institutional repository uin syarif hidayatullah jakarta: home · semangat kepada penulis, semoga...

116

Upload: others

Post on 07-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan
Page 2: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan
Page 3: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan
Page 4: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan
Page 5: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

iv

ABSTRAK

Tarmizi Kabalmay. NIM 11150450000086. PERAN PEMERINTAH

DALAM PERLINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA (PMI)

TERPIDANA MATI DI ARAB SAUDI TAHUN 2018. Program Studi Hukum

Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 1440 H/ 2019 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah khususnya

Kementerian Luar Negeri RI dalam melindungi Pekerja Migran Indonesia (PMI)

di Arab Saudi yang terancam hukuman mati sesuai dengan bunyi dari Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Pasal 21.

Penelitian ini menggunakan metode normatif-empiris. Yang terdiri atas

sumber data primer dan sekunder dengan mengumpulkan beberapa data melalui

wawancara, peraturan perundang-undangan, buku, jurnal, dan internet. Kemudian,

data tersebut diolah dan dianalisis secara sistematis, sehingga menghasilkan suatu

penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, dalam melakukan

perlindungan hukum terhadap PMI yang terancam hukuman mati di Arab Saudi,

negara tidak berhak untuk mengambil alih tanggung jawab hukum yang dilakukan

oleh PMI, yang dilakukan negara hanyalah memastikan bahwa dalam proses

hukumnya para pekerja mendapatkan keadilan sesuai hukum yang berlaku.

Kedua, penanganan perlindungan PMI yang terancam hukuman mati di Arab

Saudi dapat berbeda-beda, hal ini disebabkan karena sistem hukuman mati di

Arab Saudi yang terdiri atas tiga kategori yaitu Ta’zir, Qishash, dan Hadd

Ghillah. Ketiga, Arab Saudi sering dikabarkan melakukan eksekusi mati terhadap

Pekerja Migran Indonesia tanpa pemberitahuan, dalam kenyataannya tidak ada

perjanjian Mandatory Consular Notification antara Indonesia-Arab Saudi. Selain

itu, Arab Saudi melakukan pemberitahuan namun sesudah eksekusi bukan

Page 6: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

v

sebelum, Dan eksekusi tanpa pemberitahuan sebelum juga berlaku bagi Warga

Negara Saudi sendiri.

Kata Kunci: Pemerintah, Perlindungan, Pekerja Migran Indonesia, Pidana Mati,

Arab Saudi

Pembimbing: Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, S.H., M.Ag.

Daftar Pustaka: 1973 s.d. 2019

Page 7: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tak hentinya terucap kepada Allah SWT, berkat,

anugerah, dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PERAN PEMERINTAH DALAM PERLINDUNGAN PEKERJA MIGRAN

TERPIDANA MATI DI ARAB SAUDI TAHUN 2018”

Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang

telah memimpin umat Islam menuju jalan yang diridhai Allah SWT. Dalam

menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sehingga sudah sepantasnya dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang amat besar kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.Ag., Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu menjadi

inspirator bagi penulis agar terus lebih baik lagi serta bermanfaat bagi

dunia.

2. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Para Wakil Dekan.

3. Sri Hidayati, M.Ag, Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan juga

kepada Masyrofah, S.Ag., M.Si. Sekretaris Program Studi Hukum Tata

Negara UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

4. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif S.H., M.Ag., Dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam

membimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini

dengan tepat waktu.

5. Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag., dan Dr. Fuad Thohari, M.Ag., Dosen

Hukum Pidana Islam yang bersedia meluangkan waktu untuk

diwawancarai oleh penulis guna melengkapi penulisan skripsi ini.

6. Orang tua tercinta, Bapak Japri Kabalmay dan Ibu Siti Hendon yang selalu

Page 8: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

vii

mendorong dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

7. Adik-adik penulis: Tuti Rahmalia Kabalmay, Taqiyudin Kabalmay,

Thahira Nurul Rahmah Kabalmay, Titin Nurul Riski Kabalmay, dan

Tamsid Nur Rahman Kabalmay yang selalu mendoakan penulis, semoga

kesuksesan menghampiri kalian.

8. Seluruh staf di Subdit Izin Tinggal Diplomatik dan Dinas Direktorat

Konsuler Kementerian Luar Negeri, karena telah membantu penulis dalam

memberikan beberapa bahan tertulis yang berguna dalam penulisan skripsi

ini.

9. Seluruh staf di Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan

Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI), karena telah bersedia meluangkan

waktu untuk diwawancarai guna melengkapi skripsi ini.

10. Seluruh relawan Migrant CARE khususnya Ibu Ika Masruroh, Ibu Fitri

Lestari, dan Ibu Rara yang bersedia membantu penulis dalam melakukan

wawancara di Kantor Migrant CARE.

11. Teman-teman Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) angkatan

2015 terkhusus: Azka dan Trini yang mau diajak untuk melakukan

magang bersama; Zahid, Riski, Ridwan dan Satibi yang selalu menjadi

teman ngopi di Triarga, dan teman-teman lain yang selalu memberikan

semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin.

12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan Kuning: Cakil, Rodi, Nurul, Ade

dan Jamus yang menjadi teman satu atap penulis selama menempuh

bangku kuliah dan selalu berbaik hati untuk berbagi di tanggal tua!

Ma’akum an-najah fii kulli umurikum.

13. Teman-teman di Syahida Fitness Center yang penulis anggap saudara

terkhusus: Bang Obi dan Bang Huluk, yang selalu memberikan masukan

mengenai penulisan skripsi; Bang Yusuf, yang selalu memberikan

semangat; Rayen, yang selalu siap untuk untuk diajak ngopi teman gabut

yang gak ada duanya; dan Adam Abimanyu yang sekarang jadi personal

trainer di Fitness First semoga kalian sukses dan semoga silaturahmi kita

Page 9: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

viii

tetap terjalin.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 17 Juli 2019

Penulis

Page 10: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah ..................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

E. Review Studi Terdahulu ............................................................................ 8

F. Metode Penelitian...................................................................................... 10

G. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 12

BAB II HUBUNGAN ANTAR NEGARA SEBAGAI ALAT

PERLINDUNGAN BAGI WARGA NEGARA ..................................... 14

A. Hubungan Diplomatik ............................................................................... 14

B. Hubungan Konsuler .................................................................................. 18

C. Fungsi dan Bentuk Perlindungan oleh Perwakilan RI di Luar

Negeri ........................................................................................................ 20

D. Perjanjian Internasional ............................................................................. 27

BAB III HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-ARAB SAUDI

DALAM PENGIRIMAN PEKERJA MIGRAN ..................................... 31

A. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia-Arab Saudi .................................. 31

B. Sistem Ketenagakerjaan di Arab Saudi ..................................................... 35

Page 11: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

x

C. Sistem Hukum Pidana dan Acara Pidana di Arab Saudi........................... 39

D. Data Jumlah Kasus WNI/PMI selama Tahun 2018 .................................. 46

BAB IV BENTUK PELINDUNGAN PEMERINTAH INDONESIA

TERHADAP PEKERJA MIGRAN INDONESIA TERPIDANA

MATI DI ARAB SAUDI ........................................................................... 48

A. Bentuk Perlindungan oleh Pemerintah dalam Peraturan Perundang-

undangan ................................................................................................... 48

B. Upaya Perlindungan Kekonsuleran Pemerintah terhadap Ancam-

an Hukuman Mati Pekerja Migran Indonesia di Arab Saudi .................... 51

C. Perlindungan Diplomatik Pemerintah Indonesia terhadap Pekerja

Migran Indonesia Terpidana Mati di Arab Saudi ..................................... 59

D. Perjanjian Mandatory Consular Notification (MCN) sebagai

Alat Perlindungan WNI/PMI .................................................................... 62

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 65

A. Kesimpulan ............................................................................................... 65

B. Saran .......................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

LAMPIRAN ......................................................................................................... 73

Page 12: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bernegara, terciptanya hubungan yang baik dengan

negara lain adalah sangat penting. Hubungan ini disebutkan secara tegas dalam

hukum internasional, yang mana hubungan tersebut dirumuskan sebagai

hubungan antarbangsa dalam segala aspek yang dilakukan untuk mencapai

kepentingan nasional negara tersebut. Bahkan di awal terbentuknya suatu negara,

pengakuan dari negara lain sebagai salah satu syarat utama berdirinya negara

tersebut.

Hubungan Internasional merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh

negara-negara di dunia. Hal ini berkesesuaian dengan kodrat Manusia sebagai

makhluk sosial yang harus mengadakan kerja sama dengan manusia lain sehingga

dalam hal ini dapat dianalogikan bahwa negara tidak akan berdiri dan berjalan

sebagaimana mestinya tanpa adanya bantuan atau hubungan yang baik dengan

negara lain. Hubungan kerja sama antarbangsa dan antarnegara ini menjadi

sedemikian penting karena masing-masing negara memiliki aturan, etika dan

budaya masing-masing. Namun yang utama adalah kesadaran untuk memelihara

hubungan tersebut.1

Dalam dunia hubungan internasional dewasa ini terjadi fenomena

hubungan antar negara yang saling tergantung dalam upaya pemenuhan

kepentingan nasionalnya. Terdapat berbagai cara untuk menjembatani

kepentingan-kepentingan setiap negara dalam hubungan internasional, yaitu salah

satunya dengan cara menjalin kerja sama antar dua negara dan diplomasi antar

1 Kementerian Luar Negeri Indonesia, “Diplomasi Indonesia 2010” diunduh dalam

bentuk PDF pada tanggal 12 November 2018.

Page 13: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

2

bangsa, yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan,

kebudayaan, dan ekonomi, dalam bingkai pada politik luar negeri masing-masing.

Hubungan kerja sama antar dua negara atau yang disebut juga hubungan

bilateral, merupakan salah satu bentuk dari interaksi antar negara sebagai aktor

dalam hubungan internasional untuk memenuhi kepentingan nasionalnya masing-

masing. Dalam pelaksanaannya, terbukti bahwa tiap-tiap negara tidak mampu

memenuhi kepentingan nasionalnya tanpa bekerja sama dengan negara lain, baik

itu negara berkembang maupun negara maju sekalipun.

Indonesia memiliki hubungan luar negeri yang cukup lama dengan Arab

Saudi. Arab Saudi sendiri adalah sebuah negara yang berbentuk monarki atau

negara kerajaan. Kerajaan Arab Saudi (Kingdom of Saudi Arabia/Al-Mamlakah al

‘Arabiyah As-Su’udiyah), merupakan salah satu negara yang memiliki hubungan

yang erat dengan Indonesia. Hubungan bilateral pemerintah Arab Saudi dengan

pemerintah Republik Indonesia yang telah terjalin dari tahun 1947-an hingga saat

ini, dimaksudkan untuk mempererat kerja sama di bidang-bidang tertentu, dengan

prinsip saling menghargai, menghormati dan menguntungkan. Tujuan akhir dari

hubungan bilateral yang didasari prinsip-prinsip tersebut, adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat bagi masing-masing

negara.2

Hubungan ini diperkuat dengan adanya hubungan agama, budaya, politik

selama bertahun-tahun. Indonesia dan Arab Saudi telah membentuk Sidang

Komisi bersama yang berfungsi sebagai forum bilateral yang membahas berbagai

masalah yang berkaitan dengan perkembangan terakhir antara kedua negara baik

2 Mustafa Abd Rahman, “Era Baru Arab Saudi Melirik ke Timur”, Harian Kompas, 1

Maret 2017, h. 8.

Page 14: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

3

di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi, perdagangan energi, sosial

budaya, dan ketenagakerjaan.3

Khusus di bidang ketenagakerjaan, Indonesia banyak berhubungan dengan

Arab Saudi terutama pada masalah Pekerja Migran Indonesia yang kerap menjadi

penyebab naik turunnya hubungan RI-Saudi. Duta Besar Indonesia kerap

dipanggil pulang akibat kasus hukuman mati terhadap Pekerja Migran Indonesia

(PMI) misalnya pada kasus Ruyati tahun 2011 dan Karni pada bulan April 2015.4

Dan yang terbaru adalah eksekusi mati terhadap Tuti Tursilawati pada Oktober

2018. Tercatat dalam kurun waktu 2011-2018 terdapat 103 WNI yang dijatuhi

hukuman mati. Dari jumlah tersebut, 85 orang berhasil dibebaskan dari ancaman

hukuman mati sedangkan 5 orang telah diekeskusi sehingga tersisa 13 WNI yang

masih diupayakan perlindungan hukumnya.5

Di Negara Arab Saudi sendiri terdapat tiga tingkatan hukuman mati, yaitu

Ta’zir sebagai tingkatan paling rendah yang diberikan apabila seseorang

melakukan perbuatan pidana yang tidak disebutkan secara jelas hukumannya

dalam al-Qur’an maupun Sunnah, Ta’zir sendiri bisa dimaafkan oleh Raja apabila

berkehendak; kemudian disusul Qishas yang diputuskan apabila terjadi kasus

pembunuhan di mana hukuman ini bisa dibatalkan apabila ahli waris korban

memaafkan si pelaku dan pelaku diharuskan untuk membayar diyat; dan

hukuman mati paling tinggi di Arab Saudi adalah hadd ghillah sebagaimana yang

dialami oleh Tuti Tursilawati, hukuman tersebut diberlakukan apabila pelaku

terbukti melakukan pembunuhan berencana, dalam hal ini raja atau ahli waris

korban tidak bisa memaafkan pelaku yang bisa memaafkan hanyalah Allah.

3 Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah,

2010), h. 22

4 Metrotvnews.com, “Dubes Arab Saudi Kembali Dipanggil Kemlu untuk Sampaikan

Protes”, diakses dari http://internasional.metrotvnews.com/read/2015/04/16/387215/dubes-arab-

saudi-kembali-dipanggil-kemlu-untuk-sampaikan-protes pada tanggal 12 November 2018.

5 Kompas.com, “Kemenlu: 13 WNI Terancam Hukuman Mati di Arab Saudi”, diakses

dari https://nasional.kompas.com/read/2018/10/30/21452841/kemenlu-13-wni-terancam-hukuman-

mati-di-arab-saudi pada tanggal 08 Agustus 2019.

Page 15: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

4

Menurut Lalu Muhammad Iqbal yang menjabat sebagai Direktur

Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-

BHI) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, bahwa Tuti Tursilawati

menerima jenis hukuman mati yang paling tinggi di Arab Saudi yaitu hadd

ghillah.6

Aspek perlindungan terhadap pekerja migran di luar negeri memiliki

keterkaitan dengan sistem pengelolaan dan pengaturan yang dilakukan berbagai

pihak yang terlibat pada pengiriman Pekerja Migran Indonesia ke luar negeri.

Untuk langkah penempatan tenaga kerja di luar negeri, Indonesia telah

menetapkan mekanisme melalui tiga fase tanggung jawab penempatan yakni fase

pra-penempatan, selama penempatan dan pasca penempatan. Pengaturan tentang

penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri adalah Undang-undang No. 39

Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di

Luar Negeri yang kemudian diubah menjadi UU No. 18 Tahun 2017 tentang

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.

Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang

bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak,

demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi dan

anti perdagangan manusia. Dalam hal ini, penempatan Pekerja Migran Indonesia

di Arab Saudi merupakan suatu upaya untuk mewujudkan hak dan kesempatan

yang sama bagi setiap warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan

yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat,

martabat, hak asasi manusia dan perlindungan hukum serta pemerataan

kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan

nasional.7

6 Tempo.co, “TKI Tuti Tursilawati Terima Hukuman Mati Terberat Hadd Ghillah”,

diakses dari https://nasional.tempo.co/read/1141455 pada tanggal 12 November 2018.

7 Darwan Prints, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2000), h. 55.

Page 16: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

5

Dalam proses bertemunya penawaran dan permintaan pekerja migran dari

satu negara dengan negara lain tentu akan terjadi suatu transformasi nilai,

sehingga permasalahan sosial dan hukum sering dihadapi oleh tenaga kerja

pendatang. Berbagai permasalahan sering dihadapi oleh Pekerja Migran Indonesia

yang bekerja di Arab Saudi demikian ini baik yang terjadi pada fase pra-

penempatan, selama penempatan maupun pasca penempatan. Dalam setiap fase

tersebut selalu terlibat segitiga pola hubungan yaitu pekerja migran, pengusaha

penempatan tenaga kerja serta pemerintah selaku pembuat kebijakan. Khusus

untuk hak-hak pekerja migran yang penting adalah memperoleh jaminan

perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas tindakan

yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak

yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan

di luar negeri dan memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan

kepulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke tempat asal.

Untuk memperkecil problematika yang dihadapi para pekerja migran di

Arab Saudi serta melindungi harkat dan martabat pekerja migran tersebut maka

dibuatlah pengaturan tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di luar

negeri dalam Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (UU PPTKILN) yang

kemudian telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI).8 Selain itu Pemerintah

Indonesia juga memiliki beberapa langkah untuk melindungi warganya yang

terancam hukuman mati di antaranya adalah melakukan kebijakan moratorium,

diplomasi bilateral, membentuk Satuan Tugas khusus penanganan kasus WNI atau

PMI yang terancam hukuman mati di Luar Negeri salah satunya melalui

Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2011 yang bekerja selama enam bulan sejak

8 Kementerian Luar Negeri Indonesia, “Diplomasi Indonesia 2010” diunduh dalam

bentuk PDF pada tanggal 12 November 2018.

Page 17: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

6

disahkannya, menunjuk beberapa pengacara yang berasal dari Arab Saudi, seta

membantu terpidana mati untuk membayar diyat.9

Langkah-langkah Pemerintah Indonesia dalam melindungi warganya yang

terancam hukuman mati akan penulis bahas lebih lanjut dalam penelitian skripsi

yang berjudul:

“PERAN PEMERINTAH DALAM PERLINDUNGAN PEKERJA MIGRAN

INDONESIA (PMI) TERPIDANA MATI DI ARAB SAUDI TAHUN 2018”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Upaya perlindungan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia

terhadap PMI yang terlibat kasus hukum di negara mereka selama bekerja

terkadang mengalami kegagalan setelah terjadinya eksekusi mati tanpa

pemberitahuan yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi. Adapun identifikasi

masalah yang penulis dapatkan dalam kajian ini antara lain:

a. Tidak adanya Perjanjian mandatory consular notification antara

Negara Indonesia dan Arab Saudi menyebabkan Arab Saudi tidak

memberitahukan terlebih dahulu mengenai eksekusi mati yang

dilakukan terhadap salah satu Warga Negara Indonesia.

b. Sistem hukuman mati yang ada di Arab Saudi yang terdiri dari tiga

tingkatan, yaitu ta'zir, qishas, dan hadd ghillah.

c. Perwakilan Pemerintah Indonesia yang tidak dapat dijadikan sebagai

instrumen untuk mengintervensi keputusan pengadilan dari Arab

Saudi sehingga terkadang gagal dalam memberikan perlindungan

terhadap para PMI.

9 Fitri Insani, “Upaya Indonesia Membebaskan Tenaga Kerja Indonesia Terpidana

Hukuman Mati di Arab Saudi (2011-2013)”, Jom FISIP Vol. 2 No. 1, 2015, h. 7.

Page 18: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

7

2. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan, maka pembahasan dalam penulisan ini

hanya terbatas pada perlindungan PMI yang terancam hukuman mati di Arab

Saudi pada tahun 2018, substansi perlindungan hukum terhadap PMI selama

bekerja dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan

Pekerja Migran Indonesia, serta langkah-langkah Pemerintah dalam memberikan

upaya perlindungan bagi PMI yang terancam hukuman mati di Arab Saudi.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk perlindungan hukum Pemerintah Indonesia

terhadap Pekerja Migran Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia?

b. Bagaimana upaya perlindungan konsuler dan diplomatik Pemerintah

Indonesia terhadap Pekerja Migran Indonesia yang terancam hukuman

mati di Arab Saudi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:

a. Menjelaskan Konsep Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

khususnya mereka yang terancam hukuman mati melalui Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran

Indonesia.

b. Menjelaskan bagaimana implementasi Pemerintah khususnya

Kementerian Luar Negeri dalam membantu PMI yang terancam

hukuman mati di Arab Saudi.

Page 19: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

8

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi dua yaitu manfaat yang

bersifat teoritis dan praktis, yaitu:

a. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah literatur

keilmuan tentang peran Pemerintah dalam perlindungan PMI yang

terancam hukuman mati khususnya di Arab Saudi;

b. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah, sebagai bahan

pertimbangan bagi pejabat terkait untuk membuat kebijakan politik

dengan pemerintah Arab Saudi terkait dengan perlindungan PMI yang

terancam hukuman mati, selain itu penelitian ini bisa digunakan

sebagai pembelajaran bagi para calon PMI untuk mempelajari terlebih

dahulu sistem hukum negara yang akan dijadikan tujuan bekerja.

D. Review Studi Terdahulu

Beberapa penelitian terkait topik permasalahan ini telah banyak dilakukan

baik yang mengkaji secara umum maupun yang menyinggung secara spesifik.

Berikut paparan tinjauan umum atas sebagian karya penelitian tersebut.

Artikel Fitri Insani yang berjudul, “Upaya Indonesia Membebaskan

Tenaga Kerja Indonesia Terpidana Hukuman Mati di Arab Saudi (2011-2013)”,

dalam jurnal Jom FISIP volume 2 nomor 1 – Februari 2015.10 Fitri dalam

penelitian ini membahas tentang upaya perlindungan yang dilakukan pemerintah

terhadap TKI yang terancam pidana mati dalam kurun waktu 2011 sampai dengan

2013, dalam penelitian ini Fitri menggunakan metode penelitian normatif di mana

bisa dilihat dari sumber-sumber penelitian yang berasal dari buku-buku, jurnal,

artikel, dan media massa online. Selain itu fokus penulisan terletak pada kebijakan

politik luar negeri yang diambil Indonesia apabila terjadi hukuman mati, Fitri

10 Fitri Insani, “Upaya Indonesia Membebaskan Tenaga Kerja Indonesia Terpidana

Hukuman Mati di Arab Saudi (2011-2013)”, Jom FISIP Vol. 2 No. 1, 2015.

Page 20: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

9

tidak membahas konsep perlindungan PMI yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan.

Berbeda dengan penulis, objek penelitian dari penulis adalah dengan

melihat kepada peraturan perundang-undangan dan peran pemerintah dalam

melakukan perlindungan. Selain itu berbeda dengan saudari Fitri Insani, penulis

sendiri menggunakan metode normatif empiris yaitu penelitian kepustakaan

(library research) yang dilengkapi wawancara dengan pejabat terkait yang berada

di Direktorat PWNI BHI Kementerian Luar Negeri.

Skripsi Atika Fauziati yang berjudul, “Perlindungan Hukum Bagi Tenaga

Kerja Indonesia yang Terpidana Mati di Luar Negeri dalam Peraturan

Perundang-Undangan di Indonesia”,11 metode penelitian yang digunakan dalam

skripsi adalah metode penelitian normatif yang membahas konsep perlindungan

PMI dengan melihat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia, dan perlindungan dimaksud oleh Atika adalah perlindungan yang

berlaku secara umum di semua negara tujuan pengiriman PMI.

Berbeda dengan penulis sendiri, dalam penelitian yang dibahas, penulis

hanya memfokuskan pada perlindungan PMI yang berada di Arab Saudi saja.

Karena penulis merasa bahwa masing-masing negara yang menjadi tujuan kerja

para PMI mempunyai sistem hukum yang berbeda, khususnya negara Arab Saudi

yang berdasarkan syariat Islam dalam menjalankan hukum pidana di negara

tersebut. Maka konsep perlindungan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia

bukan hanya dilihat dari peraturan perundang-undangannya saja tapi juga dari

praktik Perwakilan Republik Indonesia di Arab Saudi untuk melindungi para PMI

yang terancam hukuman mati di Arab Saudi.

11 Atika Fauziati, “Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesia yang Terpidana

Mati di Luar Negeri dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia,” (Skripsi S-1 Fakultas

Hukum, Universitas Brawijaya Malang, 2015).

Page 21: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

10

Dengan melihat penelitian terdahulu di atas, maka penulis merasa perlu

melakukan penelitian lebih lanjut tentang peran Pemerintah RI dalam

perlindungan terhadap PMI terpidana mati di Arab Saudi.

E. Metode Penelitian

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini, maka

penting bagi penulis untuk menyusun metode yang nanti akan digunakan sebagai

petunjuk dalam melakukan penelitian ini, dengan kata lain metode penelitian ini

meliputi prosedur dan alat yang digunakan dalam penelitian skripsi ini.12 adapun

metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif empiris

yang menggunakan data primer dan sekunder yang berasal dari wawancara,

peraturan perundang-undangan , buku-buku, atau literatur hukum lainnya. Pada

dasarnya penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian hukum normatif

yang berasal dari kepustakaan (library research) yang sumbernya berasal dari

peraturan perundang-undangan tentang perlindungan PMI di Luar Negeri dan

dilengkapi dengan penelitian hukum empiris berupa wawancara kepada pejabat

terkait tentang implementasi pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada

para PMI yang terlibat kasus hukum.13

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini berasal dari wawancara

yang dilakukan penulis secara pribadi dengan pejabat terkait di Direktorat

PWNI/BHI Kementerian Luar Negeri yaitu Ibu Marisa Febriana Wardani yang

menjabat sebagai Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

12 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1993, Cet. Kedua), h. 24.

