implikasi kurikulum ktsp berkarakter tingkat ma terhadap perilaku keseharian peserta didik di...

Upload: muhammad-ikhsan

Post on 12-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    1/76

    IMPLIKASI KURIKULUM KTSP BERKARAKTER TINGKAT MA

    TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN PESERTA DIDIK

    DI MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAAT PUSAT PALU

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Kependidikan Islam (KI)

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (F.TIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu

    Oleh :

    LUKMANNIM 09.1.03.0193

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU

    2014

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    2/76

    ii

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Dengan penuh kesadaran, Penulis yang bertanda tangan di bawah ini,

    menyatakan bahwa skripsi dengan judul IMPLIKASI KURIKULUM KTSP

    BERKARAKTER TINGKAT MA TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN

    PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAAT PUSAT PALU

    benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia

    merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain secara keseluruhan atau

    sebagaian, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

    Palu, 26 September 2014 M

    01 Dzulhijjah 1435 H

    Penulis,

    LUKMAN

    NIM 09.1.03.0193

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    3/76

    iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi yang berjudul IMPLIKASI KURIKULUM KTSP

    BERKARAKTER TINGKAT MA TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN

    PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAAT PUSAT PALU,

    disusun oleh LUKMAN dengan Nim. 09.1.03.0193, Mahasiswa Jurusan

    Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

    Negeri (IAIN) Palu, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang

    bersangkutan, maka masing-masing pembimbing memandang bahwa skripsi

    tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat diajukan untuk diujikan di

    hadapan Dewan Penguji.

    Palu, 26 September 2014 M

    01 Dzulhijjah 1435 H

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Drs. Azma, M.Pd.

    Nip. 19660221 199303 1 004

    Drs. Muhammad Nur Korompot,

    M.Pd.

    Nip. 19670110 199203 1 003

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    4/76

    iv

    PENGESAHAN SKRIPSI

    Skripsi Saudara atas nama : LUKMAN, NIM: 09.1.03.0193, dengan judul:

    Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat MA Terhadap Perilaku

    Keseharian Peserta Didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Paluyang

    telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji pada hari Selasa 26 Agustus 2014 M,

    yang bertepatan dengan tanggal 29 Syawal 1435 H, dipandang bahwa skripsi

    tersebut telah memenuhi kriteria penulisan karya ilmiah, dan dapat diterima sebagai

    persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Program Studi Kependidikan Islam

    dengan beberapa perbaikan.

    DEWAN PENGUJI

    Jabatan Nama Tanda Tangan

    Ketua Dr. Rusdin Husain, M.Pd.

    Sekretaris Drs. Syahril, M.A.

    Munaqisy I Drs. H. Abd. Halim Mubin, M.Pd.I.

    Munaqisy II Hamka, S.Ag., M.Ag.

    Pembimbing I Drs. Azma, M.Pd.

    Pembimbing II Drs. Muhammad Nur Korompot, M.Pd.

    Mengetahui:

    Dekan Fakultas Tarbiyah dan

    Ilmu Keguruan

    Dr. H. Yusra, M.Pd.

    NIP. 19680601 199803 1 003

    Ketua Jurusan Kependidikan Isla

    Drs. Syahril, M.A.

    NIP. 19630401 199203 1 004

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    5/76

    v

    KATA PENGANTAR

    .

    .

    Puji dan Syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan nikmat, taufik dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan keafiatan,

    sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

    Tak lupa pula shalawat beriring salam Penulis kirimkan kepada Baginda

    Rasulullah SAW yang telah membimbing umatnya dari jalan yang gelap menuju

    jalan terang benderang seperti yang kita rasakan sampai sekarang ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari

    kesalahan dan kekurangan,oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan

    saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.

    Penyusunan skripsi ini dapat terwujud karena adanya bimbingan dan bantuan

    serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis

    menyampaikan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    6/76

    vi

    1. Kepada Ayahanda Ruslan Pakaya dan Ibunda Amasia yang telah bersusah

    payah membesarkan dan membiayai Penulis sampai ke jenjang pendidikan

    perguruan tinggi.

    2. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Palu yang

    telah berhasil memimpin lembaga pendidikan tersebut sebagai lembaga

    dimana Penulis menyelesaikan studi.

    3. Bapak Dr. H. Yusra, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan IAIN Palu.

    4. Bapak Drs. Azma, M.Pd., selaku pembimbing I, dan Bapak Drs.

    Muhammad Nur Korompot, M.Pd., selaku pembimbing II, yang dengan

    ikhlas telah membimbing Penulis dalam menyusun skripsi ini hingga

    selesai sesuai harapan.

    5.

    Bapak Drs. Muhammad Nur Korompot, M.Pd., Kepala Perpustakaan IAIN

    Palu yang selalu membantu dalam pengadaan buku untuk keperluan dalam

    Penulisan skripsi ini.

    6. Bapak Drs. Moh. Farhan, selaku Kepala Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat

    Palu beserta jajarannya, yang telah membantu Penulis melakukan penelitian

    guna penyelesaian penyusunan skripsi.

    7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palu, khususnya

    Jurusan Kependidikan Islam yang telah mendidik dan memberikan bekal

    ilmu pengetahuan kepada Penulis selama berada di bangku kuliah.

    8. Semua pihak yang telah membantu Penulis selama berada dibangku kuliah

    yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    7/76

    vii

    Akhir kata, semoga segala bantuan dan partisipasi yang telah di berikan

    kepada Penulis mendapat ganjaran yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

    Palu, 26 September 2014 M

    01 Dzulhijjah 1435 H

    Penulis,

    LUKMAN

    NIM 09.1.03.0193

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    8/76

    viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL i

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii

    PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING iii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iv

    KATA PENGANTAR v

    DAFTAR ISI viii

    DAFTAR TABEL x

    ABSTRAK xii

    BAB II PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Rumusan Masalah 8

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

    D. Penegasan Istilah 9

    E. Garis Besar Isi Skripsi 11

    BAB II KAJIAN PUSTAKA 13

    A.

    Tinjauan Teoritis tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 13B. Teori tentang Sikap dan Perilaku 20

    C. Tugas dan Peran Guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 25

    D. Implementasi Peran Guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 30

    BAB III METODE PENELITIAN 37

    A. Jenis Penelitian 37

    B. Rancangan Penelitian 38

    C. Lokasi Penelitian dan Kehadiran Peneliti 39

    D.

    Data dan Sumber Data 40

    E. Teknik Pengumpulan Data 41

    F. Teknik Analisis Data 43

    G. Pengecekan Keabsahan Data 44

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    9/76

    ix

    BAB IV HASIL PENELITIAN 46

    A.

    Gambaran Umum Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu 46B. Implikasi Penerapan Kurikulum KTSP Berkarakter Terhadap Perilaku

    Peserta Didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu 52

    C. Faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Kurikulum KTSP

    Berkarakter Terhadap Perilaku Peserta Didik di Madrasah Aliyah

    Alkhairaat Pusat Palu 58

    BAB V PENUTUP 61

    A. Kesimpulan 61

    B.

    Implikasi Penelitian 62

    DARTAR PUSTAKA 63

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    10/76

    x

    DAFTAR TABEL

    Tabel I : Daftar Tenaga pengajar di Madrash Aliyah Alkhairaat Pusat Palu 50

    Tabel II : Data Peserta Didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu 51

    Tabel III : Nilai-nilai yang Perlu ditanamkan pada Peserta Didik 54

    Tabel IV : Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan

    Karakter Peserta Didik 55

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    11/76

    xi

    ABSTRAK

    Nama Penyusun : LUKMAN

    NIM : 09.1.03.0193

    Judul Skripsi : IMPLIKASI KURIKULUM KTSP BERKARAKTER

    TINGKAT MA TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN

    PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH

    ALKHAIRAAT PUSAT PALU

    Skripsi ini membahas tentang Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat

    MA terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat PusatPalu. Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat

    Palu. Pokok masalah skripsi ini adalah : Bagaimana implikasi kurikulum KSTP

    Berkarakter terhadap perilaku peserta didik di madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu

    ? dan apa faktor pendukung dan penghambat penerapan Kurikulum KSTP berkarakter

    terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu ?. Adapun

    tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui implikasi Kurikulum KTSP berkarakter

    terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu, dan untuk

    mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan kurikulum KTSP

    Berkarakter terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.

    Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Untuk pengumpulan data

    digunakan metode observasi, interview/wawancara, serta dokumentasi. Sedangkan

    untuk analisis data digunakan prosedur pengolahan yaitu reduksi, penyajian dan

    verifikasi data, serta pengecekan keabsahan data.

    Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa implikasi Kurikulum

    KTSP berkarakter terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat

    Pusat Palu meliputi perubahan sikap dan moral peserta didik yang didasari dengan

    nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang bersumber dari nilai agama,

    pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan Nasional. Kurikulum KTSP tersebut harus

    dipahami dan dilaksanakan sesuai prosedur. Namun pada pelaksanaan kegiatan

    tersebut terdapat hambatan. Faktor penghambatnya adalah faktor kesiapan guru,

    ketersediaan sarana, kesiapan peserta didik, dan dukungan dari masyarakat yang

    kurang memadai. Di samping faktor penghambat adanya juga faktor pendukung dalam

    penerapan kurikulum tersebut yaitu faktor internal bersumber dari sekolah itu sendiri

    yaitu keterlibatan guru dan semua warga sekolah yang harus proaktif menjalankan

    kurikulum yang berlaku. Yang kedua adalah faktor eksternal yang bersumber dari

    masyarakat. Masyarakat harus ikut berpatisipasi mendukung terlaksananya kurikulum

    di Sekolah tersebut.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    12/76

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan adalah yang utama dan terutama didalam kehidupan era masa

    sekarang ini. Sejauh mata memandang maka sejauh itu pulalah kita harus

    memperlengkapi diri kita dengan berbagai pendidikan. Pendidikan merupakan

    kebutuhan pokok bahkan mutlak bagi manusia dalam rangka merubah keadaan

    hidupnya menjadi lebih baik dan terarah. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil

    mereka dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,

    sejahtera dan bahagia menurut konsep pandang hidup mereka.

    Lodge dalam Zuhairini, mengemukakan pengertian pendidikan dalam

    arti yang luas, yaitu life is education, and education is life, akan

    berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah

    proses pendidikan.1

    Jadi pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan sepanjang hidupnya

    yang dapat memberikan pengaruh baik dalam menata masa depan yang cemerlang,

    sejahtera dan bahagia. Selanjutnya dalam arti yang sempit Lodge menjelaskan

    pengertian pendidikan sebagai berikut :

    in the narrower sense, education is restricted to that functions, its

    background, and its outlook to the member of the rising generations. In

    practice identical with schooling, i.e. formal instruction under

    controlled conditions.

    Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang

    terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup ke

    generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan

    pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta

    lingkungan belajar yang serba terkontrol.2

    1

    Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). h. 10.

    2Zuhairini,Ib. h. 11.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    13/76

    2

    Dengan pengertian pendidikan diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan

    formal di sekolah hanyalah bagian kecil saja dari pada pendidikan informal secara

    umum, tapi pendidikan formal merupakan pendidikan inti yang sangat urgen dan

    tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhan.

    Sukmadinata menjelaskan pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan

    dibandingkan dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga.

    Pertama, pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikanyang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi

    moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan.Kedua,

    pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan yang lebih

    tinggi, lebih luas dan mendalam. Sejarah pendidikan sekolah diawali

    karena ketidakmampuan keluarga memberikan pengetahuan dan

    keterampilan yang lebih tinggi dan mendalam.Ketiga, karena memiliki

    rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan di

    sekolah dilaksanakan secara berencana, sistematis, dan lebih

    mendasar.3

    Jadi pendidikan formal lebih bersifat sistematis dan konsisten berdasarkan

    berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan

    kebutuhan peserta didik. Sehingga secara umum pendidikan dapat mengarahkan

    peserta didik terhadap peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan,

    keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan

    pengembangan diri peserta didik tersebut, dan tujuan pendidikan yang meliputi

    kepentingan, kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat bahkan

    tuntutan lapangan kerjapun akan mudah tercapai.

    Pendidikan juga suatu proses pembelajaran. Sebab pada kenyataannya proses

    pendidikan yang dilaksanakan diberbagai lembaga pendidikan banyak dilakukan

    3

    Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,(Bandung: RemajaRosdakarya, 2009), h. 2.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    14/76

    3

    bahkan tidak lepas dari apa yang namanya proses belajar mengajar. Dalam

    keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan

    yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

    pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang

    dirancang dan dijalankan secara profesional. Sehingga dapat dikatakan bahwa

    belajar mengajar tidak dapat disepelekan dan diabaikan dalam dunia pendidikan.4

    Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan perlu

    dibuat sebuah kurikulum pendidikan yang nilai relevansinya tinggi, atau kesesuaian

    antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional.

    Kurikulum (curriculum)merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau

    pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.5 Kurikulum mempunyai

    kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum juga merupakan

    komponen pendidikan yang mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi

    tercapainya tujuan-tujuan pendidikan dan sebagai acuan dalam setiap satuan

    pendidikan. Karena kurikulum ini sifatnya urgen maka dibutuhkan perhatian

    khusus dalam pelaksanaan dan pengembangannya sesuai dengan satuan

    pendidikan, potensi sekolah, sosial budaya masyarakat dan karakteristik peserta

    didik. Upaya pengembangan kurikulum yang senantiasa dilakukan oleh pemerintah

    dari tahun ke tahun melahirkan sebuah kurikulum baru yang merupakan

    pengembangan kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP).

    4

    Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 8.5Sukmadinata, op. cit,h. 5.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    15/76

    4

    Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

    isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

    penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

    tertentu. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

    Departemen Pendidikan Nasional telah Menetapkan kerangka dasar Standar

    Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar

    (KD).

    KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

    masing-masing satuan pendidikan, potensi daerah atau karakteristik daerah, sosial

    budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

    Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004

    tentang pemerintah daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan

    demokrasi dalam penyelenggaran pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula

    bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan

    pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk

    menyusun kurikulumnya mengacu pada undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

    pendidikan nasional dan pasal 35 mengenai standar pendidikan nasional.

    Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi

    kebutuhan dan kondisi daerah harus segera dilaksanakan. Bentuk nyata

    desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah diberikannya kewenangan kepada

    satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    16/76

    5

    pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunan maupun

    pelaksanaannya di satuan pendidikan.

    Satuan pendidikan merupakan pusat pengembangan budaya. KTSP ini

    mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai satu kesatuan

    kegiatan pendidikan yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud diantaranya:

    religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

    ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif,

    cinta damai, gemar membaca, peduli sosial dan lingkungan, serta tanggung jawab.

    Nilai-nilai melingkupi dan terintegrasi dalam seluruh kegiatan pendidikan sebagai

    budaya sekolah.

    Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini seorang guru dituntut

    untuk mampu mengubah sumber pembelajaran (Learning Resource) menjadi bahan

    ajar (Teaching Material), sehingga materi yang diajarkan kepada peserta didik tidak

    monoton pada buku yang menjadi pegangan di sekolah tersebut serta hal ini akan

    mengurangi kejenuhan peserta didik saat belajar. Dengan demikian proses

    pembelajaran akan berlangsung dengan baik, guru bisa memberikan pelajaran

    dengan bahan ajar dan metode yang variatif sehingga peserta didik merasa nyaman

    dan materi yang diajarkan menarik untuk dipahami yang pada akhirnya peserta

    didik bisa terhindar dari kejenuhan. Jika hal ini terjadi disetiap proses belajar

    mengajar diberbagai lembaga pendidikan maka tujuan pembelajaran bisa tercapai

    juga, yakni pemahaman optimal, penguasaan, aplikasi yang akurat sehingga tatanan

    kognitif, afektif dan psikomotorik akan stabil sebagaimana yang diharapkan tenaga

    edukatif pada umumnya.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    17/76

    6

    Ketiga ranah penilaian tersebut merupakan faktor determinan untuk

    menentukan sukses tidaknya prestasi belajar peserta didik dalam sebuah

    pembelajaran yang mengacu pada sistem pembelajaran KTSP. Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

    mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi.

