inovasi korporasi dan kebijakan industri otomobil emerging...

20
1199 Inovasi Korporasi dan Kebijakan Industri Otomobil Emerging Countries Asia di Tengah Rezim Lingkungan: Studi Perbandingan Hyundai, Tata, dan SAIC Indira Agustin – 071012006 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan strategi yang dikembangkan antara korporasi yaitu Hyundai, Tata, dan SAIC serta pemerintah emerging economies Korea Selatan, India, dan China sehingga pertumbuhan produksinya mampu bersaing dengan industri otomobil dari negara maju. Peneliti menggunakan teori modernisasi ekologi serta corporate environmentalism dalam menjelaskan fenomena tersebut. Penelitian dilakukan pada rentang waktu 1998-2012, dengan menggunakan metode perbandingan diperoleh hasil bahwa ketiga aktor tersebut mengembangkan inovasi teknologi otomobil baik secara mandiri melalui riset dan pengembangan yang didukung oleh negara maupun melalui transfer teknologi dengan melakukan kerjasama dengan korporasi asing. Selain itu negara tempat korporasi tersebut berpusat turut memberikan dukungan terhadap industri otomobil supaya dapat tumbuh dengan pusat melalui kebijakan perdagangan maupun investasi asing. Kata kunci: corporate environmentalism, emerging economies, industri otomobil, modernisasi ekologi, rezim lingkungan. This research is conducted to compare strategies that are worked out between corporations Hyundai, Tata, and SAIC along with government of emerging economies of South Korea, India, and China so that their growth of production are capable to be competitive with automobile industry from developed countries. The research is applying ecological modernization theory and corporate environmentalism to explain the phenomenon. The research is set between 1998-2012, by using comparative methods, it is obtained that three of the actors could reach high growth of production by fostering technological innovation not only independently through research and development that supported by the government but also through technological transfer by conducting cooperation with foreign companies. Besides home countries of those corporations were participate in supporting the automobile industry so they can grow fast through trade policy or foreign investment. Keywords: automobile industry, corporate environmentalism, ecological modernization, emerging economies, environmental regime

Upload: others

Post on 25-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1199

Inovasi Korporasi dan Kebijakan IndustriOtomobil Emerging Countries Asia di Tengah

Rezim Lingkungan: Studi PerbandinganHyundai, Tata, dan SAIC

Indira Agustin – 071012006

Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan strategi yang dikembangkanantara korporasi yaitu Hyundai, Tata, dan SAIC serta pemerintah emergingeconomies Korea Selatan, India, dan China sehingga pertumbuhanproduksinya mampu bersaing dengan industri otomobil dari negara maju.Peneliti menggunakan teori modernisasi ekologi serta corporateenvironmentalism dalam menjelaskan fenomena tersebut. Penelitiandilakukan pada rentang waktu 1998-2012, dengan menggunakan metodeperbandingan diperoleh hasil bahwa ketiga aktor tersebut mengembangkaninovasi teknologi otomobil baik secara mandiri melalui riset danpengembangan yang didukung oleh negara maupun melalui transferteknologi dengan melakukan kerjasama dengan korporasi asing. Selain itunegara tempat korporasi tersebut berpusat turut memberikan dukunganterhadap industri otomobil supaya dapat tumbuh dengan pusat melaluikebijakan perdagangan maupun investasi asing.

Kata kunci: corporate environmentalism, emerging economies, industriotomobil, modernisasi ekologi, rezim lingkungan.

This research is conducted to compare strategies that are worked out betweencorporations Hyundai, Tata, and SAIC along with government of emergingeconomies of South Korea, India, and China so that their growth of productionare capable to be competitive with automobile industry from developedcountries. The research is applying ecological modernization theory andcorporate environmentalism to explain the phenomenon. The research is setbetween 1998-2012, by using comparative methods, it is obtained that three ofthe actors could reach high growth of production by fostering technologicalinnovation not only independently through research and development thatsupported by the government but also through technological transfer byconducting cooperation with foreign companies. Besides home countries ofthose corporations were participate in supporting the automobile industry sothey can grow fast through trade policy or foreign investment.

Keywords: automobile industry, corporate environmentalism, ecologicalmodernization, emerging economies, environmental regime

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1200 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Negara-negara di dunia melalui United Nations Framework Conventionof Climate Change (UNFCCC) membentuk kesepakatan untukmengurangi emisi karbon industrialisasi maupun emisi transportasi,melalui Protokol Kyoto yang disepakati di Kyoto, Jepang, sejak 11Desember 1997, namun mulai diberlakukan sejak tahun 2008 hingga2012. Konvensi ini muncul sebagai reaksi atas pencemaran udara sertadampak pemanasan global. Protokol Kyoto merupakan regulasiinternasional di bidang lingkungan yang secara kuantitatif dapatdijadikan tolak ukur atas usaha negara dalam mengurangi emisi karbondan memperlambat signifikansi dampak pemanasan global.

Pada konvensi ini disepakati nilai pengurangan emisi gas sebanyak 5,2%dari yang dihasilkan selama tahun 2008-2012 oleh negara-negara didunia, dengan target yang dicapai tiap-tiap negara berbeda satu samalain. Khusus bagi para pihak Annex I, diberikan batasan minimal darijumlah emisi yang harus dikurangi, yaitu sebanyak 5% dari jumlah yangdihasilkan sebelum tahun 1990 selama periode 2008-2012.Pemberlakuan protokol menghimbau setiap negara di dunia besertadengan aktor industrinya untuk menerapkan strategi yang dapatmenurunkan tingkat emisi karbon.

Salah satu dari banyak pihak yang terkena dampak pemberlakuanprotokol Kyoto adalah pengusaha dan konsumen industri otomobil. Gasbuangan yang dihasilkan oleh industri otomobil mengandung gaskarbondioksida (CO2) yang merupakan salah satu kontributorpemanasan global. CO2 yang bersenyawa dengan udara menyebabkanhujan asam dan menipisnya lapisan ozon. Dalam hal ini kontribusiindustri otomobil terhadap emisi CO2 dunia mencapai 23%.

