industri penyamakan kulit sapi

70
INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI A. Bahan Baku Salah satu sentra produksi kulit mentah dan kulit samak adalah Padang Panjang di pulau Sumatera. Selain itu, terdapat pula sentra industri penyamakan kulit banyak terdapat di daerah Sukaregang, Garut, Jawa Barat. Industri ini sudah berkembang dengan baik sejak jaman penjajahan Belanda. Produk kulit samakannya pun sudah cukup dikenal oleh para pelaku industri kerajinan kulit, tidak hanya di wilayah Sukaregang dan Kabupaten Garut saja tetapi juga kalangan pelaku industri kerajinan kulit di berbagai daerah lainnya di tanah air. Bahkan, sebagian kulit samakan produksi sentra industri penyamakan kulit Sukaregang, Garut juga diekspor ke berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kalangan industri kulit di luar negeri. Keterampilan dan keahlian dalam mengolah kulit hewan di kalangan pengusaha industri penyamakan kulit di Sukaregang, Garut umumnya diperoleh secara turun temurun dari orang tua mereka. Sebagian pengusaha lainnya mendapatkan keterampilan atau keahlian tersebut melalui pengalaman kerja bertahun-tahun di industri penyamakan kulit milik pengusaha lainnya. Keterampilan dan keahlian menyamak kulit hingga kerajinan mengolah kulit hewan menjadi berbagai produk kerajinan di Kecamatan Sukaregang, Garut seolah-olah sudah menjadi keterampilan/keahlian milik bersama seluruh anggota masyarakat. Karena sebagian besar masyarakat Sukaregang, Garut kini

Upload: dian-eko-kuncoro

Post on 28-Nov-2015

550 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

zzz

TRANSCRIPT

Page 1: Industri Penyamakan Kulit Sapi

INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT SAPI

A. Bahan Baku

Salah satu sentra produksi kulit mentah dan kulit samak adalah Padang Panjang di

pulau Sumatera. Selain itu, terdapat pula sentra industri penyamakan kulit banyak

terdapat di daerah Sukaregang, Garut, Jawa Barat. Industri ini sudah berkembang

dengan baik sejak jaman penjajahan Belanda. Produk kulit samakannya pun sudah cukup

dikenal oleh para pelaku industri kerajinan kulit, tidak hanya di wilayah Sukaregang dan

Kabupaten Garut saja tetapi juga kalangan pelaku industri kerajinan kulit di berbagai

daerah lainnya di tanah air. Bahkan, sebagian kulit samakan produksi sentra industri

penyamakan kulit Sukaregang, Garut juga diekspor ke berbagai negara untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku kalangan industri kulit di luar negeri.

Keterampilan dan keahlian dalam mengolah kulit hewan di kalangan pengusaha industri

penyamakan kulit di Sukaregang, Garut umumnya diperoleh secara turun temurun dari orang tua

mereka. Sebagian pengusaha lainnya mendapatkan keterampilan atau keahlian tersebut melalui

pengalaman kerja bertahun-tahun di industri penyamakan kulit milik pengusaha lainnya. Keterampilan

dan keahlian menyamak kulit hingga kerajinan mengolah kulit hewan menjadi berbagai produk

kerajinan di Kecamatan Sukaregang, Garut seolah-olah sudah menjadi keterampilan/keahlian milik

bersama seluruh anggota masyarakat. Karena sebagian besar masyarakat Sukaregang, Garut kini

menggantungkan kehidupannya dari kegiatan industri penyamakan kulit dan industri kerajinan kulit

lainnya. Saat ini setidaknya terdapat 330 industri penyamakan kulit di Kecamatan Sukaregang, Garut.

Di Kecamatan Sukaregang, Garut sendiri terdapat tiga kelompok industri penyamakan kulit

yang sudah cukup mapan. Pertama, industri penyamakan kulit yang memasok kebutuhan bahan baku

kulit untuk industri sepatu. Bahan baku kulit untuk kebutuhan industri sepatu biasanya lebih tebal dan

lebih kaku. Untuk keperluan industri sepatu ini industri penyamakan kulit biasanya menggunakan

bahan mentah dari kulit sapi atau kulit kerbau. Kedua, industri penyamakan kulit yang memasok

kebutuhan bahan baku kulit untuk industri garmen dari kulit. Biasanya kulit samakan untuk industri

garmen memiliki ketebalan kulit yang lebih tipis jika dibandingkan dengan kulit samakan untuk

industri sepatu. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kulit bagi industri garmen dari kulit, biasanya

kalangan industri penyamakan kulit menggunkan bahan mentah berupa kulit kambing atau kulit

domba. Selain dipergunakan sebagai bahan baku untuk industri garmen (seperti jaket kulit), jenis kulit

Page 2: Industri Penyamakan Kulit Sapi

ini biasanya juga dipakai sebagai bahan baku untuk industri sarung tangan golf. Ketiga industri

penyamakan kulit yang memasok kebutuhan bahan baku kulit untuk industri sarung tangan kerja

(working gloves) dari kulit. Bahan kulit mentah yang dipakai untuk proses penyamakan kulit jenis ini

biasanya diambil dari hasil split atau seset dari kulit sapi atau kulit kerbau.

Selain ketiga jenis sentra industri penyamakan kulit tersebut, di Sukaregang masih ada sentra

industri kulit lainnya, yaitu sentra industri kerupuk kulit. Biasanya bahan baku untuk industri

pembuatan kerupuk kulit ini menggunakan bahan mentah berupa kulit sapi atau kulit kerbau segar.

Sentra industri kulit di Kabupaten Garut, khususnya di Kecamatan Sukaregang kini telah berkembang

menjadi klaster industri yang cukup lengkap dan mapan, mulai dari industri hulu berupa industri

penyamakan kulit hingga industri hilir berupa industri kerajinan sepatu, tas, jaket, dompet, ikat

pinggang, topi dan lain-lain. Keterkaitan antara industri hulu dengan industri hilirnya pun sudah

terjalin dengan sangat erat sehingga tumbuh menjadi hubungan yang saling membutuhkan antara satu

dengan yang lainnya.

Sumber : http://arifh.blogdetik.com/endies-leather-company-memasok-bahan-baku-kulit-berkualitas-

hingga-ke-mancanegara/

Tingkat produksi kulit samak pada tahun ini mengalami penurunan karena pemasokan bahan

baku bekurang , penyamakan kulit Indonesia kekurangan sekitar 70 persen bahan baku. Selama ini

kapasitas produksi industri penyamakan Indonesia untuk produk kulit sapi, kambing dan domba

totalnya mencapai 150 juta square feet per tahun. Rata-rata dari produksi sebanyak 25% diekspor ke

luar negeri.

Sumber : http://finance.detik.com/read/2009/04/16/102544/1116299/4/3-pabrik-penyamakan-kulit-

berhenti-produksi

Untuk menjaga mutu dari tiap produk olahan kulit sapi dibuat standar mutu kulit sapi mentah.

Standar mutu kulit sapi mentah basah yaitu :

- Bau : Khas kulit sapi

- Warna dan kebersihan : Merata, segar/cerah, bersih dan tidak ada warna yang

mencurigakan

- Bulu : Tidak rontok

- Ukuran kulit :

Berdasarkan berat kulit sapi dibagi dalam dua tingkatan yaitu :

A = berat < 20 kg

B = berat >= 20 kg

Page 3: Industri Penyamakan Kulit Sapi

- Elastisitas : cukup elastis

- Kandungan air :

a) Kulit mentah segar, maksimum 60%

b) Kulit metah garaman, maksimum 25%

- Cacat :

a) Mekanis : Luka cambuk, goresan/potongan dan lain-lain

b) Termis : Cap bakar atau terkena api

c) Parasit : Caplak, lalat dan lain-lain

Sumber : Dewan standardisasi Nasional. 1992. Kulit Sapi Mentah (SNI 06-2736-1992). Jakarta : LIPI

B. Produk

Pohon industri (Lampiran 1)

Salah satu jenis produk dari kulit samak yaitu kulit sol. Kulit sol adalah kulit yang

diperoleh dari penyamakan kulit sapi dengan menggunakan bahan penyamak nabati.

Kulit sol digunakan sebagai lapisan bawah pada sepatu sehingga kulit tersebut harus

keras. Dalam pengujian kulit sol perlu dilakukan pengujian secara organoleptis, fisis dan

kimiawi untuk mengetahui kualitas dari kulit sol tersebut. Kulit Sol adalah kulit jadi,

matang dari bahan baku kulit sapi yang disamak nabati, atau dikombinasikan krom

nabati, umumnya digunakan sebagai bawahan sepatu, insole, maupun out sole.

Penggunaannya dalam sepatu antara lain untuk : pengeras muka dan belakang, penguat

tengah, sol luar, pengisi telapak kaki muka, pita, sol dalam, sol tengah, lapis hak.

Selain itu masih banyak kegunakan kulit samak dari kulit sapi yaitu sebagai bahan baku

pembuatan produk fashion, furniture dan kerajinan tangan seperti sepatu, jaket, tas, handycraft, jok

mobil atau motor.

Standar mutu dari tiap produk dari kulit samak juga harus tetap dijaga. Standar mutu dari

produk kulit samak sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Mutu Produk Kulit Samak

No. Uraian Persyaratan

1. Kimiawi :

1.1. Kadar air

1.2. Kadar minyak/lemak Maksimum 18%

Page 4: Industri Penyamakan Kulit Sapi

1.3. Kadar zat larut dalam air

1.4. Kadar abu

1.5. Kadar krom oksida

1.6. Derajat penyamakan

1.7. pH

(2 - 6)%

Maksimum 6%

Maksimum 2% diatas kadar Cr2O3

Minimum 2%

Minimum 25

3,5 – 7

2. Fisis :

1.1. Tebal

1.2. Kekuatan Zwik

1.3. a). Kekuatan tarik

b). Kemuluran pada waktu putus

2.4. Penyerapan air

a). 2 jam

b). 24 jam

0,7 – 1,2 mm

Nerf tidak retak

Minimum 100 kg/cm2

Maksimum 80%

Minimum 75%

Minimum 100%

3. Organoleptis :

3.1. Nerf

Warna coklat muda dan rata

Sumber : Badan Standarisasi Nasional. 1989. Kulit Sapi atau Kerbau Samak Kombinasi Krom

Nabati, Mutu dan Cara Uji. SNI 06-0484-1989. Jakarta : LIPI

C. Proses Produksi dan Analisis Finansial

- Proses produksi Industri Penyamakan Kulit

Industri penyamatan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau

skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan

penyamak. Pada proses penyamakan, semua bagian kulit mentah yang bukan colagen saja

yang dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak. Kulit jadi sangat berbeda dengan

kulit mentah dalam sifat organoleptis, fisis, maupun kimiawi.

Dalam Industri penyamatan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamakan kulit,

yaitu:

Page 5: Industri Penyamakan Kulit Sapi

1) Proses Pengerjaan basah (beam house).

2) Proses Penyamakan (tanning).

3) Penyelesaian akhir (finishing).

Masing- masing tahapan ini terdiri dari beberapa macam proses. Setiap proses

memerlukan tambahan bahan kimia dan pada umumnya memerlukan banyak air,

tergantung jenis kulit mentah yang digunakan serta jenis kulit jadi yang dikehendaki.

Secara prinsip, ditinjau dari bahan penyamak yang digunakan, maka ada beberapa macam

penyamakan yaitu:

a. Penyamakan Nabati

Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati yang berasal dari tumbuhan

yang mengandung bahan penyamak misalnya kulit akasia, sagawe, tengguli, mahoni,

dan kayu quebracho, eiken, gambir, the, buah pinang, manggis, dan lainnya. Kulit jadi

yang dihasilkan misalnya kulit tas koper, kulit sol, kulit pelana kuda, kulit ban mesin,

kulit sabuk.

b. Penyamakan mineral

Penyamak dengan bahan penyamak mineral, misalnya bahan penyamak krom.

Kulit yang dihasilkan misalnya kulit boks, kulit jaket, kulit glase, kulit suede.

