan baik oleh

KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI

04

Page 5: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 5 EDISI mei 2015

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

menjadi salah program yang dapat diambil oleh

pemerintah untuk mendukung kebijakan BI

tersebut. Selain itu, pemberian intensif bagi

industri-industri kerajinan dan perlengkapan

rumah tangga, juga perlu dilakukan. Sebab

industri ini termasuk salah satu yang akan

mendapat dampak dari kebijakan LTV.

Efektitas

Kebijakan LTV mulai diberlakukan pada Juni

2012 dan kemudian dilanjutkan pada September

2013 hingga Mei 2015, BI kembali merilis

kebijakan ini kembali. Pada dasarnya, beberapa

negara dengan perekonomian yang sedang

berkembang telah berhasil menerapkan LTV

seperti malaysia dan Hongkong. Selanjutnya

bagaimana efektifitas kebijakan LTV ini di

Indonesia?

Secara umum, kebijakan LTV yang mulai

terapkan sejak 2012 tersebut sesuai dengan

tujuannya. Kebijakan LTV telah berhasil

memperlambat laju pertumbuhan kredit

perbankan nasional. Pertumbuhan kredit bank

umum kepada rumah tangga untuk kepemilikan

rumah tinggal, ruko atau rukan, flat atau

apartemen, serta kendaraan bermotor melambat

dari 33,18 persen pada Juni 2012 menjadi 12,28

persen pada Desember 2012. Kemudian

penerapan LTV tahap kedua juga berdampak

terhadap perlambatan pertumbuhan kredit dari

22,97 persen pada September 2013 menjadi

20,66 persen pada Maret 2014.

PBI Nomor 17/10/PBI/2015 telah memberikan

kelonggaran dalam rangka untuk mendorong

perlambatan pertumbuhan kredit perbankan.

Dengan relaksasi terhadap kebijakan LTV

tersebut, diharapkan kredit perbankan secara

nasional akan tumbuh di tengah perlambatan

ekonomi nasional dan diperkirakan pembiayaan

KPR akan tumbuh sekitar 10-15 persen hingga

akhir 2015.

Seberapa besar efektivitas kebijakan LTV ini

sebenarnya dapat dilihat dari peningkatan

pertumbuhan kredit. Jika dengan adanya

kebijakan LTV ini kredit dapat tumbuh dari 11%

menjadi 12% maka bisa dianggap kebijakan

relaksasi LTV ini sudah berhasil.

Efektifitas dari perubahan kebijakan LTV juga

dipertanyakan oleh sejumlah kalangan

perbankan. Salah satunya Ekonom PT Bank

Tabungan Negara (Persero) Tbk Agustinus

Prasetyantoko yang menyatakan bahwa dampak

pelonggran LTV dirasakan tidak akan terlalu

signifikan. Hal ini disebabkan perubahan

kebijakan Bank Indonesia (BI) tersebut

berbarengan dengan keputusan Menteri

Keuangan menurunkan batas minimal harga

properti mewah yang terkena pajak penghasilan

(PPh). Kebijakan perpajakan yang baru tersebut

kontradiktif dengan rencana BI melonggarkan

batas minimal rasio agunan terhadap harga jual

atau loan to value (LTV). Akibatnya efektivitas

dalam upaya untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi tidak akan terlihat.

05

Page 6: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

oleh Desi Maola Ayu Saputri

Foto: www.innovativebyte.com

Menurut RUU ITE Pasal 1 angka 10, transaksi

elektronik adalah perbuatan hukum yang

dilakukan dengan menggunakan komputer,

jaringan komputer atau media elektronik.

Transaksi secara elektronik, pada dasarnya

adalah perikatan ataupun hubungan hukum

yang dilakukan secara elektronik dengan

memadukan jaringan dari sistem elektronik

berbasiskan komputer dengan sistem

komunikasi, yang selanjutnya difasilitasi oleh

keberadaan jaringan komputer global atau

Internet.

Dalam penjelasan RUU ITE disebutkan transaksi

elektronik dipandang sebagai bagian dari

perikatan para pihak (Pasal 1233 KUHPerdata).

Transaksi tersebut akan merujuk kepada semua

jenis dan mekanisme dalam melakukan

hubungan hukum secara elektronik itu sendiri

yang akan mencakup jual beli, lisensi, asuransi,

dan lelang.

Definisi transaksi elektronik dirumuskan dari

terminologi Electronic Commerce (E-Commerce)

atau mengarah pada perniagaan/perdagangan.

RUU ITE tidak mendefinisikan e-commerce

secara jelas, hanya dalam penjelasan disebutkan:

“ …transaksi seringkali direduksi sebagai

perjanjian jual beli antar para pihak yang

bersepakat untuk itu”.

Electronic Commerce adalah kemampuan untuk

membentuk transaksi bisnis yang meliputi

pertukaran barang dan jasa di antara dua pelaku

bisnis dengan menggunakan peralatan dan

teknologi elektronika (Indonesian Information

Society Initiative, UGM).

Dalam perspektif yuridis, makna yuridis transaksi

pada dasarnya lebih ditekankan pada aspek

materiil dari hubungan hukum yang disepakati

oleh para pihak, bukan perbuatan hukumnya

secara formil. Oleh karena itu, keberadaan

ketentuan-ketentuan hukum mengenai

perikatan tetap mengikat walaupun terjadi

perubahan media maupun perubahan tata cara

bertransaksi.

Pihak Dalam Transaksi Elektronik

Melibatkan tiga pelaku / pihak yang berbeda :

1. Perusahaan ("business"),

2. Konsumen ("consumer"),

3. Pemerintah ("public administration").

Upaya perlindungan hukum dan penegakan

hukum terhadap tindakan melawan hukum

menurut Undang-Undang:

1. RUU Tindak Pidana TI

2. RUU ITE

3. RUU Kebebasan Memperoleh Informasi

Publik

DID YOU KNOW?

E-COMMERCE

06

Page 7: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

4. UU Perlindungan Konsumen

5. UU Telekomunikasi

6. UU No.12 / 2002 tentang Hak Cipta

7. UU No.14 / 2001 tentang Paten

8. UU No.15 / 2001 tentang Merek

9. UU Money Laundring

10. UU Kedokteran

11. UU Penyiaran

Kementerian Perdagangan menyatakan akan

menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) yang

mengatur regulasi perdagangan secara

elektronik (e-commerce). Definisi perdagangan

secara elektronik adalah segala bentuk transaksi

bisnis yang menggunakan teknologi informasi

dan komunikasi. Seiring perkembangan waktu,

definisi e-commerce menjadi meluas.

Saat ini, e-commerce diartikan tidak hanya

penjualan dan pembelian melalui internet

semata, tetapi juga mencakup pelayanan

pelanggan online dan pertukaran dokumen

bisnis. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah

memetakan empat model transaksi e-commerce,

yaitu Online Marketplace, Classified Ads, Daily

Deals dan Online Retail.

Online Marketplace adalah kegiatan

menyediakan tempat kegiatan usaha berupa

toko internet dengan merchant yang menjual

barang dan/atau jasa. Dalam model transaksi ini,

ada imbalan dalam bentuk biaya sewa atau biaya

pendaftaran tas jasa penyediaan tempat

dan/atau waktu memajang iklan barang

dan/atau jasa dan melakukan penjualan di toko

internet melalui internet. Selain itu, ada sejumlah

uang yang dibayarkan oleh Online Marketplace

Merchant ke penyelenggara Online Marketplace

sebagai komisi atas jasa perantara pembayaran

atas penjualan barang dan/atau jasa.