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sendiri merupakan kurikulum

    terbaru di Indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengemban

    kurikulum di tingkat satuan pendidikan. KTSP merupakan kurikulum berorientasi

    pada pencapaian kompetensi, oleh sebab itu kurikulum ini merupakan

    penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau dikenal dengan sebutan

    KBK (Kurikulum 2004). Ini dapat dilihat dari unsur yang melekat pada KTSP itu

    sendiri, yakni adanya standar kompetensi dan kompetensi dasar serta adanya prinsip

    yang sama dalam pengelolaan kurikulum yakni yang disebut dengan Kurikulum

    Berbasis Sekolah (KBS). Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat

    dari Standar Isi (SI) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),

    yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL), yang selanjutnya Standar

    Isi, dan Standar Kompetensi Lulusan itu harus dijadikan salah satu rujukan dalam

    pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan , sedangkan KBS merupakan

    salah satu prinsip pengembangan yang dirancang untuk memberdayakan daerah dan

    sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta menilai proses

    dan hasil pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan serta daerah

    di mana sekolah itu berada.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    18/76

    7

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai diberlakukan secara

    bertahap sejak tahun ajaran 2006 yang memberikan keleluasaan kepada guru dan

    sekolah (lembaga tingkat satuan pendidikan) untuk mengembangkannya yaitu

    untuk menggerakkan mesin utama pendidikan yakni pembelajaran. Dengan adanya

    kurikulum ini, pembelajaran dapat lebih disesuaikan dengan kondisi di setiap

    daerah bersangkutan, tetapi dalam prakteknya sebagian besar guru masih belum

    memahami tentang pembelajaran dengan penggunaan kurikulum KTSP. Oleh

    karena itu, sebagai calon guru, paling tidak harus mengetahui konsep dasar tentang

    KTSP.

    Namun seringkali kurikulum dijadikan objek penderita, dalam pengertian

    bahwa ketidakberhasilan suatu pendidikan diakibatkan terlalu seringnya kurikulum

    tersebut berubah. Padahal, seharusnya dipahami bahwa kurikulum seyogyanya

    dinamis, harus berubah mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya.

    Pada tahun ajaran 2005/2006 setelah diberlakukannya kurikulum berbasis

    kompetensi, setahun kemudian yaitu pada tahun ajaran 2006/2007 diterbitkan

    kebijakan baru mengenai pemberlakuan pengorganisasian kurikulum yang dikenal

    dengan istilah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dengan batas akhir

    penerapan di sekolah pada tahun ajaran 2009/2010.

    Pada saat ini yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang

    berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus

    diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik.Perbaikan kurikulum

    merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa

    suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    19/76

    8

    dengan mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan

    peserta didik.

    Berangkatdari adanya fenomena tersebut maka Penulis tertarik untuk

    mengkaji lebih dalam tentang impilikasi kurikulum KTSP yang diberlakukan di

    Madrasah AliyahAlkhairaat Pusat Palu. Maka terbangkitlah untuk dijadikan judul

    skripsi :

    IMPLIKASI KURIKULUM KTSP BERKARAKTER TINGKAT MA

    TERHADAP PERILAKU KESEHARIAN PESERTA DIDIK DI MADRASAH

    ALIYAHALKHAIRAATPUSAT PALU

    B. Rumusan Masalah

    Mengingat pentingnya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

    berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis dapat merumuskan permasalahan

    yang akan dikaji, yaitu:

    1. Bagaimana implikasi kurikulum KTSP berkarakter terhadap perilaku peserta

    didik di Madrasah AliyahAlkhairaatPusat Palu?

    2. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan kurikulum KTSP

    berkarakter terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat

    Pusat Palu ?

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    20/76

    9

    C. Tujuan dan Manfaat Peneli tian

    1.

    Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian dalam pembahasan skripsi ini adalah:

    a. Untuk mengetahui implikasi kurikulum KTSP berkarakter terhadap

    perilaku peserta didik di Madrasah AliyahAlkhairaatPusat Palu.

    b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan

    kurikulum KTSP berkarakter terhadap perilaku peserta didik di

    Madrasah AliyahAlkhairaatPusat Palu.

    2. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut:

    a. Secara ilmiah diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam proses

    pembelajaran.

    b.

    Secara praktis diharapkan tulisan ini menjadi salah satu rujukan para

    pendidik dalam rangka meningkatkan kualitas belajar peserta didik masa

    kini dan yang akan datang.

    D. Penegasan I sti lah

    Untuk menghindari terjadinya interpretasi dari pembaca dalam menafsirkan

    makna yang terdapat dalam skripsi yang berjudul Implikasi Kurikulum KTSP

    Berkarakter Tingkat Madrasah Aliyah Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik

    di Madrasah AliyahAlkhairaatPusat Palu ini. Adapun pengertian judul sebagai

    berikut :

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    21/76

    10

    1. Implikasi

    Implikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna keterlibatan

    atau keadaaan terlibat.6

    2. KTSP

    Menurut BSNP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum

    operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing- masing satuan

    pendidikan.7

    Menurut Mulyasa, KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan

    kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran

    yakni sekolah dan satuan pendidikan.8

    3. Perilaku

    Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, perilaku adalah cara berbuat

    atau menjalankan sesuai dengan sifat yang layak bagi masyarakat.9

    4. Peserta Didik

    Samsul Nizar menuliskan, Peserta didik merupakan orang yang belum

    dewasa dan memilki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu

    dikembangkan.10

    Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

    nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

    6Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. III;

    Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 220.7BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan

    Dasar dan Menengah,(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), h. 5.8E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis, (Bandung:

    PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 20-21.9

    Amran YS Chaniago, op. cit., h. 450.

    10Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), h. 47.

    http://www.pendidikanekonomi.com/2013/03/pengertian-kurikulum-tingkat-satuan.htmlhttp://www.pendidikanekonomi.com/2013/03/pengertian-kurikulum-tingkat-satuan.html
  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    22/76

    11

    mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis

    pendidikan tertentu.11

    Jadi kesimpulannya, yang dimaksud dengan implikasi kurikulum KTSP

    berkarakter terhadap perilaku keseharian peserta didik adalah bagaimana

    menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk

    kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing.

    Tugas guru adalah bagaimana memberikan kemudahan (facilitiate of learning)

    kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal

    sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan salam

    standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL).

    E. Garis Besar I si Skr ipsi

    Secara keseluruhan skripsi ini terdiri atas lima bab dengan beberapa

    pembahasan subnya. Untuk lebih memudahkan dalam menelaah isi skripsi ini,

    maka Penulis akan menguraikan garis besar isi sebagai berikut :

    Pada bab pembahasan awal memuat tentang pendahuluan, mengemukakan

    latar belakang masalah sebagai rujukan pembahasan skripsi ini. Kemudian disusun

    rumusan masalah, tujuan dan manfaat, pengertian judul dengan maksud untuk

    memudahkan pemahaman serta menghindari adanya interpretasi ganda terhadap

    topik penelitian, dan garis-garis besar isi skripsi.

    Bab kedua adalah tinjauan pustaka dengan memuat teori-teori yang bertalian

    dengan topik diantaranya tinjauan teoritis tentang penerapan kurikulum tingkat

    satuan pendidikan, keterkaitan antara kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

    11Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 77.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    23/76

    12

    dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dan tinjauan toeritis tentang implikasi

    kurikulum KTSP terhadap perilaku keseharian peserta didik.

    Bab ketiga meliputi beberapa komponen diantaranya bentuk pendekatan

    penelitian yang dilakukan serta jenis penelitian dan lokasi penelitian. Kehadiran

    peneliti menggambarkan prosedur dan lamanya penelitian melakukan penelitian,

    sehingga diperoleh data yang valid. Data dan sumber data adalah wujud atau bentuk

    data yang dicari atau diteliti dan dimana saja data itu bisa diperoleh sedangkan

    teknik pengumpulan data dan analisis data adalah prosedur dan tata cara penulis

    mendapatkan data, yang difokuskan kepada teknik observasi dan wawancara bebas,

    namun selalu memfokuskan kepada konten atau isi dari setiap ungkapan informan.

