indikator penyalahgunaan peti kemas

10
1 INDIKATOR PENYALAHGUNAAN PETI KEMAS Oleh : Bambang Semedi, S.H. Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pendahuluan Freight forwarder memberikan jasa pelayanan kepada para pemakai jasanya mulai dari pemasukan barang muatan, penyelesaian barang yang dikirim maupun menyerahkannya kepada penerima barang muatan di tempat tujuan akhir. Untuk memenuhi permintaan dari pemilik barang demi tercapainya tujuan dari pengiriman barang itu sendiri pihak forwarder dapat bertindak langsung atau diserahkan kepada pihak ketiga seperti pihak pengangkut, para pemilik gudang atau depo peti kemas. Dalam hal Freight forwarder melakukan kegiatan bertindak sebagai consolidator yang menggabungkan barang eksportir ke dalam satu peti kemas baik peti kemas dengan status Full Container Load (FCL) dan Less Than Container Load (LCL), baik untuk ekspor maupun impor. Walaupun forwarder itu sendiri dalam melakukan operasinya adalah dengan menyewa ruangan kapal dan alat transportasi dari perusahaan angkutan. Forwarder dapat melaksanakan kegiatan yang lebih efisien dari pada eksportir dan importir yang mengurus barang-barangnya sendiri, sehingga lazim juga disebut sebagai “The Arsitect of Transportation” karena kemampuannya memberikan sistem pendistribusian produk-produk yang lebih efisien. Peti kemas merupakan satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada di dalamnya. Dalam kenyataannya di dunia perdagangan internasional, sebagian besar eksportir maupun importir menggunakan peti kemas (kontainer) sebagai alat pengemas barang-barang transaksi jual beli. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan internasional identik dengan keberadaan peti kemas, dimana ada ekspor impor maka disana ada peti kemas. Penulis dapat merumuskan permasalahan untuk mengetahui bagaimana total distribusi muatan FCL dan LCL. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan jumlah penggunaan peti kemas FCL dan LCL, dan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL. Artikel ini akan fokus pada bagaimana total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL? Bagaimana perbandingan antara total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL? Bagaimana trend total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL. Ada beberapa indikator penyalahgunaan peti kemas dalam kegiatan impor dan ekspor sebagai berikut: 1. Indikator pertama adanya ketidakstabilan total distribusi muatan dalam peti kemas FCL (Full Container Load) dan LCL (Less Than Container Load).

Upload: aruccuaru

Post on 23-Nov-2015

91 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

BPPKBC

TRANSCRIPT

  • 1INDIKATOR PENYALAHGUNAAN PETI KEMAS

    Oleh : Bambang Semedi, S.H.Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

    Pendahuluan

    Freight forwarder memberikan jasa pelayanan kepada para pemakai jasanya mulai dari

    pemasukan barang muatan, penyelesaian barang yang dikirim maupun menyerahkannya kepada

    penerima barang muatan di tempat tujuan akhir. Untuk memenuhi permintaan dari pemilik barang

    demi tercapainya tujuan dari pengiriman barang itu sendiri pihak forwarder dapat bertindak

    langsung atau diserahkan kepada pihak ketiga seperti pihak pengangkut, para pemilik gudang

    atau depo peti kemas.

    Dalam hal Freight forwarder melakukan kegiatan bertindak sebagai consolidator yang

    menggabungkan barang eksportir ke dalam satu peti kemas baik peti kemas dengan status Full

    Container Load (FCL) dan Less Than Container Load (LCL), baik untuk ekspor maupun impor.

    Walaupun forwarder itu sendiri dalam melakukan operasinya adalah dengan menyewa ruangan

    kapal dan alat transportasi dari perusahaan angkutan. Forwarder dapat melaksanakan kegiatan

    yang lebih efisien dari pada eksportir dan importir yang mengurus barang-barangnya sendiri,

    sehingga lazim juga disebut sebagai The Arsitect of Transportation karena kemampuannya

    memberikan sistem pendistribusian produk-produk yang lebih efisien.