13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2015), h. 36

Page 22: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

11

Bidang PWNI/BHI Kawasan III; Ika Masruroh dari Divisi Bantuan Hukum

Migrant CARE Jakarta; dan beberapa akademisi di bidang Hukum Pidana

Islam yaitu Bapak Dr. Fuad Thohari, M.Ag., dan Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan,

M.Ag., selaku dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun data sekunder yaitu semua data

yang memberikan penjelasan mengenai data primer, baik dalam bentuk

peraturan perundang-undangan, buku, artikel, maupun melalui informasi

media internet. Data sekunder tentang hukum pada penelitian ini dibagi dua

yaitu, bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Pada penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan berupa

Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik, Konvensi Wina 1963

tentang Hubungan Konsuler, Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang

Hubungan Luar Negeri, Undang-Undang Nomor Nomor 18 Tahun 2017

Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Peraturan Ketenagakerjaan

Arab Saudi No. M/51 Peraturan Ketenagakerjaan Kerajaan Arab Saudi No.

M/51 Tanggal 23 Sya’ban 1426 H, Dekrit Kerajaan Arab Saudi No. M/38

tentang Hukum Acara Pidana, Peraturan Menteri Luar Negeri No. 05 Tahun

2018 tentang Perlindungan Warga Negara Indonesia di Luar Negeri, dan

Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : Sk.06/A/OT/VI/2004/01 tahun 2004

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di Luar

Negeri.

3. Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu

penelitian yang dilakukan melalui pemaparan secara lengkap, rinci, jelas, dan

sistematis tentang peran dari Pemerintah dalam hal ini Kementerian Luar

Negeri RI untuk melindungi WNI/PMI terpidana mati di luar negeri.

4. Pendekatan

Page 23: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

12

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif empiris, Yaitu suatu

pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap kebijakan publik dan

keterkaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum positif, maupun hukum

yang berlaku di masyarakat dan kemudian menghubungkannya dengan

kejadian nyata yang terjadi di lapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah metode wawancara, yaitu penulis bertanya secara langsung kepada

pejabat terkait di Kementerian Luar Negeri. Selain itu penulis akan

menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan menyalin data-

data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber

dokumen/buku-buku, koran, majalah, internet, dan lain-lain.

6. Metode Analisis Data

Data wawancara yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan

menurut pokok bahasan masing-masing, maka selanjutnya dilakukan analisis

data. Analisis data bertujuan untuk menginterpretasikan data yang sudah

disusun secara sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan. Analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu

menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun,

logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi

data dan pemahaman hasil analisis.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok

penulisan skripsi dan supaya memudahkan para pembaca dalam mempelajari

tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini

sebagai berikut.

Page 24: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

13

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini dibahas Latar Belakang, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi

Terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II Hubungan Antar Negara Sebagai Alat Perlindungan Bagi Warga

Negara. Pada bab ini mengenai Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler,

Fungsi dan Bentuk Perlindungan oleh Perwakilan RI di Luar Negeri, dan

Perjanjian Internasional.

BAB III Hubungan Bilateral Indonesia-Arab Saudi Dalam Pengiriman

Pekerja Migran. Pada bab ini dijelaskan mengenai Sejarah Hubungan Bilateral

Indonesia-Arab Saudi, Sistem Ketenagakerjaan di Arab Saudi, Sistem Hukum

Pidana dan Acara Pidana di Arab Saudi, serta Data Jumlah Kasus WNI/PMI

selama Tahun 2018.

BAB IV Bentuk Pelindungan Pemerintah Indonesia Terhadap Pekerja

Migran Indonesia Terpidana Mati Di Arab Saudi. Pada bab ini dijelaskan

mengenai Bentuk Perlindungan oleh Pemerintah dalam Peraturan Perundang-

undangan, Upaya Perlindungan Kekonsuleran Pemerintah terhadap Ancaman

Hukuman Mati Pekerja Migran Indonesia di Arab Saudi, Perlindungan

Diplomatik Pemerintah Indonesia terhadap PMI Terpidana Mati di Arab Saudi,

dan Perjanjian Mandatory Consular Notification (MCN) sebagai Alat

Perlindungan WNI/PMI.

BAB V Penutup. Pada bab ini disajikan kesimpulan masalah-masalah dari bab

satu serta memberikan saran atau masukan mengenai follow up tema yang

dibahas.

Page 25: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

14

BAB II

HUBUNGAN ANTAR NEGARA SEBAGAI ALAT PERLINDUNGAN

BAGI WARGA NEGARA

A. Hubungan Diplomatik

Sudah menjadi tabiat dari manusia yang beradab untuk menyelesaikan

konflik di antara mereka dengan cara damai. Salah satu cara tertua yang sering

digunakan manusia untuk menyelesaikan konflik di antara mereka adalah melalui

jalan diplomasi. dewasa ini, banyak negara menggunakan metode diplomasi guna

meringankan hubungan antar negara yang tegang; mengurangi permusuhan;

membangun hubungan sosial, budaya, ekonomi, dan politik; serta melakukan

gencatan senjata dan konsolidasi perdamaian1.

Islam sebagai agama yang paripurna juga telah mengajarkan kepada

umatnya prinsip-prinsip dalam berhubungan Internasional, di antara prinsip dasar

hubungan internasional dalam Islam sebagaimana yang disebutkan oleh M. Abu

Zahrah dalam bukunya al-‘Alaqaatu al-Dawliyyatu fii al-Islaamiyyati adalah:

kehormatan manusia, manusia semuanya umat yang satu, kerjasama kemanusiaan

(ta’awun Insani), Toleransi (tasamuh), kemerdekaan (hurriyah), budi baik

(fadhilah), keadilan (‘adalah), perlakuan yang sama (al-mu’amalah bil misli),

memenuhi janji (wafa’ bii al-‘ahdi), kasih sayang (mawaddah) dan pencegahan

kerusakan (daf’u al-mafaasid).

Kata diplomasi secara bahasa berasal dari Bahasa Yunani yaitu diploma

yang berarti surat rekomendasi atau pengiriman surat izin resmi atau hak

istimewa. Secara historis asal-usul diplomasi muncul bersamaan dengan

1 Arshid Iqbal Dar dan Jamshid Ahmad Sayed, “Diplomacy in Islam”, Asian Journal of

Science and Technology, Vol. 8 No. 09, (September, 2017) h. 5616.

Page 26: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

15

keputusan antar komunitas manusia pada zaman dahulu tentang batas teritorial

wilayah berburu mereka.2

Terdapat berbagai macam alat diplomasi dewasa ini seperti negosiasi,

pengiriman perwakilan tetap ke luar negeri, penandatanganan perjanjian dan

arbitrase3. Digunakannya alat diplomasi tersebut di atas dengan baik akan

memudahkan masing-masing negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya.

Pengiriman perwakilan oleh suatu negara ke negara lain muncul

bersamaan dengan lahirnya negara-negara di dunia dan berkembangnya prinsip-

prinsip hukum internasional. Dalam hubungannya tersebut negara-negara

mengirim wakil-wakilnya untuk berunding dengan negara lain dalam rangka

memperjuangkan dan mengamankan kepentingannya masing-masing di samping

mengupayakan terwujudnya kepentingan bersama4.

Perwakilan negara atau yang biasa disebut dengan utusan sudah ada sejak

zaman Yunani Kuno. Seperti dikutip dari buku karangan Dr. Boer Mauna, bangsa

Yunani Kuno telah mengenal ketentuan-ketentuan terkait aturan-aturan perang

dan penghormatan terhadap utusan-utusan negara antar city-states di Yunani pada

saat itu. Namun perlu diketahui bahwa pengiriman utusan pada masa itu tidak

mempunyai status permanen, dalam arti bahwa ia diutus ke suatu negara hanya

untuk tugas tertentu dan kembali ke negerinya segera setelah tugasnya selesai.

Adapun praktik Diplomasi yang dilakukan pada masa awal Islam sama

seperti praktik negara-negara kuno pada umumnya, tidak dilakukan secara tetap.

Setiap negara penerima tidak ingin membahayakan keamanan negaranya dengan

mengizinkan utusan negara luar untuk menetap di wilayah mereka lebih lama.

2 Corneliu Bjola dan Markus Kornprobst, Understanding International Diplomacy:

Theory, Practice and Ethics, (Routledge, 2013), h. 11.

3 Arshid Iqbal Dar dan Jamshid Ahmad Sayed, “Diplomacy in Islam”, Asian Journal of

Science and Technology, h. 5617.

4 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, (Bandung: Penerbit Alumni, 2001, cet. ketiga), h. 465.

Page 27: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

16

Bahkan Khalifah Abu Bakar secara terang-terangan memberikan instruksi kepada

Yazid bin Abi Sufyan mengenai tenggang waktu bagi seorang utusan untuk

berada di wilayah Kaum Muslim, “Persingkat masa tinggal utusan negara luar di

wilayahmu! Sehingga ketika mereka keluar mereka tidak mengetahui suatu

rahasia dari wilayahmu. Jangan pula mereka melihat keadaan wilayahmu,

sehingga nantinya mereka akan mengetahui karakteristik dan kelemahan dari

wilayahmu.”5

Diplomasi dalam Islam tidak hanya digunakan sebagai alat untuk

mencapai perdamaian setelah terjadinya perang, tetapi sering juga digunakan

dalam keadaan damai. Contohnya adalah sebuah perjanjian yang ditandatangani

oleh Umat Islam dengan beberapa komunitas penduduk di Madinah disebut juga

Piagam Madinah, dan Perjanjian Hudaibiyyah antara Umat Muslim Madinah

dengan Penduduk Mekah dalam permasalahan haji6.

Pada masa awal munculnya Islam, Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi

Wasallam pernah mengirim beberapa utusan untuk menyiarkan agama Islam

kepada beberapa kerajaan besar di Asia, Afrika dan Eropa. Mereka adalah Hatib

bin Abi Balta’ah yang menjadi utusan resmi Rasulullah kepada Muqawqis,

Gubernur Romawi di Mesir; Abdullah bin Hudzaifa kepada Raja Persia; Dihyah

bin Khalifah al-Kalbi kepada Heraclius, Kaisar Bizantium Romawi; Amar bin

Umayyah al-Damri kepada Ashamah bin Jabbar, Raja Ethiopia; Amr bin ‘Ash

kepada Raja-Raja Oman; Salit bin ‘Amr kepada Raja-Raja Yamamah; al-‘Ala bin

al-Hadrami kepada Raja Bahrain; Shuja bin Wahab al-Assadi kepada Raja

Ghassan; al-Muhajir bin Abi Umayya al-Makhzumi kepada Raja Himyar; Muadz

5 Muhammad Basheer A. Ismail, Islamic Law and Transnasional Diplomatic Law: A

Quest for Complementarity in Divergent Legal Theories, (Basingstoke: Palgrave Macmillan, 2016)

h.33.

6 Muhammad Basheer A. Ismail, Islamic Law and Transnasional Diplomatic Law: A

Quest for Complementarity in Divergent Legal Theories, h.34.

Page 28: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

17

bin Jabbal kepada raja-raja di Yaman; dan Sa’ad bin Abi Waqqas yang dikirimkan

ke Cina7.

Sedangkan praktik pengiriman utusan perwakilan diplomatik sebagaimana

berlaku dewasa ini dimulai pada abad ke-15 di city-states Italia seperti Milan,

Venesia, Genoa, dan Florensia. Selanjutnya, praktik tersebut berkembang antar

negara-negara Eropa pada pertengahan abad ke-17 setelah Perjanjian Westphalia

pada tahun 1648. Tujuan dari dilembagakannya perwakilan tetap dan duta

besarnya adalah sebagai bentuk perwujudan agar sebuah hubungan diplomatik

dapat berjalan secara berkesinambungan.8

Pada mulanya ketentuan-ketentuan mengenai perwakilan diplomatik hanya

berasal dari hukum kebiasaan. Kodifikasi hukum kebiasaan tentang perwakilan

diplomatik menjadi hukum tertulis dimulai pada Kongres Wina 1815. Namun,

kongres ini dari isinya yang bersifat praktis tidak menambah sesuatu yang baru

terhadap praktik yang sudah ada sebelumnya selain menjadikannya sebagai

hukum tertulis9.

Pada tahun 1927 dalam kerangka Liga Bangsa-Bangsa diupayakanlah

kodifikasi yang sesungguhnya. Namun, hasil-hasil yang dicapai Komisi Ahli

ditolak oleh Dewan Liga Bangsa-Bangsa tersebut dengan alasan belum waktunya

untuk merumuskan kesepakatan global mengenai hak-hak istimewa dan kekebalan

diplomatik yang cukup kompleks10.

7 Muhammad Basheer A. Ismail, Islamic Law and Transnasional Diplomatic Law: A

Quest for Complementarity in Divergent Legal Theories, h.35.

8 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 466.

9 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 467.

10 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 467.

Page 29: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

18

Adapun ketentuan-ketentuan tentang hubungan diplomatik dewasa ini

diatur dalam Konvensi Wina 1961. Konvensi ini diterima oleh 72 negara, tidak

ada yang menolak dan satu negara abstain. Dan pada tanggal 18 April 1961 wakil

dari 75 negara menandatangani konvensi tersebut, yang terdiri dari mukadimah,

53 pasal dan protokol. Hampir seluruh negara-negara di dunia telah meratifikasi

Konvensi tersebut termasuk Indonesia yang meratifikasinya dengan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1982 pada tanggal 25 Januari 1982.11

B. Hubungan Konsuler

Selain hubungan diplomatik, dalam hukum internasional dikenal juga

hubungan konsuler. Dua bentuk hubungan perwakilan tersebut secara sah diakui

oleh PBB dalam bentuk Konvensi, yaitu Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan

Diplomatik dan Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler.

Lain halnya dengan hubungan diplomatik yang mengandung aspek politik,

hubungan konsuler yang tumbuh dan berkembang sebelum lahirnya sistem

perwakilan diplomatik merupakan produk dari kegiatan-kegiatan perdagangan dan

pelayaran12.

Kegiatan-kegiatan perdagangan mulai berkembang di city-states Yunani

dan kota-kota lainnya di Timur Tengah sebelum lahirnya Islam. Pedagang-

pedagang yang datang dari kota atau negeri yang sama berkumpul dan hidup di

tempat yang sama dalam suatu kelompok masyarakat terpisah. Kelompok

masyarakat pedagang ini mendapatkan semacam otonomi dan terutama hak untuk

mempunyai hakim-hakim khusus yang pada abad ke-12 mulai dikenal sebagai

‘konsul’13. Pada abad ke 13 dan 14 sistem konsuler berubah, ‘konsul’ bukan lagi

11 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 468-469.

12 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 527.

13 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 528.

Page 30: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

19

diangkat oleh para pendatang asing setempat di antara mereka tetapi dikirim oleh

masing-masing negara. Mereka bertugas untuk mengurus kegiatan-kegiatan niaga

dari warga negara mereka di tempat tersebut. Perwakilan konsuler di samping

mengurus kepentingan para warga pendatang tetapi mempunyai wewenang sipil

dan kriminal terhadap warga mereka. Konsul-konsul negara Barat di pelabuhan-

pelabuhan bagian Afrika Utara dan Timur Dekat (Syam) dari segala segi

mempunyai kekuasaan yang luas. Konsul-konsul di Timur Dekat misalnya

memperoleh hak-hak istimewa yang diberikan oleh raja-raja Islam untuk

mengadili sendiri warga mereka sesuai hukum Barat.14

Perkembangan pesat dalam bidang kekonsuleran terjadi pada periode abad

ke 16-17, ketika aturan-aturan konsuler pertama kali dipublikasikan oleh Jean-

Baptiste Colbert15 tahun 1681, yang disebut dengan Ordonnance de la Marine.

Ordonnance de la Marine menjadi perangkat penting untuk menentukan tarif

impor, sekaligus menjamin pasokan komoditas dagang utama ke Perancis. Colbert

telah mengeluarkan lebih dari 150 kebijakan untuk mengatur perdagangan luar

negeri, termasuk mengatur standar kualitas komoditas perdagangan. Jumlah dan

peran konsulat sebagai perwakilan semakin meningkat pada abad ke-19 dan abad

ke-20, yang membutuhkan kerangka hukum yang lebih kuat dan tepat untuk

pelayanan dan statusnya.

Sejalan dengan aktifitas sosial politik dan ekonomi, peran konsuler

semakin penting dengan tantangan baru yaitu perlindungan warga negara dan

kepentingannya. Upaya untuk memberikan landasan hukum internasional yang

14 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 528.

15 Jean Baptiste Colbert (1619-1683 M) adalah seorang politisi Perancis yang menjabat

sebagai Menteri Keuangan Perancis pada tahun 1665, dan sekretaris negara untuk angkatan laut

Perancis 1683 di bawah pemerintahan Raja Louis XIV. Dia juga yang membuat program

pembangunan ekonomi Perancis sehingga menjadikan negara ini sebagai salah satu negara terkuat

di Eropa. Diakses dari https://www.britanica.com pada tanggal 10 Juli 2018.

Page 31: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

20

memadai mulai dilakukan melalui pembahasan di Liga Bangsa-Bangsa, namun

belum dicapai kesepakatan dan menjadi isu pending selama 20 tahun16.

Perkembangan penting negosiasi bidang kekonsuleran terjadi pada tahun

1949, ketika Komisi Hukum Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa

mempertimbangkan hubungan kekonsuleran dan kekebalan sebagai bagian

rencana kodifikasi. Pada konferensi PBB tentang Hubungan Kekonsuleran di

Wina, Austria, tahun 1963 disahkan Konvensi Wina tentang Hubungan Konsuler,

Protokol Opsional mengenai hal memperoleh Kebangsaan dan Protokol Opsional

tentang Penyelesaian Sengketa secara Wajib. Konvensi dan kedua Protokol

Opsional tersebut mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1967.17

Indonesia meratifikasi Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler

melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1982 beserta Protokol Opsionalnya

tentang Memperoleh Kewarganegaraan, kecuali Protokol Opsional tentang

Penyelesaian Sengketa Secara Wajib. Hal ini disebabkan karena Pemerintah

Republik Indonesia lebih mengutamakan penyelesaian sengketa melalui

perundingan dan konsultasi atau musyawarah antara negara-negara yang

bersengketa18.

C. Fungsi dan Bentuk Perlindungan oleh Perwakilan RI di Luar Negeri

Melihat banyaknya masalah hukum yang menimpa WNI/PMI maka salah

satu fungsi dari Perwakilan Indonesia di luar negeri adalah melakukan

perlindungan kepada para WNI tersebut.

Dalam hal ini salah satu fungsi dari Perwakilan Indonesia di luar negeri

yaitu memberikan perlindungan terhadap PMI di luar negeri berdasarkan hukum

nasional dari negara akreditasi serta hukum dan kebiasaan internasional. Fungsi

16 Direktorat Konsuler Dirjen Protokol dan Konsuler, Manual Konsuler 2015, (Jakarta:

Kemlu, 2015), h. i.

17 Direktorat Konsuler Dirjen Protokol dan Konsuler, Manual Konsuler 2015, h. i.

18 Direktorat Konsuler Dirjen Protokol dan Konsuler, Manual Konsuler 2015, h. ii.

Page 32: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

21

perlindungan ini adalah salah satu fungsi tertua yang diemban oleh misi-misi

perwakilan di seluruh dunia. Begitu pentingnya fungsi perlindungan yang

dilakukan oleh seorang konsul, Openheim dalam bukunya International Law

menyebutkan bahwa hak seorang konsul untuk melindungi warga negaranya

sebagai “a very important task of consul.”19

Dalam Peraturan Perundang-undangan fungsi perlindungan yang

dilakukan oleh perwakilan tertuang dalam pasal 19 (b) Undang-Undang Nomor 37

Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yang berbunyi, “Memberikan

pengayoman, perlindungan, dan bantuan hukum bagi warga negara dan badan

hukum Indonesia di luar negeri, sesuai dengan peraturan perundang-undangan

nasional serta hukum dan kebiasaan internasional.”20

Begitu juga dalam Pasal 21 dari Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999

tentang Hubungan Luar Negeri yang berbunyi, “Dalam hal warga negara

Indonesia terancam bahaya nyata, Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban

memberikan perlindungan, membantu, dan menghimpun mereka di wilayah yang

aman, serta mengusahakan untuk memulangkan mereka ke Indonesia atas biaya

negara.”21

Dalam hukum internasional terdapat dua macam perlindungan yang dapat

diberikan oleh misi perwakilan dan negara, yaitu pelindungan diplomatik dan

perlindungan kekonsuleran. Setidaknya terdapat tiga perbedaan antara kedua

macam perlindungan tersebut, yaitu:22

1. Batasan yang terdapat pada aktivitas konsuler bila dibandingkan

dengan aktivitas diplomatik berdasarkan Konvensi Wina 1963.

19 Teguh Wardoyo, “Diplomasi Perlindungan Kerja di Luar Negeri”, Jurnal Diplomasi,

Vol. 2, No. 1 (Maret, 2010) h. 54.

20 Undang-Undang No 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.

21 Undang-Undang No 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.

22 Teguh Wardoyo, “Diplomasi Perlindungan Kerja di Luar Negeri”, h. 54.

Page 33: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

22

2. Perbedaan level perwakilan antara bantuan kekonsuleran dengan

perlindungan diplomatik.

3. Sifat perlindungan kekonsuleran yang bersifat preventif dibandingkan

dengan sifat remedial dari perlindungan diplomatik.

Setidaknya antara perwakilan diplomatik dan konsuler terdapat beberapa

kesamaan dalam hal fungsi pelaksanaan tugas. Salah satunya adalah melindungi

kepentingan negara pengirim di negara penerima, fungsi ini yang menjadikan

pejabat diplomatik mempunyai tanggung jawab dalam melindungi WNI yang

terlibat kasus hukum di negara akreditasi. Namun terdapat perbedaan antara

fungsi perlindungan yang dilakukan oleh kedua perwakilan apabila dilihat dari

objek yang dilindungi.

Fungsi perlindungan yang dilakukan oleh perwakilan diplomatik lebih

bersifat umum, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 3 Konvensi Wina 1961

ayat 1 (b), “Protecting in the receiving State the interests of the sending State and

of its nationals, within the limits permitted by international law”.23

Sedangkan fungsi perlindungan yang dilakukan oleh perwakilan konsuler

lebih bersifat khusus lagi kepada perseorangan atau badan hukum di negara

akreditasi. Sebagaimana yang diatur dalam Konvensi Wina 1963 yang kemudian

telah diratifikasi oleh Republik Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1982. Di dalam Pasal 5 huruf (a) dari konvensi disebutkan, “Protecting in the

receiving State the interests of the sending State and of its nationals, both

individuals and bodies corporate, within the limits permitted by international

law”.24

Karena sifat perlindungan oleh perwakilan diplomatik yang bersifat umum

sebagaimana disebutkan di atas, maka perlindungan kekonsuleran selain dapat

23 Undang-Undang No. 2 Tahun 1982 Tentang Pengesahan Konvensi Wina mengenai

Hubungan Diplomatik 1961 dan Konvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler 1963.

24Konvensi Wina 1963 Tentang Hubungan Konsuler PDF diunduh dari

http://legal.un.org/ilc/texts/instruments/english/conventions/9_2_1963.pdf.

Page 34: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

23

dilakukan oleh perwakilan konsuler negara pengirim, dapat juga dilakukan oleh

perwakilan diplomatik dari negara pengirim. Wewenang perwakilan diplomatik

untuk melakukan perlindungan kekonsuleran juga disebutkan dalam Pasal 3

Konvensi Wina 1963, “Consular functions are exercised by consular posts. They

are also exercised by diplomatic missions in accordance with the provisions of the

present Convention”.25

Lebih rinci mengenai fungsi dan tugas kekonsuleran yang dilakukan oleh

perwakilan baik diplomatik dan konsuler disebutkan dalam Pasal 18 Keputusan

Menteri Luar Negeri Nomor : Sk.06/A/OT/VI/2004/01 tahun 2004 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang

berbunyi,“Pejabat Diplomatik dan Konsuler yang melaksanakan fungsi konsuler

mempunyai tugas pelayanan notariat, kehakiman dan jasa konsuler serta

perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia di Negara

Penerima”.26

Fungsi perlindungan kekonsuleran terhadap WNI yang terjerat kasus

hukum di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Luar

Negeri di atas terdiri dari:27

1. Pemberian pengayoman, perlindungan dan bantuan hukum kepada

Warga Negara Indonesia termasuk Pekerja Migran Indonesia, dan

Badan Hukum Indonesia dalam hal terjadi ancaman dan/atau masalah

hukum di Negara Penerima, sesuai dengan peraturan perundang-

undangan nasional, dengan memperhatikan hukum setempat, serta

hukum dan kebiasaan internasional;

25 Konvensi Wina 1963 Tentang Hubungan Konsuler.

26 Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : Sk.06/A/OT/VI/2004/01 tahun 2004 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

27 Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : Sk.06/A/OT/VI/2004/01 tahun 2004 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

Page 35: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

24

2. penanganan pengaduan tentang permasalahan yang dihadapi oleh

Pekerja Migran Indonesia dengan majikan, pengguna, dan/atau dengan

pemerintah setempat; 3. pengidentifikasian masalah-masalah yang dihadapi oleh Pekerja

Migran dan pelayanan konsultasi dan informasi masalah-masalah

kekonsuleran; 4. pemberian nasehat dan pengupayaan bantuan hukum dalam hal terjadi

sengketa perburuhan antara pengguna jasa dengan Pekerja Migran,

Perusahaan Pengerah Jasa Pekerja Migran dan Perusahaan Pengerah

Jasa Pekerja Migran Asing, pemerintah setempat, maupun sesama

Pekerja Migran Indonesia; 5. pengembangan dan peningkatan jejaring kerja dengan berbagai pihak,

terutama dengan kalangan pemerintah dan swasta, termasuk kepolisian

dan aparat penegak hukum lainnya, kejaksaan, imigrasi, bea cukai,

otoritas pelabuhan, perusahaan penerbangan, perbankan, perhotelan,

masyarakat setempat dan Warga Negara Indonesia di Negara

Penerima; 6. pengamatan, analisis dan pelaporan sistem dan perkembangan hukum

setempat agar dapat diupayakan pemberian informasi yang cepat dan

akurat bagi Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia di

Negara Penerima; 7. penyiapan dan pembuatan perjanjian internasional; 8. pemberian rekomendasi kepada Pemerintah Pusat sebagai bahan

masukan bagi penyusunan kebijakan luar negeri, terutama yang

berkaitan dengan isu-isu kekonsuleran;

Dengan melihat fungsi-fungsi perlindungan kekonsuleran terhadap WNI

yang terjerat kasus hukum di luar negeri sebagaimana yang telah disebutkan,

maka perlindungan yang dapat dilakukan oleh perwakilan adalah berupa:28

28 Peni Susetyorini, Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri oleh Perwakilan

Republik Indonesia, Jurnal MMH Jilid 3 No. 1 (Maret, 2010), h. 70-71.

