indonesia

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada beberapa dekade ini, terapi komplementer banyak dikembangkan dalam dunia keperawatan Perkembangan terapi komplementer ini terjadi karena adanya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan harapan untuk mendapatkan waktu yang lebih singkat dalam memperoleh kesembuhan dari penyakitnya (Potter & Perry, 2009). Terapi komplementer adalah suatu terapi pengganti atau pelengkap dari terapi medis yang digunakan (Potter & Perry, 2009). Pemberian terapi komplementer dapat berdiri sendiri tanpa harus bersamaan dengan obat- obatan. Jika ada seorang pasien yang menderita sakit tertentu, maka ia dapat menggunakan terapi komplementer tertentu tanpa harus meminum obat untuk memperoleh kesehatannya. Kerokan merupakan suatu terapi komplementer yang telah lama dikenal oleh masyarakat. Kerokan bagi masyarakat khususnya pada masyarakat suku Jawa dipercaya dapat mengobati beberapa penyakit, seperti masuk angin. Seringnya masyarakat Jawa menggunakan terapi ini, membuat masyarkat pada umumnya menganggap bahwa kerokan merupakan suatu budaya yang melekat pada suku Jawa. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana budaya kerokan atau terapi komplementer kerokan di dalam masyarakat? 2. Bagaimana cara kerja kerokan dalam terapi komplementer? 1

Upload: fitria-marina-sandy

Post on 01-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahasa

TRANSCRIPT

Page 1: indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada beberapa dekade ini, terapi komplementer banyak dikembangkan dalam dunia

keperawatan Perkembangan terapi komplementer ini terjadi karena adanya kebutuhan

masyarakat akan kesehatan dan harapan untuk mendapatkan waktu yang lebih singkat

dalam memperoleh kesembuhan dari penyakitnya (Potter & Perry, 2009).

Terapi komplementer adalah suatu terapi pengganti atau pelengkap dari terapi medis yang

digunakan (Potter & Perry, 2009). Pemberian terapi komplementer dapat berdiri sendiri

tanpa harus bersamaan dengan obat- obatan. Jika ada seorang pasien yang menderita sakit

tertentu, maka ia dapat menggunakan terapi komplementer tertentu tanpa harus meminum

obat untuk memperoleh kesehatannya.

Kerokan merupakan suatu terapi komplementer yang telah lama dikenal oleh masyarakat.

Kerokan bagi masyarakat khususnya pada masyarakat suku Jawa dipercaya dapat mengobati

beberapa penyakit, seperti masuk angin. Seringnya masyarakat Jawa menggunakan terapi

ini, membuat masyarkat pada umumnya menganggap bahwa kerokan merupakan suatu

budaya yang melekat pada suku Jawa.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana budaya kerokan atau terapi komplementer kerokan di dalam masyarakat?

2. Bagaimana cara kerja kerokan dalam terapi komplementer?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan menggunakan terapi komplementer kerokan?

4. Apa saja medikasi yang dapat diberikan disamping terapi komplementer?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah dari budaya kerokan dalam masyarakat.

2. Dapat memahami cara kerja kerokan dalam terapi komplementer sehingga dapat

diterapkan dengan baik dan benar.

3. Mengetahui kelebihan dari terapi kerokan dan dapat mengetahui kontraindikasi dalam

terapi kerokan.

4. Dapat mengetahui terapi medis yang dapat dikolaborasikan dalam terapi komplementer

kerokan yang bisa membantu menurunkan keluhan (masuk angin ataupun gejala flu).

1

Page 2: indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Budaya Terapi Komplementer Kerokan

Budaya kerokan ternyata sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu. Bahkan raja-raja dan

petinggi kerajaan Nusantara banyak yang melakukan terapi ini untuk kesehatan. Terapi ini

digemari, karena rasanya yang manjur dan murah tentunya untuk sebuah penyembuhan

penyakit. Ada kepercayaan bahwa koin juga berfungsi untuk menarik roh jahat yang membuat

penderita sakit keluar dari badannya, karena roh jahat seringkali dianggap tertarik dengan uang.