    Peti kemas merupakan satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran

    tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut

    muatan yang ada di dalamnya. Dalam kenyataannya di dunia perdagangan internasional,

    sebagian besar eksportir maupun importir menggunakan peti kemas (kontainer) sebagai alat

    pengemas barang-barang transaksi jual beli. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan

    internasional identik dengan keberadaan peti kemas, dimana ada ekspor impor maka disana ada

    peti kemas. Penulis dapat merumuskan permasalahan untuk mengetahui bagaimana total

    distribusi muatan FCL dan LCL. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan jumlah penggunaan

    peti kemas FCL dan LCL, dan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan total distribusi

    muatan dalam peti kemas FCL dan LCL.

    Artikel ini akan fokus pada bagaimana total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan

    LCL? Bagaimana perbandingan antara total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL?

    Bagaimana trend total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL.

    Ada beberapa indikator penyalahgunaan peti kemas dalam kegiatan impor dan ekspor

    sebagai berikut:

    1. Indikator pertama adanya ketidakstabilan total distribusi muatan dalam peti kemas FCL (Full

    Container Load) dan LCL (Less Than Container Load).

  • 22. Indikator kedua adanya peningkatan total distribusi muatan dalam peti kemas FCL

    dibandingkan LCL. Dalam hal jumlah peti kemas yang digunakan sebagai pengemas barang

    impor dan ekspor menggunakan status Less Than Container Load (LCL) jumlahnya lebih

    banyak dari pada menggunakan status Full Container Load (FCL) dapat diindikasikan bahwa

    terjadi risk management.

    3. Indikator ketiga adanya kecenderungan peningkatan total distribusi muatan dalam peti kemas

    FCL dan LCL.

    Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat lalu lintas barang ke

    dalam maupun keluar daerah pabean sangatlah tinggi. Apabila dianalogikan 85% alat pengemas

    barang tersebut adalah peti kemas (kontainer). Dapat dibayangkan bahwa ratusan sampai ribuan

    peti kemas tiap harinya akan dihadapi oleh pejabat Bea Cukai. Oleh karena hal ini tidak didukung

    oleh faktor ketersediaan tenaga kerja, serta tidak efisien terhadap waktu dan biaya yang nantinya

    dapat menyebabkan para eksportir dan importir teriak akibat biaya ekonomi yang tinggi. Untuk

    mengantisipasi hal ini, salah satu jalan keluar yang ditempuh DJBC adalah menerapkan sistem

    Manajemen Resiko (risk management).

    Pelayanan kepada stakeholder dapat ditingkatkan karena waktu dan biaya ekonomi yang

    ditimbulkan dapat ditekan. Namun disisi lain, sistem ini berpotensi untuk menimbulkan celah-celah

    pelanggaran berupa penyelundupan karena tidak semua barang (terutama untuk barang impor)

    diperiksa oleh pejabat Bea Cukai. Salah satu perantara tindak pelanggaran tersebut adalah

    berhubungan dengan peti kemas. Mengapa? Karena peti kemas merupakan perantara terbesar

    dan paling berhubungan dengan barang baik selama pemuatan, pengangkutan maupun

    pembongkaran. Penyalahgunaan peti kemas mengindikasikan upaya pelanggaran yang dilakukan

    oleh pihak-pihak tertentu atau stakeholder. Oleh karena itu, pejabat Bea Cukai seyogyanya

    memiliki pengetahuan dasar tentang peti kemas, serta mengetahui bagaimana ciri-ciri fisik peti

    kemas yang disalahgunakan.

    Peti kemas (Ingggris: ISO container) adalah peti atau kotak yang memenuhi persyaratan

    teknis sesuai dengan International Organization for Standardization (ISO) sebagai alat atau

    perangkat pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai moda, mulai dari moda jalan

    dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal peti kemas laut. Pada saat ini freight forwarder (FF)

    memegang peranan penting dalam hal perdagangan internasional antara satu negara dengan

    negara yang lainnya.

