indeks harga saham gabungan
TRANSCRIPT
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut
juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks
pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek
Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator
pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham
biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG
adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai
Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang mengukur harga
saham yang dijual di bursa. Secara garis besar merupakan suatu alat ukur/indikator
dari pergerakkan harga-harga saham yang ditransaksikan di suatu bursa efek dalam
kurun waktu tertentu. Bagi investor, IHSG dapat dijadikan suatu pedoman dalam
mengambil keputusan berinvestasi namun ini tidak mutlak harus diikuti karena dalam
memutuskan untuk membeli atau menjual saham hendaknya berdasarkan informasi
yang tepat dan matang, tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan jangka waktu yang
ditetapkan.
IHSG merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian suatu Negara.
Naik turunnya IHSG menunjukkan naik turunnya minat investasi, khususnya yang
dilakukan melalui lantai bursa. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk investasi lain,
investasi di lantai bursa memang lebih genuine dalam mengukur minat publik dalam
berinvestasi. IHSG bisa menunjukkan kemampuan lingkungan ekonomi dalam menarik
minat investor. Secara sederhana naiknya IHSG menggambarkan bahwa lingkungan
ekonomi tampak semakin menarik bagi investor.
I. Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX))
merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi,
Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar
saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. [1] Bursa
hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.[2] [3]
BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading
System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan
sebelumnya.[4] Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan
dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX.
Bursa Efek Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman, Jl. Jend. Sudirman
52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara
terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks-
indeks tersebut adalah sebagai berikut :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan
Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa
Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu
atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar
pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat
tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara
kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham
Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran
pergerakan IHSG.
2. Indeks Sektoral
Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing-
masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor
Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi,
Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur.
3. Indeks LQ45
Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-
kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan
setiap 6 bulan.
4. Jakarta Islmic Index (JII)
Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang
masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh
Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
5. Indeks Kompas100
Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-
kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan
setiap 6 bulan.
6. Indeks BISNIS-27
Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27.
Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih
berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan
Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.
7. Indeks PEFINDO25
Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25.
Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi
pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small
Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan
Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti:
Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini
akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor
likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik.
8. Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah
kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan
memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada
emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha
berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan
menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25
saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-
kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.
9. Indeks Papan Utama
Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan
Utama.
10. Indeks Papan Pengembangan
Mengguanakn saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan
Pengembangan.
11. Indeks Individual
Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.
II. Metode Perhitungan IHSG
Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang
tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total
perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam
program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula
perhitungannya adalah sebagai berikut:
dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler,x adalah Jumlah Saham,
dan d adalah Nilai Dasar.
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa
yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan
secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain
yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada
tambahan emiten baru, HMETD (right issue) partial/ company listing, waran
dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split,
dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai
Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG
adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi
berdasarkan sistem lelang.[1]
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan
setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat
dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat
dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.
III. Komponen IHSG
Inilah komponen-komponen yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia. Ada 9
sektor yang mencantumi komponen-komponennya, antara lain pertanian,
pertambangan, industri dasar, aneka industri, industrei barang konsumsi,
property, infrastruktur, keuangan dan perdagangan, dan lain-lain. Semua
emiten yang tercatat di BEI juga tercatat tergantung dengan tipe usahanya dan
likuidasinya sendiri.
A. Pertanian
1. Tanaman Pangan
BISI International Tbk
2. Perkebunan
Astra Agro Lestari Tbk
Gozco Plantations Tbk
PP London Sumatra Tbk
Sampoerna Agro Tbk
SMART Tbk
Tunas Baru Lampung Tbk
Bakrie Sumatra Plantations
Tbk
3. Peternakan
Cipendawa Tbk
Multibreeder Adirama Ind.
