implementasi peran tni dalam mengatasi … · jenderal strategi pertahanan dephan mayjen (purn)...

104
1 IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI TERORISME BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Perkembangan terorisme meningkat secara signifikan sejak diawal tahun 1970-an. Dalam periode itu, terorisme berkembang mengusung agama tertentu, perjuangan kemerdekaan, pemberontakan, gerilya, bahkan teror dilakukan demi menegakkan dan melanggengkan kekuasaannya. Ketidakstabilan dunia dan munculnya frustrasi sekelompok masyarakat di berbagai negara menuntut hak-hak yang dianggap fundamental dan sah, sehingga memicu meluasnya terorisme. Kegiatan terorisme dalam berbagai bentuk, terus berkembang dan semakin meluas keberbagai negara seperti yang terjadi pada serangan bom di World Trade Centre (WTC) di Amerika Serikat pada 11 September 2001, yang berlanjut pada terjadinya serangkaian aksi teror seperti yang terjadi di Indonesia yakni Bom Bali I (2002), Bom Bali II (2005), peledakan Hotel Marriot Jakarta dan di depan Kedubes Australia, Kuningan Jakarta hingga peledakan bom seperti di Rusia, Mesir, Spanyol, Inggris, bahkan bom bunuh diri Irak pasca pendudukan negara koalisi global 1 . 1 A.C. Manulang DR, Terorisme dan Perang Intelejen, Hanna Zaitun, Jakarta, 2006, Hal. 17

Upload: vantu

Post on 02-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

1

IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI TERORISME

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Perkembangan terorisme meningkat secara signifikan sejak

diawal tahun 1970-an. Dalam periode itu, terorisme berkembang

mengusung agama tertentu, perjuangan kemerdekaan,

pemberontakan, gerilya, bahkan teror dilakukan demi

menegakkan dan melanggengkan kekuasaannya.

Ketidakstabilan dunia dan munculnya frustrasi sekelompok

masyarakat di berbagai negara menuntut hak-hak yang

dianggap fundamental dan sah, sehingga memicu meluasnya

terorisme. Kegiatan terorisme dalam berbagai bentuk, terus

berkembang dan semakin meluas keberbagai negara seperti

yang terjadi pada serangan bom di World Trade Centre (WTC)

di Amerika Serikat pada 11 September 2001, yang berlanjut

pada terjadinya serangkaian aksi teror seperti yang terjadi di

Indonesia yakni Bom Bali I (2002), Bom Bali II (2005), peledakan

Hotel Marriot Jakarta dan di depan Kedubes Australia,

Kuningan Jakarta hingga peledakan bom seperti di Rusia, Mesir,

Spanyol, Inggris, bahkan bom bunuh diri Irak pasca

pendudukan negara koalisi global1.

1 A.C. Manulang DR, Terorisme dan Perang Intelejen, Hanna Zaitun, Jakarta, 2006, Hal. 17

Page 2: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

2

Terorisme harus diakui sebagai suatu permasalahan global

dan menjadi bentuk baru perang dan merupakan ancaman yang

sewaktu-waktu terjadi dan menjadi ancaman nyata bagi dunia.

Apabila dilihat dari trend perkembangan saat ini dan yang akan

datang menunjukkan bahwa kegiatan terorisme semakin

meningkat baik dalam kualitas maupun kuantitas yang dapat

berpotensi mengganggu stabilitas keamanan ditingkat

internasional, regional maupun nasional. Sebagai salah satu

ancaman yang dapat membahayakan situasi keamanan suatu

negara, terorisme saat ini sudah menjadi ancaman global

dengan jaringan yang bersifat internasional. Keberadaan

terorisme sendiri di Indonesia tidak dapat dipungkiri ketika

bom berkekuatan besar meluluh lantakan Bali pada tanggal 12

Oktober 2002, sebuah tempat pariwisata internasional yang

selama ini menjadi kebanggaan kita bersama. Meskipun

beberapa peristiwa teror pernah melanda Indonesia

sebelumnya, namun bom Bali merupakan peristiwa

"spektakuler" yang berhasil dilakukan oleh kelompok teroris.

Penilaian ini muncul selain dari jumlah korban yang

ditimbulkan juga karena sebagian besar korbannya adalah

warga negara asing (WNA) yang sedang berlibur di Bali.

Berbagai bentuk ancaman yang dilakukan oleh teroris

kepada pemerintah atau pihak yang berseberangan dengan

kepentingan mereka dengan melakukan berbagai cara

diantaranya pembunuhan, penganiayaan, penculikan,

perampokan, intimidasi dan pembajakan. Seiring dengan

perkembangan situasi internasional, maka di Indonesia sendiri

menggunakan pola teror oleh kelompok yang berseberangan

Page 3: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

3

dengan pemerintah kerap dilakukan didalam mencapai tujuan

mereka menggunakan pola atau bentuk teror yang terus

berkembang dengan cukup pesat. Beberapa kejadian di dalam

negeri seperti konflik horizontal di Poso, Ambon, usaha-usaha

disintegrasi oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua

dan beberapa gerakan separatis lainnya telah menggunakan

pola-pola kegiatan terorisme dalam melakukan aksi-aksinya.

b. Berdasarkan UU No 34 Th 2002 pasal 7, Tentara Nasional

Indonesia (TNI) sebagai alat pertahanan negara mempunyai

tugas untuk mengatasi aksi terorisme dalam gelar pola Operasi

Militer Selain Perang (OMSP)2. Dalam upaya mengatasi aksi-

aksi teror yang dilakukan oleh kelompok teroris, TNI dituntut

untuk dapat bertindak cepat dan proaktif melalui berbagai

upaya yang telah dilakukan agar tugas tersebut dapat

terlaksana dengan baik. Efektifitas pelaksanaan tugas ini sangat

tergantung pada kekuatan intelijen TNI dalam merespon setiap

ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh gerakan terorisme

nasional maupun internasional dengan membentuk Desk Anti

Teror (DAT), melakukan kerjasama dengan negara ASEAN dan

internasional maupun dengan instansi terkait dalam mengatasi

terorisme, upaya yang telah dilakukan dalam menangani aksi

serangan teroris masih bersifat represif artinya bertindak

setelah aksi teror terjadi, kita belum mampu melakukan

tindakan-tindakan bersifat preventif yang efektif dalam

mengungkap jaringan terorisme secara komprehensif.

2 Dephan. Buku Himpunan Perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan dan pengolahan pertahanan. UU RI No 34 th 2004 tentang TNI,Jakarta. 2005 Hal. 74

Page 4: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

4

c. Dihadapkan pada pesatnya perkembangan jaringan dan

aksi-aksi terorisme nasional maupun internasional yang

bersinggungan langsung dengan Pertahanan dan Keamanan

Nasional, maka peran TNI harus ditingkatkan untuk siap

menghadapi setiap perkembangan ancaman terorisme yang

senantiasa mengancam kehidupan negara dan bangsa

Indonesia.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran tentang Implementasi Peran TNI Dalam Menghadapi

Terorisme.

b. Tujuan. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan

pimpinan TNI AD guna menetapkan kebijaksanaan dalam

meningkatkan Peran TNI AD dalam mengatasi terorisme.

3. Ruang lingkup dan tata urut. Ruang lingkup tulisan ini dibatasi

pada pembahasan aspek legislasi, kemampuan, kekuatan dan

mekanisme kerja satuan anti teror TNI danTNI AD dalam

mengatasi terorisme, yang disusun dengan tata urut sebagai

berikut:

a. Pendahuluan.

b. Latar belakang Pemikiran.

c. Data dan Fakta

d. Analisa.

g. Penutup

Page 5: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

5

4. Metode dan pendekatan.

a. Metoda. Karangan Militer ini menggunakan metoda

deskriptif analisis, yaitu dengan menganalisa semua

permasalahan satuan anti teror TNI dalam menghadapi

perkembangan terorisme nasional, regional dan internasional.

b. Pendekatan. Pembahasan naskah ini menggunakan

pendekatan kepustakaan dan perkembangan lingkungan

strategis.

5. Pengertian. Terlampir.

Page 6: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

6

BAB II

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum. Terorisme sebagai gerakan ambisius yang meyakini

kebenaran tertentu, menggunakan berbagai sarana untuk

mencapai tujuan. Ada yang menggunakan agama, politik

maupun ekonomi, tetapi yang jelas, terorisme menampilkan

watak yang serba hegemoni, anarkis dan radikal, hampir semua

aksi terorisme selalu memperlihatkan akibat yang buruk dan

tidak manusiawi. Mengamati sepak terjang terorisme, tampaknya

sulit diberantas secara tuntas. Dari fakta-fakta yang ada,

diketahui bawa hubungan antara kelompok-kelompok terorisme

secara tertutup telah terjalin. Meskipun tidak jelas ada konspirasi

internasional antar kelompok terorisme, namun trendnya

menunjukkan peningkatan kerjasama antara kelompok terorisme

dunia. Oleh karena itu dalam rangka penanganan aksi terorisme

internasional ini, diperlukan kerjasama yang bersifat bilateral

maupun multilateral dalam lingkup global maupun regional.

7. Landasan Pemikiran.

a. Landasan Idiil. Pancasila merupakan dasar, falsafah dan

ideologi negara, yang berisi nilai-nilai moral dan etika dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai

nilai moral dan etika kebangsaan, pengamalan Pancasila harus

diwujudkan dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak bagi

setiap warga negara Indonesia di dalam mengabdikan dirinya

guna menyelenggarakan pertahanan negara sesuai dengan

kedudukan dan fungsinya masing-masing. Nilai-nilai tersebut

Page 7: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

7

meliputi keselarasan, keserasian, keseimbangan, persatuan dan

kesatuan, kerakyatan, kekeluargaan, dan kebersamaan. Nilai-

nilai Pancasila telah teruji dan diyakini kebenarannya sebagai

pemersatu bangsa dalam membangun dan menata kehidupan

berbangsa serta bernegara yang lebih baik dan berdaya saing,

oleh karena itu Pancasila harus melandasi TNI/TNI AD dalam

memerangi terorisme berskala nasional maupun internasional

demi tegaknya NKRI.

b. Landasan Konstitusi. Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 (DUD 1945) adalah sumber dari segala

sumber hukum. UUD 1945 memberikan landasan serta arah

dalam pengembangan sistem serta penyelenggaraan pertahanan

negara. Substansi pertahanan negara yang terangkum dalam

Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 di antaranya adalah

pandangan bangsa Indonesia dalam melihat diri dan

lingkungannya, tujuan negara, sistem pertahanan negara, serta

keterlibatan warga negara. Selanjutnya didalam pasal 30 UUD

1945 disebutkan bahwa tiap warga negara berhak dan wajib

dalam usaha pembelaan negara yang syarat-syaratnya diatur

dari UU diatas, oleh karena itu diperlukan organisasi TNI/TNI

AD (satuan anti teror dan satuan intelijen) yang kuat dan

profesional untuk mengatasi terorisme.

c. Landasan hukum.

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah (PP)

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Dalam UU RI No.

15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Page 8: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

8

Terorisme (Anti Terorisme) Pasal 43 disebutkan bahwa

"Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana terorisme, Pemerintah Republik Indonesia

melaksanakan kerja sama internasional dengan negara lain

di bidang intelijen, kepolisian dan kerjasama teknis lainnya

yang berkaitan dengan tindakan melawan terorisme sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku"3. Pasal ini mengisyaratkan pentingnya bagi

Indonesia untuk melakukan kerjasama dengan negara

ASEAN dalam pencegahan aksi terorisme. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah (PP) Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-Undang. Pada

pasal 26 ayat 1 disebutkan bahwa untuk memperoleh bukti

permulaan, penyidik dapat menggunakan setiap laporan

intelijen yang telah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan

Negeri. Selanjutnya di pasal 27 dijelaskan tentang alat bukti

yang dapat digunakan antara lain informasi maupun data

dan rekaman yang dapat dilihat, dibaca atau didengar.

Kedua hal ini dapat dijadikan dasar pemikiran dalam setiap

pelaksanaan tugas intelijen yang berkaitan dengan

pemberantasan tindak pidana terorisme, karena dalam PP

ini telah dijelaskan tentang kemungkinan pelibatan intelijen

dan macam bukti-bukti yang diperlukan.

3 Pemerintah RI, UU RI No : 15 thn 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (Anti Terorisme), Jakarta, 2003. Hal. 20.

Page 9: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

9

2) UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Hanneg. Dalam pasal 7

ayat (2) tentang Penyelenggaraan Pertahanan Negara

disebutkan Sishanneg dalam menghadapi ancaman militer

menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan

didukung oleh komponen cadangan dan komponen

pendukung4. Selanjutnya pada penjelasan ayat tersebut yang

termasuk ancaman militer adalah ancaman yang

menggunakan kekuatan bersenjata terorganisir yang dinilai

mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan

negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap

bangsa. Dalam wujudnya ancaman militer dapat berupa aksi

teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme

internasional yang bekerjasama dengan kelompok radikal

dalam negeri. Untuk mampu melaksanakan tugas tersebut

secara optimal antara lain diperlukan kemampuan intelijen

yang handal khususnya dalam menghadapi terorisme.

3) UU RI TNI No 34 tahun 2004 tentang TNI. Pada pasal 7

ayat 2b point ke 3 disebutkan bahwa tugas pokok TNI

melalui operasi militer selain perang (OMSP) adalah

mengatasi aksi terorisme. Dalam mengatasi aksi terorisme

TNI tidak melakukan tugas/ bantuan kepada instansi

manapun. Pelaksanaan tugas yang diamanatkan pada point

ini berbeda dengan yang tertera di point 9 s.d 14, dimana

TNI ditugaskan untuk memberikan bantuan pada instansi-

instansi yang disebutkan. Berdasarkan Undang-Undang

4 Dephan. Buku Himpunan Perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan dan pengolahan pertahanan. UU RI No. 3 Thn 2002 tentang Hanneg, Jakarta, 2005 Hal. 37

Page 10: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

10

tersebut jelaslah bahwa TNI dapat dan harus berperan aktif

dalam mengatasi aksi-aksi terorisme. Sehingga secara

undang-undang jika terjadi aksi terorisme di Indonesia,

maka wajar bila TNI ikut dipersalahkan. Mantan Direktur

Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat

yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI

berpendapat, tindakan atas terorisme itu dapat dilakukan

militer yang dikategorikan dalam operasi militer selain

perang atau dikenal sebagai military operations other than

war (MOOTW)5.

4) Resolusi dewan keamanan PBB6. Resolusi Dewan

Keamanan PBB (UNSC) No. 1373/2001. Resolusi PBB ini

merupakan konvensi yang menegaskan bahwa terorisme

merupakan kejahatan yang mengancam perdamaian dan

keamanan umat manusia sehingga seluruh negara anggota

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Indonesia

wajib mendukung dan melaksanakannya. Substansi Resolusi

Dewan Keamanan PBB tersebut menyebutkan bahwa

tindakan melawan terorisme di antaranya dapat dilakukan

dengan mencegah pendanaan terhadap terorisme,

pembekuan keuangan para teroris, melarang warga negara

untuk mendanai teroris, mengeliminir suplai senjata, serta

menerapkan upaya preventif termasuk peringatan dini ke

negara lain melalui pertukaran informasi.

5 CSIS, TNI dan Mekanisme Perbantuan, Kompas, 14 Oktober 2005. 6 A.c. Manulary, DR, Terorisme dan Perang Intelejen, Hanna Zaitun, Jakarta, 2006, Hal. 255

Page 11: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

11

5) KTT terakhir ASEAN di Bali tahun 2003 adalah tonggak

dari perkembangan ASEAN dalam era globalisasi7. Dalam

KTT itu ditegaskan kembali bahwa mekanisme multilateral

merupakan pilihan kebijakan yang tepat untuk

menyelesaian masalah-masalah regional. Lompatan besar

ASEAN adalah dengan telah diterimanya sebuah usul untuk

membangun sebuah komunitas ASEAN8, tercantum dalam

Bali Concord II,9 yang ditopang oleh tiga pilar, yaitu

komunitas ekonomi (ASEAN Economic Community),

komunitas sosial dan budaya (ASEAN Social and Cultural

Community) dan komunitas keamanan (ASEAN Security

Community). ASEAN Security Community adalah sebuah

komunitas yang dibentuk oleh negara-negara ASEAN pada

tanggal 7 Oktober 2003 di Bali, (Indonesia), ketika

digelarnya KTT ASEAN yang kemudian menyepakati

sebuah deklarasi yang kemudian dikenal dengan Bali

Concord II.

6) Deklarasi ASEAN dalam memerangi terorisme10.

Deklarasi KTT ASEAN dalam memerangi terorisme pasca

serangan Teror Bom di Bali. Terorisme telah menjadi

ancaman paling menakutkan bagi negara-negara didunia

dewasa ini dan bisa mengancam wilayah manapun,

7 Mengenai KTT Bali ini lihat Bantarto Bandoro,”Drawing a new blueprint for ASEAN”, The Jakarta Post, 7 Oktober , 2003 8 Mengenai komunitas ASEAN, lebih lanjut lihat tulisan F. Andrea dalam edisi ini. 9 Mengenai Bali Concord II lihat Bantarto Bandoro, “From Bali with a deeper sense of community” The Jakarta Post, 18 Oktober 2003. 10 Bantarto Bandoro, Drawing a new blue print ASEAN, the Jakarta Post, 7 Oktober 2003.

Page 12: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

12

termasuk ASEAN. Agar dapat mengantisipasi kemungkinan

serangan lanjutan pasca tragedi Bom Bali, tanggal 5-6

November 2002 di Brunei Darussalam negara-nagara

ASEAN telah menandatangani sebuah deklarasi. Pada

intinya mengecam segala bentuk tindakan terorisme oleh

karenanya perlu diadakan kerjasama militer negara-negara

ASEAN untuk mencegah masuknya teroris kewilayah

ASEAN umumnya dan Asia Tenggara khususnya.

d. Landasan Operasional.

1) Doktrin Tridarma Eka Karma (Tridek) TNI. Sebagai

sebuah organisasi TNI mempunyai pedoman dalam

pelaksanaan tugas pokok dan perannya sebagai alat

pertahanan negara berupa Doktrin TNI. Dalam doktrin

tersebut pada pasal pembinaan kemampuan disebutkan

bahwa kemampuan intelijen strategis, taktis dan teknis

disiapkan untuk senantiasa melaksanakan penyelidikan,

pengamanan dan penggalangan dalam rangka mendukung

pembinaan dan penggunaan kekuatan TNI. Hal inilah yang

melandasi pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam

pembinaan kemampuan dan penggunaan satuan anti teror

TNI guna mendukung tercapainya tugas pokok TNI.

2) UU N0 39 tahun 1999 tentang HAM. Pada pasal 2

disebutkan bahwa Negara Republik Indonesia mengakui

dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan

dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada

manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan

demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,

kebahagiaan dan kecerdasan serta keadilan. Pada pasal ini

Page 13: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

13

mengandung pengertian bahwa setiap aparat intelijen TNI

AD dalam melaksanakan tugasnya secara preventif yaitu

untuk melindungi masyarakat dari aksi terorisme disamping

itu harus tetap menghormati dan menegakkan HAM sebagai

hukum positif yang berlaku.

e. Landasan Teori. Adapun teori yang dapat dijadikan

sebagai instrumen analisis dalam menjelaskan tentang

terorisme, antara lain sebagai berikut :

1) Teori Terorisme. Perkataan ”Teror“ pada awalnya

berasal dari kata ”TERRORE“ (bahasa latin) yang berarti

goncang atau penyebab goncang. Perkataan

”TERRORISM, TERRORIST, TERRORISE” baru muncul

setelah terjadi ”Revolusi Perancis” pada tahun 1793

sampai tahun 1798. Pada awalnya, terorisme diterapkan

sebagai alat politik untuk memperbaiki tatanan sosial

atau keadaan yang diakibatkan oleh penindasan

penguasa yang tidak dapat diperbaiki dengan cara lain.

Namun terorisme yang terjadi pada dewasa ini dilakukan

oleh kelompok-kelompok radikal, untuk memperjuang-

kan kepentingannya sebagai bentuk perlawanan

terhadap ketidakadilan. Berbagai aksi teror yang

dilakukan dengan cara menculik dan menyandera orang-

orang yang tidak bersalah, membunuh tokoh politik dan

pemuka masyarakat, melakukan sabotase, pemerasan,

pembajakan pesawat udara/kapal laut dengan jalan

kekerasan.

