imuniasasi

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bel akang Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kematian balita, berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, “Pa radigma Seh at” dil aksa nak an mel alui beb erap a keg iat an antara lain  pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi). Imunisasi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan  pemberantasan penyakit menular (Ranuh, 2001). Pemberian imunisasi pada balita ti dak hanya me mberikan pencegahan terhadap anak terse but, tetapi akan member ika n dampak yan g jauh lebih lua s kar ena aka n men cegah terj adi nya  penularan yang luas dengan adanya peningkatan imunitas (daya tahan tubuh ter had ap pen yak it tert ent u) secara umum di masy arakat. Dimana , jika terj adi wabah penyakit menular, maka hal ini akan meningkatkan angka kematian bayi dan balita (Peter, 2002). Ang ka kematia n bayi dan bal ita yan g tin ggi di Indone sia men yeb abk an tur unn ya der aja t kes eha tan mas yar aka t. Mas alah ini mencer min kan per lun ya ke ikut sertaan Peme rin tah di ti ngkat na sio na l untuk untuk me ndukung dan mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia (Ranuh, 2001). Puskesmas adalah Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yan g ber tanggu ngj awab men yel eng gar aka n pemban gunan kes eha tan dis uat u wilayah kerja tertentu.

Upload: prasetya-rastra-sewakottama

Post on 30-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

imunisasi

TRANSCRIPT

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 1/42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan

angka kematian balita, berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun

1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain

 pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular 

adalah upaya pengebalan (imunisasi).

Imunisasi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan

 pemberantasan penyakit menular (Ranuh, 2001). Pemberian imunisasi pada balita

tidak hanya memberikan pencegahan terhadap anak tersebut, tetapi akan

memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya

 penularan yang luas dengan adanya peningkatan imunitas (daya tahan tubuh

terhadap penyakit tertentu) secara umum di masyarakat. Dimana, jika terjadi

wabah penyakit menular, maka hal ini akan meningkatkan angka kematian bayi

dan balita (Peter, 2002).

Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di Indonesia menyebabkan

turunnya derajat kesehatan masyarakat. Masalah ini mencerminkan perlunya

keikutsertaan Pemerintah di tingkat nasional untuk untuk mendukung dan

mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia (Ranuh, 2001).

Puskesmas adalah Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota

yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu

wilayah kerja tertentu.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 2/42

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta

masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok 

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya merupakan

salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat

masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB – kesehatan ibu dan anak (KIA),

Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang

sama(Effendy,1998 ).

Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi

masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh masyarakat dan

untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah

mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim puskesmas mengenai pelayanan

kesehatan dasar (Effendy,1998 ).

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam imunisasi adalah

kepatuhan jadwal imunisasi. Apabila ibu tidak patuh dalam mengimunisasi

 bayinya maka akan berpengaruh terhadap kekebalan dan kerentanan bayi terhadap

suatu penyakit. Sehingga bayi harus mendapatkan imunisasi tepat waktu agar 

terlindung dari berbagai penyakit berbahaya (Pedoman Imunisasi Di Indonesia,

2008).

Salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal imunisasi adalah

tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai imunisasi ini akan

mempengaruhi motivasi ibu untuk mengimunisasikan bayinya dengan tepat sesuai

 jadwal yang telah ditentukan (Basuki dan Parwati, 2001).

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 3/42

Mengingat pentingnya pengetahuan untuk membentuk pengertian dan

 penerimaan program imunisasi, maka peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh

hubungan antara pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar terhadap

kepatuhan imunisasi sesuai jadwal pada anak usia 0-1 tahun di puskesmas

Sidoarjo.

Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan tubuh pada bayi dan

anak terhadap penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau racun

kuman yang dilemahkan dimasukkan kedalam tubuh bayi/anak yang disebut

antigen. Dalam tubuh antigen akan bereaksi dengan antibodi sehingga akan terjadi

kekebalan (Depkes RI, 1992).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status imunisasi pada bayi

seperti faktor karakteristik ibu yang mempengaruhi pengetahuan, kepercayaan,

dan perilaku kesehatan ibu akan pentingnya program imunisasi, faktor jarak 

rumah ke tempat pelayanan imunisasi, atau faktor keterlambatan dropping vaksin,

kurang bulan.

Berdasarkan data jumlah anak usia 0-1 tahun di desa Magersari kabupaten

Sidoarjo tahun 2012 adalah 221 anak. Jumlah anak yang mendapatkan imunisasi

lengkap adalah 71 anak dan yang belum mendapat imunisasi lengkap adalah 150

anak. (sumber data primer puskesmas Sidoarjo)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah bagaimana

hubungan beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo?