Page 36: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

25

1. Perlindungan Teknis

Tindakan perlindungan teknis ini dapat berupa penyediaan rumah

singgah yang aman dan repatriasi serta apabila diperlukan maka Kedubes

RI dapat menjadi fasilitator dengan melakukan rehabilitasi terhadap PMI

yang bermasalah.

2. Perlindungan Yuridis

Maksud dari perlindungan yuridis kepada WNI yang terjerat kasus

hukum adalah pemberian konsultasi hukum oleh Perwakilan RI berupa,

kerjasama antara Perwakilan RI dengan pengacara dalam memberikan

informasi yang berkaitan dengan proses hukum. Meliputi, sistem hukum

negara setempat, hukum acara serta saran-saran mengenai sikap dan

perilaku selama menjalankan proses hukum yang akan berdampak pada

putusan pengadilan.

3. Perlindungan Politis

Perlindungan politis ini diberikan dengan cara pembuatan nota

kesepahaman (MoU) antara Pemerintah RI dengan negara penerima

mengenai penempatan dan perlindungan PMI. Perjanjian bilateral tentang

penempatan dan perlindungan PMI ini dapat dijadikan payung hukum bagi

Perwakilan RI dalam menyelesaikan masalah PMI.

Selain perlindungan kekonsuleran terdapat juga perlindungan diplomatik.

Perlindungan diplomatik merupakan salah satu hak tertua yang dimiliki oleh

sebuah negara dalam hukum internasional dan telah diterapkan oleh beberapa

negara. Berbeda dengan perlindungan konsuler, perlindungan diplomatik

dilakukan oleh negara dan tidak terlalu umum diterapkan karena kompleksitas

syarat-syarat penerapannya serta belum adanya kesepahaman mengenai batasan-

batasan perlindungan itu sendiri. Meskipun begitu perlindungan diplomatik ini

telah ditetapkan sebagai salah satu kebiasaan internasional, perlindungan ini dapat

Page 37: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

26

berupa tuntutan hukum di pengadilan atau arbitrasi internasional, tekanan politik

atau ekonomi, penyelesaian sengketa secara damai dan sebagainya29.

Bentuk perlindungan diplomatik dapat dilaksanakan bila terpenuhi dua hal,

yaitu30:

1. Mekanisme nasional di negara penerima telah ditempuh total.

2. Perlindungan diberikan kepada individu yang memiliki

kewarganegaraan negara pemberi perlindungan.

Prinsip-prinsip umum perlindungan warga negara di luar negeri secara

diplomatik sebagaimana yang dikemukakan oleh J. G. Starke bergantung pada

terpeliharanya keseimbangan hubungan hak fundamental antara dua negara

yaitu:31

1. Hak suatu negara untuk menjalankan yurisdiksi di dalam wilayahnya

sendiri, bebas dari pengawasan oleh negara-negara lain.

2. Hak suatu negara untuk melindungi warga negaranya di luar negeri.

Berhubungan dengan dua hak fundamental sebagaimana yang disebutkan

di atas maka sering terjadi klaim oleh suatu negara terhadap negara lain yang

disebut dengan “denial of justice”. Istilah ini memiliki arti luas yaitu segala

kerugian yang timbul pada warga-warga negara di luar negeri dalam kaitannya

dengan pelanggaran keadilan internasional, baik yang dilakukan oleh oknum-

oknum di lembaga yudisial, legislatif, atau eksekutif, misalnya penganiayaan di

penjara atau pengambilalihan harta benda secara sewenang-wenang; sedangkan

dalam arti sempit dan lebih teknis, istilah tersebut mengandung makna perbuatan

yang tidak sepatutnya dilakukan oleh badan-badan peradilan suatu negara yang

29 Teguh Wardoyo, “Diplomasi Perlindungan Kerja di Luar Negeri”, h. 56.

30 Teguh Wardoyo, “Diplomasi Perlindungan Kerja di Luar Negeri”, h. 57.

31 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, Penerjemah Bambang Iriana

Djajaatmaja, Introduction to International Law, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2010), Cet ke-10, h.

410.

Page 38: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

27

dituntut, atau meniadakan keuntungan-keuntungan dari proses hukum yang

semestinya kepada warga negara dari negara penuntut.32

“Denial of Justice” dapat dinyatakan apabila telah terjadi suatu

penyalahgunaan proses peradilan atau suatu pemberian keadilan yang tidak

selayaknya seperti penangkapan dan pemidanaan secara tidak sah, merintangi

akses-akses ke pengadilan, penundaan-penundaan yang tidak beralasan dalam

prosedur, suatu keputusan pengadilan yang jelas-jelas tidak adil, penolakan untuk

mendengar keterangan tergugat, atau suatu pemeriksaan pengadilan yang jelas-

jelas curang.33

D. Perjanjian Internasional

Selain Hubungan Diplomatik dan Konsuler yang baik yang harus dimiliki

oleh sebuah negara untuk melindungi warga negaranya, dalam hubungannya

sebuah negara juga memerlukan sebuah perjanjian baik yang bersifat bilateral,

regional, maupun multilateral dengan negara-negara tujuan penempatan untuk

mempermudah negara tersebut melakukan perlindungan kepada warga negaranya.

Dalam hukum internasional terdapat salah satu kaidah utama dalam

melakukan perjanjian yang disebut dengan asas pacta sunt servanda. Menurut

Dionisio Anzilotti (1867-1950), pacta sunt servanda adalah suatu kaidah hukum

di mana negara-negara harus menghormati perjanjian-perjanjian yang dibuat di

antara mereka34. Dalam pasal 26 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian

disebutkan bahwa “Tiap-tiap perjanjian yang berlaku mengikat negara-negara

pihak dan harus dilaksanakan dengan itikad baik atau in good faith”.35

32 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, h. 410.

33 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, h. 410-411.

34 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, h. 27.

35 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 135.

Page 39: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

28

Senada dengan asas pacta sunt servanda, Islam juga memerintahkan

umatnya untuk menghormati dan menepati perjanjian yang dibuat di antara

mereka, baik perjanjian yang berlaku tetap maupun sementara. Oleh sebab itu al-

Qur’an menyerukan supaya memenuhi janji, dan menganggap janji itu sebagai

sebuah kekuatan dan mengingkarinya sebagai sumber kelemahan atau

malapetaka.36 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Qur’an Surah an-

Nahl ayat 91-92:

هدتم ول تنقضوا ٱلين ب عد ت وكيدها وقد ج علتم وأوفوا بعهد ٱلله إذا ععليكم كفيلا إنه ٱلله ي علم ما ت فعلون, ول تكونوا كٱلهت ن قضت غزلا من ٱلله

نكم ب ي ثاا ت تهخذون أينكم دخلا ا أن تكون أمهة هى أرب من أمهة إنه ب عد ق وهة أنك

لوكم ٱلله بهۦ ولي ب ي ننه لكم ي وم ٱلقيمة -٩١ما كنتم فيه تتلفون )النحل: ي ب

٩٢)

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah

kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang

kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu

seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal

dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah

(perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu

golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya

Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan

dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (QS an-Nahl:

91-92).

Maksud dari firman Allah di atas tentang seorang perempuan yang

menguraikan benang setelah dipintal adalah sebagai perumpamaan, bahwa negara-

negara yang mengingkari perjanjian yang telah dibuat bagaikan seorang

perempuan bodoh yang menenun benangnya dengan kuat lalu menguraikannya

36 Muhammad Abu Zahrah, al-‘Alaaqatu al-Dawliyyatu fii al-Islaamiyyati, Penerjemah

Muhammad Zein Hasan, Hubungan-Hubungan Internasional dalam Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1973) h. 42.

Page 40: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

29

kembali. Ayat ini menunjukkan bahwa menepati sebuah perjanjian yang telah

dibuat adalah sebuah kekuatan dan membatalkannya adalah sebuah kelemahan37.

Perjanjian Internasional memiliki peranan yang sangat vital dalam

mengatur hubungan antar negara. Tanpa perjanjian internasional dewasa ini, tiap

negara akan sulit untuk menggariskan dasar kerjasama, mengatur berbagai

kegiatan, dan menyelesaikan berbagai permasalahan demi kepentingan negara itu

sendiri38.

Sebuah perjanjian dinyatakan berlaku dalam suatu negara setelah negara

yang bersangkutan meratifikasi perjanjian internasional tersebut menjadi

peraturan perundang-undangan nasionalnya. Untuk mencapai tahap ini perjanjian

tersebut melalui beberapa tahap yaitu perundingan (negotiation) dan

penandatanganan (signature). Namun tidak semua perjanjian harus berlaku

dengan ketiga tahapan tersebut, ada perjanjian yang dapat segera berlaku hanya

melalui dua tahapan tanpa ratifikasi.39

Terdapat beberapa istilah perjanjian internasional yang sering kali

digunakan oleh negara-negara dewasa ini. Beberapa istilah yang sering didengar

adalah traktat (treaties), konvensi (convention), persetujuan (arrangement),

pertukaran nota (exchange of notes/exchange of letters).

Traktat secara terminologi dapat digunakan menurut pengertian umum dan

khusus. Yang dimaksud dengan pengertian umum adalah bahwa traktat sering

juga digunakan sebagai sebutan lain dari berbagai macam perjanjian internasional.

Sedangkan dalam arti khusus merupakan perjanjian yang paling penting dan

sangat formal dari semua perjanjian. Jenis-jenis perjanjian yang termasuk dalam

37 Muhammad Abu Zahrah, al-‘Alaaqatu al-Dawliyyatu fii al-Islaamiyyati, Penerjemah

Muhammad Zein Hasan, Hubungan-Hubungan Internasional dalam Islam, h. 42.

38 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 528.

39 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 83.

Page 41: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

30

traktat adalah perjanjian yang mengatur masalah perdamaian, perbatasan negara,

delimitasi, ekstradisi dan persahabatan40.

Istilah konvensi sering digunakan untuk perjanjian-perjanjian yang

bersifat multilateral, baik oleh negara-negara maupun organisasi-organisasi

internasional, konvensi bersifat law making yang artinya merumuskan kaidah-

kaidah hukum bagi masyarakat internasional, sehingga konvensi sering

memberikan kesempatan secara luas kepada masyarakat untuk ikut

berpartisipasi.41

Istilah persetujuan (arrangement) merupakan sebuah instrumen yang

kurang formal dibandingkan traktat dan konvensi. Istilah ini juga sering

digunakan untuk perjanjian-perjanjian yang bersifat teknis atau administratif yang

ditandatangani oleh wakil-wakil kementerian pemerintah tanpa ratifikasi, selain

itu persetujuan hanya bersifat sementara untuk jangka waktu tertentu.42

Istilah pertukaran nota (exchange of notes/exchange of letters) adalah

merupakan kesepakatan saling pengertian antara negara-negara untuk

menjalankan suatu kewajiban tertentu di antara mereka. Pertukaran nota dilakukan

melalui wakil-wakil diplomatik atau militer negara-negara terkait. Istilah ini juga

sering diungkapkan dengan Memorandum of Understanding (MoU).43

Selanjutnya dibahas tentang hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi

dalam pengiriman tenaga kerja.

40 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 89-90.

41 Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, h. 91.

42 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 2, h. 587.

43 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 2, h. 589.

Page 42: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

31

BAB III

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-ARAB SAUDI DALAM

PENGIRIMAN PEKERJA MIGRAN

A. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia-Arab Saudi

Disebut sebagai wilayah yang paling terisolir di Timur Tengah pada

zaman dahulu kala, Arab Saudi muncul sebagai salah satu negara terkaya di

wilayah ini dengan sumber daya minyaknya yang melimpah1.

Negara yang diproklamasikan berdirinya pada tanggal 23 September 1932

oleh ‘Abdul Aziz bin Abdul Rahman as-Sau’ud tersebut menganut sistem

pemerintahan monarki absolut di mana pemimpinnya adalah seorang raja yang

berasal dari keluarga as-Sa’ud. Negara Arab Saudi memiliki konstitusi yang

disebut dengan an-Nizhom al-Asasiy yang dibentuk pada 27 Sya’ban 1412 H/ 2

Maret 1992, konstitusi yang terdiri dari 9 bab dan 83 pasal tersebut memuat

prinsip-prinsip negara yang menjadi sandaran Pemerintah Arab Saudi dalam

menjalankan roda pemerintahannya, selain itu disebutkan dalam konstitusi bahwa

sumber hukum Arab Saudi adalah berasal dari al-Qur’an dan Sunnah.2

Akar-akar terbentuknya kontrak sosial dan politik antara masyarakat Islam

Indonesia dengan Arab Saudi sering dijelaskan melalui aspek-aspek keagamaan.

Kenyataan bahwa Jazirah Arab yang mencakup tanah suci, pusat peribadatan,

sumber pemikiran di bidang keagamaan dan pusat pendidikan ulama bagi

masyarakat Muslim di dunia, hampir selalu dijadikan dasar analisa terhadap isu

seputar hubungan Indonesia-Arab Saudi3. Namun, terdapat faktor-faktor lain

1 “Saudi Arabia Profile, BBC News”, 24 September 2015,

https://www.bbc.com/news/world-middle-east-14703476 diakses pada tanggal 04 Mei 2019.

2 “Al-Nizhamu al-Asasiy li al-Hukmu”, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi,

https://www.mofa.gov.sa/aboutKingDom/SaudiGovernment/Pages/BasicSystemOfGovernance248

87.aspx diakses pada 05 Mei 2019.

3 Laurence Husson, Indonesians in Saudi Arabia: Worship and Work, Studia Islamika

Vol. 4, No. 4. 1997, h. 109

Page 43: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

32

selain faktor agama yang lebih menentukan hubungan antar Indonesia dengan

Negara-negara di kawasan Timur Tengah misalnya faktor ekonomi dan tenaga

kerja.4

Indonesia sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, pada

kenyataannya telah memiliki hubungan dekat dengan seluruh dunia muslim.

Seperti contoh, Indonesia telah mempertahankan hubungannya yang dekat melalui

persaudaraan (tarikat) dengan komunitas Arab Hadramaut yang tinggal di

Kepulauan Nusantara, melalui pertukaran di tingkat universitas; meskipun begitu,

melalui haji dan pengiriman tenaga kerja yang membuat Indonesia jauh lebih

dekat dengan Negara-negara Timur Tengah5. Hubungan antara Indonesia dan

Arab Saudi telah mengakar sejak 700 tahun yang silam, yakni ketika pedagang

Arab datang ke Indonesia dalam masa penyebaran Islam. Sejak saat itu, hubungan

antara kedua negara ini terus berkembang dengan mantap dalam berbagai hal

seperti perdagangan, kegiatan pertukaran, kerjasama yang saling menguntungkan,

dll.6

Dalam beberapa laporan yang ditulis pada masa Kesultanan Aceh dan

Malaka menunjukkan bahwa pada abad ke-16 dan ke-17, sejumlah orang dari

kalangan terdidik dan pejabat pemerintah dari Sumatera dan Jawa mulai

menunaikan ibadah haji. Jumlah itu semakin meningkat setiap tahunnya, atau

menurun tajam karena alasan-alasan tertentu. Karena perkembangan inilah,

Pemerintah Hindia Belanda membuka Konsul Haji di Jeddah.7

Selain beberapa faktor di atas, Arab Saudi merupakan salah satu di antara

beberapa negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun

4 Laurence Husson, Indonesians in Saudi Arabia: Worship and Work, h. 114.

5 Laurence Husson, Indonesians in Saudi Arabia: Worship and Work, h. 114.

6 Laurence Husson, Indonesians in Saudi Arabia: Worship and Work, h. 114.

7 Laurence Husson, Indonesians in Saudi Arabia: Worship and Work, h. 109.

Page 44: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

33

19458. Hubungan Indonesia-Arab Saudi diinisiasi pertama kali pada tahun 1948

dengan didirikannya Kedutaan Besar Indonesia di Jeddah; dua tahun berikutnya,

Kantor Perwakilan Arab Saudi dibangun di Jakarta yang mana pada tahun 1955

status tersebut ditingkatkan menjadi sebuah kedutaan resmi9. Untuk terus menjaga

hubungan baik antara kedua negara, pada 24 November 1970 dibuatlah perjanjian

Treaty of Friendship between The Republic of Indonesia and The Kingdom of

Saudi Arabia yang ditandatangani di Jeddah oleh kedua pemerintah negara yang

bersangkutan, yang kemudian diratifikasi melalui UU No. 9 tanggal 18 September

1971.10

Dimulai pada tahun 1983, Pemerintah Indonesia mulai mengizinkan agen-

agen pribadi dari negara-negara di Timur Tengah untuk merekrut WNI yang akan

bekerja di luar negeri. Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi pada waktu itu

menyatakan antusiasmenya terhadap prospek pengiriman pekerja migran, karena

seperti yang dia lihat, dengan terbukanya lapangan pekerjaan di luar negeri berarti

terbukanya pekerjaan bagi warga negara yang pengangguran, dan yang tidak kalah

pentingnya adalah bertambahnya devisa negara11.

Di tahun pertama pengiriman PMI, 47.000 pekerja dengan dokumen

lengkap dikirimkan ke Arab Saudi, dan jumlah tersebut mengalami peningkatan

pada tahun selanjutnya.12 Dalam kurun waktu antara 1984-1989 tercatat jumlah

pekerja mencapai 223.579 dan bertambah menjadi 384.822 dalam lima tahun

berikutnya. Mayoritas (59%) Pekerja Migran Indonesia dalam kurun waktu antara

8 Sumanto al-Qurtubi dan Shafi Aldamer, Saudi-Indonesian Relations: Historical

Dynamic and Contemporary Development, Asian Perspective 42 (2018), h. 122.

9 Sumanto al-Qurtubi dan Shafi Aldamer, Saudi-Indonesian Relations: Historical

Dynamic and Contemporary Development, h. 122.

10 Fadhylatur Rizqah Isdah, “Hubungan Bliateral Arab Saudi-Indonesia di Era

Pemerintahan Raja Salman-Joko Widodo,” (Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Hasanuddin, Makassar, 2018), h. 63.

11 Rachel Silvey, Transnational Domestication: State Power and Indonesian Migrant

Women in Saudi Arabia, Political Geoghraphy 23 (2004), h. 250.

12 Rachel Silvey, Transnational Domestication: State Power and Indonesian Migrant

Women in Saudi Arabia, h. 250.

Page 45: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

34

1989-1994 memilih bekerja di Arab Saudi, dan 2/3 dari para pekerja tersebut

adalah perempuan yang sebagian besar diperkirakan bekerja pada sektor domestik

(PLRT)13.

Untuk mendukung peningkatan pengiriman pekerja migran pada sektor

domestik di luar negeri, beberapa lembaga pemerintahan membentuk program-

program yang secara agresif ikut mempromosikan gerakan pengiriman pekerja

domestik ke luar negeri.14

Meskipun begitu, hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi sering

mengalami naik turun. Salah satu sektor yang menjadi penyebab naik turunnya

hubungan antara kedua negara adalah pada sektor ketenagakerjaan, sistem hukum

ketenagakerjaan Arab Saudi dan eksekusi mati tanpa pemberitahuan kepada para

Pekerja Migran Indonesia selalu menjadi penyebabnya. Adalah eksekusi mati

tanpa pemberitahuan sebelumnya yang dilakukan terhadap seorang pekerja

migran bernama Ruyati Binti Satubi pada tahun 2011. Akibat dari tindakan yang

dilakukan Pemerintah Arab Saudi tersebut, Pemerintah Indonesia atas desakan

dari berbagai kalangan masyarakat melakukan kebijakan moratorium pengiriman

PMI ke Arab Saudi. Langkah moratorium pengiriman PMI oleh Indonesia

tersebut mendapatkan serangan balik dari Kerajaan Arab Saudi dengan ditutupnya

akses visa dan izin tinggal bagi Pekerja Migran Indonesia dan Filipina khususnya

yang bekerja pada sektor informal.15

Selain kebijakan moratorium penempatan PMI di Arab Saudi yang

dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada

masa pemerintahan Presiden Joko Widodo juga dikeluarkan kebijakan berupa

13 Rachel Silvey, Transnational Domestication: State Power and Indonesian Migrant

Women in Saudi Arabia, h. 250.

14 Rachel Silvey, Transnational Domestication: State Power and Indonesian Migrant

Women in Saudi Arabia, h. 251.

15 Diana Fatmawati, Penandatanganan MoU antara Indonesia dan Arab Saudi Tahun

2014, Prosiding Interdisiplinary Postgraduate Student Conference I, Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. h. 200.

Page 46: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

35

penghentian pengiriman dan penempatan PMI pada sektor domestik ke 19 negara

di kawasan Timur Tengah salah satunya Arab Saudi, melalui Keputusan Menteri

Tenaga Kerja No. 260/2015.16 Hal ini disebabkan karena sistem kafala di negara-

negara Timur Tengah yang tidak menyertakan Pekerja Migran yang bekerja pada

perseorangan (domestik) di sistem hukum ketenagakerjaan mereka. Pengiriman

dan penempatan pekerja migran hanya dapat dilakukan apabila antara Indonesia

dan Arab Saudi telah terdapat perjanjian bilateral yang mengatur tentang status

hukum Pekerja Migran di sektor Informal.

B. Sistem Ketenagakerjaan di Arab Saudi

Secara umum, hukum ketenagakerjaan di kawasan Timur Tengah

khususnya Arab Saudi yang merupakan tujuan penempatan PMI belum

mencantumkan unsur perlindungan bagi tenaga kerja domestik. Sistem kafalah di

negara seperti Arab Saudi merupakan kendala utama dalam pelaksanaan

perlindungan PMI di kawasan ini17.

Sistem Kafalah yang diterapkan oleh negara-negara GCC (Gulf

Cooperation Council) pada tahun 1950 ini mengharuskan pekerja migran untuk

disponsori oleh warga negara atau lembaga pemerintahan negara setempat;

sponsor adalah satu-satunya cara bagi pekerja untuk mendapatkan visa masuk dan

izin tinggal. Sponsor mengambil tanggung jawab hukum dan keuangan untuk

pekerja migran selama masa kontrak. Karena hukum mensyaratkan karyawan

bekerja hanya untuk sponsor, maka banyak sponsor yang mengambil paspor

pekerja migran dan kartu identitas mereka, sehingga para pekerja migran tidak

akan pergi meninggalkan negara penempatan. Jika pekerja memutuskan untuk

meninggalkan sponsor mereka, maka hukuman lainnya akan menunggu mereka;

para pekerja harus segera meninggalkan negara dengan biaya sendiri alih-alih

16 Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia, Safe

Travel: Arab Saudi, (Kementerian Luar Negeri RI, 2018).

17 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Kajian Upaya Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,

h. 41.

Page 47: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

36

meminta majikan mereka menutupi biaya tiket pesawat pulang pada akhir kontrak

mereka.18

Hal tersebut di atas berpengaruh besar ketika PMI lari dari rumah majikan

karena bermasalah dan kemudian ditampung oleh Perwakilan RI, mereka tidak

dapat dengan mudah dan cepat di pulangkan kembali ke Indonesia, terkecuali

pihak majikan lamanya bersedia untuk melepaskan PMI tersebut sehingga exit

permit untuk kepulangan PMI ke tanah air dapat diurus.19

Disebutkan dalam BAB III Peraturan Ketenagakerjaan Kerajaan Arab

Saudi Pasal 32 bahwa suatu perusahaan yang akan mempekerjakan pekerja non-

Saudi harus melalui izin dan persetujuan dari Kementerian Ketenagakerjaan Arab

Saudi. Lebih lanjut dalam Pasal 34 disebutkan bahwa izin untuk bekerja oleh

Kementerian Ketenagakerjaan Arab Saudi tidak dapat digantikan dengan izin dari

instansi-instansi lain20. Namun demikian, dalam pasal 7 Peraturan Kerajaan ini,

disebutkan bahwa ketentuan hukum ini tidak berlaku bagi pekerja domestik dan

pekerjaan sejenisnya atau bagi mereka yang bekerja pada perseorangan seperti

Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT). Hal inilah yang menjadi penyebab

adanya para pekerja sektor domestik yang bekerja secara ilegal tanpa memenuhi

persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh Peraturan Ketenagakerjaan

RI.21

Sektor domestik dalam hal ini Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT)

masih belum diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan nasional dan peraturan

18 Heather E. Murray, Hope for Reform Springs Eternal: How the Sponsorship System,

Domestic Laws and Traditional Customs Fail to Protect Migrant Domestik Workers in GCC

Countries, Cornell International Law Journal, Vol, 45 No. 2 (2012), h. 467.

19 Teguh Wardoyo, “Diplomasi Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri”,

Jurnal Diplomasi, h. 52.

20 Peraturan Ketenagakerjaan Kerajaan Arab Saudi No. M/51, Tanggal 23 Sya’ban 1426

H; No. M/28, Tanggal 12 Jumadal Ula 1434 H; dan No. M/46, Tanggal 05 Jumadal Tsani 1436 H.

21 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Kajian Upaya Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,

h. 41.

