industri batubara

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah. Salah satu dari sumberdaya alam yang berada di kepulauan Indonesia adalah potensi sumberdaya mineral yaitu batubara yang merupakan bahan galian golongan C sesuai ketentuan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Potensi batubara terbesar di Indonesia terutama di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan sedangkan di daerah lainnya seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi hanya dijumpai batubara dalam jumlah kecil. Di Indonesia endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan) pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Sumber: http://www.esdm.go.id/departemen-energi-dan-sumber-daya-mineral /sejarah.html Konteks pembangunan daerah terdapat 2 (dua) aspek mendasar yang akan mewarnai tatanan kehidupan dan pemerintahan di daerah. Pertama adalah pengaruh globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang semakin nyata dan terasa dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Kedua, berkembangnya era otonomi daerah yang

Upload: ade-tamaris

Post on 13-Sep-2015

262 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

BATUBARA

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki

    sumberdaya alam yang sangat melimpah. Salah satu dari sumberdaya alam

    yang berada di kepulauan Indonesia adalah potensi sumberdaya mineral yaitu

    batubara yang merupakan bahan galian golongan C sesuai ketentuan UU No. 4

    Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Potensi batubara

    terbesar di Indonesia terutama di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan

    sedangkan di daerah lainnya seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan

    Sulawesi hanya dijumpai batubara dalam jumlah kecil. Di Indonesia endapan

    batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier yang terletak di

    bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan) pada

    umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda yang dapat

    dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas.

    Sumber: http://www.esdm.go.id/departemen-energi-dan-sumber-daya-mineral

    /sejarah.html

    Konteks pembangunan daerah terdapat 2 (dua) aspek mendasar yang

    akan mewarnai tatanan kehidupan dan pemerintahan di daerah. Pertama

    adalah pengaruh globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan

    teknologi dan informasi yang semakin nyata dan terasa dalam setiap sendi

    kehidupan masyarakat. Kedua, berkembangnya era otonomi daerah yang

  • 2

    ditandai dengan diundangkannya undang-undang nomor 32 tahun 2004

    tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

    tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dari

    dua aspek tersebut peranan data dan informasi baik dalam penyajian,

    keakuratan, dan aktualisasi dan kecepatan penyampaian informasi akan sangat

    menentukan keberhasilan kebijakan dan tujuan pembangunan yang

    dilaksanakan.

    Wilayah Indonesia sebagai eksportir batubara terbesar kedua di dunia

    setelah negara Australia di tahun 2006. Jenis batubara yang diproduksi dan

    diekspor adalah batubara yang jenis sub-bituminius. Metode penambangan

    bahan galian secara garis besar yaitu metode tambang terbuka (surface

    mining) dan metode tambang bawah tanah (underground mining). Sebagian

    besar cadangan batubara di Indonesia berada di Sumatera bagian selatan

    tepatnya di Kecamatan Lawang Kidul.

    Aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT. Tambang Batubara

    Bukit Asam (PTBA) (Persero) Tbk Perseroan memiliki dan mengoperasikan

    wilayah IUP Operasi Produksi untuk tambang batubara di Tanjung Enim

    Penambangan batubara yang dilakukan oleh PTBA ini menggunakan dua

    sistem yaitu dengan tambang terbuka (TamKa) dan dengan Tambang dalam

    (TamDa) berproduksi sejak tahun 2002. Luas wilayah dari kuasa

    pertambangan (KP) PT.BA ini sebesar 15,451,02 Ha. Kegiatan operasional

    menggunakan teknologi dan peralatan yang canggih dan alat-alat berat.

    Beberapa lokasi kegiatan dengan tambang terbuka menggunakan bahan

  • 3

    peledak untuk mengeluarkan batubara tetapi pasca tambang segera dilakukan

    kegiatan reklamasi lahan, sehingga dampak lingkungan akibat penambangan

    terminimalisir sedemikian mungkin terhadap kondisi sosial ekonomi

    masyarakat.

    Perusahaan Bukit Asam yang berdiri sejak zaman Belanda, menghasilkan

    7-10 atau 10-12 ton/tahun. Perusahaan Tambang yang diandalkan untuk

    seluruh Indonesia dan satu-satunya perusahaan yang memilki izin simpan

    pakai (berkaskompas.com). Sumberdaya batubara di Tanjung Enim sebesar

    6,352,83 juta ton tahun 2008. Sedangkan cadangan tertambang sebesar

    1,370,70 juta ton. Sumberdaya dan cadangan batubara dimana perseroan yang

    memegang hak kuasa pertambangan (KP) yaitu tambang batubara tahun 2008

    di Tanjung Enim dengan luas mencapai 66414 hektar meliputi Kabupaten

    Muara Enim dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

    Perseroan memiliki dan mengoperasikan wilayah IUP Operasi Produksi

    untuk tambang batubara di Tanjung Enim seluas 66.414 hektar yang terdiri

    dari Air Laya 7621 hektar, Muara Tiga Besar 3300 hektar, Banko Barat 4500

    hektar, Banko Suban 253600 hektar, Bumian Sukamerindu, Air Sereko,

    Kungkilan, Arahan dan Banjarsari 24751 hektar dan Bukit Kendi 882 hektar.

