indonesian young scientist forum indonesian - young

13
Jakarta, 14 Maret 2020 Kepada yth. Kepala Staf Kepresidenan Jend TNI (purn) Moeldoko Perihal: Audiensi rekomendasi COVID-19 oleh Indonesian Young Scientist Forum (YSF) Dengan hormat, Sehubungan dengan penetapan COVID-19 sebagai pandemic oleh WHO dan meningkatnya jumlah pasien positif COVID-19 pada beberapa hari terakhir, bersama surat ini kami Indonesian - Young Scientist Forum (YSF) yang terdiri dari peneliti- peneliti Indonesia yang ada di dalam negeri maupun luar negeri mengajukan permohonan untuk melakukan audiensi kepada Kantor Staf Presiden untuk menyampaikan hasil pemikiran berupa rekomendasi yang mendukung kebijakan terkait mitigasi dan penanggulangan COVID-19 di Indonesia. Besar harapan kami permohonan ini dapat dipertimbangkan, sebagai contact person yang dapat dihubungi adalah Berry Juliandi ([email protected], hp: 085770199060), Suharyo Sumowidagdo ([email protected] atau [email protected], hp: 081382481674) dan Fenny M. Dwivany ([email protected] atau [email protected] hp: 082216647620). Demikian yang dapat kami sampaikan atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Indonesian-Young Scientist Forum

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

Jakarta, 14 Maret 2020 Kepada yth. Kepala Staf Kepresidenan Jend TNI (purn) Moeldoko Perihal: Audiensi rekomendasi COVID-19 oleh Indonesian Young Scientist Forum (YSF) Dengan hormat, Sehubungan dengan penetapan COVID-19 sebagai pandemic oleh WHO dan meningkatnya jumlah pasien positif COVID-19 pada beberapa hari terakhir, bersama surat ini kami Indonesian - Young Scientist Forum (YSF) yang terdiri dari peneliti-peneliti Indonesia yang ada di dalam negeri maupun luar negeri mengajukan permohonan untuk melakukan audiensi kepada Kantor Staf Presiden untuk menyampaikan hasil pemikiran berupa rekomendasi yang mendukung kebijakan terkait mitigasi dan penanggulangan COVID-19 di Indonesia. Besar harapan kami permohonan ini dapat dipertimbangkan, sebagai contact person yang dapat dihubungi adalah Berry Juliandi ([email protected], hp: 085770199060), Suharyo Sumowidagdo ([email protected] atau [email protected], hp: 081382481674) dan Fenny M. Dwivany ([email protected] atau [email protected] hp: 082216647620). Demikian yang dapat kami sampaikan atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Indonesian-Young Scientist Forum

Page 2: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

Jakarta, 14 Maret 2020 Kepada yth. Kepala Staf Kepresidenan Jend TNI (purn) Moeldoko Perihal: Rekomendasi mitigasi dan penanggulangan COVID-19 oleh Indonesian Young Scientist Forum (YSF) Dengan hormat, Bersama surat ini kami Indonesian - Young Scientist Forum (YSF) yang terdiri dari peneliti-peneliti Indonesia yang ada di dalam negeri maupun luar negeri menyampaikan keprihatinan atas epidemik COVID-19 yang terjadi secara global yang juga berdampak kepada Indonesia. Oleh karena itu, kami bermaksud menyumbangkan hasil pemikiran berupa rekomendasi untuk mendukung kebijakan terkait mitigasi dan penanggulangan COVID-19 di Indonesia. Demikian yang dapat kami sampaikan semoga menjadi pertimbangan bagi pembuat kebijakan baik di pusat maupun di daerah. Hormat kami, Indonesian-Young Scientist Forum

Page 3: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

KESELAMATAN (SURVIVAL) ADALAH SATU-SATUNYA DASAR YANG

DITERIMA UNIVERSAL UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN

Dalam menghadapi masalah seperti COVID-19 di mana

1) Situasi ini bukan situasi terkontrol di laboratorium. 2) Sangat banyak faktor-faktor terkait COVID-19 yang tidak diketahui dengan

akurat. 3) Indonesia hanya memiliki waktu 5 (LIMA) PEKAN lebih sedikit untuk mengatasi

masalah ini sebelum Ramadhan (23 April) dan Idul Fitri (23 Mei) di waktu mana akan terjadi perkumpulan massa besar-besaran, dan pergerakan massa besar-besaran ke seluruh wilayah Indonesia. Ini BERESIKO BESAR menyebarkan wabah ke seluruh wilayah Indonesia.