Di awal hingga pertengahan abad ke-20 pelaku industri otomobil duniadidominasi oleh negara maju, seperti Amerika Serikat, Jerman, danJepang dengan perusahaan-perusahaan otomobilnya. Namun di akhirabad ke-20 negara berkembang, melalui transfer teknologi mulaimengembangkan industri otomobilnya sendiri. Industri otomobilmerupakan salah satu industri terpenting, sebab ia menyumbangkanporsi yang besar pada GDP (Gross Domestic Product) negara tempatnyaberasal. Industri ini dapat dikatakan sebagai salah satu pilar ekonomiglobal dan penyumbang utama pertumbuhan makroekonomi danstabilitas ekonomi negara. Oleh karena potensinya bagi ekonomitersebut, negara berkembang berlomba-lomba untuk menciptakanindustri otomobilnya melalui transfer teknologi.

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1201

Pertumbuhan Produksi Industri Otomobil secara Pesat diEmerging Economies Asia

Penelitian ini berfokus pada beberapa emerging economies Asia dengantingkat produksi otomobil yang tinggi, antara lain Korea Selatan, India,dan China. Pola yang berkembang di antara ketiganya terdapatkemiripan, yaitu mengedepankan industrialisasi dan produksimanufaktur berorientasi ekspor. Pada akhir abad 20 hingga awal abadke-21, terlihat perkembangan jumlah produksi oleh korporasi-korporasidi dalamnya. Meskipun belum berhasil menggeser korporasi penghasilotomobil dari negara maju secara keseluruhan, namun beberapa darikorporasi tersebut mampu menunjukkan kapasitasnya untuk bersaingdalam hal pertumbuhan produksi.

Sumber: Freyssenet M. 2004.Grafik 1. di atas menunjukkan tingkat produksi otomobil negara-negaradi dunia selama tahun 1898 hingga 2006. Dapat dilihat bahwa negara diAsia mengalami peningkatan jumlah produksi yang pesat jikadibandingkan dengan negara lainnya.Tabel 1. Produksi Otomobil Perusahaan (dalam ribuan)

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1202 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Sumber: International Organization of Motor Vehicle Manufacturers(OICA 1998-2012)Tabel 1. di atas menunjukkan jumlah kendaraan otomobil yangdiproduksi oleh beberapa perusahaan otomobil besar di negara majudan berkembang. Meski terlihat perbedaan jumlah produksi yang jauhantara negara maju dan berkembang, namun terdapat peningkatansignifikan pada jumlah produksi di emerging economies. Rentang waktudalam tabel di atas masa pemberlakuan Protokol Kyoto. Hampir seluruhperusahaan di atas mengalami peningkatan jumlah produksi pada masadiberlakukannya regulasi Protokol Kyoto. Namun peningkatan yangsignifikan tersebut justru terjadi pada perusahaan yang berasal darinegara emerging economies, bukan negara maju. Pertumbuhanproduksi perusahaan yang berasal dari India dan China mencapai 70%hingga 300% di beberapa tahun, yakni antara 2004-2011. Hal tersebutdigambarkan dalam Grafik 2. berikut.

Grafik 2. Pertumbuhan Industri Otomobil (dalam persen)

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1203

Sumber: dibuat oleh penulis berdasarkan OICA 1998-2012.

Pertumbuhan produksi di perusahaan negara maju yang telah lamaberoperasi terlihat adanya pertumbuhan dengan nilai yang kurangsignifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa adanya regulasi lingkunganyaitu Protokol Kyoto yang berusaha menekan dampak pemanasan globaldengan mengatur tingkat emisi karbon tidak menyurutkan tingkatproduktivitas industri otomobil di beberapa negara emerging economiesdi Asia, yaitu Korea Selatan, India, dan China. Dalam menghadapitantangan tersebut, rupanya industri otomobil di negara emergingeconomies sebagaimana ditampilkan pada data di atas terbukti masihmemiliki kapasitas tingkat kemajuan yang sama, bahkan meningkat.Industri otomobil di negara emerging economies tetap kompetitif dalamhal pertumbuhan produksi meskipun belakangan muncul tantanganberupa regulasi yang ditetapkan oleh rezim lingkungan, mengingatkondisi yang dihadapi oleh industri otomobil negara maju pada awalhingga pertengahan abad ke-20 berbeda dengan kondisi yang dihadapioleh industri otomobil negara berkembang di akhir abad ke-20.

Kajian Standar Lingkungan, Inovasi Teknologi, sertaKebijakan Pemerintah terkait Pertumbuhan Produksi

Industri Otomobil

Regulasi yang diberlakukan melalui Protokol Kyoto pada dasarnyaditujukan kepada setiap negara anggota UNFCCC dengan porsiketetapan yang sesuai dengan kelompoknya. Kelompok ini terdiri atas

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1204 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

tiga, yaitu Annex I, Annex II, dan Non-Annex I. Dalam hal ini KoreaSelatan, India dan China termasuk ke dalam kelompok Non-Annex I. Meski demikian ketiganya tetap bertanggung jawab untuk berusahamemenuhi komitmen tersebut. Pasal 10 Protokol Kyoto menyebutkanbahwa seluruh pihak dalam Prokotol ini wajib berpartisipasi denganmemprioritaskan pembangunan nasional sesuai dengan kepentingannasional namun dengan mengedepankan prinsip pembangunanberkelanjutan. Lebih spesifik, setiap negara wajib merumuskankebijakan yang hemat biaya, menerapkan program-program regionaluntuk meningkatkan kualitas faktor emisi lokal. Pemerintahnya jugadianjurkan mengambil segala tindakan untuk meningkatkan kapasitasteknologi yang ramah lingkungan, terutama bagi negara berkembang.