    Lokasi di Tanjung Enim Perseroan menggunakan infrastruktur jalan kereta-api

    yang dikelola oleh PT KAI dalam mengangkut produksi batubara ke areal

    pelabuhan. Waktu yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi tanah

    tergantung besar kecil serta jenis dampak terjadi. Waktu yang dibutuhkan

    untuk mendapatkan struktur tanah yang baik kembali minimal 50 tahun.

  • 4

    1.2 Rumusan Masalah

    Akibat dari aktivitas pertambangan ini tentu saja akan berpengaruh

    terhadap kondisi sosial-ekonomi serta fisik daerah sekitarnya, baik dampak

    positif maupun negatif. Dampak sosial-ekonomi menurut Homenauck (1988,

    dalam Hadi, 2005) dapat dikategorikan ke dalam kelompok kelompok real

    impact dan special impact. Real impact adalah dampak yang timbul sebagai

    akibat dari aktivitas proyek, pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca

    operasi, misalnya migrasi penduduk, kebisingan atau polusi udara. Special

    impact adalah suatu dampak yang timbul dari persepsi masyarakat terhadap

    resiko dari adanya proyek.

    Dampak pada kondisi sosial-ekonomi pada penelitian ini dikaji melalui

    peluang berusaha, peningkatan pendapatan, perubahan mata pencaharian,

    perubahan perilaku masyarakat, kejadian konflik serta migrasi. Dampak pada

    kondisi fisik meliputi pencemaran air yang diakibatkan kontaminasi dengan

    limbah hasil sisa dari kegiatan pertambangan, pencemaran udara karena

    tercemar oleh gas hasil buangan dari kegiatan pertambangan, maupun polusi

    suara karena kegiatan pertambangan seperti (blasting) ataupun truk

    pengangkut barang tambang. Kerusakan jalan yang disebabkan oleh kegiatan

    pertambangan baik pengangkutan keperluan pertambangan seperti alat berat

    maupun kebutuhan bahan bakar juga turut memberikan dampak negatif

    terhadap kondisi fisik di daerah pertambangan. Dampak kondisi fisik

    merupakan dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas pertambangan

  • 5

    pada kondisi pencemaran pada air, udara, polusi suara, kerusakan jalan dan

    pembukaan hutan di sekitar wilayah pertambangan (Pertiwi, 2011).

    Wagito (2002, dalam Mulyandari 2006) mengatakan bahwa

    pembentukan dan perubahan persepsi ditentukan oleh faktor dari diri

    masyarakat yaitu karakteristik yang melekat di setiap individu sendiri.

    Keberadaan kegiatan pertambangan batubara ini tentu saja menimbulkan

    persepsi masyarakat terhadap dampak kegiatan pertambangan tersebut pada

    kondisi sosial, ekonomi dan fisik dimana pada penelitian ini pembentukan

    persepsi tersebut dihubungkan dengan faktor dari diri masyarakat yang

    mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu : tingkat pendapatan, tingkat

    pendidikan, dan umur. Hasil penelitian ini akan dapat diketahui dampak

    kegiatan penambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi dan fisik di

    daerah penelitian serta mengetahui persepsi masyarakat terhadap kegiatan

    pertambangan batubara dilihat dari faktor dari masyarakat yang

    mempengaruhi persepsi.

    Kecamatan Lawang Kidul yang merupakan salah satu bagian dari

    Kabupaten Muara Enim dengan potensi daerah dengan produksi batubara yang

    cukup besar. Hasil produksi ini yang banyak dipasarkan keberbagai wilayah.

    Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat penambangan batubara yang

    dihubungkan dengan persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial ekonomi dan

    juga lingkungan masyarakat dan mengetahui seberapa besar pengaruh

    berbagai program CSR-PKBL dengan tingkat persepsi sosial, ekonomi, dan

    lingkungan terhadap faktor dari diri masyarakat yaitu umur, pendidikan

  • 6

    terakhir yang ditamatkan dan tingkat pendapatan di sekitar lokasi tambang

    dengan membatasi masalah pertanyaan penelitian sebagai berikut :

    1. Bagaimana dampak kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi

    sosial-ekonomi masyarakat sekitar di sekitar penambangan batubara di

    Kecamatan Lawang Kidul?

    2. Bagaimana hubungan persepsi masyarakat dengan keberadaan kegiatan

    pertambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi di sekitar

    penambangan batubara di Kecamatan Lawang Kidul?