Page 48: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

37

keamanan sosial masih menjadi tantangan utama dalam pemberian perlindungan

kepada PLRT. Pemerintah Arab Saudi masih mengutamakan kepentingan warga

negaranya dan kurang bersungguh-sungguh dalam mengatasi diskriminasi yang

terjadi. Akses PLRT terhadap keadilan sangat terbatas ketika menghadapi

eksploitasi dan kekerasan karena masih dianggap urusan rumah tangga, sehingga

tidak dilindungi oleh peraturan ketenagakerjaan, di lain pihak juga tidak dapat

dianggap anggota keluarga oleh undang-undang yang mengatur hubungan

keluarga.22

Ketiadaan peraturan yang secara spesifik melindungi tenaga kerja asing di

sektor rumah tangga berdampak pada tidak adanya standar baku perlindungan

yang berlaku secara umum dan lemahnya mekanisme perlindungan terhadap para

pekerja asing tersebut.

Adapun peraturan nasional Arab Saudi yang terkait pengaturan

ketenagakerjaan antara lain23:

1. Dekrit Kerajaan No. M/51 yang dikeluarkan pada 27 September 2005

yang mengatur mengenai hubungan perburuhan antara pekerja dan

pengguna jasa, termasuk di dalamnya masalah kontrak, hak dan tanggung

jawab, hari libur, cuti, tunjangan, dan lain sebagainya.

2. Ministerial Council Decision No. 244, yang dikeluarkan pada 13 Juni

2009, yang merupakan ketentuan hukum untuk memerangi perdagangan

manusia.

3. Council Decision No. 166 yang diterbitkan pada 12 Juli 2000, mengatur

mengenai hubungan kerja antara majikan dan pekerja asing.

22 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Kajian Upaya Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,

h. 41.

23 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Kajian Upaya Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,

h. 42.

Page 49: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

38

4. Minister of Labour and Social Affairs Decree No. 157 mengatur mengenai

asuransi.

Arab Saudi sendiri telah meratifikasi beberapa konvensi internasional yang

berkaitan dengan ketenagakerjaan, di antaranya adalah24:

1. ILO Convention on the Elimination on the Worst Form of Child Labour

(Konvensi ILO tentang Penghapusan Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk

Anak).

2. Convention on the Rights of Person with Dissabilities (Konvensi tentang

Hak Penyandang Disabilitas).

3. Arab Charter on Human Rights (Piagam Arab tentang HAM).

Selain meratifikasi konvensi-konvensi tersebut di atas, Pemerintah

Kerajaan Arab Saudi juga telah meratifikasi beberapa instrumen HAM yang di

antaranya adalah25:

1. Convention Against Torture and other Cruel Inhuman or Degrading

Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan

Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau

Merendahkan Martabat).

2. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against

Women (Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

terhadap Perempuan).

3. International Convention on the Elimination of All Forms of Racial

Discrimination (Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala

Bentuk Diskriminasi Rasial).

24 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Kajian Upaya Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,

h. 44.

25 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Kajian Upaya Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,

h. 44.

Page 50: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

39

C. Sistem Hukum Pidana dan Acara Pidana di Arab Saudi

Arab Saudi merupakan negara yang menggunakan syariat Islam sebagai

sumber hukum pidana. Dalam Kelembagaan Peradilan Saudi, syariat Islam yang

diturunkan lebih dari 14 abad yang lalu telah diimplementasikan sebagai sistem

hukum pidana dari negara ini. Sumber dari perundang-undangan Islam ini terdiri

dari dua jenis yaitu sumber dokumen tertulis yang berasal dari Kitab Suci Al-

Qur’an dan Sunnah dan hasil dari ijtihad para ulama terdahulu seperti Ijma, Qiyas,

Istihsan dan Maslahat al-Mursalah26.

Disebutkan dalam ketentuan umum Dekrit Kerajaan Arab Saudi No. M/38

Tentang Ketentuan Hukum Acara Pidana Pasal 1 bahwa:

“Pengadilan menerapkan ketentuan hukum syari’at Islam terhadap

perkara-perkara yang dilimpahkan kepadanya, sesuai yang telah

ditetapkan dalam al-Qur’an dan Sunnah, serta peraturan perundang-

undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah yang tidak bertentangan

dengan al-Qur’an dan Sunnah, dan pelaksanaan tata cara

pemeriksaannya harus berpedoman pada ketentuan yang diatur

dalam Undang-undang ini”.27

Berdasarkan sumber-sumber yang telah disebutkan di atas, hukuman

pidana di Arab Saudi dapat dibedakan dalam empat kategori:28

1. Hudud, yaitu perbuatan terlarang yang secara jelas telah ditentukan

hukumannya oleh Allah SWT melalui Al-Qur’an maupun Sunnah.

2. Qishash, yaitu hukuman pembalasan bagi pelaku pembunuhan atau

penganiayaan.

3. Diyat, yaitu uang tebusan yang diberikan pelaku pembunuhan atau

penganiayaan kepada korban atau ahli waris korban. 100 unta bagi pelaku

26 Badr el-Din Ali, Islamic Law and Crime: The Case of Saudi Arabia, (Universitas

Louisville: 1985) International Journal Of Comparative And Applied Criminal Justice, Vol. 9, No.

2, h. 48.

27 Dekrit Raja Nomor M/38 Tentang Ketentuan Hukum Acara Pidana tanggal 28 Rajab

1422 H/16 Oktober 2001 Pasal 1.

28 Badr el-Din Ali, Islamic Law and Crime: The Case of Saudi Arabia, h. 48.

Page 51: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

40

pembunuhan secara sengaja, dengan perincian 60 unta Jadz’ah (unta

betina 4-5 tahun) dan 40 unta khilfah (unta betina yang hamil) yang mana

harga-harga dari diyat unta tersebut ditentukan oleh Dekrit Kerajaan Arab

Saudi, diyat tersebut diberikan setengah apabila korban merupakan

seorang wanita atau pria non-Saudi dan diberikan setengah lagi bagi non-

Saudi dengan jenis kelamin wanita; 29

4. Ta’zir, hukuman yang tidak dinyatakan secara jelas dalam Al-Qur’an atau

Sunnah tapi berdasarkan kebijaksanaan hakim (ijtihad).

Adapun tindak kejahatan yang secara spesifik telah ditentukan hukumnya

secara pasti dan tetap adalah pencurian, perampokan di jalan, perzinaan, qadzf

(menuduh orang berbuat zina), pemabuk, murtad, dan usaha pemberontakan

(meskipun tiga perbuatan yang disebutkan terakhir masih menjadi perdebatan di

kalangan sarjana Islam). Spesifikasi hukuman untuk setiap pelanggaran yang

tersebut antara lain hukuman mati atau hukuman fisik seperti pemotongan anggota

tubuh tertentu, rajam, atau cambuk30. Tindak kejahatan lainnya yang secara

spesifik hukumannya adalah tindak kejahatan yang ditujukan terhadap individu

seperti pembunuhan atau penganiayaan yang menyebabkan cedera anggota tubuh

apakah perbuatan tersebut dilakukan secara sengaja atau karena kesalahan.

Perbuatan tersebut dikenakan hukuman berupa pembalasan yang sama (nyawa

dengan nyawa serta luka dengan luka) kecuali apabila korban atau ahli waris

korban (kasus pembunuhan) mengesampingkan hak pembalasan dengan syarat

pemberian uang oleh pelaku dengan jumlah tertentu31. Adapun pelanggaran yang

tidak spesifik ditentukan hukumannya dalam Al-Qur’an maupun Sunnah dapat

ditentukan oleh ijtihad hakim sendiri atau pemegang otoritas terkait, di antaranya

adalah semua tindakan terlarang selain tindak kejahatan yang menyebabkan

hukuman hudud atau qishas. Hukuman bagi pelanggaran-pelanggaran tersebut

29 M. Nurul Irfan, Dosen Hukum Pidana Islam Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat, 10 Juli 2019.

30 Badr el-Din Ali, Islamic Law and Crime: The Case of Saudi Arabia, h. 48.

31 Badr el-Din Ali, Islamic Law and Crime: The Case of Saudi Arabia, h. 48.

Page 52: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

41

berbeda sesuai dengan tingkat kejahatannya, dan karena itu sanksi-sanksi yang

diberikan dapat berupa sanksi ringan seperti nasehat, kecaman, intimidasi, dan

denda; atau dapat berupa hukuman yang cukup berat meliputi deportasi, hukuman

penjara, cambuk, atau dalam kesempatan yang langka bisa berupa hukuman

mati.32

Selain beberapa kategori hukuman yang telah disebutkan di atas, di Arab

Saudi terdapat perkembangan hukuman bagi pelaku pembunuhan, yang mana

selain qishas pelaku juga dapat dikenakan hukuman hadd apabila terbukti

melakukan pembunuhan yang disebut dengan pembunuhan ghillah (qatlu al-

ghillah).33Diberlakukannya hukuman hadd bagi pelaku pembunuhan secara

ghillah ini ditetapkan oleh Hai’at Kibar al-Ulama, sebuah lembaga perkumpulan

ulama tertinggi di negara Arab Saudi.34

Kata ghillah yang secara bahasa jika dirangkaikan dengan kata al-qatlu

menjadi al-qatlu ghillatan memiliki arti pembunuhan yang diawali dengan

perencanaan/pembunuhan berencana, dilakukan dengan cara yang sangat halus di

mana korban tidak mengetahui kalau ia akan dibunuh, kemudian selain

membunuh si pelaku juga mengincar harta, aset-aset berharga yang dimiliki oleh

korban35. Menurut para fuqaha, ghillah adalah penipuan dan pembunuhan di suatu

tempat yang jauh dari keramaian sehingga orang-orang tidak dapat melihat

kejadian tersebut, atau pembunuhan secara sembunyi-sembunyi. Menurut Ibnu

Taimiyyah ghillah adalah: “pembunuhan terhadap seseorang untuk mengambil

hartanya”. Contoh, orang yang berada pada satu perkemahan dengan sekelompok

musafir lalu ketika terdapat seorang musafir yang terpisah dari kelompoknya,

32 Badr el-Din Ali, Islamic Law and Crime: The Case of Saudi Arabia, h. 48.

33 M. Nurul Irfan, Dosen Hukum Pidana Islam Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat, 10 Juli 2019.

34 Fuad Thohari, Dosen Perbandingan Madzhab dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat, 16 Juli 2019.

35 Fuad Thohari, Dosen Perbandingan Madzhab dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat, 16 Juli 2019.

Page 53: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

42

orang itu kemudian membunuhnya; contoh lain, seperti pemilik rumah

mengundang tukang sapu atau dokter ke rumahnya, lalu sesampainya di

rumahnya, dokter atau tukang sapu itu dibunuh dan diambil hartanya.36

Pembunuhan secara ghillah termasuk dalam jarimah hudud dan memiliki

makna yang hampir sama dengan tindak kejahatan hirabah karena pada keduanya

terdapat unsur pembunuhan secara sengaja dan perampasan harta, sebagaimana

yang dikatakan oleh Ali bin Abdussalam, “Ghillah termasuk jenis dari hirabah,

yang berarti membunuh seseorang untuk merampas istri, anak, dan harta

darinya; atau menipu seseorang, baik tua atau muda, dan membawanya ke

tempat sepi untuk membunuhnya dan mengambil hartanya yang sangat

berharga”.37

Oleh karena sudah termasuk dalam kategori kejahatan hudud maka qatlu

al-ghillah tidak diperbolehkan di dalamnya pemaafan baik oleh keluarga korban

atau oleh penguasa tertinggi sekalipun. Imam Syafi’i, Mazhab Ahli Madinah dan

salah satu dari pendapat Imam Hanbali mengatakan, “pengampunan tidak boleh

diberikan pada jenis qatlu al-ghillah”, Ibnu Qayyim al-Jauziyaah bahkan

mengatakan bahwa, “qatlu al-ghillah mengharuskan pelakunya dijatuhi hukuman

hadd, sehingga hukumannya tidak gugur dengan adanya pengampunan dan tidak

dilihat lagi adanya kesetaraan”, seorang ulama Malikiyah bernama Ibnu Abi

Zaid mengemukakan pendapat bahwa, “tidak ada pemaafan bagi tindak

kejahatan ghillah, meskipun yang dibunuh itu seorang kafir dan yang membunuh

itu adalah seorang muslim”. Pendapat seperti Ibnu Abi Zaid ini juga oleh Imam

Syafii disebutkan dalam bukunya al-Umm, yang mana pada masa kekhalifahan

Umar bin Khattab, beliau pernah memerintahkan untuk membunuh seorang

36 Fuad Thohari, Dosen Perbandingan Madzhab dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat, 16 Juli 2019.

37 Fuad Thohari, Dosen Perbandingan Madzhab dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat, 16 Juli 2019.

Page 54: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

43

Muslim yang telah membunuh secara ghillah seorang Nasrani yang berasal dari

Hiyrah38.

Adapun sistem Lembaga Peradilan di Arab Saudi muncul bersamaan

dengan dikeluarkannya Dekret Kerajaan oleh Raja Abdul Aziz pada tahun 1928.

Raja menetapkan kebijakan yang mengatur fungsi lembaga peradilan yang mana

menjadikan Raja sebagai lembaga peradilan tertinggi di negara ini. Namun

bagaimanapun juga tidak ada kekebalan hukum bagi Raja beserta keluarganya dan

Raja tunduk kepada ketetapan pengadilan syariah sama seperti masyarakat

lainnya.39

Mahkamah syariah di Arab Saudi adalah pengadilan yang bersifat umum,

yang mengadili perkara pidana maupun perdata. Struktur organisasi dalam

mahkamah syariah berbentuk piramida, dengan Raja sebagai puncak dari

piramida tersebut yang bertindak sebagai pengadilan banding terakhir dan

menjadi sumber pengampunan hukuman40. Bagaimanapun, Raja tidak akan

membatalkan hukuman tertentu yang berasal dari al-Qur’an dalam hal ini adalah

hukuman hudud jika perkara tersebut telah dibawa ke pengadilan41. Pemberian

pengampunan oleh raja terhadap seseorang yang terlibat dalam jarimah hudud

setelah perkaranya dibawa ke pengadilan dapat mengabaikan tugas utama seorang

hakim dan akan mengakibatkan kegagalan hukuman, dan akibat lain yang

ditimbulkan adalah memicu terjadinya tindak kejahatan lainnya.42

38 Fuad Thohari, Dosen Perbandingan Madzhab dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat, 16 Juli 2019.

39 Richter H. Moore, JR. Courts, Law, Justice, and Criminal Trials in Saudi Arabia,

(Appalachian State University: 1987), International Journal Of Comparative And Applied

Criminal Justice, Vol. 11, No. 1.h. 62.

40 Richter H. Moore, JR. Courts, Law, Justice, and Criminal Trials in Saudi Arabia, h. 62.

41 Richter H. Moore, JR. Courts, Law, Justice, and Criminal Trials in Saudi Arabia, h. 62.

42 Fuad Thohari, Hadis Ahkam: Kajian Hadis-hadis Hukum Pidana Islam (Hudud, Qisas,

dan Ta’zir), (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 51.

Page 55: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

44

Mahkamah al-Juziyyah (Pengadilan Negeri) yang merupakan pengadilan

tingkat pertama adalah bagian terbawah dari struktur peradilan syariah. Yuridiksi

Mahkamah al-Juziyyah ini meliputi semua jenis tindak pidana ta’zir, serta tidak

mencakup setiap tindak kejahatan yang berakibat pada dijatuhinya hukuman mati

atau pemotongan anggota badan. Meskipun begitu, pengadilan di tingkat pertama

ini tetap memiliki kewenangan dalam mengadili pelaku tindak pidana hudud

seperti pemabuk dan penuduh zina (qadzf), di mana dua tindak kejahatan tersebut

disebutkan secara jelas hukumannya bukan berupa hukuman mati atau

pemotongan anggota tubuh.43

Selain Mahkamah al-Juziyyah, di Arab Saudi juga terdapat Mahkamatu al-

‘Amm (Pengadilan Umum) yang berwenang memeriksa perkara yang tidak

menjadi wewenang dari Pengadilan Negeri, sebagaimana disebutkan di atas.

Pengadilan Umum juga berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara di

suatu wilayah yang mana tidak terdapat Pengadilan Negeri untuk memeriksa

perkara tersebut.44

Mahkamatu al-‘Amm memiliki yuridiksi dalam tindak kejahatan hudud

dan qishash45. Di Mahkamatu al-‘Amm, persidangan dipimpin oleh seorang hakim

kecuali dalam kasus yang memiliki unsur hukuman mati, rajam, atau amputasi;

maka diperlukan tiga orang hakim. Putusan pengadilan umum dapat diajukan

banding dalam kasus pidana kecuali dalam kasus-kasus di mana hukumannya

tidak lebih dari empat puluh kali cambukkan atau sepuluh hari penjara.46

Mahkamatu al-‘Amm tidak dibenarkan menjatuhkan hukuman mati secara ta’zir

kecuali atas keputusan bulat dari tiga orang hakim, dan apabila tidak ditemukan

keputusan yang bulat dari ketiga hakim tersebut maka Menteri Kehakiman dalam

43 Dekrit Raja Nomor M/38 Tentang Ketentuan Hukum Acara Pidana tanggal 28 Rajab

1422 H/16 Oktober 2001 Pasal 128.

44 Dekrit Raja Nomor M/38 Tentang Ketentuan Hukum Acara Pidana tanggal 28 Rajab

1422 H/16 Oktober 2001 Pasal 130.

45 Richter H. Moore, JR. Courts, Law, Justice, and Criminal Trials in Saudi Arabia, h. 63.

46 Richter H. Moore, JR. Courts, Law, Justice, and Criminal Trials in Saudi Arabia, h. 63-

64.

Page 56: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

45

hal ini akan menambah dua orang hakim dalam majelis hakim tersebut untuk

kemudian putusan atas hukuman mati tersebut dapat dijatuhkan atau tidak.47

Pada tingkat selanjutnya terdapat Mahkamah Tamyiz (Pengadilan Tinggi)

yang merupakan pengadilan banding. Sama seperti Indonesia, dasar keputusan

dari Mahkamah Tamyiz adalah keputusan pengadilan di bawahnya. Dalam kasus

pidana terdapat hak absolut bagi seorang terpidana untuk melakukan upaya

hukum ketika hukuman Pengadilan Tinggi terdapat unsur hukuman mati, rajam,

atau pemotongan anggota tubuh.48 Putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah

Tamyiz berupa hukuman mati atau rajam atau amputasi atau qishash yang bukan

terhadap jiwa, belum berkekuatan hukum tetap, kecuali setelah melalui

pengesahan oleh Majlis Qadha’ A’la (Dewan Hakim Agung) dalam sidang yang

dihadiri oleh anggota tetapnya.49

Keputusan Mahkamah Tamyiz dapat ditinjau oleh Majlis Qadha’ A’la,

yang mana presidennya merupakan anggota dewan menteri. Majlis Qadha’ A’la

yang mengawasi keseluruhan sistem pengadilan syariah, meskipun berfungsi

sebagai badan pengadilan; namun, Dewan Kehakiman Tertinggi ini tidak

mempunyai wewenang untuk menjalankan fungsi untuk memutus sebuah perkara

sebagaimana pengadilan pada umumnya. Dewan tidak dapat mengubah putusan

pengadilan yang lebih rendah apabila terdapat kesalahan, namun hanya

mengembalikan kembali kasus tersebut kepada pengadilan yang dimaksud untuk

ditinjau kembali oleh majelis hakim yang berbeda.50

47 Dekrit Raja Nomor M/38 Tentang Ketentuan Hukum Acara Pidana tanggal 28 Rajab

1422 H/16 Oktober 2001 Pasal 129.

48 Richter H. Moore, JR. Courts, Law, Justice, and Criminal Trials in Saudi Arabia, h. 64.

49 Dekrit Raja Nomor M/38 Tentang Ketentuan Hukum Acara Pidana tanggal 28 Rajab

1422 H/16 Oktober 2001 Pasal 11.

50 Richter H. Moore, JR. Courts, Law, Justice, and Criminal Trials in Saudi Arabia, h. 64.

Page 57: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

46

D. Data Jumlah Kasus WNI atau PMI selama Tahun 2018

Tercatat di Tahun 2018, terdapat 9.642 kasus di Arab Saudi yang ditangani

oleh Kementerian Luar RI melalui perwakilannya di dua tempat yaitu KBRI

Riyadh dan KJRI Jeddah. Kasus-kasus tersebut meliputi kasus ketenagakerjaan

(gaji dan/atau over kontrak), keimigrasian (overstayer) dan kasus pidana yang

terdiri dari kasus pidana ringan maupun pidana berat (sihir, zina, pencurian,

pembunuhan, dll)51.

Berikut adalah jumlah kasus yang ditangani oleh Perwakilan RI selama

tahun 2018:52

Kasus WNI/PMI di Arab Saudi Tahun 2018

Arab Saudi

Perwakilan Total Kasus Selesai On Going

KBRI Riyadh 819 426 393

KJRI Jeddah 8.823 7.638 1.185

Kasus di Arab Saudi 9.642 8.064 1.578

Kasus Hukum Pidana WNI/PMI di Arab Saudi 2018

Arab Saudi

Perwakilan Total Kasus Selesai On Going

KBRI Riyadh 40 8 32

KJRI Jeddah 79 29 50

51 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

52 Data Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia

(PWNI/BHI) Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia.

Page 58: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

47

Kasus di Arab Saudi 119 37 82

Dilihat dari data di atas kebanyakan kasus hukum baik perdata maupun

pidana WNI/PMI di Arab Saudi lebih banyak ditangani oleh KJRI Jeddah

dibandingkan dengan KBRI Riyadh, hal ini disebabkan karena jumlah WNI/PMI

yang berada di Kota Jeddah lebih banyak dibandingkan kota-kota lain di Arab

Saudi. Sampai tahun 2018 terdapat 13 WNI/PMI yang terancam hukuman mati di

Arab Saudi di mana kasus-kasus tersebut terjadi sebelum tahun 2018 bahkan

terdapat beberapa WNI/PMI yang sejak tahun 2002 masih diupayakan

pembebasannya oleh Pemerintah RI.53

Setelah membahas mengenai jumlah kasus WNI/PMI di Arab Saudi tahun

2018, selanjutnya akan dibahas pada BAB IV tentang bentuk pelindungan

Pemerintah Indonesia terhadap Pekerja Migran Indonesia terpidana mati di Arab

Saudi.

53 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 59: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

48

BAB IV

BENTUK PELINDUNGAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP

PEKERJA MIGRAN INDONESIA TERPIDANA MATI DI ARAB SAUDI

A. Bentuk Perlindungan oleh Pemerintah dalam Peraturan Perundang-

undangan

Perlindungan WNI/PMI oleh Perwakilan Negara Indonesia di luar negeri

tidak terlepas dari tujuan berdirinya Negara Republik Indonesia sebagaimana

yang diamanatkan dalam Paragraf Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Kemudian daripada itu

untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia...”.

Amanat tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk UU No. 37 Tahun 1999

tentang Hubungan Luar Negeri yang memberikan mandat kepada Perwakilan RI

untuk melakukan perlindungan dan pengayoman kepada WNI di Luar Negeri

melalui bantuan hukum dan cara-cara lain yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, antara lain UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang kemudian telah

diperbaharui dalam UU No. 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran

Indonesia dan Permenlu No. 05 Tahun 2018 tentang Perlindungan Warga Negara

Indonesia di Luar Negeri.1

Pembahasan mengenai perlindungan kekonsuleran terhadap PMI yang

terlibat masalah hukum berhubungan dengan upaya perlindungan yang dilakukan

oleh Pemerintah Indonesia terhadap PMI selama bekerja. Dalam UU No. 18

Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Pasal 21 (1)

disebutkan bahwa pelaksanaan perlindungan kepada PMI selama bekerja meliputi:

1 Direktorat Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri, Diplomasi Indonesia 2014,

(Jakarta: Kemlu 2015), h. 210.

Page 60: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

49

1. Pendataan atau pendaftaran oleh atase ketenagakerjaan atau pejabat

dinas luar negeri yang ditunjuk.

2. Pemantauan dan evaluasi terhadap pemberi kerja, pekerjaan, dan

kondisi kerja.

3. Fasilitas pemenuhan hak Pekerja Migran Indonesia.

4. Pemberian layanan jasa kekonsuleran.

5. Pendampingan, mediasi, advokasi, dan pemberian bantuan hukum

berupa fasilitas jasa advokat oleh Pemerintah Pusat dan/atau

Perwakilan RI serta perwalian sesuai dengan hukum negara setempat.

6. Pembinaan terhadap Pekerja Migran Indonesia.

7. Pemberian fasilitas repatriasi.

Disebutkan pada ayat selanjutnya bahwa dalam melakukan perlindungan

hukum terhadap Pekerja Migran Indonesia selama bekerja dilakukan dengan tidak

mengambil alih tanggung jawab pidana dan/atau perdata para pekerja migran serta

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, hukum

negara tujuan penempatan, serta hukum dan kebiasaan internasional.

Selain UU No. 18 Tahun 2017 yang mengatur secara umum mengenai

perlindungan Pekerja Migran Indonesia selama bekerja di luar negeri, terdapat

juga Permenlu No. 05 Tahun 2018 yang di dalamnya diatur secara khusus

langkah-langkah pelayanan dan perlindungan kekonsuleran oleh Perwakilan

RI/Direktorat PWNI-BHI kepada WNI/PMI di luar negeri. Dalam Ketentuan

Umum dari Permenlu No. 05 Tahun 2018 disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan perlindungan adalah segala upaya yang dilakukan untuk melayani dan

melindungi kepentingan Warga Negara Indonesia di luar negeri

Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Permenlu No. 05 Tahun 2018

dilakukan dengan prinsip: pertama, mengedepankan keterlibatan pihak yang

bertanggung jawab dan/atau berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; kedua, tidak mengambil alih tanggung jawab pidana

Page 61: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

50

dan/atau perdata WNI; dan ketiga, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, hukum Negara Setempat, serta hukum dan kebiasaan internasional.