Menyikapi hal ini setiap negara dianjurkan untuk mengembangkankebijakan yang secara spesifik ditujukan kepada korporasi. Setiapnegara didorong untuk mengadopsi regulasi yang berlaku di tingkatinternasional untuk diterapkan sendiri di tingkat nasional denganmenyesuaikan kondisi-kondisi yang terdapat pada negaranya. Sebagaiaktor yang memberikan sumbangsih pada emisi, korporasi dalamsektor-sektor tertentu mendapatkan batasan-batasan dari negaranya.Ide natural capitalism menawarkan solusi atas integrasi pertumbuhanekonomi dengan mengedepankan kepentingan lestarinya lingkungansumber daya alam mendukung pertumbuhan ekonomi denganmempertegas beberapa strategi yang perlu dilakukan oleh aktor-aktorterkait seperti negara, korporasi, dan masyarakat untukmenyelenggarakan perekonomian dengan menghargai segala bentukkapital yang digunakan, termasuk sumber daya alam, agar dapatterus-menerus dimanfaatkan meskipun jumlah populasi kianbertambah. Strategi yang dimaksud antara lain radical resourceproductivity, yang merupakan inovasi teknologi ramah lingkungan danbiomimicry, yang merupakan stategi daur ulang yang dimaksudkanuntuk meminimalisir sumber daya yang digunakan dan emisi yangterbuang.

Kebijakan pemerintah pada umumnya akan mempengaruhi perilakuekonomi, alokasi sumber daya, serta pola relasi dengan aktorperdagangan internasional lainnya, dalam rangka meningkatkankesejahteraan negara. Kebijakan investasi, baik dalam maupun luarnegeri, merujuk pada pergerakan modal bagi operasional korporasimultinasional, dengan tujuan menarik modal yang masuk sebanyakmungkin. Adanya investasi akan membantu melindungi sektor-sektortertentu agar tetap berjalan. Kebijakan persaingan didefinisikan sebagaisekumpulan kebijakan dan regulasi yang memastikan bahwa kompetisiyang berjalan dalam pasar tidak dibatasi dengan cara-cara yangmengganggu masyarakat maupun mengurangi efisiensi ekonomi. Dalamhal ini pemerintah bertujuan untuk mempertahankan tingkat daya saing

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1205

industri dalam pasar serta mengurangi dampak kerugian dari adanyaintervensi pemerintah dengan berusaha memastikan pasar menjaditerbuka supaya kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Standarisasi Lingkungan, Sertifikasi, serta Batasan danTarget berdasarkan Protokol Kyoto terhadap Industri

Otomobil

Dalam kaitannya dengan Protokol Kyoto, terdapat standarisasiinternasional yang dibentuk oleh International Organization forStandarization (ISO), yang merupakan organisasi independennon-pemerintah yang beranggotakan badan nasional sebanyak 162negara dengan sekretariat pusat yang berlokasi di Jenewa, Swiss. ISOmembuat standar-standar berbagai produk baik berupa barang maupunjasa untuk memastikan kualitas, keamanan, dan efisiensi. Salah satustandar yang ditetapkan adalah ISO 14001 Environmental ManagementSystem Standard, yang memiliki beberapa turunan, di antaranyamengeluarkan spesifikasi yang berkaitan dengan industri otomobildalam hal pelaporan emisi gas rumah kaca, yaitu ISO 14064. ISO 14064merupakan standar internasional untuk menghitung dan melaporkanemisi gas rumah kaca. Standar ini dibuat sebagai petunjuk bagi sektorprivat dan publik dalam menilai jumlah emisi gas rumah kaca, sertasebagai landasan kebijakan bagi pembuat kebijakan dan insiatorprogram dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Di Korea Selatan, pemerintahnya mengklaim ‘Low-Carbon GreenGrowth’ sebagai strategi nasional yang tidak hanya diterapkan secarakonseptual namun juga tindakan dalam peran sertanya dalampembangunan berkelanjutan. Target pengurangan emisi gas rumah kacamenurut Pasal 42 ayat 1 Framework Act on Low-Carbon Green Growthadalah sebesar 30% dari total emisi gas rumah kaca nasional oleh sektorbisnis pada tahun 2020. Di India, pemerintah menerapkan StandarEmisi Bharat Stage, yaitu standar yang ditetapkan oleh pemerintahIndia dalam hal pembatasan polusi atau emisi gas rumah kaca baik yangdihasilkan oleh mesin pabrik maupun kendaraan bermotor, yangpengimplementasiannya diawasi oleh Central Pollution Control Boardyang berada di bawah Kementerian Lingkungan dan Kehutanan.Sementara di China, pemerintah China melalui KementerianLingkungan (Ministry of Environmental Protection-MEP) berusahamemberlakukan standar emisi dalam rangka mengurangi polusi yangdihasilkan oleh otomobil. Standar pemberlakuan emisi kendaraan diChina terdiri atas tiga program yang saling berkesinambungan danwajib dipatuhi oleh produsen kendaraan bermotor, yaitu New VehicleType Approval, penyesuaian produksi, dan Inspection and Maintenance

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1206 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Program (I/M) Jika dalam pengujian tersebut ditemukan fasilitas yangtidak sah atau bentuk penyelewengan lainnya maka badan pengeawasakan menghentikan kegiatan illegal, permintaan perbaikan, memungutdenda, dan jika kasus merupakan pelanggaran berat maka akanmencabut sertifikat produsen.

