infografis rdg juni r4 a - bi.go.id · struktur suku bunga atau term structure operasi moneter bank...

1
Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Perdagangan 3 Nilai Tukar 4 Inflasi 5 Ekonomi Global 1 Bank Indonesia Call Center BI : 131 Selengkapnya dapat dilihat di website Bank Indonesia Rupiah kembali menguat pada Juni 2016, setelah sempat melemah pada bulan sebelumnya akibat meningkatnya risiko pasar keuangan global terkait rencana penyesuaian FFR. Secara rata-rata, Rupiah terdepresiasi 1,95% (mtm) ke Rp13.434 per dolar AS pada bulan Mei 2016. Bank Indonesia mencermati inflasi dari komponen volatile foods yang bersumber dari peningkatan harga komoditas daging sapi, daging dan telur ayam ras, serta minyak goreng, seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang Ramadan. Sementara itu, tekanan administered prices bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara, dan rokok kretek filter. Inflasi pada bulan Mei tetap terkendali dan diperkirakan akan berada pada kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1%. Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II 2016 diperkirakan tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Belanja modal pemerintah terus meningkat dan penerimaan pemerintah masih terkontraksi. G Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat, sejalan dengan peningkatan penjualan eceran menjelang Hari Raya Idul Fitri. Meningkatnya penjualan eceran didukung oleh rencana pembayaran tunjangan hari raya (THR). C Inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) 0,24% (mtm) 3,33% (yoy) Inflasi Harga Barang yang Diatur Pemerintah seperti kenaikan tarif angkutan udara. (Administered Prices) Inflasi Inti (Core) Rp 0,23% (mtm) 3,41% (yoy) Inflasi Bahan Makanan Bergejolak (Volatile Foods) 0,32% (mtm) 8,15% (yoy) 0,27% (mtm) -0,95% (yoy) RISIKO PROSPEK KE DEPAN Pemulihan ekonomi global berlangsung lambat dan tidak merata, sementara risiko ketidakpastian di pasar keuangan global sedikit mereda. • Meskipun indikator konsumsi dan inflasi menunjukkan bahwa ekonomi AS dalam tren membaik, perbaikan ekonomi AS masih belum terlalu kuat. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong The Fed untuk tetap berhati-hati dalam melakukan penyesuaian Fed Fund Rate (FFR). • Pemulihan ekonomi Eropa berlangsung moderat dan dibayangi risiko Brexit, yang berpotensi menambah tekanan di pasar keuangan global. • Perekonomian Jepang masih lemah, terlihat dari ekspor yang menurun, konsumsi yang stagnan, serta deflasi yang meningkat. • Perbaikan ekonomi Tiongkok kembali tertahan, yang tercermin dari melambatnya investasi, produksi dan konsumsi. Di pasar komoditas, harga minyak dunia bergerak naik, meskipun ke depan diperkirakan masih berada pada level yang relatif rendah. Sementara, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, khususnya CPO. Kondisi AS, dan ekonomi global serta risiko Brexit, menyebabkan The Fed menunda kenaikan FFR. Penundaan tersebut sedikit meredakan tekanan di pasar keuangan global. Stabilitas sistem keuangan pada April 2016 tetap terjaga, didukung oleh meningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan. Sistem Keuangan 6 PERKEMBANGAN TERKINI Pertumbuhan investasi, khususnya nonbangunan, diperkirakan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. I Ekspor diperkirakan masih tumbuh terbatas, meskipun ekspor beberapa komoditas mulai mengalami peningkatan. X TW I 2015 TW IV 2015 TW I 2016 BAURAN KEBIJAKAN (POLICY MIX) Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juni 2016 memutuskan : LF Bunga Lending Facility 7,0% TURUN DF Bunga Deposit Facility 4,5% TURUN BI RATE 6,50 % TURUN 5,25 % BI 7-Day Repo Rate* TURUN JUNI 2016 KEBIJAKAN MONETER BULANAN Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi terus berlanjut, yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil. Untuk terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah masih lemahnya perekonomian global, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan moneter dan makroprudensial. BANK INDONESIA TURUNKAN BI RATE MENJADI 6,50% DAN LONGGARKAN KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL Depresiasi Rupiah tersebut didorong oleh meningkatnya risiko global yang dipicu oleh pernyataan bank sentral