imunnucompromise pada pasien diabetes mellitus

26
BAB I PENDAHULUAN Prevalensi Diabetes Mellitus ( DM ) pada 2 dekade terakhir ini meningkat tajam di seluruh dunia. Demikian juga dengan IFG ( Impared Fasting Glucose ) . DM tipe 1 dan 2 prevalensinya sama – sama meningkat tetapi tipe 2 lebih tinggi peningkatannya, hal ini disebabkan oleh karena peningkatan kasus obesitas dan penurunan aktivitas fisik. Pada tahun 2000 prevalensi DM diperkirakan mencapai 0,19 % pada penduduk < 20 tahun dan 8,6 % pada penduduk > 20 tahun. Sedangkan individu dengan umur lebih 65 tahun prevalensinya 20,1 %. (1) Di USA diperkirakan mencapai 16 juta orang yang menderita DM, setiap tahunnya terdapat tambahan 800.000 individu yang menderita DM, dan 54.000 meninggal dunia disebabkan oleh karena diabetes (2) . American Diabetes Association menyebutkan setiap tahunnya di Amerika terdapat 13.000 kasus baru diabetes pada anak (3) . Hashimoto dkk mengatakan di Jepang prevalensi diabetes sekarang ini lebih dari 6,8 juta, dan perkembangan prevalensi diabetes ini juga terjadi di kawasan negara – negara Asia Tenggara. Bersamaan dengan perkembangan penyakit diabetes tentunya akan diikuti oleh komplikasi akibat diabetes (4) . Secara umum dipercaya bahwa kejadian infeksi banyak terjadi pada orang yang menderita diabetes mellitus 1

Upload: tri-hadi-susanto

Post on 29-Jan-2016

326 views

Category:

Documents


61 download

DESCRIPTION

Endokrin

TRANSCRIPT

Page 1: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

BAB I

PENDAHULUAN

Prevalensi Diabetes Mellitus ( DM ) pada 2 dekade terakhir ini meningkat

tajam di seluruh dunia. Demikian juga dengan IFG ( Impared Fasting Glucose ). DM

tipe 1 dan 2 prevalensinya sama – sama meningkat tetapi tipe 2 lebih tinggi

peningkatannya, hal ini disebabkan oleh karena peningkatan kasus obesitas dan

penurunan aktivitas fisik. Pada tahun 2000 prevalensi DM diperkirakan mencapai

0,19 % pada penduduk < 20 tahun dan 8,6 % pada penduduk > 20 tahun. Sedangkan

individu dengan umur lebih 65 tahun prevalensinya 20,1 %.(1)

Di USA diperkirakan mencapai 16 juta orang yang menderita DM, setiap

tahunnya terdapat tambahan 800.000 individu yang menderita DM, dan 54.000

meninggal dunia disebabkan oleh karena diabetes (2). American Diabetes Association

menyebutkan setiap tahunnya di Amerika terdapat 13.000 kasus baru diabetes pada

anak (3) . Hashimoto dkk mengatakan di Jepang prevalensi diabetes sekarang ini

lebih dari 6,8 juta, dan perkembangan prevalensi diabetes ini juga terjadi di kawasan

negara – negara Asia Tenggara. Bersamaan dengan perkembangan penyakit diabetes

tentunya akan diikuti oleh komplikasi akibat diabetes (4) .

Secara umum dipercaya bahwa kejadian infeksi banyak terjadi pada orang

yang menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan orang normal, dan infeksi

yang terjadi menyebabkan kematian yang lebih tinggi dibandingkan orang sehat (5,6,7,8) . Shah dan Hux meneliti sebanyak 513.749 orang DM, didapatkan 46 % masuk

rumah sakit atau berobat ke dokter oleh karena sakit infeksi, dan hanya 38 % hal itu

terjadi pada kelompok non DM. Risiko terjadinya infeksi pada penderita DM 1,21

lebih banyak bila dibandingkan non DM (6) . Infeksi saluran kencing pada wanita DM

lebih tinggi jika dibandingkan yang bukan DM, dan kejadian bakteriuria asimtomatis

tiga kali lebih tinggi pada wanita DM jika dibandingkan yang bukan DM (9).

Hubungan morbiditas dan mortalitas dengan infeksi pada pasien DM sangat

jelas pada penelitian yang dilakukan pada pasien yang dirawat di ICU oleh karena

ketoasidosis diabetika, 28 % dari pasien tersebut disebabkan oleh karena infeksi,

sedangkan angka kematian dari pasien yang mengalami ketoasidosis mencapai 6 %.

