indielane magazine

7
INDIELANE 1 DECEMBER 2014 INDIE LANE JANUARy2015 NO.37 Rp25000 | Humanity Movie | | Art and Social Life | | Sound of Truth - Efek Rumah Kaca | | Travel Gear | t h e i n d e p e n d e n t w a y

Upload: gladys-adityafitriani

Post on 16-Jul-2015

114 views

Category:

Lifestyle


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INDIELANE MAGAZINE

INDIELANE

1

DECEMBER 2014

INDIE LANEJANUARy 2015

NO.37 Rp25000

| Humanity Movie | | Art and Social Life |

| Sound of Truth - Efek Rumah Kaca || Travel Gear |

t h e i n d e p e n d e n t w a y

Page 2: INDIELANE MAGAZINE

2

At a moment, we are living in a ‘sharing era’. Kita suka banget sharing segala sesuatu yang menarik tentang apa yang kita lihat atau bahkan tentang kehidupan kita sendiri. I guess that what makes spread information is easy. Dari soft news sampai hard news dengan mu-dah kita dapatkan dan tak jarang ikut berko-mentar walau hanya di social media. Komen-tar atau celetukan itu muncul karena adanya argumentasi atau cara pandang sendiri dalam menyikapi suatu masalah.

1EDITOR’S NOTE|

I ND I E LANE \ JANUARY 2015

CONTENTS|

EYES ON YOUHumanity Movies

02FEATUREArt and Social Life

04MUSIKUSIKSound of Truth

06APPARELTravel Gear

08

Makanya di edisi kali ini INDIELANE akan ngomon-gin tentang penyaluran aspirasi dan argumentasi dengan cara yang beda hingga bisa menjadi se-buah karya. Tapi apakah karya itu akan membuat

suatu perubahan kepada kehidupan sosial kita? Hmm.... so enjoy the issue!

Gladys A.

Page 3: INDIELANE MAGAZINE

Kini perfilman Indonesia sudah semakin berkembang. Tidak hanya film yang di bawah naungan rumah produksi, ada juga film indie

yang tidak kalah banyak peminatnya. Selain itu, kreatifitas insan muda perfilman tidak hanya sampai disitu, kini banyak bermunculan film-film pendek yang tersebar melalui situs jejaring sosial, YouTube.

Tidak jarang pula, film itu dijadikan sebagai alat untuk mengkritik golongan ter-tentu. Seperti beberapa film berikut yang mengangkat tema kemanusian dan masa-lah sosial dalam ide ceritanya.

Bercerita tentang ke-hidupan kota Jakarta dan potret Indonesia dari sudut pandang pengamen jalanan, Titi, Boni, dan Ho. Film yang memiliki konsep dokumenter ini men-gangkat keseharian ketiga musisi jalanan tersebut. Ke-hidupan mereka yang terping-girkan di tengah hiruk-pikuk megahnya ibukota, direkam secara jelas tanpa rekayasa. Film yang rampung dalam enam tahun ini menelu-suri suka duka kehidupan, kon-flik percintaan, kesederhanaan pernikahan, hingga dorongan seksual sebagai kebutuhan. Alur cerita yang adapun be-nar terjadi, sehingga penon-ton dapat merasakan emosi yang dirasakan oleh ketiganya. Perbedaan antar ke-las sosial terlihat dengan jelas dalam film yang disutradarai oleh Daniel Ziv. Di tengah glo-balisasi kota metropolitan ini ternyata masih ada segelintir kaum yang tersingkirkan bahkan jauh dari layak untuk hidup nya-man. Namun kegigihan ketiga musisi jalanan ini menunjukan bahwa siapapun pantas un-tuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Karena mere-ka juga manusia biasa yang memiliki impian dalam hidup. Lagu-lagu untuk sound-track film yang rilis di tahun 2013 ini menggunakan karya ketiga musisi tersebut. Dengan berb-agai latar belakang kehidupan yang berbeda, membuat lagu-lagu itu sangat berkarakter. Lirik yang sederhana namun menceritakan dengan jelas kon-flik yang terjadi dari ketiganya.

JalananDaniel Ziv / 2013

Sebuah film doku-menter yang menceritakan tentang kehidupan dari anak-anak ‘Good Morning School’ yang berada di kebupaten Mae Sot, Thailand. Mae Sot adalah kota perbatasan antara Negara Thailand dan Burma. Film yang disutra-darai oleh Stuart Cameron ini menelusuri keadaan Mae Sot yang menjadi tempat di-mana banyak warga Burma melarikan diri agar dapat be-bas dari rasa takut dan men-cengkam dari ancaman yang dilakukan oleh militer Burma. Kenyataan pahit dicer-itakan keadaan mereka yang sulit untuk memenuhi hak edukasi, karena ban-yak warga Mae Sot tidak memiliki kewarganegaraan. Semangat positif yang mengalir dari dalam diri anak-anak Mae Sot membawa pada pelajaran untuk lebih mema-hami tekad kuat sebagai kara-kter terbaik dalam diri manusia.