Tbk
4. Perikanan
Central Proteinaprima Tbk
Dharma Samudera Fishing
International Tbk
Inti Agri Resources Tbk
5. Lainnya
Bumi Teknoultra Unggul Tbk
B. Pertambangan
1. Pertambangan Batu Bara
Adaro Energy Tbk
ATPK Resources Tbk
Bumi Resources Tbk
Bayan Resources Tbk
Indo Tambangraya Megah
Tbk
Resource Alam Indonesia
Tbk
Perdana Karya Perkasa Tbk
Tambang Batubara Bukit
Asam Tbk
Petrosea Tbk
2. Pertambangan Minyak dan
Gas
Apexindo Pratama Duta Tbk
Elnusa Tbk
Energi Mega Persada Tbk
Medco Energi International
Tbk
Radiant Utama Interinsco
Tbk
3. Pertambangan Logam dan
Mineral lainnya
Aneka Tambang (Persero)
Tbk
Cita Mineral Investindo Tbk
International Nickel Ind. Tbk
Timah Tbk
4. Pertambangan Batu-batuan
Central Korporindo Int'l Tbk
Citatah Industri Marmer Tbk
Mitra Investindo Tbk
C. Industri Dasar & Kimia
1. Semen
Indocement Tunggal Prakasa
Tbk
Holcim Indonesia Tbk
Semen Gresik (Persero) Tbk
2. Keramik, Perselen, dan Kaca
Asahimas Flat Glass Tbk
Arwana Citramulia Tbk
Intikeramik Alamasri Inds.
Tbk
Keramika Indonesia
Assosiasi Tbk
Mulia Industrindo Tbk
Surya Toto Indonesia Tbk
3. Logam dan Sejenisnya
Alumindo Light Metal Inds.
Tbk
Betonjaya Manunggal Tbk
Citra Tubindo Tbk
Indal Aluminium Industry
Tbk
Itamaraya Gold Industri Tbk
Jakarta Kyoei Steel Works
Tbk
Jaya Pari Steel Tbk
Lion Metal Works Tbk
Lion Mesh P. Tbk
Pelangi Indah Canindo Tbk
Tembaga Mulia Semanan
Tbk
4. Kimia
Budi Acid Jaya Tbk
Duta Pertiwi Nusantara Tbk
Ekadharma International
Tbk
Eterindo Wahanatama Tbk
Intanwijaya Internasional
Tbk
Sorini Agro Asia Corporindo
Tbk
Indo Acidatama Tbk
Tri Polyta Indonesia Tbk
Unggul Indah Cahaya Tbk
5. Plastik dan Kemasan
Aneka Kemasindo Utama
Tbk
Argha Karya Prima Inds. Tbk
Asiaplast Industries Tbk
Berlina Tbk
Dynaplast Tbk
Titan Kimia Nusantara Tbk
Kageo Igar Jaya Tbk
Leyand International Tbk
Sekawan Intipratama Tbk
Siwani Makmur Tbk
Tunas Alfin Tbk. (A)
Tunas Alfin Tbk. (B)
Trias Sentosa Tbk
Yanaprima Hastapersada
Tbk
6. Pakan Ternak
Charoen Pokphand
Indonesia Tbk
Japfa Tbk
Malindo Feedmill Tbk
Sierad Produce Tbk
7. Kayu dan Pengolahannya
Barito Pacific Tbk
Daya Sakti Unggul Tbk
Sumalindo Lestari Jaya Tbk
Tirta Mahakam
Resources Tbk
8. Pulp dan Kertas
Fajar Surya Wisesa Tbk
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
Toba Pulp Lestari Tbk
Kertas Basuki Rachmat Ind.
Tbk
Surabaya Agung Industry P.
Tbk
Suparma Tbk
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
D. Aneka Industri
1. Otomotif dan Komponennya
Astra International Tbk
Astra Otoparts Tbk
Indo Kordsa Tbk
Goodyear Indonesia Tbk
Gajah Tunggal Tbk
Indomobil Sukses Int'l Tbk
Indospring Tbk
Multi Prima Sejahtera Tbk
Multistrada Arah Sarana Tbk
Nipress Tbk
Prima Alloy Steel Tbk
Selamat Sempurna Tbk
Allbond Makmur Usaha Tbk
Sugi Samapersada Tbk
2. Tekstil dan Garmen
Polychem Indonesia Tbk
Argo Pantes Tbk
Saham Seri B (Centex) Tbk
Centex (Preferen) Tbk
Delta Dunia Petroindo Tbk
Eratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Inds. Tbk
Panasia Indosyntec Tbk
Indorama Syntetics Tbk
Karwell Indonesia Tbk
Hanson International Tbk
Saham Seri B Hanson Int'l
Tbk
Apac Citra Centertex Tbk
Panasia Filament Inti Tbk
Pan Brothers Tex Tbk
Polysindo Eka Perkasa Tbk
Roda Vivatex Tbk
Ricky Putra Globalindo Tbk
Sunson Textile Manufacture
Tbk
Teijin Indonesia Fiber Tbk
Nusantara Inti Corpora Tbk
Unitex Tbk
3. Alas Kaki
Primarindo Asia
Infrastructure Tbk
Sepatu Bata Tbk
Surya Intrindo Makmur Tbk
4. Kabel
KMI Wire and Cable Tbk
Jembo Cable Company Tbk
