indikator ramah lingkungan untuk usaha …elti.fesprojects.net/2012 mining rehab...
TRANSCRIPT
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA
Antung Deddy
Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Kementerian Lingkungan Hidup
Disampaikan pada Mined Land Rehabilitation : Mainstreaming Landscape Restoration in Indonesia
Hotel Le Grandeur, Balikpapan, 6 Maret 2012
Permasalahan
1. Kegiatan penambangan khususnya penambangan terbuka memiliki potensi merusak lingkungan yaitu :
• Perubahan bentang alam
• Gangguan pada sistem aliran air permukaan dan air tanah
• Perubahan sifat fisik tanah (struktur, tekstur, porositas dan bulk density) dan sifat kimia tanah (unsur hara) yang penting bagi pertumbuhan tanaman
• Hilangnya habitat tumbuhan dan satwa
• Erosi dan sedimantasi
• Pencemaran air dan tanah dari air asam tambang
Permasalahan lanjutan ……..
2. Tumpang tindih kawasan hutan dan pertambangan
3. Upaya pemantauan dan pengawasan lingkungan bidang pertambangan telah dilakukan namun belum secara maksimal memberikan kontribusi pada pengendalian kerusakan lingkungan khususnya terkait dengan kerusakan lahan
3. Pemberian sanksi kepada pelaku usaha pertambangan yang tidak dapat memenuhi ketentuan dalam peraturan perundangan masih bersifat sanksi administratif
4. Belum ada instrumen pengendalian kerusakan lingkungan yang dapat menilai dan menyatakan suatu kegiatan pertambangan telah mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan
KONSESI PERTAMBANGAN DAN KAWASAN HUTAN
PERMASALAHAN:
• KONSESI PERTAMBANGAN BERADA DI KAWASAN HUTAN KONSERVASI
DAN HUTAN LINDUNG
Konsesi Pertambangan Hutan Konservasi Hutan Lindung
Tumpang Tindih Kawasan
1. Perubahan iklim mikro
2. Banjir dan longsor
3. Penurunan muka air tanah dan kekeringan
4. Kerusakan keanekaragaman hayati
5. Pencemaran air tanah dan sungai
6. Pencemaran air dan tanah dari air asam tambang
Dampak lingkungan
PERATURAN PERUNDANGAN
• Pengendalian kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup (pasal 13 ayat (1))
• Pengendalian kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab masing-masing (pasal 13 ayat (3))
• Setiap orang yang melakukan perusakan lingkungan hidup
wajib melakukan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup (pasal 53 ayat (1)) dan pemulihan fungsi lingkungan hidup (pasal 54 ayat (1))
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
A. LINGKUNGAN HIDUP
• Penentuan terjadinya kerusakan lingkungan hidup di dasarkan pada kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (pasal 21 ayat (1))
Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
lanjutan
• pasal 96 disebutkan bahwa dalam penerapan kaidah pertambangan yang baik,
pemegang IUP dan IUPK wajib diantaranya melaksanakan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang,
• pasal 98 pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
PP No. 78/2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang pasal (4) a. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut dan tanah serta udara
berdasarkan standard baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati;
c. Penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang, dan struktur batuan lainnya;
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;
e. Memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat; dan
f. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
B. PERTAMBANGAN
Pembukaan lahan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan penambangan
a.Tanah pucuk (top soil) hasil pengupasan harus segera dimanfaatkan untuk keperluan revegetasi.
b.Tanah penutup hasil pengupasan dan material buangan lainnya harus ditimbun dengan cara yang benar dan pada tempat yang aman.
c.Timbunan tanah penutup dan material buangan lainnya harus dipantau secara berkala.