All you need is loveStuart Cameron / 2014

Menceritakan tentang suatu keluarga korban pemban-taian massal 1965 di Sumatera Utara. Dengan konsep doku-menter, film ini menekankan tanda tanya besar yang masih dipegang oleh keluarga ten-tang bagaimana anak mere-ka dibunuh dan oleh siapa. Film yang disutra-dari oleh Joshua Oppenhe-imer ini mengikuti perjalanan Adi, seorang adik dari korban pembunuhan tersebut dalam menemui pelaku pembunuh kakaknya. Tidak ada rasa den-dam yang dibawa oleh Adi, na-mun keinginan untuk memec-ahkan pertanyaan yang selama ini menyelimuti keluarganya. Melalui film yang dirilis pada 10 November 2014 lalu, Adi bertekad untuk mencari kejelasan tentang kakaknya diceritakan kepada orang tuan-ya yang kini sudah lansia. Bag-inya, sudah cukup lama ibunya memendam rasa sakit dan pe-dih atas kepergian kakaknya itu. Walaupun terdapat ban-yak kontradiksi dari berbagai pihak tentang penayangannya, film ini berhasil mendapatkan 5 penghargaan internasional den-gan 8 kategori yang berbeda. Dokumenter ini menceritakan kesenyapan dan ketakutan yang dialami oleh keluarga korban.

SenyapJoshua Oppenheimer / 2014

3EYES ON YOU|

I ND I E LANE \ JANUARY 2015I ND I E LANE \ JANUARY 2015

Page 4: INDIELANE MAGAZINE

Seni dan kehidupan so-sial merupakan dua hal yang hubungannya mengantarkan kita pada polemik kebenaran terjadinya perkembangan seni. Tak jarang seni hanya sekedar dijadikan hiburan dan dinikmati layaknya secangkir teh di pagi hari.Wanita cantik bernama Kinan yang sudah lama memadukan kehidupannya dengan seni ini menyatakan bahwa perkem-bangan seni di masyarakat In-donesia sekarang sudah jauh lebih baik. “Kalau dulu membic-arakan seni, pakemnya akan merujuk ke konvensional. Tapi, semenjak kita melihat perkem-

bangan teknologi dan internet sekarang, masyarakat sekara-ng punya ruang tersendiri untuk menikmati seni itu,” jawabnya melalui pesawat telepon.Bagaikan sebalok es yang men-cair pada gelas, kini seni juga sudah melebur sesuai wadah-nya. “Ketika kita berbicara ko-medi Indonesia, pakem yang di pakai adalah komedi ala ludruk; makanya sempat heboh tayan-gan OVJ dengan gaya komedi satir. Setelah itu, bentuk ko-

medi mencair dan muncul den-gan rasa baru seperti stand-up comedy, meme sampai speech composing,” ujar Kinan. Bagin-ya, meme adalah ruang bebas-ekspresif seni untuk kategori Netizen. Hal itu memunculkan komedi renyah, sarkastik tapi pintar. “Sampai terkadang gue liat beberapa meme yang kea-jaiban pola berpikir komedinya sudah menuju titik moksa”, tam-bahnya.Sejalan dengan Kinan, dua pria yang sedang menjalankan studi desain memiliki jawaban yang sama saat ditanya perihal perkembangan seni di Indone-sia saat ini. Achmad yang biasa

dipanggil Ading ini mengatakan bahwa perkembangan seni sekarang sangat dipengaruhi dengan modernisasi. “Karena semakin modernnya zaman, semakin banyak anak muda kreatif yang bisa menghasilkan karya dalam bentuk apapun tanpa dibatasi waktu dan ma-teri”, jelas Ading. Dalam kes-empatan yang berbeda, Rach-mad Sumantri atau Ape juga berpendapat kalau perkemban-gan semakin beragam baik dari

segi media untuk menyalurkan apa yang disebut seni, penggiat ataupun penikmatnya kini juga bertambah banyak, “Karena emang faktor informasi yang sekarang mudah didapat itu membantu perkembangan seni untuk dikenal.”Dengan kata lain, kemajuan za-man membuat perkembangan seni semakin luas, salah satunya adalah internet yang mendomi-nasi jiwa berkesenian. Ruang maya ini menjadi forum publik yang dekat dengan masyarakat, contohnya: Instagram sebagai media seni fotografi, Vine dan Youtube sebagai media seni video/sinematografi, Twitter se-

bagai media seni dalam menu-lis, 9gag sebagai media seni komedi. “Melalui seni berinter-net, masyarakat diajarkan juga untuk kritis terhadap seni dan awas terhadap perkembangan seni, dimana semenjak adanya media sosial ini menghantarkan masyarakat berlaku kritis terha-dap kebebasan bebicara. Con-tohnya perang komen di sosial media terhadap saru postingan tertentu hingga twitwar”, tam-bah Kinan.