Implementasi Standar Lingkungan oleh Hyundai

Salah satu cara pengimplementasian Hyundai adalah denganmeminimalisir segala bentuk emisi dari proses produksi. Dalam halinovasi teknologi, Hyundai mampu meluncurkan inovasi teknologiotomobil yang ramah lingkungan, yaitu Blue Drive, yang mampumendaur ulang energi yang terbuang kembali menjadi sumber energi;Hybrid Electric Vehicle, yang memiliki keunggulan penggunaan duajenis sumber energi yang dapat digunakan secara bergantian, yaitupembakaran internal menggunakan bahan bakar dan menggunakanenergi listrik, maupun kombinasi dari keduanya serta mampumenghemat bahan bakar serta meminimalisir adanya emisi yangterbuang percuma; dan Eco Driving System, yang mampu memastikanpenurunan konsumsi bahan bakar melalui beberapa metode yangmampu secara otomatis mengendalikan akselerasi kecepatan,mengarahkan pola kemudi pada pengemudi, dan memberi informasipada pengemudi mengenai rute paling ekonomis yang dapat diambil.Sedangkan dalam hal daur ulang, produksi baja yang digunakan olehHyundai Motor Group sebagai bahan produksi otomobil mengadopsisirkulasi produksi sebagaimana sirkulasi air di alam, yaitu denganbekerjasama dengan Hyundai Steel memproduksi lembaran baja-gulungpanas, yang kemudian digunakan oleh Hyundai Hysco untukmemproduksi lembaran baja-gulung dingin untuk otomobil, lalu olehHyundai Motor digunakan dalam produksi otomobilnya untuk dibentukdan dipasang, yang lebih lanjut sisa baja bahan kendaraan didaur ulangdi Automobile Recycling Center untuk kemudian digunakan kembalioleh Hyundai Steel dalam proses awal.

Kebijakan Pemerintah Korea Selatan

Promosi Ekspor

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1207

Kebijakan ini terdiri atas tiga hal yaitu insentif pajak, insentif keuangan,serta pembentukan zona perdagangan bebas. Sejak tahun 2005 padasetiap investasi yang masuk akan dibebaskan pajak pada 10 tahunpertama apabila industri yang bergerak berorientasi ekspor, sertapotongan pajak sebesar 50% diberikan pada pembiayaan penelitian danpengembangan oleh industri. Pemberlakuan insentif keuangan dapatberupa kebijakan pinjaman, pembiayaan ekspor, dan jaminan ekspor.Akses pinjaman modal diberikan negara kepada industri strategisdiberikan tingkat bunga yang rendah.

Kebijakan Perdagangan dan Investasi Asing

Masuknya investasi asing ke dalam sektor industri otomobil di KoreaSelatan dapat dikatakan kecil, sebab proses manufakturnya melibatkansupplier serta subkontraktor autoparts yang didorong untukmembangun fasilitas yang berdekatan dengan lokasi pabrik, sehinggadapat mengurangi biaya-biaya bagian serta mengurangi kebutuhan atasinvestasi. Tantangan lain bagi masuknya investasi asing di sektorotomobil ke Korea Selatan adalah tingginya daya saing China sebagainegara tetangga dengan potensi pasar yang begitu tinggi dan tersedianyatenaga kerja yang relatif lebih murah serta dalam jumlah yang jauh lebihbesar.

Anggaran Riset dan Pengembangan

Kebijakan inovasi menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan,Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (MEST) dan KementerianPengetahuan Ekonomi (MKE). MEST bertanggung jawab merumuskankebijakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sertainvestasi untuk riset dan pengembangan, mendukung universitas daninsititusi riset (baik publik maupun privat). Sedangkan MKEbertanggung jawab dalam penanganan di bidang industri secaralangsung. Baik MEST dan MKE dapat mengalokasikan anggarannyasebesar 30% untuk mengembangkan inovasi teknologi yang ditujukanbagi industri.

Grafik 3. Presentase Anggaran Riset dan Pengembangan Korea Selatantahun 1970-2005

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1208 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Sumber: Korean Statistical Information Service (KOSIS)

Grafik 3 di atas menunjukkan adanya peningkatan anggaran riset danpengembangan yang relatif di Korea Selatan. Dalam hal ini sektorindustri otomobil, di mana secara lebih spesifik Hyundai mengeluarkananggaran yang meningkat pesat dari USD 160 juta di tahun 1990menjadi USD 2 milyar di tahun 2008. Apabila dibandingkan denganperusahaan lain, nilai yang diterima oleh Hyundai untuk riset danpengembangan tersebut jauh lebih besar, yakni Kia yang hanyamengeluarkan USD 726 juta.

Implementasi Standar Lingkungan oleh Tata

Beberapa inovasi teknologi ramah lingkungan yang diterapkan oleh Tataantara lain teknologi Nano, yang dikembangkan oleh tim integrasi yangberhasil memodifikasi produk sehingga dapat mengembangkan mesindengan kapasitas 624cc dan 35hp yang pada awalnya hanya sebesar538cc dan 16hp. Selain itu efisiensi bahan bakar juga meningkat yangawalnya dapat melaju sejauh 18km per liter menjadi 23,6km per literberdasarkan hasil uji dan sertifikasi. Selain itu Tata jugamengembangkan mesin hybrid yang memungkinkan mobil untukmenghasilkan emisi karbon yang sangat kecil namun tetap powerful.Dalam hal daur ulang, secara umum Tata bekerja sama dengan lembagapendaur ulang resmi (authorized re-cycler) yang secara khususmenangani limbah industri untuk didaur ulang. Setiap jenis limbah yangdihasilkan memiliki lembaga pendaur ulang masing-masing yangberkompeten di bidangnya. Hasil daur ulang tersebut kemudian

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1209

digunakan kembali dalam proses produksi selanjutnya. Secara khusus,limbah zat berbahaya harus dikirimkan ke pusat daur ulang limbahberbahaya, yaitu Common Hazardous Waste Treatment Storage andDisposal Facility (CHWTSDF) yang berlokasi di Taloja, India.