d.Gangguan keseimbangan hidrologis harus seminimal mungkin
Kepmen Pertambangan dan Energi N0 : 1211.K/008/M.PE/1995 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum
pada pasal (15)
lanjutan
UU 32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
UU No. 4/2009 tentang
Pertambangan Mineral dan
Batubara
PP 78/2010
PP 23/2010
PP 55/2010
Integrasi prinsip perlindungan dan pengelolaan LH
Kriteria Kerusakan
lahan akibat kegiatan
penambangan
Penambangan
Ramah
Lingkungan
Baku Mutu
Lingkungan Hidup
Integrasi prinsip perlindungan dan pengelolaan LH pada kegiatan penambangan
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
• Integrasi aspek lingkungan pada setiap tahapan kegiatan penambangan
• Investasi untuk mengembalikan lingkungan secara konvensional maupun dengan penerapan teknologi
• Masyarakat sekitar tambang memiliki kesejahteraan selama berlangsungnya maupun berakhirnya kegiatan tambang
KEBIJAKAN PENGENDALIAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM
PERTAMBANGAN
Dalam menjaga fungsi lingkungan hidup tetap berjalan, setiap kegiatan tahapan penambangan harus dapat menerapkan kaidah pencegahan kerusakan lingkungan
Indikator Ramah Lingkungan (Permen LH no 4/2012)
Tujuan penetapan indikator adalah memberikan :
Permen LH No. 4 Tahun 2012 tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha dan/atau
Kegiatan Penambangan Terbuka Batubara
1. Kriteria kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan penambangan terbuka batubara dalam menerapkan indikator ramah lingkungan
2. Pedoman bagi pejabat yang berwenang dalam menerbitkan izin lingkugan di bidang usaha dan/atau kegiatan penambangan batubara
3. Acuan bagi pejabat pengawas lingkungan hidup dalam melakukan pengawasan
Penerapan indikator :
1. Kegiatan penambangan batubara yang telah memiliki Ijin Usaha Pertambangan
2. Memberikan “label” ramah lingkungan kepada kegiatan penambangan yang telah memenuhi ketentuan pada peraturan ini (menjadi bagian dalam penilaian proper)
3. Apabila berdasarkan hasil pengawasan ditemukan ada kegiatan penambangan, reklamasi dan pasca tambang yang melebihi batas ukuran indikator maka berlaku ketentuan penerapan sanksi administratif berdasarkan izin lingkungan sesuai dengan UU No. 32/2009
Indikator Penambangan Reklamasi Pasca Tambang
Luas permukaan lubang galian
Jarak tepi lubang galian dari batas IUP
Stabilitas lahan
Air asam tambang
Pengelolaan tanah pucuk dan batuan penutup
Air tanah dan air permukaan
Persentase (%) tanaman tumbuh
Ruang Lingkup Indikator Ramah Lingkungan (Khusus lahan dan air)
Indikator ramah lingkungan ini akan diberlakukan pada tahapan kegiatan penambangan, Reklamasi dan Pasca Tambang yang merujuk pada UU No. 4/ 2009
• Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya
• Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya
• Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut
setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan
Tahapan Penerapan Indikator Ramah Lingkungan
Tahapan Kegiatan Indikator Metode
pengukuran
Penambangan 1. Pengupasan,
penimbunan dan
pengelolaan
tanah pucuk
a. Tanah pucuk tidak tercampur dengan
tanah/batuan penutup
Pengamatan
lapangan
b. Tidak terjadi erosi dan atau longsor
lebih dari 15% dari luas timbunan
tanah pucuk
Citra satelit dan
verifikasi
lapangan
c. Timbunan tanah pucuk ditanami
tanaman penutup dengan baik
Pengukuran di
lapangan
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN
Tahapan Kegiatan Indikator Metode
pengukuran
2. Pengupasan,
penimbunan
dan
pengelolaan
tanah/batuan
penutup
a. Batuan potensial pembentuk asam
(PAF) dienkapsulasi
Pengamatan
lapangan
b. Tidak terjadi erosi dan atau longsor
yang mengganggu enkapsulasi
dan/atau lebih dari 15% dari luas
timbunan tanah/batuan penutup
Citra satelit dan
verifikasi
lapangan
c. Timbunan tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu terjal dengan kemiringan sesuai
dengan kajian geoteknik
Klinometer dan
meteran
d. Tidak terjadi rembesan air di kaki
timbunan yang pHnya kurang dari 4
pH meter atau
pH stick
e. Timbunan tanah/batuan penutup
ditanami tanaman penutup dengan
baik
Pengukuran di
lapangan
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN
Tahapan Kegiatan Indikator Metode
pengukuran
3. Penggalian
dan
pengambilan
bahan
tambang
a. Luas permukaan lubang galian yang terbentuk
tidak lebih dari 20% dari luas IUP apabila
lubangnya terkonsentrasi atau tidak lebih dari
30% dari luas IUP apabila lubangnya
terfragmentasi dan setiap lubang tidak lebih dari
20% dari luas IUP
Citra satelit dan
verifikasi
lapangan
b. Jarak tepi lubang galian paling sedikit 500 m
dari batas IUP (rona awal berdekatan dengan
permukiman)
Klinometer dan
meteran
c. Tidak dijumpai penurunan pH air tanah lebih
dari 1 tingkat dari kondisi awal
pH meter atau
pH stick
d. Tidak menyebabkan air permukaan yang keluar
dari IUP kualitasnya lebih rendah dari baku
mutu air limbah
Mengacu pada
KepmenLH No.