Disamping itu, ada pula bahan penyamak aluminium yang biasanya untuk

menghasilkan kulit berwarna putih (misalnya kulit shuttle cock).

c. Penyamakan minyak

Penyamak dengan bahan penyamak yang berasal dari minyak ikan hiu atau

ikan lain, biasanya disebut minyak kasar. Kulit yang dihasilkan misalnya: kulit

berbulu tersamak, kulit chamois (kulit untuk lap kaca) dan lainnya. Dalam praktiknya

untuk mendapatkan sifat fisis tertentu yang lebih baik, misalnya tahan gosok, tahan

terhadap keringat dan basah, tahan bengkuk, biasanya dilakukan dengan cara

kombinasi. Ada kalanya suatu pabrik penyamkan kulit hanya melaksanakan proses

basah saja, proses penyamakan saja, proses penyelesaian akhir atau melakukan 2

tahapan atau ketiga- tiganya sekaligus.

Page 6: Industri Penyamakan Kulit Sapi

Secara garis besar tahapan proses industri penyamakan kulit sebagai berikut,

yaitu

1. Tahapan Proses Pengerjaan Basah (Beam House)

Urutan proses pada tahap proses basah beserta bahan kimia yang

ditambahkan dan limbah yang dikeluarkan, yaitu :

a. Perendaman (Soaking).

Maksud perendaman ini adalah untuk mengembalikan sifat- sifat kulit

mentah menjadi seperti semula, lemas, lunak dan sebagainya. Kulit mentah kering

setelah ditimbang, kemudian direndam dalam 800- 1000% air yang mengandung

1 gram/ liter obat pembasah dan antiseptik, misalnya tepol, molescal, cysmolan

dan sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit dikerok pada bagian dalam kemudian

diputar dengan drum tanpa air selama 1/ 5 jam, agar serat kulit menjadi longgar

sehingga mudah dimasuki air dan kulit lekas menjadi basah kembali. Pekerjaan

perendaman dianggap cukup apabila kulit menjadi lemas, lunak, tidak

memberikan perlawanan dalam pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220-

250% dari berat kulit mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit

segar (60-65 %). Pada proses perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah sisa

desinfektan dan kotoran- kotoran yang berasal dari kulit.

b. Pengapuran (Liming)

Maksud proses pengapuran ialah untuk.

1) Menghilangkan epidermis dan bulu.

2) Menghilangkan kelenjar keringat dan kelenjar lemak.

3) Menghilangkan semua zat-zat yang bukan collagen yang aktif

menghadapi zat-zat penyamak.

Cara mengerjakan pengapuran, kulit direndam dalam larutan yang terdiri

dari 300-400% air (semua dihitung dari berat kulit setelah direndam), 6-1 %,

Kapur Tohor Ca (OH)2, 3-6%, dan Natrium Sulphida (Na2S). Perendaman ini

memakan waktu selam 2-3 hari. Dalam proses pengapuran ini mengakibatkan

Page 7: Industri Penyamakan Kulit Sapi

pencemaran yaitu sisa- sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan bulu

yang terlepas.

c. Pembelahan (Splitting)

Untuk pembuatan kulit atasan dari kulit mentah yang tebal (kerbau-sapi)

kulit harus ditipiskan menurut tebal yang dikehendaki dengan jalan membelah

kulit tersebut menjadi beberapa lembaran dan dikerjakan dengan mesin belah

atau Splinting Machine. Belahan kulit yang teratas disebut bagian rajah atau nerf,

digunakan untuk kulit atasan yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut

split, yang dapat pula digunakan sebagai kulit atasan dengan diberi nerf palsu

secara dicetak dengan mesin press (Emboshing machine) pada tahap penyelesaian

akhir. Selain itu, kulit split juga dapat digunakan untuk kulit sol dalam, krupuk

kulit, dan lem kayu. Untuk pembuatan kulit sol, tidak dikerjakan proses

pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.

d. Pembuangan Kapur (Deliming)

Oleh karena semua proses penyamakan dapat dikatakan berlangsung

dalam lingkungan asam maka kapur didalam kulit harus dibersihkan sama sekali.

Kapur yang masih ketinggalan akan mengganggu proses- proses penyamakan.

Misalnya :

1) Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi dengan zat

penyamak menjadi kalsium tannat yang berwarna gelap dan keras

mengakibatkan kulit mudah pecah.

2) Untuk kulit yang akan disamak krom, bahkan kemungkinan akan

menimbulkan pengendapan Krom Hidroksida yang sangat merugikan.

Pembuangan kapur akan mempergunakan asam atau garam asam,

misalnya H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, Dekaltal dll.

e. Pengikisan Protein (Bating)

Proses ini menggunakan enzim protese untuk melanjutkan pembuangan

semua zat- zat bukan collagen yang belum terhilangkan dalam proses pengapuran

antara lain:

Page 8: Industri Penyamakan Kulit Sapi

1) Sisa- sisa akar bulu dan pigmen.

2) Sisa- sisa lemak yang tak tersabunkan.

3) Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya untuk kulit

atasan yang lebih lemas membutuhkan waktu proses bating yang lebih

lama.

4) Sisa kapur yang masih ketingglan.

f. Pengasaman (Pickling)

Proses ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit samak sintetis

dan tidak dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit samak minyak. Proses

pengasaman untuk mengasamkan kulit pada pH 3- 3,5 dengan tujuan kulit dapat

menyesuaikan dengan pH bahan penyamak yang akan dipakai nanti dan kulit

tidak bengkak.

Selain itu pengasaman juga berguna untuk:

1) Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.

2) Menghilangkan noda- noda besi yang diakibatkan oleh Na2gS, dalam

pengapuran agar kulit menjadi putih bersih.

2. Tahapan Proses Penyamakan (Tanning)

Proses penyamakan dimulai dari kulit pikel untuk kulit yang akan

disamakkrom dan sintan, sedangkan untuk kulit yang akan disamak nabati dan

disamak minyak tidak melalui proses pickling (pengasaman).

Fungsi masing-masing bagian pada proses penyamakan, yaitu:

a. Penyamakan

Pada tahap penyamakan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni:

1) Cara penyamakan dengan bahan penyamakan nabati

a) Cara Counter Current

Kulit direndam dalam bak penyamakan yang berisis larutan ekstrak

nabati + 0,50. Be selama 2 hari, kemudian kepekatan cairan penyamakan

Page 9: Industri Penyamakan Kulit Sapi

dinaikkan secara bertahap sampai kulit menjadi masak yaitu 3- 4 0Be untuk

kulit yang tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli pakaian kuda, dan lain-lain.

Sedangkan untuk kulit- kulit yang tebal seperti kulit sol, ban mesin dan lain-

lain pada kepekatan 6-8 0Be. Untuk kulit sol yang keras dan baik biasanya

setelah kulit tersamak masak dengan larutan ekstrak, penyamakan masih

dilanjutkan lagi dengan cara kulit ditanam dalam babakan dan diberi larutan

ekstrak pekat selama 2-5 minggu.

b) Sistem samak cepat

Penyamakan awal menggunakan 200% air, 3% ekstrak mimosa

(Sintan) putar dalam drum selam 4 jam. Putar terus tambahkan zat peyamak

hingga masak diamkan 1 malam dalam drum.

2) Cara penyamakan dengan bahan penyamakan mineral

a) Menggunakan bahan penyamak krom

Zat penyamak krom yang biasa digunakan adalah bentuk kromium

sulphat basa. Basisitas dari garam krom dalam larutan menunjukkan berapa

banyak total velensi kroom diikat oleh hidriksil sangat penting dalam

penyamakan kulit. Pada basisitas total antara 0 - 33,33%, molekul krom

terdispersi dalam ukuran partikel yang kecil (partikel optimun untuk

penyamakan). Zat penyamak komersial yang paling banyak digunakan

memunyai basisitas 33,33%. Jika zat penyamak krom ini ingin difiksasikan

didalam substansi kulit, maka basisitas dari cairan krom harus dinaikkan

sehingga mengakibatkan bertambah besarnya ukuran partikel zat penyamak

krom. Dalam penyamakan diperlukan 2,5- 3,0% Cr2O3 hanya 25 %, maka

dalam pemakainnya diperlukan 100/25 x 2,5 % Cromosol B= 10% Cromosol

B. Obat ini dilautkan dengan 2-3 kali cair, dan direndam selama 1 malam.

Kulit yang telah diasamkan diputar dalam drum dengan 80- 100%, air, 3-4 %

garam dapur (NaCl), selama 10-15 menit kemudian bahan penyamak krom

dimasukkan sebagai berikut:

- 1/3 bagian dengan basisitas 33,3 % putar selama 1 jam.

Page 10: Industri Penyamakan Kulit Sapi

- 1/3 bagian dengan basisitas 40-45 % putar selama 1 jam.

- 1/3 bagian dengan basisitas 50 % putar selama 3 jam

b) Cara penyamakan dengan bahan penyamak aluminium (tawas putih).

Kulit yang telah diasamkan diputar dengan:

- 40- 50 % air

- 10% tawas putih

- 1- 2% garam, putar selama 2-3 jam lu ditumpuk selama 1 malam.

- Esok harinya kulit diputar lagi selama ½ – 1 jam, lalu digantung

dan dikeringkan pada udara yang lembab selama 2-3 hari. Kulit

diregang dengan tangan atau mesin sampai cukup lemas.

3) Cara penyamakan dengan bahan penyamakan minyak

Kulit yang akan dimasak minyak biasanya telah disamak

pendahuluan dengan formalin. Kulit dicuci untuk menghilangkan kelebihan

formalin kemudian dierah unuk mengurangi airnya, diputar dengan 20-30 %

minyak ikan, selama 2-3 jam, tumpuk 1 malam selanjutnya digantung dan

diangin- anginkan selama 7-10 hari.

Tanda-tanda kulit yang masak kulit bila ditarik mudah mulur dan bekas

tarikan kelihatan putih. Kulit yang telah masak dicuci dengan larutan Na2CO3

1%.

b. Pengetaman (Shaving)

Kulit yang telah masak ditumpuk selama 1-2 hari kemudian diperah

dengan mesin atau tangan untuk menghilangkan sebagian besar airnya, lalu

diketam dengan mesin ketam pada bagian daging guna mengatur tebal kulit agar

rata. Kulit ditimbang guna menentukan jumlah khemikalia yang akan diperlukan

untuk proses- proses selanjutnya, selanutnya dicuci dengan air mengalir ½ jam.

c. Pemucatan (Bleaching)

Hanya dikerjakan untuk kulit samak nabati dan biasanya digunakan asam-

Page 11: Industri Penyamakan Kulit Sapi

asam organik dengan tujuan:

- Menghilangkan flek- flek bsi dari mesin ketam.

- Menurunkan pH kulit yang berarti memudahkan warna kulit.

Cara mengerjakan proses pemucatan, kulit diputar dengan 150-2005 air

hangat (36- 40 0C). 0,5-1,0%, asam oksalat selama ½- 1 jam.

d. Penetralan (Neutralizing)

Hanya dikerjakan untuk kulit samak krom. Kulit samak krom di

lingkungannya sangat asam ( pH 3-4), maka kulit perlu dinetralkan kembali agar

tidak mengganggu dalam proses selanjutnya. Penetralan biasanya menggunakan

garam alkali misalnya NaHCO3 dan Neutriga.

Cara melakukan penetralan, kulit diputar dengan 200% air hangat 40-

60oC. 1-2% NaHCO3 atau Neutrigan. Putar selama ½- 1 jam. Penetralan dianggap

cukup bila ½- ¼ penampang kulit bagian tengah berwarna kuning terhadap Bromo

Cresol Green (BCG) indikator, sedangkan kulit bagian tepi berwarna biru,

kemudian dicuci kembali.

e. Pengecetan (Dyeing)

Tujuan pengecetan dasar ialah untuk memberikan warna dasar pada kulit

agar pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu tebal sehingga cat tidak mudah

pecah.

Cat dasar yang dipakai untuk kulit ada 3 macam:

1). Cat direct, untuk kulit samak krom.

2). Cat asam, untuk kulit samak krom dan nabati.