Model transaksi e-commerce Classified Ads

adalah kegiatan menyediakan tempat dan/atau

waktu untuk memajang iklan barang dan/atau

jasa yang dilakukan oleh pengiklan melalui situs

yang disediakan oleh penyelenggara Classified

Ads. Kemudian pengiklan membayar sejumlah

uang sebagai biaya transaksi kepada

penyelenggara Classified Ads yang merupakan

objek PPh dan PPN.

Model transaksi elektronik ketiga yaitu Daily

Deals, mirip dengan Online Marketplace, tetapi

alat pembayaran yang digunakan berupa

voucher. Model terakhir adalah Online Retail

dimana kegiatan menjual barang dan/atau jasa

yang dilakukan secara langsung oleh

penyelenggara Online Retail kepada pembeli di

situs Online Retail.

Dalam keempat model transaksi e-commerce ini,

ada pembayaran imbalan atau penghasilan

karena jual-beli barang/atau jasa yang

merupakan objek pajak Pajak Penghasilan (PPh)

dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang akan

dikenakan pajak menurut aturan perpajakan

yang berlaku. Namun, transaksi e-commerce

seringkali tidak sesederhana seperti pada model

yang disebutkan tadi. Setidaknya, akan terjadi

kondisi dimana transaksi e-commerce akan sulit

dikenakan pajaknya. Kondisi pertama adalah

transaksi melalui e-commerce menembus batas

geografis antar negara (borderless). Kedua,

bentuk barang atau jasa yang diperjualbelikan

dapat berformat digital seperti piranti lunak

komputer, musik, majalah atau lainnya. Transaksi

fisik bisa tidak diperlukan lagi dan digantikan

dengan perpindahan bentuk digital saja. Ketiga,

transaksi e-commerce terjadi begitu cepat di

seluruh dunia dalam waktu singkat. Oleh karena

itu, tantangan dalam mengenakan pajak

transaksi e-commerce adalah bagaimana

membuat aturan khusus yang mampu

menangkap potensi pajak atas transaksi e-

commerce dengan kondisi-kondisi tadi.

Sumber : Kementerian Keuangan

07

Page 8: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

L A P O R A N U T A M A Arah pengembangan database pendidikan

Database ketenagakerjaan indonesia

Page 9: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

ARAH PENGEMBANGAN DATABASE PENDIDIKAN Wawancara dengan Dr. Ing. Ir. Yul Yunazwin Nazaruddin, Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan

oleh Puji Gunawan dan Trias Melia

Hingga saat ini, informasi apa saja yang tercakup dalam database pendidikan di Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan yang Bapak kelola?

Informasi yang ada di dalam database pendidikan kami mencakup data siswa (NIK, nilai rapor, nilai ujian,

data orang tua, alamat) dimana setiap siswa diberikan unique number yang akan terus digunakan hingga

perguruan tinggi untuk mempermudah proses tracing. Selain itu, terdapat informasi sekolah (data spasial,

fasilitas sekolah), data guru (jumlah jam mengajar, lokasi mengajar, siswa yang diajar, gaji, tunjangan).

Penjaringan data dilakukan dengan sistem pendataan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) bersifat

relasional dan longitudinal yang mencakup 3 entitas data pokok yaitu satuan pendidikan, tenaga

kependidikan serta data peserta didik.

Berapa Jumlah personel yang mengelola database pendidikan?Apakah pengelolaan database

menggunakan data APBN atau bantuan luar negeri?

Saat ini, jumlah personel pengelola database mencapai 50 orang. Database pendidikan kami kelola sendiri

dengan menggunakan dana yang berasal dari APBN. Dana tersebut kami gunakan untuk mengelola data

server sebesar 50 TB.

Di dalam forum Lembaga Produktivitas Nasional tahun 2014 sempat terkemuka bahwa terdapat

database yang terpisah dari tiap Direktorat Jenderal di Kemendikbud. Apakah sudah ada upaya

untuk mengintegrasikan data?

Saat ini, sesuai arahan Menteri, data-data di setiap direktorat dikonsentrasikan ke pusat data dan

informasi.

Bagaimanakah metodologi yang diterapkan dalam memperoleh data pendidikan? Bagaimana

koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam perolehan data (misalnya instansi di daerah,

jenis/level pendidikan)?

Agar data yang dikumpulkan sesuai dengan kondisi di lapangan dan terjaga kualitasnya, data disusun

dalam tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan, tahap pengelolaan, dan tahap pendayagunaan (Gambar 2).

Database pendidikan menyajikan informasi-informasi penting yang dapat digunakan dalam proses

penyusunan kebijakan di bidang pendidikan.

Apakah Bapak dapat memberi gambaran mengenai bagaimana database pendidikan berperan

dalam proses perumusan kebijakan selama ini?

Database yang telah diolah dan dianalisis digunakan untuk menyusun proyeksi (misal proyeksi jumlah

sekolah yang dibutuhkan di tahun xxxx) dan data ini dipakai untuk menyusun RPJMN.

Kendala apa saja yang ditemui dalam proses penyusunan database pendidikan?

Beberapa kendala yang kami temui adalah kurangnya anggaran karena kami mengelola data pendidikan

dan kebudayaan di seluruh Indonesia. Selain itu, kami juga mengalami kesulitan untuk menjangkau

sekolah-sekolah di wilayah yang sulit aksesnya.

LAPORAN UTAMA

09

Page 10: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

Database Pendidikan yang ideal menurut Bapak? Negara mana yang bisa menjadi acuan yang

baik untuk diterapkan di Indonesia

Saat ini database pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah cukup kompetitif. Saingan kita di dunia

adalah Cina, Rusia, Brazil, Amerika. Namun database kita masih belum ideal karena masih dibutuhkan

verifikasi validasi

Selain untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dalam penyusunan kebijakan, apakah database

pendidikan bisa juga dimanfaatkan oleh masyarakat luas ?

Database pendidikan juga digunakan untuk: (1) Pengembangan konsep e-monitoring di Kementerian, (2)

Penyusunan profil pendidikan/indikator-indikator pendidikan, (3) Penyusunan proyeksi pendidikan, (4)

Publikasi dan analisis, (5) Penyusunan konsep indeks kompetensi sekolah.

Bagaimanakah arah pengembangan database pendidikan ke depan ?

Di tahun 2015, terdapat tiga target pengelolaan dapodik: data berkualitas yang terintegrasi,

pengembangan backbone ke daerah, dan pengembangan simpul-simpul

Apakah saat ini sudah ada upaya integrasi data pendidikan dengan data lainnya? Menurut

pendapat Bapak, apa saja potensi yang dapat dicapai jika database pendidikan dapat terintegrasi

dengan database lainnya?

Saat ini di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah ada upaya pengintegrasian data pendidikan

dengan kebudayan. Menurut pendapat saya pribadi, database pendidikan memang sebaiknya

diintergasikan dengan database ketenagakerjaan agar terlihat penyerapan tenaga kerja dan dapat

diketahui kebutuhan sekolah. Contohnya, jika kita mengetahui demand di sektor kemaritiman meningkat,

maka SMK Kemaritiman akan lebih diperhatikan.

10

Page 11: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

DATABASE KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Wawancara dengan Bapak Edi Purnama, Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan, Kementerian

Ketenagakerjaan

oleh Puji Gunawan dan Trias Melia

Mengapa pengelolaan database ketenagakerjaan perlu untuk dilakukan?