    Hasil-hasil yang diperoleh berupa data dilakukan lagi pengecekan keabsahan data

    melalui media-media yang tersedia di lokasi penelitian berupa dokumen-

    dokumentasi.

    Bab keempat membahas hasil penelitian serta pembahasanya yang meliputi

    sejarah singkat Madrasah AliyahAlkhairaat Pusat Palu, kemudian fokus atau inti

    penelitian mencakup implikasi kurikulum KTSP berkarakter tingkat Madrasah

    Aliyahterhadap perilaku keseharian peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat

    Pusat Palu, seterusnya uraian tentang faktor penghambat dan pendukung penerapan

    kurikulum KTSP berkarakter tingkat Madrasah Aliyahterhadap perilaku keseharian

    peserta didik di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.

    Bab kelima terdiri atas kesimpulan yang memuat intisari dari hasil

    penelitian secara objektif serta memuat saran-saran untuk peningkatan kualitas

    pendidikan yang berkaitan dengan penerapan kurikulum KTSP.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    24/76

    13

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori tis tentang Kur ikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

    tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15, kurikulum tingkat satuan

    pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

    dimasing-masing satuan pendidikan.12

    KTSP merupakan singkatan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

    dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,

    karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan

    karakteristik peserta didik

    KTSP juga merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan

    untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (kognitif, psikomotorik, dan

    afektif) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur

    pendidikan sekolah. Di samping itu, pengembangan kurikulum ini diupayakan

    dapat memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan selama ini, dan

    juga dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas

    kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

    berbagai sekolahan.

    12

    Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan,(Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 4.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    25/76

    14

    Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) ini menuntut aktivasi dan partisipasi

    para peserta didik yang lebih banyak dalam proses pembelajaran. Struktur

    kurikulum tingkat satuan pendidikan berbeda dengan kurikulum sebelumnya,

    KTSP dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada lagi jam efektif yang begitu

    mencolok banyaknya. Kurikulum sebelumnya, sebagian mata pelajaran memiliki

    waktu yang banyak, sebagian mata pelajaran yang lain memiliki waktu sedikit

    dengan alasan urgen dan padatnya materi.

    Penekanan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bukan mengejar

    target materi tetapi memaksimalkan proses dalam pembelajaran dan

    mengembangkan kompetensi peserta didik, apalah arti bila materi tercapai dengan

    proses yang tidak maksimal akan tetapi dengan proses pembelajaran yang

    maksimal akan membuahkan hasil (out put) yang berkualitas.

    Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini sengaja disusun oleh

    masing-masing satuan pendidikan supaya terasa lebih familiar dengan guru,

    karena mereka banyak dilibatkan dan akan merasa memiliki tanggung jawab yang

    memadai.

    Dalam KTSP pengembangan kurikulum ini dilakukan oleh guru, kepala

    sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Dalam pengembangannya

    harus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan

    (SKL), tanpa lepas dari Supervisi Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab

    dibidang pendidikan tersebut.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    26/76

    15

    2. Keterkaitan antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

    Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

    Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar

    sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif.13Kurikulum tingkat

    satuan pendidikan merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yakni

    kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang diterapkan sejak tahun 2004,

    sehingga belum lama KBK diterapkan sudah diganti dengan KTSP yang dianggap

    sebagai kurikulum baru tahun 2006 ini. Karena itu muncul istilah plesetan

    dikalangan pengelola dan pelaku pendidikan di sekolah, seperti KBK singkatan

    dari kurikulum berbasis kebingungan dan lainnya. Dan terkait dengan kurikulum

    KTSP ini Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyusun panduan

    penyusunannya tersebut. Sedangkan KBK merupakan seperangkat rencana dan

    pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar, serta memberdayakan sumber

    daya pendidikan. Kurikulum ini disebut KBK karena menggunakan pendekatan

    kompetensi, dan kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada

    setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan pendidikan dirumuskan secara

    eksplisit. Disamping itu, dirumuskan pula materi standar untuk mendukung

    pencapaian kompetensi dan indikator sebagai tolak ukur terhadap pencapaian

    hasil pembelajaran.

    Berdasarkan pemaparan diatas, perbedaan esensial antara KTSP dan KBK

    tidak ada. Kedua-duanya merupakan seperangkat rencana pendidikan yang

    berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Namun perbedaan

    13

    E.Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 9.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    27/76

    16

    nampak pada teknis pelaksanaannya saja. KBK disusun oleh pemerintah pusat

    yang dalam hal ini adalah Depdiknas, sedangkan KTSP disusun oleh tingkat

    satuan pendidikan masing-masing, yakni sekolah yang bersangkutan walaupun

    masih didasarkan pada rambu- rambu nasional panduan penyusunan KTSP yang

    disusun oleh Badan Independen, yakni Badan Standar Nasional Pendidikan

    (BSNP). Dengan harapan, jika pada tahun-tahun sebelumnya masing-masing

    satuan sekolah terkesan terlalu didikte dari atas, maka dengan otonomi yang luas

    ini penerapan dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada

    berbagai sekolahan mampu memberikan nuansa-nuansa baru sesuai dengan

    karakteristik sekolah itu sendiri, sehingga dapat melahirkan keunggulan-

    keunggulan kompetitif dan komparatif.

    3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam

    Mulyasa dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, kurikulum tingkat satuan

    pendidikan sedikitnya memperhatikan tujuh prinsip, diantaranya :

    a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan

    kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi

    dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan

    pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk

    mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,

    yaitu :

    a)Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

    Esa,

    b)Belajar untuk memahami dan menghayati,

    c)Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

    d)Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,

    e)Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui

    prosespembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.

    c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

    pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    28/76

    17

    sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik

    dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi

    peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan,dan moral.

    d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan

    pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan

    hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa,

    ing ngarsa sung tulada(di belakang memberikan daya dan kekuatan,

    di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan

    contoh dan teladan).

    e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

    multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

    memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

    belajar.f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

    sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

    pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

    g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

    pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan

    dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok

    dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.14

    Jadi jelas bahwa prinsip pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    harus betul-betul dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan demi

    mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

    4. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan

    melibatkan berbagai komponen, yang menuntut keterampilan teknis dari pihak

    pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum. Disamping

    itu dalam pengembangan KTSP ini harus memperhatikan tujuh prinsip

    pengembangan, diantaranya:

    a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

    peserta didik dan lingkungannya.

    b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan

    memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,

    jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif

    14E. Mulyasa,Ibid.,h. 247.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    29/76

    18

    terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial

    ekonomi, dan jender.

    c.

    Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi danseni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

    pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.

    d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum

    dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders)

    untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,

    termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan

    dunia kerja.

    e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup

    keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata

    pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan

    antar semua jenjang pendidikan.f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses

    pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang

    berlangsung sepanjang hayat yang berkaitan dengan unsur-unsur

    pendidikan formal, nonformal, dan informal.

    g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

    Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan

    nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.15

    5. Pengembangan Program

    Upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat dilakukan

    dengan berbagai macam pengembangan program. Dalam Mulyasa, dijelaskan

    bahwa pengembangan KTSP mencakup pengembangan program tahunan,

    program semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan dan

    harian, pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling.16

    a.

    Program Tahunan

    Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran di

    setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran tersebut. Program

    ini perlu disusun dan dipersiapkan serta dikembangkan sebelum tahun ajaran,

    15Muhaimin,Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah dan Madrasah,(Jakarta: Rajawali

    Press , 2008), h. 21.16E. Mulyasa, op. cit.,h. 249.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    30/76

    19

    karena program ini merupakan pedoman bagi pengembangan program

    berikutnya.

    b. Program Semesteran

    Program semesteran berisikan garis-garis mengenai hal-hal yang akan

    dilaksanakan dan dicapai dalam setiap semester. Program ini merupakan

    penjabaran dari program tahunan.

    c. Program Mingguan dan Harian

    Program ini merupakan penjabaran dari program semesteran. Melalui

    program ini kita dapat mengetahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang

    perlu diulang, serta dapat mengidentifikasi kemajuan peserta didik dalam

    belajar dan kesulitannya. Sehingga nantinya kita dapat menemukan solusi

    pemecahannya dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dapat teratasi.

    d.