    1.3 Tujuan penelitian

    1. Mengetahui dampak kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi

    sosial-ekonomi masyarakat sekitar di sekitar penambangan batubara di

    Kecamatan Lawang Kidul.

    2. Mengetahui hubungan persepsi masyarakat dengan keberadaan kegiatan

    pertambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi di sekitar

    penambangan batubara.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Setelah melakukan penelitian dan penyusunan laporan ini peneliti

    mengharapkan:

    1. Hasil dari penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dan perencanaan

    bagi pihak Pemerintah Daerah terutama Instansi terkait untuk menilai

    dampak penambangan batubara terhadap sosial ekonomi masyarakat

  • 7

    sehingga menjadi pertimbangan dalam pengawasan dan pengeluaran ijin

    penambangan batubara dalam hal program program pembangunan

    daerah.

    2. Adanya peningkatan strategi, pemantauan, dan evaluasi dalam

    penanggulangan dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar dari hal

    tanggung jawab perusahaan (CSR) berbentuk bantuan keuangan untuk

    pembangunan untuk masyarakat serta program kemitraan dan bina

    lingkungan (PKBL) yang berbentuk pinjaman untuk usaha atau kegiatan

    masyarakat, dan kerusakan lingkungan yang dilakukan akibat

    penambangan batubara.

    1.5 Tinjauan Pustaka

    1. Prinsip Geografi

    Suatu fenomena geosfer yang tejadi di muka bumi dapat dipahami

    dan dikaji dengan prinsip geografi.Geografi menggunakan empat prinsip

    untuk mengkaji fenomena geosfer.Empat prinsip geografi dijelaskan

    sebagai berikut.

    a. Prinsip Deskriptif

    Fenomena geosfer yang ditimbulkan oleh faktor alam dan

    manusia dapat dideskripsikan melalui fakta, gejala dan masalah, serta

    sebab akibat.Pendeskripsian fenomena itu dapat dilakukan baik

    secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, dan

    diagram.

  • 8

    b. Prinsip Interelasi atau Keterkaitan

    Manusia dan alam memiliki interelasi yang erat.Interelasi dapat

    terjadi antar faktor alam dengan manusia. Contohnya, banjir dan

    tanah longsor terjadi akibat penggundulan hutan oleh manusia.

    c. Prinsip Distribusi atau Persebaran

    Prinsip distribusi menjelaskan bahwa persebaran fenomena

    geosfer di muka bumi tidak merata. Misalnya, kesuburan tanah tidak

    sama di berbagai wilayah.

    d. Prinsip Korologi

    Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip

    persebaran, interelasi, dan deskripsi. Fenomena alam dan manusia

    dikaji persebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu

    ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada satuan gejala,

    fungsi, dan bentuk.

    2. Konsep Geografi

    Konsep geografi menjadi dasar untuk memahami fenomena

    geosfer.Konsep geografi terdiri atas sepuluh konsep.

    a. Konsep Lokal

    Konsep lokal terdiri atas lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi

    absolut adalah lokasi suatu tempat yang ditentukan berdasarkan garis

    lintang dan garis bujur. Lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang

    dilihat dari wilayah lain.

    b. Konsep Jarak

  • 9

    Konsep jarak menunjukkan jarak antar-wilayah yang memiliki

    peran penting dalam kehidupan sosial, ekomnomi, ataupun

    kepentingan pertahanan.

    c. Konsep Keterjangkauan

    Konsep keterjangkauan menunjukkan kemudahan suatu tempat

    untuk dijangkau. Keterjangkauan suatu tempat untuk dipengaruhi

    oleh jarak dan medan suatu wilayah.

    d. Konsep Pola

    Konsep pola berkaitan dengan susunan, bentuk, dan persebaran

    fenomena geosfer di muka bumi.

    e. Konsep Morfologi

    Konsep morfologi berkaitan dengan pembentukan muka bumi.

    f. Konsep Aglomerasi

    Konsep aglomerasi menjelaskan suatu fenomena yang

    cenderung mengelompok. Contohnya, pengelompokan kegiatan

    ekonomi, seperti industri dan perdagangan, serta pengelompokan

    penduduk yang berasal dari daerah tertenrtu.

    g. Konsep Nilai Kegunaan

    Konsep nilai kegunaan berkaitan dengan nilai guna atau

    kemanfaatan suatu daerah. Setiap daerah memiliki nilai guna yang

    dapat dikembangkan menjadi potensi daerah untuk menunjang

    pembangunan.

    h. Konsep Interaksi Dan Interdepensi

  • 10

    Konsep interaksi dan interdepensi menunjukkan keterkaitan dan

    ketergantungan antar daerah. Suatu daerah berinteraksi dengan

    daerah lain untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Contohnya,

    interaksi desa dengan kota.