Database ketenagakerjaan mempunyai peran penting sebagai bahan penyusunan kebijakan dan strategi,

rencana dan program serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program pembangunan di bidang

ketenagakerjaan baik lingkup nasional, provinsi maupun kabupaten/kota. Selain itu, database

ketenagakerjaan juga dibutuhkan sebagai bahan penyusunan kebijakan strategi, rencana dan program,

pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program pembangunan di bidang ketenagakerjaan internasional,

serta sebagai bahan penyusunan makalah, kegiatan penelitian/kajian ilmiah, dsb.

Jenis data dan informasi apa sajakah yang dikelola di Kementerian Ketenagakerjaan?

Hingga saat ini, jenis data dan informasi dikumpulkan dan dikategorikan berdasarkan masing-masing unit

direktorat jenderal di Kementerian Ketenagakerjaan. Data dan informasi tersebut mencakup data:

a. Ketenagakerjaan umum (penduduk usia kerja, angkatan kerja, penduduk yang bekerja,

pengangguran terbuka).

b. Pelatihan dan produktivitas tenaga kerja (standar kompetensi kerja, lembaga pelatihan kerja,

instruktur, tenaga pelatihan, jenis program dan peserta pelatihan, pemagangan, Lembaga

Sertifikasi Kompetensi (LSP), produktivitas tenaga kerja).

c. Penempatan tenaga kerja (kesempatan kerja, pencari kerja terdaftar, calon TKI terdaftar,

lowongan kerja terdaftar, lowongan kerja luar negeri yang terdaftar, lembaga penempatan tenaga

kerja, penempatan tenaga kerja terdaftar, penempatan tenaga kerja melalui mekanisme antar

kerja, penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Penggunaan tenaga kerja asing (PTKA), pegawai

pengantar kerja).

d. Pengembangan dan perluasan kesempatan kerja (usaha mandiri, tenaga kerja mandiri, Tenaga

Kerja Sarjana (TKS), perluasan kerja sistem padat karya, Teknologi Tepat Guna (TTG)).

e. Hubungan industrial (sarana hubungan industrial, permasalahan hubungan industrial,

pengupahan, jaminan sosial tenaga kerja (BPJS Ketenagakerjaan), koperasi pekerja/buruh,

pegawai teknis penyelesaian perselisihan hubungan industrial, hubungan kerja).

f. Pengawasan ketenagakerjaan (norma kerja dan jamsostek, norma keselamatan dan kesehatan

kerja, norma kerja anak dan perempuan, penegakan hukum).

Bagaimanakah proses pengumpulan data dan informasi dilakukan?

Proses pengumpulan data dilakukan dalam tiga lingkup, yaitu nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Di

lingkup nasional, pengelolaan data dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan

(Pusdatinaker) yang memiliki tugas untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan serta

pemantauan dan evaluasi kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Ketenagakerjaan Nasional serta

berkoordinasi dengan unit teknis dan instansi terkait. Laporan data dan informasi di tingkat nasional

disampaikan pada minggu ke-3 setiap bulan dari unit teknis di pusat kepada Kepala Pusdatinaker.

LAPORAN UTAMA

11

Page 12: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

Pada lingkup provinsi, pengelolaan dilakukan oleh Sekretaris Dinas/Kepala Bidang Program, Evaluasi dan

Pelaporan yang bertugas untuk melaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan serta pemantauan dan

evaluasi kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Ketenagakerjaan Kabupaten/kota/Provinsi serta

mengoordinasikan unit teknis dan instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing. Laporan data

disampaikan pada minggu ke-2 setiap bulan kepada Kepala Pusdatinaker dan ditembuskan kepada

Sekretaris masing-masing Ditjen di Kementerian Ketenagakerjaan.

Data dan informasi di tingkat kabupaten/kota dikelola oleh Sekretaris Dinas Ketenagakerjaan. Data yang

dikumpulkan kemudian dilaporkan pada minggu pertama setiap bulannya kepada Kepala Dinas

Ketenagakerjaan Provinsi dan ditembuskan kepada Kepala Pusdatinaker.

Bagaimanakah dukungan Sumber Daya Manusia serta dukungan anggaran dalam pelaksanaan

pengelolaan data dan informasi ketenagakerjaan?

Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan di tingkat pusat saat ini didukung oleh 53 orang. Untuk

penganggaran, selama ini penganggaran dirasa belum cukup memadai karena Pusdatinaker hanyalah unit

pendukung (supporting unit) di Kementerian Ketenagakerjaan. Sedangkan di daerah, terdapat beberapa

daerah yang belum menganggarkan kegiatan pengelolaan data di dalam APBD akibat rendahnya

kesadaran dan komitmen daerah atas pentingnya data.

Apakah sudah ada upaya integrasi data ketenagakerjaan dengan data lainnya? Apa saja kendala

yang dihadapi dalam proses integrasi tersebut?

Sinergi data dilakukan dengan BNP2TKI dalam mengelola data penempatan TKI dan BPS dalam

pengelolaan data ketenagakerjaan umum, untuk menyajikan data sesuai format tabel yang telah diatur

pada Permenakertrans No. 1 Tahun 2014. Selain itu, sedang dilaksanakan rangkaian koordinasi dengan

Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi dalam rangka link and match dunia pendidikan dan

ketenagakerjaan.

Dalam pengintegrasian data ketenagakerjaan, kendala yang dihadapi adalah masing-masing unit teknis

memiliki aplikasi sendiri dalam pengumpulan dan pengelolaan data, sehingga data internal belum

terintegrasi. Untuk dapat mengintegrasikan data di setiap unit teknis, saat ini sedang dibangun database

ketenagakerjaan yang sudah dianggarkan di tahun 2015 dalam kegiatan pembangunan sistem informasi

ketenagakerjaan terpadu.

Bagaimanakah arah pengembangan database ketenagakerjaan kedepannya?

Untuk database internal, pengembangan dilakukan dengan integrasi database yang telah dibangun di

masing-masing unit menjadi satu database yang dimanfaatkan semua unit di lingkungan Kementerian

Ketenagakerjaan maupun dinas yang membidangi ketenagakerjaan di tingkat provinsi dan

kabupaten/kota. Selain itu, kami juga akan mensosialisasikan aplikasi yang telah dibangun atau

dikembangkan untuk diimplementasikan oleh masing-masing unit sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kami juga saat ini pada prinsipnya siap untuk mengintegrasikan database ketenagakerjaan dengan

database pendidikan dalam rangka link and match antara dunia pendidikan dan pelatihan. Upaya yang

telah dilakukan adalah berkoordinasi dengan pihak Apindo dalam rangka link and match antara supply

tenaga kerja (dunia pendidikan dan pelatihan) dan demand tenaga kerja (dunia usaha). Selain itu, kami

juga kedepannya akan membentuk forum data yang beranggotakan unit data Kementerian

Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan, BPS dan Apindo.

12

Page 13: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

HABIBIE TAK BOLEH LELAH DAN KALAHoleh Melanthon Tumpal dan Tumpak Ferdinand

Banyak buku yang mengulas tuntas seorang

Bacharuddin Jusuf Habibie, baik mengenai

kehidupan pribadi maupun jejak pemikirannya.