    Indikator adanya ciri-ciri fisik peti kemas (kontainer) yang harus diketahui dan dikuasai

    bahwa terdapat berbagai jenis peti kemas yang digunakan dalam perdagangan internasional.

    Tentunya tiap jenis peti kemas memiliki sifat-sifat khusus.

    1. Ciri-Ciri Fisik

    Sebagaimana yang telah dibahas diatas, diketahui bahwa terdapat berbagai jenis peti kemas

    yang digunakan dalam perdagangan internasional. Tentunya tiap jenis peti kemas memiliki

    sifat-sifat khusus dimana sifat-sifat tersebut memudahkan untuk mengangkut jenis-jenis barang

  • 3yang beraneka ragam, sehingga memberikan manfaat baik bagi pengangkut maupun pihak

    lain, yang dalam hal ini berdampak positif dari segi pelayanan. Namun di sisi lain, beraneka

    ragamnya jenis dan bentuk peti kemas dapat memberikan permasalahan tersendiri bagi

    pejabat Bea Cukai, yang dalam hal ini bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi

    pengawasan. Sebagai contoh, pengangkutan barang yang menggunakan peti kemas jenis

    platform container, dimana peti kemas tersebut hanya terdiri dari lantai dasar tanpa ada

    dinding samping dan atas. Apabila barang yang diangkut, misalnya dalam kemasan

    barel/drum, diganti atau dimanipulasi dengan berbagai cara dan maksud tertentu selama

    dalam pengangkutannya, tentunya ini akan menyulitkan dan memberikan permasalahan bagi

    pejabat Bea Cukai yang bertugas untuk melayani dan mengawasi setelah barang tersebut tiba

    di kawasan pabean. Sehingga dalam membahas ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas,

    penulis membatasi cakupan penulisan yaitu dengan hanya membahas untuk jenis peti kemas

    general purpose container, dengan pertimbangan bahwa jenis peti kemas ini merupakan peti

    kemas yang paling umum digunakan dalam perdagangan internasional serta sebagian besar

    kegiatan ekspor impor di Indonesia menggunakan peti kemas jenis general purpose ini.

    Adapun dalam mengidentifikasi ciri-ciri fisik apabila peti kemas tersebut disalahgunakan,

    terdapat beberapa hal mendasar yang harus diperhatikan oleh pejabat Bea Cukai saat

    bertugas di lapangan. Filosofi yang harus tetap dipegang teguh adalah keberadaan barang di

    dalam peti kemas tidak berubah tanpa seizin pejabat Bea Cukai.

    2. Perhatikan Segel pada Peti Kemas

    Salah satu tujuan penggunaan peti kemas sebagaimana telah kita ketahui di atas adalah untuk

    melindungi agar barang yang tersimpan di dalamnya tidak rusak, serta terjaga keamanannya.

    Pada saat barang telah di stuffing kedalam peti kemas, sebelum peti kemas dimasukkan

    kedalam sarana pengangkut, maka pihak pelayaran memberikan pengaman dengan cara

    menyegel peti kemas. Bagian yang disegel adalah pada pertemuan bagian daun pintu kiri dan

    daun pintu kanan (lihat gambar).

  • 4Segel yang digunakan oleh pihak pelayaran adalah sebagai berikut:

    Fungsi dari keberadaan segel pelayaran tersebut adalah untuk memastikan bahwa barang yang

    berada di dalam peti kemas tidak dapat dikeluarkan dan aman selama dalam pengangkutannya. Di

    sisi lain, pejabat Bea Cukai juga berwenang untuk memberikan segel pada peti kemas.

    Penyegelan ini dilakukan agar barang didalam peti kemas tidak dapat diambil, tidak dapat

    dikeluarkan dan tidak dapat diubah tanpa seizin pejabat Bea Cukai. Selain itu, penyegelan juga

    dilakukan apabila penjagaan dan pengawasan yang dilakukan terhadap barang yang ditegah tidak

    dapat dilakukan secara terus menerus.