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 4/42

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan beberapa faktor yang mempengaruhi

 pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak 

usia 0-1 tahun di desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Sidoarjo.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu mengenai

kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di

desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

yang mendapat imunisasi.

 b. Mengetahui hubungan antara beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan

imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

c. Menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi

kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di

desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk :

(1).Masyarakat

a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi

dasar khususnya kepada ibu

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 5/42

 b) Dapat menjadi sumber informasi dalam memberikan

motivasi kepada ibu-ibu untuk melengkapi imunisasi pada

anak yang usianya 0-1 tahun

(2).Peneliti

a) Sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan

klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

 b) Meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi dasar dan

hubungannya dengan pengettahuan ibu

c) Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian

dan tatacara penulisannya.

(3).Instansi terkait

Sebagai bahan masukan bagi puskesmas Sidoarjo dalam

melakukan intervensi selanjutnya dalam program imunisasi

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 6/42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

 pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

 penggunaan panca indra (Mubarok, 2009).

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi

 pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga

makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

 pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak 

langsung.

3. Umur  

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 7/42

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

 berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar 

dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan

 proporsi, hilangnya cirri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Hal ini

terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental

tarap berpikirseseorang semakin matang dan dewasa.

4. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

 berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang

kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun, jika

 pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara

 psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif 

dalam kehidupannya.

 b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

 pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.

2. Sosial Budaya

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 8/42

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat yang dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.(Wawan, 2010)

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan yaitu

sebagai berikut :

1. Tahu

Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu hal yang spesifik 

dari seluruh hal yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar 

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara

 benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, dan

 prinsip.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur 

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 9/42

5. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dan dapat menyesuaikan.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian

terhadap suatu objek atau pekerjaan.

III. Imunisasi

3.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak 

dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk 

mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz Alimul,2009). Imunisasi merupakan

reaksi antigen dan antibodi-antibodi yang dalam bidang ilmu imunologi

merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai anteigen) (Sujono,2009).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak 

dengan memasukan vakasin kedalam tubuh agar membuat anti gen untuk 

mencegah terhadap penyakit tertentu.Vaksin ini merupakan bahan yang dipakai

untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam tubuh melalui

suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, Polio dan Hepatitis ( Atikah, 2010).

3.2 Tujuan Imunisasi

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar 

dapat mencegah penyakit dan dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh

 penyakit yang sering berjangkit.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 10/42

3.3 Manfaat Imunisasi

1. Untuk anak 

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan

cacat atau kematian.

2. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya

akan menjalankan masa kanak-kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan

 berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Marimbi, 2010).

Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah:

1. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman memasuki

tubuh maka tubuh

2. akan berubah menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibody atau

anti toxin.

3. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan

lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang terbentuk.

4. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah

mulai lebih mengenai jenis antigen tersebut.

5. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang.

Untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu diberikan antigen/suntikan/

imunisasi ulang.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 11/42

6. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk 

terserang penyakit. (Sujono,2009)

3.4 jenis – jenis imunisasi

1. Imunisasi Pasif 

Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat

yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma

manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga

sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

2. Imunisasi Aktif 

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan

akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi

imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta

dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka

tubuh secara cepat dapat merespons. Imunisasi yang diberikan pada anak adalah:

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

TBC yang berat. Pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat

seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier, (pada seluruh lapangan paru)

atau 'IBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung

kuman yang telah dilemahkan. limfadenitis regional, dan reaksi panas.

2. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

difteri. Imunisasi merupakan vaksin yang mengandung racun kuman

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 12/42

difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat

merangsang pembentukan zat anti (toksoid).

3. Imunisasi polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

 poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.

4. Imunisasi campak 

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin

ini adalah virus yang dilemahkan.

5. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.

6. Imunisasi MMR ( Measles, Mumps, dan Rubela)

Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah

terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis, epidemika

(mumps) dan rubela (campak Jerman).

Adapun beberapa hal yang penting dalam pemberian imunisasi, yaitu:

1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut:

a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau

sakit.

 b. Pengalaman atau reaksi terhadap yang pernah didapat sebelumnya

2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I) terlebih dahulu sebelum

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 13/42

menerima imunisasi (informed consent), pengertian mencakup jenis

imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi dan efek sampingnya.

3. Catatan imunisasi (apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi),

 pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.

4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua, pemberian=munisasi pada anak 

harus didasari adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang

imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit, gali pemahaman orang tua

tentang imunisasi anak. pada akhirnya diharapkan ada kesadaran orang tua

untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan

 pertumbuhan dan perkembangan anak (Supartini, 2004).

Faktor yang perlu diperhatikan dalam imunisasi adalah ketepatan jadwal

imunisasi.Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan jadwal imunisasi

adalah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi tersebut. Pengetahuan inilah

yang akan mendorong seseorang untuk bersikap dan berperilaku patuh

(Notoadmodjo, 2007).

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang

oleh professional kesehatan (Sacket,2000). Variabel yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002) adalah :

1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio

ekonomi dan pendidikan.

2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat

terapi.

3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek 

samping yang tidak menyenangkan.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 14/42

4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,

 penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau

 budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti

regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam

 psikologi kesehatan.

Gambar 1: Jadwal imunisasi

3.5 Jenis imunisasi yang diberikan saat bayi sebelum 1 tahun

1. Imunisasi BCG, Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis)

 berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacii yang hidup didalam

darah. Itulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan jenis

 basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus

Celmette-Guerin)

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 15/42

2. Imunisasi Hepatitis B,Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk 

mencegah masuknya VHB, yaitu virus penyebab penyakit hepatitis B.

Hepatitis B dapat menyebabkan sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih

 buruk lagi mengakibatkan kanker hati.

3. Imunisasi Polio, Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap

serangan virus polio. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan

kelumpuhan.

4. Imunisasi DTP, Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit

difteri, tetanus, dan pentusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil.

5. Imunisasi Campak, Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan

campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari

ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat

 pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus Morbili.

6. Imunisasi HIB. Penyakit Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib.

Imunisasi Hib tidak dapat melindungi kanak- kanak daripada mendapat

 penyakit yang disebabkan oleh bakteria/ virus yang lain. Kanak- kanak 

mungkin boleh mendapat lain jenis jangkitan radang paru- paru, radang

selaput otak atau selesma.  Semua bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan perlu

diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan sebanyak 3 dos. Umur Dos:

2 bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3

7. Imunisasi Rotavirus Rotavirus merupakan penyakit yang banyak 

menyerang anak-anak dan menyebabkan kematian. Studi terbaru

mengungkapkan vaksin rotavirus terbukti efektif dan memberikan

 perlindungan yang luas. Baru-baru ini sebuah vaksin rotavirus

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 16/42

diperkenalkan dan telah terbukti sangat efektif serta memiliki beberapa

manfaat yang tidak terduga. Hal ini karena vaksin tersebut memberikan

 perlindungan yang lebih luas bagi anak yang menerima vaksin dan orang-

orang disekitarnya. Para peneliti yang mengevaluasi vaksin tersebut

menyimpulkan vaksin ini efektif karena terbukti menurunkan pasien rawat

inap akibat diare di rumah sakit sebanyak 50 persen. Penurunan ini terjadi

hanya setelah 2 tahun program imunisasi dimulai.

8. Imunisasi Pnemokokus. Vaksin pneeumokokus konjungat merupakan

vaksin kedua yang digunakan untuk mencegah radang selaput otak (Hib

adalah yang pertama). Dulu vaksinini hanya dianjurkan untuk dewasa

 berusia 65 tahun atau lebih dan tidak digunakan pada anak karena tipe

vaksin yang terdahulu (polisakarida) tidak bagus digunakan pada anak.

Vaksin ini memberikan kekebalan terhadap 7 strain bakteri pneumokokus

 penyebab terbanyak infeksi serius pada anak. Vaksin ini baru dapat

mencega infeksi telinga tengah, meningitis, pneumonia (radang paru), dan

 bakteremia akibat bakteri pneumokokus. Bayi harus mendapatkan vaksin

ini sebanyak 4 dosis, yang diberikan pada usia 2, 4, 6 dan 12 – 15 bulan.

Anak yang berusia lebih tua tidak memerlukan pengulangan dosis

sebanyak ini. Konfirmasi dengan dokter anak jika anak anda mulai

mendapatkan vaksin pada usia yang lebih tua. Untuk anak berusia

lebihdari 5 tahun yang ingin diberikan imunisasi dapat diberikan vaksin

 pneumokokus polisakarida. Vaksin pneumokokus dapat diberikan

 bersamaan dengan vaksin lainnya

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 17/42

9. Imunisasi influenza. Imunisasi influenza untuk pencegahan influenza

musiman. Influenza (flu) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

influenza. Ada berbagai jenis virus flu, dimana mereka sering ditularkan

melalui batuk dan bersin. Gejala influenza suhu tinggi (demam), nyeri

otot, batuk, sakit kepala dan kelelahan yang “ekstrim”. Flu biasanya

 berlangsung selama antara dua dan tujuh hari dan biasanya membaik 

secara spontan. Kebanyakan orang bisa sembuh sepenuhnya, tetapi

komplikasi, seperti infeksi dada atau pneumonia, berkembang di beberapa

kasus.

3.6 Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak 

Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari

 beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan

teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi

dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin

tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka

tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya. Jadi,

imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah

 penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain disekitarnya.