    i. Konsep Differensiasi Area

    Konsep differensiasi area menunjukkan kekhasan suatu daerah,

    seperti bentang kembangan alam, penduduk, perekonomian, dan

    perkembangan wilayah. Contohnya, di daerah pantai penduduk

    bekerja sebagai nelayan dan di daerah pegunungan penduduk bekerja

    sebagai pekebun.

    j. Konsep Keterkaitan Keuangan

    Konsep keterkaitan keruangan menunjukkan keterkaitan unsur

    alam dan unsur sosial antar daerah. Perbedaan potensi daerah

    mendorong terjadinya interaksi antar daerah, seperti pertukaran

    barang, manusia, dan budaya. Contohnya, Jakarta membutuhkan

    tenaga kerja dari daerah di sekitarnya.

    3. Pendekatan Geografi

    Geografi mengkaji fenomena geosfer dengan tiga pendekatan

    sebagai berikut.

    a. Pendekatan Keruangan (Spasial)

    Pendekatan keruangan adalah analisis suatu fenomena yang

    mengacu pada eksistensi ruang berdasarkan perbedaan sifat penting

    lokasi, struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan berkaitan

  • 11

    dengan elemen titik, garis, dan area. Pendekatan keruangan

    dimaksudkan untuk mengetahui persebaran penggunaan dan cara

    penyediaan ruang.

    b. Pendekatan Kelingkungan (Ekologi)

    Pendekatan kelingkungan adalah pendekatan atau analisis suatu

    fenomena berdasarkan interaksi manusia dengan lingkungannya.

    Pendekatan ini mengaitkan hubungan makhluk hidup dengan

    lingkungan fisik serta hubungan makhluk hidup dengan fenomena

    alam dan perilaku manusia.

    c. Pendekatan Kompleks Wilayah

    Pendekatan kompleks wilayah adalah gabungan pendekatan

    keruangan dan kelingkungan. Pendekatan ini menekanan pengertian

    areal differentiation, yaitu setiap wilayah memiliki perbedaan

    karakteristik dengan wilayah lain. Perbedaan itu mendorong interaksi

    wilayah.Berbagai permintaan dan penawaran dari wilayah yang

    berbeda-beda mendorong terjadinya interaksi wilayah. Contoh

    penerapan pendekatan ini adalah perencanaan daerah transmigrasi.

    (http://hendra-dwi-purnama.blogspot.com/2013/08/prinsip-konsep-

    dan-pendekatan-geografi.html)

    1.5.1. Dampak Penambangan

    Pertambangan di Indonesia telah menjadi bagian yang tidak

    terpisahkan dari sejarah besar bangsa ini. Penambangan merupakan proses,

    cara menambang sedangkan batubara adalah arang yang diambil dari

  • 12

    dalam tanah yang berasal dari tumbuhan (darat, air) yang telah menjadi

    batu. Menurut Mancayo (2008), seberapa tua pemakaian besi dan mineral

    lainnya dalam kehidupan, setua itulah umur pertambangan dilakukan

    perusahaan.

    Dampak Penambangan Batubara Menurut Salim (2004), Dampak

    adalah suatu perubahan atau efek yang terjadi sebagai akibat suatu

    aktivitas yang tidak direncanakan diluar sasaran. Dampak dapat bersifat

    biofisik dan/atau dapat juga bersifat sosial-ekonomi danbudaya. Menurut

    Salim (2004:221), dampak aktivitas tambang yaitu dampak kegiatan

    pembangunan di bidang pertambangan yang menimbulkan dampak positif

    maupun negatif. Walaupun batubara mempunyai kegunaan yang

    sangatstrategis, namun keberadaan industri pertambangan batubara

    menimbulkandampak, baik positif dan negatif.

    Dampak positif merupakan pengaruh dari adanya penambangan

    batubara terhadap hal-hal yang bersifat praktis (nyata) dan konstruktif

    (membangun). Dampak positif dari pertambangan batubara di Indonesia

    adalah:

    a. Membuka daerah terisolasi dengan dibangunnya jalan pertambangan

    b. Sumber devisa negara

    c. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    d. Sumber energi alternatif, untuk masyarakat lokal

    e. Menampung tenaga kerja

    Penambangan batubara juga memberikan dampak negatif seperti:

  • 13

    a. Sebagian perusahaan yang dituding tidak memperhatikan kelestarian

    lingkungan.

    b. Penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan,

    c. Limbah kegiatan pertambangan yang mencemari lingkungan,

    d. Areal bekas pertambangan yang dibiarkan mengangga

    e. Sengketa lahan pertambangan dengan masyarakat sekitar.

