infeksi pada tumbuh kembang anak dan imunisasi anak
DESCRIPTION
Kajian pustaka mengenai infeksi yang mempengaruhi tumbuh kembang anak serta imunisasi pada anak. Dikerjakan sebagai tugas pada modul Tumbuh Kembang 2013 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.TRANSCRIPT
1
Komang Shary K., 1206238633
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
LTM Pemicu 3 Modul Tumbuh Kembang
Infeksi yang Menyebabkan Gangguan Tumbuh Kembang
dan Imunisasi pada Anak
Pendahuluan
Pada pemicu, seorang anak laki-laki pergi ke posyandu untuk pemberian kapsul vitamin A.
Anak tersebut diketahuui ceria dan banyak berceloteh di Posyandu, Bagaimana proses
tumbuh kembang yang dilaluinya? Infeksi penyakit adalah salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan tumbuh kembang. LTM ini akan membahas gangguan tumbuh
kembang anak akibat beberapa jenis infeksi serta imunisasi pada anak terkait imunisasi
lengkap yang dilalui anak dalam pemicu.
A. Infeksi Penyebab Gangguan Tumbuh Kembang
Berikut adalah contoh penyakit infeksi yang menyebabkan gangguan tumbuh kembang.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Salah satu target utama dari infeksi HIV adalah otak. Seperti yang kita tahu, lingkar kepala
memiliki korelasi dengan volume otak pada anak-anak. Sebuah studi oleh The Women and
Infants Transmission Study (WITS) menunjukkan kecenderungan lingkar kepala yang lebih
kecil pada bayi yang terinfeksi HIV. Menurut penelitian tersebut juga, bayi yang tidak diberi
penanganan memiliki keterlambatan dalam pertumbuhan otak.1
2. Giardiasis
Giardiasis adalah penyakit penyebab diare yang disebabkan oleh protozoa Giardia
intestinalis. Infeksi ini dapat ditemukan di seluruh dunia, tetapi endemik di daerah-daerah
dengan sanitasi yang kurang baik. Infeksinya lebih umum ditemukan pada anak-anak
daripada orang dewasa. Giardiasis adalah penyebab umum diare kronis dan retardasi
pertumbuhan di negara-negara berkembang.2
2
3. Infeksi cacing tambang
Cacing tambang adalah parasit pada usus manusia yang larva atau cacing dewasanya dapat
hidup di usus dan menyebabkan penyakit. Contoh cacing tambang yang menginfeksi manusia
adalah Necator americanus dan Anclostoma duodenale. Orang yang terinfeksi berat dapat
mengalami sakit perut, diare, berat badan menurun, hilang nafsu makan, kelelahan, dan
anemia. Pada anak-anak, infeksi cacing tambang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
fisik dan perkembangan kognitif. Telur cacing tambang dapat menyebar melalui feses yang
kemudian menyebar lewat tanah akibat orang yang melakukan defekasi di tanah.3
4. Askariasis
Askariasis disebabkan oleh nematoda Ascaris lumbricoides. Infeksi cacing ini adalah infeksi
nematoda yang paling umum di dunia. Parasit ini didapat karena ditelannya telur Ascaris
lumbricoides yang sudah menjadi embrio. Biasanya askariasis bersifat asimtomatik, tetapi
komplikasinya bisa berupa appendicitis, obstruksi usus, malabsorpsi (nitrogen, vitamin A,
laktosa), pancreatitis, choleocystitis, dan bowel perforation. Pada anak sekolah yang
terinfeksi secara kronis (biasanya di negara berkembang), Ascaris lumbricoides dan 15 jenis
cacing STH (soil–transmitted helminths, cacing yang menyebar lewat tanah) lainnya dapat
berkontribusi secara signifikan dalam menyebabkan malnutrisi, defisiensi kognitif, hambatan