MAKA

Keputusan harus diambil berdasarkan persiapan menghadapi skenario terburuk demi keselamatan

Indonesia

Keputusan tidak dapat diambil berdasarkan skenario yang paling mungkin, karena belum tentu skenario yang paling mungkin adalah skenario yang ter-realisasi. Mempersiapkan Indonesia untuk skenario terburuk berarti mempersiapkan Indonesia untuk menghadapi seluruh skenario dari paling buruk sampai paling baik.

Agar Ekonomi, Pariwisata, Pendidikan, dan semua kegiatan lain dapat berjalan, pertama-tama

Indonesia Harus Selamat

Page 4: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

LATAR BELAKANG Terdapat 3 fase dalam kurva epidemik yaitu :

• Fase ke-1 pembendungan (containment), • Fase ke-2 penularan (community transmission) dimana orang tidak menyadari

kalau mereka sudah tertular COVID-19 dan isolasi serta penelusuran sudah sulit dilakukan karena kasus meningkat terus setiap harinya).

• Fase ke-3 saat wabah (outbreak) sudah terkontrol karena misalnya tidak ada orang yang rentan untuk terinfeksi lagi (lewat vaksinasi dan herd immunity).

Saat ini Indonesia masih pada fase ke-1 dan harus bergerak secepat mungkin untuk menangkap segera kasus yang terdeteksi dan menelusuri semua kontak untuk mencegah penyebaran. Jika fase ke-1 tidak bekerja, kasus akan meningkat drastis dan akan memasuki fase ke-2. Ketidaksiapan faskes dan yang lain bila fase ke-2 terjadi di Indonesia harus diantisipasi segera karena saat ini hanya ada 5 pekan sebelum Ramadhan dan Idul Fitri, dimana akan terjadi pergerakan massa besar-besaran dan akan mempersulitkan tindakan pembatasan masa.

Gambar 1 Perbandingan kasus pandemic flu Spanyol tahun 1918 di dua kota yang menerapkan tindakan berbeda. Tindakan di awal menekan penyebaran penyakit dan mengurangi beban di fasilitas kesehatan.

Masalah utama penanganan wabah adalah: tanpa ada pembatasan, maka pertumbuhan jumlah pasien adalah eksponensial (deret ukur, deret geometri). Artinya untuk tiap periode waktu yang sama terlewatkan, jumlah pasien menjadi $N$ kali jumlah pasien sebelumnya.

Page 5: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

Misal jika jumlah pasien meningkat 2x setiap hari ; Hari 1: 1 Hari 2: 2 Hari 3: 4 Hari 4: 8 Hari 5: 16 Hari 6: 32 Hari 7: 64 ( 1 pekan) Hari 14: 8192 (2 pekan) Hari 21: 1.048.576 (3 pekan) Hari 28: 13.421.728 (4 pekan) Cara mudah mengerti laju penambahan korban adalah dengan analogi “stick golf” Bentuk kurva akan datar di awal dan naik tajam mendadak di ujung.

