inalum

10
Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan” Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014 1 MENCIPTAKAN NILAI TAMBAH DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PERAN INALUM DALAM INDUSTRI ALUMINIUM DALAM NEGERI Winardi 1 , Ivan Eko Yudho G. 2 1 Direktur Utama 2 Manajer Seksi Proyek Smelting PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (INALUM) PO. BOX 1, Kuala Tanjung, Batubara - 21257, Sumatera Utara Telp. (0622) 31311, Fax (0622) 31001 Email: [email protected] ABSTRAK INALUM, satu-satunya pabrik peleburan aluminium di Indonesia, memiliki kapasitas produksi 250.000 ton per tahun dengan sumber energi dari Sungai Asahan yang menggerakkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas terpasang 603 MW. Kebutuhan akan aluminium dalam negeri masih sangat terbuka sehingga INALUM berpeluang untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Sejalan dengan perubahan status perusahaan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka INALUM berencana mengembangkan usaha dengan membangun Pabrik Kalsinasi Kokas, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pelabuhan serta Ekspansi Pabrik Peleburan Aluminium dan Diversifikasi Produk. Dengan penerapan UU Minerba, INALUM siap turut serta dalam industri hulu untuk membangun Pabrik Smelter Grade Alumina dengan melakukan joint venture dengan perusahaan lain. Kata kunci : UU Minerba, integrasi industri aluminium, peningkatan kapasitas, program pengembangan I. PENDAHULUAN 1.1 Profil PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) PT Indonesia Asahan Aluminium didirikan pada tanggal 6 Januari 1976 sebagai perusahaan joint-venture antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan 12 perusahaan investor dari Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd (NAA) untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Paritohan dan Tangga (Kab. Toba Samosir) dan Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung (Kab. Batubara), Provinsi Sumatera Utara. INALUM telah membangun dan mengoperasikan Pabrik Peleburan Aluminium untuk memproduksi aluminium primer ingot di Kuala Tanjung dan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Sungai Asahan. Pada tanggal 20 Januari 1982 Presiden Suharto meresmikan operasi tahap pertama Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung, dan menyebut proyek ini sebagai ”Impian yang menjadi kenyataan”. Setelah beroperasi selama 31 tahun, perjanjian kerjasama antara Pemerintah RI dengan NAA berakhir pada 31 Oktober 2013. Pengakhiran Persetujuan Induk

Upload: dewi-hanisa

Post on 16-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Inalum

TRANSCRIPT

Page 1: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

1

MENCIPTAKAN NILAI TAMBAH

DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PERAN INALUM DALAM INDUSTRI ALUMINIUM DALAM NEGERI

Winardi1, Ivan Eko Yudho G.2

1 Direktur Utama 2 Manajer Seksi Proyek Smelting

PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (INALUM) PO. BOX 1, Kuala Tanjung, Batubara - 21257, Sumatera Utara

Telp. (0622) 31311, Fax (0622) 31001

Email: [email protected]

ABSTRAK

INALUM, satu-satunya pabrik peleburan aluminium di Indonesia, memiliki kapasitas produksi 250.000 ton per tahun dengan sumber energi dari Sungai Asahan yang menggerakkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas terpasang 603 MW. Kebutuhan akan aluminium dalam negeri masih sangat terbuka sehingga INALUM berpeluang untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Sejalan dengan perubahan status perusahaan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka INALUM berencana mengembangkan usaha dengan membangun Pabrik Kalsinasi Kokas, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pelabuhan serta Ekspansi Pabrik Peleburan Aluminium dan Diversifikasi Produk. Dengan penerapan UU Minerba, INALUM siap turut serta dalam industri hulu untuk membangun Pabrik Smelter Grade Alumina dengan melakukan joint venture dengan perusahaan lain. Kata kunci : UU Minerba, integrasi industri aluminium, peningkatan kapasitas, program pengembangan

I. PENDAHULUAN

1.1 Profil PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

PT Indonesia Asahan Aluminium didirikan pada tanggal 6 Januari 1976

sebagai perusahaan joint-venture antara Pemerintah Republik Indonesia (RI)

dengan 12 perusahaan investor dari Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan

Aluminium Co., Ltd (NAA) untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Paritohan dan Tangga (Kab. Toba

Samosir) dan Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung (Kab. Batubara),

Provinsi Sumatera Utara.