Walaupun pengertian terorisme hingga saat ini belum

ada yang jelas, namun dapat diambil suatu rumusan

Page 14: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

14

sementara bahwa secara umum terorisme adalah suatu

kegiatan untuk menimbulkan rasa takut masyarakat,

sekaligus untuk menarik perhatian pemerintah terhadap

tujuan yang diperjuangkan. Beberapa pakar

mendefinisikan sebagai berikut :

a) T.P. Thoronton dalam Terror as a Weapon of Political

Agitation (1964) mendefinisikan terorisme adalah

penggunaan teror sebagai tindakan simbolis yang

dirancang untuk mempengaruhi kebijaksanaan dan

tingkah laku politik dengan cara-cara ekstra normal,

khususnya dengan penggunaan kekerasan dan

ancaman kekerasan.

b) US Central Inteligence Agency (CIA). Terorisme

Internasional adalah terorisme yang dilakukan

dengan dukungan pemerintah atau organisasi asing

dan/atau diarahkan untuk melawan negara, lembaga

atau pemerintah asing.

c) US Federal Bureau of Investigation (FBI).

Terorisme adalah penggunaan kekerasan tidak sah

atau kekerasan atas seseorang atau harta untuk

mengintimidasi sebuah pemerintah, penduduk sipil

dan elemen-elemennya untuk mencapai tujuan sosial

atau politik.

d) US Departements of state and defence. Terorisme

adalah kekerasan bermotif politik dan dilakukan oleh

agen negara terhadap sasaran kelompok non

kombatan. Biasanya dengan maksud untuk

Page 15: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

15

mempengaruhi opini. Terorisme Internasional adalah

terorisme yang melibatkan warga negara atau

wilayah lebih dari satu negara.

e) Black’s law dictionary. Tindakan terorisme adalah

kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau yang

menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia

yang melanggar hukum pidana Amerika, atau negara

bagian Amerika, dan jelas dimaksudkan untuk; (i)

mengintimidasi penduduk sipil; (ii) mempengaruhi

kebijakan pemerintah; (iii) mempengaruhi

penyelenggaraan negara dengan cara penculikan dan

pembunuhan.

f) Berdasarkan Bujuknik TNI AD tentang anti Teror

tahun 2000, terorisme adalah cara berfikir dan

bertindak yang menggunakan teror sebagai tehnik

untuk mencapai tujuan (Loundewijk F. Paulus, 2002:

1).

g) Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.

Terorisme adalah penggunaan kekerasan atau

ancaman untuk menurunkan semangat, menakut-

nakuti, dan menakutkan, terutama untuk tujuan

Politik.

h) Dalam UU Nomor 15 tahun 2003 tentang

Pemberantasan Tindakan Pidana Terorisme,

disebutkan pada pasal 6 bahwa terorisme adalah

perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan

maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa

Page 16: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

16

dan negara yang membahayakan bagi badan, nyawa,

moral, harta benda dan kemerdekaan orang atau

menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror

atau rasa takut terhadap orang secara meluas,

sehingga terjadi kehancuran terhadap objek-objek

vital yang strategis, kebutuhan pokok rakyat,

lingkungan hidup, moral, peradaban, rahasia negara,

kebudayaan, pendidikan, perekonomian, teknologi,

perindustrian, fasilitas umum atau fasilitas

internasional.

f. Tujuan, Operasi, Metode dan Taktik Terorisme11.

Terorisme termasuk ke dalam kekerasan politis, seperti :

kerusuhan, huru-hara, pemberontakan, revolusi, perang

saudara dan pembantaian. Namun terorisme tidak selalu politis,

misalnya penyanderaan yang dilakukan psikopat, sadistis

ataupun orang iseng. Dalam melaksanakan aksinya, kelompok

terorisme memiliki tujuan, operasi, metode dan taktik sebagai

berikut :

1) Tujuan.

a) Mempublikasikan suatu alasan lewat aksi kekejaman,

karena hanya lewat aksi semacam itu publikasi yang

tepat dan masih dimungkinkan.

b) Aksi balas dendam terhadap rekan atau anggota

kelompok.

c) Katalisator bagi militerisasi atau mobilisasi massa.

11 A.C. Manulang, DR, Terorisme dan Perang Intelejen, Hanna Zaitun, Jakarta, 2006, Hal. 258

Page 17: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

17

d) Menebar kebencian dan konflik internal.

e) Mengumumkan musuh atau kambing hitam.

f) Menciptakan iklim panik massa, menghancur-

kan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan aparat

keamanan.

2) Operasi. Operasi teroris dilaksanakan oleh elemen

clandestein (jaringan bawah tanah) yang terorganisasi dan

terlatih secara khusus. Tindakan pengamanan dilakukan

kepada anggota tim sebelum melakukan aksi teror, biasanya

mereka membuat sistem sel sebelum pelaksanaan

menghancurkan target. Pengintaian dilakukan oleh personel

khusus intel. Berbagai simulasi diperagakan untuk

memastikan keberhasilan pelaksanaan sebuah operasi teror,

walau titik tertentu yang diputuskan menjadi target.

Sebelum ditentukan target, biasanya teroris mencari dan

mengeksploitasi titik lemah sasaran yang tidak dilindungi.

3) Metode. Terorisme beroperasi dalam unit kecil, terdiri

dari personel terlatih menggunakan senapan otomatis,

granat tangan, bahan peledak amunisi, radio transistor serta

peralatan pendukung. Sebelum pelaksanaan operasi,

kelompok teroris berbaur dengan masyarakat setempat agar

penampilannya tidak mencolok dan sulit dipantau oleh

aparat keamanan. Setelah pelaksanaan operasi, mereka

kembali berbaur dengan masyarakat, sehingga sulit untuk

dideteksi. Di Indonesia misalnya, peracikan bom umumnya

dilakukan di rumah kontrakan sederhana. Sebelum

menjalankan aksinya mengontrak rumah sederhana di

Page 18: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

18

pemukiman padat penduduknya, berusaha melakukan

kamuflase sehingga aktivitas mereka tidak kentara.

4) Taktik terorisme. Aksi kekerasan peledakan bom di

tempat-tempat strategis dan vital sering dipilih kelompok

teroris. Dalam dekade terakhir 67% aksi teror berhubungan

dengan peledakan bom, taktik lain yang selalu digunakan

oleh kelompok terorisme dalam melakukan pembajakan,

pembunuhan, penghadangan, penculikan, penyande-raan,

perampokan dan ancaman/intimidasi.

g. Beberapa Motif Yang Mendorong Terjadinya Tindakan

Terorisme.

1) Ideologi. Ideologi menjadi motif yang mendasari

kelompok-kelompok tertentu untuk melakukan aksi teror

dengan pertimbangan bahwa mereka dapat hidup secara

bebas dengan keyakinan mereka apabila mereka berada

dalam suatu negara yang memberikan kebebasan bagi

perkembangan dan kemajuan ideologi yang mereka anut,

namun ketika mereka berada dalam suatu negara yang tidak

memberikan kesempatan pada perkembangan ideologinya,

maka mereka akan melakukan aksi-aksi teror kepada

pemerintah seperti melakukan penyusupan dalam setiap

kegiatan demonstrasi, pemboman, sabotase, pembentukan

opini. Aksi ini dilakukan oleh kelompok-kelompok

kepentingan dalam upaya untuk merongrong bahkan

mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi lain.

Dengan melakukan aksi teror pemboman dan ancaman,

melakukan kritik terhadap pemerintah serta aksi unjuk rasa

kelompok melakukan propaganda dengan mengusung

Page 19: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

19

ideologi tertentu yang bertentangan dengan ideologi yang

dianut suatu negara. Apabila hal ini tidak berjalan dengan

baik maka dilakukan secara paksa dengan cara aksi

pengeboman fasilitas umum, obyek vital nasional dan teror

ancaman terhadap pejabat pemerintahan. Sebagai contoh

dari tindakan ini adalah persitiwa pemberontakan G30S/PKI

di Indonesia yang berusaha mengganti ideologi Pancasila

dengan ideologi komunis dilakukan dengan berbagai

macam teror dan kekerasan lainnya.

2) Politik. Sesuai dengan perkembangan lingkungan global

pasca persitiwa 11 September yang berpengaruh terhadap

kebijakan keamanan AS maka di berbagai negara muncul

aksi-aksi teror baru sebagai bentuk dari tindakan balasan

dan tantangan terhadap kebijakan AS tersebut. Dalam aksi

perlawanan tesebut dengan sasaran tidak lain hanyalah

sarana dan prasarana serta individu dari semua yang

berkaitan dengan kepentingan AS dan negara barat lainnya.

Lebih lanjut terorisme merupakan akibat suatu represi yang

berlebihan (surplus-repression), akibat dari adanya jurang

yang dalam antara pihak yang kaya dan pihak yang miskin,

adanya kesenjangan ekonomi antara negara maju dan

berkembang, adanya kehancuran ekologis, meluasnya

kemiskinan dan kelaparan serta ketidakadilan sosial-politik.

Represi yang berkelebihan ini di kemudian hari terwujud

dalam bentuk “tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan

yang berlatarbelakang dan atau bertujuan politik.” Karena

itu terorisme adalah suatu kejahatan politik, yang berbeda

dengan kejahatan transnasional, seperti pencucian uang dan

Page 20: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

20

penyelundupan senjata, yang merupakan kejahatan

ekonomi, yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan

dalam bentuk uang dalam jumlah yang sebesar-besarnya,

yang kemudian diusahakan untuk diputihkan melalui

kegiatan bisnis formal. Disini dapat diuraikan beberapa ciri

dari aksi terorisme yang dilatar belakangi oleh kepentingan

politik yaitu:

a) Terorisme mempunyai sifat politis sebab hal itu

termasuk didalamnya keinginan untuk mendapatkan

dan menggunakan kekuatan untuk digunakan memaksa

yang lainnya untuk menerima dan menyetujui tuntutan

teroris. Sebuah serangan teroris, secara umum

dipublikasikan dan perhatiannya terfokus pada

organisasi di belakang serangan tersebut, dirancang

untuk menciptakan kekuatan. Sebagai akibatnya

keberhasilan terorisme merupakan tindakan terbaik atas

kemampuannya untuk menarik perhatian pada teroris

dan penyebabnya dengan akibat psikologi yang menekan

negara dan penduduknya sehingga dapat diharapkan

merubah suatu keputusan politik.

b) Teroris secara khusus berusaha untuk mencari alasan

mempergunakan kekerasan dengan berpendapat bahwa

mereka menolak, tidak puas oleh proses yang diterima

tentang adanya perubahan dibidang politik. Mereka

beranggapan bahwa terorisme adalah satu-satunya

pilihan yang tersedia bagi mereka, meskipun pilihan

mereka meragukan dan bahkan merupakan langkah

yang menyakitkan pihak lain bahkan menyengsarakan.

Page 21: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

21

Apakah seseorang setuju dengan alasan ini atau tidak

sering kali tergantung pada apakah orang tersebut

bersimpati dengan latar belakang aksi teror tersebut atau

dengan jatuhnya korban dari serangan teroris. Ada

pendapat bahwa seseorang mengatakan teroris dan pihak

yang lain berpendapat sebagai “Pejuang kemerdekaan”,

menekankan bagaimana menggunakan label terorisme

dapat dengan sangat subyektif tergantung dari sudut

pandang simpatisan.

3) Pada saat yang sama aksi teroris termasuk

pembunuhan, penculikan, pengeboman, dan

pembakaran telah lama didefinisikan sebagai kejahatan

dalam hukum nasional maupun internasional. Bahkan

pada saat perang, kekerasan yang sengaja diarahkan

untuk melawan penduduk sipil yang tidak berdosa

adalah sebuah kejahatan. Sama halnya, kekerasan yang

menyebar diluar medan perang untuk menguasai suatu

wilayah yang netral atau negara non kombatan juga

dianggap sebagai kejahatan perang12.

h. Ekonomi. Kondisi perekonomian yang tidak stabil dalam

sebuah negara akan menimbulkan berbagai gejolak kekecewaan

atas kebijakan ekonomi dari sebagian masyarakat dan akan

dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk

melakukan aksi-aksi teror. Hal ini dapat dikatakan aksi teror

sebagai tindakan dengan latar belakang ekonomi.

12 Terorisme sebagai Tindakan Politik, Jurnal, Center For Moderate Muslim Indonesia, diambil pada tanggal 29 April 2008 (http://cmm.or.id/cmm-ind.php?).

Page 22: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

22

i. Sosial Budaya. Sejak manusia berada di muka bumi

tindakan teror adalah merupakan bagian dari kehidupan

manusia. Sifat-sifat manusia untuk memiliki sesuatu merupakan

hal yang manusiawi namun jika keinginan tersebut dilakukan

secara paksa dengan melakukan suatu ancaman dan intimidasi

hal ini merupakan tindakan yang tidak manusiawi karena

sudah melanggar hak individu seseorang untuk menentukan

sendiri pilihannya tanpa mengganggu kepentingan orang lain.

Pemaksaan kehendak secara paksa dengan jalan kekerasan

sudah merupakan hal yang biasa, terjadinya peperangan

merupakan bukti dari semua itu. Berbeda dengan teror, teror

dilakukan dengan gerakan secara terselubung untuk

memberikan perasaan tertekan, takut dan terpaksa dari pihak

lawan agar pihak lawan mau menuruti kehendak kelompok ini.

j. Keamanan. Tindakan teror dilakukan oleh gerakan

kelompok bersenjata dalam perjuangan untuk merebut

pemerintahan yang sah dalam suatu negara. Aksi ini ketika

posisi pemberontak terdesak dan mereka melakukan

peperangan secara tertutup (bergerilya) dengan taktik

melakukan serangan mendadak dan melakukan aksi

pemboman di berbagai lokasi untuk menciptakan situasi

keamanan dalam negeri tidak kondusif. Teror terhadap musuh

dan yang dianggap musuh dalam rangka menimbulkan rasa

ngeri atau takut guna memberikan keuntungan pihak sendiri.

Page 23: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

23

8. Dasar pemikiran

a. Peran dan tanggung jawab TNI dalam merespon ancaman

dan serangan terorisme13. TNI sebagai salah satu instansi

primer ditingkat nasional yang ikut mengemban misi

penanganan terorisme berdasarkan fungsi dan perannya

mempunyai tanggung jawab sebagai instansi pendukung bagi

Polri dalam 11 penanganan krisis, dan sebagai instansi

pendukung bagi Depdagri dalam penanganan konsekuensi/

dampak. Salah satu bentuk bantuan yang dapat diberikan dari

beberapa bentuk bantuan yang telah ditentukan, yakni berupa

perkiraan ancaman. Dengan adanya peran dan tanggung jawab

ini maka DAT TNI perlu untuk senantiasa meningkatkan

kemampuannya agar bantuan yang diberikan dalam

penangkalan ancaman terorisme di Indonesia dapat bermanfaat

dengan baik.

b. Pembentukan DAT Bais TNI14. Menyikapi perkembangan

aksi-aksi teroris yang sering terjadi di wilayah Indonesia, Bais

TNI sebagai bagian dari Institusi TNI yang mempunyai tugas

dalam bidang Intelijen Starategis, merasa perlu untuk

membentuk suatu organisasi, yaitu Desk Anti Teror (DAT).

DAT merupakan organisasi non struktural dilingkungan BAIS

TNI yang bertugas membantu/ pimpinan dalam menganalisa

perkembangan anacaman teror di Indonesia.

13 Menkopolhukam, Pedoman Operasi Terpadu dalam Penanganan Aksi Terorisme, Bab II, Pasal 2c Thn. 2006. 14 Sprin Kabais TNI Nomor Sprin/15/1517/XII/2004 tanggal 8 Desember 2004 tentang Pembentukan DAT Bais TNI

Page 24: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

24

c. Pembentukan DAT TNI AD15. Berdasarkan Pidato

kenegaraan Presiden RI dalam HUT TNI ke 60 tahun 2005

tentang perintah untuk ikut berperan aktif dalam menangani

ancaman teroris di Indonesia, maka pimpinan TNI AD

memerintahkan para Pangdam untuk membentuk DAT

diwilayahnya masing-masing. DAT adalah organisasi ekstra

struktural yang berkedudukan langsung dibawah Pangdam

dengan tugas, membantu Pangdam merumuskan kebijakan

dalam pencegahan dan penindakan teror. Namun sampai saat

ini belum berfungsi sepenuhnya karena masih dalam revisi

organisasi.

d. Perkembangan Terorisme.

1) Perkembangan Terorisme Global. Dengan berakhirnya

perang dingin kita juga menyaksikan perkembangan pesat

dalam komunikasi, perdagangan dan transportasi antar

negara. Sayangnya teroris juga memanfaatkan kemajuan ini

menjadi abad destruktif pada abad ke-21. Lingkungan

Global Baru Al-Qaida merupakan contoh bagaimana

jaringan teroris telah memanfaatkan dunia yang modern,

terbuka dan terintegrasi untuk melaksanakan rencana-

rencana destruktif. Jaringan Al-Qaida adalah suatu

organisasi multinasional yang beroperasi pada lebih di 60

negara. Kamp Al Qaida di Afghanistan memberikan

persembunyian bagi teroris dan keuangannya, dan memberi

dukungan dana untuk para teroris. Kegiatan globalnya

dikoordinasikan melalui kurir dan teknologi komunikasi

15 Surat Telegram Kasad Nomor ST/12/1262/2005 tanggal 1 November 2005 tentang Printah membentuk DAT di setiap wilayah Kodam

Page 25: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

25

cellular dan satellite phone, encripted e-mail, internet chat

room, video tape dan CD-ROM. Osama bin Laden dan Al-

Qaida telah mengeksploitasi media internasional untuk

membangun image (citra) dan pemberitaan worlwide.

Anggota-anggota Al-Qaeda bepergian dari benua ke benua

dengan mudah. Meskipun kampnya di Afghanistan telah

dihancurkan namun pemimpin-pemimpin operasinya dapat

melarikan diri dan merencanakan serangan teroris. Mereka

dengan mudah membaur dengan masyarakat setempat.

Mereka membiayai kegiatan mereka melalui front

business, perdagangan narkotika, penipuan kartu kredit,

pemerasan dan sumbangan dari pendukung tertutup.

Mereka menggunakan organisasi-organisasi amal/yayasan

dan NGO untuk membiayai rekrutmen. Dana untuk operasi

mereka ditransfer melalui sejumlah bank, money exchanges

dan lembaga keuangan alternatif yang disebut sistem

“hawala”. Sasaran teroris juga transnasional, dalam arti

korbannya terdiri dari berbagai macam kewarganegaraan.

Serangan 11 September membunuh berbagai macam

warganegara yakni; Australia, Brazil, China, Mesir, El

Salvador, Perancis, Jerman, India, Israel, Jordan, Jepang,

Pakistan, Rusia, Afrika Selatan, Swiss, Turki, Inggris dan

sebagainya. Jaringan Al-Qaida kini lebih canggih dari

sebelumnya, para teroris dapat memanfaatkan teknologi

untuk menyamarkan kepemimpinannya, latihan dan

logistik. Pembentukan sel dan memindahkannya dari satu

negara ke negara lain sangat mudah dalam dunia dimana

lebih dari 140 juta orang tinggal di luar negeri asalnya dan

Page 26: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

26

jutaan orang bergerak lintas batas negara setiap harinya.

Kelompok teroris telah berkembang dengan mengeksploitasi

lingkungan global untuk mendukung operasinya. FARC

terlibat dalam perdagangan kokain di Colombia, Al-Qaida

mengambil keuntungan dari perkebunan candu di

Afghanistan, dan Abu Sayyaf menculik untuk dapat tebusan

di Philipina.

Teroris mencari negara dimana mereka dapat beroperasi

tanpa dapat dihukum karena pemerintah setempat tidak

mampu menindak atau melarang mereka. Tempat-tempat

tersebut ditemukan di Amerika, Eropa, Timur Tengah,

Afrika dan Asia. Lebih aneh lagi, teroris asing juga

membangun sel di tengah masyarakat yang sangat terbuka,

bebas dan toleran yang sekaligus menjadi target mereka.

