imunisasi hanout

28
HAND OUT ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DAN BALITA DENGAN IMUNISASI Disusun Oleh: MAYSISKA ULIDA S NIM 0724017

Upload: ali-jahidin

Post on 21-Dec-2015

274 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

IMUNISASI HANOUT

TRANSCRIPT

Page 1: IMUNISASI HANOUT

HAND OUT

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DAN BALITA DENGAN

IMUNISASI

Disusun Oleh:

MAYSISKA ULIDA S

NIM 0724017

PROGRAM DIPLOMA IV KEBIDANAN

POLTEKKES TANJUNG KARANG

2008

Page 2: IMUNISASI HANOUT

HAND OUT

MATA KULIAH : Asuhan Neonatus Bayi dan Balita

TOPIK : Iminisasi

SUB TOPIK : Imunisasi dasar dan ulangan

WAKTU : 1x 60 menit

DOSEN : Maysiska Ullida S

OBYEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan tentang pengertian Imunisasi

2. Menyebutkan tujuan imunisasi

3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi

4. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi dasar dan imunisasi ulangan

5. Menjelaskan prosedur imunisasi

SUMBER PUSTAKA

1. Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Sari

Pediatri 2: 1, Juni 2005.

2. ASUH, Kerjasama Depkes RI – PATH – IDAI (UKK Perinotologi) -

USAID, 2003, Buku Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Bayi

Muda.

3. DEPKES RI 1998, Asuhan Kebidanan Pada Bayi/ Anak

1

Page 3: IMUNISASI HANOUT

PENDAHULUAN

Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk

mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah satu ancaman

terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang dibawa oleh

berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh mempunyai

cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis

penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa

pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem

imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-

kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan

tubuh (terutama pada anak-anak atau pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh

yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat

mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian.

URAIAN MATERI

Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh,

maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan

antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak

terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi

yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali

antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih

cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis

penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi.

Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit

penyakit, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.

2

Page 4: IMUNISASI HANOUT

PENGERTIAN

Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan

(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan

mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.

Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah

menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit

menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel

serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan

terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau

racunnya yang masuk ke dalam tubuh.

Imunisasi adalah upaya memberi kekebalan kepada seseorang. Sedangkan

vaksinisasi adalah cara untuk mendapatkan kekebalan dengan memberikan bibit

penyakit yang telah dilemahkan sehingga tubuh membentuk kekebalan sendiri.

Imunisasi itu keadaan setelah divaksin.

Imunisasi ada dua macam, yaitu :

1. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh

memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio.

2. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi,

sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah

penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka

kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir

dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui

darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap

campak.

3

Page 5: IMUNISASI HANOUT

TUJUAN IMUNISASI

Tujuan imunisasi

Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan

kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

Manfaat Imunisasi:

(1)Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

(2)Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa

anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

(3)Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

IMUNISASI

1. Status imun pejamu

Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu dapat mempengaruhi

keberhasilan vaksinasi. Misalnya pada bayi semasa fetus mendapatkan

antibodi maternal spesifik terhadap virus campak, bila vaksinasi campak

diberikan saat antibodi campak masih tinggi akan memberikan hasil yang

kurang memuaskan.

2. Faktor genetik pejamu

Interaksi antara sel-sel imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara

genetik respon imun manusia dapat dibagi atas responden baik, cukup dan

4

Page 6: IMUNISASI HANOUT

rendah terhadap antigen tertentu tetapi dapat lebih tinggi terhadap antigen

lain. Oleh karena itu tidak geran apabila keberhasilan vaksinasi ada yang

tidak berhasil 100%.

3. Kualitas dan kuantitas vaksin

Cara pemberian, dosis yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, frekuensi

pemberian yang terlalu sering dan jarak pemberian yang salah bisa

menyebabkan pengaruh buruk terhadap respon imun yang ada.

JENIS VAKSIN

1. Vaksin hidup (attenuated)

Berasal dari bakteri/virus (wild) penyebab penyakit. Virus/bakteri ini

dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang-

ulang. Supaya bisa hidup, vaksin attenuated harus melakukan replikasi di

dalam tubuh resipien hingga akhirnyadapat mengadakan rangsangan suatu

imun. Vaksin attenuated bersifat labil dan dapat mudah rusak bila berada

pada suhu yang lebih panas ataupun kena sinar. Contoh yang berasal dari

virus hidup adalah vaksin campak, parotitis, rubela, polio. Berasal dari

bakteri : vaksin BCG dan demam tifoid oral.