Kebijakan Pemerintah India

Promosi Ekspor

Dalam upaya meningkatkan ekspornya pemerintah India membentukberbagai institusi yang berfungsi membantu meningkatkan nilai ekspormeskipun tidak secara langsung bersentuhan dengan aktivitasperdagangan melainkan dengan menyediakan dukungan organisasionalkepada para eksportir. Bentuk dukungan yang diberikan oleh institusitersebut antara lain berupa penyediaan informasi pasar yangmenguntungkan bagi eksportir; publikasi hasil produksi yang akandiekspor; mengatur pertemuan dan kunjungan bagi para pelaku ekspor;mengadakan seminar terkait dengan perdagangan ekspor; menawarkanjaminan perlindungan keuangan bagi setiap transaksi perdagangan;mengatur skema dan pedoman; mengatur transit sementara barangdagangan; serta mempromosikan ekspor ke negara lain.

Kebijakan Perdagangan dan Investasi Asing

Sektor otomobil di India mulai terbuka pada investasi asing sejak tahun1991, yaitu masa liberalisasi ekonomi India, di mana pada masa tersebutalokasi investasi yang dapat masuk adalah sebesar 100%. Hal inikemudian mendorong peningkatan nilai produksi otomobil dari 2 jutaunit di tahun menjadi 9,7 juta unit di tahun 2006 setelah iaberpartisipasi sebagai pemain global dalam industri ini.

Grafik 4. Tingkat Pertumbuhan Investasi Asing di India untuk SektorOtomobil

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1210 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Sumber: Rajalakshmi dan Ramachandran, “Foreign Direct Investmenton India’s Automobile Sector.”

Pada grafik di atas ditunjukkan dinamika pertumbuhan investasiterhadap sektor otomobil di India yang polanya serupa dengan polaekspor dan impor di sektor tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa naikturunnya tingkat investasi yang masuk ke India untuk sektor otomobiltersebut turut berpengaruh secara linear terhadap nilai produksinya.

Anggaran Riset dan Pengembangan

Salah satu upaya pemerintah India dalam hal riset dan pengembanganbagi bertumbuhnya industri otomobil dilakukan dengan membentukNational Automotive Testing and R&D Infrastructure Project (NATRIP)yang bertujuan untuk membentuk kompetensi tingkat global di sektorotomobil dan memfasilitasi integrasinya dengan ekonomi global dimana lembaga ini merupakan hasil kerjasama pemerintah pusat,pemerintah daerah, dan industri otomobil di India. NATRIP berusahamengembangkan sistem pengujian dengan ‘state-of-the-art’, validasi,serta infrastruktur riset dan pengembangan untuk mendukungpertumbuhan dan usaha pengembangan industri otomobil untukmencapai tingkat internasional. NATRIP mencoba membangun fasilitasberkelas dunia di tiga lokasi di India senilai Rs 1.718 crore, yaitu diManesar, India Utara; Chennai, India Selatan; dan Pune danAhmednagar di India Barat.

Implementasi Standar Lingkungan oleh SAIC

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1211

SAIC melalui pemerintah China dalam Auto Industry Restructuring andRevitalization Plan tahun 2009, mengembangkan teknologi new-energyvehicle (NEV) untuk diterapkan dalam setiap kendaraan yangdiproduksi oleh korporasi produsen kendaraan bermotor. Perencanaantersebut ditujukan untuk menggunakan NEV sebagai breakthroughpoint, memperkuat kemandirian inovasi, serta mengembangkankemandirian merk. NEV didefinisikan sebagai kendaraan yangmenggunakan teknologi bahan bakar alternatif teknologi elektrifikasi,yaitu Hybrid Engine Vehicle (HEV), Battery Electric Vehicles (BEVs),Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEVs), Fuel Cell Electric Vehicle,Hydrogen Engine Vehicle, dan Natural Gas Vehicle. Salah satu produkawal unggulan SAIC yang menerapkan teknologi tersebut adalah Roewe750 Hybrid yang dikembangkan sejak tahun 2011, yang hemat bahanbakar beremisi rendah, yaitu 20% lebih rendah ketimbang produkselainnya.

Kebijakan Pemerintah China

Stimulus Fiskal

Subsidi fiskal merupakan pengalokasian hasil penerimaan pemerintahke dalam anggarannya dalam rangka mempengaruhi aktivitas ekonomitertentu. Dalam hal pembiayaan, dukungan yang diberikan pemerintahChina bagi pihak produsen mencakup bantuan dana yang diberikansecara cuma-cuma tanpa terikat oleh adanya pengembalian kepadapemerintah; pajak rendah (preferential tax rates), di mana sejak tahun2011 pengenaan pajak bagi penghasilan korporasi dipotong sebesar 50%untuk mendorong produktivitas industri; subsidi kredit dari bank miliknegara; pembiayaan kredit dari Bank Ekspor-Impor China besertajaminan dengan kelonggaran suku bunga yang berada di bawah tingkatbunga pada pasar.

Kebijakan Perdagangan dan Investasi Asing

Masuknya investor asing juga turut membantu industri otomobil dalamnegeri China untuk mengejar ketertinggalan teknologi hemat energi.Investor asing yang masuk tidak dapat memproduksi kendaraan secarautuh kecuali apabila mereka melakukan joint-venture denganperusahaan China, dengan alokasi mayoritas dimiliki oleh pihak China,yaitu sedikitnya 50% saham, sehingga memberikan pengaruh bagipartner kerjasama tersebut untuk bernegosiasi mengenai transferteknologi sebagai bagian dari kesepakatan kerjasama. Sementara itukeputusan persetujuan atas segala bentuk kerjasama yang akandilakukan dengan pihak asing berada pada pemerintah, dan transfer

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1212 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

teknologi merupakan isu yang paling berpengaruh terhadap perolehanpersetujuan atau kesepakatan

Anggaran Riset dan Pengembangan

Dalam hal riset dan pengembangan, pada tahun 2011-2012, pemerintahmengalokasikan dana sebesar RMB 115 milyar untuk dana riset danpengembangan, pembangunan sarana penghematan energi, sertasetengahnya untuk mensubsidi pengembangan dan industrialisasiteknologi inti. Sementara itu anggaran yang dikeluarkan untuk risetkendaraan bertenaga listrik di bawah Program 863 sejak tahun 2006hingga 2010 berkisar sebesar RMB 4,7 miliar. Akan tetapi secara umumprogram riset dan pengembangan bekerjasama dengan para investorasing melalui adanya transfer teknologi.