3). Cat basa, untuk kulit samak nabati.

f. Peminyakan (Fat liguoring)

Tujuan proses peminyakan pada kulit antara lain sebagai berikut:

1) Untuk pelumas serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik dan tahan

getar.

Page 12: Industri Penyamakan Kulit Sapi

2) Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang lainnya.

3) Membuat kulit tahan air.

Cara mengerjakan peminyakan, kulit setelah dicat dasar, diputar selama ½

– 1jam dengan 150%- 200% air 40- 60oC, 4-15% emulsi minyak. Ditambahkan

0,2- 0,5% asam formiat untuk memecahkan emulsi minyak. Minyak akan

tertinggal dalam kulit dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk pada kuda- kuda

selama 1 malam.

g. Pelumasan (Oiling)

Pelumasan hanya dikerjakan untuk kulit sol samak nabati. Tujuan

pelumasan ialah untuk menjaga agar bahan penyamak tidak keluar kepermukaan

kulit sebelum kulit menjadi kering, yang berakibat kulit menjadi gelap warnanya

dan mudah pecah nerfnya bila ditekuk..

Cara pelumasan, kulit sol sebagian airnya diperah kemudian kulit diulas

dengan campuran:

1) 1 bagian minyak parafine.

2) 1 bagian minyak sulfonir.

3) 3 bagian air.

Kulit diulas tipis tetapi rata kedua permukaannya, kemudian dikeringkan.

h. Pengeringan

Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan kemudian

dikeringkan. Proses ini bertujuan untuk menghentikan semua reaksi kimia

didalam kulit. Kadar air pada kulit menjadi 3-14%.

i. Kelembaban

Kulit setelah dikeringkan dibiarkan 1-3 hari pada udara biasa agar kulit

menyesuaikan dengan kelembaban udara sekitarnya. Kulit kemudian dilembabkan

dengan ditanam dalam serbuk kayu yang mengandung air 50- 55% selama 1

malam, kulit akan mengambil air dan menjadi basah dengan merata. Kulit

Page 13: Industri Penyamakan Kulit Sapi

kemudian dikeluarkan dan dibersihkan serbuknya.

j. Peregangan dan Pementangan

Kulit diregang dengan tangan atau mesin regang. Tujuan peregangan ini

ialah untuk menarik kulit sampai mendekati batas kemulurannya dengan tujuan

jika dibuat barang kerajinan tidak terlalu mulur, tidak merubah bentuk ukuran.

Setelah diregang sampai lemas kulit kemudian dipentang dan setelah kering, kulit

dilepas dari pentangnya, digunting dibagian tepinya sampai lubang-lubang dan

keriput- keriputnya hilang.

3. Tahapan Penyelesaian Akhir (Finishing)

Penyelesaian akhir bertujuan untuk memperindah penampilan kulit jadinya,

memperkuat warna dasar kulit, mengkilapkan, menghaluskan penampakan rajah kulit

serta menutup cacat-cacat atau warna cat dasar yang tidak rata.

- Analisis Ekonomi Penyamakan Kulit

Dalam Analisis Ekonomi usaha penyamakan kulit perlu diketahui bahwa:

Kulit dijual dalam satuan luas (per square foot), sehingga dalam perhitungan

ekonomis kita menggunakan satuan tersebut

Pengecualian untuk sole leather dijual dalam satuan berat dan kulit-kulit yang

dibuat secara khusus yang mungkin dijual perlembar atau dalam penghitungan lain

seperti halnya kulit fur, dan reptil

Komponen utama biaya langsung (variable cost) pada industri pengolahan kulit :

1 bahan baku (kulit),

2 bahan pembantu (zat kimia),

3 tenaga kerja langsung, air, listrik,

4 penanganan limbah, dan

5 biaya pemeliharaan.

Komponen Biaya tidak langsung (overhead cost) pada industri pengolahan kulit

diantaranya :

Page 14: Industri Penyamakan Kulit Sapi

6 biaya administrasi,

7 supervisi,

8 penjualan,

9 transportasi,

10 komunikasi,

11 sewa,

12 bunga bank, pajak, asuransi, dan

13 penyusutan gedung dan peralatan.

Biaya langsung (variable cost)

Variable cost adalah biaya yang langsung dipengaruhi oleh banyaknya (unit)

barang yang diproduksi. Untuk pengolahan kulit yang termasuk biaya langsung (variable

cost) adalah sebagai berikut: Bahan baku (kulit mentah) harganya sangat berfluktuasi

mencapai 50% tergantung pada ketersediaan kulit mentah dan permintaan pasar. Kulit

mentah dibeli dengan satuan berat atau satuan lembar sedangkan penjualan dilakukan

dalam satuan luas. Rasio luas yang dihasilkan diekspresikan dalam satuan sq ft per kg.

Rasio tersebut dipengaruhi oleh jenis ternak, waktu pemotongan, dan teknik pengulitan.

- Kulit garaman dengan berat lebih dari 20 kg menghasilkan kulit jadi dengan luas

1 – 2 sq ft/kg, dengan rataan 1,5 sq. ft./kg

- Kulit garaman dengan berat antara 10 – 20 kg menghasilkan kulit jadi dengan

luas 2,0 – 2,5 sq ft/kg

- Kulit kecil (skin) dengan berat kulit garaman dibawah 4 kg menghasilkan

kulit jadi dengan luas antara 3,0 – 4,0 sq.ft/kg.

- Kulit mentah mengalami penyusutan sampai dengan 10% dari rasio tersebut,

tergantung pada sumber kulit mentahnya. Biaya kulit mentah dapat mencapai 50%

atau lebih dari total biaya kulit jadi, sehingga biaya kulit mentah menjadi faktor

utama yang diperhatikan oleh perusahaan pengolahan kulit.

Berkenaan dengan kontribusi biaya kulit mentah yang sangat besar maka

Page 15: Industri Penyamakan Kulit Sapi

sebaiknya proses penyamakan kulit dilakukan dengan hati-hati agar kulit tidak rusak.

Penanganan yang harus hati-hati terutama melakukan penyesuaian antara tebal kulit

mentah dengan permintaan ketebalan kulit jadi sehingga dapat mengurangi hilangnya

kulit karena splitting dan shaving; meminimalisir limbah trimming; menghindari

kerusakan mesin yang dapat menjadikan kulit bolong atau sobek. Maksimal kerusakan

kulit pada proses produksi adalah 5%.

Kulit mentah dibeli secara keseluruhan/borongan, sehingga dapat berpengaruh

apabila kualitas kulit jadinya banyak yang low gradeapalagi kalau sampai banyak yang

reject. Kulit mentah yang low gradeapabila ingin dinaikan grade-nya dibutuhkan biaya

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit yang bahan bakunya memang sudah baik,

oleh karena itu apabila akan membeli bahan baku harus dilakukan sortir (quality control)

sebaik-baiknya.

Bahan pembantu (zat kimia) termasuk zat kimia untuk soaking, liming, tanning,

peminyakan, pewarnaan, finishing dan lain-lain. Bahan kimia untuk proses basah (beam

house) biasanya dihitung berdasarkan berat mengacu pada berat kulit mentah, proses

tanning didasarkan pada berat bloten, proses drying didasarkan pada berat shaving, dan

bahan kimia yang digunakan pada proses finishing dihitung secara keseluruhan tidak

hanya zat kimia yang menempel pada kulit tetapi dihitung secara keseluruhan termasuk

dengan zat kimia yang terbuang (over spray, kelebihan mencampur dan lainnya).

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan

proses produksi kulit seperti tenaga kerja pada bagian beam house; proses tanning; proses

drying, shaving, dan splitting; proses persiapan untuk finishing; dan proses finishing.

Apabila seluruh biaya tenaga kerja langsung kita hitung maka komposisinya adalah

sebagai berikut: beam house 12%; proses tanning 11%; proses drying, shaving, dan

splitting 25%; persiapan untuk finishing 24%; dan proses finishing 28%. Pada umumnya

kulit yang dapat dihasilkan per jam kerja tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut: 17

sq ft per jam untuk kulit besar, 14 sq ft per jam untuk kulit sedang, dan 10 sq ft per jam

untuk kulit kecil.

Utility, termasuk didalamnya adalah air, energi (listrik, panas, dan lampu),

penanganan limbah, maintenance mesin. Besarnya biaya untuk utility tergantung dari

Page 16: Industri Penyamakan Kulit Sapi

kulit yang diproses, skala pabrik, lokasi, dan fasilitas yang ada.

Biaya tidak langsung (overhead cost)

Overhead cost adalah biaya yang tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya

(unit) barang yang diproduksi biaya ini dikenal juga dengan istilah biaya tetap (fixed

cost), untuk memperkirakan biaya tidak langsung biasanya didasarkan pada data historis

perusahaan atau mengacu pada data perusahaan lain yang sejenis dengan skala usaha

yang sama. Dalam situasi era perdagangan bebas, produksi dapat sangat berfluktuasi

tidak hanya jumlahnya tetapi juga jenis produk yang diproduksi, hal ini tergantung pada

ketersediaan produk dan permintaan pasar karena beberapa produk kulit bersifat seasonal.

Walaupun produksi berfluktuasi tetapi biaya tetap pada umumnya relative tidak

berfluktuasi. Biaya tidak langsung pada industri penyamakan kulit berkisar antara 10% –

20% dari total penjualan.

Kecepatan waktu roduksi dipengaruhi oleh kecepatan proses dari bahan baku

sampai menjadi kulit jadi (leather) dan akan berpengaruh terhadap kecepatan penjualan

pula. Kecepatan waktu produksi ini berpengaruh terhadap perputaran modal (capital

turnover), semakin cepat produksi semakin cepat dijual sehingga semakin cepat pula

menerima pembayaran. Semakin pendek waktu mengeluarkan uang untuk proses

produksi dengan penerimaan uang dari konsumen maka biaya modal menjadi lebih

sedikit. Kecepatan waktu produksi juga berpengaruh terhadap kuantitas produksi dan

kuantitas penjualan sehingga total biaya produksi menjadi lebih efisien.

Peningkatan efisiensi produksi dapat dilakukan dengan menggunakan pabrik,

tenaga kerja, dan lain-lain secara maksimum. Melakukan pengiriman sesuai dengan

jadwal tanpa ada penundaan jadwal pengiriman, mengidentifikasi dan memperbaiki

bottleneck di pabrik, waktu terbuang bagi tenaga kerja karena proses yang sebenarnya

tidak memerlukan tenaga kerja (misalnya saat menunggu putaran drum).

Harga jual, pencarian harga jual yang termahal dengan pembayaran yang cepat

masih menjadi strategi berbagai perusahaan pengolahan kulit. Pada jaman dulu

pengurangan harga dibandingkan harga produsen lain menjadi yang paling umum

dilakukan agar perusahaan dapat lebih kompetitif, tetapi mulai sekarang strategi

penjualan seperti itu tidak dapat dilakukan secara langsung. Minimum harga jual yang

Page 17: Industri Penyamakan Kulit Sapi

diajukan seharusnya dapat menutup biaya produksi ditambah dengan keuntungan yang

pantas.

Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan kumpulan biaya-biaya yang melekat pada suatu

produk yang diproduksi oleh suatu perusahan. Ada tiga elemen pokok biaya dalam suatu

perusahaan manufaktur, yaitu: biaya bahan baku (material cost), biaya tenaga kerja

(labor cost), dan biaya produksi (indirect manufacturing expenses).

Biaya bahan baku terdiri dari direct material costdan indirect material cost. Direct

material cost adalah biaya semua bahan yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai

bagian dari produk jadi dan biasanya merupakan bagian terbesar dari material pembentuk

harga pokok produksi.

Biaya tenaga kerja dibagi menjadi direct labor cost dan indirect labor cost. Direct

labor cost adalah semua biaya yang menyangkut gaji dan upah seluruh pekerja yang

secara praktis dapat diidentifikasi dengan kegiatan dari pengolahan bahan baku menjadi

produk jadi.