113/2003
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN
Tahapan Kegiatan Reklamasi Metode
pengukuran
Reklamasi Penataan lahan
bekas tambang
sesuai dengan
peruntukannya
a. Kemiringan lahan sesuai dengan
peruntukan lahan dan kajian
geoteknik
Pengukuran di
lapangan
b. Tidak terjadi genangan permanen,
kecuali pada lokasi lubang yang tidak
ditutup
Pengukuran di
lapangan
c. Air permukaan/genangan pada lubang
galian akhir yang tidak ditutup
memiliki kualitas yang sesuai dengan
baku mutu peruntukan air
Mengacu PP No.
82 Tahun 2001
Penutupan lubang
(yang harus ditutup)
dengan tanah/batuan
penutup dari tempat
penimbunan
a. Tidak dijumpai batuan potensial
masam yang teroksidasi
b. Tidak dijumpai penurunan pH air
tanah lebih dari 1 tingkat dari kondisi
awal
pH meter dan pH
stick
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN
Tahapan Kegiatan Reklamasi Metode
pengukuran
Reklamasi 3. Penyebaran tanah
pucuk dari tempat
penimbunan
menutupi
tanah/batuan
penutup pada
bekas lubang
galian (yang harus
ditutup)
a. Tanah pucuk tersebar merata pada
lebih dari 75% dari keseluruhan lahan
reklamasi
Pengukuran di
lapangan
b. Tanah pucuk pada zona perakaran
memiliki pH tanah yang sesuai
dengan peruntukkannya
pH meter dan pH
stick
4. Penanaman sesuai
dengan
peruntukkannya
a. Tahun pertama : Lebih dari 80% dari
luas areal reklamasi ditumbuhi oleh
tanaman penutup tanah
Pengukuran di
lapangan
b. Tahun kedua : Lebih dari 80% dari
luas areal reklamasi ditumbuhi oleh
tanaman cepat tumbuh
Pengukuran di
lapangan
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN
Tahapan Kegiatan Reklamasi Metode
pengukuran
Pasca
tambang
1. Penataan lahan
bekas tambang
sesuai dengan
peruntukkannya
Luas permukaan bekas lubang galian
yang terbentuk tidak lebih dari 20% dari
luas IUP apabila lubangnya
terkonsentrasi atau tidak lebih dari 30%
dari luas IUP apabila lubangnya
terfragmentasi dan setiap lubang tidak
lebih dari 20% dari luas IUP
Pengukuran di
lapangan
2. Penanaman sesuai
dengan
peruntukkannya
a. Tahun pertama : Lebih dari 90% luas
lahan sesuai peruntukan ditutupi
tanaman penutup tanah dan
perbaikan kesuburan tanah
(peruntukan hutan, perkebunan,
pertanian lahan kering, sawah,
perikanan darat dan pariwisata)
Pengukuran di
lapangan
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN
Tahapan Kegiatan Reklamasi Metode
pengukuran
b. Tahun kedua : Lebih dari 90% luas lahan
sesuai peruntukan ditumbuhi tanaman.
Lebih dari 60% luas lahan peruntukan
perkebunan, pertanian lahan kering
dansawah ditumbuhi tanaman. Lebih dari
30% dari luas lahan peruntukan
permukiman dan pariwisata ditumbuhi
tanaman
Pengukuran di
lapangan
c. Tahun ketiga dan seterusnya : Lebih
dari 90% luas lahan sesuai
peruntukan ditumbuhi tanaman.
Pengukuran di
lapangan
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN
HASIL PEMETAAN
INDIKASI KERUSAKAN LAHAN ATAU PENAMBANGAN YANG
TIDAK RAMAH LINGKUNGAN
PERUBAHAN INDIKASI KERUSAKAN LAHAN
AKIBAT PERTAMBANGAN DI KALIMANTAN SELATAN
2005 -2010
NO KABUPATEN LUAS (ha)
2005 2010
1 BALANGAN 1.733 4.864
2 BANJAR 4.698 7.027
3 BARITOKUALA - -
4 HULUSUNGAI SELATAN 375 2.600
5 HULUSUNGAI TENGAH 3.900
6 HULUSUNGAI UTARA 250
7 BANJARBARU 5.758 7.259
8 - -
9 KOTABARU 4.135 3.321
10 TABALONG 3.530 2.446
11 TANAH BUMBU 7.267 7.905
12 TANAH LAUT 13.358 19.747
13 TAPIN 849 3.203
Grand Total 41.703 62.522
Indikasi Kerusakan Lahan Pertambangan di Kalsel
Tahun 2005 Tahun 2010
TERIMA KASIH