AS terkait rencana kenaikan FFR. Rupiah kembali menguat, seiring dengan aliran modal masuk yang kembali meningkat pasca pengumuman data ketenagakerjaan AS yang lebih rendah dari perkiraan. Mei 2016 melemah Awal Juni 2016 kembali menguat Aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia hingga Mei 2016 telah mencapai 4,5 miliar dolar AS. Aliran masuk modal asing kembali meningkat di awal Juni 2016, setelah sempat mengalami tekanan arus modal keluar pada bulan sebelumnya. ALIRAN MASUK MODAL ASING Surplus Mei 2016 US$ 0,38 miliar Cadangan devisa akhir Mei 2016 US$ 103,6 Miliar cukup untuk membiayai: CADANGAN DEVISA Angka tersebut di atas standar kecukupan internasional (sekitar 3 bulan impor) BULAN IMPOR BULAN IMPOR ATAU PEMBAYARAN UTANG LUAR NEGERI 1,95%(mtm) Rp. 13.434/US$ Rp Rasio Kecukupan Modal (CAR) 21,7% Ketahanan permodalan masih berada pada level yang cukup tinggi. *) Data April 2016 Likuiditas masih memadai. Alat Likuid/DPK 21,5% Risiko kredit terjaga. Rasio NPL (gross) 2,9% atau (net) 1,5% Namun demikian kondisi stabilitas sistem keuangan masih menghadapi tantangan berupa : Pertumbuhan Kredit 8,0% (yoy) 6,2% (yoy) Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Kinerja korporasi non-keuangan menurun*). *) Laporan 409 Korporasi Go Public pada Triwulan III 2015 Return On Asset (ROA) korporasi 3,2% Debt Service Ratio (DSR) korporasi 76,5% Pertumbuhan DPK Individual (RT) Kinerja rumah tangga (RT) masih lemah. 6,2% (yoy) Efisiensi menurun. Intermediasi masih lambat. 82,8% Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rp BOPO 5,0-5,4% (yoy) PERTUMBUHAN EKONOMI 2016 4 _1% (yoy) + INFLASI 2016 Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada bulan Mei 2016, terutama didukung oleh surplus perdagangan nonmigas. Sumber: BPS Struktur suku bunga atau term structure operasi moneter Bank Indonesia mengalami perubahan menjadi sebagai berikut: Tenor 7 hari 2 minggu 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan Term Structure Operasi Moneter 5,25% 5,45% 5,70% 6,10% 6,30% 6,40% 6,50% *) BI 7-day (Reverse) Repo Rate adalah suku bunga operasi moneter BI dengan tenor 7 hari dan akan ditetapkan sebagai suku bunga kebijakan BI yang baru efektif sejak 19 Agustus 2016 Di bidang makroprudensial, Bank Indonesia melakukan pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, melalui: • Relaksasi ketentuan Loan to Value Ratio (LTV) dan Financing to Value Ratio (FTV) kredit/pembiayaan properti untuk Rumah Tapak, Rumah Susun, dan Ruko/Rukan. Memperlonggar kredit/pembiayaan melalui mekanisme inden dengan pengaturan pencairan kredit/pembiayaan bertahap sesuai progres pembangunan untuk Rumah Tapak, Rumah Susun, dan Ruko/Rukan sampai dengan fasilitas kredit/pembiayaan kedua. Untuk mendorong kredit perbankan, Bank Indonesia juga menaikkan batas bawah Loan to Funding Ratio terkait Giro Wajib Minimum (GWM-LFR) dari 78% menjadi 80%, dengan batas atas tetap sebesar 92%. *) Ketentuan di bidang makroprudensial tersebut mulai diberlakukan pada Agustus 2016. Ketentuan tersebut hanya berlaku untuk bank dengan NPL KPR (gross) <5% dan NPL total (gross) <5% FOKUS KEBIJAKAN BI Bauran kebijakan BI tersebut sejalan dengan asesmen Dewan Gubernur BI bahwa stabilitas makroekonomi terus berlanjut, yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil. Bauran kebijakan tersebut diharapkan dapat semakin memperkuat upaya untuk meningkatkan permintaan domestik guna terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah masih lemahnya perekonomian global. Bank Indonesia meyakini bahwa pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial akan memperkuat kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui penguatan stimulus pertumbuhan dan percepatan implementasi reformasi struktural. Bank Indonesia masih mewaspadai berbagai risiko, antara lain: • Pertumbuhan ekonomi global yang terus melemah. • Ketidakpastian di pasar keuangan global, terkait dengan risiko kenaikan FFR dan isu Brexit. • Inflasi harga makanan bergejolak, akibat faktor musiman menjelang bulan Ramadan (terutama komoditas daging sapi, daging dan telur ayam ras, serta minyak goreng) dan dampak La Nina. • Penerimaan negara di bawah target yang telah ditetapkan semula. • Perlambatan kredit dan kinerja korporasi.