Indirect manufacturing expenses meliputi semua biaya produksi selain ongkos

utama (direct material cost dan direct labor cost) yang bersifat menunjang atau

memperlancar proses produksi dan dibebankan terhadap pabrik

Sebagai contoh harga pokok produksi pada industri penyamakan kulit secara tidak

langsung adalah menghitung total biaya langsung seperti:

Biaya bahan baku (harga kulit mentah) : Rp. 15.000/kg

Biaya tenaga kerja langsung : Rp. 3.400/jam

Biaya zat kimia (keseluruhan) : Rp. 2.000/sq. ft

Biaya utility (peralatan, dll) : Rp. 500/sq. ft.

Catatan:

- Kulit besar lebih dari 20 kg dapat menghasilkan 1,5 sq ft/kg kulit jadi. Jadi, biaya

bahan baku per sq ft adalah 15.000/1,5 = Rp. 10.000/sq.ft.

- Tingkat penyusutan kulit mentah adalah 10%, dan kerusakan produksi sebanyak

5%. Jadi, biaya bahan baku total adalah 10.000 + (15% x 10.000) = Rp.

Page 18: Industri Penyamakan Kulit Sapi

11.500/sq.ft.

- Tenaga kerja dapat menghasilkan 17 sq ft/jam. Jadi biaya tenaga kerjanya adalah

3.400/17 = Rp. 200/sq ft.

Jadi, Harga Pokok Produksi Kulit tersebut adalah:

HPP = Biaya bahan baku + Biaya zat kimia + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya utility

HPP = Rp.11.500 + Rp.2.000 + Rp.200 + Rp.500

= Rp.14.200 / sq ft

Laba Usaha

Laba usaha dikenal pula dengan marjin usaha, dikenal menjadi dua jenis yaitu

marjin kontribusi (contribution margin) atau marjin bruto (gross margin). Marjin

kontribusi adalah kelebihan dari penjualan atas seluruh biaya variabel. Marjin kontribusi

dapat dinyatakan sebagai suatu angka yang menunjukkan total, sebagai suatu angka

perunit, sebagai rasio, dan sebagai persentase. Marjin bruto adalah suatu pengertian yang

digunakan secara luas, khususnya di dalam industri eceran. Marjin bruto dirumuskan

sebagai kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan (yaitu harga pokok barang

dagangan yang dibuat atau dibeli dan dijual kembali).

Perbedaan antara marjin kontribusi dengan marjin bruto yaitu: kalau marjin

kontribusi memusatkan perhatian pada penjualan dalam kaitannya dengan seluruh

perilaku biaya variabel, sedangkan marjin bruto memusatkan perhatian pada penjualan

dalam kaitannya dengan satu hal saja yaitu biaya perolehan barang dagangan yang telah

dijual.

Sebagai contoh, harga jual kulit sapi atasan saat ini adalah Rp. 19.000/sq ft, oleh

karena itu marjin/laba bruto penjualan kulit sapi tersebut adalah

Laba Bruto = Penjualan – harga pokok produksi

Laba Bruto = Rp. 19.000 – Rp. 14.200 = Rp. 4.800

Break Event Point (BEP)

Break event point atau titik pulang pokok adalah suatu studi mengenai kaitan

antara biaya, volume, dan laba dimana kondisi perusahaan memperoleh laba bersih sama

dengan nol. Biaya terdiri dari biaya langsung (variable cost) yaitu biaya per unit barang

Page 19: Industri Penyamakan Kulit Sapi

dikalikan dengan volume produksi, biaya tidak langsung (overhead cost / fixed cost) yaitu

biaya tetap yang dikeluarkan pada periode tertentu. Laba bersih adalah kelebihan dari

penjualan atas seluruh variable cost dan fixed cost. Penjualan merupakan harga jual per

unit barang dikalikan dengan volume barang terjual.

Laba bersih = Penjualan – variable cost – fixed cost

BEP adalah pada kondisi Laba bersih = 0.

Sehingga, Penjualan = Variable cost + Fixed cost

(Q X P) = (Q X C) + Fc

Dimana, Q = jumlah

P = harga jual per sq.ft.

C = harga pokok produksi per sq.ft

Fc= total biaya tetap per periode

Contoh: Mengacu pada contoh sebelumnya dan apabila biaya tetap perusahaan

sebesar Rp. 50.000.000,- per bulan maka agar perusahaan tidak mengalami kerugian

(BEP) maka jumlah minimal kulit yag harus diproduksi adalah:

BEP à Q X P = Q X C + Fc

Q (P-C) = Fc

Q (19.000- 14.200) = 50.000.000

Q = 50.000.000/4.800

Q = 1.041,67 sq ft

Sumber : http://adifirman.wordpress.com/2011/04/25/analisis-ekonomi-usaha-

penyamakan-kulit/(oleh: Jajang Gumilar, SPt.,MM, Fakultas Peternakan Unpad, 2010)

D. Limbah Kulit Samak

1. Sumber dan Karakteristik Limbah cair.

Menurut David Winter 1984, penggunaan air untuk proses penyamakan kulit

dari tahun ke tahun ada kecenderungan semakin menurun. Dijelaskan pada tahun

1962 pemakaian air 103 l/ kg tahun 1975 sebanyak 71 l/kg tahun 1977 turun menjadi

40 l/kg kulit yang diproses. David Winter 1984 dan Clonvero 1987 cenderung

memilih penggunaan air untuk proses ini sebanyak 45 l/kg kulit yang diproses.

Page 20: Industri Penyamakan Kulit Sapi

Di Indonesia sampai saat ini belum ada penelitian khusus tentang penggunaan

air untuk tiap 25 kg kulit namun berdasarkan pengamatan pemakaian air berukuran

antara 30-70 l/kg kulit mentah.

Tabel 2. Kisaran Pemakaian Air pada Proses Penyamakan Kulit

Macam Proses Pemakaian air l/kg kulit mentah

Kulit besar (hide) samak krom.

Kulit besar (hide) samak nabati.

Kulitkecil (skin)

Kulit kecil (skin) berbulu tersamak

30- 50

20- 40

30- 60

50- 100

Sumber data: Clanfero 1993

Dilihat dari asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah industri

penyamakan kulit dapat dibedakan pertahapan proses sbb:

1 Perendaman (Soaking)

Air limbah soaking mengandung sisa daging, darah, bulu, garam, mineral,

debu, dan kotoran lain atau bahkan bakteri antrax. Pada proses perendaman air

limbah cairnya berbau busuk, kotor, dengan kandungan suspended solid 0,05- 0,1

%. Menurut ESCAP 1982, volume limbah soaking berkisar antara 2,5- 4 l/kg

kulit, pH 7,5- 8. Total Solid 8.000- 28.000 mg/l. Suspended Solid 2.500- 4.00

mg/l.

Selain itu UNEP 1991 menambahkan bahwa air limbah soaking juga

mengandung garam dan bahan organic lain yang akan mempengaruhi

BOD,COD,SS.

b. Buang bulu dan pengapuran (Unhairing dan Liming).

Air pada proses ini berwarna putih kehijauan dan kotor, berbau

menyengat, pH air limbah pada proses ini berkisar antara 9-10, mengandung

kalsium , natrium, sulfide, albunin, bulu sisa daging, dan lemak. Suspended solid

36%. Menurut CTTE 1979, ESCAP 1982, bahwa air limbah pada proses

Page 21: Industri Penyamakan Kulit Sapi

unhairing mengandung total solid 16.000-45.000 mg/l, suspended solid 4.500-

6.500 mg/l. BOD 1.100-2.500 mg/l, pH berkisar 10-12.5. Dampak yang

ditimbulkan akibat buangan dalam proses tersebut adalah bahwa air limbah

berpengaruh tehadap air, tanah, dan udara. Pengaruh terhadap air terutama pada

BOD, COD,SS, alkalinitas, sulphida, N-Organik, N- ammonia. Adanya gas H2S

pada pencemaran ini menyebabkan terjadinya pencemaran udara.

c. Air limbah buanagan kapur (Deliming)

Air limbah pada proses deliming mempunyai beban polutan yang lebih

kecil dibanding dengan unhairing dan liming. Menurut CTTE 1979,ESCAP 1982,

air limbah pada proses tersebut mempunyai pH 3-9, total solid 1.200- 12.000

mg/l, suspended solid 200- 1.200 mg/l dan BOD 1.000- 2.000 mg/l. UNEP

menambahkan bahwa air limbah tersebut akan menyebabkan pencemaran air

berupa BOD,COD, DS, dan N- ammonia. Kemudian adanya ammonia akan

menimbulkan pencemaran udara.

d. Air limbah pengikisan Protein (Degreasing)

Pada proses ini air limbah yang dihasilkan pencemaran air yang

ditunjukkan dengan tingginya nilai COD,BOD,DS dan lemak. (UNEP 1991).

e. Air limbah Pikel (Pickling) dan Krom (Tanning)

Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein, sisa garam,

sejumlah kecil mineral dan crome velensi 3 yang apabila tercampur dengan alkali

akan terbentuk chrome hidroksida, pH berkisar antara 3,5-4, suspendid solid 0,01-

0,02 % ( Koziowroski dan Kucharski 1972). Sedangkan CTTE 1979, ESCAP

1982, membedakan antara air limbah partikel dengan penyamakan chorome

sebagai berikut:

1). Air limbah pikel volume 2-3 l/kg kulit, pH 2,9-4, total solid 1.6000- 45.000

mg/l, suspended solid 16.000- 45.000 mg/l, dan BOD 800- 2.2000 mg/l.

2). Air lmbah samak chrome, volume 4-5 l/kg, pH 2,6-3,2, total solid 2.400-

12.000 mg/l, suspended solid 300-1.000 mg/ l dan BOD 800- 1.200 mg/l.

3). Selain yang tersebut diatas UNEP menambahkan bahwa air limbah pikel dan

Page 22: Industri Penyamakan Kulit Sapi

krom akan menimbulkan pencemaran air berupa BOD, COD, SS, DS, asam

garam krom, dan sisa samak nabati.

f. Air limbah Gabungan Termasuk Pencucian.

Pada buangan air limbah gabungan ini ESCAP menjelaskan untuk volume

air 30-35 l/kg, pH berkisar antara 7.5-10, total solid 10- 25 mg/l, suspended solid

1.250- 6.000 mg/l dan BOD 2.000- 3.000 mg/l.

Untuk lebih jelasnya beban pencemaran air limbah penyamatan kulit dari

beberapa tahapan proses dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 3. Beban Pencemaran Air Limbah Penyamakan Kulit dari Beberapa Tahapan Proses.

Parameter.

Jenis air

Limbah

COD

(mg/l)

BOD

(mg/l)

S

(mg/l)

CR

(mg/l)

N.NH

3

(mg/l)

Lema

k

(mg/l)

TSS

(mg/l)

pH

Soaking

Pengapuran

Buang bulu

Pikel

Samak Krom

40.576,48

10.964.64

18.555.36

7.454,9

17.000

3.500

5.800

2.400

991.1.

448

86.75

147.2

0

0

0

6.254

207.68

16.35

57.68

217.28

944

632

12.547

10.120

31.204

4.154

27.085

17.084

12

12

5

4

Sunaryo,dkk 1993.

2. Sumber dan Karateristik Limbah Padat

Didalam proses penyamakan disamping limbah cairjuga menghasilkan limbah

padat sebagai hasil samping. Dikatakan hasil samping karena dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan, misalnya sebagai bahan makanan,obat-obatan, kosmetik, pupuk,

kerajinan, dan bahan bangunan lainnya. Bahan padat yang dimaksud antara lain bulu,

sisa trimming, fleshing, sisa split, shaving, buffing, dan lumpur.

3. Proses Pengolahan Limbah Penyamakan Kulit.

Limbah cair industri penyamakan kulit nampak paling menonjol dibandingkan

limbah padat maupun gasnya karena volumenya yang cukup banyak yaitu 30-70 l / kg

bahan baku yang diolah dari awal. Disamping volume yang banyak, zat- zat

pencemaran yang terkandung dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

Page 23: Industri Penyamakan Kulit Sapi

lingkungan dan dampak yang paling cepat berpengaruh adalah berbau busuk dan

kadang- kadang secara visual nampak berbuih banyak. Secara umum air limbah

penyamakan kulit mengandung bagian- bagian dari kulit seperti bulu, sisa daging,

potongan kulit dan bahan kimia sisa dari yang ditambahkan dalam proses

penyamakan kulit.