Untuk mewujudkan prinsip perlindungan seperti yang disebutkan di atas,

maka secara umum terdapat tiga langkah strategis atau sering disebut dengan tiga

lingkup upaya perlindungan WNI di luar negeri yang meliputi pencegahan

(prevention), deteksi dini (early detection), dan perlindungan secara cepat dan

tepat (immediate response) yang bertujuan untuk menekan terjadinya peningkatan

kasus-kasus yang terjadi di luar negeri.2

Disebutkan dalam Pasal 3 Permenlu No. 05 Tahun 2018 bahwa

pelaksanaan perlindungan WNI/PMI di luar negeri dilakukan oleh Negara, yang

dilaksanakan oleh Presiden sebagai Kepala Negara berdasarkan usulan Menteri;

Pemerintah Pusat dalam hal ini melalui Kementerian Luar Negeri; Perwakilan RI

yang berada dalam koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri; dan

Lembaga/Badan, yang berada dalam koordinasi Kementerian Luar Negeri RI.

Adapun bentuk perlindungan yang dapat dilakukan oleh keempat unsur

sebagaimana yang telah disebutkan di atas terdiri dari perlindungan kekonsuleran

dan perlindungan diplomatik. Beberapa upaya perlindungan kekonsuleran

terhadap WNI/PMI yang terlibat kasus hukum di negara setempat sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 8 Permenlu No. 05 Tahun 2018 berupa:

1. Melakukan kunjungan ke penjara-penjara di Negara Setempat.

2. Mewakili WNI/PMI di depan pengadilan dan instansi lain di Negara

Setempat berdasarkan praktek dan tata cara yang berlaku di Negara

Setempat.

3. Mendapatkan notifikasi kekonsuleran dari Negara Setempat.

4. Melakukan pendampingan, mediasi, advokasi, dan pemberian bantuan

hukum berupa penyediaan jasa Advokat

2 Direktorat Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri, Diplomasi Indonesia 2014,

h. 210.

Page 62: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

51

Adapun Perlindungan Diplomatik yang merupakan upaya perlindungan

lebih bagi WNI/PMI yang dilakukan oleh Negara terhadap Negara Setempat dapat

dilakukan apabila perlindungan kekonsuleran telah diberikan secara maksimal

dan/atau terdapat pertimbangan khusus dari Presiden berdasarkan usulan Menteri

Luar Negeri RI sebagaimana disebutkan dalam Pasal 12 Permenlu No. 05 Tahun

2018 tentang Perlindungan WNI di Luar Negeri.

Upaya perlindungan WNI di luar negeri oleh perwakilan RI dikedepankan

dengan menggunakan pendekatan antara lain3:

1. Pendekatan hukum berupa mediasi dan konsiliasi, konsultasi hukum, dan

pengacara.

2. Pendekatan kemanusiaan berupa kunjungan rutin untuk Konsultasi,

pemberian bantuan awal, pendampingan rohani, penanganan kesehatan,

penampungan, pemulangan WNI ke Indonesia (Repatriasi) dan bantuan

dana pemulangan.

3. Pendekatan diplomasi seperti hubungan diplomasi antar pemerintah, orang

dengan orang seperti yang dilakukan antara pelaku dengan keluarga

korban, diplomasi antara pemerintah dengan organisasi non-pemerintahan,

kerjasama pemerintah dengan organisasi internasional, dan lain

sebagainya.

B. Upaya Perlindungan Kekonsuleran Pemerintah terhadap Ancaman

Hukuman Mati Pekerja Migran Indonesia di Arab Saudi

Dalam hal terjadinya kasus hukuman mati yang mengancam WNI/PMI di

Arab Saudi, Perwakilan RI di Arab Saudi akan melakukan beberapa akses

kekonsuleran untuk memastikan bahwa WNI/PMI diperlakukan secara adil sesuai

hukum yang berlaku.

3 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan Warga Negara Indonesia di Luar

Negeri, h. 52.

Page 63: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

52

Negara Arab Saudi adalah salah satu negara yang tidak mengenal

pemberitahuan terlebih dahulu kepada keluarga/wali dari pelaku yang akan

dieksekusi hukuman mati, pemberitahuan hanya akan dilakukan setelah

dilaksanakannya eksekusi tersebut. Sehingga Perwakilan yang ada di KBRI

Riyadh atau KJRI Jeddah harus secara aktif melakukan pengecekan di penjara-

penjara.4 Kunjungan ke penjara-penjara di Arab Saudi, tidak dapat dilakukan

secara langsung di instansi-instansi terkait di Arab Saudi seperti kepolisian dan

pengadilan, tanpa terlebih dahulu mengirimkan nota diplomatik kepada

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. Hal tersebut yang menjadi kendala

Perwakilan untuk mencari informasi secara cepat mengenai WNI/PMI yang

terancam eksekusi mati. Maka sebagai alternatif Perwakilan akan mencari tahu

dari media masa atau media sosial mengenai adanya WNI /PMI yang terancam

hukuman mati atau sedang berada di dalam penjara.5

Setelah mendapatkan informasi tersebut, Perwakilan Indonesia di Arab

Saudi akan melakukan pendampingan selama proses hukum tersebut berlangsung.

Salah satu langkah perwakilan dalam melakukan pendampingan adalah

memastikan bahwa tersangka/pelaku telah mendapatkan bantuan hukum baik

pengacara maupun penerjemah berkompeten yang memiliki keberpihakan kepada

tersangka/pelaku.6

Permasalahan yang dihadapi Perwakilan RI dalam menyewa jasa

pengacara di luar negeri adalah keberpihakan pengacara dan biaya yang sangat

mahal, oleh karena itu, adanya kerja sama antara Perwakilan RI di Arab Saudi

dengan kantor pengacara setempat adalah sangat penting dalam pelindungan

4 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

5 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

6 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 64: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

53

WNI/PMI yang terjerat kasus hukuman mati.7 Pemberian fasilitas bantuan hukum

berupa pengacara harus dilakukan dengan segera sebelum perkara PMI yang

terjerat kasus hukuman mati tersebut dibawa dan diproses di pengadilan. hal ini

dilakukan mengingat akan lebih sulit untuk memberikan bantuan hukum jika

perkara tersebut telah diproses di pengadilan.8

Selain biaya menyewa jasa pengacara yang mahal, konsep pengacara di

Arab Saudi baru muncul pada tahun 2011, sedangkan Bar Association (Asosiasi

Pengacara) di Arab Saudi muncul pada tahun 2014, hal ini menyebabkan kasus-

kasus PMI di bawah tahun tersebut sulit untuk ditangani. Meskipun di Negara

Arab Saudi terdapat pengacara pro bono (pengacara gratis yang disediakan oleh

pemerintah setempat), namun Perwakilan RI dalam hal ini tetap akan melihat

keberpihakan dari pengacara yang bersangkutan di samping keahliannya dalam

beracara.9

Penanganan kasus hukuman mati di Arab Saudi mempunyai tata caranya

masing-masing, hal ini disebabkan karena sistem hukuman di Arab Saudi yang

terdiri dari tiga kategori yaitu ta’zir, qishas, dan hudud. Yang perlu diketahui,

ketika Almarhumah Tuti Tursilawati dihukum mati pada tahun 2018, hakim

menjatuhkan vonis kepada yang bersangkutan dengan hukuman hadd ghillah

bukan qishas setelah yang bersangkutan terbukti melakukan pembunuhan

terhadap majikannya.

Meskipun Almarhumah Tuti Tursilawati dijatuhi vonis hukuman mati

kategori hudud yang dalam hal ini tidak dapat dimaafkan baik oleh Raja maupun

7 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri dan Unit

Kajian Hukum Perlindungan Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Kajian Upaya Peningkatan

Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri, (Jakarta: Kemlu, 2011).

8 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri dan Unit

Kajian Hukum Perlindungan Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Kajian Upaya Peningkatan

Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri.

9 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 65: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

54

keluarga korban, namun Pemerintah RI selalu mengupayakan perlindungan

kekonsuleran kepada yang bersangkutan baik berupa upaya hukum di pengadilan

maupun perlindungan diplomatis berupa permohonan pembebasan terhadap

Kerajaan Arab Saudi. Upaya perlindungan hukum pemerintah dalam peringanan

hukuman Tuti adalah berupa 3 kali penunjukan pengacara Tuti dalam kurun

waktu 2011 sejak ditetapkannya vonis hukuman hadd ghillah oleh pengadilan

sampai dengan tahun 2018 yang bersangkutan dieksekusi; 3 kali permohonan

banding; dan 2 kali Peninjauan Kembali (PK), di mana Qadha al-‘Ala

menggantikan majelis hakim untuk memeriksa kembali kasus tersebut. Selain itu

Pemerintah juga memfasilitasi kunjungan Keluarga Tuti Tursilawati ke

penjaranya pada tahun 2012, 2015, dan 2018, dan kunjungan ke lembaga

pemaafan Lajnah ‘Afwu dan Kantor Walikota Thaif10.

Dalam hal ketika hakim memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati

berupa hadd ghillah, maka segala upaya untuk meringankan hukuman tersebut

tidak dapat dilakukan baik pemaafan oleh Raja melalui surat dari Presiden RI,

maupun permohonan pemaafan kepada keluarga korban (tanazul).11

Mengenai WNI/PMI yang mendapatkan hukuman qishas, maka

Perwakilan dalam hal ini akan memberikan beberapa upaya agar WNI/PMI yang

bersangkutan mendapatkan pemaafan dari keluarga korban. Pemaafan yang

didapatkan dari keluarga korban selanjutnya akan ditebus dengan dibayarkannya

10 Gridhot.id, “Berbagai Upaya Pemerintah Indonesia Ringankan Hukuman Tuti

Tursilawati Sebelum Akhirnya Dieksekusi Mati di Arab Saudi”, diakses dari

https://hot.grid.id/read/18966601/berbagai-upaya-pemerintah-indonesia-ringankan-hukuman-tuti-

tursilawati-sebelum-akhirnya-dieksekusi-mati-di-arab-saudi?page=all pada tanggal 09 Agusutus

2019.

11 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 66: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

55

uang darah (diyat). Di Arab Saudi sendiri selain diyat syar’i yang telah disebutkan

di bab sebelumnya, terdapat juga diyat yang berasal dari permintaan keluarga12.

Diyat syar’i yang ketentuannya adalah seharga 100 ekor unta bagi korban

laki-laki dan 50 ekor unta bagi korban perempuan ditentukan harganya dalam

bentuk uang saat ini dalam Dekrit Raja. Sedangkan diyat yang berasal dari

permintaan keluarga, karena tidak ditentukan secara jelas dalam al-Qur’an dan

Sunnah oleh pengadilan setempat akan diberikan ketentuan harga dari diyat

tersebut kepada keluarga korban berdasarkan pada penghasilan korban selama

hidupnya.13

Untuk dapat menebus diyat yang memiliki harga milyaran Rupiah

tersebut, maka Perwakilan RI dapat meminta Kementerian Luar Negeri Indonesia

untuk mencari biaya tebusan, baik dari keluarga WNI/PMI bersangkutan maupun

dari Pemerintah RI atau dari para donatur yang bersimpati. Selain bantuan dari

Indonesia yang diberikan kepada para terdakwa, di Negara Arab Saudi terdapat

lembaga yang berperan dalam memberikan bantuan tebusan diyat bagi para

terdakwa yaitu Lajnah ‘Afwu14. Lajnah ‘Afwu adalah sebuah lembaga

pengampunan di Arab Saudi yang memiliki fungsi sebagai mediator antara

terdakwa yang dikenai hukuman qishas dengan korban/keluarga korban. Selain

berfungsi sebagai mediator, lembaga ini juga berperan dalam membantu para

terdakwa yang dinyatakan tidak mampu membayar diyat oleh pengadilan

12 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

13 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

14 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 67: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

56

setempat dengan mencari para muhsinin (dermawan) yang secara sukarela

menebus diyat tersebut15.

Meskipun pemaafan dalam kasus hukuman qishas mengharuskan

dibayarkannya diyat, namun ada beberapa upaya pemaafan yang berhasil

dilakukan oleh Perwakilan RI tanpa mengeluarkan diyat satu rupiah sama sekali.

Tergantung dari kemampuan Perwakilan RI melakukan lobi dan kebaikan dari

ahli waris korban.16

Kendala yang dihadapi oleh Perwakilan RI/PWNI-BHI dalam penanganan

kasus hukuman mati di Arab Saudi adalah proses beracara di Pengadilan Arab

Saudi yang memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini disebabkan karena sistem

hukum Arab Saudi yang berdasarkan pada syariah dan pengadilan di Arab Saudi

yang sangat memperhatikan proses beracara dan berhati-hati dalam pemberian

keputusan. Dalam kasus pembunuhan misalnya, ketika ingin dilakukan tanazul

dan terdapat ahli waris korban yang masih berada di bawah umur, maka proses

tanazul tersebut untuk sementara dihentikan sampai yang bersangkutan

dinyatakan memiliki tanggung jawab hukum. Hal tersebut yang menjadi alasan

lamanya penanganan kasus WNI/PMI terancam hukuman mati, bahkan kasus-

kasus yang telah ada sejak 2009, 2003 dan 2002 sampai saat ini masih belum

selesai penanganannya17.

Sebagai contoh di sini penulis akan memberikan salah satu contoh upaya

perlindungan kekonsuleran penyelesaian kasus hukuman qisas yang dilakukan

oleh Pemerintah RI terhadap salah satu pekerja migran yang tidak dapat

15 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Jakarta, 27 Mei 2019.

16 Tempo.co, TKI Tuti Tursilawati Terima Hukuman Mati Terberat Hadd Ghillah, diakses

dari https://nasional.tempo.co/read/1141455/tki-tuti-tursilawati-terima-hukuman-mati-terberat-

hadd-ghillah/ pada tanggal 19 Juni 2019.

17 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 68: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

57

disebutkan identitasnya. Yang bersangkutan telah divonis hukuman mati kategori

qisas oleh putusan Pengadilan Umum di salah satu wilayah di Arab Saudi yang

kemudian disahkan oleh Mahkamah Banding Arab Saudi dan kemudian disetujui

oleh Mahkamah Agung Arab Saudi. Adapun langkah hukum yang dilakukan

Pemerintah RI dalam pembebasan pekerja migran tersebut berupa:

1. Penunjukan beberapa pengacara untuk memberikan pendampingan hukum

kepada yang bersangkutan serta memberikan pendampingan dalam setiap

persidangan.

2. Menghadiri persidangan sebelum vonis sebanyak empat kali dan setelah

vonis sebanyak 16 kali.

3. Melakukan penelusuran dan tindak lanjut kasus secara langsung ke aparat

hukum terkait lainnya, seperti kepolisian, kejaksaan, dan kantor Walikota

setempat sebanyak 16 kali.

4. Penyampaian Peninjauan Kembali ke Mahkamah Banding sebanyak 3

kali.

Sedangkan langkah non litigasi yang dilakukan oleh Pemerintah RI dalam

membebaskan pekerja migran yang bersangkutan dari vonis hukuman mati

berupa:

1. KJRI Jeddah berulang kali berupaya menemui ahli waris korban untuk

meminta pemaafan bagi pekerja migran tersebut.

2. Pendekatan kepada pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat setempat

khususnya kepada Lajnah ‘Afwu di wilayah tersebut sebanyak Enam kali.

3. Pendekatan secara formal kepada Walikota setempat (7 pertemuan) dan

Gubernur setempat (4 pertemuan) guna mendapatkan kemungkinan

bantuan mediasi serta rekomendasi tokoh terpandang yang dapat

membantu proses mediasi dengan ahli waris korban sebanyak Tujuh kali.

4. Memfasilitasi kunjungan keluarga pekerja migran sebanyak Tiga kali ke

penjara umum setempat guna memberikan bantuan moril serta

menyampaikan perkembangan penanganan kasus kepada pihak keluarga

Page 69: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

58

sekaligus untuk bertemu dengan para ulama dan Ketua Lajnah Afwu di

wilayah tersebut.

5. Pihak KJRI Jeddah rutin melakukan kunjungan ke penjara di mana yang

bersangkutan ditahan. Di saat yang bersamaan Direktorat PWNI/BHI

Kementerian Luar Negeri RI secara intensif melakukan komunikasi

dengan pihak keluarga pekerja migran di Indonesia untuk menyampaikan

perkembangan kasus. Kunjungan pejabat KJRI Jeddah, KBRI Riyadh dan

Tim Pusat ke Penjara setempat terhitung sekitar 56 kali.

Apabila dilihat dari dua contoh kasus di atas secara umum peran

Pemerintah Indonesia dalam perlindungan WNI/PMI terpidana mati di luar negeri

sudah sangat besar. Bahkan dalam kasus Tuti Tursilawati yang secara hukum di

Arab Saudi sudah inkrah keputusannya dan tidak bisa lagi dilakukan pemaafan

baik oleh ahli waris maupun Raja oleh Pemerintah RI masih dilakukan

pendampingan dan perlindungan hingga detik-detik yang bersangkutan

dieksekusi18. Yang terpenting dalam melakukan perlindungan adalah Pemerintah

Indonesia tidak hanya terfokus pada upaya perlindungan hukum di depan

pengadilan atau litigasi, tetapi pendekatan ke keluarga korban, pemerintah daerah

setempat, dan/atau tokoh-tokoh masyarakat setempat merupakan hal terpenting

dari perlindungan tersebut mengingat vonis hukuman mati terhadap WNI/PMI di

Arab Saudi sebagian besar berasal dari kasus pembunuhan yang kemudian dikenai

vonis hukuman mati kategori qisas.19

Dalam hal ihwal keadaan yang sangat genting, akibat banyaknya eksekusi

mati yang menimpa para WNI/PMI maka Presiden dapat membentuk satuan tugas

(satgas) untuk menangani kasus warga negara yang terancam hukuman mati. Hal

ini pernah dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono; melalui Keppres RI No. 17 Tahun 2011 tentang Satuan Tugas

18 Ika Masruroh, Div. Bantuan Hukum Migrant CARE, Wawancara Pribadi, Jakarta,15

Agustus 2019.

19 Ika Masruroh, Div. Bantuan Hukum Migrant CARE, Wawancara Pribadi, Jakarta,15

Agustus 2019.

Page 70: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

59

Penanganan Kasus Warga Negara Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri yang Terancam Hukuman Mati, Presiden menunjuk Dr. Maftuh Basyuni,

S.H. sebagai ketua dari satgas tersebut dengan wakilnya yaitu Prof. Dr. Alwi

Shihab, Hendarman Supandji, S.H., M.H., C.N., dan Jend. Pol. (Purn) Drs. H.

Bambang Hendarso Danuri, M.M.

Satgas yang bekerja selama enam bulan sejak ditetapkannya melalui

Keppres pada tanggal 7 Juli 2011 tersebut memiliki tugas yaitu20:

1. Mencari informasi terkait permasalahan dan kasus-kasus Warga

Negara Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia yang terancam hukuman

mati.

2. Melakukan advokasi dan memberikan bantuan hukum bagi Warga

Negara Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang sedang

menjalani proses hukum, khususnya yang terancam hukuman mati.

3. Melakukan evaluasi terhadap penanganan kasus hukum Warga Negara

Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia, termasuk kasus-kasus yang

merugikan Tenaga Kerja Indonesia di negara-negara penempatan.

4. Memberikan rekomendasi kepada Presiden mengenai langkah-langkah

penyelesaian dan penanganan kasus-kasus hukum Warga Negara

Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di negara penempatan.

C. Perlindungan Diplomatik Pemerintah Indonesia terhadap Pekerja

Migran Indonesia Terpidana Mati di Arab Saudi

Di samping mengupayakan perlindungan kekonsuleran, Pemerintah

Indonesia juga aktif melakukan pendekatan diplomatik dalam melakukan

perlindungan terhadap WNI/PMI yang terancam eksekusi mati. Sebagaimana

disebutkan pada sub-bab sebelumnya bahwa Perlindungan diplomatik adalah

upaya perlindungan lebih bagi WNI yang dilakukan oleh Negara terhadap Negara

20 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2011 tentang Satuan Tugas

Penanganan Kasus Warga Negara Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang

Terancam Hukuman Mati.

Page 71: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

60

setempat, perlindungan ini hanya dapat dilakukan apabila mekanisme hukum di

negara penerima dan segala upaya perlindungan kekonsuleran telah ditempuh oleh

Perwakilan RI/PWNI-BHI.

Hal yang mendasari dilaksanakannya perlindungan diplomatik setelah

segala upaya kekonsuleran dilakukan adalah karena masalah hukum yang terjadi

di Negara Arab Saudi adalah masalah antara warga negara dengan warga negara

bukan antara negara dengan negara ataupun negara dengan warga negara.

Sehingga, ketika terdapat WNI/PMI yang terlibat masalah hukuman mati maka

negara melalui Presiden tidak bisa secara spontan melakukan pengiriman surat

atau lobbying kepada Raja mengenai pembebasan atau peringanan hukuman

WNI/PMI bersangkutan.21

Selain itu perlindungan diplomatis yang dilakukan tanpa didahului upaya

perlindungan kekonsuleran terlebih dahulu secara terus menerus dapat berdampak

buruk baik kepada negara maupun warga negara, di antara dampak buruk dari hal

tersebut adalah:22

1. Indonesia oleh negara-negara lain dianggap merusak etika hubungan

internasional karena mengintervensi proses hukum di negara Arab

Saudi.

2. Para pengacara keluarga korban di Arab Saudi akan berpikiran untuk

menaikkan beban diyat karena para WNI/PMI yang secara langsung

dilindungi oleh Pemerintahnya, sehingga terjadilah yang dinamakan

makelar diyat.

3. Banyaknya WNI yang direkrut menjadi drug trafficker oleh sindikat

perdagangan narkoba luar negeri di negara-negara seperti Malaysia,

Singapura, dan China karena anggapan bahwa Pemerintah Indonesia

21 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

22 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 72: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

61

akan melakukan segala upaya untuk membebaskan warga negaranya

dari hukuman mati.

Ketika segala upaya perlindungan kekonsuleran tidak membuahkan hasil,

maka selanjutnya akan dilakukan perlindungan yang bersifat diplomasi, terdapat

beberapa langkah diplomatik yang sering dilakukan oleh Pemerintah Indonesia

untuk membebaskan WNI/PMI yang terjerat kasus hukuman mati, salah satunya

yang sering dilakukan adalah permohonan pembebasan melalui surat atau

permohonan langsung oleh Presiden kepada Raja dan keluarga korban23.

Sebagai contoh, penulis akan mencantumkan beberapa langkah

perlindungan diplomatik yang dilakukan oleh Negara Republik Indonesia dalam

pembebasan salah satu Pekerja Migran Indonesia yang telah divonis hukuman

mati kategori qisas, adapun upaya tersebut berupa:

1. Mengirimkan Surat Presiden RI kepada Raja Arab Saudi sebanyak 3 kali

(2 kali pada tahun 2011 dan 1 kali pada tahun 2016).

2. Mengirimkan Surat Dubes RI Riyadh dan Konjen RI Jeddah kepada

Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman dan Putra Mahkota/Wakil

PMI Arab Saudi dan Gubernur setempat sebanyak 5 kali.

3. Mengirimkan nota diplomatik kepada Kemlu Arab Saudi untuk meminta

bantuan penyelesaian kasus tersebut sebanyak 38 kali.

4. Mengangkat kasus yang bersangkutan sebagai salah satu isu yang

disampaikan oleh Presiden RI langsung kepada Raja Arab Saudi dalam

pertemuan bilateral antara kedua negara pada tahun 2015 di Jeddah.

5. Memfasilitasi keluarga yang bersangkutan untuk mengirimkan surat

kepada Raja Arab Saudi sebanyak 1 kali, yang intinya meminta bantuan

Raja untuk membujuk keluarga korban untuk mengurangi jumlah uang

23 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 73: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

62

diyat yang diminta atau meminta Raja untuk melengkapi kekurangan uang

diyat yang harus dibayarkan.

Yang perlu diperhatikan adalah tidak semua permohonan yang dilakukan

oleh Presiden secara serta merta dapat membebaskan PMI yang terjerat kasus

hukuman mati di Arab Saudi. Khususnya dengan melihat sistem hukuman mati di

Arab Saudi yang terdiri dari tiga tingakatan, apabila dilihat dari ketiga kategori

hukuman mati sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, hanya ta’zir lah

yang oleh Raja dapat diampuni, sedangkan dua hukuman lainnya yaitu qishas dan

hadd ghillah tidak dapat secara serta merta dimaafkan oleh Raja melalui

permohonan Presiden24.

D. Perjanjian Mandatory Consular Notification (MCN) sebagai Alat

Perlindungan WNI/PMI

Salah satu langkah preventive dalam perlindungan WNI/PMI di luar negeri

terutama di negara dengan sistem hukum di Arab Saudi adalah pembentukan

kerangka kebijakan bilateral antara kedua negara terutama yang berkaitan dengan

masalah kekonsuleran. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri

Indonesia dalam hal ini sering mendorong Kementerian Luar Negeri Kerajaan

Arab Saudi untuk menandatangani kesepakatan di bidang perlindungan

kekonsuleran khususnya yang berkaitan dengan Mandatory Consular Notification

(MCN) yang telah diatur dalam Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler

Pasal 36, hal ini mengingat banyaknya WNI/PMI yang terlibat kasus hukum

terutama hukuman mati di negara Arab Saudi.25

Meskipun secara hukum internasional semua negara yang telah

menandatangani dan meratifikasi suatu konvensi harus tunduk dan patuh terhadap

24 Tempo.co, TKI Tuti Tursilawati Terima Hukuman Mati Terberat Hadd Ghillah, diakses

dari https://nasional.tempo.co/read/1141455/tki-tuti-tursilawati-terima-hukuman-mati-terberat-

hadd-ghillah/ pada tanggal 19 Juni 2019.