Organisasi Teroris adalah suatu struktur yang fleksibel

dengan jaringan transnasional yang didukung teknologi

modern serta dapat memutuskan keterkaitan antar

kelompok. Teroris bekerjasama dalam pendanaan,

dukungan intelijen, latihan, logistik, perencanaan dan

pelaksanaan serangan. Kelompok yang mempunyai sasaran

di suatu negara dapat menggunakan kekuatan dan

dukungan dari kelompok-kelompok dari negara lain.

Hubungan Al-Qaida dengan kelompok teroris Asia

Tenggara (Jamaah Islamiyah) merupakan bukti paling jelas.

Kelompok teroris beroperasi pada tiga level, pada level

pertama, adalah kelompok teroris yang beroperasi

(terutama) didalam satu negara, hasilnya terbatas tapi dalam

lingkungan global saat ini aksi tersebut bisa berdampak

internasional. Kelompok tersebut dapat berkembang luas

Page 27: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

27

bila mereka punya ambisi dan kemampuan dan tanpa

pengawasan. Pada level kedua adalah organisasi teroris

yang beroperasi regional (beberapa negara, minimal lintas

perbatasan suatu negara). Pada level ketiga operasinya

kemudian melebar ke kawasan regional dan ambisi mereka

dapat menjadi transnasional dan global. Ketiga tipe

organisasi ini saling terkait dalam dua cara:

Pertama; Mereka bekerjasama langsung dengan saling

memberi informasi intelijen, personel, keahlian, sumber daya

dan tempat persembunyian. Kedua, mereka dapat saling

membantu secara tidak langsung seperti menerapkan

kesamaan ideologi dan saling mendukung dalam upaya-

upaya menumbuhkan citra internasional yang menguntung-

kan atau membenarkan alasan mereka.16

Dengan menggunakan teknologi maju yang kita

gunakan, organisasi teroris mempelajari dan

mengeksploitasi kelemahan sistem dari infrastruktur penting

kita. Ketersediaan Weapon of Mass Destruction (WMD) dan

penguasaan WMD merupakan ancaman serius langsung

bagi masyarakat internasional. Kemungkinan organisasi

teroris menggunakan senjata kimia, biologi, radiologi atau

senjata nuklir atau bom berkekuatan besar telah meningkat

signifikan pada dekade terakhir. Ketersediaan terknologi

penting, keinginan beberapa ilmuwan untuk bekerjasama

dengan teroris dan kemudahan transportasi intercontinental

memungkinkan organisasi teroris untuk lebih mudah

menguasai, membuat, menyebarkan dan memulai serangan

16 Diambil dari internet, http:/www.dephan.co.id identifikasi terhadap terorisme.tanggal 20 Oktober 2008

Page 28: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

28

WMD ke Amerika Serikat atau negara lain. Sementara itu

instrumen baru dari teror seperti cyber attack dalam

pengembangan dan instrumen teror konvensional belum

dimusnahkan, ketersediaan dan kemungkinan penggunaan

WMD merupakan ancaman tersendiri.

Sebagaimana diketahui bahwa beberapa organisasi

teroris sedang mengembangkan kemampuan penggunaan

WMD untuk menyerang Amerika Serikat dan negara lain.

Dengan dimotivasi ekstrimisme ideologi, ambisi teroris

untuk menciptakan bencana sangat mungkin dilakukan.

Serangan gas sarin oleh Aum Shinrikyo di kereta bawah

tanah Tokyo tahun 1995 merupakan peringatan dini akan

kemungkinan penggunaan WMD. Tahun 1998 Osama bin

Laden menyatakan bahwa penguasaan WMD adalah tugas

keagamaan (religious duty) dan bukti yang ditemukan di

Afghanistan membuktikan bahwa Al Qaida telah memenuhi

tugas tersebut. Ancaman WMD adalah bahaya nyata.

Tujuan utama kita harus mencegah teroris menguasai dan

memproduksi WMD yang menjadikan mereka mampu

melakukan aksi mereka dan akhirnya mendatangkan

bencana kemanusiaan dan peradaban.

2) Perkembangan Teroris Regional dan Nasional. Terorisme

menjadi ancaman keamanan dan stabilitas regional yang

jauh lebih sulit ditebak, karena sifatnya yang tidak

berbentuk, yang tidak mengakui batas-batas negara dan

kedaulatan dalam operasinya. Sebagai contoh Jemaah

Islamiyah yang dituduh sebagai jaringan pendukung

terorisme di Asia Tenggara mempunyai kaitan dengan Al

Qaeda. Kumpulan Mujahiddin Malaysia, yang dibentuk

aktivis agama dari Indonesia, bertugas melakukan teror dan

Page 29: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

29

mengumpulkan dana melalui cara-cara tindak kekerasan,

merupakan sayap militer kelompok radikal Islam di

Malaysia. Angkatan Muda Islam Nusantara (AMIN) dituduh

sebagai sayap militer di Indonesia. Beberapa aksi teror yang

telah berlangsung selama ini diantaranya adalah :

a) Serangan teroris yang terjadi di Amerika Serikat pada

tanggal 11 September 2001 yang sangat mempengaruhi

keadaan keamanan global. Juwono Sudarsono

berpendapat bahwa “aksi teror yang terjadi di AS adalah

akibat yang tidak dapat dielakkan17 Bahkan sejak

berakhirnya perang dingin, AS mempunyai peran

dominan di dunia sebagai Negara Adikuasa. Kelompok-

kelompok yang menentang kekuasaan AS harus

melaksanakan perlawanan melalui aksi teror daripada

mengikuti proses atau prosedur demokratis yang sah.

Walaupun sebagian besar tentangan atau oposisi

terhadap pengaruh AS berdasar di Timur Tengah,

kejadian-kejadian atau aksi-aksi teror yang terjadi di

Timur Tengah dapat mempengaruhi keadaan keamanan

di berbagai negara di Asia Tenggara, demikian pula

halnya dengan Indonesia. Aksi terorisme yang terjadi

membuat AS melakukan cara sendiri dalam

penanganannya yang dalam perkembangannya justru

membuat aksi teror semakin tinggi intensitasnya dan itu

terjadi hampir di seluruh dunia khususnya dimana

kepentingan AS berada.

17 Juwono Sudarsono, “The West and Islam in Indonesia and the True Jihad” Jakarta Post, 4 Nopember 2003, hal 6.

Page 30: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

30

b) Tujuan kelompok-kelompok teroris yang

melaksanakan peledakan bom di pulau Bali pada tanggal

12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005 menandai bahwa

kelompok-kelompok tertentu dapat mempengaruhi

secara langsung keadaan keamanan di Asia Tenggara.

Menurut sumber-sumber dari negara Barat18, kelompok-

kelompok teroris utama yang telah melaksanakan

operasinya di Asia Tenggara adalah:

(1) Al Qaeda (AQ). AQ adalah organisasi teroris yang

bergerak di belakang serangan teroris di World Trade

Center di New York, dipimpin oleh Osama Bin

Laden. Jaringan teroris kelompok ini sangat luas,

khususnya di Timur Tengah. Tujuan kelompok teroris

ini adalah penolakan pengaruh AS dari wilayah

Timur Tengah.

(2) Abu Sayyaf. Abu Sayyaf bertujuan untuk

mencapai otonomi di Filipina selatan. Kelompok ini

berkeyakinan bahwa kekerasan dan teror adalah satu-

satunya cara untuk mencapai tujuannya. Kelompok

ini telah melaksanakan serangan dan penculikan

terhadap orang sipil di bagian selatan Filipina. Abu

Sayyaf juga mempunyai hubungan erat dengan Al

Qaeda dalam rangka pemberian dana dan latihan.

Dalam hal pendanaan operasional ini Abu Sayyaf,

mempunyai dana dalam jumlah yang sangat besar.

Diantaranya Libya secara resmi membayar US$20 juta

bagi pembebasan para sandera di tahun 2000 yang

digunakan untuk membeli senjata dan peralatan

18 Ibid.

Page 31: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

31

mutakhir (state-of-the-art speedboats), peralatan

komunikasi canggih, bahkan senjata yang diperoleh

dari tentara Filipina sehingga ada pengamat yang

berpendapat bahwa kelompok Abu Sayyaf

mempunyai peralatan militer yang lebih canggih

dibanding tentara Filipina.

Kelompok teroris di atas mempunyai berbagai-

macam tujuan dan latar belakang. Namun, setiap

kelompok tersebut mampu melaksanakan

pembunuhan, penculikan dan pengeboman terhadap

sasarannya di negara-negara Asia Tenggara. Secara

ideologi, pelaksanaan pengeboman atau aksi teror di

Asia Tenggara sama sekali tidak mempunyai

dukungan dari sebagian besar masyarakat di negara

masing-masing. Bahkan kebanyakan masyarakat di

negara yang sedang berkembang di Asia Tenggara,

seperti di Indonesia, menolak aksi teror dan ikut

berduka cita kepada para korban yang tewas dalam

perwistiwa-peristiwa teror yang telah terjadi. Tujuan-

tujuan kelompok teroris itu juga harus dimengerti

kalau kita berusaha untuk mengatasi ancaman

terorisme agar membuat kawasan ini bebas dari

terorisme. Untuk memahami tujuan-tujuan kelompok

teroris tersebut secara lebih jelas yang harus dibahas

adalah dampak-dampak dari sentimen anti-Barat

yang sedang timbul di Asia Tenggara19.

19 Diambil dari internet, http:/www.dephan.co.id tanggal 20 Oktober 2008

Page 32: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

32

BAB III

DATA DAN FAKTA

9. Umum. Perang melawan terorisme adalah perang yang

panjang dan telah banyaknya upaya yang dilaksanakan, aturan

hukum yang diterbitkan, pembenahan dan peningkatan kapasitas

kelembagaan, pengembangan kebijaksanaan strategi serta langkah

dan tindakan operasional, tapi kesemuanya itu belum cukup

optimal untuk mencegah dan memberantas20. Satuan yang

menangani terorisme dibentuk untuk membantu unsur pimpinan

TNI (Panglima TNI, Kasad, dan Pangdam) dalam mempelajari,

meneliti dan menganalisa perkembangan ancaman teror serta ikut

berperan aktif dalam menangani ancaman tersebut di Indonesia.

Data dan Fakta yang ada di bab ini menjelaskan keadaan aspek

legislasi, kemampuan, kekuatan dan penggelaran satuan anti

teror/DAT TNI di pusat dan di daerah serta pola kerja dengan

instansi terkait serta dengan negara kawasan ASEAN.

10. Aspek legislasi. Secara universal, karakter dari keamanan

global (global security) menunjukkan bahwa keamanan tidak lagi

dibatasi sebagai sesuatu yang berada dalam wilayah nasional suatu

negara dan terorisme merupakan ancaman bukan hanya kepada

penduduk, tetapi juga pada kedaulatan negara. Terorisme itu

sendiri merupakan sesuatu yang tidak mudah ditentukan

identitasnya, sulit untuk mengandalkan hanya pada upaya

penegakan hukum karena terorisme memang bukan merupakan

20 Menkopolhukam, Pedoman Operasi Terpadu dalam Penanganan Aksi Terorisme, Hal. iii

Page 33: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

33

kejahatan biasa (extraordinary crime). Namun, juga tidak mungkin

begitu saja untuk menyerahkan terorisme kepada tentara. Namun,

seiring dengan dinamika operasi penegakan hukum yang

melibatkan aparat criminal justice system, dirasakan bahwa

penanggulangan kasus terorisme tidak dapat dihadapi semata-

mata dengan penegakan hukum yang bersifat represif. Perlu

dilaksanakan upaya-upaya lain yang lebih komprehensif sesuai

dengan sifat dan karakteristik kasus terorisme itu sendiri, yaitu

upaya preemtif, preventif, represif dan rehabilitatif, namun sampai

saat ini belum terlaksana oleh satuan TNI maupun Polisi. Masalah

terorisme merupakan masalah yang sangat kompleks, karena selain

melibatkan jaringan yang luas dan berlatar belakang ideologi

politik, penanganannya juga perlu dilakukan secara integratif

melibatkan berbagai elemen. Pada awalnya strategi penanganan

terorisme di Indonesia berkembang karena adanya sejumlah

serangan teror seperti kasus bom Ball 1, JW Mariott Hotel, Kedubes

Australia, bom Bali 2 dan lain-lain. Strategi tersebut lebih diwarnai

dengan tindakan setelah adanya kejadian kegiatan teroris sehingga

terkesan menjadi petugas pemadam kebakaran dengan

mengedepankan taktik penegakan hukum guna mengungkap

kasus, menangkap pelaku dan membuka jaringan terorisme tanpa

ada rencana operasi yang disiapkan sebelumnya, yang ada adalah

spontanitas (ada reaksi setelah ada aksi).

Kita masih sulit untuk menentukan dan memahami tentang

defenisi keamanan universal, keamanan negara/keamanan

nasional dan keamanan dan ketertiban masyarakat serta beberapa

pengertian terutama tentang defenisi yang terkait dengan

terorisme. Seperti perbedaan antara anti terorisme dengan counter-

Page 34: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

34

terorisme. Muncul berbagai wacana yang sempat terjadi dan

sampai saat ini belum selesai tentang peran TNI dalam upaya

penanggulangan teroris, walaupun di dalam Undang-Undang Rl

Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI pada pasal 7 ayat 2 dinyatakan

bahwa tugas pokok TNI dilaksanakan melalui Operasi Militer

Selain Perang (OMSP) terutama untuk mengatasi aksi teroris.

Mengenai tugas TNI melaksanakan Operasi Militer Selain Perang

(OMSP) terkesan menimbulkan adanya kerancuan pemahaman

antara peran TNI dan peran Polri dalam masalah keamanan

maupun ketertiban umum. Masalah kerancuan pemahaman ini

tidak akan timbul apabila hakikat Ketetapan MPR Nomor Vl/2000

tentang Pemisahan TNI dan Polri dan Ketetapan MPR Nomor

Vll/MPR/2000 tentang peran TNI dan peran Polri, dipahami secara

benar dan pasti. Peran TNI sebagai kekuatan pertahanan negara

adalah salah satu upaya mewujudkan keamanan nasional dengan

sarana respon militer (TNI) untuk mengatasi ancaman. Sedangkan

peran Polri sebagai kekuatan keamanan adalah menegakan

keamanan dan ketertiban masyarakat (public order) berdasarkan

peraturan perundang-undangan. Peran TNI dibidang pertahanan

negara kemudian dijabarkan dalam undang-undang Nomor 3

tahun 2002 antara lain menetapkan OMP dan OMSP sebagai salah

satu tugas TNI dengan lingkup sesuai dengan pasal 7 Undang-

Undang Rl Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Pelaksanaan

dilapangan TNI dan Polri mengacu UU masing-masing dalam

mengatasi terorisme, keadaan ini akan menimbulkan benturan

dilapangan. Meskipun untuk penanggulangan terorisme, Indonesia

telah memiliki undang-undang khusus tentang pemberantasan

terorisme, namun masih banyak permasalahan hukum yang belum

dapat diakomodasi oleh undang-undang tersebut serta

Page 35: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

35

implementasinya di lapangan. Salah satu yang menonjol adalah

ketidakmampuan penindakan terhadap jaringan yang tidak

melakukan tindakan kekerasan, namun aktif dalam menyebarkan

paham radikalnya yang menantang ideologi Pancasila dan bentuk

NKRI.

11. Kondisi Satuan Anti Teror TNI.

a. Kemampuan. Kemampuan adalah merupakan segala usaha,

pekerjaan, kegiatan dan tindakan di bidang intelijen dalam

merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan kegiatan/

operasi dalam bentuk penyelidikan, pengamanan dan

penggalangan dalam rangka pelaksanaan fungsi intelijen.

Pelaksanaan selalu diarahkan kepada kemampuan yang

profesional, agar dapat terwujud deteksi dini, peringatan dini

untuk cegah dini terhadap setiap ancaman aksi terorisme.

Secara umum kemampuan satuan tersebut sebagai berikut:

1) Penyelidikan. Pada dasarnya penyelidikan intelijen

dilaksanakan melalui perintah dan permintaan dalam

rangka memperoleh keterangan/informasi secara dini yang

berkaitan dengan kegiatan terorisme, dilaksanakan melalui

kegiatan roda perputaran intelijen (RPI) secara terus

menerus. Keterangan yang berhasil dikumpulkan oleh

Bapulket dan jaring intelijen diolah, dianalisa dan dapat

dinilai untuk segera disampaikan kepada pengguna tepat

waktu. Pada kenyataannya penyelidikan yang dilakukan

saat ini belum mampu mengungkap jaringan terorisme

secara menyeluruh.

Page 36: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

36

2) Pengamanan. Pengamanan ditujukan kepada

terwujudnya daya tangkal terhadap setiap tindakan yang

dilakukan oleh pihak lawan, baik perorangan/kelompok

”terorisme” yang dapat menimbulkan kerugian terhadap

personel, materiil, fasilitas umum dan sebagainya pada

suatu wilayah/lingkungan. Saat ini yang perlu dipikirkan

adalah apa yang dapat dilakukan dan bagaimana aparat

intelijen dengan dibantu oleh aparat kewilayahan setempat,

dapat mewujudkan keamanan lingkungan dengan cara

menumbuh kembangkan kepedulian masyarakat/bagian

dari masyarakat untuk mengetahui secara dini setiap bentuk

ancaman yang mungkin timbul, sehingga dengan demikian

keamanan menjadi tanggung jawab dari seluruh komponen

bangsa. Maraknya aksi terorisme seperti peledakan bom,

penyusupan lawan dan aksi kekerasan lainnya yang terjadi

belakangan ini menunjukkan masih lemahnya kegiatan

pengamanan.

3) Penggalangan. Penggalangan dilakukan secara terencana

dan terarah untuk suatu tujuan strategis, dengan cara yang

tertutup guna menciptakan atau merubah suatu kondisi

yang dikehendaki. Tuntutan tugas bagi setiap aparat

intelijen adalah kemampuan untuk mengeksploitasi setiap

peluang yang ada di masyarakat, melalui berbagai

pendekatan agar tercipta situasi dan kondisi lingkungan

yang dikehendaki sehingga tanpa disadari oleh obyek/

sasaran bahwa pikiran dan setiap tindakannya sesuai

dengan keinginan kita. Namun pada kenyataannya

pelaksanaan kegiatan penggalangan belum dapat

Page 37: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

37

dilaksanakan secara optimal seperti kurangnya kepedulian

masyarakat untuk mendukung pelaksanaan tugas intelijen.

4) Permasalahan yang dihadapi. Kegiatan intelijen yang

meliputi bidang penyelidikan, pengamanan dan

penggalangan pada pelaksanaannya merupakan satu

kesatuan sistem yang saling berkaitan, sehingga tidak dapat

dilaksanakan secara berdiri sendiri. Permasalahan menonjol

yang dihadapi adalah keterbatasan kemampuan aparat

intelijen dalam menguasai taktik dan teknik intelijen,

keterbatasan jumlah personel dan yang ada, dukungan

anggaran, sarana dan prasarana, mekanisme sistem

pelaporan dan kemampuan analisis, koordinasi dengan

aparat intelijen/terkait lainnya, juga lunturnya kinerja

aparat intelijen serta adanya kewenangan intelijen TNI yang

kurang jelas. Khusus di bidang penggalangan adanya

beberapa kendala antara lain kewenangan pelaksanaan

penggalangan yang dibatasi pada tingkat Kotama dan

kemampuan pelaksanaan penggalangan di lapangan.

b. Kekuatan.

1) Kondisi Organisasi.

a) DAT TNI merupakan salah satu model organisasi

yang bersifat kontijensi21, yaitu suatu organisasi yang

disusun secara dinamis dan kondusif terhadap

kemungkinan-kemungkinan perubahan sebagai akibat

perkembangan lingkungan, berlaku dalam kurun waktu

21 Bujukin Organisasi, Skep Kasad No : Skep/14/I/2003 tanggal 2003 tentang Perorganisasian Hal. 10

Page 38: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

38

tertentu sesuai dengan kebutuhan. Struktur organisasi

yang terdapat di dalam DAT TNI ditentukan

berdasarkan tugas dan fungsi yang diembannya. Pada

dasarnya setiap organisasi yang dibentuk harus memiliki

tiga unsur pokok22 organisasi yakni unsur pimpinan,

unsur pembantu pimpinan dan unsur pelaksana.