INALUM telah membangun dan mengoperasikan Pabrik Peleburan Aluminium

untuk memproduksi aluminium primer ingot di Kuala Tanjung dan Pembangkit

Listrik Tenaga Air di Sungai Asahan. Pada tanggal 20 Januari 1982 Presiden

Suharto meresmikan operasi tahap pertama Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala

Tanjung, dan menyebut proyek ini sebagai ”Impian yang menjadi kenyataan”.

Setelah beroperasi selama 31 tahun, perjanjian kerjasama antara Pemerintah

RI dengan NAA berakhir pada 31 Oktober 2013. Pengakhiran Persetujuan Induk

Page 2: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

2

antara para Investor Jepang dengan Pemerintah RI sebagai masing-masing

Pemegang Saham di INALUM telah ditandatangani pada tanggal 9 Desember 2013

yang kemudian dilanjutkan dengan penyerahan saham dari Pemegang saham

Jepang ke Pemerintah Indonesia pada 19 Desember 2013. Dengan demikian kini

saham INALUM dimiliki 100% oleh Pemerintah RI dan menjadi Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang ke-141 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2014

yang disahkan tanggal 21 April 2014 dan mulai berlaku tanggal 19 Desember 2013,

dan nama perusahaan berubah menjadi PT Indonesia Asahan Aluminium

(Persero).

1.2 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) INALUM

Danau Toba, yang memiliki luas 1.100 km2 dan curah air 2.000 mm/tahun,

adalah sumber air bagi Sungai Asahan dengan panjang 150 km yang memiliki

potensi debit pada musim kemarau 60 m3/detik dan pada musim hujan 100

m3/detik. Potensi tersebut dimanfaatkan untuk menggerakkan 2 (dua) stasiun PLTA

dengan kapasitas total 603 MW, yaitu PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga.

PLTA Sigura-gura berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 generator

masing-masing berkapasitas 71,5 MW dan merupakan PLTA bawah tanah pertama

di Indonesia. Air yang telah dipakai PLTA Sigura-gura dibendung oleh Bendungan

Penadah Air Tangga, yang merupakan bendungan busur pertama di Indonesia.

Selanjutnya air tesebut disalurkan melalui terowongan bawah tanah yang

panjangnya 3.150 m. Di PLTA Tangga terpasang 4 unit generator masing-masing

berkapasitas 79,2 MW dan berada di atas permukaan tanah.

Tenaga listrik yang dihasilkan disalurkan melalui jaringan transmisi 275 kV

sepanjang 120 km ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung.

1.3 Pabrik Peleburan Aluminium INALUM

Pabrik Peleburan Aluminium di INALUM didesain oleh Sumitomo Chemical.

Kapasitas desain produksi aluminium ingot adalah 225.000 ton per tahun dengan

arus listrik searah 175 kA, efisiensi arus 87,6% dan konsumsi energi listrik searah

14.500 kWh/ton-Al. Pabrik peleburan aluminium tersebut terdiri atas 3 jalur tungku

reduksi (potline), setiap potline memiliki 170 tungku reduksi bertipe pemanggangan

anoda di luar (prebaked cell) dan busbar anoda di sisi luar (end riser), yang disusun

bersisian (side by side). Dengan melakukan pengembangan teknologi, saat ini

INALUM telah mencapai kapasitas produksi aluminium ingot lebih dari 250.000 ton

per tahun dengan arus listrik searah 200 kA, efisiensi arus 92,3% dan konsumsi

energi listrik searah 14.150 kWh/ton-Al.