    Keputusan Menteri No. 28/2009 Pada 30 September 2009, Menteri

    Energi dan Sumberdaya Mineral RI mengumumkan peraturan baru

    mengenai Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan

    Batubara. Mengklasifikasikan jenis-jenis kegiatan jasa pertambangan yang

    dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menunjang sektor penambangan

    dan jenis-jenis kegiatan yang harus dilakukan sendiri oleh pemilik KP

    (selanjutnya disebut Izin Usaha PenambanganUIP / UIPK). Hal yang

    bersifat lebih teknis atas pelaksanaanKepMen ini akan ditindak lanjuti

    dalam peraturan-peraturanyang dikeluarkan oleh Dirjen.

    1.5.2. Batubara

    Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya

    adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan

    organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses

    pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan

    oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat

    fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai

  • 14

    bentuk. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan

    hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi.

    Penambangan batubara adalah eksploitasi penambangan batubara

    dari bumi. Batubara digunakan sebagai bahan bakar. Batubara juga dapat

    digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja. Tambang batubara

    tertua terletak di Tower Colliery di Inggris. Di Indonesia, endapan

    batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang

    terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan

    Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat

    dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier

    Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier

    Atas, kira-kira 20 juta gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang

    mirip dengan kondisi kini.

    Batubara yang ada di Sumatra termasuk endapan batubara miosen

    Endapan batubara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan

    Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan

    Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batubara Miosen di

    beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada beberapa

    lokasi di dekat Tanjung Enim yaitu tambang Air Laya, Cekungan

    Sumatera bagian selatan. Perusahaannya bernama PT. Bukit AsamTerbuka

    (PTBA. Tbk) memiliki total kadar air 24,00% ad, kadar abu 5,30% ad, zat

    terbang 34,60% ad, belerang 0,49% ad dan nilai energi 5300 (ad) kkal/kg

    (ad). (Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998).

  • 15

    Potensi sumberdaya batubara di Indonesia sangat melimpah,

    terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah

    lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil dan belum

    dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,

    Papua, dan Sulawesi. Di Indonesia, batubara merupakan bahan bakar

    utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum digunakan pada banyak

    industri, dari segi ekonomis batubara jauh lebih hemat dibandingkan solar,

    dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan

    batubara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp.

    6,200/liter). Sumber: http://www.esdm.go.id/departemen-energi-dan-

    sumber-daya-mineral/sejarah.html

    1.5.3. Sumberdaya dan Cadangan Batubara

    Perseroan memegang hak kuasa pertambangan (KP) dengan luas

    mencapai 87.464 hektar yang meliputi salah satunya di Kabupaten Muara

    Enim. Total sumberdaya (resources) batubara PTBA Mencapai 7,5 miliar

    ton, 81 persen terdapat di Tanjung Enim. Jumlah cadangan tertambang

    (mineable reserve) mencapai 1,8 miliar ton tersebar di Tanjung Enim (67,9

    persen). Dari segi kualitas, cadangan tertambang dikuasai PTBA terdiri

    dari lignite sebanyak 58 persen, sub-bituminous 37 persen dan bituminous

    sebanyak 5 persen.

    Perseroan menyadari bahwa kinerja ekonomi tanpa didukung oleh

    kinerja sosial tidak akan mampu menjamin keberlanjutan keberadaan

    perusahaan. Perseroan membangun dan memelihara hubungan baik

  • 16

    khususnya dengan komunitas tempatnya di sekitar lokasi operasional

    Perseroan dengan mengacu pada visi tanggung jawab sosialnya

    Berkembang harmonis bersama Lingkungan. Perseroan selalu

    menjadikan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility/CSR)

    sebagai sistem yang inheren dalam proses produksi Perseroan.

    1.5.4. Persepsi terhadap dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan

    Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek

    tertentu dimana suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh

    individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga

    individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya

    tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi

    pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

    Dampak ekonomi sosial menyebabkan berkembangnya Sosial

    Budaya pada masyarakat maka manusia semakin lama semakin meningkat

    karena manusia sebagai pelaku aktivitas tersebut memiliki kebudayaan dan

    pola pikir yang berbeda satu dengan lainnya. Tatanan sosial barupun

    akhirnya membawa dampak pada berkurangnya kepercayaan, pandangan

    dan nilai-nilai lama yang bersumber pada ajaran leluhur, dimana dari

    kegiatan tersebut menimbulkan permasalahan seperti pergeseran sosial

    budaya masyarakat.

    Indonesia merupakan negara pengekspor batubara thermal terbesar

    di dunia, bersaing dengan Australia. Di Indonesia, permintaan akan

    pasokan batubara juga diproyeksikan terus meningkat, khususnya terkait

  • 17

    dengan proyek Pemerintah untuk menyelesaikan proyek pembangunan

    PLTU 10.000 MW tahap pertama dan tahap kedua. Perseroan menerapkan

    sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 untuk menjamin kualitas produk

    batubara.