2. Vaksin Inactivated

Dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media

pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan

penambahan bahan kimia. Vaksin ini tidak dapat hidup atau tidak dapat

tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikkan. Vaksin

ini tidak menimbulkan penyakit walaupun orang tersebut sedang defisiensi

5

Page 7: IMUNISASI HANOUT

imun, dan tidak akan mengalami perubahan patogenik. Antigen ini tidak

dipengaruhi oleh jumlah anti bodi yang beredar. Vaksin ini selalu

membutuhkan dosis ganda. Pada awalnya, respon imun pertama tidak

mempengaruhi, setelah pemberian kedua dan ketiga baru imun protektif

muncul. Contoh sel virus inactivated ádalah polio, hepatitis A. contoh

bakteri adalah pertusis. Contoh toksoid ádalah DT dan gabungan

polisakarida adalah Hib.

3. Vaksin polisakarida

Subunit dari inactivated yang bentuknya unik, terdiri dar rantai panjang

dan molekul-molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri

tersebut. Contohnya adalah pnemokokus, meningokokus dan Hib.

4. Vaksin rekombinan

Didapatkan dengan cara teknik rekayasa genetika. Sering disebut sebagai

vaksin rekombinan. Contohnya adalah vaksin hep B.

JENIS IMUNISASI DASAR DAN ULANGAN

Sesuai dengan program pemerintah, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi

dasar terhadap tujuh macam penyakit yaitu TBC, difteria, tetanus, batuk rejan

(pertusis), polio, campak (measles, morbili) dan hepatitis B. Sedangkan imunisasi

terhadap penyakit lain seperti gondongan (mumps), campak Jerman (rubella),

tifus, radang selaput otak (meningitis) Hib, hepatitis A, cacar air (chicken pox,

varicella) dan rabies tidak diwajibkan, tetapi dianjurkan. Berikut ini penjelasan

mengenai beberapa vaksin yang sering diberikan pada anak :

6

Page 8: IMUNISASI HANOUT

1. VAKSIN BCG

Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M.

tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal

dari bakteri hidup yang dilemahkan (  Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh

Calmette dan Guerin.

Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya

percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang

berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah

bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat).

Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio

m. Deltoid dengan dosis 0,05 ml sebelah kanan.

Imunisasi ulang tidak perlu diberikan

Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai

usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2

bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini

"berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul

benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi

perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah

suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. 

Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.

Penyimpanan pada suhu < 5°C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).

Proses yang terjadi:

o Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo, berkembang biak reaksi

indurasi, eritema, pustula

7

Page 9: IMUNISASI HANOUT

o Setelah cukup berkembang, sub kutan, kapiler, kelenjar limfe, peredaran

darah

Bayi kulitnya tipis, intra kutan sulit dilakukan sering suntikan terlalu dalam (sub kutan)

Reaksi sesudah imunisasi BCG

1. Reaksi normal lokal

•           2 minggu indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula

•          3-4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)

•          8-12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm.

2. Reaksi regional pada kelenjar

•          Merupakan respon seluler pertahanan tubuh

•          Kadang terjadi di kelj axila dan servikal (normal BCG-it is)

•          Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi

•          Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)

•          Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan.

Komplikasi

1.      Abses di tempat suntikan

•          Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi

•          Oleh karena suntikan sub kutan

•          Abses matang, aspirasi

2.      Limfadenitis supurativa

•          Oleh karena suntikan sub kutan atau dosis tinggi

•          Terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi

8

Page 10: IMUNISASI HANOUT

•          Terapi tuberkulostatik mempercepat pengecilan.

Reaksi pada yang pernah tertular TBC:

•          Koch Phenomenon reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi)

4-6 minggu timbul scar.

Imunisasi bayi > 2 bulan tes tuberkulin (Mantoux)

•          Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC

•          Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intrakutan

•          Pembacaan dilakukan setelah 48 – 72 jam penyuntikan

•          Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.