Seperti yang terjadi pada pada kasus pencemaran Limbah Industri Kulit

Sungkareng , Kabupaten Garut Jawa Barat., yang mencemari lingkungan sejak tahun

1920. Selain tantangan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan membuka pasar,

ada satu hal lagi yang juga menjadi tantangan sejak tiga dekade terakhir yaitu, limbah.

Persoalan limbah sering kali menjadi isu penting. Sejak digunakannya bahan kimia

untuk penyamakan kulit, pada saat itu pula persoalan limbah muncul. Bahan chroom

yang digunakan untuk menyamak kulit ternyata sangat berbahaya bagi kesehatan,

terutama sekali pada kulit manusia. Dampak dari limbah Sukaregang sangat dirasakan

oleh masyarakat di daerah hilir sungai Ciwalen, yang notabene bukan kalangan

penggiat bisnis kulit. Protes pun mulai bermunculan karena banyaknya warga di

daerah hilir yang mengalami gangguan kesehatan kulit.

Untuk mengantisipasi peningkatan jumlah limbah yang dibuang ke sungai,

pada awal 1980-an, saat Garut dipimpin oleh Bupati Taufik Hidayat, ada rencana

untuk merelokasi sentra industri kulit Sukaregang, namun tidak terealisasi. Oleh

penerusnya, Bupati Toharudin Gani rencana tersebut kembali dicoba diwujudkan

namun tak juga berhasil.

Karena berbagai hambatan tersebut, akhirnya yang dapat dilaksanakan adalah

revitalisasi. Artinya, lokasi Sukaregang akan ditata sedemikian rupa, termasuk

ditetapkannya zona-zona industri serta pembatasan jumlah industri dengan dilengkapi

instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Untuk revitalisasi ini pemerintah pusat

memberi bantuan untuk membangun dua buah instalasi pengelolaan air limbah

(IPAL) pada 1992 agar air dari Sukaregang dapat kembali bersih saat dialirkan ke

sungai. IPAL tersebut baru dapat beroperasi pada 1994, namun persoalan limbah tidak

selesai karena jumlah IPAL yang ada tidak sesuai dengan jumlah limbah yang

dihasilkan industri kulit Sukaregang. Kesadaran masyarakat pengusaha akan

Page 24: Industri Penyamakan Kulit Sapi

persoalan limbah ini juga kurang mendukung. Hingga kini hanya beberapa yang mau

membangun IPAL sendiri. Padahal, untuk menangani masalah limbah idealnya setiap

perusahaan memiliki satu mesin recovery sendiri.

(http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/13/0806.htm)

Dalam proses produksi Industri penyamakan kulit ada beberapa tahapan

proses pengolahan yaitu:

a. Pemisahan padatan kasar

b. Segresi

c. Ekualisasi

d. Koagulasi

e. Proses pengolahan limbah cair.

Agar supaya setiap tahapan pengolahan dapat berlangsung secara efektif

maka sebaiknya aliran yang khas dan pekat dipisahkan untuk melewati tahap

pengolahan terlebih dahulu, yaitu penghilangan sulfida, penghilangan krom

kemudian dijadikan satu dalam bak ekualisasi, aliran limbah (efluent) dengan

kandungan maupun aliran keluar untuk tahahp primer.

Dari bak ekualisasi air limbah tersebut diatur pH kemudian ditambahkan

larutan penggumpal dan pengendap yang selanjutnya endapan dapat dilakukan

penanganan lumpur (primer). Penanganan lumpur harus hati- hati agar tidak

terlarut pada proses selanjutnya.

a. Pemisahan padatan kasar

Sebelum diolah air limbah perlu disaring terlebih dahulu untuk

menghilangkan padatan kasar yang dapat menutup pipa, pompa-pompa dan

saluran- saluran. Pada proses ini lebih dari 30% padatan tersuspensi total dalam

cairan air limbah dapat dihilangkan dengan saringan.

b. Segresi

Pada tahap ini dilakukan pemisahan cairan-cairan limbah yang

mempunyai sifat khas dan memerlukan perlakuan tertentu untuk menangani zat

Page 25: Industri Penyamakan Kulit Sapi

pencemar agar nanti setelah dicampur dengan cairan limbah yang lain tidak

menimbulkan kontradiksi yang merugikan. Adapun cairan- cairan limbah dari

proses penyamakan kulit yang perlu dipisahkan adalah:

Ø Cairan limbah pengapuran (buang bulu).

Cairan limbah ini banyak mengandung Sulfida dari Na2S atau NaHS

sisa dari proses buang bulu sebagai agensia perontok bulu/ rambut. Sebelum

proses pengolahan segresi air limbah pada proses buang bulu berwarna putih

kehijauan dan kotor, dengan konsntrasi pH 10-12,5 dengan total solid 16.000-

45.000 mg/l. Namun setelah proses pengolahan dapat menetralisir asam, serta

kandungan slfida yang terkandung didalamnya dapat teratasi. Hal ini dapat

dilakukan dengan dua cara:

Oksidasi Katalitik Sulfida, yaitu dengan aerasi dan pemberian

mangan sebagai katalisator. Seharusnya hal ini dilakukan setiap hari

untuk menghindari bau busuk (H2S) dari air limbah tampungan.

Aerasi dapat dilakukan pada tang ki yang memanjang keatas (tinggi)

dan udara dihembuskan dari bagian dasar melalaui difusir atau dapat

juga memakai aerator.

Pengendapan Langsung.

Fero sulfat dan feri klorida dapat digunakan untuk menghilangkan

sulfida dari larutan denganpengendapan. Pengolahan ini akan menurunkan

pH karena hidroksidanya mengendap.

Ø Cairan limbah Krom.

Pengendapan krom relatif mudah dilakukan, pengendapan limbah

krom dapat mempengaruhi biaya produksi/ pengolahan limbahnya. Pada

pengolahan ini menghasilkan cairan supernatan yang hampir bebas krom dan

juga dapat menurunkan BOD.

c. Ekualisasi

Proses pengolahan pada bak ekualisasi bertujuan untuk penghilangan

sulfida dan krom agar dapat menghemat air yang dapat mengencerkan limbah

Page 26: Industri Penyamakan Kulit Sapi

kapran dan cairan limbah krom sebelum diolah lebih lanjut.

Pada tahapan ini juga meningkatkan efisiensi pengolahan dan untuk

menghindari rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran puncak ( peak Flow)

maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan pencampuran seluruh air

limbah.

Praktek pencampuran ini meberi kesempatan terjadinya proses netralisasi

dan pengendapan. Oleh karena itu sebaiknya air limbah dicampur dengan baik

dan intensif, misalnya dengan mixer atau blower mengingat dalam bak ini padatan

tersuspensinya dijaga jangan samapai mengendap dan kondisi air limbahnya harus

aerobik, hal ini dapat dicapai dengan menghembuskan udara dari dasar bak

melaluai beberapa difuser untuk memasok O2 yang intensif. Tenaga yang

diperlukana untuk mengaduk kira- kira 30 watt/m2 air limbah. Jika dilakukan

injeksi udara pada bak sedalam 2-4 m, aliran udara optimalnya 3-4 m3/jam per

m2 permukaan bak. Dalam bak ekualisasi dapat dilakukan pergantian garam-

garam aluminium maka penghilangan Nitrogen melalui proses nitrifikasi/

denitrifikasi perlu dilakukan.Pada tahapan ini untuk meningkatkan efisiensi

pengolahan dan untuk menghindari rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran

puncak (peakflow) maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan

pencampuran seluruh air limbah.

d. Koagulasi

Pada tahapan ini dilakukan perlakuan fisiko kimiawi untuk menghilangkan

BOD dan padatan. Dengan perlakuan fisiko kimiawi yang relatif mudah dan

sederhana dapat menghilangkan > 95 % padatan tersuspensi dan BOD sekitar

70%. Untuk menghilangkan BOD sepenuhnya dapat dilakukan dalam pengolahan

proses biologis selanjutnya.

Perlakuan fisiko kimia terhadap air limbah penyamakan kulit terdiri dari

perlakuan awal dengan pemberian penggumpal yang dilanjutkan dengan

pemberian pengendap sampai dengan pemisahan lumpurannya untuk dibuang.

Efesiensi penggumpalan dapat diperoleh dengan penambahan larutan

Page 27: Industri Penyamakan Kulit Sapi

pengendap yang berupa larutan polyelektrolit anionik rantai panjang dengan

konsentrasi 1-10 mg/l.

e. Pengolahan limbah cair dengan proses biologis

Dalam persyaratan baku mutu air limbah, maka perlu adanya pegolahan

sekunder. Pilihan cara pengolahan sekunder untuk air limbah penyamakan kulit

sbb:

ü Filter biologis

Filter biologis dalam pengolahan limbah penyamakan kulit sering

tidak dipertimbangkan.

ü Lumpur aktif (kolam oksidasi)

Pengolahan lumpur aktif pada prinsipnya adalah mempertemukan

antara air limbah yang mengandung bahan pengencer organik dengan

sejumlah besar bakteri aerob dan mokroorganisme lain yang terkandung

dalam lumpur biologis (lumpur aktif). Pengolahan dengan lumpur aktif

berbeban ringan sangat sesuai untuk air limbah penyamakan kulit. Cara ini

dikenal deng oksidasi kolam PASVEER.

ü Lumpur aktif konvensional

Jika dibandingkan dengan cara konvensional yang berbeban berat,

maka waktu yang diperlukan adalah 2-4 hari dan beban organik yang ringan

lebih mudah menahan variasi keadaan air limbah dan beban mendadak yang

menjadi proses penyamakan kulit, dengan demikian lumpur yang dihasilkan

berkurang. Kolam oksidasi PASVEER relatif lebih murah, dan

pemeliharaannya mudah, juka dioprasikan sebagaimana mestinya dapat

menghasilkan air limbah terolah dengan BOD , 20 mg/l.

Pengolah dengan lumpur aktif konvensional ( bebn berat) dapat dipilih

dengan cara pegolahan sekundernya jika lahan yang ada sangat tebatas.

Oksidasi berlangsung terus menerus dalam bk aerasi karena itu kebutuhan

aerasinya juga agak intensif ( sampai kra- kira 1 Kw/ kg BOD). Waktu tingga l

yang diperlukan hanya 6-12 jam sudah cukup.

Page 28: Industri Penyamakan Kulit Sapi

ü Lagun (kolam)

Ada pendekatan lain bagi daerah pedesaan atau yang memiliki lahan

luas, yaitu kolam dapat dibuat dengan biaya rendah dan perawatan pengolahan

juga sangat mudah. Ada beberapa pilihannya :

v Kolam aerob

Dapat mengurangi sampai > 85 % BOD dalam waktu 10 hari,

namun biasanya kolam tersebut mengeluarkan pencemaran udara dan

memungkinkan terbentuknya kembali sulfida bersamaan dengan

terlepasnya gas H2S. Hal ini sesuai bila hanya untukpemanfaatan

ruang/ ahan dan biaya kolam-kolam tersebut rendah, sedangkan yang

diperlukan hanya membuat kedalaman 3 meter.

v Kolam fakultatif

Dengan 2 lapisan (zone) pengolahan yaitu lapisan aerob (yang

ada di atas, berhubungan dengan udara) dal lapisan anaerob (zone di

bawahnya). Biasanya berukuran lebih besar dari an aerob dan kurang

efektif.Kolam ini lebih mengandalkan kekuatn fotosintetik dengan

demikian tergantung pada perubahan musim dan tidak dapat diperiksa/

dipantau dengan baik.

v Kolam aerasi

Kolam ini sudah banyak dioperasikan di banyak perusahaan

dan membutuhkan tenaga 10 – 30 w/m3 yang biasanya digunakan

adalah aerator permukaan mekanik.