    Usaha untuk meminimalisir dampak negatif tersebut, maka menjadi

    kewajiban pemerintah untuk menegakkan hukum secara konsisten

    sehingga para kontraktor yang melaksanakan kegiatan pertambangan

    batubara dapat melaksanakan segala ketentuan hukum yang berlaku dalam

    bidang pertambangan. Manfaat aktivitas tambang bagi masyarakat adalah

    manfaat yang terjadi dari kegiatan pertambangan yang berupa

    pemberdayaan masyarakat, hak-hak tenaga kerja, pendidikan,

    kesejahteraan masyarakat setempat, kesehatan, dan lain-lain.

    Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang

    Pertambangan secara tegas dinyatakan sebagai berikut. Apabila selesai

    melakukan pertambangan dan galian pada suau tempat pekerjaan,

    pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan

    mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan

    bahaya penyakit atau bahaya lainnya.

    Pertambangan dilakukan oleh masyarakat di pedesaan secara

    tradisional dengan alat-alat sederhana. Panjangnya lintasan sejarah yang

    dilalui oleh pertambangan dalam kehidupan rakyat, dapat dilihat pada

    aturan-aturan lokal (adat) di banyak tempat, mengatur tentang pengelolaan

    sumberdaya alam, termasuk kegiatan penambangan. Febriamansyah dalam

  • 18

    skripsi Apriyanto (2012) menyatakan bahwa dalam suatu upaya

    pembangunan, kebutuhan suatu perubahan kondisi sosial ekonomi

    masyarakat lokal adalah suatu yang tidak dapat dihindari.

    Perkembangan masyarakat berintegrasi dengan masyarakat lainnya

    terjadi suatu perubahan yang menuntut peningkatan pemanfaatan potensi

    ekonomi lokal lebih dari yang biasanya, yang dibutuhkan tidak hanya

    konsumsi lokal, tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi masyarakat lainnya.

    Dampak penambangan batubara terhadap kondisi sosial ekonomi

    masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul ini mengacu pada beberapa judul

    penelitian skripsi sebelumnya dengan tema dan judul yang sejenis.

    Penelitian Apriyanto (2012), melakukan penelitian dengan judul: Dampak

    kegiatan Pertambangan Batubara Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi

    Masyarakat Di Kelurahan LOA Ipuh Darat Tenggarong, Kutai

    Kartanegara. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei

    dengan analisis secara kualitatif dan kuantitatif.

    Metode analisis kualitatif bersifat deskriptif. Jumlah responden dari

    11 RT di Kelurahan LOA Ipuh Darat dengan menggunakan teknik area

    sampling menetapkan 4 RT yang dipilih secara sengaja (purposive) karena

    lokasinya paling dekat dengan lokasi pertambangan yang menjadi objek

    penelitian. Sebanyak 476 KK terpilih acak 55 responden didapat

    penentuan jumlah sampel dengan Nomogram Herry King dengan

    confident interval 90%.

  • 19

    Hasil penelitian di daerah penelitian ini menggambarkan beberapa

    hal yaitu timbul migrasi masuk baik secara permanen ataupun non

    permanen, timbul konflik antara pihak perusahaan dengan warga lokal

    hingga menimbulkan demo, merenggangnya hubungan kekerabatan.

    Kondisi ekonomi menimbulkan peluang usaha bagi warga

    masyarakat bervariasi tingkat penurunan dan pendapatan masyarakat

    berdasarkan. Persepsi masyarakat yang negatif terhadap dampak kegiatan

    pertambangan batubara karena kerusakan lingkungan di sekitar lokasi

    seperti banjir, pencemaran, kerusakan hutan dan kerusakan jalan.

    Hal ini berarti ada ketidakmerataan pembangunan di daerah

    pedesaan dan perkotaan sehingga menimbulkan sikap individualisme yang

    cukup tinggi yang berarti akan menyulitkan dalam mensejahterakan hak

    layak hidup masyarakat sekitar pertambangan di Kelurahan LOA Ipuh

    Darat Kalimantan Timur. Penelitian ini mengkaji untuk dampak

    lingkungan mengenai aktivitas penambangan terhadap kerusakan

    lingkungan dimana adanya pencemaran pada lingkungan udara, kerusakan

    jalan dan juga kerusakan hutan di sekitar kawasan pertambangan

    1.5.5. Tinjauan Empiris

    Penelitian yang mengkaji mengenai dampak penambangan cukup

    banyak orang atau peneliti yang meneliti. Studi pendukung penelitian ini

    memiliki cukup banyak literatur terutama mengenai dampak sosial

    ekonomi dan lingkungan yang ditimbulkan dari keberadaan suatu

    Perusahaan Tambang Batubara. Lihat Tabel 1.1 :