Sementara itu didalam organisasi DAT yang terstruktur

dengan baik hanya unsur pimpinan dan unsur pembantu

pimpinan (staf) sedangkan untuk unsur pelaksananya

masih bersifat koordinasi, belum memiliki rantai

komando yang jelas. Kondisi inilah yang telah

menyebabkan lemahnya organisasi DAT TNI dalam

"mengikuti" perkembangan jaringan dan aktifitas

terorisme di Indonesia.

b) Pembentukan DAT dilingkungan TNI AD dilakukan

berdasarkan perintah Kasad tanggal 12 September 200623.

Perintah tersebut untuk memperbaiki organisasi DAT

yang lama. Perubahan DAT dilingkungan TNI AD

dimulai dari Kodam, Korem dan Kodim diseluruh

Indonesia. Pembentukan DAT merupakan organisasi

ekstra struktural yang berkedudukan langsung di bawah

Pangdam. Organisasi ini terdiri dari unsur pimpinan,

pembantu pimpinan dan pelaksana. Unsur pelaksana

yang digunakan oleh DAT secara umum adalah satuan

Kowil dan satuan intelijen jajaran Kodam.

22 Ibid. 23 Sprin Kasad Nomor Sprin/1508/IX/2006 tanggal 12 September 2006 ttg Orga DAT TNI AD

Page 39: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

39

Meskipun secara organisasi, unsur pelayan telah

terstruktur dalam organisasi DAT dilingkungan TNI AD,

namun dalam pelaksanaannya masih belum dapat

memberikan hasil yang maksimal karena satuan-satuan

tersebut masih melaksanakan tugas-tugas yang menjadi

tugas pokoknya. Tugas penangkalan terorisme yang

diberikan masih menjadi tugas tambahan bagi satuan

tersebut. Kondisi ini menyebabkan pengumpulan

informasi tidak akan fokus, karena mereka tidak hanya

bertugas mengumpulkan informasi tentang terorisme di

wilayahnya tapi juga hal-hal yang berkaitan dengan

tugas pokok.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa DAT

tidak akan mendapatkan informasi yang komprehensif

dan up to date tentang terorisme, sehingga proses

penganalisaan tentang perkembangan terorisme juga

menjadi bias. Informasi yang diterima bersifat "kelas

dua", karena lebih banyak diperoleh dari sumber-sumber

terbuka.

c) Grup-3 kopassus dan Sat 81/Gultor. Oganisasi yang

berlaku saat ini adalah hasil validasi organisasi dan tugas

dijajaran Kopassus dan apabila dihadapkan dengan

kemajuan modus operasi taktik maupun bahan-bahan

yang digunakan oleh organisasi teroris termasuk

kerahasiaan yang tinggi dalam setiap perekrutan

anggota, maka secara organisasi Grup-3 Kopassus dan

Sat 81/Gultor sudah mampu menghadapi terorisme,

Page 40: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

40

namun yang jadi masalah sarana prasarana yang masih

kurang karena yang ada sudah tua.

2) Kondisi Personel

a) Kuantitas.

(1) Berdasarkan Daftar Personel24, jumlah personel

DAT Bais TNI berjumlah sepuluh orang yang terdiri

dari :

(a) Pati = 1 orang

(b) Pamen = 6 orang

(c) Pama / Pns Gol Ill = 1 orang

(d) Ba / Pns Gol II = 2 orang

Melihat jumlah personel DAT Bais TNI yang

hanya berjumlah sepuluh orang, maka wajar bila

mereka tidak dapat melaksanakan tugas dengan

maksimal, karena dari sepuluh orang kemungkinan

yang dapat bekerja dengan efektif hanya lima orang.

Sementara itu bila dibandingkan dengan tim

kelompok kerja (Pokja) yang pernah dibentuk

dilingkungan TNI untuk membuat suatu rumusan

naskah, revisi-revisi buku petunjuk dan lain-lain bisa

mencapai antara 15 s.d 20 orang, bahkan lebih. Hal ini

sangat bertolak belakang, karena Pokja biasanya

dibentuk hanya untuk merumuskan suatu kebijakan

ataupun ketentuan yang diperlukan oleh TNI,

24 Sprin Kabais TNI Nomor Sprin 15/1517/XII/2004 tanggal 8 Desember 2004 tentang Pembentukan DAT BAIS TNI

Page 41: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

41

sedangkan DAT bertugas untuk menghadapi suatu

kelompok berbahaya yang terus berkembang dan

setiap saat dapat mengancam keselamatan orang

banyak.

(2) DAT TNI AD. Berdasarkan ketentuan yang

diberikan oleh Kasad25 maka jumlah personel yang

bertugas di DAT TNI AD relatif cukup banyak,

namun jumlah personel yang bertugas untuk

melakukan penganalisaan sangat kurang. Sehingga

DAT yang bertugas mempelajari, meneliti dan

menganalisa perkembangan ancaman teror agar

dapat membantu pimpinan merumuskan kebijakan

penyelenggaraan, penangkalan, pencegahan dan

penindakan teror akan sulit dilaksanakan dengan

baik, bila dihadapkan dengan ancaman teror yang

terus berkembang.

(3) Grup-3 Kopassus masih mengalami kekurangan

personel sedangkan Sat 81/ Gultor sudah mencukupi

untuk siap operasional.

b) Kualitas. Personel yang bertugas di DAT TNI, DAT

TNI AD, Grup-3 Kopassus dan Sat 81 ditinjau dari segi

kualitas masih belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat

dari.

25 Surat Telegram Kasad Nomor ST/12/1262.2005 tentang Perintah membentuk DAT di setiap wilayah Kodam

Page 42: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

42

(1) Latar Belakang Pendidikan.

(a) Pendidikan umum. Latar belakang pendidikan

umum personel yang bertugas di satuan anti teror

TNI saat ini bervariasi. Untuk level Perwira pada

umumnya berpendidikan minimal SLTA, sebagian

ada yang sudah mencapai sarjana. Sedangkan

untuk Bintara berpendidikan SLTA. Kondisi ini

secara tidak langsung telah menyulitkan dalam

pelaksanaan tugas, karena berakibat tidak

meratanya kemampuan menganalisa suatu

permasalahan. Sementara itu personel yang telah

mengikuti pendidikan tingkat sarjana belum

memenuhi variasi bidang keahlian yang

mendukung dan dibutuhkan dalam menganalisa

perkembangan ancaman terorisme.

(b) Pendidikan Intelijen. Secara umum dapat

dikatakan bahwa personel yang bertugas di DAT,

Grup 3 Kopassus dan Sat 81/Gultor telah melalui

pendidikan dasar Intelijen untuk tingkat Perwira

dan Bintara, baik di dipusat maupun didaerah.

Namun demikian dihadapkan dengan tantangan

tugas yang ada, maka bekal pendidikan Intel dasar

saja belumlah mencukupi terutama bagi Perwira,

karena sebagai personel yang bertugas dibidang

intelijen selain memiliki kemampuan intel dasar

juga dibutuhkan kemampuan untuk menganalisa.

Dari kondisi ini maka akan sulit untuk mengatur

personel yang ada agar supaya pembagian

Page 43: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

43

tugas merata dan seimbang, sehingga

menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan

tugas pokok.

(2) Penugasan.

(a) Secara umum personel yang bertugas di satuan

anti teror TNI pernah melaksanakan tugas-tugas

intelijen dilapangan. Namun tidak semuanya

pernah mengalami penugasan dalam menangkal

ancaman terorisme, baik yang dilaksanakan Bais

TNI, TNI AD maupun dalam tim gabungan.

Pengalaman yang ada pada umumnya hanya

berkisar pada tugas-tugas monitor wilayah dan

pengumpulan keterangan terkait dengan Ideologi,

Politik, Ekonomi, Sosiaf Budaya dan Hankam.

Dengan minimnya pengalaman tugas dalam hal

terorisme mengakibatkan masih lemahnya

kemampuan satuan anti teror TNI dalam

penugasan menangkal ancaman terorisme di

Indonesia.

(b) Personel yang saat ini bertugas pada satuan

anti teror TNI masih ada yang melakukan tugas

rangkap, yakni selain melaksanakan tugas di DAT

mereka juga dituntut untuk tetap melaksanakan

tugas-tugas yang telah dibebankan sesuai

jabatannya. Kondisi ini sangat berpengaruh

negatif bagi organisasi baik DAT maupun TNI,

karena mereka tidak akan dapat bekerja dengan

Page 44: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

44

maksimal mengingat masing-masing tugas yang

dihadapi mempunyai tujuan yang berbeda.

(3) Latihan. Latihan satuan yang dilakukan dalam

rangka membina kemampuan personel selama ini

baru mengacu pada program latihan Intelijen

Dasar. Latihan tersebut lebih menekankan kepada

fungsi penyelidikan yang mengarah pada

pembuatan produk intelijen seperti latihan

pengamatan dan penggambaran, KODO (kontak

orang dengan orang), latihan pengumpulan

keterangan terhadap suatu tokoh yang dicurigai.

Sedangkan latihan khusus dalam penyelidikan

dan penganalisaan yang diperlukan untuk

mengungkap jaringan terorisme masih sangat

jarang dan belum disesuaikan perkembangan

kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang

digunakan oleh para terorisme dalam menjalankan

aksinya di Indonesia, sehingga terkesan selalu

tertinggal.

3) Kekuatan Terpusat.

(a) DAT TNI berkedudukan di Bais TNI.

(b) DAT TNI AD berkedududkan di Mabesad.

(c) Grup-3 terdiri dari 3 Batalyon berkedudukan di

Jakarta, melaksanakan tugas operasi Sandi Yudha

terhadap sasaran bersifat strategis dan terpilih sebelum,

selama dan sesudah perang dalam rangka mendukung

tugas pokok TNI, salah satunya mengatasi terorisme.

Page 45: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

45

(d) Sat 81/Gultor Kopassus terdiri dari 2 Batalyon

berkedudukan di Jakarta, sebagai eselon pelaksana dalam

penganggulangan terorisme.26

4) Kekuatan kewilayahan.

(a) Disetiap Kodam, Korem dan Kodim mempunyai DAT

yang tugas pokoknya sama DAT Pusat yaitu memonitor

dan mengumpulkan data/informasi kemungkinan

terjadinya aksi teror27 dari dalam dan luar negeri

selanjutnya di analisa dan di evaluasi sehingga dapat

diprediksi kemungkinan terjadinya aksi teror. Sampai

saat ini organisasi tersebut belum berjalan karena baru

dalam persiapan untuk diaktipkan kembali.

(b) Satuan intelijen Kowil secara umum selalu siap

membantu DAT dalam mengatasi terorisme.

5) Permasalahan yang dihadapi.

(a) Grup-3 Kopassus merupakan satuan yang

mempunyai kemampuan intelijen, selama ini hanya

mendukung operasi tempur namun belum diberdayakan

untuk mendukung/membantu satuan intelijen

kewilayahan dalam menghadapi aksi terorisme.

(b) Kekuatan DAT kewilayahan tugasnya cenderung

hanya difokuskan pada pelaksanaan pengamanan tubuh

satuan.

26 Naskah Sekolah Sementara ttg Kopassus no 44-03-c.4-B.01-07.Hal 6 27 Sprin Kasad Nomor Sprin/1508/IX/2006 tanggal 12 September 2006 Tentang Struktur Organisasi DAT TNI AD

Page 46: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

46

(c) Interaksi antara satuan DAT terpusat dan

kewilayahan belum terjalin hubungan mekanisme kerja

yang baik serta keterbatasan kemampuan aparat dalam

pembentukan dan mengoperasionalkan jaring yang ada

di wilayah.

(d) Sat 81/Gultor sudah siap namun belum diberdayakan

dalam mengatasi terorisme.

12. Mekanisme Kerja.

a. Kerja sama dengan instansi terkait. Dalam penanganan

terhadap penanggulangan terorisme, sampai saat ini belum ada

suatu strata/tataran kewenangan dan strata perencanaan yang

jelas pada setiap level mulai dari tingkatan pembuat grand

strategy sampai dengan pada level taktis secara terpadu dan

terorganisir dengan baik sehingga dapat memberikan batasan

yang jelas terhadap tugas dan tanggung jawab pada setiap

badan/institusi terlibat di TNI maupun di Kepolisian dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya. keadaan ini telah

menyulitkan satuan dilapangan melakukan koordinasi maupun

melaksanakan tugasnya.

Perang melawan terorisme mutlak memerlukan kerjasama

terpadu secara lintas instansi bahkan lintas negara, diperlukan

suatu konsep operasi yang memadukan peran dan fungsi

instansi-instansi pemerintah baik ditingkat pusat maupun

ditingkat daerah28. Merujuk pada hal tersebut DAT TNI (BAIS

dan TNI AD) dapat dikatakan belum melakukan kerjasama

28 Dephan, Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme, kantor Menkopolhukam, Pedoman Operasi Terpadu dalam Penanganan Aksi Teroris,kakarta,2006.Hal 2

Page 47: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

47

lintas instansi yang baik, bahkan yang lebih ekstrim lagi sampai

saat ini belum memiliki konsep operasi yang terpadu dalam

pelaksanaan tugas. Komunikasi yang terjadi antara DAT BAIS

TNI dengan TNI AD, kalaupun ada itu lebih bersifat informal

ataupun karena adanya kedekatan pejabat dimasing-masing

instansi. Kedua instansi pada dasarnya memiliki keunggulan

dan kelemahan yang bisa saling menutupi dalam menangkal

bahaya terorisme, namun dengan belum adanya konsep

kerjasama membuat kegiatan tersebut menjadi tidak maksimal.

Kondisi ini pada akhirnya membuat bias terhadap hasil/

penganalisaan yang dilakukan oleh DAT menjadi kurang

maksimal, sehingga perkiraan ancaman yang diberikan kepada

pimpinan juga tidak maksimal bahkan cenderung tidak

memiliki nilai "jual”. DAT TNI AD secara organisasi sudah

terbentuk namun sampai saat ini belum berjalan karena

terkendala dari organisasi, sarana prasarana maupun biaya

operasional.

b. Kerjasama dengan Negara kawasan Asean.

1) Kerjasama Internasional dan kerjasama multilateral antar

negara ASEAN dalam menanggulangi masalah terorisme

belum optimal, hal ini terlihat dari masih adanya

permasalahan bilateral seperti pernyataan menteri senior

Singapura Lee Kwan Yew tentang Indonesia ”sebagai sarang

teroris” yang mendapat reaksi keras dari masyakarat

Indonesia sehingga menimbulkan kontroversi antara

pemimpin pemerintah Indonesia dengan Singapura29.

29 Faustinus Andrea, ASEAN dan Terorisme Pasca Tragedi Bali, SINAR HARAPAN, 1-11-2002

Page 48: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

48

Kondisi semacam ini tentunya akan berpengaruh terhadap

hubungan bilateral kedua negara tersebut sehingga

berdampak kepada menurunnya jalinan kerjasama

multilateral di antara negara-negara ASEAN dalam

mengatasi ancaman terorisme.

2) Kerjasama multilateral antar negara Indonesia, Malaysia,

Thailand, Philipina dan Singapura yang dilakukan saat ini

lebih mementingkan masalah keamanan dalam negerinya

masing-masing, sehingga kerjasama untuk membangun

suatu keamanan kawasan yang lebih dinamis belum

berjalan. Hal ini terlihat pada analisis CSIS (Centre for

Strategic and International Studies), yang mengatakan

bahwa kerjasama multilateral antar negara Indonesia,

Malaysia, Thailand, Philipina dan Singapura berawal dari

tingkat kesepakatan yang paling rendah yang dapat dicapai

pada setiap pembicaraan mengenai peningkatan kerjasama

di lingkup ASEAN dan meningkat menuju tahap

kesepakatan yang lebih tinggi dan kadang dalam

kenyataannya berbenturan dengan kepentingan masing-

masing negara anggota ASEAN.30

3) Kerjasama intelijen diantara negara-negara ASEAN

dalam mengatasi ancaman terorisme belum berjalan dengan

baik sehingga kelompok teroris dapat bebas melakukan

tindakan terornya melalui gerakan bawah tanah dengan

dukungan jaringan yang luas baik di dalam maupun di luar

negeri. Hal ini akibat masih lemahnya tukar menukar 30 CSIS,Terorisme dan Keamanan Manusia, Analisis CSIS, Tahun XXXII/2003

No. 1. Hal. 33.

Page 49: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

49

informasi tentang pemimpin kelompok teroris, aset

kekayaan dan jaringannya.

4) Beberapa permasalahan kerjasama dalam menangani

kasus terorisme ini adalah :

(a) Masih ada perbedaan cara pandang tentang

terorisme. Dalam merespon masalah terorisme terjadi

perbedaan pendapat antara negara-negara ASEAN

terutama yang menyangkut keterlibatan warga

negaranya, sebagai contoh kasus Abu Bakar Ba’asyir dan

Hambali serta eksistensi gerakan mujahidin di Malaysia

yang diidentifikasi oleh pemerintah Mahathir sebagai

militan, sempat menimbulkan perbedaan pendapat antar

pemerintah Malaysia dan Indonesia. Demikian pula

pada kasus Al Ghozi dan Agus Dwikarna telah

menimbulkan perbedaan pendapat antara pemerintah

Filipina dengan Indonesia.31

(b) Belum adanya kesepahaman dalam masalah

ekstradisi diantara negara-negara ASEAN. Hasil dari

perbedaan pendapat dan cara pandang yang berbeda

tentang terorisme diantara negara-negara ASEAN

menyebabkan rumitnya dalam mengekstradisi orang-

orang yang dituduh sebagai teroris, karena masing

masing negara yang menangkap orang-orang yang

dituduh teroris mempunyai kepentingan masing-masing,

sehingga masalah ekstradisi belum menjadi

31 Faustinus Andrea, ASEAN dan Terorisme Pasca Tragedi, Sinar Harapan, 1 – 11 – 2002.

Page 50: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

50

kesepahaman diantara negara-negara ASEAN dalam

memerangi terorisme.

(c) Masih adanya perbedaan Sumber Hukum antar

negara-negara ASEAN tentang terorisme. Negara-negara

ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Thailand,

Philipina dan Singapura dalam menerapkan hukum di

negaranya terutama yang berkaitan dengan masalah

terorisme mempunyai sudut pandang masing-masing,

hal ini menjadi permasalahan dalam menjerat orang-

orang yang diduga pelaku terorisme dikawasan ASEAN

karena masing-masing menggunakan hukum yang

berlaku di negaranya.

Page 51: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

51

BAB IV

ANALISA

13. Umum. Melihat perkembangan terorisme yang begitu cepat

selama dekade terakhir ini, ancaman terorisme yang dihadapi

sekarang ini terpecah-pecah menjadi banyak kelompok yang

tersebar dan sangat berbeda dengan bentuknya terdahulu.32 Dalam

melancarkan aksinya, kelompok terorisme akan selalu

mengandalkan kerahasiaan dan konspirasi dengan kekuatan asing.

Mereka akan merahasiakan identitas, lokasi dan rencana tindakan

teror yang akan dilakukan secara perorangan/kelompok, yang

menyulitkan bagi aparat intelijen untuk mendapatkan informasi

tentang kegiatan terorisme secara dini guna mengambil langkah

tindak secara terpadu sehingga dapat menggagalkan aksi terorisme

yang akan terjadi. Ada hal-hal penting yang dijadikan sebagai

bahan pemikiran untuk menyiapkan satuan agar mampu

melaksanakan tugasnya dengan menganalisa permasalahan yang

ada dan selanjutnya mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.

14. Analisa Aspek Legislasi. Dalam penanggulangan terorisme,

Indonesia telah memiliki undang-undang khusus tentang

pemberantasan terorisme dan sudah sudah dilaksanakan oleh

institusi TNI maupun Polri namun masih banyak permasalahan

hukum yang belum dapat diakomodasi oleh undang-undang

tersebut serta kesulitan mengimplementasikannya di lapangan.