4. Dampak Industri Penyamakan Kulit terhadap Kesehatan Manusia

Didalam Industri Penyamakan kulit menggunakan bahan- bahan pembantu

yang tersusun dari senyawa- senyawa kimia. Ada yang berwujud bubuk, kristal,

maupun cair, semi liguid yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Bahan- bahan

kimia tersebut akan kontak dengan pekerja Industri Penyamakan Kulit dengan

berbagai macam cara, yaitu melalui kontak dengan kulit atau dengan cara

penghirupan dalam bentuk gas atau uap..

Page 29: Industri Penyamakan Kulit Sapi

Bahan – bahan yang bersifat korosif dapat menyebabkan kerusakan pada

bagian tubuh yang terkena tumpahan ke kulit, mata atau juga bisa terminum, tertelan,

maupun terhirup ke paru- paru.

Dibawah ini akan dijelaskan akibat yang ditimbulkan apabila kontak dengan

bahan- bahan yang bersifat korosif atau beracun, yaitu :

o Natrium Sulfida (Na2S), berfungsi pada buangan bulu pada industri penyamakan

kulit. Berupa kristal putih atau kekuningan. Bereaksi dengan karbon. Bersifat

tidak stabil, sehingga dalam proses penyimpanannya harus dijaga agar terhindar

dari pemanasan karena dapat meledak.

o Asam Sulfida (H2SO4), bersifat korosif dan bersifat racun terhadap jaringn kulit.

Kontak dengan kulit menyebabkan terbakar, sehingga merusak jaringan.

Penghisapan kabut/ uap asam sulfat dapat menyebabkan inflamasi pada

tenggorokan bagian atas sehingga menyebabkan bronkitis, dan bila kontak dengan

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kolaps.

o Asam Klorida (HCL), bahan ini merupakan bahan pengoksidasi yang sangat

kuat.Berbahaya jika terkena panas. Pengaruhnya terhadap kesehatan manusia

yang akan menghasilkan methemoglobin dalam darah serta akan merusak butir-

butir darah merah pada akhirnya akan merusak buah ginjal juga otot- otot hati.

o Asam Format ( HCCOH), bahan mudah terbakar dapat menyebabkan iritasi pada

kulit, mata, membran mukosa.

o Amonium Hidroksida (NH4OH), suatu bahan apbila dipanaskan akan

mengeluarkan racun yang berbahaya bagi kesehata, uapnya bersifat racun.

o Natrium Hidroksida (NaOH), berbentuk padat atau larutan bersifat korosif pada

kulit manusia apabila kontak terlalu lama, dapat menyebabkan kerusakan jaringan

tubuh manusia. Penghisapan pada hidung dapat menyebabkan iritasi pada

membran mukosa.

o Senyawa Benzidin (NH2 C6 H4 NH2), apabila kontak dengan kulit dapat

menyebabkan iritasi, dapat menyebabkan kerusakan pada darah (hemolisis),

Page 30: Industri Penyamakan Kulit Sapi

apabila terhisap menyebabkan mual, muntah-muntah dan pada akhirnya diikuti

dengan kerusakan hati.

o Kalium Permanganat (KMNO4), sangat iritasif, debu KMNO4 sangat beracun,

dapat terhisap melalui pori-pori, dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru,

pernafasan pada bagian atas .

o Formalin (HCHO)., iritasi pada kulit mata membran mukosa apabila tertelan dapat

menyebabkan muntah, diare, kolaps. Bersifat karsinogenik terhadap paru-paru.

o Arsen (AS), arsen bila tdapat terhisap melaluerhisap maka dapat menimbulkan

menyebabkan muntah, mual dapat terhisap melalui maka dapat menimbulkan

menyebabkan muntah, mual, diare. Kerusakan arsen menyebabkan kelainan

sistem syaraf , kerusakan hati, gangguan sistem pembuluh darah, pigmentasi kulit

serta dapat menyebabkan kanker.

o Naftol (C10HOH), apabila terhisap dapat menyebabkan mual, muntah, diare,

bahkan anemia. Naftol dapat diserap oleh kulit.

o Phenol (C6H3OH), penyerapan larutan phenol pada kulit terjadi dengan cepat.

Kontak dengan larutan phenol selama 30 menit sampai beberapa jam dapat

menyebabkan kematian, untuk kontak dengan kulit seluas 64 inchi. Gejala yang

timbul apabila seseorang keracunan phenol yaitu pusing, otot lemah, pandangan

kabur, telinga berdengung, napas terengah-engah.

o Krom (Cr), yang bersifat asam sangat bersifat korosif pada kulit serta membran

mukasid (selaput lendir). Kontak dengan Cr secara langsung dan terus menerus

bagi kulit yang sensitif akan menyebabkan koreng (ulcer) selebar ujung pensil di

sekitar kuku maupun punggung tangan.

5. Teknik Pengendalian Limbah Penyamakan Kulit

a. Penerapan Cleaner Production

Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

pereventif dan terpadu yang perlu dilaksanakan secara terus menerus pada proses

produksi sehingga mengurangi risiko negative terhadap manusia dan lingkungan.

Page 31: Industri Penyamakan Kulit Sapi

Produksi bersih pada proses produksi berarti meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pengguanaan bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya, serta

mengganti atau mengurangi jumlah dan toksitas seluruh emisi dan limbah

sebelum keluar dari proses. Pencegahan, pengurangan, dan penghilangan limbah

atau bahan pencemaran pada sumbernya merupakan elemen utama di produksi

bersih. Kegiatan yang merupakan produksi bersih adalah:

§ Penghematan pemakaian air pencucian atau pembilasan.

§ Penghematan penggunaan zat kimia misalnya penyamakan dengan

menggunakan garam krom dengan kadar larutan cuku dengan 8% tidak

perlu dipakai 12%.

§ Modifikasi proses, seperti pada proses pengapuran menggunakan drum

dengan jumlah bahan-bahan yang dipakai dapat dikurang ( air, kapur,

sulfida) atau dengan pemisahan cairan pada proses buang bulu dan

pengpuran.

§ Pemakaian tekhnologi dan peralatan yang tepat.

b. Pemisahan Krom

Krom dapat dipisahkan dari cairan buangan dengan jalan penyaringan

yang kemudian di daur ulang dengan cara sbb : Air buangan dari penyamakan

kromdan air pencucian (sebanyak 2 x 100 % air) yang sudah bebas dari padatan

diberi larutan magnesium hidroksida, dan diendapkan kira-kira 10 jam, yang

kemudian cairan dipindahkan ke bak lain (dengan pipa penyedot, tetapi jangan

sampai endapannya ikut tersedot). Cairan tersebut bila benar-benar bebas dari

endapan akan mengandung krom kurang dari 2 ppm sehingga bias langsung

dibuang atau dipakai untuk daur ulang.

Endapan yang terjadi kemudian ditambah asam sulphat yang sesuai,

endapan tersebut akan larut dalam waktu sekitar 15 menit dan akan memberikan

suatu larutan krom sebesar 50 gram krom oksida/liter. Pada daur ulang proses

selanjutnya masih membutuhkan penambahan krom kira-kira sejumlah 30 %.

Page 32: Industri Penyamakan Kulit Sapi

E. Pemasaran

1. Permintaan

Mulai tahun 2001 sampai saat ini dan seiring dengan kondisi perekonomian yang

membaik, pasar produk dari kulit khususnya tas kulit mulai kembali membaik. Pengusaha

kecil industri kulit dapat kembali pada produksi tas kulit asli. Namun karena tas kulit

imitasi juga telah memiliki pangsa pasar sendiri, sebagian produsen tas kulit tetap

memproduksi tas dari kulit imitasi. Tantangan selanjutnya yang dihadapi industri tas kulit

dalam negeri adalah persaingan di pasar luar negeri yaitu produk tas kulit dari Cina. Di

pasaran internasional, tas kulit dari China dipasarkan dengan harga relatif lebih murah.

Sedangkan produk tas kulit Indonesia yang beredar di pasar luar negeri harganya lebih

mahal. Hal ini disebabkan belum adanya akses langsung ke pasar luar negeri.

Permintaan pasar tas kulit relatif bagus karena produk dengan bahan baku khusus

ini memiliki pangsa pasar tersendiri. Data mengenai besarnya permintaan pasar produk

tas kulit di Indonesia, baik permintaan dalam maupun luar negeri, masih cukup sulit.

Salah satu pengusaha pengrajin tas kulit di Tanggulangin, diperoleh informasi bahwa

mereka biasa memasarkan produknya di dalam negeri, baik melalui agen yang menjadi

relasi pengusaha pengrajin yang berada di beberapa kota seperti Jakarta dan Bali, maupun

pesanan baik dari peorangan atau institusi, serta melayani pesanan dari luar negeri.

Terdapat beberapa merk tas asing yang melakukan pesanan langsung ke Tanggulangin

dengan memberikan spesifikasi atau model yang khusus dan kemudian memberikan logo

sesuai dengan brand pemesan.

2. Penawaran

Kerajinan tas kulit memerlukan keterampilan tangan dan keuletan. Salah satu

daerah pengusaha pengrajin tas kulit di Tanggulangin mengungkapkan bahwa tidak ada

yang tidak bisa dibuat oleh pengrajin Tanggulangin. Hal ini dikarenakan kemampuan

pengrajin Tanggulangin dalam membuat produk tas kulit tidak diragukan. Para pengrajin

ini seringkali mengoleksi majalah-majalah mode dunia untuk melihat trend tas kulit yang

berkembang. Dari melihat gambar tersebut mereka mampu memproduksinya dengan

Page 33: Industri Penyamakan Kulit Sapi

hasil yang persis dengan aslinya.

Konsumen yang menginginkan model tas yang berbeda, dapat membuat desain

sendiri atau memberikan contoh produk yang ia punya dan para pengrajin ini akan

membuatnya sesuai selera pemesan. Pemesan juga dapat melihat contoh produk yang ada

pada koleksi pengrajin kemudian meminta pengrajin untuk membuat produk

modifikasinya. Pengusaha bahkan telah terbiasa memproduksi tas dalam jumlah ribuan

dalam waktu satu minggu. Jumlah minimal produk pesanan tidak dibatasi. Hal ini

dikarenakan karakteristik biaya produksi yang sebagian besar adalah biaya variabel.

Apabila pesanan dalam jumlah sedikit, maka harga per item produk menjadi sedikit lebih

mahal.

3. Impor

Impor kulit samak termasuk kulit domba dan kambing menunjukkan kenaikan

pada tahun 1997 2001. Pada tahun 1997 produksi kulit sebesar 17,3 ribu ton dan pada

tahun 2001 menjadi 25,1 ribu ton (kenaikan 45,1%). Kebutuhan kulit dunia cukup tinggi,

hal ini merupakan peluang dan prospek yang cukup besar bagi pengembangan industri

penyamakan kulit (baik kulit sapi maupun domba dan kambing).

4. Ekspor

Pemanfaatan kulit ternak atau hewan untuk kepentingan manusia itu berjalan

searah dengan perkembangan peradaban manusia. Dari keseluruhan produk sampingan

hasil pemotongan ternak, maka kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis

yang paling tinggi. Berat kulit pada sapi, kambing dan kerbau memikiki kisaran 7-10%

dari berat tubuh. Secara ekonomis kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga

ternak.

Sebelum era krisis moneter, pihak pemerintah dengan syarat tertentu masih

mengizinkan industri-industri penyamakan kulit untuk mengimpor kulit mentah dan

awetan dari luar negeri, dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kulit

dalam negeri yang sepenuhnya belum mencukupi. Namun demikian sejak mulainya krisis

moneter, pemerintah akhirnya mengeluarkan suatu kebijakan untuk melarang impor kulit

mentah maupun kulit setengah jadi dari luar negeri dengan alasan tingginya harga dasar

Page 34: Industri Penyamakan Kulit Sapi

barang (naik kurang lebih 300-400%) dan pajak impor yang harus ditanggung oelh

importir akibat fluktuasi rupiah oleh mata uang asing.

Dengan langkah kebijakan tersebut para pengusaha dalam negeri tentunya harus

menyediakan bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Masalah yang

timbul, apakah mutu kulit mentah maupun kuliut awetan yang dihasilakan oleh

masyarakat yang di dalam negeri sudah memenuhi standar yang sesuai atau paling tidak

telah mendekati standar kualitas yang telah ditetapkan?