Dari yang meninggal dunia tersebut 43 % disebabkan oleh karena infeksi (10) .

1

Page 2: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

Studi yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ( RSCM ) Jakarta

dan Rumah Sakit Dr. Moewardi ( RSDM ) Surakarta tahun 2004 kejadian sepsis

paling banyak terjadi pada pasien DM mencapai 33,3 % RSCM (11) , dan 35,9 % (

RSDM ) (12).

Mekanisme terjadinya infeksi yang cukup tinggi pada pasien DM diduga oleh

karena terjadinya perubahan sistem imun dalam tubuh penderita diabetes mellitus

diantaranya kelainan fungsi PMN dalam fagositosis, adherens, kemotaksis, fungsi

monosit yang menurun, juga aktivitas bakterisidal yang menurun (5,10). Peran

komplemen yang menurun, immunoglobulin menurun, juga produksi AGEP yang

meningkat (13).

2

Page 3: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

BAB II

DEFINISI

A. Diabetes mellitus

Diabetes Mellitus ( DM ) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh kadar

gula darah melebihi nilai normal ( 14 ). Diabetes merupakan penyakit kronis yang

membutuhkan perawatan medis terus menerus dan edukasi untuk mencegah

komplikasi akut serta menurunkan risiko jangka panjang ( 3 ).

Kriteria diagnosis DM menurut ADA 2005 ( 3 ):

1. Terdapat gejala khas DM dan didapatkan GDS ≥ 200 mg/dl ( 11,1

mmol/l ). Gejala khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

ATAU

2. FPG ≥ 126 mg/dl ( 7 mmol/l )

ATAU

3. 2 jam pasca pembebanan ( TTGO ) kadar gula ≥ 200 mg/dl ( 11,1 mmol/l

).

B.Immunocompromise

Immunocompromise ( IC ) adalah keadaan dengan satu atau lebih

ketidaknormalan fungsi pertahanan tubuh alami dan adaptif sehingga jika terkena

infeksi cenderung membahayakan kehidupan penderita. Gangguan pada

keseimbangan sistem imun dapat terjadi pada keadaan (13) :

1. Defek sistem imun humoral : defisiensi komplemen dan antibodi yang

mengakibatkan gangguan pada kemampuan opsonisasi dan

bakterisidal.

2. Defek sistem imun seluler : gangguan sistem fagosit ( neutrofil dan

makrofag ) dan sistem imun seluler spesifik.

3. Dasar status imun : perbedaan kemampuan alami memproduksi TNF

( high and low response )

4. Pemberian obat immunosupresan.

5. Penyakit kanker, otoimun, diabetes, sirosis hati dan gagal ginjal

kronik.

3

Page 4: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

BAB III

RESPONS IMUN PADA DIABETES MELLITUS

A. Pengertian umum imunitas

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.

Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi

disebut sistem imun dan reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul

terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan

tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan

berbagai bahan dalam lingkungan hidup (15) .

Infeksi oleh mikroba pada host tergantung dari virulensi mikroba dan

mekanisme pertahanan tubuh host tersebut. Respons host terhadap infeksi berupa

pengenalan terhadap pathogen dan berusaha mengeliminasi pathogen tersebut ( 16 ).

Sistem imun terdiri dari non spesifik ( natural/innate/native ) dan didapat atau

spesifik ( adaptive/acquired ) (15,17) .

Sumber : Baratawidjaja, 2004

4

Biokoimia :Lisozim ( keringat )Sekresi keringatAsam lambungLaktoferinAsam neuraminik

Humoral :KomplemenInterferonCRP

Fagosit- mononuklear- polimorfonuklear

Sel NKSel mastbasofil

Sel BIgDIgMIgGIgEIgA

Sel T Th 1Th 2Ts/Tr/Th3TdthCTL/Tc

SISTEM IMUN

NON SPESIFIK SPESIFIK

FISIK LARUT SELULER HUMORAL SELULER

KulitSelaput lendirSiliaBatukbersin

Page 5: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

Terdapat 5 tahap mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan

mikroba (17):

1. Migrasi leukosit ke tempat antigen.

2. Pengenalan antigen secara non spesifik yang dilakukan oleh makrofag

dan sel innate.