Salah satunya adalah buku yang berjudul

“Habibie, Tak Boleh Lelah dan Kalah” karangan

Fachmy Casofa. Buku ini menampilkan koleksi

foto Habibie dan keluarganya, mulai dari

Habibie kecil, remaja, hingga pada saat

menjabat sebagai presiden. Ulasan mengenai

kehidupan pribadi Habibie diceritakan secara

garis besar.

Buku ini merupakan sebuah persembahan untuk

generasi muda Indonesia. Ada pengejaran dan

pembuktian cinta mulia. Ada semangat berkarya

tanpa jeda. Ada semangat yang kadang patah,

tetapi tak jarang juga tinggi menjulang. Ada

kisah manis cinta sejati berbalut kesetiaan

hingga ujung usia.

Secara garis besar, buku ini ditulis dalam dua

bagian yaitu: menerbangkan Indonesia melalui

N-250 dan 50 gagasan brilian. Bagian pertama

menceritakan kisah sukses Habibie dalam

merancang dan menerbangkan pesawat buatan

Indonesia N-250/Gatotkoco. Dengan latar

belakangnya sebagai ilmuwan di bidang

teknologi, Habibie mengabdikan dirinya untuk

Indonesia dengan pembuktian lahirnya pesawat

N-250. Sebuah pesawat terbang tercanggih

buatan putra-putri Indonesia, dan

kecanggihannya diperhitungkan oleh dunia.

Penerbangan perdana pesawat N-250 pada 10

Agustus 1995 menjadi tonggak awal

kebangkitan teknologi Indonesia yang

diperingati sebagai hari Kebangkitan Teknologi

Indonesia.

Bagian kedua mengenai lima puluh gagasan

brilian Habibie untuk generasi muda Indonesia.

Setiap gagasan diberikan penjelasan singkat,

jelas dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan.

Gagasan mencakup nasionalisme,

pembangunan, cinta, keluarga dan cita-cita.

Selain itu, terdapat pembahasan tentang riwayat

hidup Habibie, dari kisah Ayah dan Ibu Habibie,

proses kelahiran Habibie, masa kecilnya, masa

remajanya hingga menikah dengan Ibu Ainun.

Dengan membaca buku ini, pembaca bisa

menikmati kisah hidup Habibie yang inspiratif.

Buku ini dilengkapi dengan foto-foto penuh

kenangan yang menarik, bahasa yang sederhana

dan layout yang menarik dengan ukuran dan

warna huruf dalam paragraf yang berbeda sesuai

dengan penekanan pada isi paragraph. Kisah

Habibie dan 50 gagasan briliannya memberikan

semangat pada anak bangsa untuk belajar dan

berkarya dengan cerdas sebaik mungkin dalam

menggapai mimpi.

RESENSI BUKU

13

Page 14: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

S T R A T E G I D A N

K E S I A P A N

D A E R A H K A N T O N G

T K I M E R E S P O N

K E B I J A K A N

M O R A T O R I U M

oleh Susiyanti

Pemerintah akhirnya memberlakukan penghentian

penempatan TKI secara permanen ke 21 negara di

kawasan Timur Tengah. Beragam kebijakanpun

disiapkan sebagai langkah antisipasi moratorium

permanen ini.

Moratorium TKI pada sektor informal merupakan

kebijakan diambil pemerintah sebagai solusi

beragam persoalan di sektor tenaga kerja

migran ini. Pemerintah pernah mengambil

kebijakan serupa pada tahun 2011. Salah satu

dampak dari kebijakan ini adalah jumlah TKI di

sektor informal terus menurun dari tahun ke

tahun, sedangkan TKI di sektor formal

cenderung naik.

Berdasarkan pada data Puslitfo Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia (BNP2TKI), jumlah penempatan

Tenaga Kerja Indonesia tahun 2014 sebesar

429.872 orang, turun sebesar 16,07 persen

dibanding tahun sebelumnya sebesar 512.168

orang. Dalam laporan yang dirilis BNP2TKI pada

Januari 2015, disebutkan bahwa secara bertahap

terjadi kenaikan persentase penempatan TKI

formal. Pada tahun 2011 tercatat TKI formal 45

persen dan naik menjadi 58 persen di tahun

2014 (lihat Grafik 1.1).

Grafik 1.1 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: BNP2TKI, 2015

Kebijakan moratorium TKI secara permanen

dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Menteri

Ketenagakerjaan nomor 260 tahun 2015 yang

ditandatangani pada 4 Mei 2015. Adapun ke-21

negara yang dimaksud dalam SK tersebut adalah

Aljazair, Arab Saudi, Bahrain, Irak, Iran, Kuwait,

Lebanon, Libya, Maroko, Mauritania, Mesir,

Oman, Pakistan, Palestina, Qatar, Sudan Selatan,

Suriah, Tunisia, Uni Emirat Arab (UEA), Yaman,

dan Jordania.

Kelompok 21 negara kawasan Timur Tengah ini

merupakan incaran para tenaga kerja Indonesia

untuk mengadu nasib. Misalnya, sepanjang 2014

Arab Saudi menempati urutan ketiga terbayak

dalam penempatan TKI setelah Malaysia dan

Taiwan.

Dalam sebuah keterangannya kepada media

yang dikutip dari sejumah sumber, Menteri

Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri menyebutkan

kebijakan keras (hard policy) terpaksa diterapkan

bagi negara-negara Timur Tengah karena

penerapan budaya atau sistem kafalah

(sponsorship) yang masih kental dimana hak

privasi majikan lebih kuat daripada perjanjian

kerja maupun peraturan ketenagakerjaan.

Secara umum, Menaker menilai langkah

moratorium yang dilakukan secara permanen ini,

KETENAGAKERJAAN

14

Page 15: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

diperlukan pemerintah untuk membenahi sistem

perlindungan para pekerja informal di luar

negeri. Harapan ke depannya, tidak ada lagi TKI

yang dihukum mati karena budaya negara

setempat yang mempersulit tindakan

perlindungan terhadap para pekerja migran

yang bekerja pada sektor domestik.

Perlu Sosialisasi

Pasca dikeluarkanya kebijakan moratorium

secara permanen ini, pemerintah selanjutnya

menyiapkan beragam program-program sebagai

tindak lanjut kebijakan tersebut. Sejumlah intansi

terkait seperti Departemen Luar Negeri dan

BNP2TKI akan dilibatkan dalam kegiatan

sosialisasi dan program antisipasi dampak

moratorium permanen ini. Sosialiasi juga

melibatkan dinas-dinas sosial di tingkat

kabupaten maupun tingkat provinsi untuk

menjangkau lebih dekat kantong-kantong TKI di

Indonesia.

Langkah sosialisasi yang diambil pemerintah

utamanya dilakukan di 25 daerah yang menjadi

kantong-kantong TKI seperti Lombok Timur

(NTB), Indramayu (Jawa Barat), Cilacap (Jawa

Tengah). Salah satu kantong TKI yang dikunjungi

Menaker Hanif Dakiri adalah kabupaten

Indramayu, basis TKI di Jawa Barat. Pada 2014.

Indramayu mengirim 22.521 TKI ke berbagai

negara. Sebagian besar TKI yang dikirim

merupakan pekerja di sektor informal.

Dikutip dari situs berita BeritaSatu, Menaker

Hanif Dakiri dalam kunjungannya ke Indramayu

menegaskan moratorium bukanlah melanggar

hak warga untuk bekerja. Kebijakan ini bertujuan

penataan pekerja untuk sektor-sektor informal.