Pabrik Peleburan Aluminium adalah bisnis inti INALUM yang terdiri atas tiga

pabrik utama yaitu Pabrik Karbon, Pabrik Reduksi dan Pabrik Pencetakan. Pada

Page 3: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

3

Pabrik Karbon, anoda karbon diproduksi dari kokas dan coal tar pitch (CTP) untuk

digunakan sebagai elektroda positif pada proses elektrolisis dalam tungku reduksi.

Pada Pabrik Reduksi, alumina (Al2O3) direduksi menjadi aluminium cair yang

selanjutnya dicetak menjadi batangan aluminium (ingot) di Pabrik Pencetakan.

Selain itu terdapat juga beberapa fasilitas pendukung lain seperti stasiun

distribusi listrik, sistem pembersih gas, dan pelabuhan untuk menerima bahan baku

utama dan mengirim ingot.

II. UU MINERBA SEBAGAI FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN TEKNOLOGI DAN

PENGEMBANGAN KAPASITAS INALUM

Undang-Undang Republik Indonesia (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) telah disahkan pada tanggal 12

Januari 2009. Dengan asas keberpihakan kepada kepentingan bangsa maka UU

Minerba bertujuan untuk :

• menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan

secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing;

• menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan hidup;

• menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai

sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri;

• mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu

bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;

• meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta

menciptakan lapangan kerja untuk sebesarbesar kesejahteraan rakyat; dan

• menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan

mineral dan batubara

Penerapan UU Minerba ini akan mengubah cara pengelolaan hasil tambang mineral

di negeri ini. Para pemegang Izin Usaha Pertambangan diwajibkan untuk memberikan

nilai tambah yaitu dengan melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di

dalam negeri dan akan secara bertahap mengurangi penjualan bahan mentah hasil

tambang ke luar negeri. Dengan demikian dapat mengurangi ketergantungan terhadap

impor bahan baku untuk industri dalam negeri. Maka, Pemerintah pun mewajibkan

semua perusahaan tambang untuk membangun smelter.

Sejalan dengan itu suatu strategi pengembangan teknologi dan bisnis ditetapkan

berdasarkan konsep yang terintegrasi antara pengetahuan teoretis dan pengalaman

operasional.

Page 4: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

4

III. PENINGKATAN KAPASITAS INALUM

Sebagai tindak lanjut pasca pengambilalihan INALUM menjadi BUMN, maka untuk

mempertahankan keunggulan operasional dan daya saing INALUM ke depan disusunlah

rencana peningkatan kapasitas produksi INALUM dan pengembangannya yang

tercantum dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan.

INALUM membuat rencana untuk menambah kapasitas aluminium primer menjadi

500.000 ton per tahun pada tahun 2019 serta melakukan diversifikasi dengan

memproduksi aluminium alloy. Untuk mencapai kapasitas tersebut dibutuhkan ekspansi

Pabrik Peleburan Aluminium dan Pabrik Pencetakan dalam rangka diversifikasi. Dengan

dilaksanakannya program pengembangan ini diharapkan INALUM dapat meningkatkan

pasokan kebutuhan aluminium primer dan aluminium alloy nasional.

Selanjutnya rencana INALUM sesuai harapan pemegang saham adalah:

• Dapat terintegrasi ke hulu dengan industri pengolahan bauksit nasional.

• Dapat terintegrasi ke hilir dengan rantai suplai industri aluminium hilir nasional.

• Menjadi mesin pertumbuhan industri di sekitar Kawasan Kuala Tanjung.

Dengan kapasitas saat ini, INALUM membutuhkan alumina sebanyak 500.000 ton

per tahun. Dengan program ekspansi maka kebutuhannya akan meningkat menjadi 1

juta ton per tahun pada tahun 2019. Dengan demikian hal ini akan menciptakan nilai

tambah hasil tambang bijih bauksit menjadi aluminium.

Maka INALUM siap mengambil peran untuk mengintegrasikan industri aluminium

nasional mulai dari pengolahan bauksit menjadi Smelter Grade Alumina (SGA), sebagai

bahan baku untuk Pabrik Peleburan Aluminium, hingga aluminium alloy.