    Yang dimaksud dengan segel Bea Cukai yaitu kunci, segel dan tanda pengaman yang

    dipergunakan oleh Pejabat Bea dan Cukai dalam penyegelan. Kunci yang dipergunakan sebagai

    segel Bea dan Cukai adalah kunci atau gembok dan anak kunci dengan tanda atau lambang Bea

    dan Cukai dengan nomor pengawas sebagaimana pada gambar di bawah ini.

    Kertas segel yang dipergunakan sebagai segel Bea dan Cukai adalah kertas berperekat/atau

    tidak yang ukuran (45 X 35 cm warna merah) dan (25X10cm merah/kuning) serta (lebar 5 cm,

    dalam rol), bentuk dan isinya sebagai berikut:

  • 5 Segel kancing yang dipergunakan sebagai segel Bea dan Cukai adalah segel kancing dengan tanda atau lambang Bea dan Cukai dengan nomor pengawas.

    Segel kawat dan timah yang dipergunakan sebagai segel Bea dan Cukai denganmenggunakan nomor pengaman (lihat gambar).

  • 6Keterangan :

    - Diameter timah = 12 mm

    - Tebal timah = 5 mm

    (1). Pengawasan yang dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya penyalahgunaan pada peti

    kemas :

    Untuk mengetahui bahwa peti kemas masih sesuai dengan keadaan yang seharusnya,

    pejabat Bea Cukai mengecek segel yang ada pada peti kemas tersebut apakah masih

    dalam keadaan utuh/rusak. Bila utuh maka barang dalam peti kemas tersebut seharusnya

    masih utuh dan tidak hilang. Namun bila segel rusak, maka dapat dicurigai bahwa ada

    tindak pelanggaran yang dilakukan, karena sesuai hakikat pemasangan segel bahwa

    barang yang berada di dalam peti kemas tidak dapat diambil/dikeluarkan apabila pelaku

    tidak merusak segel.

    Oleh karena itu, sesuai pasal 105 Undang-Undang No 17 tahun 2006 tentang perubahan

    atas Undang-Undang No 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, bahwa setiap orang wajib

    menjaga kunci/segel Bea Cukai selalu dalam keadaan baik.

    Bila dengan sengaja dan tanpa hak membuka, melepas, atau merusak kunci, segel atau

    tanda pengaman yang telah dipasang oleh pejabat bea dan cukai, dipidana dengan pidana

    penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun

    dan/atau pidana denda paling sedikit Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling

    banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

    Salah satu ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas adalah rusaknya segel yang dipasang sedemikian rupa pada peti kemas tersebut.

    Pihak yang berwenang untuk menyegel peti kemas atau barang lain adalah Bea Cukai atau instansi lain.

    Pihak yang berwenang untuk membuka segel/kunci pengaman juga hanya Bea dan Cukai (pejabat yang diberi wewenang untuk itu).

  • 7 Bila ada orang yang tanpa hak membuka, atau merusak tanda pengaman bea cukai, maka dapat berakibat pidana.

    (2). Perhatikan Keaslian Nomor Peti Kemas

    Pada peti kemas terdapat suatu ketentuan internasional bahwa tiap peti kemas harus memiliki

    Nomor Peti Kemas. Nomor peti kemas ini berfungsi sebagai Tanda Pengenal Peti kemas

    (Penandaan Peti Kemas). Untuk mengenali sebuah peti kemas, yang dinyatakan di dalam Bill

    of Lading (B/L) dan semua dokumen, dipakai suatu pengenal yang terdiri atas huruf dan

    angka yang disebut marking code. Pengaturan marking code ditentukan oleh ISO sebagai

    berikut :