    Program Pengayaan dan Remedia

    Program ini dilaksanakan sebagai media tambahan dan tindak lanjut dari

    analisis yang dilakukan guru mata pelajaran untuk peserta didik dalam proses

    pembelajaran sekolah dan guru perlu memberikan perlakuan khusus bagi

    peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan melalui kegiatan

    remedial. Dengan ini peserta didik akan tetap mendapat kesempatan untuk

    memahami pelajaran dengan lebih baik. Sedangkan pengayaan diberikan

    kepada peserta didik yang memiliki kemampuan cemerlang dalam menangkap

    pelajaran serta untuk mempertahankan kecepatan belajarnya.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    31/76

    20

    e. Program Bimbingan dan Konseling

    Program ini merupakan suatu program yang disediakan sekolah untuk

    membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Program ini

    merupakan teknik bimbingan yang menjadi sasarannya bukan hanya terjadinya

    perubahan tingkah laku, tetapi hal yang lebih mendasar dari itu, yaitu

    perubahan sikap. Disamping itu bimbingan dan konseling ini berusaha

    membantu peserta didik dalam memahami dirinya, mengenal dan

    menunjukkan arah perkembangan dirinya, menyesuaikan diri dengan tuntutan

    lingkungan serta mengatasi problema-problema yang dihadapinya.

    B. Teori Tentang Sikap dan Per il aku

    1. Pengertian Sikap

    Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,

    orang lain, obyek atau isu. Menurut Azwar bahwa struktur sikap terdiri atas 3

    komponen yang saling menunjang yaitu:

    a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

    individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan

    stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan

    penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau

    problem yang kontroversial.

    b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

    emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar palingdalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling

    bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah

    mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan

    perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

    c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

    tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang, serta berisi

    tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap

    sesuatu dengan cara-cara tertentu.17

    17S. Azwar, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya,(Yogyakarta: Pustaka, 2000), h. 23.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    32/76

    21

    Sikap dapat diukur. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai

    pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang

    mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan

    sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,

    yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan

    ini disebut dengan pernyataan yang favourable.Sebaliknya pernyataan sikap

    mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak

    mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut

    dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin

    diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourabledan tidak favourable dalam

    jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua

    positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak

    mendukung sama sekali obyek sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara

    langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

    pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung

    dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis kemudian ditanyakan

    pendapat responden melalui kuesioner.

    Menurut Azwar, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap

    obyek sikap antara lain :

    1)Pengalaman pribadi

    Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

    haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

    mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

    situasi yang melibatkan faktor emosional;

    2)Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

    konformis atau searah dengan sikap orang yangdianggap penting.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    33/76

    22

    Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

    berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

    yang dianggap penting tersebut.3)Pengaruh Kebudayaan

    Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap

    kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

    anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak

    pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

    4)Media Massa

    Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

    lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif

    cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

    terhadap sikap konsumennya.

    5)

    Lembaga Pendidikan dan Lembaga AgamaKonsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

    agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

    mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

    mempengaruhi sikap;

    6)Faktor Emosional.

    Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

    emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

    pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.18

    Jadi jelas bahwa faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi

    pembentukan sikap seseorang.

    2. Pengertian Perilaku

    Dalam bukunya yang berjudul The Teory of Planned Behavior (TPB)atau

    Teori Perilaku Terencana, Ajzen yang dikutip Notoatmojo mengemukakan bahwa

    sikap ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu

    perilaku atau disebut juga behavioral beliefs.19Beliefberkaitan dengan penilaian-

    penilaian subjektif seseorang terhadap dunia sekitarnya, pemahaman mengenai

    diri dan juga lingkungannya. Bagaimana cara mengetahui belief ini? Ternyata

    dalam teorinya TPB ini, Ajzen mengemukakan bahwa belief dapat diungkap

    18S. Azwar,Ibid, h. 27.19Icek, Ajzen, The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human

    Decision Processes, Terj. Soekidjo, Notoatmodjo, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.35.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    34/76

    23

    dengan cara menghubungkan suatu perilaku yang akan kita prediksi dengan

    berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh apabila kita melakukan

    atau tidak melakukan perilaku itu. Keyakinan ini dapat memperkuat sikapterhadap

    perilaku itu apabila berdasarkan evaluasi, diperoleh data bahwa perilaku itu dapat

    memberikan keuntungan bagi pelakunya.

    Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan

    hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang

    norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut

    (normative beliefs),serta keyakinan tentang adanya factor yang dapat mendukung

    atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control

    beliefs).Behavioral beliefsmenghasilkan sikap suka atau tidak suka berdasarkan

    perilaku individu tersebut. Normative beliefs menghasilkan kesadaran akan

    tekanan dari lingkungan sosial atau norma subyektif, sedangkan control beliefs

    menimbulkan kontrol terhadap perilaku tersebut. Dalam perpaduannya, ketiga

    faktor tersebut menghasilkan intensi perilaku (behavior intention). Secara umum,

    apabila sikap dan norma subyektif menunjuk ke arah positif serta semakin kuat

    kontrol yang dimiliki maka akan lebih besar kemungkinan seseorang akan

    cenderung melakukan perilaku tersebut. Tahapan intervensi tingkah laku

    berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) secara singkat dapat dilihat pada

    Gambar 02 dibawah ini yang merupakan hipotesis:

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    35/76

    24

    Dari gambar tersebut Ajzen dalam Notoatmojo bahwa model teoritik dari

    TeoriPlanned Behavior mengandung berbagai variabel yaitu :

    1)Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat guru terhadap evaluasi.

    2)Norma subjektif (Subjective Norm)adalah sejauh mana seseorang

    memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap

    perilaku yang akan dilakukannya (Normative Belief).Kalau individu

    merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan

    dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia

    akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akandilakukannya. Fishbein dan Ajzen menggunakan istilah motivation to

    complyuntuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu

    mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya

    atau tidak.

    3)Persepsi kemampuan mengontrol atau kontrol keperilakuan

    (Perceived Behavioral Control), yaitu keyakinan (beliefs) bahwa

    individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan

    perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk

    melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas

    kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak

    memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzenmenamakan kondisi ini dengan persepsi kemampuan mengontrol

    (perceived behavioral control).20

    Jadi jelas bahwa variabel-variabel tersebut sangat mempengaruhi teori

    Planned Behavior.

    20Icek, Ajzen,The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human

    Decision Processes, Terj.Soekidjo, Notoatmodjo,Ibid., h. 47.

    Attitudetoward the

    behavior

    subjectiv

    Perceived

    behavioral

    intentio

    behavio

    r

    Gambar.Theory of Planned Behavior

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    36/76

    25

    C. Tugas dan Peran Guru dalam Kuri kulum Tingkat Satuan Pendidikan

    Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan

    strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasan, kematangan dan

    kemandirian, sehingga seringkali guru dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan.

    Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan

    memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi harus juga memiliki kepribadian dan

    integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi

    peserta didik.

    KTSP merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Menurut Martini Yamin

    kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup

    tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.21 Pembelajaran yang

    berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang memiliki standar, standar yang

    dimaksud adalah acuan bagi guru tentang kemampuan yang menjadi fokus

    pembelajaran dan penilaian. Jadi, proses pembelajaran yang dilakukan dengan

    pendekatan berbasis kompetensi adalah proses pendeteksian kemampuan dasar

    peserta didik untuk memudahkan terciptanya suatu tujuan secara teoritis dan

    praktis.