Gambar 2 Pertumbuhan eksponensial korban korona virus yang menyerupai stick golf di beberapa negara (tidak termasuk China, Korea Selatan, Italy, dan Iran)

Dalam mengantisipasi COVID-19 saat ini pemerintah Indonesia telah melakukan upaya dalam mendeteksi, menguji, merawat, mengisolasi, melacak dan menggerakkan masyarakat untuk mencegah penyebaran COVID-19. Dalam hal deteksi, Kemenkes menetapkan standar dalam koleksi sampel, pengujian dan pelaporan sampel. Namun demikian, deteksi yang dilakukan Kemenkes terhadap pasien yang diduga terinfeksi COVID-19 yang sedang dirawat di rumah sakit mendekati 0 (nol) antara periode Januari hingga akhir Februari 2020, dan kemudian terjadi peningkatan secara eksponensial dalam periode 3 – 13 Maret (total 69 kasus Covid-19) memberikan indikasi bahwa Indonesia berada dalam kondisi bahaya karena akan terjadi keterlambatan pembendungan sehingga dapat menyebabkan penyebaran virus menjadi semakin sulit untuk dikendalikan. Keterlambatan

Page 6: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

pembendungan ini bisa membuat kondisi epideminya menyerupai Italia dan Iran atau bahkan lebih. Di Italia, kasus pertama terdeteksi pada 31 Januari 2020 dan membutuhkan waktu 33 hari hingga mencapai 2000 kasus, dan kemudian meningkat sangat pesat menjadi 15.113 kasus COVID-19 (13 Maret). Hal serupa juga terjadi di Iran, dimana kasus pertama dilaporkan pada 12 Februari 2020 dan dalam waktu 21 hari mencapai 2000 kasus sebelum kemudian terjadi peningkatan cepat hingga 11.364 kasus covid-19 pada 13 Maret 2020. Lebih jauh lagi, kinerja kemenkes belum membuktikan klaim bahwa litbangkes mampu mengerjakan 1700 tes COVID-19 sehari. Kenyataannya, pasien ke-25 dan ke-35 meninggal sebelum mendapatkan kejelasan statusnya selama masih dalam perawatan. Padahal teknik RT-PCR sebagai standar emas diagnostic COVID-19 sudah bisa didapatkan hasilnya kurang dari 24 jam. Kurangnya upaya untuk menambah laboratorium lain di luar kemenkes sangat disayangkan, mengingat Indonesia juga memiliki laboratorium handal selain Lembaga Biomolekular Eijkman dan UNAIR yang berpengalaman dalam deteksi coronavirus.

Untuk memastikan kehandalan dari prosedur deteksi COVID-19, maka Kemenkes wajib membuka diri untuk berkolaborasi melakukan studi analisis penyebab dasar (root-cause-analyses) bersama pakar dan akademisi bioteknologi lintas sektoral untuk melakukan perbaikan SEGERA. Perbaikan ini harus dilakukan SEBELUM melakukan perluasan jumlah laboratorium yang turut membantu deteksi COVID-19 baik dari pasien maupun dari individu yang ditemukan melalui penyelusuran kontak (contact tracing). Kinerja yang baru ini akan diukur dan dikawal dari sisi tingkat positifitas dan waktu pengerjaannya (maksimum 24 jam).

Apabila ini tidak dilakukan segera, keselamatan masyarakat adalah taruhannya. Namun, pemerintah/Kemenkes perlu melakukan perencanaan dalam antisipasi naiknya kebutuhan akan diagnostik berbasis RT-PCR terutama di 19 pintu utama masuknya pendatang dari luar negeri dan daerah klaster munculnya penyakit sebagai antisipasi merebaknya COVID-19. Menyiapkan tidak hanya satu laboratorium terpusat namun beberapa laboratorium yang tersertifikasi harus dilakukan dalam membantu pemerintah melakukan deteksi COVID-19.

Rencana kesiapsiagaan COVID-19 yang kuat dengan dasar yang memadai harus dilakukan. Untuk kasus COVID-19 semakin diketahui bahwa 81% menunjukkan gejala yang ringan, bahkan tidak bergejala (asymptomatic), deteksi virus dengan RT-PCR telah membuktikan hal tersebut. Pengawasan dengan hanya berdasarkan gejala sama sekali tidak cukup karena transmisi manusia ke manusia (1 orang bisa menularkan ke 2-3 orang) menyebabkan keparahan (14%) dan kritis sampai kematian pada pasien dengan risiko tinggi (5%). Deteksi awal penting untuk melakukan respon cepat tanggap, sehingga dapat melacak kontak dengan efektif dan tepat waktu. Selain itu, terdapat hak publik atas informasi Pasal 154 ayat (1) UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan (UU Kesehatan). Bahwa, pemerintah wajib menetapkan dan mengumumkan jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi menular serta menyebutkan daerah yang dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, Pasal 12 Peraturan Komisi Informasi No. 1 tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik mewajibkan badan publik yang memiliki kewenangan untuk mengumumkan informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak.