  • 20

    Tabel 1.1 Tinjauan Empiris

    No Nama dan Judul Penelitian Hasil Penelitian

    1 Dedek Apriyanto, 2012

    Dampak Kegiatan Pertambangan

    Batubara Terhadap Kondisi

    Sosial Ekonomi Masyarakat Di

    Kelurahan LOA Ipuh Darat,

    Tenggarong Kutai Kartanegara

    Timbul migrasi masuk, terjadi konflik antara

    perusahaan dengan warga lokal. Kondisi

    ekonomi menimbulkan peluang usaha bagi

    warga masyarakat. Bervariasi tingkat

    pendapatan masyarakat berdasarkan jenis

    pekerjaan warga masyarakat. Persepsi

    masyarakat negatif terhadap pertambangan

    batubara.

    2 Lugina Mindasari, 2007

    Dampak Kegiatan Pertambangan

    Batubara PT. Tambang Batubara

    Bukit Asam (PT.BA)

    (PERSERO)TBK-Unit Produksi

    Ombilin (UPO)Dan Tambang

    Batubara Tanpa Izin(PETI)

    Terhadap Kualitas AirSungai

    Ombilin Sawahlunto

    Kegiatan tambang batubara menimbulkan

    dampak yang berarti bagi kualitas perairan

    sungai Ombilin. Besarnya tergantung jenis

    kegiatan penambangan yang berlangsung di

    lokasi itu. Daerah dengan penutupan lahan

    masih bagus atau berhutan memiliki kondisi

    kualitas air yang lebih baik dibandingkan

    daerah lain yang telah mengalami perubahan

    penutupan lahan.

    3

    Hasnawati Hamzah, 2005

    Dampak Kegiatan

    PertambanganTerhadap

    Pengembangan WilayahKasus di

    Kota Bontang dan Kabupaten

    Kutai Timur Provinsi Kalimantan

    Timur

    Kegiatan pertambangan memiliki kontribusi

    yang cukup besar dalam pembangunan daerah

    terutama pertumbuhan ekonomi Kota Bontang.

    Kegiatan pertambangan belum memberikan

    kontribusi terhadap pengembangan masyarakat

    khususnya yang berada di sekitar lokasi belum

    sesuai dengan peruntukan ruang dalam RTRW.

    Pola perijinan kegiatan pertambangan dan

    penggunaan kawasan hutan mencerminkan

    lemahnya koordinasi antar instansi maupun

    antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

  • 21

    No Nama dan Judul Penelitian Hasil Penelitian

    4 Andri Aditya Irawan, 2013

    Dampak Ekonomi Dan Sosial

    Aktivitas Tambang Batubara

    PT.Tanito Harum Bagi

    Masyarakat Di Kelurahan LOA

    TEBU Kecamatan Tenggarong

    Pertambangan batubara di Kelurahan Loa Tebu

    memberikan dampak positif dan negatif.

    Program Community Development dari

    perusahaan PT. Tanito Harumpada hubungan

    kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat,

    pelayanan masyarakat dan pengembangan

    infrastruktur sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat sekitar.

    5 Gama Dwi Syafrizal, 2011

    Analisis Pengaruh Kepuasan

    KerjaTerhadap Turnover

    Intention SertaDampaknya

    Terhadap Kinerja Karyawan

    Kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap

    turnover intention dan turnover intention

    berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan

    serta kepuasan kerja berpengaruh positif

    terhadap kinerja karyawan.

    6

    Vevi Dilamartha, 2013

    Dampak Penambangan Batubara

    Terhadap Kondisi Sosial

    Ekonomi Di Kecamatan Lawang

    Kidul

    Sektor penambangan batubara yang telah

    berlangsung berpuluh puluh tahun

    mempengaruhi kehidupan lingkungan

    masyarakat baik itu sosial seperti perubahan

    perilaku masyarakat dari adanya perusahaan

    tambang batubara, kejadian konflik dan

    terjadinya migrasi ke sekitar perusahaan.

    kondisi ekonomi menyebabkan peningkatan/

    penurunan penghasilan rumah tangga/bulan,

    terbukanya peluang berusaha misalnya

    pinjaman dan bantuan dana dari perusahaan

    sehingga mempengaruhi mata pencaharian

    utama warga yang dominan sebagai buruh

    serta perubahan persepsi masyarakat di

    Kecamatan Lawang Kidul terhadap

    perusahaan.

  • 22

    1.6 Kerangka Pemikiran

    Kecamatan Lawang Kidul merupakan salah satu bagian dari Kabupaten

    Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (DATI II) yang memilki potensi

    sumberdaya alam yang cukup besar baik sumberdaya alam yang tidak

    terbarukan (unrenewable resources) seperti emas hitam yaitu tambang galian

    C. potensi yang besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan

    kesejahteraan masyarakat. Salah satu permasalahan terbesar dalam

    pemanfaatan sumberdaya alam tersebut adalah pemanfaatan sumberdaya alam

    tidak terbarukan terutama emas hitam atau batubara yang memiliki nilai

    ekonomis tinggi.