Sebuah catatan penting yang patut diingat bahwa kejayaan pesat, ekspor kulit

samak merupakan sumber devisa negara non migas selain kayu, tekstil dan elektronik.

Berdasarkan gambaran tersebut, tentunya bahanyak hal yang harus dikaji dan terpulang

kepada bagaimana perkembangan ilmu dan terknologi khususnya ilmu dan teknologi

pengolahan kulit ke depan serta kualitas SDM peternakan yang dimiliki.

5. Peluang Pasar

Potensi ketersediaan kulit khususnya di Sulawesi Selatan sendiri cukup besar. Bila

dilihat dari perolehan angka statistik di Sulawesi Selatan untuk tahun 2004, jumlah

pemotongan yang tercatat di RPH dan luar RPH khususnya ternak besar seperti sapi yang

mencapai 62.020 ekor, kerbau 17.295 ekor, kuda 2.376 ekor dan ternak kecil seperti

kambing 19.525 ekor serta domba 203 ekor. Total untuk ternak besar dan kecil secara

keseluruhan mencapai 101.419 ekor. Berdasarkan data tersebut diasumsikan bahwa

terdapat kurang lebih 101.419 lembar kulit yang dapat dioleh menajdi produk lembaran

kulit jadi sebagai bahan baku untuk membuat produk barang kulit seperti jaket, sepatu,

tas, assesoris, jok mobil dan sadel motor, pelapis kursi dan sebagainya. Data diatas

merupakan data pemotongan ternak yang tercatat, namun bila dijumlahkan dengan data

pemotongan yang tidak tercatat (gelap) potensi kulit dapat mencapai 156.976 lembar.

(Anonim. 2005. Statistika Peternakan Tahun 2005. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Dinas Peternakan, Makassar.)

6. Prospek

Secara rinci perhitungan nilai investasi untuk produk olahan komoditas sapi

potong yang berpotensi dan prospektif dikembangkan pada masa yang akan datang

Page 35: Industri Penyamakan Kulit Sapi

adalah jenis usaha kulit sapi samak. Berdasarkan data statistik tahun 2003, bahan baku

yang tersedia untuk mendukung industri kulit sapi samak menunjukkan jumlah yang

mencukupi untuk berkembangnya jenis usaha-usaha tersebut (skala UKM). Keseluruhan

kebutuhan dana investasi bagi skala UKM serta lokasi dan jumlahnya di Indonesia

disajikan pada Tabel 4. Penentuan lokasi didirikannya UKM antara lain berdasarkan

pertimbangan ketersediaan bahan baku, strategis, serta merupakan daerah atau pusat

wisata Indonesia yang memungkinkan berkembangnya produk kerajinan dari kulit samak.

Tabel 4. Perkiraan Nilai Investasi dan Keuntungan, serta Jumlah UKM dan LokasiPengembangan

Usaha Pengolahan Kulit Sapi Samak

No Jenis Usaha Nilai Investasi Keuntungan

Bersih

BEP

1 Kulit sapi samak Rp. 420.000.000

Meliputi tanah,

bangunan,

perlengkapan kantor,

dan alsin. Biaya

pengeluaran per

tahun

Rp. 575.730.000

Rp.

526.239.100

dengan harga

jual

minimal

produk Rp.

78.065/unit

618,94

unit/tahun

2

Jumlah

/lokasi

UKM

5 (Sumbar, Jabar,

Jateng, Kaltim,

Sulsel)

Total investasi

Rp. 2.100.000. 000

@ Rp. 420.000.000

Page 36: Industri Penyamakan Kulit Sapi

II. PEMBAHASAN

A. Bahan Baku

Di Indonesia cukup banyak terdapat industri penyamakan kulit , salah satunya yaitu di

wilayah Sukaregang, Garut yang merupakan sentra produksi penyamakan kulit di Pulau Jawa. Di

wilyah tersebut setidaknya terdapat 330 industri penyamakan kulit yang memproduksi bahan baku

kulit samak untuk industry sepatu dan industri garmen. Dari tahun ke tahun industri di kawasan ini

berkembang begitu pesat sehingga pendapatan masyarakat di daeah tersebut meningkat serta ekspor

ke luar negeri pun mengalami peningkatan .

Tingkat produksi kulit samak pada tahun ini mengalami penurunan karena pemasokan bahan

baku bekurang ,penyamakan kulit di Indonesia kekurangan sekitar 70 persen bahan baku, hal inilah

yang memacu para pengusaha kulit sapi samak gulung tikar. Kurangnya perhatian pemerintah

terhadap masalah ini merupakan salah satu faktor terjadinya penurunan produktifitas di industry ini.

Selain itu, adanya ekspor yang berlebih terhadap kulit sapi mentah menyebabkan para pengusaha

penyamakan kulit kekurangan bahan baku, padahal jika kita mengolah sendiri kulit mentah tersebut

kita dapat meningkatkan nilai tambah terhadap komoditi sehingga penghasilan masyarakat dapat

meningkat. Hal inilah yang harus diperbaiki demi terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat dan

kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

Kulit sapi yang akan diolah/ disamak harus memenuhi standar tertentu , ketentuan –

ketentuan tersebut sudah diatur di dalam SNI ( Standar Nasional Indonesia ) mengenai standar kulit

sapi mentah basah yang meliputi standar untuk bau, warna dan kebersihan, bulu, ukuran kulit, berat

kulit, elastisitas, kandungan air, cacat ( mekanis, termis, parasit ). Standar – standar tersebut harus

dipenuhi agar menghasilkan kulit sapi samak yang berkualitas tinggi. Di industry penyamakan kulit

Page 37: Industri Penyamakan Kulit Sapi

standar tersebut dipakai untuk memastikan bahwa kulit sapi yang akan disamak mememang layak

untuk diolah agar produk yang dihasilkan memiliki mutu yang tinggi.

B. Produk

Kulit sapi samak banyak dimanfaatkan untuk pembuatan produk fashion, furniture

, dan pembuatan kerajinan dari kulit seperti jaket, sepatu, tas, dan lainnya. Selain itu,

dikenal pula istilah kulit sol, istilah ini digunakan untuk kulit yang diperoleh dari

penyamakan kulit sapi dengan menggunakan bahan penyamak nabati. Penyamakan

dengan bahan penyamakan nabati berasal dari tumbuhan yang mengandung bahan

penyamak misalnya kulit akasia, sagawe , tengguli, mahoni, dan kayu quebracho, eiken,

gambir, teh, buah pinang, manggis, dll. Pada proses penyamakan, semua bagian kulit

mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak.

Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat organoleptis, fisis, maupun

kimiawi. Kulit jadi yang dihasilkan misalnya kulit tas koper, kulit sol, kulit pelana kuda,

kulit ban mesin, kulit sabuk dll. Kulit sol banyak digunakan sebagai lapisan bawah pada

sepatu . Untuk mengetahui kualitas dari kulit saol tersebut digunakan pengujian secara

organoleptis, fisis dan kimiawi.

Mutu produk kulit samak harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan pada SNI

( Standar Nasional Indonesia ) agar produk tersebut dapat memilki kualitas yang baik sehingga dapat

mempunyai daya jual yang tinggi. Standar tersebut meliputi Kimiawi ( kadar air , kadar

minyak/lemak, kadar zat larut dalam air, kadar abu, kadar krom oksida, derajat penyamakan, pH ),

Fisis ( tebal, kekuatan Zwik, kekuatan tarik, kemuluran pada waktu putus, penyerapan air ), dan

Organoleptis. Standar yang telah ditentukan harus dipenuhi karena apabila salah satu dari ketentuan

tersebut tidak dipenuhi maka kualitas dari produk kulit sapi samak kurang baik.

C. Teknologi Proses

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides

atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan

penyamak. Teknologi proses dalam industri penyamakan kulit terdiri dari tiga pokok

tahapan yaitu proses pengerjaan basah (beam house), proses penyamakan (tanning) dan

penyelesaian (finishing). Masing- masing tahapan ini terdiri dari beberapa macam proses.

Page 38: Industri Penyamakan Kulit Sapi

Setiap proses memerlukan tambahan bahan kimia dan pada umumnya memerlukan

banyak air, tergantung jenis kulit mentah yang digunakan serta jenis kulit jadi yang

dikehendaki.

Penambahan bahan kimia ini tentu menyebabkan pencemaran yang cukup besar

dari industri ini. Bahan-bahan kimia ini dapat mencemari air sisa pengolahan kulit samak

berupa air limbah. Air limbah ini memerlukan perlakuan-perlakuan tersendiri agar dapat

dibuang ke lingkungan dan tidak merusak lingkungan. Perlakuan yang dilakukan

tergantung jenis limbah dan jenis bahan kumia yang mencemari air. Jenis bahan kimia

yang mencemari dapat dilihat dari proses-proses yang dilakukan dalam penyamakan

kulit.

Tahapan proses pengerjaan basah (beam house) diantaranya perendaman

(soaking) untuk mengembalikan sifat- sifat kulit mentah menjadi seperti semula, lemas,

lunak dan sebagainya. Pada proses perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah sisa

desinfektan dan kotoran- kotoran yang berasal dari kulit. Selanjutnya pengapuran (liming)

untuk menghilangkan epidermis dan bulu, menghilangkan kelenjar keringat dan kelenjar

lemak serta menghilangkan semua zat-zat yang bukan collagen yang aktif menghadapi

zat-zat penyamak. Dalam proses pengapuran ini mengakibatkan pencemaran yaitu sisa-

sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan bulu yang terlepas.

Tahap selanjutnya yaitu pembelahan (splitting) untuk mendaptkan ukuran dan

ketebalan kulit yang diinginkan. Setelah didaptkan ukuran yang diinginkan kemudian

dilakukan pembuangan kapur (delimming). Pembuangan kapur akan mempergunakan

asam atau garam asam, misalnya H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, Dekaltal dan lain-lain.

Selanjutnya proses pengikisan protein (bating). Proses ini menggunakan enzim protese

untuk melanjutkan pembuangan semua zat- zat bukan collagen yang belum terhilangkan

dalam proses pengapuran. Tahap terakhir yaitu pengasaman (pckling).Proses ini

dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit samak sintetis dan tidak dikerjakan

untuk kulit samak nabati atau kulit samak minyak.

Tahapan proses penyamakan (tanning), proses penyamakan dimulai dari kulit

pikel untuk kulit yang akan disamak krom dan sintan, sedangkan untuk kulit yang akan

disamak nabati dan disamak minyak tidak melalui proses pickling (pengasaman).

Page 39: Industri Penyamakan Kulit Sapi

Tahapan proses ini terdiri dari penyamakan, pengetaman (shaving), pemucatan

(bleaching), penetralan (neutralizing), pengecetan (dyeing), peminyakan (fat liguoring),

pelumasan (oiling), pengeringan, kelembaban serta peregangan dan pementangan

Tahapn yang terakhir yaitu tahapan penyelesaian akhir (finishing). Penyelesaian

akhir bertujuan untuk memperindah penampilan kulit jadinya, memperkuat warna dasar

kulit, mengkilapkan, menghaluskan penampakan rajah kulit serta menutup cacat-cacat

atau warna cat dasar yang tidak rata.

D. Prakiraan Biaya Produksi

Variable cost adalah biaya yang langsung dipengaruhi oleh banyaknya (unit)

barang yang diproduksi. Variable cost terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan

pembantu (zat kimia), biaya tenaga kerja, biaya penanganan limbah dan biaya

pemeliharaan.

Biaya bahan baku dipengaruh oleh rendemen kulit mentah untuk menhasilkan

kulit jadi diantaranya sebagai berikut :

- Kulit garaman dengan berat lebih dari 20 kg menghasilkan kulit jadi dengan luas

1 – 2 sq ft/kg, dengan rataan 1,5 sq. ft./kg

- Kulit garaman dengan berat antara 10 – 20 kg menghasilkan kulit jadi dengan

luas 2,0 – 2,5 sq ft/kg

- Kulit kecil (skin) dengan berat kulit garaman dibawah 4 kg menghasilkan

kulit jadi dengan luas antara 3,0 – 4,0 sq.ft/kg.