Page 7: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

REKOMENDASI

1) Melakukan tindakan maksimal untuk membatasi perkumpulan massa dan pergerakan massa (lockdown) di daerah-dareah rawan apabila kasus menjadi dua kali per-hari.

2) Koordinasi oleh kementerian-kementerian terkait untuk; a. Menambah/memperbanyak laboratorium rujukan selain Litbangkes

Pusat untuk antisipasi dan mempercepat identifikasi virus COVID-19 pada penelusuran kontak di seluruh Indonesia demi kepentingan penegakan diagnostik, pemantauan dan identifikasi individu yang terinfeksi atau individu yang memiliki sejarah bepergian dari wilayah terjangkit.

b. Melakukan pengawasan dan audit berkala kepada semua laboratorium rujukan berdasarkan Standar Operational Prosedur (SOP) dari WHO.

c. Memberikan fleksibilitas pada pemerintah daerah seperti memberdayakan dinas kesehatan lokal dan puskesmas setempat untuk proaktif menindaklanjuti data penelusuran kontak dengan mendatangi, memantau kondisi kesehatan, dan/atau mengambil spesimen (nasal swab) dari individu yang berisiko sehingga menghindari terjadinya pemusatan pasien atau kasus suspek di rumah sakit.

d. Bersama Lembaga penelitian dan universitas di dalam dan luar negeri untuk segera menyiapkan alternatif kit diagnostik, obat, vaksin serta aplikasi monitoring kesehatan berbasis AI, yang dapat digunakan secara mandiri oleh masyarakat Indonesia, untuk deteksi awal terjangkitnya virus, serta melakukan studi terkait pasien positif dan negatif, sembuh dan meninggal, agar data yang diperoleh bisa dijadikan dasar untuk mitigasi dan penanggulangan selanjutnya. Dalam hal ini seharusnya dibawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek / BRIN).

e. Mendorong pembentukan komisi independen yang terdiri dari praktisi dan akademisi lintas sektoral untuk audit kinerja dan prosedur deteksi COVID-19 Kemenkes yang lalu : 1) validasi dengan baik uji testing untuk penegakan diagnostik dan pemantauan 2) menerbitkan panduan teknis yang wajib dijalankan oleh seluruh laboratorium.

3) Koordinasi untuk kementerian-kementrian terkait untuk kesiapan a. Ketersediaan bahan kebutuhan primer seperti pangan dan obat-obatan

di wilayah-wilayah yang mengalami lockdown. b. Ketersedian pelayanan kebutuhan primer misal kesehatan, kepolisian,

pemadam kebakaran serta jasa perbankan di wilayah-wilayah yang mengalami lockdown.

c. Pemahaman dengan umat beragama untuk membatasi kegiatan-kegiatan pengumpulan dan pergerakan massa (seperti penundaan kegiatan mudik tahunan, pengaturan kegiataan keagamaan dan perayaannya).

d. Penyampaian informasi dengan data yang akurat dan pelaporan status kasus per kasus COVID-19 yang positif, negatif, dan sembuh tanpa membuka identitas pasien. Seperti Filipina yang menampilkan data sejarah perjalanan dan lokasi perawatan (https://www.doh.gov.ph/doh-

Page 8: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

press-release/DOH-SENDS-OFF-NCC-REPATS%3B-UPDATES-ON-COVID-19-CASES). Selain itu, Hongkong juga telah menerbitkan data geospasial pasien (https://chp-dashboard.geodata.gov.hk/COVID-19/en.html).