Kesimpulan

Dari studi perbandingan yang telah dilakukan penulis menyimpulkanbahwa dari gejala yang serupa pada aktor Hyundai, Tata, dan SAIC yaitudalam tingginya produksi kendaraan di tengah tuntutan regulasilingkungan Protokol Kyoto disebabkan oleh adanya penyebab yangserupa pula, yaitu standarisasi emisi gas rumah kaca yang dihasilkanoleh kendaraan produksi para aktor tersebut, penerapan inovasiteknologi yang ramah lingkungan baik secara mandiri maupun melaluitransfer teknologi, serta peranan pemerintah untuk mendukungproduktivitas industri otomobil melalui kebijakan perdagangan daninvestasi asing.

Hyundai berhasil menerapkan strategi natural capitalism melaluibeberapa produknya yang kemudian membuatnya mampu mencapaistandar lingkungan yang berlaku di negaranya, maupun standarinternasional mengenai emisi gas rumah kaca, beserta dengankemampuannya dalam mengolah limbah industri. Pemerintah KoreaSelatan dalam hal ini mampu menyediakan kondisi yang kondusif bagiindustri otomobil, yang di dalamnya Hyundai mendominasi di antaraaktor industri lainya, melalui promosi ekspor serta dukungan riset danpengembangan baik dalam bentuk fasilitas atau sarana maupun insentifdana.

Dalam hal strategi natural capitalism, Tata juga mampu menerapkaninovasi teknologi serta pengolahan limbah meskipun tidak sepenuhnyasecara mandiri, dalam rangka memenuhi standarisasi yang ada.Demikian pula dengan pemerintah India juga mampu menyediakankondisi yang kondusif bagi pertumbuhan industri otomobilnya, melalui

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1213

membuka investasi asing, promosi ekspor, serta dukungan riset danpengembangan.

Sedikit berbeda, pertumbuhan SAIC mendapat dukungan yang besardari pemerintahnya. Pengembangan inovasi teknologi diperoleh dariadanya transfer teknologi atas bantuan pemerintah dalam menarikinvestasi asing yang mensyaratkan hal tersebut. Dengan kata lainmeskipun berhasil menerapkan teknologi ramah lingkungan padaproduknya, namun inovasi tidak dilakukan secara mandiri oleh SAIC.Kebijakan pemerintah China dalam mendorong pertumbuhan produksiotomobil terimplementasikan dalam beberapa bentuk, yang utamanyadidominasi oleh adanya subsidi bagi produsen dan konsumen dalamnegeri serta membuka kesempatan yang besar bagi investasi asing untukmembantu pengembangan inovasi teknologi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas suatu korporasi dapatdipengaruhi oleh beberapa tindakan yang dilakukan baik oleh korporasiitu sendiri maupun oleh pemerintah di negaranya berasal. Melaluiinovasi teknologi, korporasi berusaha untuk mencapai daya saing yangtinggi agar nilai kompetisinya di pasar tetap tinggi. Dengan dukunganpemerintah korporasi terbantu dalam usaha ekspor dan memperolehinvestasi asing. Dalam hal ini korporasi yang berasal dari negara denganekonomi yang sedang tumbuh pesat, mendapat dukungan yang tinggidari negara utuk dapat bersaing dengan aktor bisnis dari negara maju.Kompetisi dan daya saing menjadi nilai penting untuk dapat tetapbertahan di pasar dan tumbuh dengan pesat.

Daftar Pustaka

Buku Bungin, Burhan. H. M. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial. (Jakarta : Kencana PrenamaMedia Group, 2009)

Dickovick, Tyler J. The World Today Series 2013 : Africa. 48th Ed.(Lanham : Stryker-Post Publication, 2013),http://books.google.co.id/books?id=ZfSXAAAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=true (Diakses pada 14 April 2014)

Gulo, W. Metodologi Penelitian (Jakarta : Grasindo, 2000).http://books.google.co.id/books?id=lFJfR5jf-osC&pg=PA19&dq=tipe+penelitian+deskriptif&hl=en&sa=X&ei=rnZeU9aIDcGkrQfS84H4DA&redir_esc=y#v=onepage&q=tipe%20penelitian%20deskriptif&f=true (Diakses pada 28 April 2014)

Hironaka, Ann. Neverending wars : The International Community,Weak States and The Perpetuation of Civil War. (London: Harvard

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1214 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

University Press, 2005) www.bookfi.org (Diakses pada 26 April2014)

Lahneman, William J. Military Intervention : Twenty-First Century.(Lanham : Rowman & Littlefield Publisher, 2004)

Ramsbotham, Oliver, hugh Miall & Tom Woodhouse. ContemporaryConflict Resolution : The Prevention, Management andTransformation of Deadly Conflicts, 3rd Ed. Polity Press.http://books.google.co.id/books?id=-IbuQE02-KkC&printsec=frontcover&dq=Conflict+ramsbotham&hl=en&sa=X&ei=AdGrU8i5IcqiugSK1oH4AQ&ved=0CBkQ6AEwAA#v=onepage&q=Conflict%20ramsbotham&f=false (Diakses pada 14 September 2012)

Seybolt, Taylor B. Humanitarian Military Intervention The Condisitonsfor Success and Failures. (Oxford : Oxford University Press, 2007)

Suyanto, Bagong & Sutinah, Metode Penelitian Sosial : BerbagaiAlternatif Pendekatan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2005)

Williams, Paul D. War and Conflict in Africa.( Polity, 2011)Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. (Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia, 2008)

Jurnal, Artikel dan LaporanAnna, Magdalena Czyz. “Applying the ABC Conflict Triangle to The