    Pemberian pengalaman belajar yang bertumpu pada KTSP berbasis

    kompetensi dilaksanakan dengan pendekatan berpusat pada anak sebagai

    pembangunan pengetahuan, sebagai subjek yang melakukan transformasi belajar

    bukan sebagai objek yang pasif menunggu instruksi dari gurunya. Proses

    21

    Martini Yamin,Profesionalisme Guru, dan Implementasi KTSP,(Jakarta: GP. Press, 2009),h. 75.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    37/76

    26

    pembelajaran diselenggarakan dengan memandirikan peserta didik untuk belajar,

    berkolaborasi dengan peserta didik lainnya, mengadakan pengamatan dan menilai

    hasil belajar sendiri untuk suatu refleksi, mendorong peserta didik membangun

    pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, guru harus menyadari bahwa

    pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek

    pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis

    menunjukkan pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu

    lingkungan pendidikan, karena itu guru harus mendampingi peserta didik menuju

    kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi. Aspek psikologis

    menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memilik

    perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Aspek

    didaktis menunjukkan pada pengaturan belajar peserta didik dalam kelas agar

    tercipta pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

    Ada beberapa peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran yaitu:

    1. Guru sebagai pendidik

    Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi

    peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar

    kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan

    disiplin.

    Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral,

    dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma

    tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam

    pembelajaran disekolah dan kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan wibawa,

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    38/76

    27

    guru harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama

    dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan

    kompetensi serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.

    Sedangkan disiplin, guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara

    konsisten atas dasar kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk

    mendisiplinkan peserta didik disekolah, terutama dalam pembelajaran.

    2. Guru sebagai pembelajar

    Sekarang ini, perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar

    yang bertugas menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang bertugas

    memberikan kemudahan belajar karena, peserta didik bisa belajar dari berbagai

    sumber yaitu; radio, telivisi, berbagai macam film pembelajaran bahkan program

    internet atau e-learning.

    3.

    Guru sebagai pembimbing

    Guru diharapkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan

    pengetahuannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Jadi, sebagai

    pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu

    perjalanan, menetapkan perjalanan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk

    perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

    peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama dengan peserta didik,

    tetapi guru memberikan pengaruh dalam aspek setiap perjalanan yang direncanakan

    dan dilaksanakan. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam

    kelas maupun diluar kelas.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    39/76

    28

    4. Guru sebagai pelatih

    Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik

    intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai

    pelatih, karena tanpa latihan pesert didik tidak akan mampu menunjukkan

    penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan

    yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus

    berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan

    kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing masing. Pelatihan yang

    dilakukan harus juga memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan

    lingkungan.

    5. Guru Sebagai Penasehat

    Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik meskipun mereka tidak

    memiliki latihan khusus sebagai penasehat. Agar guru menyadari perannya sebagai

    penasehat secara lebih mendalam makaa ia harus memahami psikologi kepribadian

    dan ilmu kesehatan mental. Pendekatan psikologis dan kesehatan mental akan

    banyak menolong guru dalam menjalankan perannya sebagai penasehat, yang telah

    banyak dikenal bahwa ia banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat

    keputusan sendiri.

    6. Guru Sebagai Agen Pembaharu (Innovator)

    Inovasi pendidikan dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi, agar

    dapat memperbaiki mutu pendidikan secara efektif dan efisien. Salah satu bentuk

    peran serta yang dapat dilakukan guru terhadap inovasi adalah sebagai agen

    pembaharuan. Oleh karena itu, guru harus mampu menerjemahkan pengalaman

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    40/76

    29

    yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal

    ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain

    maka guru menjadi jembatan jurangn tersebut bagi peserta didik, jika tidak maka

    hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak

    menggunakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

    7. Guru Sebagai Model dan Teladan

    Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu,

    pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta

    orang disekitar lingkungannya. Ada beberapa hal yang mendapat perhatian guru

    dalam perannya sebagai model dan teladan yaitu; penggunaan gaya bahasa guru

    dalam berbicara, gaya kebiasaan guru bekerja, sikap guru melalui pengalaman dan

    kesalahan yang dilakukan, pakaian yang menampakkan ekspresi seluruh

    kepribadian, hubungan kemanusiaan (dalam hal pergaulan, intelektual moral,

    terutama bagaimana berperilaku), proses berpikir dalam hal menghadapi dan

    memecahkan masalah, dalam hal pengambilan keputusan, kesehatan (semangat,

    sikap tenang, antusias dan lain-lain).

    Mengimplementasikan peran dan tugas guru tersebut dalam KTSP dalam

    kelas akan ditemukan hambatanhambatan, salah satunya yang sering kali terjadi

    datangnya dari peserta didik seperti mengganggu temannya yang sedang belajar,

    hal ini terjadi karena kekurang sandaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan

    haknya sebagai anggota kelas. Oleh karena itu, sebaiknya guru membuat perjanjian

    dengan peserta didik mengenai peraturan dan prosedur dalam kelas pada awal tahun

    secara bersamasama.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    41/76

    30

    Menurut Emmer dan Evertson mengatakan bahwa aturan-aturan dan prosedur

    berbeda-beda di setiap kelas tetapi yang pasti di semua kelas aturan-aturan dan

    prosedur dikelola secara efektif, karena tidak mungkin bagi seorang guru atau bagi

    peserta didik dalam melakukan instruksi agar dapat bekerja secara produktif jika

    mereka tidak mempunyai pedoman dan prosedur tidak yang efisien dan tidak

    adanya rutinitas untuk aspek umum dalam kelas dapat menghambat poses

    pembelajaran dan menyebabkan perhatian peserta didik serta minatnya

    memudar.22Oleh karena itu, sangat penting menegakkan peraturan dan prosedur

    dalam kelas seperti yang disebutkan dihampir setiap diskusi tentang pengelolaan

    kelas yang efektif. Tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dalam membuat

    peraturan dan prosedur dalam kelas adalah:

    - Guru harus mempertimbangkan desain fisik ruang kelas sebelum

    peserta didik datang ke kelas.

    -

    Membuat aturan dan prosedur dalam kelas bersama sama dengan

    peserta didik.

    - Berinteraksi dengan peserta didik Tentang Kelas Aturan dan Prosedur.

    - Mereview secara berkala Aturan dan Prosedur.

    - Membuat rapat kelas yang dapat berguna dalam menyusun desain dan

    pemeliharaan peraturan dan prosedur.23

    D. Implementasi Peran Guru dalam Kur ikulum T ingkat Satuan Pendidikan

    Seperti halnya dengan sejarah panjang Ujian Negara maka ini begitu juga

    terjadi dengan sejarah kurikulum pada pendidikan di Indonesia. Hal yang menarik

    adalah bahwa KTSP ini merupakan era baru, dari kurikulum yang bersifat nasional

    menjadi kurikulum yang berbasiskan satuan pendidikan.

    Harapan dari KTSP ini adalah akan lahir kurikulum-kurikulum berbasis lokal yang

    22Carolyn M. Everston dan Edmund T. Emmer, Terj. Arif Rahman,Manajemen Kelas untuk

    Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), h. 20.23Carolyn M. Everston dan Edmund T. Emmer, Terj. Arif Rahman,Ibid.,h. 57.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    42/76

    31

    sesuai dengan kebutuhan lokal dan dihasilkan oleh orang-orang lokal dengan

    mengacu kepada standar-standar Nasional yang dibuat Pusat. Namun hal ini

    berimpilikasi kembali dengan kemampuan seorang Guru untuk membuat KTSP,

    seorang Guru harus mampu melakukan inovasi dalam membuat kurikulum sesuai

    dengan kebutuhan murid dan sekolahnya tersebut.

    Kurikulum ini juga merupakan salah satu hasil kurikulum lebih baik

    dibanding pendahulunya yang pernah di keluarkan Depdiknas, sekaligus kembali

    bersifat prospektif bila dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum yang lain.

    Sebagai contoh ketika kurikulum pertama kali dikeluarkan yaitu pada tahun 1947,

    yang disebut dengan Rencana Pembelajaran yang isinya lebih mementingkan

    kepentingan Belanda dibandingkan dengan kepentingan rakyat Indonesia.