3. Pengenalan antigen secara spesifik yang dilakukan oleh limfosit T dan

limfosit B.

4. Peningkatan respons inflamasi dengan mengikat sel efektor spesifik

dan non spesifik oleh komplemen, sitokin, kinin, asam arakidonat, dan

produk mast sel.

5. Makrofag, neutrofil, dan limfosit mendestruksi partikel antigen.

Penderita diabetes mudah terkena infeksi dan bila sudah terinfeksi sering

membahayakan jiwa penderita, karena pada pasien diabetes terdapat ketidaknormalan

sistem imun .

B. Kelainan sistem imun pada diabetes

B.1. Fungsi Polimorfonuklear ( PMN )

PMN atau polimorf atau granulosit dibentuk dalam sumsum tulang dengan

kecepatan 8 juta/ menit dan hidup selama 2-3 hari, sedang monosit atau makrofag

dapat hidup untuk beberapa bulan sampai tahun. Granulosit merupakan 60 – 70 %

dari seluruh sel darah putih normal, tetapi ditemukan juga di luar pembuluh darah

oleh karena dapat keluar dari pembuluh darah (15,18).

Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologik menjadi neutrofil, eosinofil,

dan basofil. Sel tersebut bersama dengan antibodi dan komplemen berperan pada

inflamasi akut. Fungsi utama neutrofil adalah fagositosis. Jumlah polimorf yang

menurun sering disertai dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi (15).

Studi yang dilakukan Perllie et al, dengan 10 pasien DM terkontrol baik, 6

pasien ketoasidosis diabetika, 4 pasien non DM yang mengalami asidosis uremi, dan

10 kontrol sehat dibuat sayatan atau luka kecil pada sampel. Mobilisasi PMN ke area

inflamasi ( luka ) pada semua pasien asidosis mengalami penurunan, dan 4 pasien

DM yang telah dikoreksi asidosisnya kembali normal mobilisasi PMNnya. Studi yang

dilakukan secara in vitro oleh Mowat dan Baum juga menunjukkan hasil yang sama,

kemotatik indek PMN pasien diabetes mellitus menurun (5).

5

Page 6: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

Defek fagosit dalam menelan dan intracellular killing bakteri telah

dilaporkan oleh beberapa penulis (9). Fagositosis adalah suatu proses ingesti

mikroorganisme dan partikel oleh sel (16,18). Sel – sel fagosit akan bergerak ke mikroba

dan mengikatkan diri dengan mikroba pada permukaannya yang terdapat komplemen

atau antibodi, selanjutnya terjadi internalisasi mikroba ke dalam fagosom dan

fagosom akan melebur mikroba dengan oksigen radikal bebas, akhirnya mikroba

dapat dihancurkan (16).

Bybee dan Rogers meneliti pada 31 orang DM terkontrol baik, 7 pasien

asidosis diabetika dibandingkan dengan kontrol. Hasilnya hanya pasien dengan

asidosis diabetika yang mengalami penurunan fungsi fagositosis. Bagdade et al, juga

menggunakan metode yang sama tetapi dilakukan pada pasien dengan DM terkontrol

jelek, hasilnya penurunan fungsi fagositosis terjadi pada pasien dengan gula darah

puasa lebih dari 250 mg/dl, setelah dilakukan koreksi kadar gulanya ternyata terjadi

perbaikan dari fungsi fagositosis walaupun tidak sebaik kontrol (5). Tan et al, telah

menunjukkan gangguan fagositosis 11 pasien dari 31 pasien DM dan gangguan

intracellular killing 3 pasien dari 31 pasien DM terhadap S. Aureus (10).

Fungsi Adherence PMN pada pasien diabetes juga mengalami penurunan(16,19) .

Adherence adalah perlekatan PMN pada kompleks antigen-antibodi-komplemen (20).

Perlekatan tersebut ( Adherence ) mengakibatkan antigen mudah untuk difagositosis (15). Peterson et al. Mendapatkan 6 dari 7 pasien diabetes yang terkontrol jelek

mengalami gangguan dalam adherence. Bagdade et al, telah menunjukkan bahwa

peningkatan fungsi adherence PMN mengikuti kontrol dari kadar gula plasma, dan

studi yang lain Bagdade dan Walters menunjukkan hubungan langsung antara kadar

glukosa plasma dengan fungsi adherence PMN (5).

