imunisasi.ppt
TRANSCRIPT
IMUNISASI PADA ANAK
Dr. Edi Setiawan Tehuteru, SpA, MHA
Bagaimana Respons Tubuh Bila Dimasuki Benda Asing ?
Respons tidak spesifik
Respons spesifik
Respons spesifik
Kuman
Respons Tidak Spesifik:
Respons Spesifik:
Sistem Imun Tubuh Didapat
Dari Mana ?
A. Ibu
B. ASI
ASI SebagaiNutrisi
ASI BerperanMeningkatkan
Kecerdasan
MenyusuiMeningkatkan
Jalinan Kasih Sayang
ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Komposisi Kolostrum ASI Matur
IgA (mg/100 ml) 335,9 119,6
IgG (mg/100 ml) 5,9 2,9
IgM (mg/100 ml) 17,1 2,9
Berdasarkan penelitian defisiensi karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin dapat menurunkan sistem imun
Makanan dengan gizi seimbang
C. Nutrisi
D. Imunisasi
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi
penyakit
Jenis kekebalan
• Kekebalan pasif:kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiriContoh: kekebalan janin dari ibu atau setelah
pemberian suntikan imunoglobulin
• Kekebalan aktif:kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigenContoh: imunisasi atau terpajan secara alamiah
Tujuan imunisasi
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
Masalah yang sering dijumpai
• Imunisasi apa yang diperlukan oleh seorang anak ?
• Apa yang harus dilakukan bila pemberian imunisasi seorang anak sering tidak sesuai dgn jadwal yang diberikan dokter ?
• Apakah imunisasi ada efek sampingnya ?• Mengapa Hepatitis B yang pertama harus
diberikan pada bayi baru lahir dalam 12 jam pertama ?
JADWAL IMUNISASIRekomendasi PP IDAI 2004* (*Revisi September 2003)
Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir Hepatitis B-1
Polio-0
• HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
• Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
Keterangan Jadwal Imunisasi IDAI, Periode 2004
Keterangan Jadwal Imunisasi IDAI 2006
Vaksin Keterangan Vaksin Keterangan
Hepatitis B HB diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 3-6 bulan. Interval dosis minimal 4 minggu.
MMR MMR dapat diberikan pada umur 12 bln, apabila belum mendapat campak 9 bulan. Umur 6 tahun diberikan untuk ulangan MMR maupun catch-up immunization
Polio Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS OPV diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
Pneumokokus
Pada umur 2-5 tahun diberikan satu kali pada anak yang belum mendapatkan vaksin pneumokokus (PCV)
BCG Diberikan sejak lahir. Apabila umur >3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu, BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
Influenza Umur ≥ 9 tahun yang mendapat vaksin influenza trivalen (TIV) pertama kalinya harus mendapat 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu
DTP Diberikan pada umur ≥ 6 minggu, DTwP atau DTaP atau secara kombinasi dengan Hep B atau Hib. Ulangan DPT umur 18 bulan dan 5 tahun. Umur 12 mendapat TT pada program BIAS SD kelas VI
Hepatitis A Hepatitis A diberikan pada umur ≥2 tahun, dua kali dengan interval 6-12 bulan
Hib Diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Diberikan terpisah atau kombinasi
Tifoid Tifoid polisakarida injeksi diberikan pada umur ≥ 2 tahun, diulang setiap 3 tahun
Campak Campak-1 umur 9 bulan, campak-2 diberikan pada program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun
Kep. Menkes no. 1611/Menkes/SK/XI/2005Jadwal Imunisasi
Jadwal Imunisasi Kep. Menkes no. 1611/Menkes/SK/XI/2005
Jadwal
Imuni
Kep. Menkes no. 1611/Menkes/SK/XI/2005
Kep. Menkes no. 1611/Menkes/SK/XI/2005
Jadwal Imunisasi di Posyandu / Puskesmas
Mulai umur 5 Imunisasi Dasar
0 bulan (Segera setelah lahir) Hepatitis B 0 1 bulan BCG, Polio 12 bulan DPT-Hepatitis B -1, Polio 23 bulan DPT-Hepatitis B -2, Polio 34 bulan DPT-Hepatitis B -3, Polio 49 bulan Campak
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes, Dit Sepim Kesma, 2008
PERLU ???