25 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 74: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

63

ketentuan pasal-pasal dari suatu konvensi, namun hal tersebut tidak dapat secara

serta-merta berlaku dalam Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler yang

di dalamnya juga mengatur tentang MCN. Konvensi Wina 1961 tentang

Hubungan Diplomatik maupun Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler

merupakan konvensi yang mengatur hubungan antara dua negara, di mana dalam

hubungan tersebut berlaku asas timbal balik. Sehingga, jika suatu negara telah

menandatangani atau meratifikasi 2 konvensi tersebut, maka ketentuan Pasal 36

Konvensi Wina tentang Hubungan Konsuler tidak secara otomatis berlaku bagi

negara penandatanganannya. Namun, dibutuhkan langkah-langkah lain yaitu

perundingan bilateral antara dua negara untuk menyepakati diberlakukannya

MCN bagi kedua negara yang bersangkutan26.

Demikian, disebabkan tidak adanya kesepakatan MCN antara Arab Saudi

dan Indonesia mengakibatkan Pemerintah Arab Saudi tidak memiliki tanggung

jawab MCN kepada Pemerintah Indonesia sebelum dilakukannya eksekusi mati,

begitu juga sebaliknya apabila terdapat WNA berkebangsaan Arab Saudi yang

tertangkap atau akan dieksekusi mati, maka Pemerintah Indonesia tidak memiliki

tanggung jawab MCN terhadap Pemerintah Arab Saudi27.

Kesepakatan MCN antara kedua negara hingga kini belum dapat

terlaksana dan menjadi penghambat perlindungan yang dilakukan oleh Perwakilan

RI terhadap WNI/PMI, hal itu disebabkan karena tidak adanya kemauan dari

Negara Arab Saudi untuk bersama-sama menyepakati hal tersebut; Indonesia

dalam hal ini juga tidak dapat memaksa Arab Saudi untuk melakukan hal tersebut

karena banyaknya WNI/PMI yang berada di Arab Saudi, karena hubungan

bilateral antara kedua negara adalah hubungan yang didasarkan pada hubungan

26 Binus University, Mengenal dan Memahami Mandatory Consular Notification (MCN),

diakses dari https://business-law.binus.ac.id/2018/12/31/mengenal-dan-memahamimandatory-

consular-notification-mcn/ pada tanggal 21 Juni 2019.

27 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

Page 75: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

64

saling menghormati, dan menghargai tanpa harus memaksakan.28 Oleh karena itu

penting bagi Pemerintah Indonesia untuk secara aktif menyampaikan dalam setiap

pertemuan bilateral tentang Perjanjian MCN dengan negara Arab Saudi29.

28 Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral

Bidang PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2019.

29 Ika Masruroh, Div. Bantuan Hukum Migrant CARE, Wawancara Pribadi, Jakarta,15

Agustus 2019.

Page 76: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk Perlindungan terhadap PMI terpidana mati di Arab Saudi dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran

Indonesia Pasal 21 (1) berhubungan dengan perlindungan terhadap PMI

selama bekerja yang terdiri atas:

a. Pemberian layanan jasa kekonsuleran;

b. Pendampingan, mediasi, advokasi, dan pemberian bantuan hukum berupa

fasilitas jasa advokat oleh Pemerintah Pusat dan/atau Perwakilan RI serta

perwalian sesuai dengan hukum negara setempat; dan

c. Pembinaan terhadap pekerja migran.

Selain itu disebutkan dalam ayat selanjutnya bahwa dalam melakukan

perlindungan hukum terhadap Pekerja Migran Indonesia selama bekerja

dilakukan dengan tidak mengambil alih tanggung jawab pidana dan/atau

perdata para pekerja migran serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, hukum negara tujuan penempatan, dan hukum

dan kebiasaan internasional.

2. Adapun upaya perlindungan kekonsuleran yang dilakukan oleh Perwakilan RI

terhadap PMI yang terancam hukuman mati di Arab Saudi terdiri dari dua

pendekatan yaitu pendekatan litigasi dan non litigasi. Adapun pendekatan

litigasi tersebut berupa:

a. Pemberian jasa bantuan hukum berupa pengacara dan penerjemah yang

memiliki keberpihakan dan kompeten dalam bidangnya;

Page 77: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

66

b. Bersama pengacara melakukan kunjungan kepada instansi terkait seperti

kepolisian, kejaksaan, dan kantor pemerintah daerah setempat untuk

melakukan penelusuran lebih lanjut terkait kasus-kasus tersebut;

c. Pendampingan dan pemberian konsultasi hukum oleh Perwakilan RI

terhadap pekerja migran selama proses beracara di pengadilan Arab Saudi;

dan

d. Membantu pekerja migran dalam melakukan upaya hukum baik upaya

banding di Mahkamah Tamyiz Arab Saudi maupun Peninjauan Kembali

(PK).

Adapun pendekatan non litigasi dari Pemerintah RI adalah sebagai berikut:

a. perwakilan RI melakukan kunjungan ke ahli waris korban untuk meminta

pemaafan bagi pekerja migran tersebut;

b. pendekatan kepada pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat setempat

khususnya kepada Lajnah ‘Afwu di wilayah di mana pekerja migran

tersebut dihukum;

c. pendekatan secara formal kepada Walikota dan Gubernur setempat guna

mendapatkan kemungkinan bantuan mediasi serta rekomendasi tokoh

terpandang yang dapat membantu proses mediasi dengan ahli waris

korban;

d. memfasilitasi kunjungan keluarga pekerja migran sebanyak ke penjara

umum setempat guna memberikan bantuan moril serta menyampaikan

perkembangan penanganan kasus kepada pihak keluarga sekaligus untuk

bertemu dengan para ulama dan Ketua Lajnah Afwu di wilayah tersebut;

serta

e. perwakilan RI rutin melakukan kunjungan ke penjara di mana yang

bersangkutan ditahan guna memberikan bantuan moril dan mengecek

kesehatan pekerja migran yang bersangkutan.

Upaya perlindungan diplomatik oleh Pemerintah RI untuk membebaskan PMI

yang terjerat hukuman mati dilakukan setelah segala upaya kekonsuleran telah

dilakukan. Adapun perlindungan diplomatik yang dilakukan oleh Pemerintah

Page 78: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

67

RI berupa pengiriman surat atau permohonan langsung dari Presiden kepada

Raja mengenai pembebasan atau peringanan hukuman PMI yang bersangkutan.

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang akan penulis berikan terkait dengan hasil

dari penelitian yang telah dilakukan:

1. Kepada Pemerintah Pusat agar lebih diupayakan lagi dalam membujuk

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk bersama-sama merumuskan MoU

dalam bidang kekonsuleran khususnya kesepakatan Mandatory Consular

Notification (MCN) mengingat banyaknya WNI/PMI yang berada di Arab

Saudi.

2. Kepada WNI dan/atau calon PMI yang akan melakukan perjalanan ke Arab

Saudi agar terlebih dahulu mengetahui sistem hukum dan adat kebiasaan di

Arab Saudi. Untuk mengetahui mengenai sistem hukum/adat kebiasaan

negara tersebut. WNI dapat mengunduh aplikasi Safe Travel dari Kementerian

Luar Negeri RI dan mendaftarkan perjalanan tersebut untuk mendapatkan

pemberitahuan mengenai kondisi keamanan, hukum, persyaratan

keimigrasian, pelayanan di KBRI/KJRI, dll.

Page 79: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

68

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahan.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Dekrit Kerajaan Arab Saudi Nomor M/38 Tentang Ketentuan Hukum Acara

Pidana 28 Rajab 1422 H/16 Oktober 2001.

Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : Sk.06/A/OT/VI/2004/01 tahun 2004

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di Luar

Negeri.

Peraturan Ketenagakerjaan Kerajaan Arab Saudi No. M/51, Tanggal 23 Sya’ban

1426 H; No. M/28, Tanggal 12 Jumadal Ula 1434 H; dan No. M/46,

Tanggal 05 Jumadal Tsani 1436 H.

Permenlu No. 05 Tahun 2018 tentang Perlindungan Warga Negara Indonesia di

Luar Negeri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1982 Tentang Pengesahan

Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta Protokol

Opsionalnya Mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan (Vienna

Convention On Diplomatic Relations And Optional Protocol To The

Vienna Convention On Diplomatic Relations Concerning Acquisition Of

Nationality, 1961) Dan Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan

Konsuler Beserta Protokol Opsionalnya Mengenai Hal Memperoleh

Kewarganegaraan (Vienna Convention On Consular Relations And

Optional Protocol To The Vienna Convention On Consular Relation

Concerning Acquisition Of Nationality, 1963).

Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar

Negeri.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan

Pekerja Migran Indonesia.

Abd Rahman, Mustafa, “Era Baru Arab Saudi Melirik ke Timur”, Harian

Kompas, 1 Maret 2017.

Abu Zahrah, Muhammad, al-‘Alaaqatu al-Dawliyyatu fii al-Islaamiyyati,

Penerjemah Muhammad Zein Hasan, Hubungan-Hubungan Internasional

dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Ali, Badr el-Din, “Islamic Law and Crime: The Case of Saudi Arabia”,

(Universitas Louisville: 1985) International Journal Of Comparative And

Applied Criminal Justice, Vol. 9, No. 2.

Page 80: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

69

Al-Qurtubi, Sumanto dan Aldamer, Shafi, “Saudi-Indonesian Relations: Historical

Dynamic and Contemporary Development”, Asian Perspective, 42 (2018).

Atika Fauziati, “Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesia yang

Terpidana Mati di Luar Negeri dalam Peraturan Perundang-undangan di

Indonesia,” Skripsi S-1 Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya Malang,

2015.

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri

Republik Indonesia, Kajian Upaya Peningkatan Kualitas Perlindungan

dan Pelayanan TKI di Luar Negeri, Jakarta: Kemlu, 2011.

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri dan

Unit Kajian Hukum Perlindungan Fakultas Hukum Universitas Airlangga,

Kajian Upaya Peningkatan Kualitas Perlindungan dan Pelayanan TKI di

Luar Negeri, Jakarta: Kemlu, 2011.

Basheer A. Ismail, Muhammad, Islamict Law and Transnasional Diplomatic Law:

A Quest for Complementarity in Divergent Legal Theories, Basingstoke:

Palgrave Macmillan, 2016.

Bjola, Corneliu dan Kornprobst, Markus, Understanding International

Diplomacy: Theory, Practice and Ethics, Routledge, 2013.

Data Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum

Indonesia (PWNI/BHI) Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Direktorat Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri, Diplomasi Indonesia

2014, Jakarta: Kemlu 2015.

Direktorat Konsuler Kementerian Luar Negeri, Manual Konsuler 2015, Jakarta:

Kemlu, 2015.

Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, Jakarta: Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji Dan Umrah, 2010.

Kementerian Luar Negeri Indonesia,“Diplomasi Indonesia 2010”, Jakarta:

Kemlu, 2010.Prints, Darwan, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

Mauna, Boer, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, Bandung: Penerbit Alumni, 2001, cet. Ketiga.

E. Murray, Heather, “Hope for Reform Springs Eternal: How the Sponsorship

System, Domestic Laws and Traditional Customs Fail to Protect Migrant

Page 81: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

70

Domestik Workers in GCC Countries”, Cornell International Law

Journal, Vol 45 Issue 2 (2012).

Fadhylatur Rizqah Isdah, “Hubungan Bliateral Arab Saudi-Indonesia di Era

Pemerintahan Raja Salman-Joko Widodo,” Skripsi S-1 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2018.

Fatmawati, Diana, “Penandatanganan MoU antara Indonesia dan Arab Saudi

Tahun 2014”, Prosiding Interdisiplinary Postgraduate Student Conference

I, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Husson, Laurence, “Indonesians in Saudi Arabia: Worship and Work”, Studia

Islamika, Vol. 4, No. 4. 1997.

Insani, Fitri, “Upaya Indonesia Membebaskan Tenaga Kerja Indonesia Terpidana

Hukuman Mati di Arab Saudi (2011-2013)”, Jom FISIP, Vol. 2 No. 1,

2015.

Iqbal Dar, Arshid dan Ahmad Sayed, Jamshid, “Diplomacy in Islam”, Asian

Journal of Science and Technology, Vol. 8 No. 09, September, 2017.

Moore JR., Richter H., Courts, “Law, Justice, and Criminal Trials in Saudi

Arabia”, Appalachian State University: 1987, International Journal Of

Comparative And Applied Criminal Justice, Vol. 11, No. 1.

Silvey, Rachel, “Transnational Domestication: State Power and Indonesian

Migrant Women in Saudi Arabia”, Political Geoghraphy, 23 (2004).

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2015.

Susetyorini, Peni, “Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri oleh

Perwakilan Republik Indonesia”, Jurnal MMH Jilid 3 No. 1 Maret, 2010.

Thohari, Fuad, Hadis Ahkam: Kajian Hadis-hadis Hukum Pidana Islam (Hudud,

Qisas, dan Ta’zir), Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Wardoyo, Teguh, “Diplomasi Perlindungan Kerja di Luar Negeri”, Jurnal

Diplomasi, Vol. 2, No. 1 Maret, 2010.

Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1993, Cet. Kedua.

Wawancara

Interview Pribadi dengan Fuad Thohari, Dosen Perbandingan Madzhab dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 16

Juli 2019.

Page 82: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

71

Interview Pribadi dengan Ika Masruroh, Div. Bantuan Hukum Migrant CARE,

Jakarta,15 Agustus 2019.

Interview Pribadi dengan Marisa Febriana Wardani, Kasie Pengembangan

Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral Bidang PWNI/BHI Kawasan III

Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,

Jakarta, 27 Mei 2019.

Interview Pribadi dengan Nurul Irfan, Dosen Hukum Pidana Islam Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 10 Juli 2019.

Website

“Al-Nizhamu al-Asasiy li al-Hukmu”, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi,

https://www.mofa.gov.sa/aboutKingDom/SaudiGovernment/Pages/BasicS

ystemOfGovernance24887.aspx diakses pada 05 Mei 2019.

“Saudi Arabia Profile, BBC News”, 24 September 2015,

https://www.bbc.com/news/world-middle-east-14703476 diakses pada

tanggal 04 Mei 2019.

Binus University, Mengenal dan Memahami Mandatory Consular Notification

(MCN), diakses dari https://business-

law.binus.ac.id/2018/12/31/mengenal-dan-memahamimandatory-consular-

notification-mcn/ pada tanggal 21 Juni 2019.

Britanica.com, Jean Baptiste Colbert, diakses dari https://www.britanica.com

pada tanggal 10 Juli 2018

DetikNews, Jokowi 3 Kali Melobi, Zaini Tetap Dipancung Di Arab Saudi, diakses

dari https://news.detik.com/berita/d-3923868/jokowi-3-kali-melobi-zaini-

tetap-dipancung-di-arab-saudi pada tanggal 19 Juni 2019.

DetikNews, Pengiriman TKI Pengguna Perseorangan Ke Timteng Tetap

Dilarang, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-

4259787/pengiriman-tki-pengguna-perseorangan-ke-timteng-tetap-

dilarang pada tanggal 21 Juni 2019.

Gridhot.id, “Berbagai Upaya Pemerintah Indonesia Ringankan Hukuman Tuti

Tursilawati Sebelum Akhirnya Dieksekusi Mati di Arab Saudi”, diakses

dari https://hot.grid.id/read/18966601/berbagai-upaya-pemerintah-

indonesia-ringankan-hukuman-tuti-tursilawati-sebelum-akhirnya-

dieksekusi-mati-di-arab-saudi?page=all pada tanggal 09 Agusutus 2019.

Kompas.com, “Pemerintah Ungkap Penyebab Tak Adanya Notifikasi Eksekusi

Mati Tuti Tursilawati”, diakses dari

Page 83: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

72

https://nasional.kompas.com/read/2018/11/01/09221951/ pada tanggal 17

November 2018.

Liputan6, Indonesia-Arab Saudi Sepakati Sistem Satu Kanal Penempatan Pekerja

Migran, diakses dari

https://www.liputan6.com/news/read/3667966/indonesia-arab-saudi-

sepakati-sistem-satu-kanal-penempatan-pekerja-migran pada tanggal 21

Juni 2019.

Metrotvnews.com, “Dubes Arab Saudi Kembali Dipanggil Kemlu untuk

Sampaikan Protes”, diakses dari

http://internasional.metrotvnews.com/read/2015/04/16/387215/dubes-arab-

saudi-kembali-dipanggil-kemlu-untuk-sampaikan-protes pada tanggal 12

November 2018.

Pikiran Rakyat, “TKW Asal Majalengka dieksekusi Arab Saudi, Keluarga Baru

Terima Kabar”, diakses dari www.pikiran-rakyat.com/jawa-

barat/2018/10/30/ pada tanggal 12 November 2018.

Tempo.co “TKI Tuti Tursilawati Terima Hukuman Mati Terberat Hadd Ghillah”,

diakses dari https://nasional.tempo.co/read/1141455 pada tanggal 12

November 2018.

Tribun News.com, “Kronologi Kasus TKI Tuti Tursilawati yang dihukum Mati di

Arab Saudi, Tanpa Pemberitahuan ke RI”, diakses dari

https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2018/10/30/ pada tanggal 12

November 2018.

Aplikasi

Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia,

Safe Travel: Arab Saudi, Kementerian Luar Negeri RI, 2018.

Page 84: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

73

Lampiran-lampiran

Transkrip Wawancara Skripsi

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI)

Terpidana Mati di Arab Saudi

Nama : Marisa Febriana Wardani

Jabatan : Kasie Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral Bidang

PWNI/BHI Kawasan III Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar

Negeri Republik Indonesia

Hari/Tanggal : Senin, 27 Mei 2019

Waktu : 10.00-10.45

Tempat : Direktorat PWNI-BHI Kementerian Luar Negeri RI

Pewawancara (P)

Narasumber (N)

N : Sebenarnya apa yang membuat kamu tertarik untuk membahas tentang

Perlindungan Hukuman Mati TKI di Arab Saudi?

P : alasan saya tertarik membahas tentang perlindungan hukuman mati TKI

di Arab Saudi adalah; karena pada Oktober 2018 ketika terjadi hukuman

mati kepada almarhumah Tuti Tursilwati, saya melihat beberapa masalah

yang ditulis oleh media massa dalam penjatuhan hukuman mati tersebut

seperti: eksekusi yang dijatuhkan kepada almarhumah tanpa pemberitahuan

kepada Perwakilan RI, dan sistem hukuman pidana Arab Saudi sendiri yang

terdiri dari 3 kategori yaitu ta’zir, qishas, dan hadd ghillah; di mana

almarhumah sendiri terlibat dalam kasus pembunuhan namun hukuman

yang dijatuhkan kepada beliau adalah hadd ghillah bukan qishash.

N : apa yang kamu pahami dari tiga kategori hukuman pidana tersebut?

Page 85: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

74

P : seperti yang saya pelajari Bu, qishas adalah hukuman yang diberikan

kepada seseorang yang melakukan pembunuhan atau yang melukai sehingga

hukumannya adalah sama seperti apa yang dilakukan entah itu dibunuh

atau dilukai hukumannya sama seperti yang dilakukan; sedangkan ta’zir

adalah hukuman yang diberikan kepada pelaku yang melakukan kejahatan

di mana kejahatan itu tidak ditentukan hukumannya secara jelas

berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah tapi berdasarkan pada kebijaksanaan

hakim sendiri; sedangkan hadd yang saya ketahui adalah hukuman yang

berasal dari Allah yang telah jelas dalam al-Qur’an maupun Sunnah

terdapat 6 kejahatan yang dijatuhi hadd yaitu zina, qadzf, minum khamr,

mencuri, memberontak, merampok.

N : sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan. Tadi kan yang dipahami bahwa

hadd ghillah hanya untuk 6 hal, namun dari penanganan teman-teman di

perwakilan seperti di KJRI Jeddah, KBRI Riyadh dan teman-teman yang

menangani di sini (Indonesia) Sub-Dit 2 Arab Saudi (Direktorat PWNI-BHI;

mereka itu mempelajari bahwa hadd ghillah itu bukan jenis-jenis kejahatan yang

masuk dalam hadd; Tapi hadd ghillah itu konsepnya adalah sesuatu kejahatan

yang dilakukan oleh seseorang di mana dia telah melanggar hak Allah. Kalau

qishas dalam al-Qur’an, yang kita pahami an eye for an eye begitu kan? kalau ada

orang membunuh maka dibunuh, dan kalau mendapatkan kebaikan bisa melalui

diyat, kalaupun dilukai itupun lukanya macam-macam ada yang lukanya hanya di

kulit, ada yang sampai ke tulang, dll; dan hal itu bisa dihalalkan dengan

dibayarnya uang darah (diyat) tadi kan? Kalau ta’zir adalah yang tidak ada dalam

al-Qur’an tetapi kemudian dikasih solusinya berdasarkan ijtihad atau ijtima’

ulama dan hakim-hakim, misalnya kejahatan terorisme itu tidak ada dalam al-

Qur’an, karena bukan konteks perang. Kalau hadd ghillah, yang kita pahami

adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang di mana yang dilanggar bukan

lagi hak sesama orang (dia mencabut nyawa orang) tapi adalah hak Allah, kenapa?

Karena dia mengganggu ketertiban umum, dia membuat onar di masyarakat atau

termasuk pembunuhan yang dilakukan terhadap orang yang harusnya dia lindungi.

Page 86: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

75

Dalam hal ini, Almarhumah Tuti membunuh majikannya, orang yang berada

dalam satu rumah seharusnya saling melindungi, dan dalam hal ini juga ia telah

dianggap melanggar haknya Allah. Dalam hal ketika diputuskan vonisnya tersebut

sebagai hadd ghillah, maka pemaafan keluarga atau diyat itu tidak lagi menjadi

hal yang dapat membebaskan dia dari ancaman hukumannya itu. Almarhumah

Tuti divonisnya dalam kasus hadd ghillah karena dia membunuh orang yang

seharusnya dilindungi. maksudnya apa harus dilindungi? Pertama dalam satu

rumah sama-sama; kedua, anak-anak di bawah umur atau sudah sepuh, kan

majikannya sudah sepuh waktu itu. Maka dari itu, kita berupaya apapun untuk

minta maaf kepada Raja melalui surat dari Presiden itu tidak bisa, kenapa? Karena

itu statusnya sudah hadd ghillah. Tanazul atau saling memohonkan pemaafan juga

tidak bisa dilakukan, mediasi kalau dalam istilah kita. Jadi, dari situ baru kita

paham tidak semua hukuman mati penanganannya akan sama. Itu konsep pertama

yang ingin saya jelaskan.

Kedua, konsepnya seperti ini. Dalam hubungan diplomatik antar negara itu kan

konsepnya ada yang bilateral, regional, dan multilateral; nah dalam hal ini kita

berbicara mengenai hubungan bilateral kita dengan Arab Saudi. Mungkin sudah

diketahui ada Konvensi Wina yang secara multilateral disepakati bahwa hubungan

setiap negara berdasarkan Konvensi Wina baik itu 1961 dan 1963. Ada salah satu

istilah yaitu Mandatory Consular Notification (MCN) ini terkait dengan

pertanyaan tadi “kan katanya tidak dikabarkan ke kita” kalau masalah tidak

dikabarkan tidak juga, kita dikabarkan bukan sebelum tapi sesudah eksekusi dan

ketika dilakukan penangkapan ada informasi yang diberikan kepada perwakilan

kita di sana.

Yang perlu dipahami di sini adalah MCN walaupun terdapat dalam Konvensi

Wina, tetap saja tidak semua negara bisa serta merta memaksa negara lain untuk

mengikuti Konvensi ini, karena kesepakatan MCN itu disepakatinya secara

bilateral, Indonesia dan Arab Saudi sampai saat ini tidak memiliki kesepakatan

mengenai MCN, jadi mereka tidak wajib untuk memberitahu kita. Karena dalam

hal ini ada istilah kaidah berhubungan, contoh kalau kita sudah dekat banget

Page 87: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

76

kemudian kita mengajak mereka “ayo dong kita bahas MCN ini” karena kita

punya kepentingan yang banyak dengan WNI yang banyak di Arab Saudi. Tapi

kita tetap tidak bisa memaksa dia, karena hubungan bilateral itu adalah hubungan

yang didasarkan pada hubungan saling menghormati, menghargai dan tidak

memaksakan, jadi kalau Indonesia getol minta “ayo bikin kesepakatan MCN”,

kalau Arab Saudi tidak mau maka kita tidak bisa paksa, dan karena tidak adanya

MCN ini alhasil kita tidak bisa menuntut Arab Saudi. Ibarat kamu Arab Saudi

saya Indonesia saya bilang “ayo dong bikin MCN ini, kalau ada MCN kita wajib

saling mengabarkan ini kalau misal ada warga kamu atau warga saya yang

terlibat masalah hukum,” namun selama MCN ini tidak ditandatangani secara

bilateral maka tidak ada kewajiban pemberitahuan antara kedua negara apabila

terdapat warganya yang terlibat masalah hukum, masing-masing Perwakilan

hanya berhak mengunjungi, dan melakukan fungsi kekonsuleran. Jadi kita tidak

bisa mengatakan “Arab Saudi telah mencederai hubungan, dll”, karena memang

kewajibannya tidak ada, maksudnya kewajiban di sini bukan dasar hukum tapi

hanya kesepakatan bilateral, kalaupun dilanggar hanya merusak hubungan

bilateral dan tidak dapat dikenai hukuman, karena hubungan kepentingan antara

kedua negara tinggi sekali. Maka, apabila MCN belum ada kesepakatannya maka

kita tidak dapat mengatakan bahwa “Arab Saudi ini kok gak ngasih tahu?”, itu hak

dari Arab Saudi mau memberikan pemberitahuan atau tidak, dan kenyataannya dia

memberikan pemberitahuan namun bukan sebelum eksekusi tapi sesudah

eksekusi. Dan eksekusi tanpa pemberitahuan juga bukan terjadi pada WNI/ warga

non-Saudi tapi terhadap warganya sendiri pun pemberitahuan itu diumumkan

setelah bukan sebelum. Jadi bukan karena masalah kewarganegaraannya tetapi

karena hukum acara yang berlaku di tempat tersebut.