Salah satu yang menonjol adalah ketidakmampuan penindakan

32 Desk koordinasi Pemberantasan Terorisme Kemenko Polhukam, Identifikasi Terhadap Anti Terorisme, Kemenko Polhukam, Jakarta. 2006.

Page 52: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

52

terhadap jaringan yang tidak melakukan tindakan kekerasan,

namun aktif dalam menyebarkan paham radikalnya yang

menantang ideologi Pancasila dan bentuk NKRI, untuk itu perlu

dianalisa dan dicari jalan solusinya agar kedua institusi tersebut

dapat sejalan dalam mengatasi aksi-aksi terorisme.

Analisa aspek legitimasi dimulai dari dasar hukum TNI

melaksanakan operasi mengatasi terorisme. Sesuai dengan

Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional

Indonesia, TNI mempunyai tugas yang telah diatur lebih lanjut

dalam pasal 7 yang menyatakan bahwa tugas pokok TNI adalah

menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, serta

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia

dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan

negara. Tugas sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan

pola OMP dan pola OMSP. Tugas tugas OMSP sebagai berikut :

a. Mengatasi gerakan separatis bersenjata.

b. Mengatasi aksi pemberontakan bersenjata.

c. Mengatasi aksi terorisme.

d. Mengamankan wilayah perbatasan.

e. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.

f. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan

kebijakan politik luar negeri.

g. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta

keluarganya.

Page 53: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

53

h. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan

pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan

semesta.

i. Membantu tugas pemerintahan di daerah.

j. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur

dalam undang-undang.

k. Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala

negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di

Indonesia.

l. Membantu menanggulangi akibat bencana alam.

Pengungsian, dan memberikan bantuan kemanusiaan.

m. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan

(search and rescue).

n. Membantu pemerintah dalam mengamankan pelayaran dan

penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan

penyelundupan33.

Di dalam melaksanakan tugas tersebut diatas maka TNI

melaksanakan perannya sebagai alat negara di bidang pertahanan,

dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan

keputusan politik negara yaitu kebijakan dan keputusan politik

yang dilakukan oleh Pemerintah bersama Dewan Perwakilan

33 Dephan. Buku Himpunan Perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan dan pengolahan pertahanan.UU RI No 34 ttg TNI, Jakarta, 2005.Hal. 74

Page 54: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

54

Rakyat (DPR) dan dirumuskan melalui mekanisme hubungan kerja

antara Pemerintah dan DPR, seperti rapat konsultasi dan rapat

kerja yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Didalam undang-undang tersebut juga dikatakan bahwa dalam

melaksanakan peran dan tugasnya, TNI berfungsi sebagai :

a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan

ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap

kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana

dimaksud pada point diatas.

c. Pemulihan terhadap kondisi keamanan Negara yang

terganggu akibat kekacauan keamanan34.

Sesuai dengan UU Hanneg dan UU TNI, didalam melaksanakan

fungsinya, TNI mempunyai kemampuan dibidang intelijen,

teritorial, tempur dan keamanan. Kemampuan tersebut perlu

dimanfaatkan dan dapat menjadi unsur penting dalam strategi

nasional penanggulangan terorisme. Jaringan intelijen TNI dapat

mendukung memberikan informasi penting dan mendeteksi

tentang jaringan dan aktivitas terorisme di Indonesia kepada

satuan anti terorisme TNI maupun aparat penegak hukum

khususnya Polri namun sampai saat ini belum terlaksana secara

optimal termasuk dalam mengimplementasikan tugas pokok, peran

dan fungsi TNI dalam mengatasi terorisme dilapangan. Dari

analisa diatas didapat beberapa temuan yang merupakan hambatan

dalam operasional TNI antara lain :

34 Ibid.Hal. 73

Page 55: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

55

a. Untuk OMSP nomor 1 s.d. 7 merupakan peran utama TNI

sehingga bisa masuk dalam rencana operasi TNI karena

langsung mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah,

keselamatan bangsa dan tumpah darah Indonesia. Dengan

demikian mengatasi terorisme merupakan tugas utama TNI.

b. Sampai saat ini belum ada kebijakan operasional yang

mengatur perbantuan dari instansi lain kepada TNI sedangkan

kebijakan itu sangat diperlukan karena mengatasi terorisme

tidak bisa diatasi sendiri karena :

1) TNI mempunyai kemampuan dan batas kemampuan.

2) Polri mempunyai kemampuan dan batas kemampuan.

3) Sistem pertahanan negara RI menganut sistem

pertahanan semesta.

4) Dalam mengatasi terorisme tidak bisa dilakukan hanya

oleh satu institusi saja (TNI).

c. Permasalahan lain muncul ketika TNI mengacu Undang-

Undang RI No 34 Tahun 2004 (tentang TNI dalam pasal 7 ayat

(2) huruf b angka 3 dalam mengatasi terorisme), sedangkan

Polri mengacu Undang-Undang RI No 2 tahun 2002 tentang

Polri pasal 41 mengenai mekanisme perbantuan TNI kepada

Polri, dimana mereka mengartikan tugas TNI hanya membantu

Polri dalam mengatasi terorisme. Kedua UU tersebut memiliki

amanat aturan pelaksanaan yang berbeda. Undang-Undang TNI

mengamanatkan aturan pelaksanaannya dalam undang-

undang, sedangkan Undang-Undang Polri mengamanatkan

perbantuan TNI dalam penanganan terorisme diatur dalam

Peraturan Pemerintah, dengan demikian dapat di artikan bahwa

Page 56: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

56

masih adanya perbedaan persepsi dalam mengatasi terorisme

antara kedua instansi tersebut.

d. Dalam penjelasan Undang-Undang Rl No 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Rl pasal 15 ayat (2) huruf h bahwa

kewenangan Polisi mengatasi kejahatan internasional dan salah

satu diantaranya terorisme. Polri dalam penanganan terorisme

di Indonesia menggunakan pendekatan hukum padahal kondisi

nyata di lapangan pendekatan hukum saja tidak cukup tetapi

diperlukan juga pendekatan keamanan.

e. Terdapat beda penafsiran antara keamanan negara

(nasional) yang menjadi tugas seluruh komponen bangsa

termasuk TNI dengan keamanan ketertiban masyarakat yang

menjadi tugas Polri yang diartikan sebagai keamanan secara

keseluruhan, sehingga seluruh keamanan menjadi tugas Polri,

pertahanan menjadi tugas TNI.

f. Khusus untuk tugas TNI dalam OMSP nomor 10, membantu

Polri dalam rangka tugas Kamtibmas yang diatur oleh undang-

undang. Pada kenyataannya hal tersebut belum dijelaskan

secara rinci bentuk bantuan apakah berupa kekuatan atau

kemampuan, atau kekuatan dan kemampuan, sehingga muncul

wacana apabila TNI tidak memberi bantuan akan di PTUN-kan.

g. Dalam tugas perbantuan ini sering kali sesuai eskalasi

ancaman kekuatan TNI yang dikerahkan bisa melebihi kekuatan

Polri yang dibantu dan keamanan sudah beralih dari keamanan

dan ketertiban masyarakat menjadi keamanan wilayah/negara.

Faktor kritis disini adalah siapa yang memutuskan/

menentukan alih kodal.

Page 57: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

57

Melihat permasalahan tersebut diatas maka dalam menghadapi

dan mengatasi gerakan aksi terorisme perlu dirumuskan kebijakan

pemerintah melalui Undang-Undang yang mengatur peran (utama

dan pembantu), tugas, fungsi dan wewenang masing-masing

instansi dalam mengatasi terorisme dengan menetapkan:

a. Siapa (instansi mana).

b. Apa tugas pokoknya.

c. Bilamana (waktu).

d. Dimana (wilayah).

e. Mengapa (alasan tugas pokok dilaksanakan).

Didalam UU tersebut juga harus juga memasukan Konsep

Operasi yang menjelaskan konsep Manuver (bagaimana operasi itu

dilaksanakan) dan Konsep Perbantuan (bantuan apa saja yang

diperlukan untuk mendukung operasi) yang dapat dijadikan

pedoman bagi setiap badan/instansi terlibat. Sedangkan dalam

mengantisipasi tugas TNI dalam membantu Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban

masyarakat yang diatur dalam undang-undang, TNI telah

mengeluarkan Buku Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Perkuatan TNI

kepada Polri dalam rangka Kamtibmas melalui Skep Panglima TNI

Nomor Skep/244/VI/2006 tanggal 29 Juni 2006, namun perlu

disusun pula kebijakan yang mengatur apabila dalam tugas

perbantuan sesuai eskalasi ancaman kekuatan TNI yang

dikerahkan bisa melebihi kekuatan Polri yang dibantu dan

Page 58: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

58

keamanan sudah beralih dari keamanan dan ketertiban masyarakat

menjadi keamanan wilayah/negara35.

Setelah ditentukannya wewenang TNI dan Polri seperti

tersebut diatas, maka selanjutnya perlu diselesaikan masalah

dibawah ini agar permasalahan aspek legislasi dapat terselesaikan.

Sesuai dengan sifatnya bahwa Terorisme itu sendiri merupakan

sesuatu yang tidak mudah ditentukan identitasnya, sulit untuk

mengandalkan hanya pada upaya penegakan hukum karena

terorisme memang bukan merupakan kejahatan biasa (extraordinary

crime). Secara umum terorisme dapat dikelompokkan menjadi

Ecoterrorism (Lingkungan), Nationalistic Terrorism (Traditional

Terrorism), Ethnic Terrorism (Etnik), Narcoterrorism (Narkoba),

Political Terrorism (Politik), dan Religious Terrorism (Agama).

Penanggulangan kasus terorisme tidak dapat dihadapi semata

dengan penegakan hukum yang bersifat represif. Perlu

dilaksanakan upaya-upaya lain yang lebih komprehensif sesuai

dengan sifat dan karakteristik khas kasus terorisme itu sendiri,

yaitu upaya preemtif, preventif dan rehabilitatif dimana

penanganannya juga perlu dilakukan secara integratif melibatkan

berbagai elemen. Agar penanganan ancaman terorisme di

Indonesia dapat terlaksana secara komprehensif maka

permasalahan aspek legislasi harus diselesaikan dengan segera

karena perkembangan terorisme semakin pesat dan akan menjadi

ancaman di Abad ke 21. Adapun penyelesaiannya adalah:

35 Asop Panglima TNI. Tinjauan kritis Thd Implementasi Tugas, Peran dan Fungsi serta Peran TNI dalam Kontek menangani Aksi-aksi Separatis bersenjata dan Terorisme. Seminar Nasional, Dephan Di Hotel Borobudur,Jakarta,2008. hal 15-16.

Page 59: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

59

a. Perlu kejelasan politik negara dalam hal aktualisasi siapa

yang mengatasi terorisme.

b. Perlu dibentuk badan pelaksana operasi mengatasi

terorisme.

c. Perlunya undang-undang yang mengatur siapa yang

berperan sebagai peran utama dan peran pembantu dalam

mengatasi terorisme.

d. Perlunya merumuskan Kebijakan Operasional dalam rangka

pembentukan Komando Gabungan Terpadu Penanggulangan

Terorisme atau badan dari institusi lintas sektoral yang dapat

melakukan sinkronisasi satuan-satuan operasional dan satuan

taktis (pemukul). 36

15. Analisa Kemampuan DAT TNI.

a. Bidang Penyelidikan. Penyelidikan diarahkan dalam

rangka deteksi dini, peringatan dini untuk cegah dini di semua

tingkat satuan intelijen baik terpusat maupun kewilayahan,

sasaran penyelidikan ditujukan untuk mengantisipasi adanya

potensi ancaman termasuk terorisme yang dapat

menghancurkan kehidupan manusia dan merongrong

kewibawaan pemerintah serta mengancam stabilitas keamanan

nasional.

36 Asop Panglima TNI. Tinjauan kritis Thd Implementasi Tugas, Peran dan Fungsi serta Peran TNI dalam Kontek menangani Aksi-aksi Separatis bersenjata dan Terorisme. Seminar Nasional, Dephan Di Hotel Borobudur,Jakarta,2008. hal 12-13

Page 60: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

60

Persoalannya adalah bagaimana aparat intelijen mampu

melaksa-nakan tugasnya untuk mengungkap kegiatan terorisme

secara dini, mengingat jumlah aparat DAT yang ada di setiap

komando kewilayahan secara variatif belum memenuhi

kebutuhan, demikian pula pendidikan dan pengetahuan

terorisme belum secara menyeluruh dapat diberikan kepada

aparat intelijen. Sementara itu terbatasnya dana operasi yang

dibutuhkan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan secara

maksimal, ditambah lagi dengan Matsus dan Alkomsus intelijen

yang dimiliki kurang memadai. Namun tentunya dengan

keluarnya Undang-Undang No 34 Tahun 2004 pasal 7 ayat (2) b.

3 tentang tugas pokok TNI mengatasi aksi terorisme akan

menimbulkan kembali kepercayaan diri aparat intelijen dalam

melaksanakan tugasnya.

Ditinjau dari kegiatan terorisme yang selalu menjaga

kerahasiaan dan bergerak dalam kelompok kecil dengan taktik

dan tehnik yang dimiliki menyulitkan aparat intelijen untuk

dapat mengungkap pelaku dan membongkar jaringan terorisme

serta waktu dan tempat aksi teror akan dilaksanakan. Dari

berbagai peristiwa peledakan bom yang telah terjadi di berbagai

wilayah, terutama Bom di Bali, Hotel JW Marriot dan Kuningan

dapat diduga bahwa aksi teror ditujukan untuk :

1) Menimbulkan korban manusia dan materil yang banyak,

sehingga membawa efek psikologis ditengah-tengah

masyarakat yaitu untuk menimbulkan rasa takut yang tinggi

dan kemudian tidak lagi mempercayai aparat keamanan

yang dinilai tidak mampu melaksanakan tugasnya.

Page 61: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

61

2) Menciptakan opini di dalam negeri yaitu timbulnya

keresahan di masyarakat bahwa teroris benar-benar ada di

Indonesia, sejalan dengan itu secara politis juga membentuk

opini di luar negeri sebagai pembenaran bahwa negara

Republik Indonesia adalah sebagai tempat bersembunyi

(sarang) kelompok terorisme.

3) Memberikan peluang kepada negara-negara koalisi

untuk melakukan intervensi dan invasi kepentingan

terhadap kedaulatan negara RI, dengan alasan memerangi

terorisme demi menjamin keamanan dunia.

4) Mewujudkan sistem pemerintahan dan negara baru

dengan pandangan ideologi yang mengadopsi sesuai

kepentingan negara sponsor.

Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004

tentang TNI dapat dijadikan sebagai dasar hukum yang kuat

bagi TNI/TNI AD dalam melaksanakan tugas mengatasi aksi

terorisme, maka intelijen sebagai fungsi organik militer dan

intelijen sebagai kegiatan di setiap satuan intelijen kewilayahan

maupun kekuatan terpusat perlu dimantapkan. Kegiatan

penyelidikan menjadi sangat penting artinya dalam upaya

mengungkap jaringan terorisme dan berbagai upaya yang dapat

dilakukan, antara lain :

1) Perencanaan. Agar upaya penyelidikan langsung

mengarah kepada ancaman terorisme, maka perlu

perencanaan yang matang, terinci, terkoordinir dan secara

cepat disajikan kepada pengguna sehingga dapat diambil

Page 62: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

62

langkah-langkah tindakan secara tepat dan cepat dalam

menghadapi ancaman terorisme.

2) Pengumpulan keterangan yang dibutuhkan sangat

tergantung dari kemampuan aparat intelijen yang berada di

lapangan dalam mencermati setiap perubahan tingkah laku

dari sebagian kelompok masyarakat. Di samping itu

tergantung kepada keberhasilan pembinaan dan

pengoperasionalan jaring intelijen di wilayah tanggung

jawabnya.

3) Personel intelijen yang ada di satuan intelijen

kewilayahan dalam menganalisa bahan keterangan untuk

menjadi intelijen belum dapat menyajikan sesuai dengan

tuntutan tugas. Hal ini disebabkan keterbatasan data atau

keterangan yang dimiliki, karena tidak menutup

kemungkinan adanya ”link up” antara jaringan teroris

disuatu wilayah dengan wilayah lain. Untuk memperkecil

faktor kesalahan di dalam mengambil kesimpulan maka

sudah saatnya diperlukan suatu wadah terpusat yang dapat

menampung keterangan serta mampu menganalisa secara

komprehensif.

4) Penyampaian dan penggunaan intelijen yang diberikan

kepada setiap pengguna agar tepat waktu, sehingga dapat

ditindak lanjuti dalam penanganan/penentuan operasi

intelijen selanjutnya.

b. Bidang pengamanan. Pengamanan tidak hanya ditujukan

kepada lingkungan intern TNI tetapi sebaiknya juga dapat

tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat. Hal ini

Page 63: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

63

dapat terbentuk apabila seluruh aparat intelijen, aparat

keamanan dan pemerintahan yang ada di wilayah

melaksanakan fungsinya masing-masing secara proaktif dan

terpadu serta paham terhadap trend ancaman terorisme, modus

operandi, mekanisme maupun tata cara pelaporan kepada

aparat keamanan setempat.

Tujuan yang ingin dicapai adalah tindakan preventif untuk

mengamankan obyek vital, fasilitas publik, dan

personel/masyarakat terhadap tindakan terorisme. Diharapkan

setiap penduduk dapat melakukan penginderaan setiap

indikasi/peristiwa yang terjadi diluar kebiasaan sebagai hal

yang perlu dicurigai terhadap kemungkinan kegiatan terorisme

di lingkungan/wilayahnya dan melaporkannya secara cepat

kepada aparat keamanan. Bentuk ancaman yang mungkin

timbul adalah :

1) Penyusupan kelompok teroris ke dalam pemukiman,

organisasi kemasyarakatan (LSM) maupun kelompok-

kelompok masyarakat lain di wilayah tempat tinggalnya.

2) Mencegah terjadinya perekrutan terhadap anggota TNI,

masyarakat dan jaring intelijen di wilayah oleh kelompok

teroris.

3) Terjadinya kelalaian, kealpaan dan kecerobohan yang

ditimbulkan oleh aparat intelijen pihak sendiri yang

dimanfaatkan oleh pihak lawan (teroris).

Untuk mengatasinya maka perlu diupayakan peningkatan

pengamanan, dengan :

Page 64: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

64

1) Meningkatkan koordinasi yang baik antar aparat intelijen

TNI dan DAT dengan satuan intelijen terkait, sehingga

terjalin kerjasama yang harmonis di lapangan dalam rangka

menghadapi ancaman terorisme.

2) Meningkatkan kepedulian aparat terkait dalam

menyusun protap keamanan khususnya dalam menghadapi

ancaman terorisme secara terpadu, mensosialisasikan dan

melatih/mengujicobakan protap keamanan tersebut sesuai

kewenanganya masing-masing.

3) Menjabarkan intelijen fungsi komando disatuan melalui

pembinaan latihan, mental, moral spiritual aparat intelijen,

sehingga tidak mudah terpengaruh dalam pelaksanaan

tugas.

c. Bidang Penggalangan. Kegiatan penggalangan ditujukan

kepada lawan dan bakal lawan agar mau mengikuti kehendak

kita dan mampu memanfaatkan setiap peluang yang ada secara

maksimal dengan mengembangkan kemampuan ber-

komunikasi, berinteraksi serta mampu beradaptasi dengan adat

istiadat setempat. Dalam penggalangan diperlukan waktu dan

dana yang besar, disisi lain adanya kesulitan yang membatasi,

antara lain :

1) Kemampuan aparat dan jaring intelijen untuk

mengaplikasikan taktik dan tehnik pengalangan yang masih

terbatas.

2) Kemampuan aparat dan jaring intelijen masuk ke sasaran

tanpa diketahui oleh pihak lawan.

Page 65: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

65

3) Waktu dan tempat dari obyek sasaran yang berada diluar

kewenangan dan wilayah NKRI.

4) Kemampuan koordinasi antara aparat intelijen dengan

pihak terkait lainnya.

Agar kegiatan penggalangan dapat mencapai tujuan yang

dikehendaki, maka setiap aparat dan jaring intelijen harus

mampu menghindari kemungkinan :

1) Penggalangan terhadap aparat/jaring intelijen yang

dilakukan oleh pihak lawan.