    Kode pemilik (owner code) : 4 huruf

    Nomor seri (serial number) : 6 angka

    Nomor periksa (check number) : 1 angka

    Kode negara (country code) : 3 huruf

    Ukuran dan tipe (size and tipe) : 4 angka

    Sebagai gambaran jelasnya, maka perhatikan contoh Nomor Peti Kemas dibawah ini:

    DLCU 167435 3 RIX 2 3 1 5

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Keterangan :

    (1) Kode pemilik : peti kemas Djakarta Lloyd

    (2) Nomor seri : 16 ukuran peti kemas

    1 : kode closed container

    6 : kode peti kemas 20 feet

    7435 : nomor peti kemas

    (3) Nomor periksa : 3 dipergunakan untuk memeriksa kebenarannomor seri.

    (4) Kode negara : RIX = Indonesia

    (5) Ukuran peti kemas : 2 3

    2 - kode peti kemas 20 feet

    3 - kode tinggi peti kemas 86

    (6) Tipe peti kemas : 1 5

    1 - kode untuk closed ventilated container

    5 - kode untuk mechanical ventilated

    Adapun penjelasan dari angka digit pertama dari tipe peti kemas :

    0 : closed container

    1 : closed container ventilated

    2 : insulated container

    3 : refrigerated container

    4 : refrigerated container, removable equipment

  • 85 : open top container

    6 : platform

    7 : tank container

    8 : bulk container, catle container, etc

    9 : air container.

    Dari penjelasan mengenai marking code atau Nomor Peti Kemas tersebut, dapat diidentifikasi

    apakah nomor yang tertera pada peti kemas sesuai dengan fisik dari peti kemas yang

    bersangkutan. Sebagai contoh:

    Jika angka digit pertama yang tertera pada ukuran peti kemas adalah angka 2, maka menginformasikan bahwa ukuran peti kemas itu adalah 20 (20 feet). Namun apabila

    kenyataannya tidak sesuai (misalnya ukuran peti kemas tersebut ternyata 40), maka

    dapat dipastikan adanya indikasi pelanggaran berupa pemalsuan nomor peti kemas.

    Jika angka digit pertama yang tertera pada tipe peti kemas adalah angka 0, maka menginformasikan bahwa peti kemas tersebut bertipe closed container (general purpose

    container). Namun apabila kenyataannya tidak sesuai (misalnya tipe peti kemas tersebut

    adalah bulk container), maka dapat dipastikan adanya indikasi pelanggaran berupa

    pemalsuan nomor peti kemas.

    Dari contoh tersebut, maka pejabat Bea Cukai perlu mewaspadai adanya Nomor Peti Kemas

    yang palsu/dipalsukan. Ciri-ciri Nomor Peti Kemas yang asli adalah Nomor Peti Kemas

    tersebut bukan dari tempelan/stiker, dengan kata lain Nomor Peti Kemas asli terbuat bukan

    dari bahan yang bersifat sementara/temporer, melainkan Nomor Peti Kemas tersebut tercetak

    secara permanen pada peti kemas tersebut. Sehingga dapat disimpulkan, apabila pejabat Bea

    Cukai dalam menjalankan tugasnya dilapangan menemukan adanya Nomor Peti Kemas yang

    terbuat dari stiker atau Nomor Peti Kemas asli ditempeli stiker Nomor Peti Kemas yang

    berbeda, maka itu merupakan salah satu ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas, sehingga

    pejabat Bea Cukai bisa mengantisipasinya.

    (3). Perhatikan Kelainan-Kelainan Fisik Peti Kemas

    Selain kedua ciri-ciri fisik yang telah dijabarkan diatas, pejabat Bea Cukai juga perlu

    mengetahui ciri-ciri fisik lainnya untuk mengidentifikasi apakah terdapat penyalahgunaan

    terhadap peti kemas yang bersangkutan. Semakin banyak ciri-ciri fisik yang diketahui, maka

    semakin besar pula peluang bagi pejabat Bea Cukai untuk melaksanakan tugasnya dengan

    baik dan benar dilapangan. Adapun ciri-ciri fisik yang menunjukkan kelainan pada peti kemas

    tersebut antara lain:

  • 9(4). Ada bagian peti kemas yang dilas

    Apabila dilapangan pejabat Bea Cukai menemukan fisik peti kemas yang dilas, maka perlu

    dicurigai bahwa adanya tindak pelanggaran yang dilakukan. Pejabat Bea Cukai perlu

    menduga atau patut diduga bahwa bagian peti kemas yang dilas tersebut merupakan upaya

    pelaku untuk berhubungan kontak dengan barang yang berada di dalam peti kemas tanpa

    merusak segel yang dipasang sedemikian rupa pada pintu peti kemas. Tindakan ini mungkin

    dilakukan selama peti kemas tersebut berada dalam pengangkutan di sarana pengangkut,

    atau pada saat-saat dimana tindakan tersebut memungkinkan untuk dilakukan. Namun perlu

    dilakukan pengamatan maupun penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan bahwa adanya

    bagian fisik peti kemas yang dilas merupakan upaya pelaku secara melawan hukum untuk

    berhubungan kontak dengan barang.

    (5). Nama peti kemas yang dipalsukan

    Sama halnya dengan ciri-ciri pertama diatas, maka pejabat Bea Cukai juga perlu mencurigai

    apabila nama peti kemas dipalsukan, baik menggunakan piloks maupun stiker/tempelan.

    Misalnya, nama peti kemas EVERGREEN diubah menjadi CHANG HONG, dsb. Adanya

    pemalsuan nama peti kemas ini mungkin memiliki maksud tertentu yang berhubungan dengan

    upaya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku, sehingga pejabat Bea Cukai perlu

    mengantisipasi hal ini. Namun pejabat Bea Cukai juga jangan langsung menentukan bahwa

    itu pasti merupakan upaya untuk mengelabui pejabat Bea Cukai sehubungannya dengan

    barang. Mungkin saja itu dilakukan sesuai perjanjian antar pemilik peti kemas yang dilakukan

    bukan dengan maksud melawan hukum, tapi hanya perjanjian bisnis semata, misalnya

    pengalihan kepemilikan peti kemas. Sehingga pejabat Bea Cukai juga perlu melakukan

    penyelidikan lebih lanjut untuk memastikannya.

    Kesimpulan

    Setelah melakukan pembahasan mengenai peti kemas dan ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti

    kemas sebagaimana diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

    Jenis-jenis peti kemas yang digunakan dalam perdagangan internasional meliputi general purpose container, temperature controlled container, open top container, open side container,

    ventilated container, tank container, dry bulk container, dan platform container. Namun jenis

    peti kemas yang paling banyak digunakan dalam kegiatan ekspor impor di Indonesia adalah

    jenis general purpose container.

    Ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas antara lain segel yang rusak, nomor peti kemas yang palsu/dipalsukan, serta adanya bagian peti kemas yang dilas dan nama peti kemas yang

    dipalsukan.

  • 10

    Pejabat Bea Cukai hendaknya memiliki pengetahuan mengenai jenis-jenis peti kemas yang digunakan dalam perdagangan internasional, baik itu jenis peti kemas yang banyak/umum

    digunakan maupun jenis peti kemas yang jarang digunakan.

    Dalam melakukan tugasnya di lapangan, pejabat bea cukai hendaknya mengetahui ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas untuk mengantisipasi adanya tindak pelanggaran yang dilakukan

    oleh pihak-pihak tertentu. ini berkaitan dengan fungsi pengawasan bea cukai terhadap barang

    untuk menghindari adanya pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang nomor 17 tahun

    2006 baik yang mengakibatkan kerugian negara maupun tidak.

    Daftar referensi

    Modul_DTSD_Pengawasan_dan_Penindakan_Kepabeanan. Buku Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan. Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Peti_kemas Internet http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&notab=21 Internet http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&notab=22