Beberapa studi menunjukkan adanya penurunan aktifitas bakterisidal PMN

pasien diabetes dibandingkan dengan orang normal. Repine et al, pada penelitiannya

menemukan bahwa kemampuan intracellular killing PMN terhadap bakteri S. aureus

pada orang non DM yang tidak terinfeksi dan orang DM terkontrol baik yang tidak

terinfeksi sebanding, tetapi pada orang DM terkontrol jelek mengalami penurunan.

Sedangkan fungsi PMN pada pasien DM terkontrol baik yang mengalami infeksi

sebanding dengan pasien non DM yang tidak mengalami infeksi. Fungsi PMN untuk

killing activity tidak menunjukkan peningkatan pada orang DM terkontrol jelek yang

mengalami infeksi. Fungsi bakterisidal dari orang DM yang terkontrol jelek pada

penelitian ini menujukkan paling jelek (5,10).

6

Page 7: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

PMN yang terstimulasi akan menghasilkan Burst of oxydative yang

menghasilkan superoxide anion yang berfungsi untuk membunuh bakteri (5). Advanced

glycation end products ( AGEP ) menekan produksi superoxide yang berperan untuk

aktivitas bakterisidal. Disfungsi PMN ini merupakan faktor yang meningkatkan

prevalensi dan beratnya infeksi bakteri pada pasien DM (21).

Gambar 1 : Rangkaian reaksi yang menyebabkan injuri jaringan yang terkait dengan

masuknya PMN. Perhatian bahwa di samping proses kemotaksis,

perlekatan ( adherence ), fagositosis, dan digesti yang biasanya

menyebabkan inaktifasi partikel, di sini dapat juga terjadi pelepasan

unsur-unsur pokok neutrofilik ( enzim lisosom ) yang mengakibatkan

injuri jaringan. ( Dikutip dari : Henson, 1993 )

7

Page 8: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

B.2. Fungsi monosit pada DM

Monosit berasal dari sel progenitor dalam sumsum tulang . Sesudah

berproliferasi dan matang, sel tersebut masuk peredaran darah. Setelah 24 jam, sel

monosit akan bermigrasi dari peredaran darah ke tempat tujuan di berbagai jaringan

untuk berdiferensiasi sebagai makrofag (15,18).

Makrofag bukan merupakan stadium akhir karena sel ini dapat membelah

membentuk protein dan dapat bertahan sampai beberapa bulan. Sel itu disebut fixed

macrophage bila berbentuk khusus yang tergantung jaringan yang ditempati. Berbeda

nama tetapi memiliki kesamaan fungsi yaitu, mengikat dan memakan partikel antigen.

Sel Kuffer di hepar berupa sel besar dengan banyak proyeksi sitoplasma. Makrofag

peritoneal bebas dalam cairan peritoneum . Kehadiran makrofag sepanjang kapiler

memungkinkan untuk menangkap patogen dan antigen yang masuk ke dalam tubuh (12,14). Selain berfungsi fagosit monosit juga berfungsi antiviral, anti tumor, presentasi

antigen ke limfosit dan aktivasi limfosit, produksi komponen komplemen, modeling

dan perbaikan jaringan, aktivasi sistemik sebagai respons terhadap infeksi, aktivasi

vaskulatur sel epitel (15).

Geisler et al, mendapatkan penurunan dari jumlah total monosit yang beredar

dalam plasma pada 14 pasien diabetes. Sel-sel itu mengalami penurunan fungsi

fagositosis terhadap Candida Albicans. Glass et al, mengungkapkan monosit pada

pasien DM mengalami penurunan aktivitas reseptor lectinlike yang diperlukan untuk

mengenali komponen dinding sel mikroorganisme(5) .

B.3. Komplemen

Aktivitas komplemen pada DM, baik kualitas maupun kuantitas menurun.

Menurut beberapa penelitian, pada DM, C4 kadarnya menurun 25 %. Penderita

IDDM kadar komplemen menurun yaitu Ciq dan C3 (12). Vergani et al dan

charlesworth et al, telah mendiskripsikan adanya penurunan kadar C3 dan C4 pada

pasien DM tipe 2 (21). Kadar komplemen yang menurun cenderung rentan terhadap

infeksi hal ini disebabkan penurunan fungsi kemotaksis (13).