Kabelindo Murni Tbk
Supreme Cable
ManufacturingCompany Tbk
Sumi Indo Kabel Tbk
Voksel Electric Tbk
5. Elektronika
Sat Nusapersada Tbk
6. Lainnya
Ratu Prabu Energi Tbk
Asia Natural Resources Tbk
First Media Tbk
Myoh Technology Tbk
E. Industri Barang Konsumsi
1. Makanan dan Minuman
Ades Waters Indonesia Tbk
Aqua Golden Mississippi Tbk
Cahaya Kalbar Tbk
Davomas Abadi Tbk
Delta Djakarta Tbk
Indofood Sukses Makmur
Tbk
Mayora Indah Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
Prasidha Aneka Niaga Tbk
Sekar Bumi Tbk
Sekar Laut Tbk
Siantar Top Tbk
Tiga Pilar Sejahtera Tbk
Ultra Jaya Milk Tbk
2. Rokok
BAT Indonesia Tbk
Bentoel International Tbk
Gudang Garam Tbk
H M Sampoerna Tbk
3. Farmasi
4. Kosmetik dan Barang
Keperluan Rumah Tangga
5. Peralatan Rumah Tangga
IV. Faktor Naik Turunnya IHSG
Naik turunnya IHSG sangat dipengaruhi oleh harga saham. Kenaikan atau
penurunan tajam harga satu saham memang berpengaruh terhadap
pergerakan IHSG. Namun seberapa besar kenaikan itu mempengaruhi IHSG
tergantung pada bobot saham tersebut.Kenaikan atau penurunan IHSG sangat
bergantung pada pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar. Berangkat
dari sinilah kemudian muncul beberapa saham yang disebut-sebut sebagai
motor penggerak IHSG. Sebut saja saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(TLKM). Saham ini memiliki saham tercatat mencapai 20,159 miliar saham.
Dengan harga saat ini sebesar Rp 8.700, maka kapitalisasi pasar TLKM mencapai
Rp 175,383 triliun. Nilai itu mencapai 10% dari total nilai kapitalisasi pasar
seluruh saham di BEI yang masuk dalam penghitungan IHSG. Kapitalisasi pasar
BEI saat ini sekitar Rp 1.700 triliun. Dengan kapitalisasi pasar sebesar itu,
kenaikan atau penurunan harga sebesar Rp 50 poin saja akan memberikan
pengaruh pada level IHSG.Saham TLKM memang tercatat sebagai saham
dengan kapitalisasi terbesar di BEI. Lain halnya dengan saham PT Bakrie &
Brothers Tbk (BNBR). Saham BNBR yang tercatat di BEI mencapai 93,721 miliar
saham, jauh lebih besar dari TLKM. Akan tetapi, harga saham BNBR saat ini
sebesar Rp 127 yang berarti nilai kapitalisasi pasar BNBR sebesar Rp 11,902
triliun. Angka tersebut tidak sampai 1% dari kapitalisasi pasar BEI. Jadi,
meskipun BNBR mengalami kenaikan harga atau penurunan harga sebesar 35%
pun tidak akan memberi pengaruh besar terhadap perubahan level IHSG. Lain
halnya jkalau suatu saat harga saham BNBR mencapai Rp 5.000, dapat
dipastikan kenaikan atau penurunan tipis harga saham BNBR akan memberi
pengaruh besar pada level IHSG.
Oleh sebab itu, jika level IHSG naik tajam, dapat dipastikan hal itu didorong oleh
kenaikan harga-harga saham berkapitalisasi besar atau yang lebih dikenal
sebagai Big Cap. Jadi wajar saja, kalau saham TLKM naik tajam, level IHSG pun
akan terkerek naik secara tajam pula. Kelemahan penghitungan ini adalah
karena rumus ini memasukkan saham-saham yang kurang aktif diperdagangkan
serta memasukkan faktor bobot atau jumlah saham secara keseluruhan dalam
penghitungannya. Contohnya, saham TLKM hanya ditransaksikan sebanyak 1
lot dan mengalami kenaikan sebesar Rp 300 hari ini. Kapitalisasi pasar yang
terbentuk mewakili seluruh 20,159 miliar saham TLKM. Jadi level IHSG sudah
pasti akan terangkat. Dan metode ini ikut memasukkan saham-saham yang
kurang aktif diperdagangkan, malah terkadang tergolong saham tidur. Ini akan
memangkas representasi pasar IHSG secara riil, karena saham-saham yang tidak
ditransaksikan ikut dimasukkan dalam penghitungannya.