•          < 5 mm            : negatif

•          6-9 mm            : meragukan

•          10 mm          : positif

Tes Mantoux (-) imunisasi(+)

Kontraindikasi

•          Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, defisiensi imun kongenital,

leukemia, keganasan

•          Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi

•          Hamil

 2. Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)

Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi

dan tampak adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan cepat

meluas dan menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri

dapat menyerang otot jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf. Racun dari

9

Page 11: IMUNISASI HANOUT

kuman tetanus merusak sel saraf pusat tulang belakang, mengakibatkan kejang

dan kaku seluruh tubuh. Pertusis (batuk 100 hari) cukup parah bila menyerang

anak balita, bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kematian.

Di Indonesia vaksin terhadap difteri, pertusis, dan tetanus terdapat dalam 3 jenis

kemasan, yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT,

dan kombinasi DPT.

Jadwal pemberian imunisasi :

1. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu sejak bayi berumur 2 bulan

dengan selang waktu penyuntikan minimal selama 4 minggu. Suntikan

pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, itu sebabnya suntikan

ini harus diberikan sebanyak 3 kali.

2. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1-2 tahun atau kurang lebih

1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-3.

3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD

dan saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT

(tanpa P).

Reaksi yang terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat

suntikan selama 1-2 hari. Imunisasi ini tidak boleh diberikan kepada anak yang

sakit parah dan yang menderita kejang demam kompleks.

3. Vaksin Polio

Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak

lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.

Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan

adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui

mulut.

Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.

Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan

selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan

10

Page 12: IMUNISASI HANOUT

bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan

diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT.

Jadwal pemberian imunisasi polio :

1. pada umur 0-11 bulan diberi sebanyak 3x pemberian dengan dosis 2 tetes

interval 4 minggu

2. pemberian ulangan pada umur 1,5-2 tahun

3. menjelang umur 5 tahun

4. pada umur 10-12 tahun (tamat SD)

4. Vaksin Campak

Penyakit ini sangat mudah menular. Gejala yang khas adalah timbulnya bercak-

bercak merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita demam, batuk, atau pilek.

Bercak merah ini mula-mula timbul di pipi yang menjalar ke muka, tubuh, dan

anggota badan.

Bercak merah ini akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam

waktu 7-10 hari. Pada stadium demam, penyakit campak sangat mudah menular.

Sedangkan pada anak yang kurang gizi, penyakit ini dapat diikuti oleh komplikasi

yang cukup berat seperti radang otak (encephalitis), radang paru, atau radang

saluran kencing.

Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam

kandungan dan kekebalan ini bertahan hingga usia bayi mencapai 6 bulan.

Imunisasi campak diberikan kepada anak usia 9 bulan. Biasanya tidak terdapat

reaksi akibat imunisasi. Namun adakalanya terjadi demam ringan atau sedikit

bercak merah pada pipi di bawah telinga, atau pembengkakan pada tempat

suntikan.

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak

(tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9

bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan

diulangi 6 bulan kemudian. Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, Campak-2

merupakan program. BIAS pada murid-murid SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila

telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, Campak-2 pada umur 5 tahun tidak

11

Page 13: IMUNISASI HANOUT

perlu diberikan. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5ml.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius.

gangguan sistem kekebalan.

pemakaian obat imunosupresan.

alergi terhadap protein telur.

hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin.

wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,

konjungtivitis dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).

5. Vaksin Hepatitis B

Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi darah, dan jarum

suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu melalui plasenta semasa bayi

dalam kandungan atau pada saat kelahiran. Virus ini menyerang hati dan dapat

menjadi kronik/menahun yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis

(pengerasan) hati dan kanker hati di kemudian hari.

•          Vaksin berisi HBsAg murni

•          Diberikan sedini mungkin setelah lahir

•          Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.

•          Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C

•          Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam

setelah lahir + imunisasi Hepatitis B

•          Dosis kedua 1 bulan berikutnya

•          Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan)

•          Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian

12

Page 14: IMUNISASI HANOUT

•          Kadar pencegahan anti HBsAg > 10g/ml

•          Produksi vaksin Hepatitis B di INA, mulai program imunisasi tahun 1997.

Efek samping :

•          Demam ringan

•          Perasaan tidak enak pada pencernaan

•          Rekasi nyeri pada tempat suntikan

Tidak ada kontraindikasi

Jadwal imunisasi :

1. Imunisasi dasar hepatitis B diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1

bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan tenggang waktu 5 bulan

antara suntikan kedua dan ketiga.

2. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar.

6. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Vaksin ini masih diimpor dan harganya cukup mahal. Penyakit gondongan

sebenarnya tidak berbahaya, tetapi bisa mengakibatkan komplikasi yang serius

seperti radang otak dan radang buah pelir (pada pria) atau kandung telur (pada

wanita) dan dapat mengakibatkan kemandulan. Penyakit rubella sebenarnya

ringan, tetapi dapat membahayakan karena dapat merusak janin dalam kandungan

pada masa kehamilan muda. Imunisasi MMR diberikan satu kali setelah anak

berumur 15 bulan. Imunisasi ulang dilakukan setelah anak berusia 12 tahun.

7. Vaksin Tifus/ Demam Tifoid

Vaksin ini tidak diwajibkan dengan pertimbangan bahwa penyakit tifus tidak

berbahaya pada anak dan jarang menimbulkan komplikasi. Gejala penyakit yang

khas adalah demam tinggi yang dapat berlangsung lebih dari 1 minggu disertai

dengan lidah yang tampak kotor, sakit kepala, mulut kering, rasa mual, lesu, dan

13

Page 15: IMUNISASI HANOUT

kadang-kadang disertai sembelit atau mencret. Ada 2 jenis vaksin demam tifoid,

yaitu vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Vaksin suntikan

diberikan sekali pada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun. Vaksin oral

diberikan pada anak umur 6 tahun atau lebih. Kemasan vaksin oral terdiri dari 3

kapsul yang diminum sekali sehari dengan selang waktu 1 hari.

8. Vaksin Radang Selaput Otak Haemophilus influenzae tipe B (Hib)

Penyakit ini berbahaya dan paling sering menyerang anak usia 6-12 bulan.

Radang selaput otak Hib sering mengakibatkan cacat saraf atau kematian.

Di Indonesia telah beredar 2 jenis vaksin Hib

1. ActHIB buatan Perancis

ActHIB: Imunisasi dasar diberikan pada usia 2-6 bulan sebanyak 3 kali

dengan jarak waktu 1-2 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 12 bulan

setelah imunisasi terakhir. Bila imunisasi diberikan pada usia 1-5 tahun

maka cukup diberikan satu kali tanpa ulangan.

2. PedvaxHIB .

PedvaxHIB (USA): Imunisasi dasar diberikan 2 kali pada usia 2-14 bulan

dengan selang waktu 2 bulan. Bila dosis kedua diberikan pada usia di

bawah 12 bulan, maka imunisasi ulangan harus diberikan paling cepat 2

bulan setelah suntikan kedua. Untuk anak yang baru mendapat imunisasi

setelah berusia lebih dari 15 bulan, maka imunisasi cukup diberikan satu

kali tanpa ulangan.

9. Vaksin Hepatitis A

Walaupun gejalanya lebih nyata dan lebih berat dari hepatitis B, penyakit ini

jarang menyebabkan komplikasi atau kematian. Tanda-tandanya adalah demam,

mual, lesu, mata dan kulit kekuningan disertai warna kencing seperti air teh.

Biasanya akan sembuh dalam waktu 2-3 minggu. Vaksin Hepatitis A untuk

14

Page 16: IMUNISASI HANOUT

mencegah infeksi disarankan pada umur lebih dari 2 tahun, diberikan 3 kali

dengan jadwal 0,1 dan 6 bulan.

10. Vaksin Cacar Air (Varicella)

Cacar air merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi ringan. Gejalanya khas,

mula-mula timbul bintik kemerahan yang makin membesar membentuk

gelembung berisi air dan akhirnya mengering dalam waktu 1 minggu. Gejala ini

mula-mula muncul di daerah perut, dada dan punggung, kemudian menyebar ke

muka, kepala dan anggota badan. Komplikasi yang mungkin timbul adalah radang

kulit, radang paru (pneumonia), radang otak (encephalitis), atau varicella

kongenital bila ibu menderita varicella pada kehamilan muda. Harga vaksin

(Varillix) masih mahal, karena itu direkomendasikan diberikan pada anak berusia

di atas 12 tahun yang belum pernah terkena varicella dan diulang 6-8 minggu

kemudian.