2) Terbongkarnya jaring terorisme yang telah berhasil

dibangun.

3) Terciptanya opini negatif yang muncul di masyarakat

sehingga bersifat kontra produktif terhadap misi yang

dilakukan oleh aparat intelijen sendiri.

4) Terbentuknya pengaruh yang kuat dari pihak lawan

dengan menyebarkan berita bohong, teror, sabotase,

penculikan dan perlawanan politik dan bersenjata, sehingga

menghalangi kegiatan penggalangan yang dilakukan.

16. Analisa Kekuatan DAT TNI

a. Analisa Organisasi.

1) Struktur organisasi. Sebagai sebuah organisasi

dilingkungan TNI yang bertugas untuk menangkal ancaman

terorisme di Indonesia, DAT TNI hendaknya disusun dalam

suatu organisasi yang mampu menghadapi kemungkinan-

kemungkinan perubahan dan perkem-bangan aksi-aksi

terorisme. Unsur-unsur pokok yang harus dimiliki oleh

sebuah organisasi haruslah terstruktur dengan baik, agar

Page 66: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

66

pemberian tugas dan tanggung jawab kepada masing-

masing unsur dapat terselenggara dengan baik dan

terkontrol. Selain itu DAT TNI (Bais TNI dan TNI AD) yang

selama ini terpisah dan cenderung berjalan sendiri-sendiri

perlu untuk disatukan dalam suatu organisasi yang solid,

agar tercipta suatu kesatuan visi dan misi dalam

menghadapi aksi terorisme. Perubahan terhadap struktur

organisasi DAT TNI diharapkan juga dapat memberikan

kewenangan bagi DAT TNI untuk mengerahkan satuan-

satuan elit dilingkungan TNI (Sat 81/Gultor, Denjaka,

Denbravo) dalam menangkal aksi-aksi teror sesuai dengan

perkembangan situasi yang dihadapi.

2) Perbaikan Kondisi Organisasi. Agar dapat melaksanakan

tugas dengan baik, maka kondisi organisasi DAT TNI harus

dalam keadaan baik pula. Langkah-langkah yang dapat

dilakukan untuk memperbaiki kondisi organisasi hanya

cukup DAT TNI AD saja, sedangkan DAT TNI belum

diperlukan.

a) Menyempurnakan Struktur Organisasi DAT TNI AD.

Dalam lintas instansi, lintas nasional dan secara simultan

dilakukan langkah-langkah yang bersifat represif,

preventif, preemptif maupun rehabilitasi37. Setelah

adanya kebijakan Panglima TNI dan memperhatikan

37 Asop Panglima TNI. Tinjauan kritis Thd Implementasi Tugas, Peran dan Fungsi serta Peran TNI dalam Kontek menangani Aksi-aksi Separatis bersenjata dan Terorisme. Seminar Nasional, Dephan Di Hotel Borobudur,Jakarta,2008. hal 11.

Page 67: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

67

penjelasan diatas, maka DAT TNI AD sebagai organisasi

non struktural yang bertugas membantu pimpinan untuk

menganalisa perkembangan, merumuskan kebijakan

dalam pencegahan serta penindakan teror maka perlu

untuk meningkatkan koordinasi maupun sinkronisasi.

Peningkatan tersebut dilakukan dengan menyempur-

nakan organisasi DAT TNI AD yang saat ini ada kedalam

satu organisasi yang utuh dibawah pimpinan Kasad.

b) Merubah struktur organisasi DAT TNI AD menjadi

sebuah organisasi DAT yang dapat mengkoordinasikan

langkah-langkah yang bersifat preemtif, preventif,

represif maupun rehabilitasi berdasarkan hasil

penganalisaan terhadap perkembangan terorisme.

c) Cabang dari DAT TNI sudah dibentuk mulai tingkat

Kodam sampai dengan kodim, namum perlu ditambah

berupa Tim Analis Daerah. Pada tingkat Korem dan

Kodim akan diseleksi beberapa orang personel

Intelijennya untuk dididik menjadi badan pengumpul

keterangan tentang terorisme diwilayahnya. Pengerahan

aparat intelijen Korem dan Kodim akan dikoordinir dan

dikoordinasikan oleh Perwira LO dengan Satuan Kowil

yang terkait sesuai dengan peranti lunak yang telah

disetujui oleh Panglima TNI.

d) Menyusun stratifikasi tugas dan tanggung jawab

jabatan sebagai berikut:

Page 68: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

68

(1) Menentukan kebijakan dan mengambil keputusan

dalam rangka memimpin DAT TNI, guna menjamin

terselenggaranya segenap fungsi DAT TNI.

(2) Melaksanakan kegiatan koordinasi dengan

instansi lain yang terlibat dalam penanggulangan

terorisme yang di koordinir oleh Menkopolhukam

melalui Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme

(DKPT).

(3) Membentuk Kelompok kerja yang anggotanya

perwakilan dari :

(a) Mabes TNI

(b) Matra TNI AD, TNI AU dan TNI AL

(c) Bais TNI

Pokja ini bertugas menyusun kembali organisasi

khususnya dalam menentukan jabatan yang

diperlukan disetiap organisasi serta membuat tugas

dan tanggung jawab setiap jabatan yang disesuaikan

tugas yang akan dihadapi dalam mengatasi terorisme.

b. Analisa Kondisi Personel. Menghadapi perkembangan

terorisme kedepan yang semakin kompleks, maka sumber daya

manusia yang "mengawaki" DAT TNI dan satuan anti teror

lainnya perlu untuk ditingkatkan baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya.

1) Kuantitas. Penyatuan organisasi DAT TNI kedalam satu

wadah organisasi yang solid akan memberikan jumlah

personel yang cukup besar. Perubahan jumlah ini

Page 69: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

69

diharapkan akan memberikan kemampuan kepada DAT

TNI untuk melakukan pemantauan terhadap kemungkinan

berkembangnya terorisme diseluruh wilayah Indonesia.

Selain itu dengan adanya perubahan jumlah ini, diharapkan

juga tiap-tiap unsur yang ada dalam organisasi DAT TNI

akan memiliki personel sesuai dengan yang dibutuhkan,

sehingga tugas mempelajari, meneliti dan menganalisa

perkembangan ancaman teror dapat dilakukan dengan baik.

2) Kualitas. Aksi-aksi terorisme yang terjadi selama ini

merupakan hasil karya orang-orang dengan kualitas diri

yang baik, maka menghadapi hal ini maka DAT TNI perlu

memperhatikan kualitas dari para personel yang ada, agar

dapat mengimbangi kemampuan yang dimiliki oleh para

teroris. Personel yang bertugas di dalam DAT TNI dan

satuan teror lainnya diharapkan memiliki kriteria sebagai

berikut :

a) Latar Belakang Pendidikan.

(1) Pendidikan umum. Dihadapkan dengan perkem-

bangan lmu pengetahuan dan teknologi yang ada

maka diperlukan personel dengan tingkat pendidikan

yang memadai, karena akan berpengaruh terhadap

kemampuan dan etos kerja. Pada level Perwira yang

lebih banyak akan ditugaskan untuk melakukan

penganalisaan diharapkan memiliki latar belakang

pendidikan minimal Strata satu (Sl) atau telah

mengikuti pendidikan Sesko Angkatan. Sementara itu

pada level pelaksana yang akan diisi oteh para

Bintara, diharapkan seluruhnya memiliki pendidikan

Page 70: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

70

minimal SLTA dan memiliki keahlian IT (Information

Technology).

(2) Pendidikan Intelijen. Terorisme sebagai sebuah

kejahatan yang luar biasa, maka harus dihadapi

dengan kemampuan yang luar biasa pula.

Memperhatikan tingkat pendidikan umum yang

dimiliki sebagai dasar untuk menentukan tingkat

kemampuannya, perlu juga dibekali dengan

pendidikan intelijen yang sesuai. Secara umum

personel yang bertugas di DAT TNI dan satuan

lainnya telah melalui pendidikan dasar Intelijen, baik

tingkat Perwira maupun Bintara. Namun apabila

dihadapkan dengan tantangan tugas yang ada, maka

bekal pendidikan tersebut belumlah mencukupi.

Mereka harus memiliki kemampuan analis intelijen

yang baik. Hal ini perlu dilakukan mengingat produk

kerja dari DAT TNI adalah laporan intelijen yang

merupakan hasil penganalisaan dari data dan fakta

tentang terorisme.

b) Penugasan.

(1) Sebagai insan intelijen secara umum personel yang

bertugas di DAT TNI pernah melaksanakan tugas-

tugas intelijen dilapangan, namun tidak semuanya

pernah mengalami penugasan dalam menangkal

ancaman terorisme. Personel yang bertugas dalam

pengamanan ancaman terorisme perlu memiliki

kriteria-kriteria tertentu mengingat bahaya yang

dihadapi, sulitnya mendapatkan akses dan waktu

Page 71: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

71

penugasan yang relatif lama. Memperhatikan kondisi

yang ada maka diharapkan semaksimal mungkin

personel yang ditugaskan pada DAT TNI pernah

menangani hal-hal yang berkaitan dengan terorisme.

(2) Terorisme merupakan ancaman yang dapat datang

kapan dan menimpa siapa saja. Keseriusan dalam

penanganannya sangat diperlukan agar ancaman

tersebut dapat diatasi. Menghadapi kondisi ini, maka

personel yang bertugas didalam DAT TNI diharapkan

tidak lagi melakukan tugas rangkap dan jabatan yang

disandangnya di DAT TNI merupakan jabatan

definitif. Hal ini akan memberikan kesempatan

kepada personel tersebut untuk lebih berkonsentrasi

pada tugasnya dan mengerahkan segala kemampuan

yang dimilikinya.

c) Latihan. Dihadapkan dengan meningkatnya ancaman

terorisme yang dapat terjadi, maka perlu dilakukan

pembinaan kemampuan personel yang bertugas di DAT

TNI. Pembinaan ini dapat dilakukan dengan melakukan

latihan di satuan yang lebih terarah pada upaya

penangkalan terorisme, seperti tehnik penyelidikan dan

penganalisaan, serta disesuaikan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu dapat pula

dimanfaatkan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh

negara lain dalam rangka membina kemampuan

personel, seperti dari AS dan Australia.

Page 72: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

72

3) Memperbaiki kondisi personel DAT. Sebuah pepatah

menyatakan it's not about the gun, but the man behind the gun.

Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pada prinsipnya

sangat bergantung pada kondisi personel yang

menjalankannya, apakah dalam kondisi baik atau buruk.

Dalam rangka memperbaiki kondisi personel DAT TNI

maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan terhadap

kondisi kuantitas dan kualitas personel DAT TNI sebagai

berikut :

a) Kuantitas. Menghadapi perkembangan aksi-aksi

terorisme yang semakin pesat, maka secara kuantitas,

personel yang ditugaskan jumlahnya harus seimbang

dengan tingkat kesulitan yang dihadapi. Agar dapat

mencapai situasi yang demikian, maka setelah dilakukan

pembenahan sistem kerja perlu dilakukan perekrutan

personel yang akan bertugas. Penugasan ditentukan

berdasarkan hasil perekrutan, bukan dari penunjukan

seperti yang ada saat ini. Dalam pelaksanaan perekrutan,

maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni :

(1) Perekrutan intelejen dilakukan terhadap personel

yang telah memiliki kualifikasi intelijen dan bertugas

di institusi intelijen.

(2) Perekrutan memperhatikan karakteristik

psikologi dari pelaku teroris berdasarkan hasil studi

dan pengalaman empiris dalam menangani

Page 73: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

73

terorisme yang dilakukan oleh PBB38, sehingga

personel yang direkrut diharapkan mampu

menghadapinya.

(3) Membuat perencanaan personel yang

dibutuhkan baik secara kuantitas maupun kualitas

dengan memperhatikan perkembangan ancaman

terorisme yang dihadapi TNI.

b) Kualitas. Keberhasilan pelaksanaan tugas selain

dipengaruhi oleh jumlah personel yang seimbang dengan

dinamika permasalahan yang dihadapi, juga oleh

kualitas dari personel yang melaksanakan tugas tersebut.

Menyikapi hal tersebut, maka penyiapan personel

dengan kualitas yang baik dalam rangka menanggulangi

aksi-aksi terorisme perlu dilakukan agar tugas bisa

berhasil. Upaya peningkatan kemampuan dapat

dilakukan dengan cara mengadakan kursus anti teror.

Pengadaan sebuah kursus yang khusus mengajarkan

tentang terorisme perlu dilakukan dalam rangka

mencetak para personel yang handal dalam mengatasi

aksi terorisme. Lulusan dari kursus ini akan

diproyeksikan untuk dapat melaksanakan tugas, baik

dalam hal penganalisaan maupun pengumpulan

keterangan bagi kepentingan mengatasi aksi terorisme.

Adapun langkah yang dapat ditempuh adalah :

38 Terorisme Dan penanggulangannya, http://anti teror.polkam.go.id, 15 Oktober 2008

Page 74: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

74

(1) Pelaksanaan kursus ini dapat memanfaatkan

lembaga pendidikan intelijen yang sudah ada di TNI

beserta perangkatnya, yakni Sat Induk Bais TNI dan

ketiga Angkatan dengan membuat kurikulum

tersendiri bagi kepentingan kursus tersebut.

(2) Membentuk tim perumus yang bertugas untuk

merencanakan materi-materi pendidikan yang perlu

diajarkan serta alat perlengkapan yang diperlukan

bagi kursus tersebut.

(3) Agar dapat memberikan kemampuan yang cukup

dalam penanggulangan terorisme, maka pada rencana

kurikulum yang akan diajarkan sebaiknya memuat

mata pelajaran tentang sejarah perkembangan

terorisme39, tehnik-tehnik pengumpulan keterangan

dan penganalisaan baik secara manual, antara lain

menggunakan Analytical Tools40 yakni Time-Event

Chart, Association Matrix, dan Link Diagram maupun

komputerisasi dengan menggunakan notebook

analysis.

(4) Menyusun biaya dan anggaran yang diperlukan

untuk penyelenggaraan kursus penanggulangan

terorisme.

(5) Merekrut tim pengajar yang diperlukan bagi

kursus tersebut, agar siswa dapat memahami

39 Desk koordinasi Pemberantasan Terorisme Kemenko Polhukam, Identifikasi Terhadap Anti Terorisme, Kemenko Polhukam, Jakarta. 2006.Hal 22 40 Ibid. Hal 12

Page 75: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

75

perkembangan terorisme yang terjadi, lembaga

pendidikan dapat merekrut tenaga pengajar dari luar

TNI, seperti ahli Politik, ahli Komunikasi massa, ahli

Telematika dan lain-lain.

(6) Seminar. Terorisme sebagai sebuah kejahatan

kemanusiaan yang luar biasa saat ini telah menjadi

subyek penelitian oleh berbagai pihak. Banyak para

ahli didunia ini melakukan seminar tentang terorisme,

bahkan beberapa mantan aktifis kelompok teror

tersebut ada juga yang menjadi pembicara tamu,

antara lain Nasir Abas dan Al Chaidar.

c. Analisa Kekuatan Terpusat. Kita sudah mengetahui

bahwa kekuatan satuan terpusat DAT TNI, DAT TNI AD,

Grup-3 Kopassus dan Sat 81/Gultor adalah untuk merespon

setiap kegiatan terorisme, maka secara otomatis satuan terpusat

juga terlibat secara langsung dalam tugas ini baik di tingkat

internasional, pusat dan daerah. Mencermati secara

komprehensif permasalahan antara luas wilayah dan kekuatan

satuan terpusat yang ada dan dihadapkan dengan tugas yang

cukup pelik dalam menangkal aksi teror, maka satuan terpusat

yang ada diharapkan mampu membantu dan memperkuat

satuan DAT kewilayahan dan satuan intelijen kewilayahan,

namun sampai saat ini belum terlihat bantuannya karena satuan

DAT TNI AD sampai saat ini belum berjalan baru ada

organisasinya sehingga belum teruji kekuatannya, begitupun

juga Sat 81 belum digunakan untuk mengatasi aksi terorisme.

Page 76: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

76

Dengan memperhatikan jumlah personel yang ada maka

akan timbul pertanyaan mampukah DAT TNI, TNI AD, Grup-3

Kopassus dan Sat 81/Gultor mendukung tugas tempur dan

tugas kewilayahan secara bersamaan dalam menghadapi

ancaman terorisme. Mengingat jumlah/kekuatan personel yang

ada saat ini untuk mendukung tugas hanya mampu satu unit

maka berapa unit yang harus disiapkan untuk tugas yang

bersamaan?. Disini telah memberikan gambaran bahwa satuan

anti teror perlu ditinjau lagi kekuatannya dan Sat 81/Gultor

sudah saatnya untuk diberdayakan.

d. Analisa Kekuatan Kewilayahan. Kekuatan Satuan anti

teror kewilayahan (DAT) adalah satuan non struktural, telah

disusun mulai dari Kodam, Korem dan Kodim yang secara

umum bertugas untuk mengungkap jaring/kegiatan aksi

terorisme terutama yang marak pada beberapa tahun terakhir

seperti aksi-aksi pengeboman yang tidak dapat dideteksi

maupun dicegah secara dini menunjukkan bahwa kekuatan

DAT kewilayahan perlu diberdayakan agar dapat mencegah

aksi terorisme secara preventif. Namun dikarenakan belum

berjalan, maka kinerjanya belum bisa dinilai karena terkendala

kesiapan organisasi dan anggaran operasional. Mengingat

perkembangan terorisme semakin pesat dan sulit dideteksi

maka secepatnya DAT Kewilayahan diaktipkan agar tugas-

tugas mengatasi terorisme dapat dikerjakan dengan cepat.

Ditinjau dari aspek kekuatan maka permasalahan yang

dihadapi adalah keterbatasan aparat intelijen baik secara

kuantitas maupun kualitas terutama yang berkaitan dengan

pengetahuan terorisme. Satuan DAT kewilayahan kekuatannya

Page 77: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

77

dapat dipenuhi dari satuan intelijen kewilayahan. Kekuatan

DAT ke depan dibutuhkan kekuatan yang profesional, efektif,

efesien dan modern, agar lebih optimal dalam mengungkapkan

jaringan terorisme, mengingat jaringan kerja terorisme selalu

dilaksanakan secara tertutup dengan mobilitas yang tinggi serta

bersifat dinamis seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang aktual. Agar kinerjanya

dapat berjalan secara efektif dan efesien dalam mengungkap

aksi/jaringan terorisme, maka diperlukan pemenuhan personel

satuan DAT kewilayahan sampai dengan mantap satu (90 % -

100%) dari kebutuhan. Di samping itu perlu diimbangi dengan

peningkatan kualitas aparat intelijen di bidang pengetahuan,

taktik dan teknik intelijen dalam menghadapi terorisme

sehingga sinergitas antara kemampuan dan kekuatan intelijen

akan menjadi potensi yang lebih besar dalam mengungkap

jaringan aksi terorisme. Disisi lain upaya mewujudkan potensi

intelijen ke depan sangat dipengaruhi oleh kemampuan negara

dalam mendukung anggaran guna merekrut, membina dan

mengoperasionalkan personel DAT sesuai yang dibutuhkan

serta untuk pembentukan/pembinaan satuan sampai dengan

operasional di lapangan.

17. Analisa Mekanisme Kerja

a. Kerja sama dengan instansi terkait. Belum adanya

kerjasama antara institusi yang terlibat dalam mengatasi

terorisme dikarenakan belum adanya aturan yang jelas dari

pemerintah untuk operasional dilapangan, sehingga mereka

berjalan sendiri-sendiri berdasarkan UU yang ada di

institusinya. Seharusnya penanganan terorisme dilaksanakan

Page 78: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

78

bersama-sama karena sasarannya sama yaitu terorisme dan

tinggal mengatur mekanisme kerjanya saja dimana dan kapan

keterlibatan mereka sesuai eskalasi ancaman yang berlaku.

Untuk itu dalam penanganan terhadap ancaman terorisme,

perlu disusun suatu strata/tataran kewenangan dan strata

perencanaan yang jelas pada setiap level mulai dari tingkatan

pembuat grand strategy sampai dengan pada level taktis secara

terpadu dan terorganisir dengan baik sehingga memberikan

batasan yang jelas terhadap tugas dan tanggung jawab pada

setiap badan maupun institusi terlibat dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya. Adapun permasalahan yang terjadi saat

ini antara lain :

1) Tataran otoritas kewenangan belum diatur stratanya

mulai dari strata grand strategy, strategy, operasional dan

taktis. Dengan adanya tataran otoritas kewenangan diatas

maka akan mempermudah penyusunan organisasi tugas

yang berperan untuk melaksanakan fungsinya masing-

masing di setiap strata sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawabnya dalam rangka mengatasi berbagai

macam ancaman terorisme.

2) Khusus pada strata operasional belum dibentuk

Komando atau Badan operasional yang bertanggung jawab

menyusun :

a) Rencana dan perencanaan kampanye nasional yang

meliputi Rencana Kontijensi, Rencana Operasi (Respon

Plan) dan Rencana Fungsional sebagai lampirannya

termasuk Standard Operating Procedures (SOP) serta

penyusunan rencana koordinasi dan pengorganisasian

Page 79: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

79

tugas serta pembagian wilayah operasi dan dukungan

anggaran/administrasi dan logistik (baik untuk

menanggulangi separatis maupun teroris).

b) Rencana latihan (Pelatihan, Geladi Posko dan Geladi

Lapangan).

DAT TNI sebagai bagian dari organisasi TNI seharusnya

memiliki konsep operasi sebagai sebuah pola kerja yang

memadukan peran dan fungsi masing-masing instansi TNI

yang terlibat dalam DAT TNI. Konsep operasi ini sebaiknya

diwujudkan dalam suatu mekanisme kerja yang

memungkinkan untuk dilakukan secara bersama-sama

dengan memperhatikan keunggulan dan kelemahan dari

masing-masing instansi. Adanya mekanisme kerja tersebut

diharapkan akan dapat memberikan kejelasan tentang tugas

dan tanggung jawab masing-masing unsur yang tergabung

dalam organisasi DAT TNI, sehingga pelaksanaan tugas-

tugas yang dibebankan dapat dilakukan dan berhasil dengan

baik.

Agar ada kejelasan bagaimana bekerjasama antar instansi

dalam mengatasi terorisme maka perlu dibuat Aturan

Pelibatan/Rule Of Enggagement (ROE). ROE merupakan

pedoman bagi setiap level strata dalam menjalankan tugas

dan fungsi masing-masing baik dalam pengambilan

kebijakan sampai dengan cara bertindak dilapangan di level

taktis. Perumusan ROE dimasing-masing strata sebagai

berikut:

Page 80: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

80

1) Di strata Grand Strategy dan Strategy, ROE

merupakan kebijakan.

2) Di level operasional ROE merupakan ketentuan-

ketentuan aturan pelibatan.

3) Di level taktis, ROE merupakan ketentuan-ketentuan

yang mengatur tindakan untuk melakukan tindakan (do

and don't).

Dalam setiap pelaksanaan operasi penanggulangan

teroris, ROE merupakan suatu lampiran yang harus

dilampirkan pada suatu rencana operasi dan rencana operasi

taktis.

Selanjutnya dilakukan pembenahan terhadap mekanisme

kerja DAT TNI yang telah dibuat. Penanggulangan terorisme

bukan semata persoalan pemerintah, bukan hanya menjadi

tanggung jawab kepolisian. Melainkan menjadi masalah

bersama yang harus dicegah dan ditanggulangi oleh seluruh

komponen bangsa secara sungguh-sungguh41. UU No 34

tahun 2004 tentang TNI telah memberikan payung hukum

agar TNI juga terlibat dalam mengatasi aksi terorisme. Dr.

John Harrison mengatakan negara-negara demokratis

didunia tidak pernah mengucilkan militer dalam

pemberantasan terorisme. Hanya saja ada beberapa hal yang

seharusnya dipertimbangkan secara masak saat menentukan

kapan dan bagaimana melibatkan mereka dalam

pemberantasan terorisme (John Harrison, unpublished paper

41 Diambil dari Internet, Keterlibatan TNI dalam memerangi terorisme,ltk Caj Drs Agus Subroto, tanggal 20 Oktober 2008 (http:/www.tni.co.id)

Page 81: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

81

at International Centre for political Violence and Terrorism

Research)42. Sebagai gambaran dapat kita lihat pembagian

tugas antara Militer dan Polisi di Amerika Serikat (AS)

dalam penanggulngan aksi terorisme43, yakni The Military

And Police Roles:

a) Military.

(1) National Defense

(2) Identification of threats

(3) Dissemination of threat information, indications

and warning

(4) Support Anti-Terorisme Measures

(5) Develop plans to counter the threat

b) Police.

(1) Law Enforcement

(2) Identification of criminal enterprises

(3) Collection of evidence for prosecution

(4) Advise on criminal trends for individual and

enterprise protection.

(5) Develop plans to arrest criminal elements.

42 Rico Marbun Ssi., MSc, Peranan TNI Dalam Pemberantasan misi teror. Majalah Patriot. Edisi No. 29/VII/2007 43 United Stater Pacific Command (USPACOM) dan United State Comter Terorism Subject Matter Expert Cx Change, 27 Feb s.d 3 Maret 2006 di Jakarta

Page 82: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

82

Dari gambaran tersebut jelaslah bahwa keterlibatan

Militer (TNI) dalam penanggulangan terorisme bukanlah

suatu hal yang tabu. Untuk itu TNI sebagai komponen

bangsa yang pada prinsipnya mempunyai kemampuan

untuk mengatasi terorisme, hendaknya jangan ragu untuk

ikut terlibat dalam penanggulangan terorisme di Indonesia

karena sudah diatur dalam UU. Pelibatan TNI melalui

satuan anti terornya, hendaknya dilakukan dengan

memperhatikan langkah-langkah penanganan teror dan

masih kuatnya resistensi terhadap peranan intelijen akibat

trauma masa lalu oleh kelompok-kelompok tertentu44.

Adapun pembenahan mekanisme kerja yang perlu

dilakukan adalah :

a) Penentuan pelibatan. Pembenahan pola kerja DAT

TNI dimuat dari penentuan pada langkah mana DAT

TNI dapat dilibatkan. Berdasarkan kondisi yang ada,

DAT TNI secara langsung dapat melibatkan diri pada

langkah-langkah penanggulangan teror yang bersifat

preventif dan rehabilitasi.

b) Langkah preventif. Pada langkah preventif DAT dan

Sat 81 melakukan kegiatan pendeteksian dini dengan

melakukan penganalisaan terhadap perkembangan

terorisme yang ada. Untuk dapat melakukan

penganalisaan yang efektif, maka mereka dibantu oleh

Komando Kewilayahan dan aparat intelijen TNI yang

44Diambil dari internet, Dampak Teroris dan Strategi Penanggulangannya, tanggal 22 Oktober 2008 (http:/www.Dephan.co.id)

Page 83: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

83

telah diberi kemampuan untuk mengumpulkan

keterangan dan memantau terorisme.

c) Langkah rehabilitasi. Pada langkah rehabilitasi DAT

TNI melakukan kegiatan terhadap para mantan anggota

teroris dan keluarganya serta kelompok masyarakat yang

mulai terpengaruh. Agar memberikan hasil yang

maksimal, maka dalam pelaksanaannya DAT TNI

dibantu oleh satuan Kowil untuk melakukan pembinaan

dan Grup-3 Kopassus dan Sat 81 melakukan

penggalangan.

d) Kegiatan pengumpulan keterangan. Mengingat masih

adanya trauma masa lalu dilingkungan masyarakat

Indonesia terhadap intelijen, agar kegiatan pengumpulan

keterangan ini tidak terindikasi sebagai sebuah operasi

intelijen maka pengumpulan keterangan pada tahap awal

ini tetap dilakukan oleh aparat DAT ada diwilayah.

Setelah diperoleh indikasi adanya peningkatan kegiatan

terorisme di wilayah tersebut sebagai hasil penganalisaan

tim analisis daerah dan pusat, maka aparat satuan anti

teror dapat "diterjunkan" untuk membantu kegiatan

pengumpulan keterangan.

e) Staf Koordinator. Agar pelaksanaan tugas

pengumpulan keterangan dapat terlaksana dengan baik

sesuai dengan tuntutan tugas, maka perlu ada staf yang

mengkoordinir. Sebagai koordinator dan penggunaan

satuan intelijen dilakukan oleh Perwira LO. Tugas LO

adalah mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan oleh satuan intelijen dalam pengumpulan

Page 84: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

84

data-data sesuai yang diharapkan oleh Tim Analisa

Pusat, sehingga dapat membuat penganalisaan tentang

perkembangan ancaman terorisme.

f) Target Data. Penentuan target data yang harus

dikumpulkan dan petugas yang akan mengumpulkannya

dibuat oleh Asisten Operasi dalam sebuah rencana

pengumpulan keterangan. Rencana tersebut akan

disampaikan kepada LO sebagai koordinator dan

Asminlog sebagai petugas yang mengatur administrasi

dan logistik.

g) Penggunaan. Setelah seluruh data yang ada diolah

oleh tim analisa pusat menjadi sebuah laporan intelijen,

maka perlu dilakukan rapat pimpinan terbatas, yang

terdiri dari Panglima TNI, Asintel TNI, Kabais TNI dan

Pangdam dimana daerahnya ada kegiatan terorisme.

Selajutnya laporan tersebut dapat digunakan oleh Sat

81/Gultor dan Den 88/Polri untuk melaksanakan operasi

respresif.

b. Analisa Kerja di Kawasan ASEAN. Permasalahan yang

terjadi dalam mengatasi terorisme dikawasan saat ini ASEAN

karena di masa lalu kerjasama ASEAN lebih menitik beratkan

pada kerjasama ekonomi dan fungsional yang didasarkan

penguatan ekonomi yang mendatangkan kemakmuran di

kawasan sehingga tercipta stabilitas dan perdamaian, maka

pada saat ini dengan hanya pendekatan baru yang dilakukan di

bidang politik dan keamanan merupakan suatu hal penting

untuk menanggulangi masalah terorisme yang merupakan salah

satu tantangan global yang harus dihadapi oleh negara-negara

Page 85: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

85

anggota ASEAN. Perhatian dunia terhadap masalah terorisme

seharusnya direspon oleh ASEAN secara lebih baik, yaitu

dengan menempatkan persoalan terorisme ini menjadi ancaman

serius saat ini, maupun di kemudian hari dengan lebih

mengintensifkan persoalan secara pro aktif. Karena

kompleksnya permasalahan terorisme, maka penyelesaian

komprehensif dan jangka panjang bagi ASEAN tampaknya jauh

dari kenyataan. Meskipun demikian, upaya sistematik, sesulit

apapun, harus dilakukan untuk menekan sekecil mungkin efek

negatif dari ancaman terorisme. Untuk itu, dalam rangka

mewujudkan suatu stabilitas keamanan regional yang kondusif

di wilayah Asia Tenggara, negara-negara yang tergabung dalam

ASEAN harus senantiasa bahu membahu bekerja sama secara

terpadu dan menyeluruh supaya dapat semaksimal mungkin

memutuskan jaringan terorisme di Asia Tenggara dengan

menggunakan pendekatan yang bersifat fleksibel dan multi

level, dengan tidak mengesampingkan pengembangan norma-

norma untuk keamanan dan pembangunan sumber daya

manusia di negara-negara ASEAN.

Dalam meningkatkan kerjasama antar aparat keamanan

negara-negara ASEAN untuk menjaga stabilitas keamanan

kawasan dari ancaman terorisme maka dalam melaksanakan

kerjasama multilateral maka Presiden, Menteri Luar Negeri,

Menteri Pertahanan masin-masing negara ASEAN harus dapat

merumuskan suatu kebijakan mengenai konsep kerjasama yang

dapat saling menguntungkan dengan tidak meninggalkan

prinsip-prinsip pertahanan dan keamanan negara dari masing-

masing negara. Kerjasama ini harus dititikberatkan kepada

Page 86: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

86

stabilitas keamanan kawasan secara menyeluruh dengan

memberikan suatu pengertian tentang perlunya suatu kawasan

aman yang dapat mempengaruhi stabilitas keamanan dalam

negeri. Permasalahan yang ada harus diselesaikan secara

bersama sama oleh negara ASEAN dengan cara sebagai berikut:

1) Meningkatkan kerjasama multilateral antar negara

ASEAN dalam menghadapi ancaman terorisme diwujudkan

lebih terkoordinasi sehingga terdapat kesamaan pola sikap

dan pola tindak dari para pemimpin ASEAN dalam upaya

meningkatkan kerjasama multilateral negara-negara ASEAN

dalam penanggulangan terorisme di kawasan Asia

Tenggara. Dalam kerjasama ini, negara-negara ASEAN

harus mampu bersikap tegas dengan tidak menghubung-

hubungkan masalah terorisme dengan agama. Karena pada

dasarnya, seluruh agama yang ada di ASEAN menentang

keras terhadap tindakan terorisme ini. Bagaimanapun juga,

terorisme merupakan suatu tantangan langsung bagi

tercapainya kerjasama multilateral yang mantap dan

berkesinambungan. Semua upaya bersama untuk

memerangi terorisme pada tingkat regional harus senantiasa

memperhatikan tindakan anti terorisme bersama sesuai

dengan keadaan wilayah ini dan di setiap negara anggota.

Metode yang dapat digunakan dalam menjalin kerjasama

multilateral adalah melalui diplomasi, sehingga antar aparat

keamanan mempunyai landasan yang kuat dalam

menangani masalah-masalah multilateral. Langkah-langkah

solusi yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :

Page 87: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

87

a) Masing-masing bertindak secara proaktif dan tetap

menjunjung tinggi kedaulatan masing-masing negara.

Kerjasama ini dilakukan oleh negara-negara ASEAN dan

apabila mempunyai permasalahan bilateral maka

penyelesaiannya tidak dikaitkan dengan kerjasama

melawan teroris yang sedang dibangun oleh negara-

negara ASEAN.

b) Melaksanakan perundingan secara tertutup dalam

hubungan multilateral yang berhubungan dengan isu-isu

sensitif terutama isu-isu yang dapat menimbulkan

gejolak di masing-masing negara dalam mencari

penyelesaiannya. Sehingga tidak timbul sentimen

negatif dari masyarakat di negara-negara tersebut

terhadap penyelesaian permasalahan yang diambil oleh

pemerintah. Hal ini sangat penting mengingat gejolak

yang timbul di masyarakat akan sangat mempengaruhi

keputusan-keputusan yang telah diambil dalam rangka

kerjasama penanggulangan terorisme secara bersama di

antara negara-negara ASEAN.

2) Menentukan Batasan Kerja sama. Kerjasama multilateral

menjadi salah satu prasyarat dalam memperkokoh kekuatan,

kesetiakawanan dan keakraban di antara negara-negara

anggota ASEAN dalam rangka membangun suatu kawasan

yang lebih dinamis. Metode yang dapat digunakan untuk

mewujudkan hal tersebut adalah melalui metode

kepercayaan, dengan senantiasa memelihara sikap saling

percaya diantara negara-negara kawasan Asia Tenggara

guna mewujudkan kerjasama multilateral yang mantap,

Page 88: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

88

bertahap dan berkelanjutan dalam rangka menanggulangi

terorisme. Dengan demikian akan terwujud suatu

penghormatan dan pengakuan bagi Asia Tenggara sebagai

zona damai, bebas dan netral oleh kekuatan-kekuatan di luar

kawasan ASEAN melalui pembinaan kehidupan regional di

kawasan Asia Tenggara dengan memperhatikan batasan-

batasan sebagai berikut :

a) Pembinaan kehidupan regional tidak boleh

mengganggu kemerdekaan, kedaulatan, persamaan,

keutuhan wilayah dan kepribadian nasional setiap

bangsa di Asia Tenggara.

b) Setiap negara harus dapat melangsungkan kehidupan

nasionalnya bebas dari campur tangan, subversi atau

tekanan dari luar, serta tidak ada campur tangan

mengenai urusan dalam negeri negara lain.

c) Setiap perselisihan atau persengketaan harus

diselesaikan dengan cara-cara damai. Dalam artian,

semua ancaman dengan kekerasan atau penggunaan

kekerasan tidak dapat diterima sebagai suatu cara atau

penyelesaian ketegangan antar negara-negara anggota

ASEAN. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bersengketa

perlu didorong untuk mengambil prakarsa guna

menyelesaikan masalah antar mereka sendiri melalui

perundingan yang bersahabat dan dalam waktu yang

sesingkat mungkin.

d) Meningkatkan kualitas dan kapasitas intelijen,

sehingga mampu mendeteksi aksi terorisme dengan

Page 89: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

89

didukung oleh teknologi canggih dengan harapan aksi

terorisme cepat terungkap melalui metode kerjasama

dengan upaya :

(1) Kerjasama dalam membentuk lembaga

pendidikan setingkat kursus jurusan teknologi

informasi kepada setiap aparat intelijen sehingga

kualitas dan kapasitas intelijen yang tinggi dapat

mengungkap pelaku dan motif dibalik terorisme,

serta akar permasalahan yang mendasarinya.

(2) Kerjasama dalam pembangunan fasilitas/sarana

prasarana teknologi informasi.

3) Kerjasama antar Instansi Militer.

a) Pendidikan Militer. Kerjasama ini dapat merujuk

kepada optimalisasi lembaga pendidikan anti teror yang

ada, memantapkan penyesuaian materi pelajaran

dihadapkan dengan taktik dan teknik teroris yang

berkembang saat ini dan melaksanakan kajian bersama

kegiatan pendidikan.

b) Latihan Militer. Latihan militer yang ada saat ini

dapat dikembangkan merujuk hasil pendidikan dan

latihan yang telah dilaksanakan secara terpadu, sehingga

Panglima Angkatan Bersenjata negara-negara ASEAN

dapat membuat suatu kebijakan tentang langkah-

langkah dalam memprioritaskan latihan bersama yang

menunjang kepada upaya–upaya menanggulangi

masalah terorisme maupun hal-hal yang berhubungan

dengan keamanan kawasan. Dalam peningkatan

kerjasama ini dapat menggunakan metode latihan

Page 90: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

90

bersama yang melibatkan negara-negara ASEAN baik

secara multilateral, dengan mengoptimalkan prinsip-

prinsip latihan.

c) Intelijen. Dalam melaksanakan kerjasama intelijen,

Menteri Pertahanan dan Panglima Angkatan Bersenjata

negara-negara ASEAN dapat merumuskan suatu

kebijakan tentang tata cara komunikasi dan

mensosialisasikannya dalam langkah pelibatan serta

operasional satuan-satuan intelijen yang ada dihadapkan

pada perkembangan teroris dengan pola dan tindakan

yang selalu berubah. Metode yang dapat dikembangkan

dalam hal ini adalah pendidikan dan kerjasama yang

diterapkan dengan pelaksanaan kegiatan sebagai

berikut:

(1) Melaksanakan kegiatan intelijen bersama sebagai

upaya untuk menangkal propaganda dan

penggalangan pihak asing dalam melakukan aksi

terorisme di kawasan ASEAN. Sebab negara-negara

yang berada di wilayah Asia Tenggara

merupakan bangsa–bangsa yang multi etnik, multi

agama dan multi budaya, sehingga jika terpecah-

pecah maka pecahannya seperti pecahan kaca, pecah

kecil-kecil yang sulit untuk disatukan kembali.

(2) Melaksanakan pertukaran informasi. Upaya lain

yang perlu dilaksanakan dalam membangun suatu

kerangka kerjasama intelijen adalah melakukan

tindakan mencegah, memerangi dan menghancurkan

terorisme melalui pertukaran informasi, intelijen dan

pembangunan kemampuan, khususnya memperbaiki

Page 91: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

91

intelijen dan penyebaran informasi tentang

pembiayaan terorisme dalam melakukan aksinya.

(3) Penyebaran Informasi. Membuat kerjasama dalam

penyebaran informasi, khususnya masalah tindak

kejahatan terorisme dengan membuka situs internet

secara on line untuk mengimbangi semakin canggih

dan rapihnya jaringan terorisme dalam melaksanakan

aksinya. Situs internet secara on line ini dikhususkan

untuk memberikan gambaran perkembangan

penyelidikan terorisme di masing-masing negara-

negara ASEAN yang selanjutnya dapat dijadikan

pedoman dalam mengembangkan penyelidikan di

masing-masing negara khususnya dalam

penyelidikan perkembangan terorisme di negaranya

masing-masing.

(4) Pendidikan Intelijen Terpadu. Pendidikan intelijen

terpadu ini dikhususkan dalam penanggulangan

masalah terorisme yang dapat dilakukan dalam

bentuk seminar maupun ceramah yang diikuti khusus

oleh para perwira TNI maupun Kepolisian dengan

maksud tukar menukar informasi maupun

pengalaman dalam penanggulangan terorisme di

negara masing-masing serta penyampaian teroris

yang menjadi tersangka dan modus operandi yang

digunakan, sehingga akan dapat dijadikan pedoman

dalam menelusuri perkembangan terorisme di negara

masing-masing.

(5) Menjalin Kerjasama intelijen dengan negara di luar

ASEAN. Melaksanakan kerjasama intelijen dengan

Page 92: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

92

pihak intelijen asing non ASEAN untuk membantu

aparat intelijen di negara-negara ASEAN dalam

melakukan investigasi dan mengungkap jaringan

terorisme internasional.

4) Melaksanakan kerjasama dibidang Hukum. Dalam

melaksanakan kerjasama di bidang hukum tidak akan

terlepas dari upaya-upaya diplomasi oleh para pejabat

negara dalam mengupayakan suatu kesamaan pola pikir dan

pola tindak yang berkaitan dengan penanganan hukum

terhadap para pelaku tindak kejahatan terorisme. Untuk itu,

Kepala Negara, Menteri Luar Negeri, Jaksa Agung maupun

Kapolri dapat memberikan suatu solusi berupa kebijakan

dan strategi yang dibawa dalam forum kerjasama antar

negara ASEAN sehingga sosialisasi dari hasil kesepakatan

dapat diupayakan dalam penanganan terorisme dalam

negeri. Kerjasama di bidang hukum dapat diupayakan

melalui kegiatan sebagai berikut :

a) Mengupayakan cara pandang yang sama dalam

kerjasama di bidang hukum sebagai suatu langkah dalam

menghadapi terorisme berdasarkan hukum nasional dan

hukum konvesi PBB dengan dihadapkan dengan dua

paradigma yang merupakan sumber perbedaan dalam

memaknai terorisme. Dua paradigma tersebut adalah :

(1) Pengertian awal terorisme yang dikategorikan

sebagai perbuatan atau tindakan pidana yang

ditujukan terhadap negara.

(2) Definisi terorisme yang diperluas menjadi

perbuatan atau tindakan pidana yang ditujukan

pada individu manusia, yang meliputi tindak

Page 93: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

93

pidana untuk menciptakan suatu keadaan yang

mengakibatkan individu, golongan dan masyarakat

umum dalam suasana teror dan ditujukan langsung

terhadap penduduk sipil.

Dengan demikian, rumusan atau definisi formal

yang sama tentang terorisme yang dapat dijadikan

sebagai dasar perjanjian untuk menanggulangi

terorisme di kawasan ASEAN, sangat diperlukan

sekali guna terwujud suatu kerjasama di bidang

hukum yang kuat dalam menghadapi terorisme demi

keamanan dan stabilitas nasional.

b) Adanya kesepahaman dalam masalah ekstradisi

dengan menggunakan dengan upaya :

(1) Memahami bahwa setiap negara memiliki hak dan

wewenang untuk melindungi dan sekaligus

menindak secara hukum warga negaranya yang

melakukan tindak kejahatan dinegara lain.

(2) Membuat perjanjian ekstradisi secara bersama

dalam lingkup ASEAN.

c) Adanya kesamaan sumber hukum antar negara-

negara ASEAN tentang terorisme dengan upaya :

(1) Membentuk mahkamah ASEAN. Pembentukan

mahkamah ini dititik beratkan kepada penyamaan

persepsi hukum yang berbeda di tiap-tiap negara,

khususnya dalam pemberantasan tindak pidana

terorisme. Sehingga tercipta suatu pemahaman yang

sama dalam penanganan kasus tindak pidana

terorisme. Materi-materi hukum yang berhubungan

Page 94: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

94

dengan tindak pidana terorisme menjadi tujuan

utama dalam penanganan kasus-kasus yang berkaitan

dengan masalah pemberantasan terorisme. Dalam

pelaksa-naannya mahkamah ASEAN ini berpedoman

kepada yurisdiksi yang dikeluarkan oleh PBB dalam

penanganan tindak kasus pidana terorisme.

Sementara keanggotaan dari mahkamah ASEAN ini

dapat ditunjuk perwakilan dari masing-masing

negara baik hakim, jaksa maupun kepolisian.

(2) Mengupayakan terwujudnya mekanisme hukum

yang mengikat negara-negara anggota ASEAN untuk

menyelesaikan persengketaan dan perselisihan secara

damai demi terciptanya suatu kesatuan yang utuh

dan cara pandang yang sama dalam rangka mengatur

hubungan negara-negara secara horizontal terhadap

orang – orang yang diduga sebagai pelaku teroris.

d) Menyusun SOP (Standar Operating Procedures)

tentang penanggulangan ancaman terorisme di kawasan

ASEAN dengan menerbitkan buku petunjuk pelaksanaan

tentang penanggulangan terorisme. SOP (Standar

Operating Procedures) ini digunakan sebagai pedoman

pelaksanaan dalam setiap tindakan penanganan

terorisme yang berisi tentang mekanisme pencegahan,

penyelidikan, dan penanggulangan.

Page 95: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

95

BAB V

P E N U T U P

18. Kesimpulan. Dari pembahasan kajian peran TNI dalam

mengatasi terorisme dapat diambil suatu kesimpulan sebagai

berikut :

a. Perkembangan aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh

teroris pada dekade terakhir meningkat cukup pesat dengan

mengikuti perkembangan politik, lingkungan strategis dan

iptek. Ancaman terorisme berkembang secara meluas dan

menjadi ancaman global. Aksi teror bersenjata terjadi di

sejumlah negara dimana ancaman terorisme tidak saja bersifat

internasional dengan jaringan yang bersifat lintas negara, tetapi

juga terdapat terorisme pada tingkat nasional (lokal). Ancaman

terorisme pada tingkat nasional (lokal) tersebut telah pula

mengadopsi pola dan metode terorisme internasional, atau

bahkan berkolaborasi dengan jaringan-jaringan teroris

internasional yang ada. Dari sejumlah aksi terorisme yang

terjadi di beberapa tempat di Indonesia, tampak adanya

hubungan dengan jaringan teroris internasional, terutama

jaringan teroris yang beroperasi di wilayah Asia Tenggara.

Kondisi masyarakat dengan latar belakang pendidikan dan

kemampuan ekonomi rendah menjadi incaran para aktor teroris

untuk memperluas jaringan dengan membangun dan merekrut

kader-kader baru.

Page 96: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

96

Ancaman terorisme digolongkan ke dalam ancaman militer,

karena terorisme mengancam keselamatan bangsa. Aksi

terorisme yang tidak memandang atau memilih-milih target

telah menjadi ancaman terhadap keselamatan bangsa yang

perlu ditangani secara militer. Di samping itu aktor-aktor teroris

memiliki kemampuan dan ketrampilan khusus serta sudah

mendapat pelatihan ala militer, sehingga perlu dihadapi pula

dengan kekuatan militer. Dalam perspektif strategi pertahanan,

isu terorisme membawa beberapa implikasi. Pertama, terorisme

merupakan ancaman nyata yang mengancam jiwa manusia dan

mengancam seluruh negara. Kedua, sebagai ancaman nyata, isu

terorisme menghadirkan ketidakpastian tentang kapan dan

dimana aksi terorisme akan terjadi sehingga menuntut

kesiapsiagaan yang prima. Ketiga, penanganan terorisme

memaksa adanya peningkatan kerja sama pertahanan menjadi

lebih intensif dan progresif. Keempat, penanganan terorisme

dengan menggunakan kekuatan militer menjadi salah satu

pilihan strategi pertahanan sehingga harus ada aturan yang jelas

agar tidak berbenturan dengan norma-norma demokrasi dan

hak asasi manusia.

b. Dalam melaksanakan tugasnya mengatasi aksi terorisme,

satuan anti teror TNI ( DAT TNI, DAT TNI AD, Grup-3

kopassus dan Sat 81/Gultor) masih terhambat dari aspek

legislasi yaitu masih adanya perbedaan persepsi dalam

mengatasi terorisme antara TNI dan Polri, TNI melalui

pendekatan ancaman negara (keamanan Negara) sedangkan

Polri melalui pendekatan hukum. Permasalahan muncul ketika

Page 97: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

97

TNI mengacu Undang-Undang RI No 34 Tahun 2004 tentang

TNI dalam pasal 7 ayat (2) huruf b angka 3 dalam mengatasi

terorisme adalah tugas utama, sedangkan Polri mengacu

Undang-Undang RI No 2 Tahun 2002 tentang Polri pasal 41

mengenai mekanisme perbantuan TNI kepada Polri, dimana

mereka mengartikan tugas TNI hanya membantu Polri dalam

mengatasi terorisme. Kedua UU tersebut memiliki amanat

aturan pelaksanaan yang berbeda. Undang-Undang TNI

mengamanatkan aturan pelaksanaannya dalam undang-

undang, sedangkan Undang-Undang Polri mengamanatkan

perbantuan TNI dalam penanganan terorisme diatur dalam

peraturan pemerintah, dengan demikian dapat di artikan bahwa

masih adanya perbedaan persepsi dalam mengatasi terorisme

antara kedua instansi tersebut.

Dalam penjelasan Undang-Undang Rl No 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Rl pasal 15 ayat (2) huruf h bahwa

kewenangan Polisi mengatasi kejahatan internasional dan salah

satu diantaranya terorisme. Polri dalam penanganan terorisme

di Indonesia menggunakan pendekatan hukum padahal kondisi

nyata di lapangan pendekatan hukum saja tidak cukup tetapi

diperlukan juga pendekatan keamanan. Dengan demikian

terorisme tidak bisa diatasi oleh satu institusi saja, diperlukan

kerja sama antar instansi terkait.

Sampai saat ini masih terdapat beda penafsiran antara

keamanan negara (nasional) yang menjadi tugas seluruh

komponen bangsa termasuk TNI dengan keamanan ketertiban

Page 98: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

98

masyarakat yang menjadi tugas Polri yang diartikan sebagai

keamanan secara keseluruhan, sehingga seluruh keamanan

menjadi tugas Polri, pertahanan menjadi tugas TNI.

Apabila dihadapkan perkembangan aksi-aksi terorisme

begitu cepat maka permasalahan tersebut diatas perlu

diselesaikan segera, karena disadari atau tidak terorisme akan

menyentuh berbagai sendi-sendi kehidupan berbangsa dan

bernegara, untuk itu dalam penanganannya harus dilaksanakan

secara terpadu dan terintegrasi antar instansi terkait dengan

mengesampingkan pemikiran sempit sektoral dan dalam

pelaksanaannya ada leading sektor yang berperan utama dan

yang berperan pembantu. Upaya yang perlu dilaksanaakan

agar peran TNI dapat dilaksanakan secara tepat guna dan

berdaya guna sebagai berikut:

1) Pemerintah harus membuat keputusan politik negara

dalam mengatasi terorisme dengan membuat undang-

undang yang mengatur siapa sebagai peran utama dan siapa

peran pembantu dalam mengatasi terorisme.

2) Membentuk Badan Pelaksana Operasi mengatasi

terorisme dari institusi lintas sektoral yang dapat melakukan

sinkronisasi satuan-satuan operasional dan satuan taktis

(pemukul).

3) Membuat UU Operasional yang mengatur:

a) Batasan/tataran kewenangan dan koordinasi antara

institusi TNI dan Polri serta institusi terkait lainnya

Page 99: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

99

dalam penanganan aksi-aksi terorisme, dimulai dari

tataran grand strategi, operasional dan taktis.

b) Pelibatan TNI pada tahap Preemtif, Preventif,

Represif, dan Rehabilitatif sesuai dengan kemampuan

TNI dalam rangka menghadapi terorisme di mulai

eskalasi negara keadaan aman sampai tingkat eskalasi

keadaan darurat (pada setiap tingkat eskalasi ancaman

baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri).

4) Menyempurnakan aturan yang mengatur kewenangan

Polri dan TNI dalam mengatasi terorisme.

5) Membuat UU sistem keamanan nasional.

6) TNI telah mengeluarkan Buku Petunjuk Pelaksanaan

Bantuan Perkuatan TNI kepada Polri dalam rangka

Kamtibmas melalui Skep Panglima TNI Nomor Skep/244/

VI/2006 tanggal 29 Juni 2006. Dalam hal ini, perlu disusun

pula kebijakan yang mengatur apabila dalam tugas

perbantuan kekuatan TNI yang dikerahkan bisa melebihi

kekuatan Polri yang dibantu dan eskalasi ancaman sudah

beralih dari keamanan dan ketertiban masyarakat menjadi

keamanan wilayah/negara.

c. Bidang kemampuan. Kemampuan aparat intelijen yang

ada masih terbatas khususnya dalam melaksanakan fungsi

penyelidikan dan penggalangan, sangat terkait dengan Matsus

dan Alkomsus yang kurang memadai bila dihadapkan kepada

ancaman terorisme, diperlukan peningkatan kemampuan dalam

Page 100: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

100

mengaplikasikan taktik dan teknik intelijen di lapangan sesuai

kebutuhan untuk melaksanakan deteksi dini, peringatan dini

untuk cegah dini.

d. Bidang kekuatan. Pada dasarnya kekuatan satuan anti

teror yang terdiri dari kekuatan terpusat dan kewilayahan

relatif mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya,

namun perlu adanya sinergitas dan sinkronisasi serta

keterpaduan dalam mengungkap aksi terorisme.

e. Kerja sama dengan instansi terkait. Sampai saat ini institusi

yang menangani terorisme berjalan sendiri sendiri berdasarkan

UU yang ada di institusinya. Seharusnya penanganan terorisme

dilaksanakan bersama sama karena sasarannya sama yaitu

terorisme dan tinggal mengatur mekanisme kerjanya saja

dimana kapan keterlibatan mereka sesuai eskalasi ancaman

yang berlaku. Untuk itu dalam penanganan terhadap

ancaman terorisme, perlu disusun suatu strata/tataran

kewenangan dan strata perencanaan yang jelas pada setiap level

mulai dari tingkatan pembuat grand strategy sampai dengan

pada level taktis secara terpadu dan terorganisir dengan baik

sehingga memberikan batasan yang jelas terhadap tugas dan

tanggung jawab pada setiap badan maupun institusi terlibat

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Agar kerja sama

antar instansi dapat terlaksana maka perlu diambil langkah

langkah sebagai berikut:

1) Membuat Aturan Pelibatan/Rule Of Enggagement (ROE)

yang merupakan pedoman bagi setiap level strata dalam

Page 101: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

101

menjalankan tugas dan fungsi masing-masing baik dalam

pengambilan kebijakan sampai dengan cara bertindak

dilapangan di level taktis. Perumusan ROE dimasing-

masing strata sebagai berikut:

(a) Di strata Grand Strategy dan Strategy, ROE

merupakan kebijakan.

(b) Di level operasional ROE merupakan ketentuan-

ketentuan aturan pelibatan.

(c) Di level taktis, ROE merupakan ketentuan-ketentuan

yang mengatur tindakan untuk melakukan tindakan (do

and don't).

2) Membuat Standard Operating Procedures (SOP), berisi

prosedur prosedur baku bagi yang harus ditaati satuan

dilapangan dalam melaksanakan tugasnya. SOP ini harus

dapat berlaku semua institusi yang terlibat dalam mengatasi

terorisme.

f. Kerjasama multilateral antar negara ASEAN. Kurangnya

kerja sama antar negara dalam mengatasi terorisme

dikarenakan negara ASEAN masih mementingkan keamanan

dalam negerinya masing-masing sehingga membangun

keamanan kawasan masih terabaikan, begitupun juga kerja

sama intelijen dalam tukar menukar informasi masih lemah

serta masih adanya perbedaan cara pandang tentang terorisme.

Dalam menghadapi ancaman terorisme harus lebih

terkoordinasi sehingga terdapat kesamaan pola sikap dan pola

Page 102: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

102

tindak dari para pemimpin ASEAN dalam upaya meningkatkan

kerjasama multilateral negara-negara ASEAN dalam

penanggulangan terorisme di kawasan Asia Tenggara. Dalam

kerjasama ini, negara-negara ASEAN harus bisa bersikap tegas

dengan tidak menghubung-hubungkan masalah terorisme

dengan agama. Karena pada dasarnya, seluruh agama yang ada

di ASEAN menentang keras terhadap tindakan terorisme ini.

Bagaimanapun juga, terorisme merupakan suatu tantangan

langsung bagi tercapainya kerjasama multilateral yang mantap

dan berkesinambungan. Semua upaya untuk memerangi

terorisme pada tingkat regional harus senantiasa

memperhatikan tindakan anti terorisme sesuai dengan keadaan

wilayah di setiap negara anggota. Kerja sama yang perlu

dilaksanakan oleh negara ASEAN adalah:

1) Negara-negara ASEAN harus mampu bersikap tegas

dengan tidak menghubung-hubungkan masalah terorisme

dengan agama. Karena pada dasarnya, seluruh agama yang

ada di ASEAN menentang keras terhadap tindakan

terorisme.

2) Meningkatan kualitas intelijen aparat satuan terorisme

dalam mendeteksi aksi terorisme dengan didukung oleh

teknologi canggih dengan harapan aksi terorisme cepat

terungkap.

3) Mengadakan Kerjasama antar Institusi Militer.

a) Pendidikan Militer. Mengoptimalisasi lembaga

pendidikan anti teror yang ada dengan memantapkan

Page 103: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

103

penyesuaian materi pelajaran dihadapkan dengan taktik

dan teknik teroris yang berkembang saat ini dan

melaksanakan kajian bersama.

b) Latihan Militer. Panglima angkatan bersenjata negara-

negara ASEAN dapat membuat suatu kebijakan

tentang langkah-langkah dalam memprioritaskan latihan

bersama menanggulangi masalah terorisme maupun hal-

hal yang berhubungan dengan keamanan kawasan.

4) Melaksanakan kegiatan intelijen bersama dalam

menangkal propaganda dan penggalangan pihak asing

dalam melakukan aksi terorisme di kawasan ASEAN.

5) Mengupayakan cara pandang yang sama dalam

kerjasama di bidang hukum sebagai suatu langkah dalam

menghadapi aksi terorisme berdasarkan hukum nasional

masing-masing negara dan hukum konvesi PBB.

19. Saran.

a. Pemerintah membuat keputusan politik negara dalam

mengatasi terorisme melalui undang-undang yang mengatur

siapa yang berperan sebagai peran utama (leading sektor) dan

siapa sebagai peran pembantu dalam mengatasi terorisme.

b. Perlu dibentuk Badan Pelaksana Operasi mengatasi

terorisme dari institusi lintas sektoral yang dapat melakukan

sinkronisasi satuan-satuan operasional dan satuan taktis

(pemukul).

Page 104: IMPLEMENTASI PERAN TNI DALAM MENGATASI … · Jenderal Strategi Pertahanan Dephan Mayjen (Purn) Sudrajat yang banyak terlibat dalam pembahasan UU TNI berpendapat,

Kajian Triwulan III Implementasi Peran TNI dalam Mengatasi Terorisme

104

c. Segera disyahkannya UU Keamanan Nasional sebagai

payung hukum.

d. Membuat Aturan Pelibatan/Rule Of Engagement (ROE)

yang merupakan pedoman bagi setiap level strata dalam

menjalankan tugas dan fungsi masing-masing baik dalam

pengambilan kebijakan sampai dengan cara bertindak

dilapangan di level taktis.

e. Untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan dan

ketrampilan perlu dibuat latihan terpadu dengan melibatkan

satuan TNI, satuan Polri dan satuan terkait lainnya dengan

metoda geladi posko dan gladi lapangan.

Bandung, September 2008

Komandan Seskoad

Hotma Marbun Mayor Jenderal TNI