Menaker menjelaskan bahwa kebijakan juga

berlaku di negara-negara di kawasan Asia

Pasifik, seperti Hongkong, Malaysia, Singapura

dan lainnya. Meskipun gaji dan jaminan

keamanan di negara tersebut lebih baik dari

kawasan Timur Tengah.

Pemberdayaan kantong TKI

Saat moratorium pengiriman TKI di lakukan 2011

lalu, mantan Menaker Muhaimin Iskandar saat

itu langsung mengintruksikan kepada dinas-

dinas tenaga kerja di tingkat provinsi dan

kabupaten kota untuk langsung membenahi

sistem penempatan dan perlindungan TKI.

Langkah ini diambil untuk mencegah kasus-

kasus TKI ilegal sebagai dampak dari

moratorium yang diambil pemerintah saat itu.

Slogan “Jangan berangkat sebelum siap” pun

digulirkan dengan melibatkan dinas-dinas

tenaga kerja dan instansi-instansi terkait. Balai

latihan kerja kemudian dioptimalkan untuk

memberikan ketrampilan kepada masyarakat,

terutama di daerah basis rekrutmen TKI di

Indonesia.

Berdasarkan data di BNP2TKI, tercatat 25

kabupaten pengirim TKI terbayak sepanjang

2014 diantaranya Kabupaten Lombok Timur

sebanyak 29.510 orang, Indramayu 25.521

orang, Cilacap 16.013 orang, Cirebon 15.786

orang, Lombok Tengah 14.109 orang, Cianjur

11.311 orang, Kendal 11.212 orang, Ponorogo

8.869 orang, Sukabumi 8.665 orang, Karawang

8.499 orang, Subang 8.357 orang, Brebes 8.216

orang, Malang 8.114 orang, Blitar 7.973 orang,

Lampung Timur 7.582 orang, Lombok Barat

7.472 orang, Banyuwangi 7.271

orang, Tulungagung 6.723 orang, Banyumas

5.642 orang, Tegal 5.576 orang, Majalengka

5.563 orang, Pati 5.267 orang, Madiun 5.185

orang, Kediri 4.570 orang, dan Jakarta Utara

3.955 orang. Sisanya, sebanyak 182,911 orang

berasal dari dari daerah-daerah lain yang di

seluruh Indonesia.

Sementara itu, untuk mengurangi jumlah TKI

yang ingin bekerja ke luar negeri terutama untuk

15

Page 16: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

domestic worker, pemerintah saat itu melalui

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

melakukan pemberdayaan terhadap 38 daerah

basis TKI di Indonesia.

Prioritas program pemerintah saat ini adalah

menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-

luasnya untuk mengantisipasi dampak

moratorium ini. Pemberdayaan masyarakat di 38

kantong TKI dilakukan melalui penguatan

berbagai kegiatan dan program-program yang

mendekatkan pada potensi daerah asal TKI,

yaitu Wira Usaha Baru, Teknologi Tepat Guna,

Padat Karya Produktif, Desa Produktif, Mobil

Terampil, Rumah Terampil, Program Link and

Match dengan Kemendiknas, peningkatan

peran perbankan dalam program Kredit Usaha

Rakyat (KUR) TKI dan pelayanan remitansi.

Masyarakat diberikan berbagai jenis pelatihan

untuk meningkatkan ketrampilan sehingga

mereka dapat membuka lapangan pekerjaan

sendiri di tanah air. Jenis-jenis pelatihan

wirausaha yang dilakukan seperti budidaya

ayam, sapi dan kambing, usaha konveksi,

menjahit dan border. Selain itu, ada juga

pelatihan tata rias pengantin, tata boga,

bengkel motor, sablon dan percetakan,

pengelasam konstruksi skala kecil, dan lainnya.

Pelatihan kewirausahaan yang dilakukan pihak

Kemenakertrans dilakukan dengan metode

pengetahuan teknis, praktik kerja lapangan,

pemberian modal usaha, proses pendampingan

serta strategi pemasaran hasil usaha.

Terkait kebijakan moratorium secara permanen

tahun 2015, sejumlah Pemerintah daerah

menunjukan kesiapan mereka. Pasca kebijakan

moratorium ini diberlakukan, dinas-dinas terkait

di lingkup pemerintah daerah baik Provinsi

maupun Kabupaten/Kota gencar melakukan

sosialiasi hingga bekerjasama dengan instansi

terkait di jajaran pemerintah daerah dan pusat

untuk mengupayakan pemberdayaan dan

penyiapan tenaga-tenaga kerja yang kompeten.

Seperti kesiapan yang ditunjukan dinas terkait di

Kabupaten Indramayu. Saat kunjungan Menaker

Hanif Dakiri, kepada dinas sosial,

ketenagakerjaan dan transmigrasi Kabupaten

Indramayu mengatakan pihaknya terus berupaya

meningkatkan kemampuan calon tenaga kerja

yang akan berangkat.

Dikutip dari situs berita Tempo, Bangkalan,

Madura, juga menunjukan kesiapan serupa.

Selain terus melakukan sosialisasi di kantong-

kantong TKI di kabupaten tersebut, pembekalan

keterampilan dan pemberdayaan perempuan

juga terus dilakukan melalui peningkatan

keterampilan kerja di balai latihan kerja yang

tersedia, terutama bagi calon pekerja

perempuan. Keterampilan yang diberikan seperti

menjahit, merias, tata boga dan lain sebagainya.

16

Page 17: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

OUTLOOK EKONOMI TRIWULAN I 2015

oleh Hesti Wahyudi Surasmono

Produk Domestik Bruto

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan sebesar 4,7% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,0% (yoy). Hal ini didorong lemahnya kinerja beberapa

komponen permintaan domestik seperti konsumsi pemerintah. Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015

tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya Konsumsi pemerintah tercatat sebesar 2,2%

(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tumbuh sebesar 2,8% (yoy). Belum

terealisasinya belanja pada beberapa kementerian dan lembaga pemerintah yang baru, serta terbatasnya

belanja modal terkait dengan implementasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah mengakibatkan

lemahnya kinerja konsumsi pemerintah.

Konsumsi rumah tangga yang memiliki kontribusi paling besar sebesar 55% terhadap PDB tumbuh sebesar

4,7%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2014 sebesar 4,9%. Dari komponen investasi,

pertumbuhan tercatat sedikit lebih tinggi yang meningkat dari 4,3 (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 4,4%

(yoy) pada triwulan I 2015. Komponen ekspor meskipun masih negatif namun mengalami perbaikan dari

sebesar -4,5% pada triwulan IV 2014 menjadi -0.5% di triwulan I 2015. Perbaikan kinerja ekspor juga diikuti

oleh penurunan impor sebesar -2.2% pada triwulan I 2015 dibandingkan triwulan IV 2014 sebesar 3.2%.

Gambar 1

Porsi Pengeluaran Terhadap PDB (%)

Dari sisi sektoral (lapangan usaha), pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor industri pengolahan,

perdagangan dan pertanian, kehutanan dan perikanan yang menyumbang lebih dari 10% PDB (Gambar 2).