e. Perlu kanal tunggal sumber informasi yang menjaga kesimpangsiuran informasi di masyarakat dengan menyertakan sumber data seperti jurnal ilmiah dan laporan resmi dari Lembaga yang berwenang.

f. Penundaan kegiatan-kegiatan administrasi keuangan, pajak, cicilan, pinjaman.

g. Penundaan kegiatan-kegiatan pendidikan dan lain-lain yang dikoordinasikan secara serentak dan terkoordinasi dengan kepala daerah serta pejabat- pejabat terkait sampai tingkat Desa/Kelurahan.

h. Pembiayaan tambahan atas seluruh tindakan drastis/ekstrim untuk penanganan masalah terkait COVID-19 berdasarkan skenario terburuk dalam rangka menyelamatkan Indonesia, sekaligus menghindarkan kita dari biaya material dan non-material yang jauh lebih besar bila tidak ditangani, akan ditanggung oleh keuangan negara.

Page 9: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

Referensi:

1. Coronavirus: Why You Must Act Now, https://medium.com/@tomaspueyo/coronavirus-act-today-or-people-will-die-f4d3d9cd99ca

2. 'Over-reacting is better than non-reacting' - academics around the world share thoughts on coronavirus’, https://www.weforum.org/agenda/2020/03/coronavirus-covid19-global-academics-insights-pandemic

3. ‘Coronavirus: What are the four stages of the UK's response plan?’ https://news.sky.com/story/coronavirus-what-are-the-four-stages-of-the-uks-response-plan-11950264

4. Young, B.E., et al. (2020). Epidemiologic Features and Clinical Course of Patients Infected With SARS-CoV-2 in Singapore. JAMA.

5. Zhao, J. et al.Antibody responses to SARS-CoV-2 in patients of novel coronavirus disease 2019 medRxiv 2020.03.02.20030189; doi: https://doi.org/10.1101/2020.03.02.20030189

6. Mizumoto, K., et al Estimating the Asymptomatic Proportion of 2019 Novel Coronavirus onboard the Princess Cruises Ship, 2020 medRxiv 2020.02.20.20025866; doi: https://doi.org/10.1101/2020.02.20.20025866

7. (2020). [The epidemiological characteristics of an outbreak of 2019 novel coronavirus diseases (COVID-19) in China]. Zhonghua liu xing bing xue za zhi = Zhonghua liuxingbingxue zazhi, 41 2, 145-151 .

8. Hu, Z., Song, C., Xu, C. et al. Clinical characteristics of 24 asymptomatic infections with COVID-19 screened among close contacts in Nanjing, China. Sci. China Life Sci. (2020). https://doi.org/10.1007/s11427-020-1661-4

9. Anderson, R. M., Heesterbeek, H., Klinkenberg, D., & Hollingsworth, T. D. (2020). How will country-based mitigation measures influence the course of the COVID-19 epidemic? The Lancet, 0(0). http://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30567-5

10. Guan, W., Ni, Z., Hu, Y., Liang, W., Ou, C., He, J., Liu, L., Shan, H., Lei, C., Hui, D.S., Du, B., Li, L., Zeng, G., Yuen, K., Chen, R., Tang, C., Wang, T., Chen, P., Xiang, J., Li, S., Wang, J., Liang, Z., Peng, Y., Wei, L., Liu, Y., Hu, Y., Peng, P., Wang, J., Liu, J.T., Chen, Z., Li, G., Zheng, Z., Qiu, S., Luo, J., Ye, C., Zhu, S., & Zhong, N.S. (2020). Clinical Characteristics of Coronavirus Disease 2019 in China. The New England journal of medicine.

11. Hoehl, S., Berger, A., Kortenbusch, M., Cinatl, J., Bojkova, D., Rabenau, H.F., Behrens, P.,

Böddinghaus, B., Goetsch, U., Naujoks, F., Neumann, P., Schork, J., Tiarks-Jungk, P., Walczok, A., Eickmann, M., Vehreschild, M.J., Kann, G., Wolf, T., Gottschalk, R., & Ciesek, S. (2020). Evidence of SARS-CoV-2 Infection in Returning Travelers from Wuhan, China. The New England journal of medicine.