3.7 Bahaya kalau tidak diimunisasi

Kalau anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak 

mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman

 berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan

kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 18/42

Anak yang tidak diimunisasi akan menyebarkan kuman-kuman tersebut ke

adik, kakak dan teman lain disekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang

menyebar kemana-mana menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak.

Oleh karena itu, bila orangtua tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa

membahayakan keselamatan anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena

mudah tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat

atau kematian.

3.8 Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi

Imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk imunisasi rutin

meliputi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak dan vaksin untuk jemaah haji.

Imunisasi yang belum disediakan oleh pemerintah antara lain : Hib,

Pneumokokus, Influenza, Demam Tifoid, MMR, Cacar air, Hepatitis A dan

Kanker Leher Rahim (HPV).

Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat

menyerang dan merusak hati. Imunisasi Polio untuk mencegah serangan virus

 polio yang sapat menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi BCG untuk mencegah

tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa menimbulkan

kematian atau kecacatan.

Imunisasi DPT untuk mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus.

Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas,

serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung..

Imunisasi Hib dan Pneumokokus dapat mencegah infeksi saluran nafas berat

(pneumonia) dan radang otak (meningitis). Imunisasi influenza dapat mencegah

influenza berat. Imunisasi demam tifoid dapat mencegah penyakit demam tifoid

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 19/42

 berat. Imunisasi MMR dapat mencegah penyakit : Mumps (gondongan, radang

 buah zakar), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman). Imunisasi cacar air 

(varisela) untuk mencegah penyakit cacar air. Imunisasi Hepatitis A untuk 

mencegah radang hati karena virus hepatitis A. Imunisasi HPV untuk mencegah

kanker leher rahim.

3.9 Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)

Setelah imunisasi kadang-kadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi

(KIPI) demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan, agak rewel. Itu adalah

reaksi yang umum terjadi setelah imunisasi. Umumnya akan hilang dalam 3-4

hari, walaupun kadang-kadang ada yang berlangsung lebih lama. Efek samping

imunisasi antara lain :

• Hepatitis A: Nyeri kemerahan di daerah suntikan, sakit kepala, kelelahan,

reaksi alergi.

• Hepatitis B: Nyeri di tempat suntikan, demam.

• Influenza: Kemerahan dan bengkak di daerah suntikan selama 2 hari,

demam

• Tetanus-difteri: demam, nyeri dan bengkak.

• MMR: rash, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri dan kaku pada

sendi 1 atau 2 minggu setelah vaksinasi.

• Varisela: demam, nyeri, kemerahan, rash sampai 3 minggu

• Peunomokokus: demam, nyeri ditempat suntikan

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 20/42

• Vaksin Polio Oral: Tidak ada

Vaksin Polio Inaktif: kemerahan dan rasa tidak nyaman di tempat

suntikan

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIA

A. Kerangka konsep

KETERANGAN:

: Di teliti

Faktor Eksternal: 

Fakktor Internal:

 

Pengetahuan Ibu

Tentang

Kelengkapan

. Umur 

. Penghasilan

. Jarak tempuh

. Lingkungan

. Dukungan Keluarga

. Tenaga Kesehatan

. Budaya

. Pendidikan

. Pekerjaan

. Penyuluhan

Status Imunisasi

dasar Lengkap

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 21/42

: Tidak Di teliti

Dalam kerangka konsep ini kita akan menghubungkan pengetahuan ibu

dengan status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun melalui

 beberapa faktor. faktor yang mencakup internal dan dan faktor eksternal.Dalam

 beberapa faktor ada yang diteliti dan tidak diteliti, seperti pengetahuan,

 pendidikan, pekerjaan dan penyuluhan sebagai faktor yang diteliti sedangkan

umur, penghasilan, jarak tempuh, budaya dan tenaga kesehatan yang tidak diteliti.

Faktor-faktor yang diteliti digunakan sebagai hipotesa dimana faktor tersebut

dapat berhubungan dalam mempengaruhi dalam status kelengkapan imunisasi

dasar dalam konsep penelitian.

B. Hipotesis penelitian

Uji hipotesis untuk menilai beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar lengkap

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 22/42

BAB IV

METODE PENELITIAN

a. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode observasi-cross sectional-

analitik. peneliti akan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu

terhadap kelengkapan imunisasi dasar.

b. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah 221 anak, yang usia 0 – 1 tahun

dengan 71 anak imunisasi lengkap bertempat tinggal di desa

magersari dan yang tidak lengkap 150 anak 

2. Sampel

Besar sampel di ambil secara random sampling

n = Z2 P . Q = Z2 P ( 1 - P ) = ( 1,96 )2.0,32.0,68 = 83

  d2 (0,1)2 (0.01)

Ket:

n = besar sampel awal yang di teliti

P = Karakteristik suatu keadaan dalam normal bila tidak di ketahui

dianggap sebesar = 32%

Q = 1 – P = 0,68

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 23/42

α = tingkat kemaknaan ( 0,05 )

d = tingkat ketepatan absolute yang di kehendaki (0,1)

3. Teknik pengambilan sample menggunakan.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Sistematik Random

Sampling dengan menentukan Interval dengan hasil interval 3, jumlah

 populasi ibu yang mempunyai anak sebanyak 221, menggunakan sampel

sebanyak 83 sampel dengan cara interval tiga ( 3 )

c. Variabel penelitian : Bebas dan terikat

• Variabel bebas:

1. Pendidikan Ibu tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada

anak 0 – 1 tahun.