Saat perkembangan seni itu sudah menunjukan perubahan yang lebih baik, kendala masih tetap ada. Perihal pemahaman masyarakat terhadap seni juga menjadi salah satu tolak ukur sejauh mana perkembangan itu berjalan. Menurut Kinan, pema-hanan masyarakat terhadap seni masih terbagi-bagi. “Ketika membicarakan film, mungkin 75 persen masyarakat Indonesia sudah pasti nonton Petualan-gan Sherina atau AADC, tapi ketika di tanya apa mereka su-dah nonton Soe Hok Gie, mung-kin yang jawab sudah cuma 20-35 persen. Nah, terlihat disitu bagaimana seni masih punya golongan”, ujar wanita jurusan penulisan scenario ini.Pemahaman terhadap seni ter-gantung dari siapa yang menik-mati seni itu sendiri. Masyar-akat cenderung akan menikmati suatu hal yang mereka kenal. Pendapat tersebut juga dis-etujui oleh Ading. Menurutnya, masyarakat sudah tahu apa itu seni walaupun tidak semuanya mengerti arti yang tersirat kare-na seni dapat diartikan secara luas.Walaupun industri kreatif se-makin berkembang, ruang atau tempat untuk mengekspresikan seni itu sendiri itu masih bisa dibilang belum banyak. Mung-kin hal itu juga yang membuat pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap seni

masih kurang. Sebenarnya ruang seperti itu dibutuhkan tidak hanya menjadi tempat temu antara pelaku dan penik-mat seni, namun kesempatan untuk memasyarakatkan seni itu sendiri.Karena umumnya event atau pameran seni hanya diketahui oleh golongan tertentu saja. Penyebaran informasi tersebut juga masih kurang. Maka den-gan hadirnya artspace yang terbuka untuk umum dan da-pat diakses siapapun menjadi poin penting dalam perkem-bangan seni dan kemajuan pemahaman terhadap seni. Hal itu disetujui oleh Kinan, Ading, Ape. “Masyarakat butuh ruang berkesenian selain media Inter-net tadi. Dimana berkesenian pun butuh interaksi fisik - Face-to-face. Ada gelombang yang menyalurlan interaksi pola fikir, rasa dan sentuhan secara lang-sung”, tambah Kinan.Ternyata perkembangan seni itu memang terjadi walaupun pemahaman terhadap seni tidak mengiringi dengan seim-bang. Tak banyak yang sadar bahwa seni bisa digabungkan dengan beberapa unsur ilmu sosial, politik, media bahkan sampai pengamatan kritis ter-hadap isu-isu di perkotaan. Dan yang terpenting adalah ke-butuhan masyarakat terhadap ruang seni yang bisa mencakup semua golongan.

Art is not merely an imitation of the reality of nature, but

in truth a metaphysical supplement to the reality of nature,

placed alongside thereof for its conquest.

Friedrich Nietzsche

A r t & S o c i a l L i f e

in Indonesia

5Feature|

I ND I E LANE \ JANUARY 2015 I ND I E LANE \ JANUARY 2015

Achmad FadilahDKV, IKJ

KinantiFakultas FFTV, IKJ 2009

Rahmad SumantriDesain Multimedia, Sekolah

Tinggi Desain Interstudi

4|Feature

Page 5: INDIELANE MAGAZINE

Sudah menjadi pola pikir banyak orang dalam menyuarakan aspirasi itu harus dilakukan dengan cara berteriak di de-

pan umum bahkan sampai menimbulkan ker-ibutan. Namun hal itu tidak dilakukan oleh Band Efek Rumah Kaca dalam menyuarakan pendapatnya. Mereka menciptakan sebuah lagu tentang pahlawan Hak Asasi Manusia yaitu, Munir, berjudul Di Udara.

Lagu yang digarap oleh Cholil, Akbar, dan Adrian ini menceritakan tentang seorang pejuang se-jati yang menumpahkan seluruh hidupnya untuk membela kaum yang teraniaya. Pejuang yang di-

maksudkan adalah Munir Said Thalib, aktifis HAM, yang lantang menyuarakan pembelaan untuk kasus kekerasan yang dialami oleh warga sipil. Munir yang meninggal pada 7 Semptember 2004 ini juga tidak pernah takut dengan teror dan ancaman yang datang dari para oknum yang melakukan pelanggaran HAM.

Keberanian pada diri Munir itu diceritakan dengan jelas melalui lirik yang ditulis oleh Cholil, vokalis band Efek Rumah Kaca. Salah satu baitnya adalah “Aku sering diancam juga teror mencekam, Kerap ku disingkir-kan sampai dimana kapan”, itu menjelaskan bahwa sebagai seorang aktifis yang meny-uarakan kebenaran sering mendapatkan per-lakuan yang tidak menyenangkan, apalagi pada masa itu pemerintahan kita dalam masa yang tidak tenang.

Tidak hanya itu, band yang berbasis indie asal Jakarta ini menjelaskan juga bahwa para ak-tifis yang membela kebenaran dan membela kaum yang mendapat kekerasan ini sering diperlakukan secara tidak manusiawi. Mela-lui lirik “Ku bisa dibuat menderita, aku bisa dibuat tak bernyawa, di kursi-listrikkan ataupun ditikam” itu menceritakan hal apa saja yang biasa para aktifis ini dapatkan dari mereka yang tidak suka dengan yang aktifis lakukan.

Bagi Cholil, niat yang mulia untuk men-egakkan kebenaran dan hak-hak asasi manu-sia menuntun para aktifis itu untuk tak takut dengan kematian. Mesti mendapatkan ban-yak tekanan yang membahayakan nyawanya tapi sosok-sosok seperti ini tak akan mati dan akan terus bermunculan. Pendapatnya terse-but dijelaskan dalam bait “Tapi aku tak per-nah mati, Tak akan berhenti”.

Lagu yang digarap oleh band yang terbentuk pada tahun 2001 ini memang banyak mendap-atkan apresiasi luar biasa dari berbagai lapisan masyarakat khususnya para pecinta musik berkualitas.

Lagu dengan judul “Di Udara” ini mengartikan tentang Munir yang dibunuh di dalam pesawat dalam penerbangannya menuju Amsterdam, Belanda. Seluruh lirik yang ada di dalam lagu ini untuk mengenang jasa-jasa sang pahlawan HAM tersebut.

Hal itu membuktikan bahwa dalam menyuar-akan aspirasi atau pendapat itu tidak harus dengan melakukan demo bahkan kekerasan. Hal tersebut dapat disalurkan melalui hal yang kita senangi, contohnya adalah musik.

Dengan begitu muncul lah karya yang berkuali-tas yang akan sangat dihargai oleh banyak orang dan makna dibalik karya tersebut akan mudah dimengerti.

7MUSIKUSIK|

I ND I E LANE \ JANUARY 2015I ND I E LANE \ JANUARY 2015

D I U D A R Aaku tak pernah mat i , tak akan berhent i .

Page 6: INDIELANE MAGAZINE

PAntARA adalah sebuah clothing line yang menawarkan pakaian dengan design yang meningkatkan adrenalin untuk berpetualang. T-shirt dengan berbagai warna didesign dengan berbagai tu-lisan yang menunjukan bahwa si pemakai adalah seorang petualang yang haus akan tantangan dan suka dengan kebebasan. Brand yang mempunyai tagline “Move and Learn” ini juga menyuguhkan berbagai tema pada tiap designnya, dari yang bertemakan musim panas, kutipan, sampai mengangkat tema Indonesia. Selain itu, bahan yang digunakan pun dibuat senya-man mungkin untuk melaku-kan aktifitas selama perjalanan.Jadi, penggunanya akan tetap merasa nyaman walaupun se-dang berpetualang.

HUmblezIng hadir dengan mengkhususkan pada jaket dan pakaian luar. Pa-kaian yang ditawarkan memiliki ciri khas sendiri, baik dari bahan sampai model. Tapi hal itulah yang membedakan Humblez-ing dengan brand lain. Brand lokal asal Bandung ini juga menyiapkan produknya untuk digunakan dalam segala aktifitas termasuk melakukan perjalanan. Model dan warna yang unik membuat produk ini lebih menarik dengan memiliki kegunaan yang berbeda. Karena itu tak jarang ja-ket atau outer dari Humblezing dijadikan salah satu pilihan uta-ma sebagai pakaian untuk ber-petualang dengan harga yang pas dikantong.

8|APPAREL

Pakaian menjadi salah satu hal penting untuk melengkapi kegiatan. Seperti halnya dalam melakukan perjalanan atau berlibur, pakaian disiapkan untuk beraktifitas dengan nya-man. Tak heran sekarang banyak clothing line yang mem-produksi pakaian khusus untuk traveling, seperti dua brand lokal ini yang sudah banyak dikenal dengan branding “travel ware”.

TRAVELGEAR

I ND I E LANE \ JANUARY 2015

Page 7: INDIELANE MAGAZINE