    Sumberdaya alam yang berlimpah, khususnya bahan tambang memiliki

    kawasan hutan yang cukup luas per hektar. Sumberdaya alam telah berperan

    dalam pembangunan daerah. Sumberdaya alam tidak saja dapat meningkatkan

    PDRB menyerap tenaga kerja, melainkan juga telah memberikan berbagai jasa

    lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Bahan tambang

    merupakan sumberdaya alam yang banyak memberikan sumbangan bagi

    devisa negara. Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian

    umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan

    organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses

    pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan

    oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika

    dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.

  • 23

    Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi

    pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi.

    Eksploitasi batubara adalah penambangan batubara dari bumi. Batubara

    digunakan sebagai bahan bakar. Sayangnya, pengelolaan dan pemanfaatannya

    tidak hanya memberikan dampak yang positif tapi juga memberikan dampak

    yang negatif. Perolehan nasional dari sektor pertambangan dapat dikatakan

    multidimensional, antara lain mampu menopang program industrialisasi

    melalui penyediaan bahan baku industri dalam negeri, menyediakan sumber

    energi seperti minyak bumi, gas, batubara, meningkatkan penerimaan negara

    dan devisa, membantu peningkatan dan pemeraan pembangunan ke berbagai

    wilayah, membuka kesempatan bekerja, serta meningkatkan kesejahteraan dan

    pendapatan penduduk sekitar lokasi pertambangan.

    Hal ini menyebabkan sering terjadinya konflik antara antara masyarakat

    dengan perusahaan pertambangan, maupun antar sektor antara lain sektor

    kehutanan dengan sektor pertambangan. Perencanaan diperlukan sehingga

    dampak lingkungan dapat berkurang dan terjadi pemerataan dan

    keseimbangan pembangunan.

    Perseroan melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan secara

    berkelanjutan untuk mengurangi dampak kegiatan pertambangan bagi

    lingkungan dan masyarakat, sesuai dengan salah satu misi perusahaan, yakni

    Tumbuh Harmonis Bersama Lingkungan. Setiap program pelaksanaan

    pengelolaan lingkungan yang dijalankan kemudian dipantau dan dievaluasi

  • 24

    dengan menggunakan parameter yang telah mempertimbangkan penilaian

    terhadap dampak utama yang muncul akibat kegiatan penambangan.

    Penyusunan kebijakan mekanisme pelaksanaan Program Tanggungjawab

    Sosial Korporasi (CSR), menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan

    pihak lain yang berkompeten dalam perencanaan dan pelaksanaan program,

    serta melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan,

    pelaksanaan maupun monitoring program, serta melaksanakan program yang

    berdampak langsung terhadap upaya pemberdayaan sosial ekonomi

    masyarakat di lingkar tambang.

    Potensi sumberdaya bahan galian golongan C yaitu batubara yang

    mendukung pertumbuhan ekonomi daerah Kecamatan Lawang Kidul. Sektor

    pertambangan berpotensi paling besar menimbulkan dampak sosial, ekonomi.

    Dampak sosial yang timbul seperti perilaku masyarakat, konflik sosial antar

    masyarakat, dan migrasi sedangkan dampak ekonomi yaitu seperti terbukanya

    lapangan pekerjaan sehingga terjadi peningkatan pendapatan, peningkatan

    mata pencaharian masyarakat, terbukanya peluang berusaha. Adapun tahapan

    atau alur kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini disajikan

    dalam bentuk gambar 1.1 :

  • 25

    Gambar 1.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran

    1.7 Pertanyaan Penelitian

    1. Penambangan batuba ra berdampak positif terhadap kondisi sosial

    ekonomi masyarakat berdasarkan hubungan signifikan antara persepsi

    dengan variabelumur, pendidikan dan rata-rata pendapatan masyarakat di

    Kecamatan Lawang Kidul.

    2. Penambangan batubara juga berdampak negatif pada kondisi sosial

    ekonomi masyarakat berdasarkan hubungan persepsi masyarakat

    terhadap CSR, PKBL dan kerusakan lingkungan di sekitar kawasan

    pertambangan batubara terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan

    Lawang Kidul.

    Dampak *Sosial - Perilaku

    Masyarakat - Jumlah Kejadian

    Konflik - Tingkat Migrasi *Ekonomi - Pendapatan - Peluang Berusaha - Mata Pencaharian

    Persepsi

    - Tanggung Jawab Perusahaan(CSR)

    - Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

    - Kerusakan Lingkungan

    Potensi Tambang batubara (Sumberdaya Alam Tak Terbarukan

    Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim,

    Sumatra Selatan