    Kemudian pada tahun 1952 dan tahun 1964 pada masa orde lama yang masih belum

    sempurna kurikulumnya bahkan masih terkesan premature. Terlebih lagi pada

    permulaan masa orde baru pada tahun 1968 yang kurikulumnya berisikan

    bagaimana menjadi seorang manusia Pancasila sejati. Lantas tetap di era Orde Baru

    pada tahun 1975 keluarnya kurikulum Prosedur Pengembangan Sistem

    Indtruksional (PPSI) yang lebih dikenal dengan Kurikulum berbasis satuan

    pelajaran, namun ini mendapatkan banyhak kritikan karena Guru disibukkan

    menuliskan rincian apa yang dikerjakan dalam setiap kegiatan pembelajaran.

    Sedikit berbeda pada tahun 1984 keluar kurikulum yang berbasis process skill

    approach. Peserta didik ditempatkan sebagai subjek belajar dari mulai pengamatan,

    pengelompokkan, diskusi hingga melaporkan atau sering disebut dengan Cara

    Belajar Peserta didik Aktif (CBSA). Namun dalam perjalanannya kurikulum ini

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    43/76

    32

    juga tidak dapat direalisasikan seperti keinginan awalnya, karena seringkali terjadi

    banyak kesenjangan dan kurangnya pemahaman dari Sekolah. Guru yang tidak lagi

    melakukan metode ceramah kepada peserta didiknya, namun belum bisa menguasai

    para peserta didiknya dalam pembelajaran peserta didik aktif tersebut. Sehingga

    berujung kepada penolakkan dari model CBSA ini.

    Kurikulum 1994 yang menggantikan kurikulum 1984 yang berupaya

    memadukan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, yang berupaya untuk

    mengkombinasikan antara kurikulum 1975 dan 1984, sehingga menimbukan

    sebuah kurikulum yang super padat, karena semua aspek komponen baik lokal dan

    Pusat dimasukkan kedalam kurikulum tersebut. Ketika kurikulum ini berjalan

    timbullah tragedi 1998, krisis ekonomi 1998 yang menjatuhkan Soeharto sekaligus

    menandakan berakhirnya Orde Baru. Yang juga melahirkan kurikulum baru yang

    bernama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. Jiwanya adalah

    setiap pelajaran diurai berdasarkan kompetensi apa yang mesti dicapai oleh peserta

    didik. Namun kerancuan muncul ketika akan mengukur kompetensi peserta didik,

    bila ini dilakukan maka tidak bisa lagi menggunakan alat ukur dengan

    menggunakan pilihan ganda akan tetapi tentunya menggunakan praktek yang

    mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi peserta didik.

    Kembali hal ini terbentur pada kemampuan Gurunya yang tidak memahami

    masalah pengukuran ini, karena hasil yang tidak memuaskan program ini

    dihentikan pada tahun 2006. Yang kemudian dilanjutkan dengan KTSP tersebut.

    Di era otonomi pendidikan ini, pemerintah menggulirkan kebijakan yang

    sama sekali berbeda di masa silam. Berakhirnya KBK ditandai pula dengan

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    44/76

    33

    dicabutnya penerapan kurikulum nasional. Inilah era Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP). KTSP ditetapkan pada 23 mei 2006, berdasarkan Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22/2006 tentang Standar Isi

    Pendidikan dan Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan.

    KTSP menghendaki kurikulum disusun dan dikembangkan sendiri oleh

    sekolah. Depdiknas dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), lembaga

    yang tugasnya, antara lain membuat kurikulum, hanya memberikan kisi-kisi materi

    yang akan diujikan secara nasional. Pemerintah hanya membuat standar-standar

    nasional sedangkan isi kurikulum dibuat oleh Sekolah. Guru diberikan kebebasan

    mengembangkan indikator penilaian dan materi pokok sesuai dengan karakteristik

    daerah, lingkungan dan peserta didik. Disini kembali dituntut peran Guru yang amat

    besar untuk mampu melaksanakan kurikulum ini, bukan sekedar Guru yang hanya

    mencari nafkah dari pekerjaannya akan tetapi seorang Guru yang mengerti betul

    dengan filosofi pembelajaran dan menguasai betul secara mental untuk memberikan

    pengajaran kepada anak didiknya sebagai seorang manusia.

    Sesungguhnya sosialisasi KTSP ini sudah dilaksanakan oleh Departemen

    Pendidikan Nasional melalui Ditjen PMPTK dengan berbagai cara dan kesempatan.

    Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan CD yang berisikan KTSP,

    Widya Iswara pada LPMP dan P4TK seringkali melakukan kunjungan ke daerah

    untuk mensosialisasikannya, menggunakan metode Master TOT,melalui asosiasi

    Guru yang ada dan lain sebagainya. Dan sebenarnya sudah cukup dirasakan oleh

    Guru-guru yang ada di seluruh Indonesia, minimal mereka mengetahuinya.Dan

    salah satu upaya yang sekarng ini amat dinantikan adalah peran serta masyarakat

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    45/76

    34

    melalui LSM-LSM untuk dapat mensosialisasikannya, tidak hanya bisa mengkritisi

    akan tetapi tidak memberikan solusi yang terbaik bagi anak bangsa ini. Yang perlu

    menjadi catatan dengan KTSP ini adalah bukan hanya kepada sosialisasi akan tetapi

    kemampuan Guru untuk dapat mengembangkan kurikulum ini, karena kurikulum

    ini betul-betul membutuhkan Guru yang capabledan mampu melakukan analisis-

    analisis untuk menghasilkan kurikulum terbaik bagi peserta didiknya.

    Jadi, penerapan KTSP di sekolah mempunyai kelebihan dan kekurangan .

    Sebagai kelebihan KTSP adalah: 1) sebagai kurikulum untuk mempertegas

    kurikulum sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik. KTSP akan

    diberlakukan kepada sekolah yang sudah siap dan memiliki daya dukung yang

    memadai; 2) diberlakukan di sekolah dengan penyesuaian kondisi lokal; 3)

    mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan; 4)

    mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin

    meningkatkan kreativitasnya dalam menyelenggarakan program pendidikan; 5)

    KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah menitikberatkan dan

    mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.

    Disamping itu, KTSP memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-

    sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan. Sehingga

    KTSP memberi angin segar bagi sekolah-sekolah yang menyebut dirinya sebagai

    sekolah berstandar nasional plus.

    Adapun sebagai kelemahan KTSP menyangkut: 1) kurangnya SDM yang

    memadai yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada setiap satuan

    pendidikan yang ada; 2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    46/76

    35

    sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Disamping itu, masih banyak guru

    yang belum memahami KTSP secara utuh, penyusunannya maupun praktiknya

    dilapangan.

    Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan

    oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan

    pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan

    kompetensi dasar yang dikembangkan BSNP. Pengembangan KTSP diserahkan

    kepada para pelaksana pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan

    dewan pendidik) untuk mengembangkan berbagai kompetensi pendidikan

    (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) pada setiap satuan pendidikan, di sekolah

    dan daerah masing-masing.

    Mengingat bahwa penyusunan KTSP diserahkan kepada satuan pendidikan,

    sekolah, dan daerah masing-masing, diasumsikan bahwa guru, kepala sekolah,

    komite sekolah, dan dewan pendidikan akan sangat bersahabat dengan kurikulum

    tersebut, karena terlibat secara langsung dalam proses penyusunan dan yang akan

    melaksanakannya dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga memahami betul

    apa yang harus dilaksanakan sehubungan dengan kekuatan, kelemahan. Peluang,

    dan tantangan, yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan di daerah masing-

    masing.

    Keterlibatan guru, kepala sekolah, masyarakat yang tergabung dalam komite

    sekolah dan dewan pendidikan dalam mengambil keputusan akan membangkitkan

    rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap kurikulum, sehingga mendorong untuk

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    47/76

    36

    mendayagunakan sumber daya yang ada seefisien mingkun untuk mencapai hasil

    yang optimal. Konsep ini didasarkan pada Self Determination Theory yang

    menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kekuasaan dalam mengambil suatu

    keputusan, maka akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan

    keputusan tersebut.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    48/76

    37

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Peneli tian

    Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif. Penggunaan penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mendukung data

    lapangan yang dianggap cukup menunjang dalam menguraikan dan menganalisis

    hasil penelitian. Penelitian kualitatif pada prinsipnya merupakan salah satu upaya

    untuk menemukan teori yang dapat menunjang hasil penelitian dan hal ini

    dilakukan melalui pendekatan induktif. Dengan pendekatan tersebut, data

    dikumpulkan kemudian dianalisa dan diabstraksikan sehingga muncul teori-teori

    sebagai penemuan penelitian kualitatif.