IMUNISASI YG DIANJURKAN
VAKSIN KOMBO DTP-HB
VaksinHB I
VaksinDTP-HB I
VaksinDTP-HB II
VaksinDTP-HB III
0 1 2 3 4
10 mcg 5 mcg 5 mcg 5 mcg
VaksinHB I
VaksinHB II
6
VaksinHB I
10 mcg 10 mcg 10 mcg
KIPI HB I adalah Acquired Prothrombine ComplexDeficiency karena defisiensi vitamin K. Janganlupa suntikan vitamin K1 1 mg IM setelah lahirsebelum menyuntikan vaksin HB I
Catatan:
BIOFARMA
Masalah yang sering dijumpai
• Imunisasi apa yang diperlukan oleh seorang anak ?
• Apa yang harus dilakukan bila pemberian imunisasi seorang anak sering tidak sesuai dengan jadwal yang diberikan dokter ?
• Apakah imunisasi ada efek sampingnya ?• Mengapa Hepatitis B yang pertama harus
diberikan pada bayi baru lahir dalam 12 jam pertama ?
Vaksin 1 x / Vaksin dgn daya lindung panjang
• BCG (Bacille Calmette-Guerin)Usia < 12 bulan, boleh diberikan kapan sajaUsia > 12 bulan, kapan saja, dosis 0,1 ml IK
• CampakUsia 9-12 bulan, berikan kapan sajaUsia 1 tahun/lebih, berikan MMR
• MMRBila sampai dengan umur 12 bulan belum dapat vaksin campak, MMR bisa diberikan kapan saja setelah berumur 1 tahun
Vaksin dgn pemberian beberapa kali dan interval
waktu tertentu• DPT
Bila dimulai dengan DTPw, boleh dilanjutkan dengan DTPaBerikan Td pada anak > 7 tahun, jangan DTPw atau DTPa apabila vaksin tersediaBila terlambat, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan & lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapa jarak waktu/interval keterlambatan dari pemberian sebelumnyaBila belum pernah imunisasi dasar pd usia < 12 bulan, imunisasi diberikan sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun intervalnyaBila pemberian ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, maka pemberian ke-5 secepat-cepatnya 6 bulan sesudahnyaBila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, maka pemberian ke-5 tidak perlu lagi
……Vaksin
• Polio oralBila terlambat, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan & lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak waktu/interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya
• Hepatitis B Bila terlambat, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan & lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak waktu/interval keterlambatan dari pemberian sebelumnyaAnak dan remaja yang belum pernah imunisasi Hepatitis B pada masa bayi, bisa mendapat serial imunisasi Hepatitis B kapan saja saat berkunjung
……Vaksin
• HIBUsia 7-11 bulan, pernah imunisasi 1 dosis, berikan 1 dosis usia 7-11 bulan dan booster 1x setelah 2 bulan atau usia 12-15 bulanUsia 12-14 bulan, pernah imunisasi 2 dosis sebelum usia 12 bulan, berikan 1 dosisUsia 12-14 bulan, pernah imunisasi 1 dosis sebelum usia 12 bulan, berikan 2 dosis interval 2 bulanUsia 15-59 bulan, jadwal tidak lengkap, berikan 1 dosis
Belum pernah dapat imunisasi
Bila usia anak sudah berada di luar jadwal imunisasi dan belum pernah mendapat
imunisasi, maka imunisasi harus diberikan kapan saja pada umur berapa saja
sebelum anak terkena penyakit tersebut
Status imunisasi tidak jelas
Anak harus dianggap rentan dan harus diberikan imunisasi yang diperkirakan
belum didapat
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pemberian vaksin, seperti MMR,
Varisela, HIB, Hepatitis B, Campak, DPT, atau Polio akan merugikan penerima yang
sudah imun
Masalah yang sering dijumpai
• Imunisasi apa yang diperlukan oleh seorang anak ?
• Apa yang harus dilakukan bila imunisasi seorang anak sering tdk sesuai dengan jadwal yang diberikan dokter ?