REAKSI KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

Orang tua atau pengantar bayi, balita, anak yang ingin imunisasi diberitahu bahwa

dapat terjadi reaksi lokal ditempat penyuntikan atau reaksi umum berupa gejala

tertentu, tergantung vaksinnya. Reaksi tersebut ringan dan mudah diatasi, dan bisa

hilang dalam 1-2 hari. Ditempat suntikkan kadang timbul gatal kemerahan,

bengkak, ruam, nyeri selama 1-2 hari. Kompres hangat di tempat yang benjol

tersebut. Tetapi apabila dijumpai abses dan limfeditis maka nakes harus

melaporkan kejadian tersebut ke dinas kesehatan atau layanan kesehatan. Ada 5

kelompok penyebab dalam KIPI:

1. kesalahan program

2. reaksi suntikan

3. reaksi vaksin

4. koinsiden

5. sebab tidak diketahui.

15

Page 17: IMUNISASI HANOUT

Hepatitis B HB diberikan dalam waktu 12 jam stelah lahir, dilanjutkan

pada umur 1 dan 3-6 bulan. Interval dosis minimal 4 minggu.

Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Saat bayi akan dipulangkan dari

RS/RB, OPV diberikan.

BCG diberikan sejak lahir. Apabila umur ≥ 3bulan maka harus uji

tuberkulin dulu, bila hasilnya negatif baru diberikan.

DTP diberikan pada umur ≥ 6 mgg, dapat diberikan kombinasi terhadap

Hep B ataupun Hib. Ulangan DPt umur 18 bulan dan 5 tahun. Umur 12

mendapat TT pada program BIAS SD kelas VI.

Hib diberikan mulai umur 12 bulan dengan interval 2 bulan. Diberikan

terpisah atau kombinasi.

16

Page 18: IMUNISASI HANOUT

Vaksin campak diberikan pada umur 9 bulan, campak 2 diberikan pada

program BIAS SD kelas 1 dan umur 6 tahun.

MMR diberikan pada umur 12 bulan, bila belum mendapatkan campak 9

bulan. Umur 6 tahun diberikaan untuk ulangan MMR.

Pneumokokus diberikan pada umur 2-5 athun diberikan 1 kali pada anak

yang belum mendapatkan vaksi PCV.

Influenza yang mendapatkan vaksin influenza trivalen (TIV) pertama

kalinya harus mendapatkan 2 dosis dengan interval 4 minggu.

Hep A diberikan pada umur ≥ 2thn, 2 kali dengan interval 6-12 bulan

Tifoid polisakarida diberikan pada umur ≥ 2 thn, diulang setiap 3 tahun

TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI

Memberi tahu secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko

apabila tidak divaksinasi.

Memeriksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan

secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.

Membaca dengan teliti tentang vaksin yang akan diberi.

Melakukan tanya jawab dengan orang tua sebelum melakukan

imunisasi.

Memeriksa penerima vaksin dan memberikan antipiretik bila perlu.

Memeriksa vaksin yang akan diberikan apakah ada tanda-tanda

perubahan.

Yakin bahwa vaksin yang diberikan adalah sesuai dengan jadwal.

Memberikan vaksin dengan teknik yang benar.

Mencatat hal pemberian vaksin tersebut.

KESIMPULAN

Imunisasi telah membawa perubahan yang sangat dramatik dalam dunia

kesehatan. Cara pemberian imunisasi sebenarnya menirukan kejadian sakit karena

suatu infeksi secara alamiah, sehingga menimbulkan infeksi ringan yang tidak

17

Page 19: IMUNISASI HANOUT

berbahaya, namun menghasilkan respon imun yang kebal. Sehingga bila ada

paparan penyakit yang sesungguhnya anak tidak akan menjadi sakit.

EVALUASI

1. Sebutkan pengertian dari imunisasi!

2. Sebutkan jenis-jenis vaksin!

3. Sebutkan imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah!

4. Sebutkan 2 contoh imunisasi ulangan (booster)!

5. Sebutkan 2 kejadian ikutan pasca imunisasi yang mungkin terjadi!

KUNCI JAWABAN

1. Imunisasi adalah upaya memberi kekebalan kepada seseorang.

2. Vaksin hidup (attenuated), Vaksin Inactivated, Vaksin polisakarida,

Vaksin rekombinan.

3. BCG, Hep B, Polio, DPT, Campak

4. Imunisasi DT, TT, polio dan campak.

5. Nyeri local pada tempat imunisasi, abses.

PENILAIAN

Setiap jawaban benar diberi skor 2

Jumlah nilai = Jumlah total nilai skor x 22

18