V. Efek Redenominasi pada IHSG
Redenominasi adalah penyederhanaan atau pengurangan nominal mata uang
Rupiah tanpa memotong nilai tukar mata uang itu sendiri. Biasanya dilakukan
pengurangan beberapa angka nol. Misalnya kalau dihilangkan 3 angka nol.
Uang Rp 1.000 menjadi Rp 1, Rp 10.000 menjadi Rp 10, Rp 50.000 menjadi Rp
50. Misalnya Anda memiliki uang 5 juta rupiah. Saat ini uang tersebut bisa
digunakan untuk membeli smartphone Blackberry keluaran terbaru. Bila tejadi
redenominasi, uang Anda menjadi 5000 rupiah. Tapi uang 5000 rupiah tersebut
bisa tetap dibelikan Blackberry keluaran terbaru, karena harga ponsel tersebut
juga menjadi Rp 5000. Secara umum dapat dikatakan bahwa kekayaan Anda
tetap.
Karena hanya berupa perubahan pencatatan, maka tidak akan ada efek pada
transaksi saham di IHSG. Misalnya saham ANTM menjadi 2 rupiah dari
sebelumnya 2000 rupiah. Yang agak merepotkan adalah saham murahan
seperti BNBR, harga gocap. Solusinya kemungkinan adalah reverse stock, dan
penggunaan nominal beberapa angka di belakang angka (sen rupiah). Ini dari
segi teknis. Kalau dari segi yang lain, misalnya masyarakat tidak siap, bisa jadi
terjadi rush, atau gejolak ekonomi, tergantung dari sosialisasi BI.
VI. IHSG di Tahun 2010
Pada hari terakhir perdagangan saham Kamis (30 Desember 2010) IHSG ditutup
naik 4.20 poin (0,12%) ke level 3.703,51. Pada akhir tahun 2010 perdagangan
IHSG cenderung lambat dan harapan investor akan window dressing yang
signifikan tidak terpenuhi. Namun bagaimana pun, IHSG di tahun 2010
merupakan bursa terbaik di Asia Pasifik, dengan kenaikan 46,13% dari awal
tahun.
Sepanjang 2010, IHSG pernah menyentuh level terendah di 2.475,57 pada
tanggal 8 Februari lalu. Sedangkan level tertinggi terjadi pada tanggal 9
Desember di level 3,786.10. Sedangkan IHSG pertama kali melewati level 3.000
terjadi pada Jul 21 di level 3.013,40 meskipun setelah itu sempat kembali ke
level 3.000.
Di tahun 2010 ada 23 emiten baru yang tercatat di BEI. Rata-rata transaksi
harian mencapai Rp4,8 triliun pada 2010. Nilai kapitalisasi pasar pun naik
60,63% dari akhir Desember 2009 Rp2.019 triliun menjadi Rp3.243 triliun pada
akhir Desember 2010. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun naik 46,13%
menjadi 3.703.512 pada penutupan perdagangan saham Kamis (30/12).
VII. Prospek IHSG di tahun 2011
Banyak analis yang optimis kalau IHSG akan bergerak lebih tinggi lagi di tahun
2011. Mereka memperkirakan IHSG bisa mencapai level 4500-5500. Berikut
adalah beberapa hal yang bisa mendorong IHSG lebih tinggi lagi:
1. Tahun 2010 ekonomi tumbuh 5,9%, sejalan dengan target pertumbuhan
2010 sebesar 5,8%. Pemerintah sendiri optimis di tahun 2011 diperkirakan
pertumbuhan mencapai 6,3%. Pertumbuhan yang tinggi didorong oleh
ekspor terutama migas dan komoditas, konsumsi dalam negeri yang tinggi,
dan belanja pemerintah terutama di proyek infrastruktur.