Semakin merah dan gelap tanda guratannya, semakin parah masuk anginnya.

Cara untuk mengatasi gejala masuk angin yang serupa dengan "Kerokan" tidak hanya

populer di Indonesia, tetapi juga banyak disukai oleh orang-orang di negara-negara asia lainnya.

Vietnam menyebut teknik serupa sebagai cao giodi, sedangkan di Kamboja menyebutnya goh

kyol, bahkan di China yang terkenal dengan akupunturnya menyebut teknik serupa untuk

melancarkan peredaran darah dengan gua sua, orang China memakai batu giok sebagai alat

pengerok, bukan kepingan uang logam seperti yang umumnya dipakai di Indonesia.

2.2. Cara Kerja Terapi Kerokan Sebagai Terapi Komplementer

Setelah kerokan akan timbul proses peradangan. Akibat dari kerokan dapat terjadi pelebaran

pembuluh darah dan pengeluaran mediator inflamasi. Aliran darah menjadi lancar jika dikerok

atau dipijat sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi yang tersedia untuk jaringan otot. Zat-zat

yang menyebabkan rasa pegal dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau

dinetralkan. Selain itu, juga terjadi rangsangan pada keratinosit dan endotel (lapisan paling

dalam pembuluh darah) yang akan bereaksi dengan munculnya propiomelanokortin (POMC).

Zat ini merupakan polipeptida yang kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah satunya

adalah beta endorfin.

Pasca kerokan didapatkan peningkatan IL- 1 beta, Clq, dan beta endorfin, sementara kadar C3

dan PGE2 justru turun. Penyebab rasa nyeri adalah PGE2 sehingga jika kadar PGE2 diturunkan

maka nyeri akan berkurang. Hasil ini menyebabkan berkurangnya nyeri otot, badan terasa segar

dan nyaman. Inflamasi yang ditimbulkan selain meredakan nyeri otot juga akan memicu reaksi

2

Page 3: indonesia

kardiovaskuler. Tandanya adalah peningkatan temperatur tubuh secara ringan, antara 0,5-1oC.

Oleh karena itu setelah dikerok, badan kita terasa lebih hangat. Selain itu penyakit yang diderita

pun hilang dengan sendirinya.

Pada saat seseorang masuk angin adanya penurunan suhu tubuh menyebabkan pembuluh

darah di kulit tubuh bagian belakang mengalami penyempitan (konstriksi). Pembuluh darah

kulit yang mengalami konstriksi memberi reaksi dingin. Konstriksi itu merupakan efek

kompensasi. Saat suhu tubuh bagian belakang menurun, otomatis pembuluh darah kulit

berkonstriksi agar seluruh tubuh tidak dingin. Konstriksi itu bisa mengakibatkan oksigenasi pada

permukaan tubuh (terutama bagian belakang) jadi turun atau berkurang, sekujur badan terasa

sakit. Selanjutnya, muncul gejala bersin. Tindakan kerokan bisa mengubah suhu tubuh menjadi

seimbang kembali.

Langkah-langkah dalam melakukan terapi komplementer kerokan :

Untuk memulai kerokan, alat yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut :

- Zat penghangat, bisa berupa balsem gosok, rheumason atau minyak kayu putih. Untuk

anak kecil (balita) sebaiknya gunakan bawang merah,

- Koin untuk pengerok. Sebaiknya gunakan uang Rp 100 lama, 100 kuningan (yang katanya

ada campuran emas), atau 500 kuningan. Hindari menggunakan koin yang berbahan

alumunium (koin mata uang baru), karena memiliki sisi yang tajam,

- Tissue, atau lap untuk membersihkan koin saat kerokan,

- Tempat yang bersih, lapang, dan nyaman untuk berbaring.