• Apa efek samping dari imunisasi ?• Mengapa Hepatitis B yang pertama harus
diberikan pada bayi baru lahir dalam 12 jam pertama ?
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah
imunisasi
Reaksi KIPI terhadap DPTLokal
kemerahan, bengkak, nyeri
Sistemikdemam > 380C, somnolen, iritabilitas, anoreksia,
muntah, menangis terus, kejang, shock-like
SumberCody CL, Barraff LJ, Cherry JD, et al. Nature and rates of
adverse reactions associated with DTP and DT immunization in infants and children. Pediatrics 1981; 68: h.
650-60
Masalah yang sering dijumpai
• Imunisasi apa yang diperlukan oleh seorang anak ?
• Apa yang harus dilakukan bila imunisasi seorang anak sering tidak sesuai dengan jadwal yang diberikan dokter?
• Apakah imunisasi ada efek sampingnya ?
• Mengapa Hepatitis B yang pertama harus diberikan pada bayi baru lahir dalam 12 jam pertama ?
IMUNISASI HEPATITIS B
PendahuluanPendahuluan Infeksi virus hepatitis B (VHB) Infeksi virus hepatitis B (VHB) salah salah
satu penyakit hati tersering di duniasatu penyakit hati tersering di dunia
AS: 300.000 kasus baru hepatitis B tiap AS: 300.000 kasus baru hepatitis B tiap tahunnya tahunnya
Infeksi perinatal / masa awal kanak-Infeksi perinatal / masa awal kanak-kanak kanak sedikit gejala bahkan tanpa sedikit gejala bahkan tanpa gejala gejala risiko tinggi menjadi kronis risiko tinggi menjadi kronis
Indonesia (1995) : angka kejadian 8,8%Indonesia (1995) : angka kejadian 8,8%
Lubis dkk, Medan: 1%
Van Hattum dkk, Riau: 1,9%
Amirudin dkk, Ujung
Pandang: 7,1%
Budihusodo dkk, Jakarta: 5,8%
Reiners dkk, Jabar: 4,7%
Brown dkk, Bali: 1,5%
ANGKA KEJADIAN DI INDONESIA
Sulaiman dkk 1995:
angka kejadian
8,8%
EPIDEMIOLOGI
Rumah Sakit Jumlah Sampel %HBsAg Peneliti
Jakarta 736 5,2 Wiharta,
1985
Surabaya 1016 4,6
Edison, 1989
Mataram 3079 3,8
Soewignyo, 1988
Yogyakarta 524 2,1
Sebodo, 1984
Manado 120 6,7
Engel, 1995
Denpasar 6043 2,45
Surya, 1993
Surakarta 1880 3,4 Suparyatmo,
1992
Prevalensi Ibu Hamil Pengidap VHB di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia
Risiko terjadinya infeksi VHB kronis berbanding terbalik antara usia dengan saat terjadinya infeksi.
Terinfeksi VHB < 1 tahun > 90% kronis
Terinfeksi VHB 2 - 5 tahun 50% kronis
Terinfeksi > 5 tahun 5 - 10% kronis
Amstrong dkk, 1990: 16.000 anak usia <10 tahun di AS terinfeksi VHB
Merican dkk: 44% dari pasien sirosis hepatis dan 45% dari pasien karsinoma hepatoseluler anak HBsAg (+)
Divisi Hepatologi Departemen
IKA FKUI/ RSCM
(periode Juli 1992 - April 2000)
28 pasien hepatitis B kronis dan 11 pasien
karsinoma hepatoselular (6 orang
diantaranya infeksi VHB positif)
Tang JR dkk:
100% bayi dengan HBsAg (+) saat lahir,
tetap positif pada saat bayi berusia 6 bulan
walaupun sudah diberikan profilaksis 75%
berkembang menjadi VHB kronik.