2. Pekerjaan Ibu tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada

anak 0 – 1 tahun.

3. Penyuluhan tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada anak 

0 – 1 tahun.

• Variabel Terikat:

Kelengkapan Imunisasi dasar pada anak 0 – 1 tahun di desar magersari.

d. Lokasi dan waktu penelitian.

Lokasi Penelitian di lakukan di desa magersari kecamatan sidoarjo,

kabupaten sidoarjo

Waktu penelitian di lakukan mulai 3 juni – 23 juni 2013.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 24/42

e. Bahan Subyek dan alat / instrumen penelitian.

Alat / Instrumen Penelitian yang digunakan sebagai penunjang penelitian

adalah kuisioner berupa pertanyaan secara tertulis pada ibu yang

mempunyai anak usia 0-1 tahun.

f. Definisi Operasional

Pendidikan adalah bimbingan yang di derikan seseorang kepada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

Tabel 1. Defenisi Operasional Pendidikan

 No Variable Batasan/ Operasional Skala data

1 Pendidikan < SMA 58

2 >SMA 25

Pekerjaan adalah suatu tugas/ kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang

Tabel 2. Difenisi operasional Pekerjaan

 No Variable Batasan/ Operasional Skala data

1 Pekerjaan Bekerja 32

2 Tidak bekerja 51

Penyuluhan adalah sebuah intervensi sosial yang mmelibatkan penggunaan

komunikasi informasi secara sadar untuk membantu masyarakat, membentuk 

 pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan dengan baik (Ban,1999)

Tabel 3. Difenisi operasional penyuluhan

 No Variable Batasan/ Operasional Skala data

1 Penyuluhan Ya 21

2 Tidak 62

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 25/42

Imunisasi adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan

anak dengan memasukan vakasin kedalam tubuh agar membuat anti gen untuk 

mencegah terhadap penyakit tertentu.

Table 4. Definisi operasional kelengkapan imunisasi

 No Variable Batasan/ Operasional Skala data

1 Kelengkapan

imunisasi

Lengkap 59

2 Tidak lengkap 24

g. Analisis data

• Univarian

• Bivariant (hubungan variable bebas dan terikat)

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 26/42

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A) Karasteristik Responden

Tabel 5. Tingkat pendidikan responden di desa magersari kecamatan sidoarjo,

kabupaten sidoarjo.

 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentasi (%)

1. > SMA 58 69,88

2. < SMA 25 30,12

Jumlah 83 100Sumber data hasil survei, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 69,88 % dengan tingkat

 pendidikan > SMA dan 30, 12 % dengan tingkat pendidikan < SMA .

Tabel 6. Tingkat pekerjaan responden di desa magersari kecamatan sidoarjo,

kabupaten sidoarjo.

 No. Pekerjaan Jumlah Prosentasi (%)1. Bekerja 32 38,55

2. Tidak Bekerja 51 61,45

Jumlah 83 100

Sumber data hasil survei, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 38,55 % dengan jumlah yang

 bekerja dan 61,45 % dengan jumlah yang tidak bekerja.

Tabel 7. Tingkat Frekuensi Penyuluhan responden di desa magersari kecamatan

sidoarjo, kabupaten sidoarjo.

 No. Frekuensi Pernah Mengikuti Jumlah Prosentasi (%)

1. Ya 21 25,31

2. Tidak 62 74,69

Jumlah 83 100

Sumber data hasil survei, 2013

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 27/42

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 25,31 % dengan tingkat

frekuensi dilakukan penyuluhan dan 74,69 % dengan tingkat frekuensi tidak 

dilakukan penyuluhan .

Tabel 8. Kelengkapan Imunisasi anak 0-1 tahun di desa magersari kecamatan

sidoarjo, kabupaten sidoarjo.

 No. Kelengkapan Imunisasi Jumlah Prosentasi (%)

1. Lengkap 59 25,31

2. Tidak Lengkap 24 74,69

Jumlah 83 100

Sumber data hasil survei, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 25,31 % dengan Lengkap

Imunisasi dan 74,69 % dengan tidak lengkap Imunisasi .