Komplemen merupakan salah satu molekul dari sistem imun yang befungsi

dalam inflamasi, opsonisasi partikel antigen dan menimbulkan kerusakan membran

patogen. Komplemen merupakan molekul dari sistem imun non spesifik larut dalam

keadaan tidak aktif, tetapi setiap waktu dapat diaktifkan oleh berbagai bahan seperti

antigen, kompleks imun dan sebagainya. Aktivasi komplemen melalui dua jalur yaitu

8

Page 9: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

jalur klasik dan jalur alternatif. Hasil aktivasi ini akan menghasilkan berbagai

mediator yang mempunyai sifat biologik aktif dan beberapa di antaranya berupa

enzim. Hal tersebut terjadi sebagai usaha tubuh untuk menghancurkan antigen asing.

Jalur aktivasi komplemen tersebut sering pula disertai kerusakan jaringan sehingga

merugikan tubuh sendiri (13,15).

Komplemen berperan meningkatkan fagositosis ( opsonisasi ) dan

mempermudah kerusakan bakteri dan parasit oleh karena (13,15):

1. Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri.

2. Komplemen dapat melepas bahan kemotaktik yang menggerakkan

makrofag ke tempat bakteri.

3. Komponen lain yang mengendap pada permukaan bakteri

memudahkan makrofag untuk mengenal ( opsonisasi ) dan

memakannya.

4. Sistem komplemen berinteraksi dengan IgG dapat berperan pada

imunitas seluler atau melalui efek sitolitik semua sel yang mengandung

Fcr dari IgG, termasuk sel Killer ( sel K ), neutrofil dan eosinofil.

B.4. Immunoglobulin

Dalam serum orang dewasa normal, IgG merupakan 75 % dari imunoglobulin

total. IgG merupakan imunoglobulin utama yang dibentuk atas rangsangan antigen. Di

antara semua kelas imunoglobulin, IgG paling mudah berdifusi ke dalam jaringan

ekstra vaskular dan melanjutkan aktivitas antibodi di jaringan (22).

Kadar IgG dan IgA dalam serum menurun pada DM. Namun masih

mempunyai respons cukup untuk infeksi-infeksi tertentu misal infeksi oleh virus

coxsackie, sehingga fungsi fagositosis menurun (12). Roio et al, melakukan penelitian

terhadap DM tipe I kadar IgG dan IgA pasien dengan gula darah terkontrol dan tidak

terkontrol. IgG pada pasien dengan gula darah tidak terkontrol mengalami penurunan

secara signifikan dibanding dengan pasien dengan gula darah terkontrol, sedangkan

IgA terjadi penurunan pada pasien dengan gula darah terkontrol dibanding yang tidak

terkontrol (23).

IgG memiliki sifat opsonin yang efektif karena sel fagosit, monosit, dan

makrofag mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dari IgG sehingga dapat mempererat

hubungan antara fagosit dengan sel sasaran. Opsonin dalam bahasa Yunani berarti

9

Page 10: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

menyiapkan untuk dimakan. Selanjutnya proses opsonisasi tersebut dibantu oleh

reseptor untuk komplemen pada permukaan fagosit (15,18).

IgG juga berperan pada imunitas seluler karena dapat merusak antigen seluler

melalui interaksi dengan sistem komplemen atau melalui efek sitolitik Killer cell ( sel

K ), eosinofil, neutrofil, yang semuanya mengandung reseptor untuk Fc dari IgG. Sel

K merupakan efektor dari antibody Dependent Celluler Cytotoxicity ( ADCC ).

ADCC tidak hanya merusak sel tunggal, tetapi juga mikroorganisme multiseluler

seperti telur skistosoma. Peranan efektor ADCC ini penting pada penghancuran

kanker, penolakan transplan dan penyakit autoimun, sedang ADCC melalui neutrofil

dan eosinofil, berperan pada infestasi parasit. Kadar IgG meninggi pada infeksi kronis

dan penyakit autoimun (13,18).

B.5. Glikosilasi dan AGEP

Hiperglikemia akan menyebabkan glikosilasi non ensimatik matrik dan protein

membran sel. Yang akan terikat oleh reseptor khusus, yaitu AGEP-R ( reseptor

advanced glycosylation end-products ). Aktivasi ini menghasilkan peningkatan

pengeluaran sitokin dan growth factor termasuk PDGF, interleukins, TNF-α dan

TGF- β, yang semuanya mempengaruhi proses penyakit (24) .