P: Dalam kurun waktu 2014-2018 kasus siapa yang oleh PWNI-BHI dirasa

berat penanganannya?

N: Kita tidak tahu ukuran berat atau tidaknya suatu penanganan, karena intinya

semua penanganan berbeda-beda. Sebagaimana yang sudah disebutkan tadi ada

qishas, ta’zir, dan hadd ghillah tentu dari situ yang paling sulit adalah hadd gillah.

Page 88: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

77

Jangan dibayangkan pengadilan di Arab Saudi sama dengan pengadilan di

Indonesia, di mana ada hakim, jaksa, dan pengacara. Tahu kan pengadilan dalam

Islam itu seperti apa? Ada hakim? Ada; apakah ada istilah pengacara? Tidak ada.

Konsep pengacara itu baru muncul di Arab Saudi sekitar 2011 ke atas, 2014

mereka baru mempunyai semacam Bar Association (asosiasi pengacara). Jadi,

penanganan kasus hukuman mati menjadi sangat unik di Arab Saudi karena hanya

orang-orang yang mengerti syariahlah yang bisa tahu, karena pengadilan di sana

tidak seperti di Indonesia yang setahun dua tahun selesai, Almh. Tuti sendiri

kasusnya lama sekali, bahkan ada yang dari 2009, 2003 dan 2002. Kenapa bisa

terjadi? Karena pengadilan sangat memperhatikan dan tidak ingin mengambil

keputusan yang salah. Misalnya qishas, pengadilan akan menunggu hingga semua

ahli waris dari korban menyatakan pendapatnya, karena qishas selalu terbuka

peluang untuk tanazul (pemaafan) yang mana hanya bisa dinyatakan oleh orang

yang sudah baligh, apabila ada beberapa orang yang sudah menyatakan untuk

pemaafan namun di antara mereka terdapat anak kecil di antara ahli waris

tersebut, pengadilan akan menunggu sampai anak tersebut baligh, kalau misalnya

anak tersebut tidak memaafkan maka lanjut lagi proses hukumnya. Jadi kalau

ditanya sulit yang mana? It depends, karena semuanya unik penyelesaiannya, dan

banyak juga sebenarnya kasus-kasus yang di mana kita betul-betul all out ke

keluarganya dan juga pendekatan ke sana sini kita coba, sampai kita juga

melakukan pengiriman surat dari Presiden kepada Raja.

P : Ketika PWNI-BHI/Perwakilan mendengar bahwa terdapat WNI/TKI

yang terlibat kasus hukum di Arab Saudi, secara umum apa langkah PWNI-

BHI/Perwakilan dalam melindungi WNI yang terlibat kasus hukum di

negara tersebut?

N : ya kita sudah punya prosedur tetapnya, secara umum langkah-langkah yang

dilakukan pertama kali adalah melakukan akses kekonsuleran. Maksudnya apa sih

akses kekonsuleran itu? Ya kita datangi. Konsepnya perlindungan oleh Negara itu

begini: “dalam perlindungan WNI di luar negeri, Negara tidak berwenang untuk

mengambil alih tanggung jawab pidana atau perdata”, itu konsep utama dalam

Page 89: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

78

perlindungan WNI di luar negeri. Jadi, kalau ada orang kemudian terlibat masalah

hukum, yang kita pastikan itu bukan agar dia bebas, kalau memang dia terbukti

bersalah maka kita harus menghormati hukum setempat, karena kita tidak

bertujuan untuk mengintervensi hukum setempat, yang kita lakukan adalah

memastikan bahwa dalam proses hukumnya dia mendapatkan keadilan di mata

hukum.

Oleh karena itu orang yang ditempatkan di Arab Saudi kebanyakan harus

mengetahui hukum syariat, karena ketika mendampingi sidang mereka harus tahu

alur dari persidangan tersebut. Arab Saudi itu kan mempunyai lembaga yang

bernama Lajnah ‘Afwu yaitu suatu lembaga pengampunan, di mana ketika ada

orang yang dikenakan diyat namun tidak mampu untuk membayar maka orang

tersebut harus menyatakan bahwa dirinya bangkrut di depan pengadilan, sehingga

ketika pengadilan menyatakan bahwa yang bersangkutan bangkrut, maka

selanjutnya beban diyat tersebut diserahkan kepada muhsinin (filantropis). Jadi,

ada diyat-diyat yang mungkin bisa dibantu pembayarannya oleh muhsinin yang

dibantu dengan Lajnah ‘Afwu tadi. Lajnah Afwu juga yang melakukan tanazul

(mediasi). Jadi sebagaimana yang disebutkan tadi, tingkatan-tingkatan pengadilan

di sana itu tidak seperti pengadilan di sini, selesai di pengadilan, mereka ada

mediasi, dan Lajnah ‘Afwu, juga apabila ada yang keluarganya mau memaafkan

tapi dengan syarat bayar diyat. Dan diyat juga ada macam-macamnya, ada diyat

syar’i dan diyat yang diminta oleh keluarga, diyat syar’i tentu berdasarkan syariat,

seorang laki-laki Muslim yang menjadi korban itu dihargai seratus unta, dan ada

Dekrit Raja yang menyatakan harga dari 100 unta saat ini, dan bagi laki-laki Non

Muslim 25% dari 100 ekor unta tersebut, kalau perempuan 50 ekor unta dari 100

unta tersebut. Jadi, unta-unta tersebut sudah ada harganya yang ditetapkan

berdasarkan syariat, tapi keluarga boleh/sangat boleh untuk menyatakan, “ini

kepala keluarga saya, ini kalau hidup bisa menghasilkan uang....” istilahnya

kompensasi. Makanya diyat itu ada diyat syar’i yang berdasarkan al-Qur’an dan

ada juga yang berdasarkan keluarga, katakanlah diyat syar’i 400 ribu real, namun

yang selama ini kita dengar berapa juta real, hal tersebut terjadi karena keluarga

Page 90: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

79

korban meminta seperti itu. Jadi itu hak keluarga untuk meminta lebih daripada

diyat yang ditetapkan oleh syariat. Namun dalam kasusnya Alm. Tuti tersebut dia

tidak bisa dikenakan diyat karena kasusnya adalah hadd ghillah.

P : Arab Saudi terdiri dari 13 Provinsi, provinsi mana yang paling sering

menjatuhkan hukuman mati terhadap WNI?

N : Wah! Kalau ini harus ditanyakan ke KJRI/KBRI ya, mungkin kalau bisa saya

usulkan pertanyaannya bukan provinsi mana yang sering menjatuhkan hukuman

mati, pernyataan seperti ini berarti tendensinya ke provinsi tersebut.

Kenyataannya, yang harus kita lihat adalah seberapa banyak sih WNI kita di

daerah-daerah tersebut. Kalau dilihat banyak WNI di Thaif yang dihukum mati,

kenapa? Karena konsentrasi WNI kita di sana banyak. Contohnya, di Indonesia

Muslimnya 90% dari 250 juta jiwa, terus dengan dasar itu kita memahami, oh!

Kalau ada pelaku kejahatan Muslim ya itu wajar, kenapa? Karena Muslimnya ada

90% di sini, kalau Muslimnya 90% di sini tapi dari semua penjahat itu

kebanyakan Kristen, itu yang harus dijadikan pertanyaan, itu berarti anomali. Jadi

ini pertanyaannya juga bukan provinsinya yang melakukan hukuman mati,

logikanya adalah karena di situ banyak WNI, jadi potensi WNI mendapat masalah

atau terancam hukuman mati menjadi lebih tinggi. Jadi kalau dibandingi antara

Riyadh dan Jeddah manakah yang lebih banyak hukuman mati terhadap WNI? Ya

lebih banyak Jeddah, karena WNI lebih banyak di Jeddah. Jadi, bukan masalah

pengadilan di sini atau pengadilan di situ yang aktif melakukan hukuman mati.

P : Dalam memberikan bantuan hukum Perwakilan RI sering kali menyewa

jasa pengacara dari Negara Arab Saudi, apa kriterianya? Siapa atau kantor

pengacara di Arab Saudi yang sering disewa oleh Perwakilan RI di Arab

Saudi?

N : Seperti yang saya bilang tadi, pengacara di Arab Saudi itu baru ada

sekitar 2011, Bar Association baru ada di tahun 2014, kriterianya tentu adalah

mereka yang kita pandang ahli, Dalam artian dia memang mempunyai reputasi

yang baik; juga memiliki keberpihakan kepada kita, sebenarnya ada pengacara

Page 91: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

80

yang pro bono (gratis/disediakan pemerintah setempat), tapi kita akan melihat

keberpihakan dia. Karena penanganan WNI yang terancam hukuman mati di Arab

Saudi itu bukan cuma di persidangan, kita juga kadang mendatangi keluarganya

mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menguatkan posisi WNI tersebut di

pengadilan, saat ini pengacara kita untuk di wilayah akreditasi KJRI Jeddah itu

adalah Mazein al-Khurdi.

P : Terhadap perlindungan TKI yang terkena hukuman mati, dikenal

perlindungan kekonsuleran dan perlindungan diplomatis, kapan

diberlakukan dua bentuk perlindungan tersebut?

N : perlindungan kekonsuleran sebagaimana yang sudah saya sebutkan di atas itu

ada di Wina Convention. Perlindungan diplomatis adalah upaya-upaya lebih yang

dilakukan perwakilan dan pemerintah dalam hal ini mengirim surat ke gubernur

atau raja. Sedangkan perlindungan kekonsuleran hanyalah bagaimana ia

mendapatkan akses terhadap keadilan. Kedua bentuk perlindungan telah

disebutkan dalam Permenlu No. 18 Tahun 2017 sebagai dasar kedua bentuk

perlindungan ini. Meskipun peraturannya baru ada di tahun 2017, tapi kita sudah

melaksanakannya sejak lama.

P : Ketika dibutuhkannya perlindungan kekonsuleran siapa yang berwenang

dalam perlindungan kekonsuleran? dan ketika dibutuhkannya perlindungan

diplomatis siapa yang lebih berwenang dalam melakukan perlindungan

diplomatis terhadap para TKI terpidana mati?

N : yang melakukan tentunya adalah semua pejabat kita di perwakilan, di KJRI

dan KBRI dan bersifat koordinatif. Jadi begini, kita harus melihat bahwa apabila

yang melakukan adalah seorang WNI maka ini adalah urusan antara warga negara

dengan warga negara. Ini yang harus dipahami, kalau kita masuk terlalu jauh

kemudian kita masuk atas nama negara, yang di sana (Warga Arab Saudi) pakai

nama negara tidak? Tidak, mereka tidak mengatasnamakan negara, ketinggian

maksudnya, seperti kita main catur kalau kita menggunakan pion ya pion saja, ada

waktunya kita menggunakan raja. Jadi, tidak semuanya itu secara serta merta

Page 92: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

81

langsung dibikin Surat Presiden, sekali lagi tidak. Itu yang dinamakan

perlindungan kekonsuleran dan diplomatis, jadi ada jenjangnya. Jadi, tidak semua

urusan harus diselesaikan oleh yang tertinggi. Dampak buruk kalau kita

melakukan ini (Pengiriman Surat Presiden) terus menerus, maka pengacara-

pengacara keluarga korban di Arab Saudi akan berpikiran untuk menaikkan beban

diyat karena mereka (WNI) yang secara langsung dilindungi oleh pemerintahnya,

maka terjadilah yang namanya makelar diyat, jadi dia (pengacara korban) merasa

bahwa, “oh! Ini mereka orang Indonesia, dan pemerintahnya akan melakukan

apapun untuk menyelamatkan dia”, akhirnya mungkin saja ada orang-orang yang

akan memanfaatkan kondisi ini dan akhirnya meminta diyat yang sampai puluhan

juta real. Dalam hal lain bukan saja di Arab Saudi, tapi di negara-negara lain

seperti di Malaysia, Singapura dan China, ketika warga negara kita kemudian

dibodohi untuk menjadi drug trafficker, ada kemungkinan sindikat perdagangan

narkoba di luarnegeri memahami bahwa Pemerintah Indonesia akan melakukan

segala upaya untuk membebaskan warga negaranya dari ancaman hukuman mati,

akhirnya banyak yang merekrut warga negara Indonesia, mereka akan lepas

tangan abis itu kalau misalnya ada yang tertangkap dan terancam hukuman mati.

Jadi, di situlah bedanya.

P : Seperti yang sudah disebutkan tadi, pengadilan di Arab Saudi dikenal

tidak akan memberikan pemberitahuan sebelum eksekusi hukuman tapi

sesudah, Bagaimana Perwakilan mengetahui apabila ada WNI/TKI yang

terlibat kasus hukum atau akan dieksekusi?

N : Perwakilan akan melakukan pengecekan secara aktif, kita juga sering

melakukan kunjungan ke penjara atau terkadang melalui media massa. Secara

prosedur, Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui perwakilan-perwakilannya

tidak serta merta langsung melakukan kunjungan ke kantor polisi di Arab Saudi,

karena kita adalah perwakilan negara asing maka hubungan kita adalah dengan

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. Kalau perwakilan berhubungan langsung

dengan Kepolisian Arab Saudi atau Imigrasi Arab Saudi maka perwakilan telah

melanggar etika hubungan diplomatik. Begitu juga halnya apabila hal tersebut

Page 93: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

82

terjadi di Indonesia, perwakilan negara asing tidak serta merta dapat berhubungan

langsung tanpa melalui nota diplomatik kepada Kementerian Luar Negeri.

P : Dalam buku yang ditulis oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Kemlu yang berjudul, “Kajian Upaya Peningkatan Kualitas

Perlindungan dan Pelayanan TKI di Luar Negeri,” tahun 2011, disebutkan

bahwa yang menjadi faktor penghambat perlindungan WNI oleh Perwakilan

RI di luar negeri adalah tidak adanya Perjanjian Bilateral antara kedua

negara, dan sebagaimana diketahui Indonesia dan Arab Saudi pada 2014

telah menandatangani MoU tentang Perlindungan dan Penempatan TKI.

Setelah ditandatanganinya MoU ini kenapa masih terjadi kasus hukuman

mati yang menimpa WNI/TKI?

N : sudah dijawab tadi, bahwa belum ada perjanjian bilateral antar kedua negara.

MoU yang ditandatangani 2014 ini adalah untuk penempatan TKI, di dalamnya

berisi perekrutan dan penempatannya. Hukuman mati itu di luar ketenagakerjaan,

hukuman mati adalah dampak dari adanya warga negara asing di suatu tempat,

contoh: Arab Saudi tidak mempunyai warga negara yang bekerja di Indonesia tapi

mungkin saja warga negara Arab Saudi ada yang melakukan pembunuhan di sini.

Keduanya adalah sesuatu yang berbeda, jadi tidak bisa dikatakan bahwa dengan

adanya MoU terus masih ada kasus hukuman mati. Yang satu adalah MoU

tentang bagaimana merekrut dan menyalurkan serta perlindungannya, maksud

dari perlindungan apa? Karena isunya adalah ketenagakerjaan maka yang

dimaksud adalah kontraknya sesuai, kalau tidak dibayar gaji mekanismenya

bagaimana, kalau eksploitasi ketenagakerjaan seperti apa, itu yang dibahas di

MoU; tapi kalau ada masalah hukuman mati itu hal lain, jadi yang harus dibahas

dalam MoU tentang hukuman mati sebenarnya adalah MCN, dan maksud dari

“yang menjadi faktor penghambat perlindungan karena tidak adanya perjanjian

bilateral antar kedua negara”, maksudnya di sini adalah MCN atau MoU di bidang

konsuler.

Page 94: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

83

P : UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di

Luar Negeri, menurut bapak/ibu apa yang menjadi kekurangan dalam hal

perlindungan yang dirumuskan dalam UU ini?

N : UU ini sudah tidak berlaku lagi ya, UU tersebut sudah diganti dengan UU No.

18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.

P : Sebagaimana diketahui juga sedang dibahas di DPR-RI RUU Perubahan

UU No. 39 Tahun 2004, apakah PWNI-BHI ikut merumuskan RUU

tersebut? Kalau ada yang diperbaharui, apa yang menjadi fokus dari PWNI-

BHI dalam RUU ini khususnya dalam hal Perlindungan TKI?

N : lanjutan dari jawaban sebelumnya, yang diperbaharui adalah lebih condong ke

tata kelola perlindungan, tata kelola di dalam negeri maksudnya siapa yang

berwenang melakukan apa. Maksudnya, dalam hal ini pembagian tugas dan

kewajiban. Misalnya, Kewajibannya dan Kewenangan Kemnaker, BNPPTKI, dan

Kemlu. Kalau UU No. 39 Tahun 2004 lebih condong ke perekrutan serta tata

kerjanya, kalau UU No. 18 Tahun 2017 lebih kepada upaya perlindungannya,

selain itu sanksi yang diberikan dalam UU No. 18 Tahun 2017 itu lebih berat.

Page 95: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

84

Nama : Ika Masruroh

Jabatan : Divisi Bantuan Hukum Migrant CARE

Hari/Tanggal : Kamis, 15 Agustus 2019

Waktu : 10.00-10.45

Tempat : Kantor Migrant CARE

Pewawancara (P)

Narasumber (N)

P: Bagaimana tanggapan Migrant CARE sendiri tentang perlindungan

Pemerintah terhadap Pekerja Migran Indonesia terpidana mati di Arab

Saudi?

N: di sini saya melihat beberapa kasus seperti kasus Zaini Misrin; Tuti

Tursilawati; terus seperti yang di Malaysia, Siti Aisyah yang dituduh membunuh

adik dari Kim Jong Un yaitu Kim Jong Nam yang kemudian sudah lolos dari

hukuman mati. Upaya Pemerintah di sini besar juga untuk melakukan

pembebasan-pembebasan terhadap PMI kita yang tersangkut masalah hukum di

luar negeri, kasus Zaini Misrin dan Tuti Tursilawati itu kan sudah sampai ke tahap

seperti Peninjauan Kembali, bahkan masih diusahakan di detik-detik terakhir dia

akan dieksekusi. Di Arab Saudi sendiri itu kan ada tiga jenis hukuman mati dan

pada kasus Tuti Tursilawati dia sudah divonis dengan hukuman kategori hadd,

yang sebenarnya dia tidak bisa dimaafkan entah membayar diyat atau dari

pengampunan Raja itu sudah tidak dapat dilakukan untuk membebaskan; tapi

upaya dari Pemerintah Indonesia sendiri masih tetap dilakukan meskipun

Pemerintah sendiri tahu keputusan ini sebenarnya sudah final, bagaimanapun

upayanya hukuman akan tetap dilaksanakan, namun begitu Pemerintah Indonesia

tidak tinggal diam. Berapa kali mereka (Pemerintah) rutin mengunjungi penjara

terus memfasilitasi keluarga yang di Indonesia untuk berkunjung ke Arab Saudi

itu kurang lebih 3 atau 4 kali dilakukan.

Page 96: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

85

P: Tuti sendiri dari perekrutan apakah sudah sesuai prosedur perekrutan

yang ditentukan Negara?

N: Iya, dia berangkat ke sana itu sudah sesuai prosedur, cuma di sana (Arab

Saudi) ada namanya sistem kafalah yang umpamanya dia dianggap sebagai

budak, jadi kalau dia sudah masuk di rumah majikan, maka tergantung

majikannya dia di akan diperlakukan seperti apa oleh majikannya itu dan orang

luar rumah tidak bisa masuk untuk intervensi dan sebagainya ke dalam situ.

Makanya sampai sekarang Pemerintah Indonesia masih moratorium pengiriman

ke Timur Tengah.

P: kemarin saya sempat mewawancarai pihak PWNI-BHI terkait eksekusi

mati tanpa pemberitahuan yang mana faktanya Arab Saudi tidak mengenal

pemberitahuan sebelum eksekusi baik kepada Warga non-Saudi maupun

Warga Saudi sendiri, selain itu antara Indonesia dan Arab Saudi belum ada

perjanjian notifikasi antara kedua negara dikarenakan tidak ada keinginan

sendiri dari Arab Saudi untuk membentuk perjanjian tersebut. Menurut

Migrant CARE sendiri apa yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah

dalam menyikapi hal tersebut?

N: Jadi, beberapa kali memang WNI yang dieksekusi di Arab Saudi itu tidak ada

notifikasi itu dan sebelum Tuti itu juga seperti itu, yang nanti pada akhirnya

Pemerintah akan bilang kecolongan, dsb. Karena memang tidak ada surat

pemberitahuan ke KJRI, Kemlu, maupun ke keluarganya, jadi mereka biasanya

menginformasikan itu setelah terjadinya eksekusi ke Perwakilan yang di sana.

Harapan kami Pemerintah harus aktif entah itu Presiden atau Perwakilan

Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Arab Saudi selalu menyuarakan itu

untuk perlindungan kepada pekerja migran kita di sana, jadi memang besar juga

tantangan yang harus dihadapi. Bukan hanya dengan Indonesia, Arab Saudi juga

tidak memiliki perjanjian dengan negara-negara lain tentang kewajiban notifikasi

tersebut jika Arab Saudi mengeksekusi warga negara lain. Jadi memang tantangan

tersendiri, itu baru hukuman mati. Contoh lain adalah, teman-teman PMI yang ada

di rumah majikan yang kemudian disiksa, dsb; awalnya PMI tersebut masih bisa

Page 97: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

86

komunikasi dan telepon ke KJRI melapor bahwa saya dipukuli dan sebagainya, itu

kan real ya maksudnya langsung dari PMI yang melapor; nah kalau misalnya ada

tim KJRI yang datang ke situ berkunjung ke rumah majikannya dan kemudian si

majikan tidak bersedia membuka pintu ya maka Perwakilan tidak bisa memaksa

meskipun kita mengajak pihak kepolisian di sana terus kemari sempat kita

(Migrant CARE) diskusi dengan Kemenaker juga kita tanya, “kenapa bisa seperti

itu?” mereka menjawab, “itu sudah aturan di sana, dan pihak KJRI/KBRI di sana

tidak bisa memanggil pihak majikan yang bermasalah di sana kecuali Perwakilan

kita yang di sana berkoordinasi dengan Kementerian Ketenagakerjaan Arab

Saudi”. Jadi, kalau misalnya ada pengaduan terkait majikan A, ke Perwakilan di

Jeddah/Riyadh maka Perwakilan tidak bisa memanggil langsung si majikan ini

tapi dia harus berkoordinasi dengan pihak Kemenaker Arab Saudi baru kemudian

pihak Kementerian di sana memanggil yang bersangkutan ini. Jadi, memang

prosesnya lama, itu baru kasus ketenagakerjaan seperti itu ya apalagi kasus

hukuman mati.

P: Bagaimana pendapat Migrant CARE sendiri terhadap Sistem

Penempatan Satu Kanal (One Channel System) yang telah disetujui antara

Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi?

N: One Channel sendiri itu belum berjalan ya, masih tahap pendaftaran PPTKIS

(Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta) atau sekarang P3MI

(Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia). One Channel System itu

kayak di sini adalah perusahaan-perusahaan penempatan yang khusus mengirim

ke Timur Tengah itu dijadikan satu terus nantinya bekerja sama dengan Agency

yang ada di Arab Saudi itu. Alasan diadakannya One Channel ini adalah karena

ada perbaikan perlindungan PMI di Arab Saudi, tapi perbaikannya itu seperti apa

kalau kita lihat di Kepmenaker No. 291/2018 tidak ada penjelasannya perbaikan

di Arab Saudi itu seperti apa? Misalnya sistem kafalah dihapuskan itu tidak ada

disebutkan di situ cuma disebutkan sistem penempatan sudah lebih baik.

Page 98: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

87

P: Tapi sistem tersebut menghapuskan Kepmenaker No. 260/2015 tentang

Kebijakan Moratorium Penempatan TKI di 21 Negara di Timur Tengah

atau tidak bu?

N: Tidak, soalnya perjanjian ini hanya untuk di Arab Saudi saja dan masih

percobaan, tapi kami mengkritik sistem ini soalnya kalau misalnya sistem ini

dijalankan harusnya yang moratorium itu dibatalkan atau dicabut, karena ini kan

saling bertentangan peraturan yang satu masih memberikan moratorium yang

satunya lagi masih memberikan peluang begitu. Jadi, kalau misalnya peraturan

tentang One Channel System ini dijalankan seharusnya yang Kepmenaker Tahun

2015 tersebut dihapuskan karena saling bertentangan. Selain itu, masih swasta

yang menempatkan harapan kita (Migrant Care) harusnya G to G (Government to

Government) kalau lewat swasta ya masih sama kaya yang dulu dong! Sekarang

saja meskipun moratorium tersebut belum dicabut PPTKIS yang nakal-nakal

masih mengirimkan ke Timur Tengah, dan itu mereka mengirimnya lewat jalur-

jalur non prosedural seperti menggunakan visa turis, visa kunjungan, dan visa

umrah.

P: Kalau misalnya begini bu, PMI tidak menggunakan visa kerja kemudian

diketahui oleh Pemerintah Setempat, oleh Pemerintah Setempat tidak bisa

dihukum ya bu?