Usaha PreventifUsaha PreventifStrategi yang digunakanStrategi yang digunakan• Memeriksa HBsAg seluruh ibu hamil
• Imunisasi kelompok yang berisiko tinggi & seluruh bayi yang baru lahir
• Uji tapis untuk darah & produknya
• Tindakan pencegahan yang universal
• Menghindari penggunaan jarum bersama-sama
• Pencegahan pada keadaan yang khusus: profilaksis
• Edukasi mengenai transmisi VHB
Usaha PreventifUsaha Preventif
Imunisasi pasifImunisasi pasif
Dibuat dari serum pasien yang sembuh dari infeksi VHB akut & memiliki titer anti-HBs yang bermakna hepatitis B immunoglobulin (HBIG)
HBIG diberi bersamaan dengan imunisasi VHB kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg (+)
Vaksin dan HBIG harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir imunisasi VHB diteruskan sesuai dengan jadwalnya
Pemberian HBIG + vaksin melindungi bayi 85-95%
Bila hanya diberikan HBIG tanpa vaksin atau hanya vaksin efektifitas menjadi 70-75%
Imunisasi AktifImunisasi Aktif
1 Oktober 2002: program nasional imunisasi hepatitis B <7 hari pada seluruh bayi yang lahir
1981: vaksin hepatitis B dibuat secara komersil
Bayi cukup bulan: 3X pemberian saat lahir (kurang dari 12 jam), 1 bulan kemudian dan 5 bulan setelah pemberian yang kedua
Bayi prematur < 2 kg dengan ibu HBsAg (+) pemberian vaksin I (dengan HBIG) tidak dihitung Vaksin II: saat bayi mencapai 2 kg atau usia 2 bulan pada usia 3 bulan dan 8 bulan
Usaha PreventifUsaha Preventif
Chang dkk:Chang dkk: pe↓ angka kejadian karsinoma hepatoselular setelah pemberian imunisasi hepatitis B
Ni dkk:Ni dkk: pe↓ angka kejadian infeksi VHB karier setelah 15 tahun pemberian imunisasi di daerah endemisitas tinggi
Masalah yang sering dijumpai
• Mengapa vaksinasi BCG sebaiknya tidak diberikan beberapa hari setelah bayi lahir ?
Alasan
Pemberian vaksinasi BCG pada saat neonatus merupakan faktor risiko tertinggi untuk timbulnya limfadenitis BCG. Oleh
karena itu ada yang menganjurkan pemberian vaksinasi BCG sebaiknya pada
usia 2-3 bulan
Apa itu “Limfadenitis BCG” ?
Pembesaran kelenjar limfe regional ipsilateral dengan tempat suntikan yang timbul beberapa minggu setelah penyuntikan vaksin BCG. Umumnya tunggal, namun pada beberapa kasus dijumpai juga yang multipel.
Angka kejadian : 1-2 / 1000 dosis vaksin
Sering disebut juga sebagai BCG - itis
Gambaran Klinisnya ?
NonsupuratifMembaik dengan sendirinya dalam
beberapa minggu atau bulan (rerata 9,1 bulan)
Singla A, Singh S, Goraya JS, Radhika S, Sharma M. The natural course of nonsuppurative Calmette-Guerin Bacillus lymphadenitis.
Pediatr Infect Dis J 2002; 21: 446-8
PROGRESIF
Gambaran……Supuratif (15% atau 30-80%)Muncul fluktuasi pd perabaan,
pembengkakan, serta kemerahan pd kulit di atasnya. Bila didiamkan akan pecah &
terbentuk luka yg bergaung. Penyembuhan berlangsung bbrp bulan &
akan mengakibatkan sikatrisasi. Meningkat pd bayi yg diimunisasi pd masa
neonatus & bila timbulnya limfadenitis makin cepat terlihat
Hamedi AB, Velayati A. Clinical course study post-BCG vaccination. Internet J Infect Dis 2004: 3
Diagnosis• Secara klinis
Diagnosis Banding
• Adenitis piogenik (demam & nyeri tekan)
• Limfadenitis tuberkulosis (jarang ditemukan pembesaran kelenjar getah bening yang soliter)
Pemeriksaan Penunjang
Tidak banyak berperan, kecuali pemeriksaan pemetaan DNA yang secara
pasti dapat membedakan keduanya, namun tidak rutin dilakukan
Tata Laksana
• Nonsupuratif
Diobati atau tidak diobati, tidak ada perbedaan yang bermakna di antara keduanya untuk mencegah timbulnya proses supurasi
Tidak perlu obat sama sekali
Goraya JS, Virdi VS. Treatment of Calmette-Guerin Bacillus adenitis: a metanalysis. Pediatr Infect Dis J 2001; 20: 632-4.
Tata……• Supuratif
Aspirasi dgn jarum suntik, cukup 1x saja. Dibanding dgn yg tidak diaspirasi, tingkat penyembuhan yang diaspirasi lebih tinggi (95% vs 68%) dan penyembuhannya lebih cepat (6,7 minggu vs 11,8 minggu)
Bila aspirasi gagal, dpt dilakukan eksisi atau ekstirpasi. Penyembuhan lebih cepat
Ali S, Almoudaris M. BCG lymphadenitis. Arch Dis Child 2004; 89: 812.Goraya JS, Virdi VS. Bacille Calmette-Guerin lymphadenitis. Postgrad
Med J 2002;78: 327-9
Faktor Risiko ?
• Faktor Vaksin
1.Masih terdapat sisa kuman yang virulen
dalam vaksin
2.Viabilitas, proporsi dari kuman yang
hidup dan mati pada produk akhir vaksin
3.Dosis vaksin yang diberikan
Faktor……
• Faktor Penjamu
1.Status imunologi anak. Kelainan
imunodefisiensi merupakan faktor risiko
untuk timbulnya komplikasi lain yg berat
2.Vaksinasi BCG dilakukan pada saat
neonatus
Faktor……
• Faktor Tenaga Kesehatan
1.Secara tidak sengaja vaksin diberikan
secara subkutan (seharusnya intrakutan)
Apa tujuan vaksinasi BCG ?
Membuat infeksi primer TB buatan, sehingga bila suatu saat terjadi infeksi
alamiah, infeksi tersebut bersifat infeksi pasca primer
Infeksi primer TB menyebabkan kelainan yang bersifat sistemik, sedangkan infeksi pasca primer TB menyebabkan kelainan
yang sifatnya setempat
Oleh karena itu……
Vaksinasi BCG tidak mencegah seorang anak dari infeksi TB, namun mencegah timbulnya manifestasi penyakit TB yang berat, seperti TB Millier, Meningitis TB,
dan TB Tulang
Masalah yang sering dijumpai
• Apakah benar MMR dapat menye-babkan autisme pada anak ?
Autisme adalah penyakit yang kompleks dengan penyebab yang bermacam-
macam
MMR dapat merupakan salah satu pencetus terjadinya autisme
Konsensus IDAI & Psikiatri AnakAnak yang berasal dari keluarga penderita autisme sebaiknya tidak di imunisasi MMR
Pernah diduga bahwa penyebab autisme adalah
kandungan merkuri yang berfungsi sebagai
pengawet dalam vaksin MMR
Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang dilakukan, pernyataan tersebut di atas tidaklah
benar
Metil Merkuri vs Etil Merkuri
Apakah thimerosal itu?• Thimerosal adalah preservative- component untuk
mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur
• Thimerosal sudah digunakan sejak tahun 1930
• Sebagai preservative digunakan konsentrasi 0,003%-0,01%
• Thimerosal mengandung 49,6% merkuri dan dimetabolisme/degradasi menjadi etil merkuri dan thiosalysilate
• Vaksin yang mengandung 0.01% thimerosal sebagai preservative mengandung kira-kira 50 mcg thimerosal per 0,5 ml vaksin kira-kira 25 mcg etilmerkuri per 0,5 ml vaksin
Bayi sampai dengan 6 bulan mendapat imunisasi menurut jadwal PPI
Jumlah vaksin Kadar merkuri
(mcg)
BCG, OPV-0, HB-1
DTwP, OPV-1, HB-2
DTwP-2, OPV-2
DTwP-3, OPV-3, HB-3
25
50
25
50
Jumlah 150
Angka ini masih di bawah rekomendasi ATSDR, FDA, dan WHO tetapi di atas EPA
Limit merkuri pada bayi < 6 bulan menurut EPA (The Enviromental Protection Agency) ,
ATSDR (The Agency for Toxic Substance Disease Registry), FDA (The Food and Drug Administration), dan WHO
Agensi P5 berat badan
P50 berat badan
P95 berat badan
EPA 65 mcg 89 mcg 106 mcg
ATSDR 194 mcg 266 mcg 319 mcg
FDA 259 mcg 354 mcg 425 mcg
WHO 305 mcg 417 mcg 501 mcg
Diperkirakan P5, P50, P95 pada perempuan saat lahir 2,36 kg, 3,23 kg, 3,81 kg; dan usia 6 bulan: 5,25 kg , 7,21 kg, 8,73 kg; dipilih perempuan karena BB lebih rendah dari lelaki