Agaknya peran glikosilasi non ensimatik ini amat penting dalam mekanisme

perubahan fungsi PMN dan jaringan, serta hubungannya dengan gangguan vaskuler.

Glukosa bereaksi secara non ensimatik ( sudah terjadi dalam beberapa jam ) dengan

grup asam amino bebas membentuk produk Schiff Base yang reversible. Makin lama

( beberapa hari ) glikasi lanjut akan membentuk Amadori product yang menempel

pada protein. Produk glikosilasi awal ini merupaka prekursor produk baru, terbentuk

lebih lambat ( beberapa minggu atau bulan ) disebut AGEP ( advanced glycosylation

end products ). AGEP ini merupakan produk amadori yang mengalami

rearrangement, dehidrasi, serta kondensasi membentuk ikatan irreversibel dan

bertahan selamanya bersama protein atau subtrat lain. Kini telah dipastikan adanya

reseptor AGEP pada monosit / macrophage, sel endotel dan sel mesangial ginjal.

Lagipula AGEP bersifat kemotaktik terhadap monosit. Dua AGE-binding protein

yang dikenal yaitu protein dengan 60-kDa dan 90-kDa, di mana yang kedua ini

merupakan subtrat dari protein kinase C, sehingga dapat dimengerti mengapa terjadi

aktivasi signaling intrasel, sekresi sitokin serta growth factors waktu ada reaksi

10

Page 11: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

dengan AGE (24). Peningkatan produk AGEP pada pasien DM yang tidak terkontrol

akan menyebabkan peningkatan TNF-α dan IL-1β (13) .

Hampir semua jaringan dapat mengalami glikosilasi, tetapi protein yang waktu

paruhnya lebih dari beberapa minggu paling peka terhadap glikosilasi, lebih-lebih

komponen matriks jaringan ikat dan membran basal. Akhir ini ternyata glikosilasi

dapat mengenai protein berjangka hidup pendek, lipid dan asam nukleat ( DNA ) (24).

Ada 3 mekanisme dimana AGEP menyebabkan perubahan patologik : (a)

Pembentukan AGEP intrasel yang mengubah fungsi protein, (b) AGEP ekstrasel

yang mengganggu fungsi matriks dan (c) AGEP ektrasel mendorong receptor

mediated ROS production, membentuk gen abnormal. Kalau monosit dalam sirkulasi

menjadi makrofag di jaringan, dan ditemukannya reseptor AGEP di membran

monosit, maka dapat dibayangkan bahwa pengaruh hiperglikemi terhadap makrofag

ini mungkin lewat glikosilasi ini, dengan mekanisme terjadi gangguan intrasel,

misalnya produksi protein khusus (24).

Selama ini diyakini bahwa TNF-α meningkatkan aktifitas fagositosis dan

aktifitas bakterisidal sel PMN . Namun belum ada kejelasan hubungan antara aktifitas

sel PMN dengan penderita diabetes yang tidak terkendali ( uncontrolled ). Dalam satu

studi telah ditemukan bahwa pemaparan TNF-α yang lama ( 12 hari ) terhadap

adiposit akan menurunkan kadar GLUT 1 dan GLUT 4, yang berakibat menurunkan

uptake glukosa, sehingga menyebabkan hiperglikemi. Penurunan uptake glukosa oleh

PMN akan menurunkan ” oxydative burst ” yang selanjutnya akan menurunkan

kemampuan sel PMN untuk mengeliminasi S Aureus. Sel monosit akan

berkompensasi memproduksi TNF-α lebih banyak lagi untuk tujuan meningkatkan

aktifitas fagositik dan daya bunuh sel fagosit antara lain sel PMN (24).

B.6. CMI ( Cell Mediated Immunity )

Banyak penelitian yang mengungkap adanya defek CMI ( Cell Mediated

Immunity ) pada pasien DM. Mac Cuish et al, dalam penelitiannya menemukan

bahwa transformasi limfosit terhadap rangsang PHA ( phytohemagglutinin )

ditemukan amat menurun pada DM yang tidak terkendali ( 5 ).

Speert dan Silva, menemukan limfosit pada anak yang mengalami ketoasidosis

mengalami penurunan respons terhadap mitogen, dan akan kembali baik bila kelainan

metabolik tersebut dikoreksi (5).

11

Page 12: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

Jumlah limfosit T menurun terutama CD4 (Th). CD4 menurun mengakibatkan

rasio CD4 : CD8 menurun. Kelainan ini oleh karena kadar insulin berkurang atau

aktivitas insulin menurun. Suatu bukti kemunduran limfosit T pada DM, tampak

kurangnya respons pembentukan antibodi spesifik bila diberi vaksin, misal

hepatitis B. Keadaan ini disebabkan karena aktifitas fagosit terganggu, kurang fungsi

pengenalan ( recognition ) terhadap antigen (13).

B.7. Faktor – faktor yang lain

Meningkatnya produksi AGEP mengakibatkan penurunan elastisitas dinding

pembuluh darah ( arteriosklerosis ) dan terikatnya protein plasma pada membrana

basalis, sehingga dinding pembuluh darah menebal disertai penyumbatan

mikrovaskular. Terikatnya immunoglobulin G ( IgG ) dan albumin pada membrana

basalis kapiler merupakan kejadian yang karakteristik pada DM, yang mana selain

diikat oleh AGEP juga dapat pula disebabkan oleh mekanisme imunologik sebagai

reaksi terhadap kerusakan sel. AGEP juga dapat mengikat LDL yang mana

selanjutnya akan mengalami oksidasi dan memacu proses kejadian aterosklerosis,

walaupun kadar LDL plasma masih dalam batas normal (26).

Gangguan sirkulasi mikrovaskuler pada individu diabetes diduga

menyebabkan orang mudah terkena infeksi dan juga mengganggu terhadap respons

terapi. Gangguan sirkulasi ini akan menyebabkan suplai darah ke perifer berkurang

yang berakibat antibiotik yang menuju ke jaringan yang mengalami infeksi juga

berkurang sehingga akan terjadi antibiotik subdosis. Seabrook et al, meneliti 16

pasien yang mendapatkan terapi antibiotik dan terapi pembedahan oleh karena infeksi

kaki diabetik, 9 dari pasien tersebut mendapatkan terapi yang tidak efektif sebab pada

jaringan didapatkan kadar antibiotik subterapi (10).

12

Page 13: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

BAB IV

KESIMPULAN

Diabetes Mellitus ( DM ) termasuk immunocompromise. Banyak klinisi

percaya bahwa orang diabetes mellitus mudah terkena infeksi, Hal ini akibat dari :

1. - Fungsi Polimorfonuklear ( PMN ) sebagai fagositosis,

kemotaksis, adherence, aktifitas bakterisidal menurun.

- Fungsi maupun jumlah monosit menurun..

- Aktivitas komplemen menurun

2. Transformasi limfosit menurun pada penderita DM, dan juga jumlah

limfosit terutama CD4 didapatkan penurunan.

3. Penurunan suplai darah dapat menurunkan peredaran antibiotik,

sehingga akan membuat penyembuhan infeksi lebih lama pada

penderita DM.

13

Page 14: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

SUMMARY

Diabetes Mellitus ( DM ) may be regarded as immunocompromised, Many

clinicians believe that people with DM have an increased susceptibility to infection.

Which are due to :

1. - Decreased.polymorphonuclear ( PMN ) function as phagocytosis,

chemotaxis, adherence, bactericidal activity.

- Decreased function circulating and also total number of

monocyte.

- Decreased Complement activity.

2. Lymphocyte transformation is diminished in patients with DM and

also total number lymphocyte especially CD4 is decreased.

3. Reduction in blood supply can reduce delivery of antibiotics,

with the result recovery in diabetic patients delay.

14

Page 15: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

Daftar Pustaka

1. Powers AC. Diabetes Mellitus. In : Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, et al, editors. Harrison’s Priciples of internal medicine.16th ed. New York : Mc graw Hill; 2005. p. 2152 – 2180.

2. Abbas AK, Maitra A. The endocrine system. In : Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editors. Robbins and Cotran Pathologic basis of disease 7 th ed. Philadelphia : Elsevier Saunders; 2005. p. 1189-1207.

3. ADA. Diabetes care in the school and day care setting. Diabetes care. 2005; 28 : S43-49.

4. Hashimoto K, Ikewaki K, Yagi H, Nagasawa H, Imamoto S, Shibata T, et al. Glucose intolerance is common in Japanese patients with acute coronary syndrome who were not previously diagnosed with diabetes. Diabetes care 2005; 28:1182-86

5. Sentochnik DE, Eliopoulos GM. Infection and diabetes. In : Khan CR, King GL, Moses AC, Weir GC, Jacobson AM, Smith RJ, editors. Joslin’s Diabetes Mellitus 14 th ed. Philadelphia : Lippincott william’s and wilkins. 2005. p. 1017-30.