Upload: duongxuyen

Post on 05-Jul-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pertumbuhan Ekonomi2

Neraca Perdagangan3

Nilai Tukar4

Inflasi5

Ekonomi Global 1

Bank Indonesia Call Center BI : 131Selengkapnya dapat dilihat di website Bank Indonesia

Rupiah kembali menguat pada Juni 2016, setelah sempat melemah pada bulan sebelumnya akibat meningkatnya risiko pasar keuangan global terkait rencana penyesuaian FFR.

Secara rata-rata, Rupiah terdepresiasi 1,95% (mtm) ke Rp13.434 per dolar AS pada bulan Mei 2016.

Bank Indonesia mencermati inflasi dari komponen volatile foods yang bersumber dari peningkatan harga komoditas daging sapi, daging dan telur ayam ras, serta minyak goreng, seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang Ramadan. Sementara itu, tekanan administered prices bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara, dan rokok kretek filter.

Inflasi pada bulan Mei tetap terkendali dan diperkirakan akan berada pada kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1%.

Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II 2016 diperkirakan tidak sekuat perkiraan sebelumnya.

Belanja modal pemerintah terus meningkat dan penerimaan pemerintah masih terkontraksi.

G

Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat, sejalan dengan peningkatan penjualan eceran menjelang Hari Raya Idul Fitri. Meningkatnya penjualan eceran didukung oleh rencana pembayaran tunjangan hari raya (THR).

C

Inflasi IHK(Indeks Harga

Konsumen)

0,24%(mtm)

3,33%(yoy)

Inflasi Harga Barang yang Diatur Pemerintah seperti kenaikan tarif angkutan udara.

(Administered Prices)

Inflasi Inti(Core)

Rp

0,23%(mtm)

3,41%(yoy)

Inflasi BahanMakanan Bergejolak

(Volatile Foods)

0,32%(mtm)

8,15% (yoy)

0,27%(mtm)

-0,95%(yoy)

RISIKOPROSPEK KE DEPAN

Pemulihan ekonomi global berlangsung lambat dan tidak merata, sementara risiko ketidakpastian di pasar keuangan global sedikit mereda.• Meskipun indikator konsumsi dan inflasi menunjukkan bahwa ekonomi AS dalam tren membaik, perbaikan ekonomi AS masih belum terlalu kuat. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong The Fed untuk tetap berhati-hati dalam melakukan penyesuaian Fed Fund Rate (FFR). • Pemulihan ekonomi Eropa berlangsung moderat dan dibayangi risiko Brexit, yang berpotensi menambah tekanan di pasar keuangan global.• Perekonomian Jepang masih lemah, terlihat dari ekspor yang menurun, konsumsi yang stagnan, serta deflasi yang meningkat.

• Perbaikan ekonomi Tiongkok kembali tertahan, yang tercermin dari melambatnya investasi, produksi dan konsumsi.• Di pasar komoditas, harga minyak dunia bergerak naik, meskipun ke depan diperkirakan masih berada pada level yang relatif rendah. Sementara, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, khususnya CPO.• Kondisi AS, dan ekonomi global serta risiko Brexit, menyebabkan The Fed menunda kenaikan FFR. Penundaan tersebut sedikit meredakan tekanan di pasar keuangan global.

Stabilitas sistem keuangan pada April 2016 tetap terjaga, didukung oleh meningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan.

Sistem Keuangan6

PERKEMBANGAN TERKINI

Pertumbuhan investasi, khususnya nonbangunan, diperkirakan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.

I

Ekspor diperkirakan masih tumbuh terbatas, meskipun ekspor beberapa komoditas mulai mengalami peningkatan.

X

TW I 201

5

TW IV 20

15

TW I 201

6

BAURAN KEBIJAKAN (POLICY MIX)Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesiapada 15-16 Juni 2016 memutuskan :

LF

Bunga Lending Facility

7,0%TURUN

DF

Bunga Deposit Facility

4,5%TURUN

BI RATE

6,50%TURUN

5,25%

BI 7-DayRepo Rate*TURUN

JUNI 2016KEBIJAKAN MONETER BULANAN

Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi terus berlanjut, yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil. Untuk terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi,

di tengah masih lemahnya perekonomian global, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan moneter dan makroprudensial.

BANK INDONESIA TURUNKAN BI RATE MENJADI 6,50 %DAN LONGGARKAN KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL

Depresiasi Rupiah tersebut didorong oleh meningkatnya risiko global yang dipicu oleh pernyataan bank sentral AS terkait rencana kenaikan FFR.

Rupiah kembali menguat, seiring dengan aliran modal masuk yang kembali meningkat pasca pengumuman data ketenagakerjaan AS yang lebih rendah dari perkiraan.