Untuk itu INALUM berminat untuk membangun Pabrik SGA dengan melakukan joint

venture dengan perusahaan lain agar bisa menjamin pasokan alumina sebagai bahan

baku utama dalam proses elektrolisis Aluminium.

Untuk mensuplai kebutuhan listrik dalam program ekspansi, maka akan dibangun

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 700 MW dengan konsumsi bahan bakar

batubara low rank sekitar 3 juta ton per tahun. Dengan demikian hal ini akan

menciptakan nilai tambah hasil tambang batubara menjadi energi listrik kemudian

aluminium.

IV. PROSPEK INDUSTRI ALUMINIUM

4.1 Proses Produksi Aluminium : Dari Hulu Ke Hilir

Secara umum untuk menghasilkan aluminium, hasil tambang bijih bauksit

dimurnikan menjadi alumina, lalu dielektrolisis menjadi logam aluminium, kemudian

dicetak atau dicampur dengan bahan lain untuk menghasilkan logam alloy dengan

Page 5: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

5

jenis dan sifat yang berbeda. Dua ton bauksit dibutuhkan untuk menghasilkan satu

ton alumina dan dua ton alumina dibutuhkan untuk menghasilkan satu ton logam

aluminium.

4 ton Bauksit 2 ton Alumina (SGA) 1 ton Aluminium

US$ 39,5/ton

(ANTAM (2013)) US$ 328,8/ton

(INALUM (2014)) US$ 2.023,5/ton

(INALUM (2014))

Gambar 1. Nilai Tambah Proses Produksi Aluminium Dari Bauksit Sampai Pencetakan

4.1.1 Pertambangan Bauksit

Aluminium adalah logam yang paling berlimpah di dalam kerak bumi, dan

merupakan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon (sekitar 8%

dari permukaan padat bumi). Karena sifatnya yang sangat reaktif, aluminium

tidak ditemukan sebagai logam bebas tetapi berikatan dengan lebih dari 270

mineral yang berbeda (Bassam Z. Shakhashiri, 2007).

Sumber utama aluminium adalah hasil tambang bijih bauksit yang banyak

ditemukan di daerah tropis dan sub tropis.

Gambar 2. Proses Produksi Aluminium Secara Umum Dari Bauksit Sampai Pencetakan

4.1.2 Proses Pemurnian Alumina

Metoda yang ekonomis untuk memproduksi alumina adalah Proses

Bayer. Proses ini ditemukan oleh Karl Joseph Bayer, ahli kimia

berkebangsaan Austria, pada tahun 1888.

Proses utama dalam pemurnian alumina adalah sebagai berikut:

1. Penyerapan – Pelarutan kandungan alumina dalam bauksit.

Page 6: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

6

Bauksit digiling sampai halus kemudian dicampur dengan larutan daur

ulang kaustik soda dan uap di dalam bejana penyerap (digester) yang

beroperasi pada suhu dan tekanan tinggi. Kandungan alumina dalam

bauksit akan larut dan larutannya kemudian didinginkan didalam

rangkaian tangki pemisah (flash tanks).

2. Penjernihan (Klarifikasi) – Pengolahan unsur pengotor yang tidak larut.

Unsur pengotor, sebagai sisa-sisa yang tidak larut, dapat diolah

sebagai lumpur halus di tangki pengental. Setelah beberapa tahap

pencucian untuk memulihkan kaustik soda, residunya dipompa ke wadah

penampung. Selanjutnya larutan alumina dalam kaustik soda dijernihkan

dengan penyaringan (filtrasi).

3. Pengendapan (Precipitation) – Pembentukan kristal alumina.

Tahapan selanjutnya meliputi pemulihan kristal alumina dari larutan

kaustik. Dalam tangki terbuka, larutan diaduk secara mekanis dan ditaburi

dengan alumina yang telah diendapkan sebelumnya untuk mendukung

perkembangan kristal.