B) Hubungan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ibu terhadap Kelengkapan

Imunisasi dasar anak usia 0 – 1 tahun.

1. Faktor Pekerjaan yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap kelengkapan

Imunisasi dasar 

Tabel 9. Observed Frekuensi

Tingkat

 pekerjaan

Kelengkapan Imunisasi Jumlah %

Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Ya % Tidak %

Bekerja 24 75 8 25 32 100

Tidak 

Bekerja

35 68,6 16 31,3 51 100

Total 59  jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 24  jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 83  jjjjjjjjj

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 28/42

 Keterangan:

E: Frekuensi Harapan

r : baris

C: Kolom

n : Sampel

Tabel 10. Expected Frekuensi

Tingkat

 pekerjaan

Kelengkapan Imunisasi

JUMLAHJjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

Expected

Tidak 

Expected

Bekerja 22,75 9,25 32

Tidak Bekerja 36,25 14,75 51

Total 59 24 83

X2 = ∑(1Co – Q) – 1/2 )2 = [(24 – 22,75) - 0,5)2 = 0,02

   N 22,75

(35 – 36,25)2 = 0,08

36,25

  [( 8 – 9,25) – 0,5)2 = 0,33

  9,25

[(16 x 14,75) – 0,5)2 = 0,03

14,75

0,02+0,08+0,33+0,03 =0,46

E1 = Total C1 x total r1

  n

E2 = Total C2 x total r2

  n

E3 = Total C3 x total r3

  n

Hipotesis :

H0 : Tidak ada pengaruh antara pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 29/42

H1 : Ada pengaruh antara pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 

2. Penentuan DF pada α = 5%

DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1

3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan α = 0,05

Untuk DF = 1 = α = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian

H0 : ditolak bila X2 ≥3,841

H0 : diterima bila X2<3,841

X2

<3,841 sehingga H0 di terima artinya tidak ada pengaruh antara tingkat

 pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi.

Chi-Square Tests

Value Df  

 Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.867a 1 .172

Continuity Correctionb 1.249 1 .264

Likelihood Ratio 1.841 1 .175

Fisher's Exact Test .216 .132

Linear-by-Linear 

 Association1.845 1 .174

N of Valid Casesb

83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.25.

b. Computed only for a 2x2 table

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 30/42

Grafik 1. Hubungan pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi

2. Pendidikan

Tabel 11. Observed Frekuensi

Tingkat

Pendidikan

Kelengkapan Imunisasi Jumlah %

Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Ya % Tidak %

<SMA 40 68,96 18 31,04 58 100

>SMA 19 76 6 24 25 100Total 59  jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 24  jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 83  jjjjjjjjj

Tabel 12. Expected frequensi

Tingkat

Pendidikan

Kelengkapan Imunisasi JUMLAH

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 31/42

 Keterangan:

E: Frekuensi Harapan

r : baris

C: Kolom

n : Sampel

Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

Expected

Tidak 

Expected

<SMA 41,22 16,78 58>SMA 17,78 17,22 25

Total 59 24 83

E1 = Total C1 x total r1

  n

E2 = Total C2 x total r2

  n

E3 = Total C3 x total r3

  n

X2 = ∑(1Co – Q) – 1/2 )2 = [(40 – 41,22)-0,5)2 = 0,16

  n 41,22

 

[( 19 – 17,78) – 0,5)2 = 0,02

  17,78

 

[(18 x 16,78) – 0,5)2 = 0,03

16,78

  [ (6 – 7,22) – 0,5)2 =

0,40

  7,22

= 0,16+0,02+0,03+0,40 = 0,52

Hipotesis :

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 32/42

H0 : Tidak ada pengaruh antara pendidikan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 

H1 : Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 

2. Penentuan DF pada α = 5%

DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1

3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan α = 0,05

Untuk DF = 1 = α = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian

H0 : ditolak bila X2 ≥3,841

H0 : diterima bila X2<3,841

X2 <3,841 sehingga H0 di terima artinya tidak ada pengaruh antara tingkat

 pendidikan dengan kelengkapan imunisasi.

Chi-Square Tests

Value df  

 Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.384a 1 .239

Continuity Correctionb .832 1 .362

Likelihood Ratio 1.447 1 .229

Fisher's Exact Test .298 .182

Linear-by-Linear Association 1.367 1 .242

N of Valid Casesb 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.23.

b. Computed only for a 2x2 table

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 33/42

Grafik 1. Hubungan pendidikan dengan kelengkapan imunisasi

3. Penyuluhan

Tabel 13. Observed Frekuensi pernah mengikuti penyuluhan

Pernah

mengikuti

 penyuluhan

Kelengkapan Imunisasi Jumlah %

Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Ya % Tidak %

Ya 10 47,61 11 52,39 21 100

Tidak 49 79,03 13 20,97 62 100

Total 59 Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 24  jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 83  jjjjjjjjj