6. Shah BR, Hux JE. Quantifying the risk of infectious diseases for people with diabetes. Diabetes care 2003; 26:510-13

7. Eliopoulos GM. Diabetes and infection. In : becker KL, et al, editors. Principles and practice of endocrinology and metabolism second ed. Philadelphia : Lippincott william’s and wilkins. 1995. p. 1303-05.

8. Bertoni AG, Saydah S, Brancati F. Diabetes and the risk of infection – related mortality in the U.S. Diabetes care 2001; 24:1044-49.

9. Harding GKM, Zhanel GG, Nicolle LE, Cheang M. Antimicrobial treatment in diabetic women with asymptomatic bacteriuria. N Engl J Med 2002; 347: 1576-83

10. Currie BP, Casey JI. Host defense and infections in diabetes mellitus. In : Porte D, Sherwin RS, Baron A, editors. Ellenberg and Rifkin’s Diabetes Mellitus 6 th ed. New york : McGraw Hill. 2003. p. 601-09

11. Widodo D. The Clinical, Laboratory, and Microbiological Profile of Patients with Sepsis at the Internal Medicine Inpatient Unit of Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jakarta. Medical Journal of Indonesia 2004; 13(2) : 90-5

12. Arifin, Guntur H. Prevalensi sepsis di rumah sakit dr. Moewardi surakarta tahun 2004. in : Guntur H, Pramana, Prasetyo DH, editors. Kumpulan makalah

15

Page 16: Imunnucompromise Pada Pasien Diabetes Mellitus

lengkap Konas Petri XI, Perpari VII, PKWI VIII dan PIT PAPDI Cab. Surakarta. 2005

13. Guntur H : Perbedaan respons imun yang berperan pada sepsis dan syok septik, suatu pendekatan imunopatobiologik sepsis dan syok septik pada immunocompromise dan non immunocompromise. Disertasi. Universitas Airlangga. Surabaya. 2001.

14. Konsensus Perkeni. Pengelolaan diabete mellitus tipe 2 di Indonesia. 2002

15. Baratawidjaja KG. Imunologi Dasar 6 th ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;2004

16. Djokomoeljanto R. Impaired response to infections in the diabetics. In : Kumpulan makalah diabetes mellitus. Semarang . 2004

17. Haynes BF, Fauci AS. Introduction to the Immune System. In : Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, et al, editors. Harrison’s Priciples of internal medicine.16th ed. New York : Mc graw Hill; 2005. p. 1907 - 30.

18. Bellanti JA, Josef V. Imunologi umum. In : Bellanti.. Imunologi III. Gajah Mada University Press; 1993;18-57

19. Joshi N, Caputo GM, Weitekamp MR, Karchmer AW. Ifections in patients with diabetes mellitus. N Engl J Med 1999; 341: 1906-12

20. Henson PM. Mekanisme injuri jaringan yang dihasilkan oleh reaksi imunologik. In : Bellanti.. Imunologi III. Gajah Mada University Press; 1993;234-79

21. Bernheim J, Rashid G, Gavrieli R, Korzets Z, Wolach B. In vitro effect of advanced glycation end-products on human polymorphonuclear superoxide production. Eur J Clin Invest. 2001 Dec;31(12):1064-9. ( Abstrak )

22. Kresno SB. Imunologi : Diagnosis dan prosedur laboratorium 4 th ed. Jakarta : Balai penerbit FKUI. 2001

23. Roio RD, Liberatore Jr, Barbosa SF, Alkimin M, Pires RB, Florido MP, et al. Is immunity in diabetic patients influencing the susceptibility to infection ? immunoglobulins, complement and phagocytic function in children and adolescents with type 1 diabetes mellitus. Pediatric diabetes 2005;6:206-212.

24. Djokomoeljanto R. Fungsi PMN pada diabetes. In : Kumpulan makalah diabetes mellitus. Semarang . 1999

25. Djokomoeljanto R. Diabetes mellitus dan infeksi jamur. In : Kumpulan makalah diabetes mellitus. Semarang . 1999

26. Darmono. Angiopati diabetika. In : Simposium gangguan vaskular pada diabetes mellitus. Semarang. 2006

16