Perlambatan ekonomi pada triwulan I 2015 terjadi di hampir seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor pertanian,

perdagangan, informasi dan komunikasi, dan jasa kesehatan (Tabel 2). Sektor industri pengolahan tumbuh

melambat seiring dengan menurunnya permintaan ekspor dan masih lemahnya permintaan domestik. Sektor

pertambangan juga menurun, bersumber dari menurunnya lifting migas dan produksi batubara. Di sisi lain,

kinerja sektor pertanian, kehutanan dan perikanan meningkat akibat perbaikan kinerja tanaman perkebunan

dan perikanan. Sementara itu, sektor konstruksi tumbuh melambat disebabkan oleh masih adanya sikap wait

and see sektor swasta dan masih belum berjalannya proyek-proyek pemerintah. Sektor transportasi dan

pergudangan melambat sejalan dengan melambatnya aktivitas perekonomian. Sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum juga tumbuh melambat seiring masih lemahnya konsumsi domestik dan impor yg turun

EKONOMI DOMESTIK

17

Page 18: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

lebih tajam dari perkiraan semula. Selain itu, sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh melambat karena

melambatnya kinerja subsektor jasa keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Di sisi lain, pertumbuhan

sektor informasi dan komunikasi meningkat seiring diluncurkannya teknologi broadband 4G-LTE.

Gambar 2

Porsi Sektoral Terhadap PDB (%)

Menurut Lapangan Usaha

Tabel 2

Pertumbuhan Ekonomi Sisi Produksi (%)

Sektor 2014 (yoy) 2014

Yoy

I-2015

I II III IV yoy qtq

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 5.3 5.0 3.6 2.8 4.2 3.8 14.8

Pertambangan dan Penggalian -2.0 1.1 0.8 2.2 0.5 -2.3 -8.1

Industri Pengolahan 4.5 4.8 5.0 4.2 4.6 3.9 -0.5

Listrik, Gas dan Air Bersih 3.3 6.5 6.0 6.5 5.6 1.5 -7.1

Pengadaan Air 3.6 3.2 2.8 2.7 3.0 2.3 0.2

Konstruksi 7.2 6.5 6.5 7.7 7.0 6.0 -5.9

18

Page 19: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil

& Motor 6.1 5.1 4.8 3.5 4.8 3.7 -0.4

Transportasi dan Pergudangan 8.4 8.5 8.0 7.1 8.0 6.3 -1.2

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.5 6.4 5.9 4.9 5.9 3.6 0.1

Informasi dan Komunikasi 9.8 10.5 9.8 10.0 10.0 10.5 2.6

Jasa Keuangan 3.2 4.9 1.5 10.2 4.9 7.6 0.7

Real Estate 4.7 4.9 5.1 5.3 5.0 5.3 1.1

Jasa Perusahaan 10.3 10.0 9.3 9.7 9.8 7.4 2.2

Administrasi Pemerintahan 2.9 -2.5 2.6 6.9 2.5 4.7 -6.4

Jasa Pendidikan 5.2 5.4 7.3 7.3 7.1 6.3 -10.8

Jasa kesehatan dan Kegiatan Lainnya 7.7 8.5 9.9 6.1 8.0 7.3 -6.3

Jasa lainnya 8.4 9.5 9.5 8.4 8.9 8.0 1.8

PDB 5.1 5.0 4.9 5.0 5.0 4.7 -0.1

Inflasi

Inflasi pada triwulan I 2015 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2015 yakni 4,0±1%. IHK

mencatat deflasi sebesar -0,44% (qtq) atau 6,38% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

4,49% (qtq) atau 8,36% (yoy). Penurunan ini terutama didorong oleh kelompok volatile food yang tercatat

deflasi sebesar -1,98% (qtq) atau 5,87% (yoy). Kelompok administered prices juga mengalami deflasi sebesar -

3,91% (qtq) atau 11,49% (yoy), terutama didorong oleh koreksi harga BBM serta dampak lanjutannya terhadap

angkutan dalam kota. Koreksi harga BBM terjadi pada Januari, yaitu pada tanggal 1 Januari 2015 harga bensin

turun dari Rp8.500 per liter menjadi Rp7.600 per liter dan harga solar turun dari Rp7.500 per liter menjadi

Rp7.250 per liter. Selanjutnya, pada tanggal 14 Januari 2015 harga bensin kembali turun dari Rp7.600 per liter

menjadi Rp6.600 per liter dan harga solar turun dari Rp7.250 per liter menjadi Rp6.400 per liter.

Inflasi inti tercatat sebesar 1,25% (qtq) atau 5,04% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 1,70% (qtq). Penurunan tekanan eksternal terutama didorong oleh penurunan harga

global di tengah tekanan pelemahan rupiah pada triwulan I 2015. Demikian pula dengan permintaan

domestik yang tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Meskipun inflasi pada triwulan I 2015 secara

nasional terkendali, namun beberapa daerah seperti Maluku, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku

Utara mencatat inflasi yang tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Tingginya inflasi tahunan pada beberapa

daerah tersebut disebabkan kenaikan harga beras yang cukup tinggi akibat kendala pasokan dan penyaluran

raskin, serta kenaikan harga ikan karena kondisi cuaca yang tidak kondusif.

Nilai Tukar

Nilai tukar rupiah mengalami tekanan seiring penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang. Pada

triwulan I 2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 4,4% (qtq) ke level Rp12.807 per dolar AS.

Penguatan dolar AS yang terjadi terhadap mayoritas mata uang dunia ditopang oleh ekonomi AS yang

19

Page 20: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

membaik dan kebijakan Quantitative Easing oleh Bank Sentral Eropa (ECB). Pada triwulan I 2015, nilai tukar

mencatat peningkatan volatilitas yang juga dialami oleh mata uang negara peers.

IHSG

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) triwulan I 2015 mencapai level 5.518,68 (31 Mar 2015), naik

sebesar 292 poin atau 5,58% (qtq) (Grafik 1.52). IHSG beberapa kali mencatatkan rekor tinggi sepanjang waktu

selama periode Januari hingga Maret 2015. Penguatan ini dipengaruhi oleh sentimen positif domestik atas

rilis data beberapa indikator fundamental ekonomi Indonesia yang lebih baik dari perkiraan serta sentimen

positif rilis laporan keuangan dan pembayaran dividen emiten di bulan Maret. Meskipun demikian, tekanan

terhadap nilai tukar membuat penguatan IHSG relatif tertahan. Di pasar global, sentimen positif muncul dari

kesepakatan Eurogroup terkait masalah utang Yunani turut membawa pergerakan positif di pasar saham

domestik. Kinerja IHSG tergolong baik dibandingkan dengan pergerakan bursa saham kawasan (Vietnam,

Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura). Pertumbuhan IHSG termasuk besar di antara negara kawasan dan

berada di bawah Filipina (9,8%), tetapi masih berada di atas Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2015 mencatat surplus, terutama ditopang oleh defisit

transaksi berjalan yang menurun. Defisit Transaksi Berjalan Triwulan I 2015 menurun menjadi sebesar 3,8

miliar dolar AS (1,8% PDB) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS (2,6% PDB).

Defisit tersebut juga lebih rendah dari defisit pada triwulan yang sama pada 2014 sebesar 4,1 miliar dolar AS

(1,9% PDB). Peningkatan kinerja transaksi berjalan terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan

migas seiring dengan menyusutnya impor minyak karena harga minyak dunia yang lebih rendah dan

turunnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebagai dampak positif dari reformasi subsidi yang ditempuh

Pemerintah. Di sisi nonmigas, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat lebih rendah akibat turunnya

ekspor nonmigas (-8,0% yoy) seiring dengan dalamnya penurunan harga komoditas, meskipun impor

nonmigas juga mencatat penurunan -3,7% (yoy). Perbaikan kinerja transaksi berjalan juga disumbang oleh

berkurangnya defisit neraca jasa mengikuti turunnya impor barang, berkurangnya pengeluaran wisatawan

nasional selama berkunjung ke luar negeri, dan turunnya neraca pendapatan primer seiring dengan pola

musimannya.