N: Sejauh ini tidak ada ya kasus seperti itu. Jadi, memang banyak teman-teman

PMI yang di sana itu undocument, awalnya dia berangkat prosedural ada visa,

paspor, PK, pokonya persyaratan kerja itu lengkaplah. Tapi, setelah sampai di

sana masuk ke rumah majikan dokumen-dokumennya diminta, komunikasinya

dibatasi, gaji juga ditahan, dan seharusnya kontrak kerja itu selesai dalam setahun

tapi kemudian diminta perpanjang, perpanjangan di sini kebanyakan PMI tersebut

tidak mengetahui maksudnya apakah dokumen-dokumennya juga diurus misalnya

visa kerjanya begitu harusnya diurus perpanjangannya setahun sekali atau apakah

si majikan yang akan mengurusnya, kan kita juga tidak tahu. Nah itu yang

biasanya bisa mengakibatkan PMI itu statusnya overstay. Biasanya kalau

ketahuan seperti itu pihak imigrasi yang akan bertindak, PMI tersebut akan

Page 99: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

88

diproses sesuai aturan imigrasi Arab Saudi di sana. Kalau misalnya ada PMI yang

ketahuan overstay mereka pasti akan dihukum, kemudian apabila telah selesai

hukuman maka mereka akan dideportasi kembali ke Indonesia. Tapi harus

menjalankan hukuman tersebut dulu di sana, itu yang ketahuan tapi kalau yang

gak ketahuan ya tidak bisa keluar dan tetap akan ditahan di rumah majikannya.

Para PMI ilegal ini kebanyakan mereka mengakalinya seperti turis begitu yang

ingin jalan-jalan ke luar negeri yang cuma pakai ransel dan itu oleh oknum agen-

agen di dalam negeri di ajarkan seperti itu. Juga mereka kadang ada koneksi

dengan oknum imigrasi yang ada di bandara sini, misalnya oleh agennya dibilang

“nanti kamu lewat sini ya! lewat lorong yang......!” terus kalau kita mau check in

biasanya diperlihatkan paspornya, tiketnya, dsb. waktu check in biasanya kalau

kita kan tinggal masuk sendiri, kalau teman-teman ini (PMI ilegal) tidak,

paspornya dikumpulkan dulu di satu agen nanti dia yang akan memberikan ke

oknum yang akan mengecek itu jadi sudah ada kongkalikong. Kita pada tahun

2015-2016 ada riset sih di bandara, jadi setelah adanya Kebijakan Moratorium

tersebut masih ada atau tidak pengiriman-pengiriman PMI ke Timur Tengah, dan

ternyata hasil riset tersebut membuktikan masih ada, baik yang baru dikirim

maupun yang baru pulang cuti kemudian berangkat lagi. Dan orang yang masih

ada kontrak kerja dengan majikannya meskipun sudah ada kebijakan moratorium

tetap masih harus bekerja.

P: Migrant Care sering memberikan pandangan bahwa untuk mencegah

eksekusi mati terhadap WNI atau Pekerja Migran di luar negeri harus

dimulai dari iktikad baik Pemerintah Indonesia untuk menghapus hukuman

mati di Indonesia, seberapa efektifkah langkah perlindungan sistem

hukuman mati di Arab Saudi sendiri yang memang berdasarkan syariat dan

keputusan pengadilan di Arab Saudi yang memang tidak bisa diganggu

gugat bahkan oleh Raja?

N: Itu kan bisa menjadi semacam tawar menawar begitu, “di Negara saya saja

tidak menerapkan hukuman mati, warga negara saya yang di sana tolong jangan

dihukum mati?”. Tapi kalau kita sendiri masih menerapkan, dan kemudian warga

Page 100: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

89

kita di luar negeri masih banyak yang dihukum mati dan kita sendiri menentang

hukuman mati yang ditetapkan tidak relevan juga, dilema, dan semacam ada

tekanan moral. Seberapa efektifnya usulan ini di Arab Saudi sedangkan negara

tersebut menerapkan hukum syariat? Itu sesuai pengalaman teman-teman di

Kemlu, karena mereka yang aktif melakukan perlindungan, lebih banyak ke

pendekatan kekeluargaan. Jadi, kalau hukuman mati kan lebih banyak yang

menentukan ahli warisnya contohnya diyat, atau dimaafkan atau tidaknya itu kan

tergantung ahli warisnya yang menentukan ia dikenakan hukuman mati atau tidak.

Contoh pendekatan kekeluargaan itu seperti silaturahmi, atau mungkin apabila ada

ahli waris korban yang sakit biasanya pihak KBRI/KJRI di Arab Saudi sigap

datang membawa obat-obatan, panggil ambulans, nanti dibawa ke rumah sakit,

atau kadang juga ahli waris korban ada yang diajak main ke kedutaan atau rumah

salah satu staf perwakilan di sana untuk makan bersama itu kan juga nantinya

akan membuka pintu pemaafan dari ahli waris ini kan, tapi itu kan prosesnya juga

lama sih tidak sebentar, tapi paling tidak ada upaya untuk menyelamatkan WNI

yang bersangkutan. Terus ada juga keluarga yang tidak bisa dilakukan pendekatan

untuk pemaafan maka Perwakilan biasanya melakukan pendekatan dengan

Gubernur/Walikota setempat atau pendekatan ke ulama-ulama atau tokoh

masyarakat di situ. Jadi, tidak harus upaya hukum seperti pengadilan atau

diplomatik.

P: Sebagaimana yang diketahui pada tahun 2017 lalu telah direvisi UU

Perlindungan Pekerja Migran, menurut Migrant Care sendiri apakah UU

tersebut telah sepenuhnya memberikan jaminan perlindungan terhadap

para Pekerja Migran khususnya selama mereka bekerja di negara

penempatan?

N: ya, Undang-Undang ini sebenarnya sudah lebih bagus dari Undang-Undang

No. 39 Tahun 2004 sebelumnya, namun dalam praktiknya kita juga belum tahu

karena aturan turunannya juga belum ada padahal sudah sampai 2 tahun tapi

Peraturan Pemerintahnya ini belum ada, katanya sih Oktober 2019 ini akan keluar

tapi kita juga belum tahu. Jadi kurangnya ya itu belum adanya aturan turunan,

Page 101: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

90

dalam kurun waktu 2 tahun ya termasuk lama untuk mengesahkan aturan

turunannya itu, dan baru 2 yang sudah disahkan itu pun cuma terkait PPTKIS

bukan spesifik ke perlindungan PMI malah yang mengatur terkait syarat-syarat

sebuah perusahaan pengiriman PMI. Terkait dengan hal perlindungan pun yang

seharusnya peran swasta dikurangi namun dalam praktiknya sepertinya masih

swasta yang berjalan, kemudian penyediaan BLK (Balai Latihan Kerja), kalau

BLK itu kan dalam Undang-Undang Daerah yang akan menyiapkan hal tersebut,

namun semakin kesini BLK tersebut yang menyiapkan malah swasta jadi

Pemerintah juga seakan menyarankan tidak hanya BLK milik Pemerintah saja tapi

swasta juga, hal ini juga nantinya yang dalam proses penempatan akan menjadi

masalah juga karena P3MI/PPTKIS tadi akan lebih mengutamakan teman-teman

PMI yang berasal dari BLK milik mereka untuk berangkat daripada teman-teman

PMI yang berasal dari BLK milik pemerintah.

Page 102: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

91

Nama : Dr. Fuad Thohari, M.Ag.

Jabatan : Dosen Perbandingan Madzhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hari/Tanggal : Selasa, 16 Juli 2019

Waktu : 09.00-10.00

Tempat : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

P : Pada Oktober 2018 lalu Pengadilan Arab Saudi melakukan

eksekusi mati terhadap Pekerja Migran Indonesia yang bernama Tuti

Tursilawati karena melakukan pembunuhan terhadap majikannya yang

sudah tua bernama yaitu Suud Mulhaq al-‘Utaibi. Menurut Direktur PWNI

BHI, Lalu Muhammad Iqbal; pengadilan Arab Saudi menjatuhkan

hukuman mati kepada Almh. Tuti Tursilawati yaitu berupa hukuman Hadd

Ghillah. Lanjutnya,di Arab Saudi terdapat 3 kategori hukuman mati, pada

tingkatan pertama terdapat Ta’zir, selanjutnya Qishas dan yang paling atas

adalah Hadd Ghillah yang di mana Raja ataupun Keluarga Korban tidak

dapat memaafkan karena ini merupakan hak Allah. Sebenarnya apa

pengertian dari ghillah?

N : sebelum menjelaskan pengertian tentang hadd ghillah kita perlu

mengetahui arti dari kata ghilah itu sendiri. Ghillah diartikan secara bahasa dan

dirangkaikan dengan kata al-qatlu atau al-qatlu ghillatan berarti membunuh yang

diawali dengan perencanaan/pembunuhan berencana, dengan cara yang sangat

halus di mana korban tidak mengetahui kalau ia akan dibunuh, kemudian selain

membunuh si pelaku juga mengincar harta, aset-aset berharga yang dimiliki oleh

korban. Atau juga bisa dikatakan, menipu dan membawa korban ke suatu tempat

yang tersembunyi asal itu dilakukan dengan perencanaan yang matang lalu

kemudian dibunuh, maka pembunuhan seperti ini dapat diistilahkan dengan al-

qatlu ghiilatan. Sedangkan ghillah menurut para fuqaha, ghillah adalah penipuan

dan pembunuhan di suatu tempat yang jauh dari keramaian sehingga orang-orang

tidak dapat melihat kejadian tersebut, atau pembunuhan secara sembunyi-

Page 103: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

92

sembunyi. Lebih lengkapnya menurut Ibnu Taimiyyah ghillah itu adalah:

“pembunuhan terhadap seseorang untuk mengambil hartanya”, contoh orang

yang berada pada satu perkemahan dengan sekelompok musafir lalu ketika

terdapat seorang musafir yang terpisah dari kelompoknya, orang itu kemudian

membunuhnya; contoh lain, seperti pemilik rumah mengundang tukang sapu atau

dokter ke rumahnya, lalu sesampainya di rumahnya, dokter atau tukang sapu itu

dibunuh dan diambil hartanya. Maka hal tersebut sudah digolongkan dalam

pembunuhan ghillah. Jadi, posisinya lebih berat dan lebih sadis dibanding al-qatlu

‘amdan. Jadi, kalau bicara terkait hukum pidana Islam tentang pembunuhan,

dibagi tiga yaitu al-qatlu amdan, al-qatlu khataan, dan al-qatlu syibhu al’amdi.

Al-Qatlu ghilatan itu posisinya yang ‘amdan tapi ditambahi dengan perencanaan,

ditambahai dengan hubungan antara pembunuh dengan korban yang sangat dekat

sehingga korban tidak menyangka kalau dia akan diperlakukan seperti itu, selain

direncanakan ada motif incar sesuatu yang dimiliki korban, apakah yang diincar

itu sesuatu yang berbentuk harta atau yang diincar itu misalnya kehormatan diri

korban diperkosa misalnya. Jadi, pelaku pembunuhan seperti itu bisa laki-laki

yang bunuh perempuan, atau laki-laki yang dibunuh laki-laki, atau yang dibunuh

laki-laki korbannya perempuan setelah mengincar kehormatannya, dsb. Jadi posisi

al-qatlu ghilah itu kalau dikelompokkan menjadi 3 kategori pembunuhan itu dia

dikelompokkan menjadi al-qatlu ‘amdan yang ghilatan.

Kasus di Saudi, Saudi itu satu-satunya mungkin Negara Islam yang secara

konsisten menerapkan hukum pidana dasarnya menggunakan al-Qur’an atau

Hadis. Maka ketika terjadi kasus pembunuhan ghillah acuannya tentu berdasarkan

dalil nash yang kebetulan ini disebut di ayat tentang pembunuhan itu ada, atau

nanti dijelaskan dalam beberapa hadis tentang pembunuhan yang kemudian oleh

beberap ulama madzhab/fiqh ketika pembunuhan itu direncanakan dengan matang

yang mana seharusnya korban itu mendapatkan perlindungan tetapi justru

diperdaya untuk dibunuh sambil mengincar kehormatannya atau mengincar

hartanya maka sanksinya adalah qishas yang tidak bisa lagi diberikan pemaafan

dari pihak manapun, apakah dari pihak keluarga korban termasuk penguasa

Page 104: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

93

tertinggi yang dalam konteks hukum lain dia bisa memberikan amnesti ini juga

tidak bisa diberikan amnesti sekalipun itu Raja.

P : kenapa hukuman bagi pelaku ghillah dijatuhi hukuman hudud

bukan qisas? kenapa seseorang yang melakukan suatu pembunuhan seperti

Tuti Tursilawati ini dikenakkan hukuman hadd ghillah?

N : Ya, Sebenarnya kalau bicara pembunuhan kelompok hukumannya

qishas. Qishas kan dibagi dua ada melukai seseorang dengan luka yang serius (al-

jarhu) dan al-qatlu. Yang menyebabkan dihukum qishas itu setahu saya bukan

qatlu khataan atau syibhu ‘amdin tapi al-qatlu ‘amdan. Sebatas al-qatlu tanpa

ghillah atau tanpa direncanakan, dan tidak ada hubungan keluarga yang dekat atau

yang mestinya mengayomi itu masih ada peluang untuk diberikan pemaafan oleh

keluarga terbunuh atau penguasa yang mempunyai otoritas untuk memberikan

amnesti dengan cara membayar diyat.

Apabila dihubungkan ghillah ini memiliki makna hampir sama dengan jarimah

hirabah. Hirabah itu ada empat kategori: pertama, menakut-nakuti, menakut-

nakuti dan merampas harta, menakut-nakuti kemudian membunuh tanpa

mengambil harta, dan mengambil harta sekaligus membunuh, yang mana pada

kategori keempat hukuman bagi pelaku adalah dibunuh dan disalib. Pembunuhan

ghillah ini disamakan dengan tindak pidana hirabah karena di dalamnya terdapat

unsur pembunuhan dan pengambilan harta, sedangkan perbedaannya kalau

hirabah dilakukan secara terang-terangan di jalanan sedangkan kalau pembunuhan

secara ghillah dilakukan di tempat yang sepi. Hal serupa dikatakan oleh beberapa

ulama seperti al-Lakhmi: “merampas harta seseorang dengan kejam kemudian

membunuhnya” dalam hal ini tindakan orang tersebut termasuk ghillah, dengan

syarat tindakannya dilakukan di tempat yang sepi, apabila tidak maka tindakannya

tidak termasuk ghillah, atau sebagaimana yang dikatakan oleh seorang hakim

bernama Ali bin Abdussalam: “Ghillah termasuk jenis dari hirabah, itu berarti

membunuh seseorang untuk merampas istri, anak, dan harta darinya; atau

menipu seseorang, baik tua atau muda, dan membawanya ke tempat sepi

untuk membunuhnya dan mengambil hartanya sangat berharga”. Konsepnya

juga sama seperti kejahatan hudud yang lain di mana hukuman tersebut

merupakan hak Allah yang tidak bisa diampuni.

Page 105: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

94

Hukuman bagi pelaku pembunuhan secara ghillah sebelumnya bermacam-macam.

Sebagian ulama melihatnya sebagai Hak Allah sebagaimana status jarimah hudud

lainnya, sehingga wajib hukumnya untuk ditegakkan meskipun keluarga ahli

waris telah memaafkannya; dan sebagian ulama yang lain menganggap bahwa itu

adalah hak manusia, maka dari itu wajib dikenakan hukuman qishas bukan hadd.

Hukuman Hadd bagi pelaku ghillah secara pasti ditetapkan setelah Hai’atu Kibar

al-Ulama sebuah lembaga ulama tertinggi di Arab Saudi memutuskan untuk

menjatuhkan hukuman hadd bagi setiap tindak kejahatan ghillah ini.

Ghillah ini oleh mayoritas ulama dianggap sebagai pembunuhan secara sengaja

yang tidak dapat dimaafkan, para ulama Malikiyah, Imam Syafi’i, Mazhab Ahli

Madinah dan salah satu dari pendapat Hambali mengatakan, “pengampunan tidak

boleh diberikan pada jenis qatlu al-ghillah”, Ibnu Qayyim al-Jauziyaah bahkan

mengatakan bahwa “qatlu al-ghillah mengharuskan pelakunya dijatuhi hukuman

hadd, sehingga hukumannya tidak gugur dengan adanya pengampunan dan tidak

dilihat lagi adanya kesetaraan”, selain itu seorang ulama Malikiyah bernama

Ibnu Abi Zaid mengemukakan pendapat bahwa: “tidak ada pemaafan bagi tindak

kejahatan ghillah, meskipun yang dibunuh itu seorang kafir dan yang membunuh

itu adalah seorang muslim”. Pendapat seperti Ibnu Abi Zaid ini juga oleh Imam

Syafii disebutkan dalam bukunya al-Umm di mana pada masa kekhalifahan Umar

bin Khattab, yang mana beliau pernah memerintahkan untuk membunuh seorang

Muslim yang telah membunuh secara ghillah seorang Nasrani yang berasal dari

Hiyrah. Nanti, bisa dilihat di buku saya Hadits Ahkam dari halaman 198 ke atas di

situ sudah saya kutip perkataan-perkataan para ulama asli dari teks-teks karya

mereka.

suatu pembunuhan dihukum dengan hadd ghillah disebabkan karena pembunuhan

yang dilakukan terhadap orang yang mempercayainya atau dalam lindungannya

misalkan seorang suami membunuh istri atau sebaliknya, ayah membunuh

anaknya atau pembantu membunuh majikannya; atau juga bisa berdasarkan pada

tipu daya muslihat seperti membawa korban ke tempat yang sepi kemudian

membunuhnya lalu diambil hartanya. Nah, dalam kasus Tuti Tursilawati kenapa

diputuskan hukuman mati oleh pengadilan dengan hadd ghillah adalah karena

korban merupakan majikan dari pelaku ini, selain itu setelah melakukan

tindakannya tersebut pelaku membawa kabur harta dari korban. maka dari itu

pelaku dikenakan hukuman hadd ghillah.

Page 106: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

95

P : Apa dalilnya yang mendasari seseorang yang melakukan

pembunuhan secara ghillah dihukum dengan hukuman hadd dan tidak

dapat dimaafkan?

N : dalil tentang hukuman hadd bagi pelaku ghillah ini terbagi atas dalil

yang bersifat umum dan khusus, dalil yang umum ini diambil oleh para ulama

madzhab yaitu Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali, yaitu al-Qur’an Surah an-Nisa yang

berbunyi:

فيها وغضب الله عليه ولعنه وأعده ومن ي قتل مؤمناا مت عم داا فجزاؤه جهنهم خالداا ) ٩٣النساء: ( له عذاابا عظيماا

Dan barang siapa yang membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka

balasannya ialah Neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka

kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya (an-

Nisa: 93)

Sedangkan para ulama Maliki berdalil dengan dalil khusus yang menyatakan

tentang ghillah ini yang berasal dari sunnah yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi

bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menerima alasan Harits bin Suwaid yang

melakukan pembunuhan ghillah terhadap Mujdzar bin Ziad. Dari sinilah kenapa

hadd ghillah itu tidak dapat dimaafkan bahkan oleh Raja sekalipun.

Selain itu terdapat dalil yang cocok sekali dihubungkan dengan kasus Tuti

Tursilawati yang membunuh majikannya tersebut: yaitu hadis yang diriwayatkan

oleh Anas bin Malik, yang mana pada waktu itu datang beberapa orang dari ‘Ukl

dan ‘Urainah kepada Nabi karena tidak tahan dengan kondisi iklim di Madinah

sehingga mereka sakit, lalu Nabi memerintah mereka untuk pergi ke kandang unta

untuk meminum dari unta tersebut air kencing dan susunya, setelah meminumnya

mereka pun sembuh. Namun, setelah itu mereka membunuh pengembala unta

tersebut dan membawa kabur unta-untanya, mendengar hal itu nabi pun

memerintahkan sebagian orang untuk mengejar orang-orang tersebut dan setelah

mereka ditangkap kemudian dibawa ke Nabi. Kemudian Nabi memerintahkan

mereka untuk dihukum dengan cara dipotong tangan dan kakinya dan diambil

matanya lalu kemudian dijemur di padang pasir yang panas sampai kemudian

mati.

Page 107: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

96

Nama : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag.

Jabatan : Dosen Hukum Pidana Islam, Wakil Dekan Fakultas Dirasat

Islamiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hari/Tanggal : Rabu, 10 Juli 2019

Waktu : 19.30-19.50

Tempat : Masjid al-Mughirah

P : Apa pengertian dari Hadd Ghillah sebagaimana yang diterapkan

peradilan di Arab Saudi dan apa yang membedakan dengan hukuman

Qishas?

N : saya juga baru baca yang sampean share itu, ternyata di Saudi ada

perkembangan pemahaman dari qishas, sehingga ada 3 kategori hukuman: ada

ta’zir (ringan), ada qishas (sedang), dan yang terberat (hadd ghillah) itu. Yang

namanya hadd ghillah itu merupakan perkembangan mutakhir sekarang ini. Kalau

zaman dahulu dalam teks-teks kitab tidak ada istilah hadd ghillah yang ada

hanyalah qishas, baik nanti implikasinya terhadap diyat maupun qishas. Kalau

ta’zir ya ringan bukan hanya pembunuhan, pelanggaran-pelanggaran ringan

masuknya ta’zir. Kalau yang qishas, itu perbedaannya dengan ghillah tampaknya

ada pada bisa tidaknya dimaafkan oleh pihak-pihak, Dalam hal qishas itu bisa

dimaafkan oleh keluarga dekat, dalilnya apa? Itu dalam al-Qur’an surah al-

Baqarah ayat 178: “wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu

berhukum dengan qisash dalam soal pembunuhan. Merdeka dengan merdeka,

hamba sahaya dengan hamba sahaya, wanita dengan wanita. Barang siapa yang

mendapatkan pemaafan dari saudaranya maka yang memberi maaf hendaklah

mengikuti dengan perbuatan baik dan yang diberi maaf harus segera membayar

diyatnya, itulah keringanan dan rahmat dari Tuhan kalian. Barang siapa yang

melampaui batas setelah demikian maka baginya siksa yang pedih”, itu dalil

tentang qishas. Dimaafkan oleh keluarga dekat (walinya atau siapa yang

berkaitan) maka orang tersebut tidak diqisash tetapi kewajibannya adalah

membayar diyat, dan diyatnya apabila masuk dalam pembunuhan yang berencana

Page 108: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

97

atau sengaja disebut dengan diyat mughollazoh. Diyat mughollazoh adalah diyat

yang diperberat dengan membayar 100 ekor unta, dengan perincian 60 ekor unta

jadza’ah (yang besar) dan 40 ekor unta khilfah (unta yang sedang bunting). Lah,

sekarang di Saudi ada konsep lain yang kemudian disebut dengan hadd ghillah.

Ghillah saya lihat berasal dari kata ghalla yaghillu, bisa ghulul tapi dia tepatnya

sama dengan bunyi ayat al-Qur’an lebih tepatnya surah al-Hasyr ayat 10 yang

berbunyi: “wa laa taj’al fii quluubina ghillan”. Kata-kata ghillan pada ayat ini

berarti dengki, iri, dan dendam. Jadi, dalam kalimat tersebut saya melihat ada

istilah ghillah, ghillah itu berarti rasa dendam, makanya dalam al-Qur’an

dikatakan, “Ya Allah janganlah engkau jadikan dalam dada kami ini ghillan (rasa

dengki, iri, dan dendam) kepada orang-orang yang beriman”. Nah ghillah itu

pembunuhan yang dilakukan oleh seorang terutama secara berencana dan sengaja

pada saat dia tidak mendapatkan penyerangan, tapi dia sudah memiliki rasa

dendam yang berkepanjangan akibat kulminasi rasa berkecamuk dalam dada

karena berulang kali dilecehkan. Dalam kasus yang Anda teliti ini, yang

bersangkutan dilecehkan berulang kali sehingga merasa dilecehkan itulah dalam

dadanya berkecamuk “kalau ada kesempatan akan saya bunuh majikan saya,”

dalam suasana majikan sehabis shalat shubuh dan dia sedang tidak

dilecehkan/diperkosa dilakukanlah pembunuhan. Itulah akibatnya yang tidak

dimaafkan oleh keluarga korban dan akhirnya diberikan hadd ghillah sehingga

tidak ada hak untuk dimaafkan oleh siapapun keculi Allah. Itu kebijakan ulama

Saudi sekarang, kalau dari segi hukum sebenarnya harus didiskusikan karena itu

terjadi sebab-akibat ada hubungan kausalitas kenapa dilakukan? Karena selama ini

dilecehkan secara berulang-ulang sehingga terpaksa dilakukan pembunuhan.

Itulah yang membedakan antara qishas biasa dengan hadd ghillah, kalau qisash

masih ada upaya untuk dimaafkan karena ada unsur pembelaan diri ketika

dilecehkan, namun hadd ghillah tidak dapat dimaafkan karena dalam keadaan

sedang tidak dilecehkan. Itu yang saya pahami, jadi nanti silahkan dikembangkan

diteliti lebih lanjut, ini penemuan menarik karena dalam fiqh jinayah tidak pernah

disebut, hanya dalam al-Qur’an dikatakan ghillan tadi. Ada hadis lain juga yang

Page 109: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

98

mengatakan “tasafahuu tadzhabuu al-ghillu ‘an qulubikum” yang artinya

bersalam-salamlah kalian nanti kedengkian, iri, dan dendam dari diri kalian akan

hilang. Kata-kata al-ghillu dan ghillah artinya sama, jadi dalam al-Qur’an surah

al-Hasyr ayat 10 tadi dikaitkan dengan anjuran jabat tangan akan menghilangkan

rasa dendam dan iri itu cocok. Nanti kamu harus menyebut bunyi ayat al-Qur’an

dan Hadis itu, wajib dikutip untuk menerangkan hubungannya dengan kata ghillah

tadi. Itu yang saya pahami nanti silahkan dikembangkan lagi.

Page 110: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

99

Surat Menyurat

Page 111: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

100

Page 112: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

101

Page 113: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

102

Page 114: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

103

Page 115: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

104

Page 116: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home · semangat kepada penulis, semoga silaturahmi di antara kita tetap terjalin. 12. Teman-teman di Kosan 1001 dan Kosan

105