4. Kalsinasi – Pengeringan alumina pada suhu tinggi.

Bahan yang terendap (disebut hidrat) dicuci dan dikalsinasi pada

suhu lebih dari 1000 oC. Dari proses ini terbentuk tepung alumina kering

berwarna putih (anhydrous aluminium oxide), yang kemudian didinginkan

dan dibawa ke tempat penyimpanan.

4.1.3 Proses Elektrolisis Aluminium

Pada seluruh pabrik peleburan aluminium modern saat ini metoda yang

digunakan Proses Hall-Heroult yang ditemukan secara terpisah oleh Charles

Martin Hall di Amerika Serikat dan Paul L.T. Heroult di Perancis pada tahun

1886.

Pada proses ini, alumina dilarutkan ke dalam larutan elektrolit yaitu kriolit

(sodium aluminium fluoride, Na3AlF6) pada suhu ±960OC di dalam suatu

tungku reduksi. Kemudian arus listrik searah yang sangat tinggi dialirkan

melalui larutan elektrolit tadi pada tegangan rendah dan selanjutnya mengalir

dari anoda karbon ke katoda karbon. Tungku reduksi aluminium adalah suatu

kotak baja yang terdiri atas batu insulasi dan karbon sebagai bahan penyusun

pada dinding samping dan dasar. Di atas dinding dasar, diletakkan katoda

karbon yang dirangkai dengan batang pengumpul yang terbuat dari baja

ringan (mild steel) yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Secara

sederhana reaksinya adalah sebagai berikut:

2Al2O3 (solution) + 3C (s) � 4 Al (liq) + 3 CO2 (g)

Page 7: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

7

Pabrik untuk membuat aluminium primer banyak dibangun di tempat yang

memiliki ketersediaan energi berlimpah, seperti pembangkit listrik tenaga air.

4.1.4 Pengolahan Aluminium

Aluminium primer dapat dicampur dengan bahan lain untuk menghasilkan

logam alloy dengan jenis dan sifat yang berbeda. Komposisi utama dalam

aluminium alloy adalah besi, silikon, tembaga dan magnesium. Ada beberapa

cara pengolahan aluminium primer menjadi produk-produk yang dapat

dimanfaatkan, umumnya adalah:

1. Pencetakan (casting), menjadi bentuk yang beragam hingga tak terbatas.

2. Penipisan (rolling), menjadi bentuk piringan (plate), lembaran (sheets)

atau lapisan wafer yang sangat tipis. Proses rolling mengubah

karakteristik logam menjadi lebih liat.

3. Ekstrusi (extrusion) dalam berbagai bentuk.

Produk yang terbuat dari aluminium dapat didaur ulang berkali-kali.

Energi yang dibutuhkan untuk mendaur ulang aluminium dan emisi gas rumah

kaca yang timbul hanya 5 persen dari produksi aluminium primer.

4.2 Kegunaan dan Aplikasi Aluminium

Karena sifat dan karakteristiknya seperti: ringan, kuat, mudah dibentuk, tahan

korosi, mempunyai konduktivitas listrik tinggi, menahan panas dan dingin dan lain-

lain, aluminium memiliki kegunaan dan aplikasi meliputi area konstruksi,

transportasi, alat-alat listrik dan bahan untuk kemasan.

Aluminium murni bersifat cukup lunak namun dengan mencampurkannya

dengan sejumlah kecil logam lain, alloy yang dihasilkan dapat memiliki kekuatan

seperti baja dengan massa yang hanya setengahnya. Laju korosi aluminium 1/25

kali baja bertahanan tinggi, massa aluminium setara dengan 1/3 dari massa

tembaga sedangkan konduktivitas listrik aluminium dua kali lebih tinggi dari

tembaga. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan untuk aplikasi aluminium

dalam bidang konstruksi bangunan sebagai pengganti kayu, otomotif dan transmisi

listrik.