Sementara itu, transaksi Modal dan Finansial triwulan I 2015 tetap surplus. Transaksi modal dan finansial

mencatat surplus pada triwulan I 2015, terutama ditopang oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk

investasi portofolio dan investasi langsung. Pada investasi portofolio, secara akumulatif aliran masuk modal

portofolio asing pada triwulan I 2015 lebih besar dari inflow pada triwulan IV 2014. Di sisi lain, aliran masuk

investasi langsung pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 5,3 miliar dolar AS. Besarnya arus masuk investasi

langsung tersebut mencerminkan kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia

serta prospek pertumbuhan ekonomi kedepan yang terjaga dengan baik. Namun, surplus transaksi modal

dan finansial triwulan I 2015 lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya yang mencapai

8,9 miliar dolar AS terutama karena meningkatnya penempatan simpanan sektor swasta di luar negeri dan

penarikan pinjaman luar negeri swasta yang lebih rendah.

20

Page 21: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

Oleh Melanthon Tumpal dan Tumpak Ferdinand Foto: ekon.go.id

Menindak lanjuti pembicaraan kerjasama

Indonesia-Iran bidang ekonomi dan

perdagangan antara Presiden Joko Widodo

dan Presiden Iran Hassan Rouhani pada

Konferensi Asia Afrika 2015, Menteri

Koordinator (Menko) Perekonomian Republik

Indonesia (RI) Sofyan Djalil melakukan

kunjungan kerja ke Iran pada tanggal 25 Mei

2015. Pada kunjungannya, Menko

Perekonomian yang didampingi Menteri

ESDM dan pejabat dari Kementerian terkait,

Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK),

BUMN terkait, serta pengusaha KADIN,

berkesempatan untuk bertemu dengan

sejumlah pejabat tinggi Iran.

Iran diwakili Wakil Presiden Iran, Menteri

Perdagangan, Pertambangan, dan

Perindustrian, Menteri Energi, Menteri

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Gubernur

Bank Sentral Iran, serta para pengusaha yang

terhimpun dalam Kamar Dagang, Industri,

Perdagangan, dan Agrikultur Iran.

Pada kunjungannya, Menko Perekonomian

membawa tiga pokok pembahasan yaitu:

1. Bidang perdagangan, investasi, dan

industri

Di bidang industri, kedua negara

sepakat untuk mendukung

pengembangan industri petrokimia di

Indonesia dengan suplai bahan baku

dari Iran, serta mendukung minat

pengusaha Indonesia untuk memasok

suku cadang turbin untuk memenuhi

kebutuhan Iran.

2. Perbankan dan Keuangan

Di bidang perbankan dan keuangan,

kedua belah pihak menyadari bahwa

penurunan kerjasama perdagangan

maupun investasi bilateral disebabkan

oleh hambatan pada sistem keuangan

dan pembayaran. Kedua negara

sepakat mencari cara untuk

memfasilitasi perdagangan dan

investasi dengan memperkuat

kerjasama di bidang perbankan dan

keuangan.

KERJASAMA

INDONESIA DAN

IRAN

DALAM BIDANG

EKONOMI DAN

PERDAGANGAN

KEGIATAN MENKO

21

Page 22: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

3. Energi

Di bidang energi, kedua pihak sepakat

untuk mendukung pembangunan

kilang minyak di Indonesia dengan

pasokan minyak mentah dari Iran.

Selain itu, Indonesia mengharapkan

partisipasi Iran dalam pembangunan

proyek pembangkit listrik 35.000 MW.

Dalam pertemuan ini dibahas juga kerjasama

lainnya yang meliputi kerjasama di bidang

pertanian, infrastruktur, transportasi udara,

penelitian dan teknologi, pendidikan, serta

kerjasama antar kamar dagang kedua negara.

Selain agenda tersebut, Menko Perekonomian

berkesempatan berkunjung ke Universitas

Imam Khomeini di Kota Qom untuk berdiskusi

dengan para mahasiswa Indonesia yang

belajar di sana. Sofyan Djalil berpesan kepada

para mahasiswa untuk terus menjaga

semangat belajar, karena kesempatan belajar

di luar negeri, apalagi mendapat beasiswa

adalah kesempatan berharga, sebagaimana

banyak yang diimpikan oleh para pelajar yang

berada di Indonesia.

Menko Perekonomian beserta delegasi juga

mengunjugi Pardis Silicon Valley, berjarak 30

menit perjalanan dari Tehran. Tempat ini

merupakan sebuah cluster tempat

pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dari berbagai disiplin ilmu. Tempat

ini dibuka pada tahun 2012 dan telah

menghasilkan sejumlah paten dan teknologi

teregistrasi, yang sebagian besar sudah

digunakan secara komersial. Diskusi dan tanya

jawab antara Menko Sofyan dan pihak

pengelola menunjukkan ia cukup terkesan

dengan konsep yang ditawarkan serta manfaat

yang dihasilkan oleh tempat ini.

Sebagai hasil dari pertemuan ini, kedua Ketua

Sidang pihak telah menandatangani Agreed

Minutes of The 11th Session of The Joint

Commission on Economic and Trade Cooperation

between the Government of the Republic of

Indonesia and the Government of the Islamic

Republic of Iran yang mencakup kerjasama

berbagai program strategis yang telah dibahas

sebelumnya.

22

Page 23: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

Demi bersaing di pasar global, Presiden Joko

Widodo (Jokowi) meminta semua perusahaan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan

revaluasi aset. Presiden menargetkan revaluasi

aset perusahaan-perusahaan BUMN selesai

dalam satu sampai dua tahun ke depan.

BUMN memiliki potensi yang cukup besar

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

nasional dan menjadikan Indonesia sebagai

salah satu negara dengan pertumbuhan

ekonomi terkuat di Asia. Hingga saat ini

tercatat ada 700 BUMN, baik yang langsung

dimiliki oleh pemerintah maupun anak

perusahaan BUMN, bergerak di berbagai

bidang dan tersebar di seluruh Indonesia.

Revaluasi aset BUMN bukanlah hal baru. Isu ini

pernah muncul dan kembali hilang pada era

Orde Baru. Pada pemerintahan Susilo

Bambang Yudhoyono, isu revaluasi aset

perusahaan-perusahaan milik Negara juga

sempat muncul. Menteri Koordinator

Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli

juga sempat mendengungkan ide tersebut

saat menjabat Menko Ekuin di era Presiden

Megawati Soekarno Putri. Pada saat itu,

sebagai contoh, PLN mengalami posisi kas

minus Rp 9 triliun dan nilai aset Rp 50 triliun.

Setelah melakukan revaluasi aset, nilai aset

PLN meningkat dari Rp 50 triliun menjadi Rp

200 triliun. Sementara, posisi kas dari minus Rp

9 triliun meningkat tajam menjadi Rp 104

triliun.

Revaluasi aset dinilai oleh beberapa kalangan

merupakan langkah yang strategis. Menteri

BUMN, Rini Soemarno mengatakan nilai aset

dari 119 BUMN saat ini mencapai Rp 4.500

triliun. Angka tersebut berdasarkan

perhitungan per Desember 2014. Harapannya,

revaluasi aset dapat membuat perusahaan

nasional menjadi lebih kuat. Dikutip dari situs

berita Tempo, Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan

BUMN dapat segera melakukan revaluasi aset

untuk bersaing dengan perusahaan dunia.