Mercuri concentrations and metabolism in infants receiving vaccines containing thimerosal: a descriptive
studyMichael E. Pichichero, Elsa Cernichiari, Joseph Loprelato, John Treanor
• Kelompok 1: 40 bayi cukup bulan < 6 bulan mendapat vaksin mengandung thiomersal (DPaT, hepatitis B, dan beberapa Hib)
• Kelompok 2: 21 mendapat vaksin bebas thiomersal
• Diperiksa total merkuri darah, urin dan feses 3-28 hari setelah vaksinasi
• Mean dosis merkuri pada kelompok 1: 45,6 mcg (2 bulan) dan 111,3 mcg pada 6 bulan
• Merkuri dalam darah kelompok 1: 3,75-20,55 nmol/L (2 bulan) dan < 7,50 nmol/L ( 6 bulan); hanya 1 dari kelompok 2 mengandung merkuri
• Konsentrasi merkuri rendah di urin, tinggi di feses (mean 82 ng/g feses kering-2 bulan dan mean 58 ng/g -6 bulan
• Interpretasi: Pemberian vaksin mengandung thimerosal tampaknya tidak menaikkan konsentrasi merkuri di atas nilai aman bayi (29 nmol/L). Etil merkuri tampaknya dapat dieliminasi dari darah melalui feses setelah pemberian parenteral thimerosal di vaksin
Lancet 2002; 360: 1737-41
Thimerosal and the occurance of autism: Negative ecological evidence from Danish population-based
dataKreesten M Madsen, Marlene B Lauritsen, Carsten B Pedersen, et al
• 956 anak (L:P = 3,5:1) didiagnosis autism pada periode 1971-2000
• Tidak ada trend peningkatan insidens autism selama periode thimerosal digunakan di Denmark s/d 1990
• Dari 1991-2000 insidens meningkat dan terus meningkat setelah thimerosal dikeluarkan dari vaksin-termasuk juga meningkat pada anak yang lahir setelah thimerosal dihentikan
• Kesimpulan: Penghentian thimerosal dalam vaksin di Denmark 1992 diikuti peningkatan insidens autism. Data ekologi peneliti tidak mendukung korelasi antara vaksin yang mengandung thimerosal dan insidens autis
Pediatrics 2003; 112:604-606
Reaksi thd obat & vaksin :
Reaksi simpang• Efek farmakologis, efek samping, reaksi
idiosinkrasi - akibat potensi vaksin sendiri • Reaksi alergi – akibat kepekaan seseorang
terhadap unsur vaksin dengan latar belakang genetik, bisa karena protein telur (Campak, Gondong), antibiotik, bahan preservatif (Neomisin, Merkuri), atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin
• Interaksi obat, dan intoleransi
……Reaksi
Kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin
Kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, dan distribusi vaksin, Kesalahan prosedur
dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau Semata-mata kejadian yang timbul secara
kebetulan
Sebagian besar hubungan KIPI dengan imunisasi adalah secara kebetulan saja
Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
SumberVaccine Safety Committee, Institute of Medicine-USA
Faktor penyebab(Pokja KIPI Departemen Kesehatan RI)
1. Kesalahan program (penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin) / teknik pelaksanaan imunisasi (dosis terlalu banyak, lokasi dan cara menyuntik, sterilisasi semprit dan jarum suntik, jarum bekas pakai, tindakan a dan antiseptik, kontaminasi vaksin dan peralatan suntik, penyimpanan vaksin, pemakaian sisa vaksin, jenis dan jumlah pelarut vaksin, tidak memperhatikan petunjuk produsen)
2. Induksi vaksin3. Faktor kebetulan4. Penyebab tidak atau belum diketahui