Protection of Children’s Human Rights and The Fulfillment of TheirBasic Needs : A Case Study Approach” (Thesis to the EuropeanUniversity Centre for Peace Studies, 2006) : 1-88. http://epu.ac.at/fileadmin/downloads/research/Czyz.pdf (Diaksespada 19 April 2014)

Bakrania, Shivit, “Conflict Drivers, International Responses, and theOutlook for Peace in Mali: A Literature Review”, Governance andSocial Development Resource Centre, (31 Januari 2013): 1-24,http://www.gsdrc.org/docs/open/IP14.pdf, (Diakses pada 7 Mei2014)

Bar-Tal, Daniel, “Societal Beliefs in Times of Intractable Conflict : TheIsraeli Case”, International Journal of Conflict Management, (1998,9): 22-50, http://www.tau.ac.il/~daniel/pdf/29.DOC (Diakses pada3 Juni 2014)

Beaudoin, Melissa MC. “Protracted Social Conflict : A TheoriticalReconceptualization and Case Analysis” (Thesis and DissertationsUniversity of South Carolina, 2013) : 1-376,http://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2773&context=etd&sei-redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3Dprotracted%2520social%2520conflict-%2520a%2520theoretical%2520reconceptualization%2520and%26source%3Dweb%26cd%3D1%26ved%3D0CCoQFjAA%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholarcommons.sc.edu%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D2773%2526context%253Detd%26ei%3DfwVqU6vcDoW2uASkn4HoBg%26usg%3DAFQjCNGtT

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1215

AUfDK6O0vIF4oAbXKYXUGRsZQ%26bvm%3Dbv.66111022%2Cd.c2E#search=%22protracted%20social%20conflict-%20theoretical%20reconceptualization%22 (Diakses pada 7 Mei 2014)

Bergamaschi, Isaline. “MINUSMA : Initial Steps, Achievements andChallenges” Noref Norwegian Peacebuilding Resource Centre( 2 0 1 3 ) : 1 - 4 .http://www.peacebuilding.no/var/ezflow/_site/storage/original/application/89da563832be4b62d09bc99edc0cf080.pdf (Diakses pada6 April 2014)

Bloddy-Evans, Alistair, “African History : Modibo Keita”, About.com,http://africanhistory.about.com/od/mali/a/Modibo-Keita-Biography.htm (Diakses pada 22 Juni 2014)

Bondersholt, Signe F & Gyldenholm, Kia CK, “Conflict in North Mali :Tuareg Livelihood”, International Development Studies, RoskildeUniversity, (5th Semester, Spring 2012) : 1-67, http://rudar.ruc.dk/bitstream/1800/8067/3/zConflict%20in%20North%20Mali%20-%20Tuareg%20Livelihood.pdf (Diakses pada 22Juni 2014)

Briscoe, Ivan. “Crime After Jihad : Armed Groups, The State and IllicitBusiness in Post Confict Mali” Clingendael Netherlands Institute ofInternational Relations (Mei 2014) : 1-65http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.clingendael.nl%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FCrime%2520after%2520Jihad.pdf&ei=USanU-2GDpOyuASa5YCgCg&usg=AFQjCNGfUZ27RTZNbKRpSFY_MGVMf1C2fA&sig2=9zGPmqSLdNBTx4ubxphULQ&bvm=bv.69411363,d.c2E (Diakses pada 23 Juni 2014)

Collins, Randall, “C-Escalation and D-Escalation : A Theory of theTime-Dynamics of Conflict” American Sociological Review, (2011):1 - 2 0 ,http://www.asanet.org/images/journals/docs/pdf/asr/Feb12ASRFeature.pdf (Diakses pada 15 April 2014)

Cramer, Marissa. “From Nomads to Nationalists : Explaining TuaregSeparatism in Northern Mali”

DB, Devon, “The Crisis in Mali : A Historical Perspective on the TuaregPeople”, Global Research Centre for Research on Globalization,( 2 0 1 3 ) ,http://www.globalresearch.ca/the-crisis-in-mali-a-historical-perspective-on-the-tuareg-people/5321407 (Diakses pada 13 April 2014)

Dowd, C and Raleigh, C, “Sahel State Political Violence in ComparativePerspective”, Stability: International Journal of Security andDevelopment 2(2), (2013):25, DOI: http://dx.doi.org/10.5334/sta.bl

Federal Research Division, “Country Profile : Mali”, Library of Congress,(Januari 2005) : 1-20,

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1216 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/Mali.pdf (Diakses pada 6April 2014)

Gulmez, Dudem Buhari, “World Society and Conflict”, Journal ofCritical Globalisation Studies, Issue 2 (2010) : 164-68,http://www.criticalglobalisation.com/Issue2/164_168_WORLD_SOCIETY_JCGS2.pdf (Diakses 24 April 2014)

Hanlon, Querine, “Adapting America’s Security Paradigm and SecurityAgenda : State Actors in the 21st Century Security Environment,” National Strategy Information Center, (2011) : 1-17,http://www.strategycenter.org/wp-content/uploads/2011/07/State-Actors-21st-Century.pdf (Diakses pada 2 Juni 2014)

Hershkowitz, Ann, “The Tuareg in Mali and Niger : The Role ofDisertification in Violent Conflict”, ICE Case Study Number 151,(Agustus 2005), http://www1.american.edu/ted/ice/tuareg.htm(Diakses pada 23 Juni 2014)

Humphreys, Macartan & Habaye ag Mohamed. “Senegal and Mali” Columbia University (2003) : 1-80. http://www.columbia.edu/~mh2245/papers1/sen_mali.pdf(Diakses pada 6 April 2014)

Keita, Kalifa. “Conflict and Conflict Resolution in The Sahel : The TuaregInsurgency in Mali”, Strategic Studies Institute (1998) : 1-48http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub200.pdf(Diakses pada 6 April 2014)