Semua jenis produk aluminium dapat digunakan pada konstruksi dan renovasi

bangunan, seperti rangka, siku, jendela, kaca atap, pintu, layar, penadah hujan,

kanopi, dan lain-lain. Mesin otomotif yang ringan memberi manfaat dalam upaya

menghemat bahan bakar dan juga ramah lingkungan selama masa pakai

kendaraan tersebut. Kabel transmisi yang lebih ringan membutuhkan struktur

pendukung yang lebih sedikit dan ringan juga.

Produk aluminium juga digunakan secara luas untuk proteksi, kemasan, dan

penyajian makanan dan minuman. Aluminium dapat dibentuk menjadi lembaran

Page 8: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

8

yang sangat tipis dengan sifat yang ringan, kuat dan kualitas insulasi yang baik

dalam mempertahankan makanan, kosmetik, produk farmasi dan melindunginya

dari ultra violet, bau dan bakteri. Kemasan aluminium aman, tahan rusak, higienis,

mudah dibuka dan dapat didaur ulang. Aluminium meneruskan kalor konduksi dan

memantulkan kalor radiasi. Sekitar separuh dari alat-alat masak yang ada di

pasaran terbuat dari aluminium. Alat-alat masak dari aluminium hanya

membutuhkan seperempat dari energi yang dibutuhkan untuk memanaskan baja

atau besi tuang. Aluminium hanya kehilangan panas sekitar 7 persen dari yang

diterimanya dan memanfaatkan 93 persennya untuk memasak.

4.3 Prospek Bisnis Aluminium

Aluminium merupakan komoditas yang penting di masa depan. Sebagai

bahan pengganti terhadap baja, tembaga dan kayu, kebutuhan akan aluminium

akan meningkat dari waktu ke waktu, sementara efisiensi dalam memproduksinya

akan meningkat secara berkesinambungan. Tentunya peningkatan kebutuhan ini

akan sebanding dengan kebutuhan bahan baku, terutama alumina.

a)

b)

Gambar 3. Trend Aluminium Primer Dunia a) Neraca Pasar (sumber: CRU Aluminium Monitor (Edisi 10 April 2014))

b) Proyeksi Kebutuhan (sumber: CRU Group, 2006)

Dari Gambar 3, kebutuhan aluminium dunia saat ini sekitar 12,5 juta ton per

kuarter atau 50 juta ton per tahun. Kebutuhan aluminium dunia akan meningkat dan

akan mencapai sekitar 70 juta ton per tahun pada tahun 2025. Diharapkan suplai

dapat mengikuti kebutuhan pasar tersebut.

Dari Gambar 4, kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini sekitar 540.000 ton

per tahun. Kebutuhan ini masih belum terpenuhi dengan kapasitas produksi

INALUM saat ini yang sekitar 250.000 ton per tahun atau hanya mencukupi 46%

dari kebutuhan tersebut. Terlihat bahwa pertumbuhan aluminium dalam negeri

dalam 5 (lima) tahun terakhir mencapai 24% per tahun. Dengan demikian, maka

peluang untuk industri aluminium dalam negeri masih akan sangat terbuka.

Hal ini mendorong INALUM untuk meningkatkan kapasitas dan melakukan

diversifikasi produk dan ekspansi usaha dalam industri aluminium dalam negeri.

Page 9: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

9

Gambar 4. Kebutuhan Pasar Aluminium Dalam Negeri (sumber: diolah dari data BPS dan INALUM)

V. PROGRAM PENGEMBANGAN INALUM

Untuk meningkatkan kapasitas INALUM akan melaksanakan beberapa proyek

pengembangan antara lain pembangunan Pabrik Kalsinasi Kokas, ekspansi Pabrik

Peleburan Aluminium, dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta ekspansi

pelabuhan.