Pemerintah berencana mencanangkan pajak

yang akan dikenakan kepada BUMN yang

telah melakukan revaluasi aset.

BUMN

REVALUASI

ASET

BUMN

Oleh Susiyanti

23

Page 24: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

BUMN yang asetnya direvaluasi secara berkala

ditujukan pada BUMN yang solid dan terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah hanya

119 BUMN. Artinya, sebagian besar aset BUMN

saat ini masih menggunakan basis valuasi

puluhan tahun silam. Dengan demikian, aset

BUMN yang sebenarnya bisa bernilai di atas

Rp 4.500 triliun.

Ekonom dari The Indonesia Economic

Intelligence, Sunarsip dalam salah satu

tulisannya mengatakan, revaluasi aset dapat

meningkatkan leverage (daya ungkit) BUMN

hingga 1,5 kalinya atau hingga Rp 6.000 triliun.

Peningkatan nilai BUMN ini akan

meningkatkan kapasitas BUMN untuk

mendapatkan tambahan pendanaan eksternal,

tanpa pemerintah kehilangan satu lembar

saham pun di BUMN.

Revaluasi aset BUMN dapat memberikan

dampak yang luar biasa. Jika BUMN direvaluasi

dengan menggunakan basis penilaian saat ini,

nilai aset dan nilai buku perusahaan-

perusahaan BUMN akan melonjak. Alhasil,

perusahaan-perusahaan milik negara bisa

mengajukan pinjaman jauh lebih besar kepada

perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya.

Dengan modal lebih besar, mereka dapat lebih

ekspansif.

Ekspansi perusahaan-perusahaan BUMN

tersebut juga akan memiliki daya ungkit

terhadap perekonomian, jika mereka

bersentuhan langsung dengan program-

program prioritas yang sedang dilaksanakan

pemerintah, misalnya pembangunan

infrastruktur. Semakin gesit BUMN

infrastruktur berekspansi, semakin cepat pula

proyek-proyek infrastruktur dibangun di

tengah terbatasnya pendanaan dari APBN.

Tak kalah penting, dengan adanya revaluasi

aset, kepercayaan kreditor, mitra bisnis,

konsumen, masyarakat, maupun pemerintah

terhadap BUMN akan meningkat. Kepercayaan

yang tinggi akan meningkatkan brand image

(citra merek) masing-masing BUMN. Merek

merupakan intangible asset (aset tak berwujud)

yang nilainya sangat tinggi. Kepercayaan yang

tinggi dari segenap stakeholders (pemangku

kepentingan) pada akhirnya akan

meningkatkan kredibilitas perusahaan-

perusahaan milik negara.

Modal tersebut dapat digunakan saat

perusahaan-perusahaan tersebut menerbitkan

obligasi, melangsungkan initial public

offering/IPO (penawaran saham umum

perdana), menjalin aliansi strategis,

mengakuisisi perusahaan lain, ataupun saat

melakukan aksi korporasi lainnya. Aksi

korporasi di pasar modal, seperti emisi global

(global bond) atau IPO dengan target investor

asing dalam porsi besar, merupakan wahana

paling efektif untuk mempromosikan BUMN,

pemerintah, dan perekonomian domestik ke

internasional.

Promosi yang dilakukan para investment

banker di luar negeri dapat meningkatkan

kepercayaan internasional terhadap iklim

investasi tanah air. Harapannya, akan semakin

banyak investor asing yang menanamkan

modalnya di Indonesia baik di level portofolio

maupun juga di sektor riil.

Tantangan Revaluasi Aset

Sejumlah tantangan muncul dalam

mengimplementasikan revaluasi aset.

Revaluasi aset memiliki konsekuensi pajak

yang harus dibayar BUMN. Secara teori,

revaluasi aset tidak menyebabkan

penambahan aset secara kas, tetapi pajak yang

muncul dari proses tersebut, harus dibayar

secara kas. Di posisi ini, pemerintah dapat

melakukan Penyertaan Modal Negara (PMN)

untuk mengkonversi pajak yang timbul dari

24

Page 25: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME VI NOMOR 5 EDISI APRIL 2015

kegiatan revaluasi aset. Dalam hal ini tidak ada

yang dirugikan, karena Kementerian Keuangan

tetap mengakui adanya penerimaan

perpajakan. Namun, BUMN tidak harus

membayar pajak secara kas karena telah

dikonversikan menjadi saham.

Lebih lanjut, revaluasi ternyata juga dianggap

sebagai sesuatu yang menakutkan bagi

sebagian perusahaan-perusahaan milik

pemerintah tersebut. Jika hasil revaluasi

menyebutkan nilai aset perusahaan lebih

tinggi dari aset sebelumnya, selisih aset

tersebut nantinya akan dikenakan pajak

sebesar 10%.

Terlepas dari tantangan yang ada, revaluasi

aset harus segera dilaksanakan. Pemerintah

bersama parlemen dapat memutuskan opsi

yang paling murah, minim risiko, dan tidak

berbenturan dengan undang-undang untuk

metode revaluasi aset. Revaluasi aset

berpotensi menjadi salah satu kunci Indonesia

untuk keluar dari perlambatan ekonomi.

Ide Kreatif

Pemerintah dalam hal ini memiliki beberapa

opsi tersendiri. Menurut Menteri BUMN,

pemerintah mempertimbangkan PMN dalam

bentuk penghapusan pajak bagi BUMN dalam

periode tertentu. Konsekuensinya, langkah

tersebut akan meningkatkan kepemilikan

jumlah saham pemerintah di perusahaan.

Alternatif lainnya, perusahaan-perusahaan

BUMN tersebut akan diberi kemudahan seperti

dapat mencicil pajaknya hingga 10 tahun

mendatang. Kedua alternatif tersebut belum

final dan masih dalam pembahasan.

Pada akhirnya, tujuan Pemerintah adalah

membantu perusahaan-perusahaan milik

negara untuk meningkatkan kinerja

keuangannya, melalui perbaikan nilai aset yang

terkena dampak depresiasi rupiah dan inflasi.

Dengan perbaikan kinerja keuangan, ada

ruang bagi perusahaan untuk melakukan

ekspansi usaha. Manfaat lainnya adalah, beban

arus kas pajak saat revaluasi menjadi lebih

ringan, karena tariff PPh revaluasi lebih rendah.

Beban PPh pada tahun-tahun setelah revaluasi

juga lebih rendah.

Dua opsi yang akan dipertimbangkan oleh

pemerintah ini cukup kreatif. Hingga saat ini,

belum pernah ada kebijakan untuk

mengkonversi pajak revaluasi aset menjadi

penyertaan modal negara di sebuah BUMN.

Ide ini cukup positif jika dijalankan walaupun

ada dampak negatif yang ditimbulkan.

Misalnya, potensi penerimaan pajak yang akan

berkurang. Akan tetapi, hal itu bukan masalah

besar, karena pemerintah bisa mendapatkan

gantinya dari dividen dari BUMN.

25

Page 26: integrasi database pendidikan dan database ketenagakerjaan

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

REDAKSI TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4

Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2 – 4 Jakarta, 10710

Telp. 021-3521843, Fax. 021-3521836

Email: [email protected]

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat diunduh pada website

www.ekon.go.id