implementasi pendekatan collaborative...

154
IMPLEMENTASI PENDEKATAN COLLABORATIVE LEARNING MELALUI PEMBUATAN VIDEO MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Muhammad Nurudin Akbar NIM. 1112011000082 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439

Upload: others

Post on 29-Feb-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI PENDEKATAN COLLABORATIVE

LEARNING MELALUI PEMBUATAN VIDEO MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Muhammad Nurudin Akbar

NIM. 1112011000082

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439

i

ABSTRAK

Muhammad Nurudin Akbar (NIM: 1112011000082). Implementasi

Pendekatan Collaborative Learning Melalui Pembuatan Video Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayadatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan

collaborative learning melalui pembuatan video pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam. Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode kualitatif, adapun data-data diperoleh melalui observasi dan

wawancara yang bercorak deskriptif analitis atau analitis kritis, yaitu mengkaji

gagasan primer mengenai ruang lingkup permasalahan yang dipercaya oleh

gagasan sekunder yang relevan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi pendekatan collaborative

learning melalui pembuatan video dapat digunakan dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara, observasi,

serta dokumentasi yang dilakukan peneliti kepada siswa, yaitu:

1. