implementasi quality function deployment untuk...

14
1 Implementasi Quality Function Deployment untuk Perancangan Produk Kursi Bambu dengan Evaluasi Ergonomi Antropometri dan Biomekanik Sritomo Wignjosoebroto, Iwan Vanany dan A.A. Alit Triadi Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Ph/Fax : (031)-5939361, 5939362; e-mail : <[email protected] > ABSTRAK Perancangan produk kursi bambu yang ada selama ini tampak masih belum banyak yang memperhatikan dan mempertimbangkan kelayakan ergonomi. Padahal keergonomisan sebuah produk ataupun fasilitas kerja yang nantinya akan digunakan/dioperasikan oleh manusia sungguh sangat penting agar bisa memenuhi kriteria- kriteria efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE). Rancangan produk kursi bambu yang banyak dijumpai dan diperjual-belikan lebih terfokus pada aspek fungsional dan kurang melihat parameter- parameter yang terkait dengan keinginan maupun kepuasan konsumen. Penelitian yang dilakukan berawal dari upaya mengidentifikasikan parameter-parameter yang mampu memberikan kepuasan konsumen untuk kemudian dijadikan dasar penentuan parameter- parameter teknis dalam proses perancangan produk kursi bambu. Dalam perancangan kursi bambu ini, metode yang diterapkan untuk mengidentifikasikan keinginan konsumen (the voice of customer) untuk kemudian diterjemahkan kedalam paramater teknis rancangan produk adalah Quality Function Deployment (QFD). Selain itu analisa/evaluasi yang berkaitan dengan kelayakan-ergonomi akan diimplementasikan untuk melihat seberapa jauh rancangan produk mampu memberikan nilai tambah dalam hal kenyamanan yang bisa dirasakan oleh konsumen pada saat mereka ingin memanfaatkan hasil rancangan produk baru tersebut. Dengan melakukan analisa dan evaluasi ergonomi- antropometri dan biomekanik terhadap prototipe yang dibuat dapat diperoleh kesimpulan apakah rancangan baru kursi bambu tersebut benar-benar memiliki kelayakan-ergonomis dibandingkan dengan yang selama ini ada. Kata kunci : Rancangan Produk Kursi Bambu, Kepuasan Konsumen, Quality Function Deployment (QFD), Ergonomi Antropometri, dan Biomekanik ABSTRACT Design of bamboo chair has not used to consider the feasibility of ergonomic aspects before. However, ergonomics based of products, equipments or facilities are very important in order to obtain the criterias of effective, comfort, safety, healthy, and efficiency. Design of bamboo chair commonly are focused in functional aspecs and lacked on the parameters which will fulfill the customer needs and/or satisfactions. This study tries to begin with the identification of the needs of customers; and based upon these data the technical specifications of designing product will be decided. For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality Function Deployment (QFD) is applied to identify the needs of customers for some product’s attributes (the voice of customers). These attributes will be converted to technical parameters of the product design (the engineering specifications). As the final result of the study, a prototype will be developed and made, especially for testing purpose. The analysis and evaluation are also

Upload: dothuy

Post on 10-Jun-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

1

Implementasi Quality Function Deployment untuk Perancangan

Produk Kursi Bambu dengan Evaluasi Ergonomi

Antropometri dan Biomekanik

Sritomo Wignjosoebroto, Iwan Vanany dan A.A. Alit Triadi

Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja

Jurusan Teknik Industri – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS – Sukolilo, Surabaya 60111

Ph/Fax : (031)-5939361, 5939362; e-mail : <[email protected]>

ABSTRAK

Perancangan produk kursi bambu yang ada selama ini tampak masih belum banyak yang

memperhatikan dan mempertimbangkan kelayakan ergonomi. Padahal keergonomisan

sebuah produk ataupun fasilitas kerja yang nantinya akan digunakan/dioperasikan oleh

manusia sungguh sangat penting agar bisa memenuhi kriteria- kriteria efektif, nyaman,

aman, sehat dan efisien (ENASE). Rancangan produk kursi bambu yang banyak dijumpai

dan diperjual-belikan lebih terfokus pada aspek fungsional dan kurang melihat parameter-

parameter yang terkait dengan keinginan maupun kepuasan konsumen. Penelitian yang

dilakukan berawal dari upaya mengidentifikasikan parameter-parameter yang mampu

memberikan kepuasan konsumen untuk kemudian dijadikan dasar penentuan parameter-

parameter teknis dalam proses perancangan produk kursi bambu.

Dalam perancangan kursi bambu ini, metode yang diterapkan untuk mengidentifikasikan

keinginan konsumen (the voice of customer) untuk kemudian diterjemahkan kedalam

paramater teknis rancangan produk adalah Quality Function Deployment (QFD). Selain

itu analisa/evaluasi yang berkaitan dengan kelayakan-ergonomi akan diimplementasikan

untuk melihat seberapa jauh rancangan produk mampu memberikan nilai tambah dalam hal

kenyamanan yang bisa dirasakan oleh konsumen pada saat mereka ingin memanfaatkan

hasil rancangan produk baru tersebut. Dengan melakukan analisa dan evaluasi ergonomi-

antropometri dan biomekanik terhadap prototipe yang dibuat dapat diperoleh kesimpulan

apakah rancangan baru kursi bambu tersebut benar-benar memiliki kelayakan-ergonomis

dibandingkan dengan yang selama ini ada.

Kata kunci : Rancangan Produk Kursi Bambu, Kepuasan Konsumen, Quality Function

Deployment (QFD), Ergonomi Antropometri, dan Biomekanik

ABSTRACT

Design of bamboo chair has not used to consider the feasibility of ergonomic aspects

before. However, ergonomics based of products, equipments or facilities are very

important in order to obtain the criterias of effective, comfort, safety, healthy, and

efficiency. Design of bamboo chair commonly are focused in functional aspecs and lacked

on the parameters which will fulfill the customer needs and/or satisfactions. This study tries

to begin with the identification of the needs of customers; and based upon these data the

technical specifications of designing product will be decided.

For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality Function Deployment

(QFD) is applied to identify the needs of customers for some product’s attributes (the voice

of customers). These attributes will be converted to technical parameters of the product

design (the engineering specifications). As the final result of the study, a prototype will be

developed and made, especially for testing purpose. The analysis and evaluation are also

Page 2: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

2

implemented in order to check how far the product design has fulfilled the ergonomics

feasibility. In this case the anthropometrics data and biomechanics are used to analyze and

evaluate the product’s prototype.

Keywords : Ergonomic Design of Bamboo Chair, Customer’s Satisfactions, Quality

Function Deployment (QFD), Anthropometric and Biomechanic.

1. Pendahuluan

Perkembangan industri kerajinan bambu di Bali dewasa ini menunjukkan prospek

yang sangat cerah. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan semakin meningkatnya

volume ekspor komoditi produk tersebut. Tidak berbeda halnya dengan dengan

kondisi ekspor , maka permintaan didalam negeri juga menunjukkan arah

permintaan yang terus bertambah untuk produk-produk kerajinan bambu baik

berupa furniture, komponen-komponen bangunan dan interior, maupun benda-benda

seni lainnya. Salah satu produk kerajinan bambu yang sangat banyak diminati

berupa kursi tamu dimana volume permintaannya mendekati angka 70% dari

komoditas produk bambu yang ada (Depperindag-Gianyar, 2001). Kursi tamu

dengan bahan bambu ini sangat diminati, karena terkesan “unik”, tradisional, estetis,

artistik dan memiliki karakteristik natural yang sangat kental dengan tekstur kulit

bambu yang khas. Keunikan lain yang dimiliki kursi bambu adalah sambungan-

sambungan yang ada memberikan tampilan yang berbeda dengan produk furniture

dari bahan yang lain (logam, kayu, dll), yaitu digunakannya pasak dan rotan sebagai

pengikat yang menjadikannya lebih berkarakter kuat.

UD. Tree Ellen adalah satu dari sekian banyak pengrajin bambu yang ada di Desa

Belega (Bali). Perusahaan ini sudah cukup lama menggeluti usaha pembuatan

berbagai macam produk dengan bahan bambu. Dalam pembuatan produk kursi

bambu umumnya pengrajin masih mengalami kesulitan dalam pengembangan desain

maupun model yang mengacu pada keinginan konsumen. Acapkali desain atau

model yang dihasilkan belum sepenuhnya sesuai dengan keinginan konsumen.; dan

disisi lain dapat dikatakan tingkat pemahaman pengrajin terhadap tuntutan-tuntutan

pasar global (ekspor) masih terasa sangat kurang. Kesan lain yang lebih spesifik

menunjukkan bahwa desain yang dibuat terasa tidak nyaman untuk diduduki yang

bisa dilihat dari aspek kelayakan ergonomi-antropometri didalam penetapan

kedalaman kursi (50 cm), tinggi (45 cm) dan sudut kemiringan (90o

atau tegak lurus)

sandaran punggung. Selain itu tidak digunakannya busa sebagai alas duduk dan

sandaran punggung menambah ketidak-nyamanan pemakai akibat sifat material

yang cenderung keras, rigid dan/atau kaku . Keluhan lain yang sering ditangkap

terfokus pada kualitas proses finishing yang belum mampu dikerjakan dengan baik

ditunjukkan oleh adanya lapisan pernis pada permukaan kursi yang lengket dengan

kulit tangan dan/atau kaki penggunanya.

Untuk membantu pengrajin didalam upayanya memenuhi keinginan dan kepuasan

konsumen, maka studi/penelitian dilakukan dengan menekankan pada aspek

ergonomis dalam perancangan produk kursi bambu; dimana perancangan akan

terfokus pada manusia pemakainya (Human Centered Design). Untuk memahami

hal-hal yang menjadi keinginan, harapan, maupun yang bisa menimbulkan kepuasan

manusia-pemakai (konsumen); maka parameter-parameter berupa keinginan/harapan

Page 3: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

3

(the voice of customer) tersebut akan dikembangkan melalui implementasi metode

Quality Function Deployment (QFD), untuk kemudian diterjemahkan dalam

parameter-parameter teknis (engineering specification) dalam proses perancangan

produk. Berdasarkan analisa QFD akan dibuat protipe rancangan baru yang

memenuhi kelayakan ergonomis. Evaluasi ergonomis untuk menentukan tingkat

kenyamanan yang dihasilkan akan menggunakan tolok ukur kelayakan antropometri

dan biomekanika (tinjauan untuk sikap/posisi duduk) dengan menggunakan

perbandingan rancangan awal dan rancangan yang telah dimodifikasi (redesign).

2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka rumusan

permasalahannya adalah (a) bagaimana kajian - kajian ergonomis bisa dilakukan

terhadap rancangan produk kursi bambu yang ada; (b) seberapa jauh bisa dilakukan

modifikasi untuk menghasilkan rancangan ulang (redesign) yang memiliki

kelayakan ergonomis-antropometri; dan (c) kemungkinan untuk pembuatan

prototipe rancangan produk kursi bambu hasil modifikasi (redesign) agar bisa

dilakukan analisa perbandingan berdasarkan tolok ukur kelayakan ergonomis

(analisa ergonomi antropometri dan biomekanika).

3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengindentifikasikan keinginan-keinginan yang

mampu mengakomodasikan kepuasan konsumen terhadap rancangan produk kursi

bambu. Tolok ukur kepuasan konsumen dalam hal ini dilihat dari aspek kelayakan

ergonomi-antropometri.

4. Metodologi penelitian

Penelitian diawali dengan identifikasi permasalahan, pengumpulan dan pengolahan

data, dilanjutkan dengan analisa serta interpretasi data. Pengumpulan data dilakukan

dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) terutama untuk

mengetahui hal-hal yang bisa memenuhi keinginan, harapan maupun kepuasan

konsumen (the voice of customers) untuk beberapa atribut/parameter yang relevan

dengan kebutuhan perancangan produk. Berdasarkan suara pelanggan ini, maka

parameter dan spesifikasi teknis produk akan bisa dikembangkan sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan modifikasi rancangan (redesign) dan pembuatan

prototipe. Pembuatan prototipe akan diperlukan agar bisa dilakukan test maupun

evaluasi yang berkaitan dengan kelayakan ergonomi-antropometri dan biomekanika

dari produk kursi bambu. Secara sistematis langkah-langkah penelitian dapat

dijelaskan dalam gambar 1 di halaman selanjutnya.

4.1. Identifikasi permasalahan

Rancangan kursi bambu yang selama ini banyak dijumpai dan digunakan oleh

konsumen seringkali mendatangkan banyak ketidak-puasan. Bukan hanya

rancangannya saja yang terkesan kaku dan kurang estetik, tetapi sama sekali juga

tidak mempertimbangkan kelayakan-ergonomis terutama dalam hal penetapan

Page 4: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

4

ukuran-ukurannya. Ketidak-nyamanan pada saat digunakan sebagai tempat duduk

tidak hanya ditunjukkan dari ukuran kedalaman kursi (sekitar 50 cm), tinggi

Gambar 1. Langkah-Langkah Penelitian

sandaran tubuh (45 cm) dan sudut sandaran yang tegak lurus (90o) saja; tetapi juga

tidak digunakannya bantalan busa sebagai alas duduk dan sandaran punggung untuk

mengatasi problem material (bambu) yang cenderung keras dan kaku. Gambar 2

berikut menunjukkan kondisi rancangan awal dari produk kursi bambu yang tidak/

kurang ergonomis.

Gambar 2. Rancangan Kursi Bambu Tidak Ergonomis

Identifikasi Permasalahan

(Kondisi Existing)

Metoda QFD The Voice of

Customers

Technical Parameters

Evaluasi

Ergonomi ?

Modifikasi,

Redesign

&

Prototyping

Implementasi

Page 5: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

5

4.2. Pengumpulan, pengolahan dan pengujian data

Untuk mengidentifikasikan ketidak-nyamanan rancangan awal produk kursi bambu

yang diekspresikan melalui keluhan konsumen, maka metoda Quality Function

Deployment (QFD) merupakan langkah awal yang paling efektif untuk diterapkan

dalam penelitian semacam ini. Data QFD dalam hal ini diperoleh melalui

wawancara dan penyebaran kuestioner awal kepada sekitar 90-an orang responden

untuk mendapatkan data kualitatif berupa atribut-atribut yang dianggap penting

untuk mengevaluasi produk seperti kursi bambu. Selanjutnya dari hasil kuesioner

awal dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner berikutnya untuk memperoleh data

kuantitatif yaitu berupa data tentang tingkat kepentingan (bobot), tingkat kepuasan

yang dirasakan dan tingkat kepuasan yang diharapkan dari produk kursi bambu.

Untuk kepentingan perancangan produk, maka diperlukan data ukuran tubuh

manusia (anthropometri) dari segmen konsumen yang diharapkan. Adapun data

antropometri yang relevan dengan rancangan kursi bambu adalah tinggi bahu duduk

(B1), tinggi siku duduk (B2), tinggi popliteal duduk (B3), jarak pantat popliteal

(B4), panjang lengan bawah (B5), lebar bahu duduk (B6), lebar pinggul duduk (B7),

dan tinggi berdiri tegak (B8). Selanjutnya untuk memperoleh data biomekanika

yang berkaitan dengan perhitungan gaya normal dan gaya geser yang terjadi pada

sendi antar ruas tulang belakang, maka dilakukan pengukuran terhadap berat badan

responden. Agar diperoleh data yang representatif untuk tahap pembahasan, maka

perlu dilakukan pengujian data berupa pengujian validasi data dan pengujian

keandalan/reliabilitas data. Pengujian dilakukan agar data yang akan digunakan

merupakan data yang valid atau layak untuk digunakan sebagai sarana menganalis

permasalahan, seperti uji keseragaman, kenormalan, dan kecukupan data.

5. Diskusi/pembahasan

Data atribut kursi bambu diperoleh dari penyebaran kuesioner awal yang masih

berupa customer phrase. Kemudian dilakukan pengelompokan yang didasarkan atas

intensitas seringnya phrase muncul dan secara berulang-ulang ke dalam diagram

afinitas. Customer needs yang dihasilkan dari pengelompokan data tersebut dapat

dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Atribut Rancangan Kursi Bambu

Customer Requirements (WHATs)

Konstruksi yang kuat dan ringan

Desain Model/desain yang trendy

Desain yang ergonomis

Warna alami/natural

Estetika Penyelesaian permukaan halus dan rapi

Sambungan yang kuat dan rapi

Kenyamanan Nyaman saat diduduki

Tidak lapuk oleh insekta dan jamur

Garansi Lapisan permukaan (pernis) tahan lama

Tidak mudah mengalami kelengasan

Page 6: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

6

Dari hasil penyebaran kuesioner formal diperoleh data tingkat kepentingan (bobot)

dari masing-masing atribut. Data ini berisikan hal-hal yang dianggap penting oleh

konsumen dan oleh karena itu perlu diperhatikan dalam perancangan produk kursi

bambu. Nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai Rata-Rata Tingkat Kepentingan Atribut

No Atribut Skala

Kepentingan Urutan

Kepentingan

1 Konstruksi yang kuat dan ringan 6.815 6

2 Model/desain yang trendy 8.191 2

3 Desain yang ergonomis 8.056 3

4 Warna alami/natural 7.617 4

5 Penyelesaian permukaan halus dan rapi 7.222 5

6 Sambungan yang kuat dan rapi 6.404 9

7 Nyaman saat diduduki 8.453 1

8 Tidak lapuk oleh insekta dan jamur 6.646 7

9 Lapisan permukaan (pernis) tahan lama 6.125 10

10 Tidak mudah mengalami kelengasan 6.525 8

Berdasarkan suara konsumen/kustomer (the voice of customers) yang menghasilkan

atribut/parameter rancangan produk, maka tugas dari perancang adalah

menterjemahkan atribut-atribut produk tadi kedalam sebuah parameter teknis secara

lebih spesifik. Tabel 3 merupakan respons teknis yang merupakan dasar untuk

merancang dan/atau membuat produk sesuai dengan kebutuhan konsumen produk

kursi bambu.

Tabel 3. Respon Teknis Rancangan Produk Kursi Bambu yang Ergonomis

No Respon Teknis

1 Material utama dan pendukung

2 Variasi model

3 Busa alas duduk dan sandaran punggung

4 Bahan pembungkus busa

5 Tinggi kursi

6 Finishing

7 Diameter bambu

8 Pengawetan

9 Tebal support lumbar

10 Variasi warna

11 Sudut sandaran punggung

12 Sambungan

Selanjutnya seluruh data dan informasi yang relevan (VOC, Importance, Technical

Response, matrixs correlation, data kompetitor, target teknis, prioritas, korelasi

teknis) dianalisis, ditetapkan, dan dimasukkan sebagai dasar pembuatan rumah

kualitas (House of Quality) seperti yang ditunjukan dalam gambar 2 di halaman

berikut.

Page 7: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

7

Gambar 2. House of Quality (HoQ) Rancangan Baru Produk Kursi Bambu

Untuk keperluan perancangan terutama berkaitan dengan data ukuran tubuh manusia

yang relevan telah dilakukan pengukuran langsung terhadap 80 orang responden

dengan dimensi ukuran mulai dari tinggi bahu dalam posisi duduk (B1) sampai

dengan tinggi berdiri tegak (B8). Tabel 4 menunjukkan data antropometri untuk 8

ukuran anggota tubuh yang relevan dengan rancangan dan diambil untuk 80 orang

responden laki/perempuan.

Tabel 4. Tabel Antropometri Data Rancangan Kursi Bambu

No.

Dimensi

tubuh

Laki-laki (cm) Perempuan (cm)

5th 50th

95th

5th 50th

95th

1 B1 48.8 53.25 61.84 47.83 52.15 61.51

2 B2 15.81 19.3 23.4 14.32 18.75 23.39

3 B3 40.72 43.1 45 35.02 39.5 41.5

4 B4 39.5 43.35 48.03 37.6 41.7 48.19

5 B5 42.8 47.6 55.34 36.73 40 43.8

6 B6 33.5 36.4 41.2 31.8 35 35.58

7 B7 27.22 32.4 34.7 34.4 36.6 38.2

8 B8 157 166 174 152 158 167

Analisa biomekanik dilakukan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : (a) analisa

hanya dilakukan pada free body diagram dari ruas-ruas tulang belakang; (b) gaya-

gaya gravitasi dihitung dari berat kepala, lengan atas, dan ruas-ruas tulang belakang;

(c) kekuatan sendi perunitnya adalah sama; dan (d) sendi bagian depan mempunyai

tinggi yang sama dengan bagian belakang. Selanjutnya analisa sendi antar tulang

Page 8: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

8

belakang untuk gaya normal (gaya yang tegak lurus pada intervetebral disc) dan

gaya geser dapat ditunjukkan hasil perhitungannya pada tabel 5 dan 6 berikut ini :

Tabel 5. Hasil Perhitungan Gaya Normal

Ld

(i)

Oi

(o)

Wti

(N)

Wh

(N)

Wa

(N)

-Fb sin Ob

(N)

Fb cos Ob

(N)

Fn

(N) T3 – T4 10 97 49,4 35,9 -43,8 143,4 136,2

T4 – T5 14,3 109,3 49,4 35,9 -43,8 143,4 171,5

T5 – T6 18,6 119,7 49,4 35,9 -43,8 143,4 190,5

T6 – T7 22,9 129,9 49,4 35,9 -43,8 143,4 213,7

T7 – T8 27,2 141,1 49,4 35,9 -43,8 143,4 227,9

T8 – T9 31,5 153,7 49,4 35,9 -43,8 143,4 241,3

T9 – T10

T10

35,8 167,5 49,4 35,9 -43,8 143,4 253,4

T10 – T11 40,1 181 49,4 35,9 -43,8 143,4 262,6

T11 – T12 44,4 195,9 49,4 35,9 -43,8 143,4 269,9

T12 – L1 48,7 212,5 49,4 35,9 -43,8 143,4 275,3

L1 – L2 53 233,3 49,4 35,9 -43,8 143,4 279,9

L2 – L3 57,3 254,9 49,4 35,9 -43,8 143,4 280,8

L3 – L4 61,6 276,4 49,4 35,9 -43,8 143,4 277,3

L4 – L5 65,9 299,5 49,4 35,9 -43,8 143,4 270,1

L5 – S1 70,2 322,1 49,4 35,9 -43,8 143,4 258

Tabel 6. Hasil Perhitungan Gaya Geser

Ld

(i)

Oi

(o)

Wti

(N)

Wh

(N)

Wa

(N)

-Fb sin Ob

(N)

-Fb cos Ob

(N)

Fs

(N) T3 – T4 10 97 49,4 35,9 -43,8 -143,4 -107

T4 – T5 14,3 109,3 49,4 35,9 -43,8 -143,4 -101,8

T5 – T6 18,6 119,7 49,4 35,9 -43,8 -143,4 -84,5

T6 – T7 22,9 129,9 49,4 35,9 -43,8 -143,4 -65,4

T7 – T8 27,2 141,1 49,4 35,9 -43,8 -143,4 -44

T8 – T9 31,5 153,7 49,4 35,9 -43,8 -143,4 -20,3

T9 – T10

T10

35,8 167,5 49,4 35,9 -43,8 -143,4 5,9

T10 – T11 40,1 181 49,4 35,9 -43,8 -143,4 33,6

T11 – T12 44,4 195,9 49,4 35,9 -43,8 -143,4 63,6

T12 – L1 48,7 212,5 49,4 35,9 -43,8 -143,4 96,2

L1 – L2 53 233,3 49,4 35,9 -43,8 -143,4 133,2

L2 – L3 57,3 254,9 49,4 35,9 -43,8 -143,4 171,9

L3 – L4 61,6 276,4 49,4 35,9 -43,8 -143,4 211,9

L4 – L5 65,9 299,5 49,4 35,9 -43,8 -143,4 252,7

L5 – S1 70,2 322,1 49,4 35,9 -43,8 -143,4 293,5

5.1. Analisis dan interpretasi QFD

Nilai tingkat kepentingan menunjukan bahwa semakin tinggi nilainya, maka atribut

tersebut semakin dirasakan penting eksistensinya oleh konsumen dalam hubungan

nya dengan perancangan kursi bambu. Sedangkan tingkat kebutuhan yang

ditunjukkan oleh nilai raw weight diinterpretasikan sebagai tinggi/rendahnya nilai

suatu atribut. Hal ini memberikan indikasi kebutuhan/keinginan untuk dilakukannya

prioritas perbaikan terhadap rancangan produk oleh konsumen terutama ditujukan

terhadap atribut yang mempunyai nilai raw weight tinggi.

Analisis yang dilakukan pada respon teknis ini adalah merupakan analisis kontribusi

prioritas terhadap setiap respon teknis. Kontribusi prioritas akan menunjukkan

Page 9: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

9

seberapa besar suatu respon teknis mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk .

Semakin besar nilai kontribusinya, maka semakin perlu diprioritaskan untuk segera

bisa direalisasikan. Enam respon teknis yang perlu diperhatikan benar-benar oleh

perancang/pembuat kursi bambu adalah tinggi kursi, tebal support lumbar, sudut

sandaran punggung, finishing, material utama/pendukung, serta tambahan bantalan

busa untuk alas duduk dan sandaran punggung.

5.2. Analisis & evaluasi ergonomi

Analisa dan evaluasi kelayakan ergonomi-antropometri mengacu pada keterbatasan

dimensi tubuh manusia dan akan dijadikan sebagai acuan pembanding. Dalam hal

ini akan dilakukan pembandingan rancangan lama dengan rancangan baru

berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran antropometri. Apakah rancangan

obyek amatan penelitian telah memenuhi kualifikasi kelayakan ergonomis atau tidak

bisa dilihat dalam tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Perbandingan Hasil Pengukuran dan Perhitungan Redesain Kursi

Ukuran Dimensi Hasil

Pengukuran

(cm)

Hasil

Perhitungan

(cm)

Ket

Tinggi alas duduk Tinggi popliteal duduk 34 35 Sesuai

Lebar alas duduk Lebar pinggul duduk 63 44 Tdk. sesuai

Panjang alas duduk Jarak pantat-popliteal 50 45 Tdk. sesuai

Tinggi sandaran

punggung

Tinggi bahu duduk 45 53 Tdk. sesuai

Lebar sandaran punggung Lebar bahu duduk 44 41 Sesuai

Sudut sandaran punggung Derajat kemiringan 900 105

0 Tdk. sesuai

Tinggi sandaran tangan Tinggi siku duduk - 25 Tdk. sesuai

Panjang sandaran tangan Panjang lengan bawah - 55,5 Tdk. sesuai

Berdasarkan data antropometri dan hasil perhitungan diperoleh hasil analisis

perbandingan yang selanjutnya akan dijadikan dasar pertimbangan untuk modifikasi

rancangan kursi bambu yang ergonomis. Untuk ukuran tinggi alas duduk antara

hasil pengukuran rancangan awal dan hasil perhitungan tidak terlalu berbeda jauh,

sehingga tinggi alas duduk untuk rancangan lama masih sesuai (dapat diterima).

Selanjutnya untuk lebar alas duduk kursi lama sebesar 63 cm sebenarnya tidak

terlalu menimbulkan masalah yang berarti, tetapi jika digunakan ukuran 44 cm

(sesuai dengan antropometri) akan bisa menghasilkan penghematan bahan pada

proses pembuatannya. Dengan ukuran lebar alas duduk cukup sebesar 44 cm saja,

orang dengan lebar pinggul pada persentil ke-95 sudah dapat duduk dengan nyaman.

Mengenai panjang alas duduk rancangan awal sebesar 50 cm akan terasa terlalu

berlebihan. Panjang alas duduk akan memberikan kedalaman posisi tubuh pada saat

duduk di kursi. Kelebihan ukuran kedalaman dari yang seharusnya akan

menyebabkan tekanan pada bagian belakang lutut. Keadaan ini akan dapat

menimbulkan rasa kesemutan dalam jangka waktu yang singkat dan dapat

menimbulkan tromboplebitis dalam jangka waktu yang lama. Disamping itu orang

juga tidak dapat duduk bersandar dengan nyaman, atau kaki bisa juga dalam posisi

menggantung. Untuk tinggi sandaran punggung terlihat bahwa kursi lama hanya

Page 10: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

10

berukuran 45 cm dan terasa agak terlalu pendek. Hal ini bisa ditunjukkan dengan

kenyataan bahwa ada bagian atas dari punggung yang tidak memperoleh sandaran

penuh. Akibatnya akan terasa kurang nyaman pada daerah punggung bila harus

duduk terlalu lama. Dengan tinggi sandaran punggung sesuai dengan hasil

pengukuran antropometri sebesar 53 cm, maka diharapkan dapat memberikan

sandaran untuk seluruh bagian punggung dengan sebaik-baiknya.

Keluhan umum dari rancangan kursi bambu lama adalah ketidak-nyamanan pada

saat orang harus duduk bersandar baik dalam jangka pendek maupun lama. Hal

tersebut disebabkan sudut sandaran punggung kursi lama yang dibuat tegak lurus

(90o) yang dapat menimbulkan rasa kurang nyaman pada daerah tulang belakang.

Faktor penyebab utama adalah karena bagian lumbar akan berbentuk kurva yang

tidak natural dan terdapat regangan pada piringan antar ruas pada lumbar serta

ligamen. Untuk mengurangi kondisi yang tidak ergonomis tersebut perlu dibuat

sudut sandaran yang lebih tumpul yaitu dengan kemiringan 105o. Rancangan

dengan sudut 90o memang akan mempermudah proses pembuatannya, tetapi tidak

memberikan kenyamanan pada saat diduduki. Akhirnya, berbeda dengan rancangan

lama, pada rancangan baru kursi bambu perlu diberi sandaran tangan untuk

menambah kenyamanan duduk dan akan mempermudah/membantu pemakai pada

saat duduk maupun berdiri. Penetapan tinggi sandaran yang sesuai akan berfungsi

sebagai penyangga berat lengan atas dan dapat mengurangi tekanan yang terjadi

pada piringan ruas antar tulang belakang.

Gambar 3 berikut ini menunjukkan hasil rancangan baru kursi bambu yang sudah

dimodifikasi dan memenuhi kelayakan ergonomi-antropometri. Dalam rancangan

baru ini selain menggunakan dimensi ukuran antropometri yang sesuai, juga

dilengkapi dengan bantalan untuk alas duduk dan sandaran punggung untuk

menambah kenyamanan duduk.

Gambar 3. Rancangan Baru Kursi Bambu Ergonomis

Selanjutnya evaluasi ergonomi-biomekanika akan dilakukan untuk mengetahui

seberapa jauh rancangan baru dari kursi bambu betul-betul mampu memberikan

kenyamanan duduk (kelayakan ergonomis). Sebagai salah satu indikator untuk

mengetahui adanya perubahan setelah dilakukan perancangan ulang kursi bambu

adalah melakukan perhitungan yang sama terhadap kursi redesain. Kemudian

Page 11: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

11

dilakukan perbandingan dengan gaya normal dan gaya geser awal dan dibandingkan

dengan data pembanding seperti yang ditunjukkan dalam tabel 8 dan tabel 9 berikut :

Tabel 8. Perbandingan Gaya Normal

Level disk

(i)

Fn, Desain Awal

(N)

Fn, Desain Baru

(N)

Fn,Pembanding

(N)

T3 – T4 136,2 124 125,333

T4 – T5 171,5 149,6 626,667

T5 – T6 190,5 177 375,999

T6 – T7 213,7 191,1 626,667

T7 – T8 227,9 202,3 375,999

T8 – T9 241,3 214,9 225,333

T9 – T10 253,4 228,1 877,331

T10 – T11 262,6 241 877,331

T11 – T12 269,9 255 1375,663

T12 – L1 275,3 268,9 1629,329

L1 – L2 279,9 276,3 2130,661

L2 – L3 280,8 278,9 2381,327

L3 – L4 277,3 273,8 2381,327

L4 – L5 270,1 265 4386,655

L5 – S1 258 253 3634,657

Dari tabel 8 terlihat penurunan gaya normal yang terjadi pada intervetebral disk

untuk kursi baru (redesign). Bila pada awalnya gaya normal yang terjadi pada level

disk T3-T4 adalah 136,2 N, setelah ada perubahan pada desain maka gaya normal

pada level disk T3-T4 menjadi 124 N. Dan gaya normal ini berada dibawah gaya

normal pembanding yaitu 125,333 N. Demikian halnya level disk T8-T9 pada

rancangan kursi lama, gaya normal yang terjadi adalah 241,3 N, sedangkan pada

kursi baru gaya normal yang terjadi 214,9 N dan berada dibawah gaya normal

pembanding yaitu 225,333 N.

Perbandingan gaya geser yang terjadi pada intervetebral disk, ditampilkan dalam

tabel 9 berikut. Tabel 9. Perbandingan Gaya Geser

Level disk

(i)

Fs,awal

(N)

Fs,baru

(N)

Fs,banding

(N)

T3 – T4 -107 -82,7 86,917

T4 – T5 -101,8 -96,9 434,583

T5 – T6 -84,5 -83,4 260,751

T6 – T7 -65,4 -63,8 434,583

T7 – T8 -44 -27,7 260,751

T8 – T9 -20,3 -18,9 86,917

T9 – T10 5,9 5,1 608,419

T10 – T11 33,6 32,3 608,419

T11 – T12 63,6 37,8 956,087

T12 – L1 96,2 89,9 1129,921

L1 – L2 133,2 119,2 1477,589

L2 – L3 171,9 166,1 1651,423

L3 – L4 211,9 199 1651,423

L4 – L5 252,7 241,7 3042,095

L5 – S1 293,5 275 2520,593

Page 12: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

12

Gaya geser yang terjadi pada level disk T3-T4 untuk rancangan kursi baru adalah

82,7 N; dan terjadi penurunan gaya geser dibandingkan pada rancangan kursi lama.

Gaya geser tersebut berada dibawah gaya geser pembanding yaitu 86,917 N.

Berdasarkan uraian diatas, gaya normal dan gaya geser yang terjadi pada

intervetebral disc pada kursi baru ternyata lebih kecil dibandingkan kursi lama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rancangan kursi baru lebih ergonomis

dibandingkan dengan rancangan kursi lama ditinjau dari aspek biomekanika-nya.

6. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan evaluasi yang dilakukan terhadap rancangan lama kursi

bambu dapat dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Kualitas rancangan kursi bambu lama yang dievaluasi masih belum mampu

memuaskan para konsumennya. Hal ini dapat dilihat pada nilai gap kepuasannya

terhadap semua atribut yang bernilai negatif dan perlu mendapat perhatian yang

serius dari pengrajin kursi bambu.

Untuk modifikasi rancangan berdasarkan metode QFD, karakteristik respon

teknis yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan dan peningkatan

kualitas rancangan kursi bambu yang dapat dilakukan oleh pengrajin adalah

terletak pada penentuan tinggi kursi, tebal support lumbar, sudut sandaran

punggung, finishing, material utama dan pendukung serta busa alas duduk dan

sandaran punggung.

Berdasarkan analisa dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa rancangan kursi

bambu lama tidak/kurang layak-ergonomis. Hal ini ditunjukkan oleh penentuan

ukuran kursi yang tidak berdasarkan data antropometri yang tepat seperti

kedalaman alas duduk 50 cm, lebar alas duduk 63 cm, tinggi sandaran

punggung 45 cm, dan sudut sandaran punggung yang tegak lurus 900 .

Disamping itu rancangan lama tidak memberikan sandaran tangan, tidak ada

bantalan busa untuk sandaran punggung dan alas duduk. Disamping itu pula

evaluasi biomekanika menunjukkan bahwa gaya normal dan gaya geser yang

dialami ruas antar tulang belakang masih berada diatas gaya normal dan gaya

geser pembanding.

Berdasarkan analisa rumah kualitas dan analisa ergonomi-antropometri,

selanjutnya dilakukan modifikasi dan perancangan ulang kursi bambu.

Kemudian dibuat sebuah prototipe sebagai dasar untuk melakukan analisa

perbandingan dengan rancangan kursi lama Evaluasi ergonomi-antropometri

memberikan rancangan baru kursi bambu yang memiliki kedalaman alas duduk

45 cm, lebar alas duduk 44 cm, tinggi sandaran punggung 53 cm, sudut sandaran

punggung 1050; serta masih dilengkapi dengan sandaran tangan, bantalan busa

sandaran punggung (support lumbar) dan alas duduk. Analisa dan evaluasi

biomekanika terhadap rancangan baru memberikan hasil berupa gaya normal dan

gaya geser yang terjadi pada ruas antar tulang belakang yang lebih kecil bila

dibandingkan dengan gaya normal dan gaya geser pembanding. Kesimpulan

akhir akan menunjukkan bahwa hasil rancangan ulang kursi bambu lebih layak

ergonomis bila dibandingkan dengan rancangan kursi bambu lama.

Page 13: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

13

7. Daftar pustaka

[1] Croney, J. (1971) Anthropometrics for Designers, B.T. Batsford Ltd., London.

[2] Chaffin, D.B. & Andersson, G. (1984) Occupational Biomechanics, John Wiley

& Sons, New York.

[3] Cohen, L. (1995) Quality Function Deployment : How to Make QFD Work for

You, Addison-Wesley Publising Company, Massachuset.

[4] Grandjean, E. (1986) Fitting The Task to The Man : An Ergonomics Approach,

McGraw-Hill Inc, Sidney.

[5] McCormick, E.J & Sander, M.S. (1987) Human Factor in Engineering and

Design, Sixth Edition, Mc Graw Hill Bool Company, New York.

[6] Sutalaksana. I.Z. (2000) Produk - Produk Ergonomis dan Strategi Mewujudkan

nya, Bunga Rampai Ergonomi Indonesia, Bandung. Hal I-19 – 24.

[7] Ulrich, K. T, & Eppinger, Steven D. (2001) Product Design and Development,

McGraw-Hill Inc., New York.

[8] White III, A.A & Panjabi, M.M. (1978) Clinical Biomechanics of the Spine

Lippincott, Philadelphia.

[9] Wignjosoebroto, Sritomo (1997) Analisis Ergonomi dalam Proses Perancangan

Produk, Prosiding Seminar Nasional Ergonomi, ITB, Bandung. 6-7 Januari 1997

hal 1-18.

[10]Wignjosoebroto, Sritomo (2000) Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, PT. Guna

Widya, Surabaya.

Page 14: Implementasi Quality Function Deployment untuk …personal.its.ac.id/files/pub/2831-m_sritomo-ie-Rancangan Produk... · For designing the ergonomics bamboo chair, the method of Quality

14