    Penelitian kualitatif ini dapat dimengerti melalui buku yang berjudul

    Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong, yang mengemukakan

    bahwa metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriftif berupa

    kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati.24

    Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk mengahasilkan data yang objektif

    sesuai kejadian-kejadian di lokasi penelitian dan tidak memerlukan hipotesis yang

    sifatnya menduga-duga.

    Adapun perkembangan yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif adalah:

    1. Penyesuaian pendekatan kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

    dengan kenyataan ganda ;

    2. Bersifat langsung antara peneliti responden ;

    24

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), h. 5.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    49/76

    38

    3. Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

    penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi.25

    Alasan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: Pertama, karena lebih

    mudah mengadakan penyesuaian dari pada kenyataan yang berdimensi ganda.

    Kedua, lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

    penelitian.Ketiga, memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak

    pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.

    Penggunaan pendekatan kualitatif juga didasarkan pada data yang

    dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar atau dokumen lain dan bukan angka-

    angka, sehingga dalam penelitian nanti uraian hasil penelitian akan berisi kutipan-

    kutipan data untuk memberi gambaran yang berkisar padapenerapan kurikulum

    KTSP di Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.

    Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data ilmiah yang bersifat alamiah

    dari lokasi penelitian.

    B. Rancangan Peneli tian

    Menurut Lexy J. Moleong, rancangan penelitian dapat diartikan sebagai

    usaha merencanakan dan menentukan sagala kemungkinan dan perlengkapan

    dalam suatu penelitian kualitatif.26

    Penelitian ini memfokuskan pada implikasi kurikulum KTSP berkarakter

    tingkat Madrasah Aliyah terhadap perilaku keseharian peserta didik di Madrasah

    Aliyah Alkhairaat Pusat Palu. Untuk mengungkap dan mendeskripsikan fokus

    tersebut diperlukan pengamatan mendalam pada situasi alamiah dengan

    25

    Ibid., h. 6.26Ibid.,h. 236.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    50/76

    39

    menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif dapat dihasilkan

    pemahaman atas makna substantif dari gejala yang menampak, peristiwa sosial, dan

    perilaku subjek terteliti yang berkaitan dengan fokus penelitian.

    C. Lokasi Peneli tian dan Kehadir an Peneli ti

    1. Lokasi Penelitian

    Adapun yang menjadi objek atau sasaran lokasi penelitian adalah di

    lingkungan Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.

    2. Kehadiran Peneliti

    Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa bahwa peneliti

    merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti

    merupakan sesuatu yang penting dan mutlak pada lokasi yang dijadikan objek

    penelitian. Kehadiran peneliti dilakukan secara resmi yakni dengan cara peneliti

    mendapatkan surat izin dari pihak Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu.

    Dengan izin tersebut, peneliti melaporkan maksud kehadiran pada Madrasah

    Aliyah Alkhairaat Pusat Palu, yang diawali penyerahan surat izin penelitian. Dan

    berdasarkan izin tersebut diharapkan peneliti mendapat izin dan diterima sebagai

    peneliti olehKepala Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu, untuk melakukan

    penelitian terhadap pokok masalah sesuai data yang diperlukan.

    Sebagai upaya untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang akurat di

    lapangan maka kehadiran peneliti di lokasi mutlak adanya. Peneliti selaku

    instrumen utama dan observasi langsung.

    Waktu penelitian yang dibutuhkan kurang lebih sebulan lamanya, mulai

    tanggal 19 Juni sampai dengan tanggal 20 Juli 2014.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    51/76

    40

    D. Data dan Sumber Data

    Data dan sumber data merupakan faktor penentu keberhasilan suatu

    penelitian.Tidak dapat dikatakan suatu penelitian bersifat ilmiah, bila tidak ada data

    dan sumber data yang dapat dipercaya.Loflaf dan Moleong dalam Sugiono

    mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-

    kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.27

    Sedangkan menurut S. Nasution, Sumber data dalam suatu penelitian ini

    dikategorikan dalam dua bentuk yaitu: data primer dan data skunder.28Data

    primer yaitu jenis data yang diperoleh lewat pengamatan langsung di lapangan.29

    Sedangkan data sekunder adalah: data penunjang yang merupakan data pelengkap

    yang diperoleh melalui litertur-literatur, dokumen-dokumen dan lain-lain, seperti

    data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi

    keperluannya.30

    Berkaitan dengan hal tersebut, maka sumber data dalam penelitian ini dibagi

    dalam beberapa kategori yaitu:

    a. Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai. Hal ini

    merupakan data utama, yang dicatat melalui catatan tertulis, perekaman atau

    tape recorder. Pencatatan ini dilakukan melalui wawancara bersama Kepala

    Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu, Wakamad Kurikulum, seorang

    27Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R dan D

    (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 11.28S. Nasution,Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2004),

    h. 143.29Ibid., h. 145.30Lexy J. Moleong, op.cit.,h. 116.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    52/76

    41

    guru PAI, dan peserta didik yang dianggap kompoten dengan permasalahan

    yang akan diteliti.

    b. Sumber tertulis, merupakan bahan tambahan atau sumber kedua, yang

    berasal dari berbagai, majalah ilmiah, arsip, dan dokumen laporan bulanan

    dan lain sebagainya.

    c. Data statistik; merupakan sumber data tambahan, misalnya data

    tentangpeserta didik atau guru.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penilitian, penggunaan metode yang tepat amat diperlukan untuk

    menentukan teknik dan alat pengumpulan data yang akurat dan relevan.

    penggunaantekhnik dan alat pengumpulan data yang yang relevan memungkinkan

    diperolehnya data yang objektif.31

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tahap pengumpulan data ini

    terdiri dari tiga cara, yaitu :

    1. Observasi

    Sebagaimana yang dikemukakan oleh Winarno Surahmad Metode observasi

    ialah suatu teknik mengumpulkan data dimana penyelidik mengadakan

    pengamatan langsung (tanpa perantara alat) terhadap gejala-gejala obyek yang

    dimiliki.32

    Metode ini Penulis gunakan untuk mengamati secara langsung dan mencatat

    tentang situasi yang ada dalam lingkungan Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.

    31Ibid., h. 158.32

    Winarno Surahmad,Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah(Bandung:Badan Penerbit IKIP Bandung, 1968), h. 152.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    53/76

    42

    2. Wawancara

    Lexy J. Moleong mengemukakan bahwa teknik wawancara (interview)

    adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana

    dua atau tiga orang lebih bertatap muka mendengarkan suara langsung informasi-

    informasi atau kata-kata.33Instrumen penelitian yang digunakan dalam kegiatan

    ini adalah walkmanatau tape recorderdan alat tulis untuk transkip wawancara dan

    pedoman wawancara. Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah petunjuk

    umum wawancara yang berisi kerangka dan garis-garis besar serta pokok-pokok

    yang ditanyakan dalam wawancara.

    3. Dokumentasi

    Teknik dokumentasi adalah suatu teknik yang dipakai untuk menemukan data

    dengan memperhatikan dan melihat dari papan nama, statistik dan tempat kertas

    arsip yang ada di tempat yang menjadi obyek sasaran penelitian, di lingkungan

    Madrasah Aliyah Alkhairaat Pusat Palu.

    F. Teknik Analisis Data

    Setelah sejumlah data dan keterangan penulis kumpulkan,maka langkah

    selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun tekhnik analisis data yang digunakan

    dalam penelitian ini, terdiri dari tiga tahap, yaitu:

    1. Reduksi data

    Reduksi data yaitu penulis merangkum beberapa data yang ada di lapangan,

    kemudian mengambil dari beberapa data yang dianggap mewakili untuk dimasukan

    dalam pembahasan ini.

    33Lexy J. Moleong, op.cit.,h. 135.

  • 7/23/2019 Implikasi Kurikulum KTSP Berkarakter Tingkat Ma Terhadap Perilaku Keseharian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah

    54/76

    43

    Mattew B. Milles dan A