2. Indonesia tinggal selangkah lagi menuju level investment grade. Di bulan
Oktober, lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poor's (S&P)
menaikkan sovereign outlook Indonesia dari 'stabil' ke 'positif'. Indonesia
pun kini tinggal selangkah lagi menuju 'Investment Grade'. Kenaikan
outlook Indonesia itu terjadi setelah lembaga pemeringkat lainnya, Moody's
jga menaikkan sovereign rating Indonesia dari 'Ba3' menjadi
'Ba2'. Diharapkan di tahun 2011, peringkat Indonesia akan lebih baik lagi,
sehingga dana asing lebih banyak yang meluncur ke Indonesia.
Walaupun sepertinya nasib perekonomian Indonesia akan lebih baik lagi tahun
depan, kita harus tetap waspada karena ada banyak tantangan yang akan
dihadapi Indonesia:
1. Inflasi. Diperkirakan inflasi tahun 2011 akan lebih tinggi dari 2010. Hal ini
dipicu kenaikan harga komoditas seperti harga pangan. Bila rencana
pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jadi dilaksanakan hal tersebut
juga bisa mendorong inflasi lebih tinggi lagi. Inflasi tinggi akan membebani
keuangan perusahaan.
2. Jangan lupakan krisis finansial dunia yang masih belum tuntas. Krisis utang
Eropa mungkin masih bisa membesar, dan merebak ke negara seperti
Portugal. Ekonomi Amerika juga masih loyo. Defisit anggaran semakin besar
dan pengangguran masih tinggi. Hal ini bisa menjadi bom waktu bagi
perekonomian dunia.
3. Tahun ini ekonomi dunia diprediksi cuma tumbuh 3%, sedangkan 2010
pertumbuhan 3,7%, penyebabnya Cina mengerem pertumbuhan. Hal ini
mungkin menekan permintaan komoditas, termasuk dari Indonesia.
4. Penggerak IHSG selama ini adalah hot money. Dana asing belum banyak
masuk ke sektor riil di bandingkan dengan sektor finansial, karena banyak
hal seperti infrastruktur yang masih jelek, birokrasi dll. Hot money ini
berpeluang keluar dari Indonesia kalau ekonomi global menjadi pulih
5. Secara valuasi, IHSG sudah kemahalan. Di tahun 2010 IHSG sudah naik
46,13% menjadi 3.703.512 pada penutupan perdagangan tahun 2010. Hal
ini menjadikan investasi saham di Indonesia lebih berisiko dibanding negara
Asia lain. PER IHSG sampai tanggal 6 Desember 2010 adalah 18,18.
Perbandingan dengan bursa regional dan global lain dapat dilihat di tabel di
bawah ini.
Bursa Indeks % (YTD) P/E 2010
IHSG 3.722 46,88 18,18
Strait Times (Singapore) 3.192 10,16 15,53
Nikkei 225 (Japan) 10.141 -3,84 17,75
Hang Seng (HK) 23.428 7,11 14,73
Dow Jones (AS) 11.362 8,96 13,34
Shang Hai (Cina) 2.875 -12,24 16,27
FTSE 100 (Eropa) 5.774 6,68 11,68
BSE Sensex (India) 19.944 14,20 18,89
Brazil Bovespa (Brazil) 69.551 1,40 13,32
PENDAHULUAN
Apa saja yang terjadi di dunia ini pasti akan mengalami naik-turun dalam tiap-
tiap momen. Kita bisa mengetahui naik turunnya kegiatan itu melalui indeks. Indeks
pada dasarnya merupakan suatu angka yang dipergunakan untuk membandingkan
suatu kegiatan yang sama tetapi dengan waktu ang berbeda. Dalam materi ini yang
kita bahas adalah IHSG.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu indeks pasar
saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. IHSG adalah indeks yang mengukur
harga saham yang dijual di bursa. Secara garis besar merupakan suatu alat ukur/
indikator dari pergerakkan harga-harga saham yang ditransaksikan di suatu bursa efek
dalam kurun waktu tertentu. Bagi investor, IHSG dapat dijadikan suatu pedoman
dalam mengambil keputusan berinvestasi namun ini tidak mutlak harus diikuti karena
dalam memutuskan untuk membeli atau menjual saham hendaknya berdasarkan
informasi yang tepat dan matang, tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan jangka
waktu yang ditetapkan.
IHSG merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian Indonesia.
Naik turunnya IHSG menunjukkan naik turunnya minat investasi, khususnya yang
dilakukan melalui lantai bursa. Dalam paper ini kita akan membahas lebih medalam
tentang IHSG.