5.1 Pembangunan Pabrik Kalsinasi Kokas

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dalam pembuatan anoda dan

sekaligus menciptakan nilai tambah kokas mentah dari dalam negeri, maka

INALUM diharapkan untuk membangun Pabrik Kalsinasi Kokas dengan kapasitas

sampai 200.000 ton kokas per tahun secara bertahap dengan tahap pertama

kapasitas 100.000 ton kokas per tahun. Lokasi Pabrik Kalsinasi Kokas akan

berdampingan dengan lahan INALUM yang ada saat ini

5.2 Pembangunan Ekspansi Pabrik Peleburan Aluminium

Untuk memenuhi penambahan produk aluminium sampai 200.000~400.000 ton

per tahun pada tahun 2019~2023, jumlah tungku reduksi yang beroperasi perlu

ditambah dengan membangun gedung reduksi baru. Pembangunan tungku reduksi

moderen lengkap dengan pabrik karbon dan penangkaian anoda serta pembersih

gas dan utility direncanakan akan beroperasi dengan arus listrik searah sampai

sebesar 400 kA dan akan dimulai pada tahun 2014. Lokasi penambahan gedung

reduksi berdampingan dengan gedung reduksi yang ada saat ini yang berada di

dalam lahan milik INALUM.

5.3 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pelabuhan

Pembangunan PLTU dimaksudkan untuk mensuplai kebutuhan listrik pabrik

peleburan aluminium untuk menghasilkan aluminium sebanyak 500.000 ton per

tahun pada tahun 2019 dan 600.000 ton per tahun pada tahun 2023 dengan total

700 MW. Pembangunan tahap 1 akan dimulai tahun 2014 sebesar 5 x 100 MW

Page 10: Inalum

Keynote Speaker pada Seminar Nasional “Menciptakan Nilai Tambah Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 22 Mei 2014

10

diharapkan selesai pada pertengahan tahun 2018. Sedangkan pembangunan tahap

2 akan dimulai tahun 2020 sebesar 2 x 100 MW diharapkan selesai pada tahun

2022. Pelabuhan baru diperlukan untuk kebutuhan suplai batubara dan pabrik

kokas. Lokasi PLTU dan Pelabuhan akan berdampingan dengan lahan INALUM

yang ada saat ini.

VI. RINGKASAN

1. INALUM sebagai BUMN ke -141 menyambut penerapan UU Minerba dengan turut

serta dalam mengintegrasikan industri aluminium nasional mulai dari pengolahan

bauksit menjadi Smelter Grade Alumina (SGA), sebagai bahan baku untuk Pabrik

Peleburan Aluminium, hingga aluminium alloy.

2. INALUM berminat untuk membangun Pabrik SGA dengan melakukan joint venture

dengan perusahaan lain agar bisa menjamin pasokan alumina sebagai bahan baku

dalam proses elektrolisis Aluminium, sehingga dapat menciptakan nilai tambah

hasil tambang bijih bauksit.

3. Pasar aluminium dunia dan Indonesia masih sangat terbuka sehingga terbuka

peluang untuk INALUM meningkatkan kapasitas dan hilirisasi produk.

4. Untuk meningkatkan kapasitas INALUM akan melaksanakan beberapa proyek

pengembangan antara lain Pabrik Kalsinasi Kokas, ekspansi Pabrik Peleburan

Aluminium dan pembangunan PLTU serta pelabuhan yang sekaligus dapat

meningkatkan nilai tambah hasil tambang batubara.

VII. REFERENSI

A.R. Burkin (editor). Production of Aluminium and Alumina. John Willey & Sons, 1987.

Bassam Z. Shakhashiri. Chemical of the Week: Aluminum. Science is Fun. Retrieved

on 2007-08-28.

CRU Aluminium Monitor, CRU Group, Edisi 10 April 2014

Colin Pratt, The Global Aluminium Market An Overview, CRU Group,

http://www.energy.tt/symposium/Colin Pratt.pdf, Retrieved on May 2, 2014

International Aluminium Institute Website. http://www.world-aluminium.org (retrieved on

February 25, 2005 and November 16-19, 2008).

K. Gjortheim and B.J. Welch. Aluminium Smelter Technology 2nd Edition. Aluminium-

Verlag, Dusseldorf, 1988.

Laporan Tahunan 2013, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk,

http://www.antam.com/images/stories/joget/file/annual/2013/ar_antam_2013.pdf