pertumbuhan, dan retardasi mental pada anak-anak di usia sekolah dasar yang terinfeksi
secara kronis. Biasanya hal ini terjadi di negara berkembang.4
5. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) paling banyak ditemukan di Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai tiga
besar di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium
bovis.TB paling sering menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ-organ lain
seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis, dan lain-lain.5 Pada anak-anak, gejala yang
umum ditemui adalah demam, keringat malam, pertumbuhan yang kurang baik, penurunan
berat badan yang tidak diinginkan, kelenjar yang membengkak, batuk-batuk, dan
kedinginan.6
B. Imunisasi pada Anak
Di Indonesia dikenal sebuah program imunisasi nasional yang dikenal dengan nama
Pengembangan Program Imunisasi (PPI). PPI adalah program pemerintah yang sudah
dilaksanakan sejak tahun 1977. Program ini bertujuan mencapai komitmen internasional
3
universal child immunization pada akhir 1982. Berikut adalah tujuan akhir program imunisasi
melalui PPI:
Eradikasi polio
Reduksi campak
Eliminasi tetanus maternal dan neonatal
Peningkatan mutu pelayanan imunisasi
Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman
Keamanan pengelolaan limbah tajam
Program imunisasi nasional harus diselesaikan sebelum anak berusia satu tahun,
sedangkan anak sekolah juga menjalani program imunisasi yang dinamakan Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).5 BIAS diselenggarakan oleh pemerintah karena imunisasi
yang diperoleh waktu bayi belum cukup untuk melindungi anak dari Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) sampai usia sekolah.7 Jadwal imunisasi yang disarankan
oleh IDAI terlampirkan pada halaman 5 LTM ini.
Cakupan imunisasi dalam program nasional adalah BCG, polio, DTP, hepatitis B, dan
campak.5
1. Vaksin BCG
Vaksin Bacille Calmette-Guerin atau BCG adalah vaksin yang menimbulkan sensitivitas
terhadap tuberkulin. Vaksin ini adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis
sehingga vaksin ini tidak diberikan kepada pasien imunokompromais, misalnya bayi
penderita atau dicurigai menderita HIV, penderita leukemia, dan anak yang mendapat
pengobatan steroid jangka panjang. Yang dicegah BCG bukanlah infeksi tuberkulosis,
melainkan komplikasinya. Saat ini WHO masih mengembangkan vaksin BCG baru yang
lebih efektif. Vaksin BCG optimal diberikan pada bayi yang berusia 2-3 bulan, tetapi bila
diberikan setelah umur 3 bulan perlu diberikan uji tuberkulin (vaksin ini diberikan apabila
hasilnya negatif). Apabila uji tuberkulin tidak memungkinkan, BCG dapat diberikan tetapi
dengan observasi selama 7 hari untuk melihat apakah terdapat reaksi lokal cepat di tempat
suntikan untuk tindakan lebih lanjut.5
2. Vaksin Hepatitis B
Sebanyak 3,9% ibu hamil mengidap hepatitis B aktif. Risiko penularan hepatitis B kepada
bayinya adalah 45%. Oleh karena itu, vaksin hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir
4
(dalam kurun waktu 12 jam) karena vaksin ini adalah upaya pencegahan transmisi maternal
yang sangat efektif. Imunisasi kedua diberikan setelah 1 bulan dari yang pertama. Interval
antara imunisasi kedua dan ketiga yang paling baik adalah 5 bulan, tetapi minimal 2 bulan.