Persiapan Kerokan :

1. Usahakan tubuh pasien dalam keadaan bersih,

2. Orang yang mau dikerok ditidurkan telungkup, usahakan dalam posisi senyaman mungkin,

3. Aktifkan sarana hiburan, hal ini akan sangat membantu mengurangi kebosanan saat

mengerok/dikerok.

Proses Kerokan :

1. Untuk mempersiapkan tubuh, agar tidak kaget saat dikerok, usapkan minyak gosok ke

punggung terlebih dahulu,

2. Mulailah mengerok dari punggung kanan, diawali dari 4-5 cm sebelah kanan tulang

belakang ke arah luar. Arah pengerokan mengikuti tulang rusuk, menghasilkan garis

melengkung,

3. Koin agak ditekan, jangan terlalu kuat dan jangan terlalu lemah, yang sedang-sedang saja.

Lakukan berulang-ulang dengan arah yang sama,

3

Page 4: indonesia

4. Lanjutkan dengan bagian kiri yang sejajar dengan kerokan yang dilakukan di nomer 2 ,

Keterangan: saat kerokan ini, kadang-kadang daki terkumpul di ujung koin Gunakan tisu atau

handuk untuk membersihkannya,

5. Ulangi langkah tersebut, sekitar 2-3 cm dibawah kerokan sebelumnya. Usahakan tetap

pada daerah diantara tulang rusuk. Begitu seterusnya sampai ke bawah.

Setelah Kerokan :

1. Usapkan lagi minyak gosok ke punggung, gunakan handuk untuk membersihkan sekaligus

memijat punggung,

2. Jangan mandi karena pori-pori yang terbuka dapat membuat semakin tidak enak badan,

3. Minumlah minuman yang hangat,

4. Gunakan baju yang hangat dan nyaman,

5. Tidur atau istirahat.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Terapi Komplementer Kerokan

Banyak masyarakat yang sudah mengaplikasikan terapi komplementer kerokan ini. Banyak

alasan mengapa masyarakat sering memilih kerokan sebagai terapi dalam meredakan gejala

masuk angin atau bahkan nyeri otot, berikut adalah kelebihan dari terapi komplementer

kerokan :

- Tidak merusak

Dengan terlalu sering kerokan muncul anggapan kulit rusak,pori-pori melebar,pembuluh

darah pecah. Tetapi menurut penelitian yang ada dengan kerokan tidak ada kulit yang rusak

ataupun pembuluh darah yang pecah. Tetapi terjadi pori-pori yang melebar. Melebarnya

pori-pori ini justru membuat aliran darah lancar dan suplai oksigen dalam darah jadi

meningkat. Sehingga kulit ari juga akan terlepas seperti halnya saat luluran.

- Meningkatkan Endorfin

Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa kadar endorfin orang-orang yang dikerok naik

signifikan. Dengan adanya peningkatan endorfin ini membuat mereka nyaman, rasa sakit

hilang, lebih segar, dan bersemangat. Selain itu kerokan menyebabkan kadar prostaglandin

atau yang menyebabkan pegal-pegal pada tubuh menjadi turun. Prostaglandin adalah

senyawa asam lemak yang antara lain berfungsi menstimulasi kontraksi rahim dan otot polos

lain serta mampu menurunkan tekanan darah, mengatur sekresi asam lambung, suhu tubuh,

dan memengaruhi kerja sejumlah hormon.

4

Page 5: indonesia

- Murah meriah

Prosedur yang mudah dengan peralatan yang simple, membuat kerokan ini banyak

digunakan dalam masyarakat. Biasanya cukup dengan menggunakan minyak angin atau

lotion dan menggunakan uang koin untuk menggosok (mengerok).