12. Rothe, C., Schunk, M., Sothmann, P., Bretzel, G., Froeschl, G., Wallrauch, C., Zimmer, T., Thiel, V., Janke, C., Guggemos, W., Seilmaier, M., Drosten, C., Vollmar, P., Zwirglmaier, K., Zange, S., Woelfel, R., & Hoelscher, M. (2020). Transmission of 2019-nCoV Infection from an Asymptomatic Contact in Germany. The New England journal of medicine.

Page 10: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

LAMPIRAN 1. MATRIKS KEPUTUSAN (DECISION MATRIX) R E A L I S A S I

Skenario terburuk terjadi Skenario lain yang

bukan skenario terburuk terjadi

K E P U T U S A N

Mengambil tindakan drastis/ekstrim untuk skenario terburuk

INDONESIA SELAMAT

INDONESIA SELAMAT Tindakan dapat dikoreksi/dikurangi

Mengambil tindakan seperlunya berdasarkan skenario yang paling mungkin (bukan skenario terburuk)

Indonesia TIDAK SELAMAT Tindakan tidak dapat dikoreksi karena Indonesia tidak selamat dan tidak ada lagi yang dapat melakukan koreksi.

INDONESIA BELUM TENTU SELAMAT Tergantung dari apakah tindakan yang diambil cukup untuk mengatasi realisasi yang terjadi

Page 11: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

LAMPIRAN 2. SURAT DUKUNGAN DARI I-4

Page 12: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

LAMPIRAN 3. SURAT DUKUNGAN DARI ForMIND

Page 13: Indonesian Young Scientist Forum Indonesian - Young

Rekomendasi ini didukung secara individu oleh para peneliti Indonesia sebagai berikut:

1. Dr. Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PT. Kalbe Farma 2. Dr. Akhmad Sabarudin, Universitas Brawijaya 3. Dr. Ari Winasti Satyagraha, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman 4. Dr. Aiyen B. Tjoa, Universitas Tadulako 5. Dr. Arli Aditya Parikesit, I3L 6. Dr. Azzania Fibriani, ITB 7. Dr. Berry Juliandi, IPB 8. Prof. Deni Noviana, IPB 9. Dr. Dwinita Larasati, ITB 10. Prof. Felycia Edi Soetaredjo, Universitas Kristen Widya Mandala 11. Fabian Surya Pramudya ST., The Chinnese University of Hongkong 12. Dr. Fenny Martha Dwivany, ITB 13. Dr. Hasnawati Saleh, Universitas Hasanuddin 14. Dr. Hawis Maddupa, IPB 15. Prof. Husin Alatas, IPB 16. Dr. Husna nugrahapraja, ITB 17. Dr. Inaya Rakhmani, UI 18. Dr. Ines Atmosukarto, ANU 19. Dr. Iqbal Elyazar, Eijkman-Oxford Clinical Research Unit 20. Prof. Jamaluddin Jompa, Universitas Hasanuddin 21. Prof. Ketut Wikantika, ITB 22. Dr. Mohammad Ikbal Borman, Universitas Tadulako 23. Dr. Neni Nurainy, PT. Biofarma 24. Dr. Rino R Mukti, ITB 25. Dr. Sastia Prama Putri, Osaka University 26. Dr. Sri Fatmawati, ITS 27. Dr. Sonny Mumbunan, UI 28. Dr. Suharyo Sumowidagdo, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 29. Dr. Sudirman Nasir, Universitas Hasanuddin 30. Dr. Tatas Hardo Panintingjati Brotosudarmo, Universitas Ma Chung 31. Dr. Tuswadi, Politeknik Banjarnegara 32. Dr. Yanuar Nugroho, CIPG 33. Dr. Yosmina Tapilatu, P2LD LIPI 34. Dr. Yudi Darma, ITB 35. Dr. Yuni Krisyuningsih, UI 36. Dr. Yoga Divayana, Universitas Udayana

,