Table 14.Expected

Penyuluhan

Kelengkapan ImunisasiJUMLAH

Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Expected Tidak Expected

Ya 14,92 6,07 21

Tidak 44,08 17,93 62

Total 59 24 83

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 34/42

 Keterangan:

E: Frekuensi Harapan

r : baris

C: Kolom

n : Sampel

E1 = Total C1 x total r1

  n

E2 = Total C2 x total r2

  n

E3 = Total C3 x total r3

  n

X2 = ∑(1Co – Q) – 1/2 )2 = [(10 – 14,92)-0,5)2 = 1,96

n 14,92

 

[( 49 – 79,03) – 0,5)2 =11,67

  79,03

[(11 x 6,07) – 0,5)2 = 3,23

6,07

  [ (13 –1 7,93) – 0,5)2 =

4,85

  17,93

1,96+11,67+3,23+4,85= 21,71

Hipotesis :

H0 : Tidak ada pengaruh antara penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 

H1 : Ada pengaruh antara penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 

2. Penentuan DF pada α = 5%

DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1

3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan α = 0,05

Untuk DF = 1 = α = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 35/42

H0 : ditolak bila X2 ≥3,841

H0 : diterima bila X2<3,841

X2 <3,841 sehingga H0 di tolak artinya ada pengaruh antara adanya penyuluhan

dengan kelengkapan imunisasi

Chi-Square Tests

Value df  

 Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 69.111a 1 .000

Continuity Correctionb 64.559 1 .000

Likelihood Ratio 75.808 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 68.278 1 .000

N of Valid Casesb 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.07.

b. Computed only for a 2x2 table

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 36/42

Grafik 3. Hubungan frekuensi penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi

BAB VI

PEMBAHASAN

Hubungan Tingat Pendidikan Yang Mempengaruhi Penetahuan Ibu

Terhadap Kelengkapan Imunisasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58 orang (69,88 %)

dengan tingkat pendidikan > SMA 25 orang (30, 12 % ) dengan tingkat

 pendidikan < SMA . Penelitian di Amerika Serikat dan Turki menemukan bahwa

ibu dengan pendidikan yang tinggi tidak khawatir terhadap keamanan imunisasi

dan memiliki keyakinan yang besar terhadap imunisasi sebaliknya penelitian di

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 37/42

Swiss dan Jerman ibu yang berpendidikan tinggi memiliki probabilitas kurang

terhadap imunisasi dari pada ibu dengan pendidikan tingkat rendah. Penelitian

lainnya yang dilakukan oleh Breiman di Bangladesh menyatakan bahwa ibu

dengan pendidikan tinggi tidak memiliki kepedulian yang besar terhadap

 pemberian imunisasi sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih memiliki

kepedulian yang besar terhadap pentingnya imunisasi. Penelitian oleh Babirye at 

al  bahwa pendidikan ibu bukan merupakan independen kuat dalam pemberian

imunisasi melainkan kemiskinan yang menjadi peranan penting dalam pemberian

imunisasi. Hasil penilitian tentang hubungan tingkat pendidikan tidak 

mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak.

Hubungan Tingat Pekerjaan Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu

Terhadap Kelengkapan Imunisasi

Hasil penelitian mendapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja atau

merupakan ibu rumah tangga yang berjumlah 40 orang (70,2%), ibu yang bekerja

sebagai petani sebanyak 15 orang (26,3%), bekerja sebagai swasta sebanyak 2

orang (3,5%), dan tidak ditemukan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri.

Penelitian oleh Antai Diddy di Nigeria menyatakan bahwa Ibu yang tidak bekerja

memiliki kepedulian yang kurang terhadap imunisasi.14 Menurut Purwati pada

tahun 2008 menyebutkan, bahwa pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian

imunisasi karena semakin sibuk seorang ibu maka semakin banyak waktu yang

tersita sehingga tidak dapat memberikan imunisasi kepada anak mereka,

sedangkan ibu yang tidak bekerja cenderung memberikan imunisasi kepada

anaknya. . Hasil penilitian tentang hubungan pekerjaan tidak mempengaruhi

 pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 38/42

Hubungan Penyuluhan Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap

Kelengkapan Imunisasi

Ketersediaan tenaga kesehatan dalam program penyuluhan imunisasi

sudah secara optimal. Hal ini menyebabkan pelaksanaan imunisasi sudah secara

maksimal.Persentase masyarakat yang mendapat penyuluhan tentang pelaksanaan

imunisasi sesuai dengan target yang diharapkan sebanyak 52,39 %. Dalam hal ini

masyarakat perlu mempertahankan lebih-lebih meningkatkan partisipasinya,

sehingga keterbatasan kemampuan Pemerintah (Dinas Kesehatan dan Puskesmas)