Mei 2016 melemah Awal Juni 2016 kembali menguat

Aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia hingga Mei 2016 telah mencapai 4,5 miliar dolar AS. Aliran masuk modal asing kembali meningkat di awal Juni 2016, setelah sempat mengalami tekanan arus modal keluar pada bulan sebelumnya.

ALIRAN MASUK MODAL ASINGSurplusMei 2016

US$ 0,38miliar

Cadangan devisa akhir Mei 2016 US$ 103,6 Miliarcukup untuk membiayai:

CADANGAN DEVISA

Angka tersebut di atas standar kecukupan internasional (sekitar 3 bulan impor)

BULANIMPOR

BULANIMPOR

ATAUPEMBAYARANUTANGLUAR NEGERI

1,95%(mtm)Rp. 13.434/US$

Rp

Rasio Kecukupan Modal(CAR) 21,7%

Ketahanan permodalanmasih berada pada levelyang cukup tinggi.

*) Data April 2016

Likuiditas masihmemadai.

Alat Likuid/DPK

21,5%

Risiko kredit terjaga.

Rasio NPL(gross)2,9%

atau(net)1,5%

Namun demikian kondisi stabilitas sistem keuangan masih menghadapi tantangan berupa :

PertumbuhanKredit8,0% (yoy) 6,2% (yoy)

Pertumbuhan DanaPihak Ketiga (DPK)

Kinerja korporasi non-keuangan menurun*).

*) Laporan 409 Korporasi Go Public pada Triwulan III 2015

Return On Asset(ROA) korporasi

3,2% Debt Service Ratio (DSR) korporasi

76,5%

Pertumbuhan DPK Individual (RT)Kinerja rumah tangga (RT) masih lemah.

6,2% (yoy)

Efisiensi menurun.

Intermediasi masih lambat.

82,8%

Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO)

Rp

BOPO

5,0-5,4% (yoy)

PERTUMBUHANEKONOMI 2016 4_1% (yoy)+

INFLASI 2016

Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada bulan Mei 2016, terutama didukung oleh surplus perdagangan nonmigas.

Sumber: BPS

Struktur suku bunga atau term structure operasi moneter Bank Indonesia mengalami perubahan menjadi sebagai berikut:

Tenor 7 hari 2 minggu 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan

Term StructureOperasi Moneter 5,25% 5,45% 5,70% 6,10% 6,30% 6,40% 6,50%

*) BI 7-day (Reverse) Repo Rate adalah suku bunga operasi moneter BI dengan tenor 7 hari dan akan ditetapkan sebagai suku bunga kebijakan BI yang baru efektif sejak 19 Agustus 2016

Di bidang makroprudensial, Bank Indonesia melakukan pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, melalui:

• Relaksasi ketentuan Loan to Value Ratio (LTV) dan Financing to Value Ratio (FTV) kredit/pembiayaan properti untuk Rumah Tapak, Rumah Susun, dan Ruko/Rukan.• Memperlonggar kredit/pembiayaan melalui mekanisme inden dengan pengaturan pencairan kredit/pembiayaan bertahap sesuai progres pembangunan untuk Rumah Tapak, Rumah Susun, dan Ruko/Rukan sampai dengan fasilitas kredit/pembiayaan kedua.• Untuk mendorong kredit perbankan, Bank Indonesia juga menaikkan batas bawah Loan to Funding Ratio terkait Giro Wajib Minimum (GWM-LFR) dari 78% menjadi 80%, dengan batas atas tetap sebesar 92%.*) Ketentuan di bidang makroprudensial tersebut mulai diberlakukan pada Agustus 2016. Ketentuan tersebut hanya berlaku untuk bank dengan NPL KPR (gross) <5% dan NPL total (gross) <5%

FOKUS KEBIJAKAN BIBauran kebijakan BI tersebut sejalan dengan asesmen Dewan Gubernur BI bahwa stabilitas makroekonomi terus berlanjut, yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil.Bauran kebijakan tersebut diharapkan dapat semakin memperkuat upaya untuk meningkatkan permintaan domestik guna terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah masih lemahnya perekonomian global.Bank Indonesia meyakini bahwa pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial akan memperkuat kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui penguatan stimulus pertumbuhan dan percepatan implementasi reformasi struktural.

Bank Indonesia masih mewaspadai berbagai risiko, antara lain:• Pertumbuhan ekonomi global yang terus melemah.• Ketidakpastian di pasar keuangan global, terkait dengan risiko kenaikan FFR dan isu Brexit.• Inflasi harga makanan bergejolak, akibat faktor musiman menjelang bulan Ramadan (terutama komoditas daging sapi, daging dan telur ayam ras, serta minyak goreng) dan dampak La Nina.• Penerimaan negara di bawah target yang telah ditetapkan semula.• Perlambatan kredit dan kinerja korporasi.