Lecocq, Baz. “Northern Mali : A long and Complicated Conflict”ZiF-Mitteilungen 3, (2013): 1-6.https://www.uni-bielefeld.de/ZIF/Publikationen/Mitteilungen/Aufsaetze/2013-3-Lecocq.pdf (Diakses pada 14 April 2014)

Lecocq, J.S. “That Desert is Our Country : Tuareg Rebellions andCompeting Nationalisms in Contemporary Mali (1946-1996)”UvA-DARE The Institutional Repository of the University ofAmsterdam (UvA) (2002) : http://dare.uva.nl/document/65901(Diakses pada 26 Juni 2014)

Lecocq, Mann, Whitehouse, Badi, Pelekmans, Belalimat, Hall, Lacher.“One Hippopotamus and Eight Blind Analysts: A Multivocal Analysisof the 2012 Political Crisis in the Divided Republic Editors Cut”,(2012): 1-16.http://media.leidenuniv.nl/legacy/lecocq-mann-et-al---one-hippo-8 --blind-analysts-editors-cut.pdf (Diakses pada 22 Juni 2014)

Mariko, Moctar & Florent Geel. “War Crime in Mali”. LaporanAMDH-FIDH Perancis. (2013) : 1-28.http://www.fidh.org/IMG/pdf/mali592ang.pdf (Diakses pada 6April 2014)

Miller, Raymond. “The Role of Ideology in Negotiation and ConflictDuring the Tuareg Rebellions”. (2013).http://smallwarsjournal.com/jrnl/art/the-role-of-ideology-in-negoti

Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara MasyarakatTuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)

Jurnal Analisis HI, September 2014 1217

ation-and-conflict-resolution-during-the-tuareg-rebellions (Diaksespada 13 April 2014)

Mullner, Birgit Kirsten, “Conflict Barometer : Disputes Non-ViolentCrises Violent Crises Limited Wars”, Heidelberg Institute forInternational Conflict Research, (2012):1-130, http://hiik.de/en/konfliktbarometer/pdf/ConflictBarometer_2012.pdf (Diakses pada 22 Juni 2014)

PBB. Dewan Keamanan. Resolution 2100, 25 April 2013,http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/minusma/documents/mali%20_2100_E_.pdf (Diakses pada 26 Juni 2014)

Schultz, Jakob. “Conflict Barometer : Disputes Non-Violent CrisesViolent Crises Limited Wars Wars” Heidelberg Institute forInternational Conflict Research (2012) : http://hiik.de/en/konfliktbarometer/pdf/ConflictBarometer_2012.pdf (Diakses pada 22 Juni 2014)

Susan E. Rice dan Stewart Patrick. “Index of State Weakness In TheDeveloping World”, The Brookings Institution (2008) : 1-47 ,http://www.brookings.edu/~/media/research/files/reports/2008/2/weak%20states%20index/02_weak_states_index.pdf (Diaksespada 2 Juni 2014)

Tamboura, Abdoulaye. “Tuareg Crisis in Niger and Mali” (IFRISub-Saharan Africa Program Seminar, 2008) : 1-9, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CHcQFjAH&url=http%3A%2F%2Fwww.ifri.org%2Fdownloads%2FSem_Tuaregcrises_EN.pdf&ei=jX5LU5TqHsb_rQfd44C4Cw&usg=AFQjCNGqa_jtaHL-3VwYK6k2z-E0u03lig&sig2=GQsaovDz-LQmBZBq6b7ffg&bvm=bv.64542518,d.bmk(Diakses pada 14 April 2014)

Technology Integration Division. “Mali in Perspective : An OrientationGuide” Defeense Language Institute Foreign Language Center (2011) : 1-68. http://famdliflc.lingnet.org/products/cip/mali/mali.pdf (Diaksespada 6 April 2014)

Thurston, Alex, “Towards an “Islamic Republic of Mali?” ”, The FlethcerForum of World Affairs, Vol. 37:2, (Summer 2013) : 45-66http://www.fletcherforum.org/wp-content/uploads/2013/05/Thurston-37-2.pdf (Diakses pada 26 Juni 2014)

Website “Chronology of Key Events in Mali, 1891 - Present”. Stockholm

International Peace Research Institute : The Independent Resourceon Global Security. http://www.sipri.org/research/security/Mali/chronology (Diaksespada 21 Juni 2014)

Gabriela Natalia Primi Bagas Gati

1218 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

“Mali President Seeks French Help Against Militant Advance “. VOA. http://www.voanews.com/content/un-security-council-emergency-session-mali/1581614.html (Diakses pada 15 Januari 2014)

“Northern Mali at a glance”, OECD Sahel and West Africa Club,http://www.oecd.org/swac/northernmaliataglance.htm (Diaksespada 22 Juni 2014)

“Republic of Mali : Country Programme Evaluation.” IFAD : Investingin Rural People.http://www.ifad.org/evaluation/public_html/eksyst/doc/country/pa/mali/mali-2013.htm (Diakses pada 21 Juni 2014)

“Tuareg – Mali – 1962-1964.” Global Security. http://www.globalsecurity.org/military/world/war/tuareg-mali-1962.htm (Diakses pada 13 April 2014)

“Tuareg – Mali.” Global Security. http://www.globalsecurity.org/military/world/war/tuareg-mali.htm(Diakses pada 15 April 2014)

BBC News, 2013, “Sri Lanka Profile”http://www.bbc.com/news/world-south-asia-11999611 (Diaksespada 29 juni 2014)

BBC News, 2014, “Democratic Republic of Congo Profile”,http://www.bbc.com/news/world-africa-13283212 (Diakses pada 9Juni 2014)

Jayakumar, Kirthi. “Peace and Conflict Resolution from the DemocratiicRepublic of Congo,”http://www.transconflict.com/2014/02/peace-conflict-resolution-democratic-republic-congo-202/ (Diakses pada 6 April 2014)