Sejak tahun 2006, imunisasi hepatitis B di jadwal Kementerian Kesehatan dikombinasikan
dengan DTwP karena cakupan imunisasi hepatitis B ketiga di Indonesia sangat rendah.5
2. Vaksin Polio
Vaksin polio tersedia dalam dua kemasan, yaitu OPV (oral polio vaccine) yang berupa
vaksin hidup dan IPV (inactivated polio vaccine) yang berupa vaksin inaktif. Dua vaksin ini
dapat digunakan secara bergantian dan dapat diberikan pada anak sehat maupun anak yang
menderita imunokompromais. Vaksin OPV bersifat murah dan dapat digunakan tanpa tenaga
kesehatan khusus, tetapi memiliki kelemahan memiliki risiko mengakibatkan 1 kelumpuhan
untuk setiap 3 juta dosis baik untuk anak maupun orang di sekitarnya. Vaksin IPV berisi
virus yang sudah dimatikan dan tidak mempunyai risiko terhadap vaccine associated polio
paralysis. Akan tetapi, IPV tak dapat mencegah penyebaran virus polio liar.5
Vaksin Polio-0 diberikan saat bayi lahir atau pada kunjungan pertama, diberikan saat
bayi dipulangkan dari rumah sakit untuk menghindari transmisi virus vaksin karena virus
vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Imunisasi dasar diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan,
kemudian imunisasi ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi keempat dan saat anak
berusia 5-6 tahun.5
3. Vaksin DTP
DTP merupakan gabungan imunisasi yang terdiri dari toksoid difteria, toksoid tetanus, dan
vaksin pertusis. Vaksin DTP dapat berupa DTwP (whole-cell pertussis) dan DTaP (acellular
pertussis) yang dapat digunakan bersamaan dalam jadwal imunisasi. Imunisasi dasar DTP
tidak boleh diberikan sebelum usia 6 minggu. Imunisasi ini dilakukan 3 kali sejak umur 2
bulan dengan interval 4-8 minggu, tetapi interval paling baik adalah 8 minggu. Kemudian,
diberikan pula ulangan booster DTP pada usia 18-24 bulan dan saat anak berumur 5 tahun.5
5. Vaksin Campak
Vaksin campak dilakukan pada usia 9 bulan dan saat masuk sekolah dasar dalam program
BIAS. Ulangan vaksin campak saat SD kelas 1 tidak diperlukan apabila anak telah mendapat
imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangannya pada usia 6 tahun.5
5
Penutup
Penyakit infeksi seperti tuberkulosis, askariasis, giardiasis, infeksi HIV, dan infeksi cacing
tambang dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan dan perkembangan.
Pemerintah telah menjalankan program PPPI dalam bidang imunisasi, dan program
nasional imunisasi telah mencakup imunisasi hepatitis B, polio, BCG, DTP, dan campak.
Gambar 1. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun, rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) tahun 2011 yang turut mencakup lima imunisasi dalam program nasional:
DTP, BCG, hepatitis B, polio, dan campak.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Lowenthal ED, Phelps R. Growth in HIV-Infected Children [internet]. 2011 [cited
2013 Sep 18]. Available from: http://www.bipai.org/Curriculums/HIV-
Curriculum/Growth-in-HIV-Infected-Children.aspx
2. Hisham N. Giardiasis [internet]. 2013 [updated 2013 Jan 3; cited 2013 Sep 18].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/176718-overview
6
3. Centers for Disease Control and Prevention. CDC – Hookworm – Frequently Asked
Questions (FAQs) [internet]. 2013 [updated 2013 Jan 10; cited 2013 Sep 19].
Available from http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/gen_info/faqs.html
4. Shofff, WH. Pediatric Ascariasis [internet]. 2012 [updated 2012 Nov 16; cited 2013
Sep 19]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/996482-overview
5. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto,
Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi ke-4. Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2011.
6. University of Rochester Medical Center. Tuberculosis (TB) in Children – Online
Medical Encyclopedia – University of Rochester Medical Center [internet]. 2013
[cited 2013 Sep 18]. Available from:
http://www.urmc.rochester.edu/Encyclopedia/Content.aspx?ContentTypeID=90&Con
tentID=P02548
7. Sundoro J. BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) : Anak Terlindung dari Penyakit
Campak, Difteri, dan Tetanus | PT Bio Farma (Persero) [internet]. 2011 Dec 13 [cited
2013 Sep 18]. Available from: http://www.bumn.go.id/biofarma/kontribusi/bias-
bulan-imunisasi-anak-sekolah-anak-terlindung-dari-penyakit-campak-difteri-dan-
tetanus/
8. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun [image on the internet]. 2011 [cited 2013
Sep 19]. Available from: http://www.mitrakeluarga.com/bekasibarat/wp-
content/uploads/2012/05/img803.jpg