dapat ditanggulangi. Sesuai dengan Dirjen PPM & PLP, (1999), bahwa salah satu

faktor tingginya pengetahuan ibu mendorong ibu untuk imunisasikan anaknya

adan rendahnya tingkat pengetahuan dari minimnya pengetahuan memiliki faktor 

ketidakmauan ibu untuk melakukan imunisasi terhadap anaknya

Menurut Leihad (2005) kegiatan partisipasi keluarga dengan peningkatan

kualitas sumber daya manusia yang melaksanakan program bersifat teknis perlu

didukung oleh Pemerintah Daerah dengan mengeluarkan peraturan daerah serta

dana anggaran belanja yang dialokasikan guna peningkatan sumber daya manusia.

Hasil penilitian hubungan penyuluhan sesuai penelitian mempengaruhi

mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak 

sehingga penerapan penyuluhan di puskesmas atau pada kader-kader dapat

dipertahankan dengan tujuan kelengkapan imunisasi dasar pada anak dapat

terpenuhi secara optimal.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 39/42

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

kelengkapan imunisasi dasar adalah faktor internal yaitu pendidikan dan

 pekerjaan dan faktor eksternal yaitu penyuluhan ( frekuensi pernah

mengikuti penyuluhan).

2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 25.31% anak telah

diimunisasi lengkap dan 74.69 % anak belum diimunisasi lengkap.

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 40/42

3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang bersekolah

< SMA adalah 69.88% dan imunisasi anaknya lengkap sebanyak 68,96%

dan yang tidak lengkap sebanyak 31,04%. Yang bersekolah > SMA adalah

30,12% dan imunisasi anaknya lengkap 76% dan yang tidak lengkap

24%.

4. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan responden yang

tidak bekerja 38,5% dan imunisasi anak lengkap sebanyak 68.7% dan

yang tidak lengkap 31.3%. Responden yang bekerja 31,45% dengan

imunisasi anak lengkap 75% dan yang imunisasi tidak lengkap 25%.

5. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden yang

mengikuti penyuluhan 25.31% dan imunisasi anak lengkap sebanyak 

47.61% dan yang tidak lengkap 52.39%. frekuensi responden yang tidak 

mengikuti penyuluhan 74.69% dengan imunisasi anak lengkap 79.03%

dan yang imunisasi tidak lengkap 20.97%.

6. Dari hasil analisis didapatkan :

a. Tidak ada hubungan antara pengaruh tingkat pendidikan dengan

kelengkapan imunisasi anak.

 b. Tidak ada hubungan antara pengaruh tingkat pekerjaan dengan

kelengkapan imunisasi anak.

c. Ada hubungan antara pengaruh frekuensi mengikuti penyuluhan

dengan kelengkapan imunisasi anak.

7. Pada penelitian yang dilakukan ini diperoleh beberapa kesimpulan :

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap kelengkapan

imunisasi anak 0-1 tahun di desa Magersari kecamatan Sidoarjo kabupaten

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 41/42

Sidoarjo adalah faktor frekuensi mengikuti penyuluhan yang berhubungan

dengan kelengkapan imunisasi (p=0,000).

7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada Dinas Kesehatan disarankan menyusun rancangan kerja tentang

 penyuluhan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam melaksanakan

imunisasi serta menyediakan dana untuk tenaga kesehatan guna melaksanakan

 penyuluhan.

2. Perlu kerjasama lintas program dan sektoral oleh Dinas Kesehatan maupun

Puskesmas sebagai penggerak peran serta masyarakat dalam melaksanakan

imunisasi

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Depkes

RI.

Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta.

http://www.depkes.go.id/

Depkes RI. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

http://www.depkes.go.id/

7/15/2019 imuniasasi

http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 42/42

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Operasional Pelayanan

 Imunisasi, Jakarta. http://www.depkes.go.id

Departemen Kesehatan RI. 1994.  Petunjuk Teknis Reaksi Samping 

 Imunisasi.

IDAI. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan

dokter anak Indonesia; 2008

 Notoatmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

 Notoadmojo, S. 2005, Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta, Rineka

Cipta

 Notoadmojo, S. 2007, Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta,

Rineka Cipta

 Notoadmojo, S. 2010, metodologi penelitian kesehatan. Jakarta, Rineka

Cipta

Peter G.  Nelson textbook of paediatrics. edisi 16. Philadelphia : WB

Saunders.2002.

Ranuh, I.G.N, 2005, Pedoman imunisasi di Indonesia. Jakarta, Badan

 penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Ranuh IGN.  Imunisasi di Indonesia, edisi 1. Satgas imunisasi Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.

Supartini Y, 2004, Buku ajar konsep keperawatan anak, Jakarta, EGC