- Kulit mentah mengalami penyusutan sampai dengan 10% dari rasio tersebut,

tergantung pada sumber kulit mentahnya. Biaya kulit mentah dapat mencapai 50%

atau lebih dari total biaya kulit jadi, sehingga biaya kulit mentah menjadi faktor

utama yang diperhatikan oleh perusahaan pengolahan kulit.

Untuk biaya bahan pembantu yaitu bahan kimia dipengaruhi oleh kebutuhan

bahan kimia dari tiap proses penyamakan kulit yang dilakukan. Jumlahnya bergantung

dengan jumlah kulit mentah yang diolah. Selanjutnya biaya tenaga kerja langsung.

Apabila seluruh biaya tenaga kerja langsung kita hitung maka komposisinya adalah

Page 40: Industri Penyamakan Kulit Sapi

sebagai berikut: beam house 12%; proses tanning 11%; proses drying, shaving, dan

splitting 25%; persiapan untuk finishing 24%; dan proses finishing 28%. Pada umumnya

kulit yang dapat dihasilkan per jam kerja tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut: 17

sq ft per jam untuk kulit besar, 14 sq ft per jam untuk kulit sedang, dan 10 sq ft per jam

untuk kulit kecil.

Utility, termasuk didalamnya adalah air, energi (listrik, panas, dan lampu),

penanganan limbah, maintenance mesin. Besarnya biaya untuk utility tergantung dari

kulit yang diproses, skala pabrik, lokasi, dan fasilitas yang ada.

Overhead cost adalah biaya yang tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya

(unit) barang yang diproduksi biaya ini dikenal juga dengan istilah biaya tetap (fixed

cost), untuk memperkirakan biaya tidak langsung biasanya didasarkan pada data historis

perusahaan atau mengacu pada data perusahaan lain yang sejenis dengan skala usaha

yang sama. Biaya tidak langsung pada industri penyamakan kulit berkisar antara 10% –

20% dari total penjualan.

Sebagai contoh harga pokok produksi pada industri penyamakan kulit secara tidak

langsung adalah menghitung total biaya langsung seperti:

Biaya bahan baku (harga kulit mentah) : Rp. 15.000/kg

Biaya tenaga kerja langsung : Rp. 3.400/jam

Biaya zat kimia (keseluruhan) : Rp. 2.000/sq. ft

Biaya utility (peralatan, dll) : Rp. 500/sq. ft.

Catatan:

- Kulit besar lebih dari 20 kg dapat menghasilkan 1,5 sq ft/kg kulit jadi. Jadi, biaya

bahan baku per sq ft adalah 15.000/1,5 = Rp. 10.000/sq.ft.

- Tingkat penyusutan kulit mentah adalah 10%, dan kerusakan produksi sebanyak

5%. Jadi, biaya bahan baku total adalah 10.000 + (15% x 10.000) = Rp.

11.500/sq.ft.

- Tenaga kerja dapat menghasilkan 17 sq ft/jam. Jadi biaya tenaga kerjanya adalah

3.400/17 = Rp. 200/sq ft.

Jadi, Harga Pokok Produksi Kulit tersebut adalah:

Page 41: Industri Penyamakan Kulit Sapi

HPP = Biaya bahan baku + Biaya zat kimia + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya utility

HPP = Rp.11.500 + Rp.2.000 + Rp.200 + Rp.500

= Rp.14.200 / sq ft

Laba usaha dikenal pula dengan marjin usaha, dikenal menjadi dua jenis yaitu

marjin kontribusi (contribution margin) atau marjin bruto (gross margin). Sebagai

contoh, harga jual kulit sapi atasan saat ini adalah Rp. 19.000/sq ft, oleh karena itu

marjin/laba bruto penjualan kulit sapi tersebut adalah

Laba Bruto = Penjualan – harga pokok produksi

Laba Bruto = Rp. 19.000 – Rp. 14.200 = Rp. 4.800

Laba bersih = Penjualan – variable cost – fixed cost

BEP adalah pada kondisi Laba bersih = 0.

Sehingga, Penjualan = Variable cost + Fixed cost

(Q X P) = (Q X C) + Fc

Dimana, Q = jumlah

P = harga jual per sq.ft.

C = harga pokok produksi per sq.ft

Fc= total biaya tetap per periode

Contoh: Mengacu pada contoh sebelumnya dan apabila biaya tetap perusahaan

sebesar Rp. 50.000.000,- per bulan maka agar perusahaan tidak mengalami kerugian

(BEP) maka jumlah minimal kulit yag harus diproduksi adalah:

BEP à Q X P = Q X C + Fc

Q (P-C) = Fc

Q (19.000- 14.200) = 50.000.000

Q = 50.000.000/4.800

Q = 1.041,67 sq ft

E. Limbah Industri Samak

1. Limbah cair pabrik penyamaan berasal dari larutan yang digunakan unit pemprosesan

itu sendiri yaitu perendaman air, penghilangan bulu, pemberian bubur kapur,

perendaman ammonia, pengasaman, penyamaan, pemucatan, pembarian warna coklat,

dan pewarnaan dan dari bekas cuci , tetesan serta tumpahan. Penghilangan bulu

Page 42: Industri Penyamakan Kulit Sapi

dengan kapur dan sulfida biasanya merupakan penyumbang utama beban pencemaran

dalam pabrik penyamaan. Limbah dengan BOD dan PTT tinggi berasal dari cairan

bekas perendaman, cairan kapur bekas dan cairan penyamaan nabati. Ciran samak

krom mengandung krom-trivalen kadar tinggi. Perendaman ammonia meninggalkan

banyak campuran nitrogen-amonia dan sedikit bahan organic. Limbah cair dari operasi

penghilangan bulu mengandung bulu dan sulfida.

Tabel 5. Karakteristik Limbah pada Tiap Proses

N

o

.

Proses Bahan Karakteristik

Limbah Cair

1

.

Perendaman Air, Sodium Hipoklorida Mengandung

Sodium

Hipoklorida

2

.

Pengapuran Air, Air Kapur (Kalsium

Hidroksida)

Bersifat basa

3

.

Pembuangan bulu

dan bekas daging

Air, Sodium Sulfida Bersifat alkalin,

limbah Hidrogen

Sulfida

4

.

Penghilangan

kapur

Enzim, Garam Amonium Bersifat basa,

limbah gas

amonia

5

.

Pencucian Air Bersifat basa

6

.

Pengasaman Air, Asam Sulfur, Sodium

Klorida

Bersifat asam

7

.

Proses Krom Krom dioksida, Sodium Klorida,

Sodium Bikarbonat

Bersifat asam

mengandung

Krom Trivalen

8 Pemutihan Air, Natrium Karbonat, Asam Bersifat asam

Page 43: Industri Penyamakan Kulit Sapi

. Sulfat

9

.

Pencucian Air Bersifat asam,

mengandung

Krom

1

0

.

Fat Liquoring Minyak Mengandung

minyak

1

1

.

Pemucatan Bahan pemucat Mengandung zat

pemucat

2. Limbah padat

Didalam proses penyamakan disamping limbah cair juga menghasilkan limbah padat

sebagai hasil samping. Dikatakan hasil samping karena dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan, misalnya sebagai bahan makanan,obat-obatan, kosmetik, pupuk, kerajinan,

dan bahan bangunan lainnya. Bahan padat yang dimaksud antara lain bulu, sisa trimming,

fleshing,sisasplit, shaving, buffing

3. Limbah gas

Bau yang dikeluarkan limbah cair industri penyamakan kulit berasal dari

pembusukan material organik berupa Hidrogen sulfida yang dilepaskan selama

proses penghilangan bulu, dan amonia yang dilepaskan pada proses

pengapuran

Limbah cair industri penyamakan kulit nampak paling menonjol dibandingkan

limbah padat maupun gasnya karena volumenya yang cukup banyak yaitu 30-70 l / kg

bahan baku yang diolah dari awal. Disamping volume yang banyak, zat- zat

pencemaran yang terkandung dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan dan dampak yang paling cepat berpengaruh adalah berbau busuk dan

kadang- kadang secara visual nampak berbuih banyak. Secara umum air limbah

penyamakan kulit mengandung bagian- bagian dari kulit seperti bulu, sisa daging,

potongan kulit dan bahan kimia sisa dari yang ditambahkan dalam proses

Page 44: Industri Penyamakan Kulit Sapi

penyamakan kulit.

Dalam proses produksi Industri penyamakan kulit ada beberapa tahapan

proses pengolahan yaitu:

f. Pemisahan padatan kasar

g. Segresi

h. Ekualisasi

i. Koagulasi

j. Proses pengolahan limbah cair.

F. Pemasaran

Permintaan pasar tas kulit relatif bagus karena produk dengan bahan baku

khusus ini memiliki pangsa pasar tersendiri. Data mengenai besarnya permintaan pasar

produk tas kulit di Indonesia, baik permintaan dalam maupun luar negeri, masih cukup

sulit. Kerajinan tas kulit memerlukan keterampilan tangan dan keuletan

Impor kulit samak termasuk kulit domba dan kambing menunjukkan kenaikan

pada tahun 1997 2001. Pada tahun 1997 produksi kulit sebesar 17,3 ribu ton dan pada

tahun 2001 menjadi 25,1 ribu ton (kenaikan 45,1%). Kebutuhan kulit dunia cukup tinggi,

hal ini merupakan peluang dan prospek yang cukup besar bagi pengembangan industri

penyamakan kulit (baik kulit sapi maupun domba dan kambing). Sejak mulainya krisis

moneter, pemerintah akhirnya mengeluarkan suatu kebijakan untuk melarang impor kulit

mentah maupun kulit setengah jadi dari luar negeri dengan alasan tingginya harga dasar

barang (naik kurang lebih 300-400%) dan pajak impor yang harus ditanggung oleh

importir akibat fluktuasi rupiah oleh mata uang asing.

Page 45: Industri Penyamakan Kulit Sapi

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides

atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan

penyamak. Teknologi proses dalam industri penyamakan kulit terdiri dari tiga pokok

tahapan yaitu proses pengerjaan basah (beam house), proses penyamakan (tanning) dan

penyelesaian (finishing). Industri penyamakan kulit dari kulit sapi sudah banyak

berkembang di Indonesia. Produk-produk olahan yang dihasilkan juga sudah cukup

Page 46: Industri Penyamakan Kulit Sapi

banyak.

Setiap proses memerlukan tambahan bahan kimia dan pada umumnya

memerlukan banyak air, tergantung jenis kulit mentah yang digunakan serta jenis kulit

jadi yang dikehendaki. Penambahan bahan kimia ini tentu menyebabkan pencemaran

yang cukup besar dari industri ini. Bahan-bahan kimia ini dapat mencemari air sisa

pengolahan kulit samak berupa air limbah. Air limbah ini memerlukan perlakuan-

perlakuan tersendiri agar dapat dibuang ke lingkungan dan tidak merusak lingkungan.

Limbah cair industri penyamakan kulit nampak paling menonjol dibandingkan

limbah padat maupun gasnya karena volumenya yang cukup banyak. Disamping volume

yang banyak, zat- zat pencemaran yang terkandung dapat menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan dan dampak yang paling cepat berpengaruh adalah berbau busuk dan

kadang- kadang secara visual nampak berbuih banyak. Secara umum air limbah

penyamakan kulit mengandung bagian- bagian dari kulit seperti bulu, sisa daging,

potongan kulit dan bahan kimia sisa dari yang ditambahkan dalam proses penyamakan

kulit.

Permintaan pasar tas kulit relatif bagus karena produk dengan bahan baku

khusus ini memiliki pangsa pasar tersendiri. Kualitas produk dari kulit samak dari

Indonesia cukup baik sehingga tidak jarang diekspor hingga ke mancanegara. Untuk

menjaga harga produk, dilakukan proteksi terhadap impor bahan baku kulit mentah

maupun bahan setengah jadi ke Indonesia