Disamping itu tetap saja ada efek negatif dari terapi komplementer kerokan ini,

diantaranya yaitu :

- Mengakibatkan kontraksi dini

Kontraksi pada rahim. Jadi bagi ibu-ibu yang sedang hamil sangat dilarang melakukan

kerokan karena bisa mengakibatkan timbulnya kontraksi dini akibat munculnya zat

Prostaglandin Saat dikerok akan terjadi Infamasi. Apabila tubuh menolak reaksi Inflamasi

ini ,maka maka mediator anti Inflamasi akan mengeluarkan suatu zat yang disebut Cytokines

yang merupakan sel yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Zat Cytokines ini akan

memicu pelepasan Prostaglandin yang bisa menyebabkan tersebut.

- Masuknya bakteri dan virus

Ketika mengerok atau mengerik tubuh, maka pori-pori kulit akan terbuka lebar, nah pada

saat pori-pori terbuka dan membesar akan memudahkan angin masuk kembali ke tubuh

dengan membawa bakteri dan virus kedalam tubuh. Efeknya tidak akan terasa secara

langsung tetapi sebagian besar orang akan merasa ketagihan saat dikerok dan pasti akan

melakukannya lagi saat dia terserang masuk angin. Ketika seseorang sering kerokan maka

pori pori kulit yang melebar akan mempermudah masuknya bakteri dan virus.

Masuk angin memang bukan penyakit berbahaya. Namun, bila sudah parah, virus mudah

masuk tubuh. Untuk pencegahan bisa diatasi salah satunya dengan kerokan. Kebanyakan

orang Eropa mengatasi gejala flu (common cold) seperti pegal linu, perut kembung, batuk-

pilek, pusing, sakit kepala, demam, meriang, dll, dengan makan sup panas, minum obat flu

yang bisa didapat di toko-toko obat, lalu tidur berbungkuskan selimut.

2.4. Kolaborasi Medikasi dengan Terapi Komplementer Kerokan

Membicarakan tentang kerokan biasanya identik dengan penyakit masuk angin atau gejala

flu. Walaupun diketahui bahwa penyakit masuk angin adalah termasuk penyakit penting tetapi

kurang penting. Penting sebab meskipun di luar negeri tidak dikenal, di Indonesia banyak sekali

penderitanya. Bisa dianggap kurang penting sebab ini termasuk penyakit yang hilang sendiri

setelah penderitanya minum teh manis hangat atau air jahe hangat dan kerokan.

5

Page 6: indonesia

Secara medis, dokter akan memberi parasetamol, vitamin, dan obat penenang. Dan tentu

saja pasien dianjurkan untuk beristirahat. Jadi, disamping dilakukan upaya terapi komplementer

kerokan, penderita masuk angin juga perlu adanya medikasi yang tepat.

6

Page 7: indonesia

BAB III

KESIMPULAN

Kerokan yang menjadi tradisi sejak jaman dahulu mempunyai efek positif dan negatif.

Meskipun banyak yang beranggapan bahwa kerokan tidak dianjurkan menurut medis. Namun,

ada juga yang menyebutkan bahwa kerokan juga bagus. Tetapi yang perlu di ingat kerokan

jangan di sekitar leher karena dapat memicu stroke. Jangan terlalu sering kerokan karena akan

membuat pembuluh kapiler yang berada di bawah permukaan kulit pecah. Jika kerokan di

lakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan kulit menjadi tipis, pori-pori membesar,

pembuluh darah pecah. Kerokan selain bermanfaat juga dapat menimbulkan beberapa

masalah. Kerokan mudah di lakukan dan tentunya sangat terjangkau. Sebaiknya jika memang

sudah muncul gejala seperti masuk angin dan merasa kurang yakin akan obat tradisonal seperti

minum jahe hangat ataupun terapi komplementer, sebaiknya dikonsultasikan pada dokter agar

diberi terapi medikasi yang tepat. Jadi, selain mendapat terapi komplementer juga

mendapatkan terapi medikasi yang tepat untuk mengurangi keluhan.

7

Page 8: indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A & Perry, A.G. 2009. Fundamental of Nursing. Singapore: Mosby Elsevier.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Jakarta : EGC.

8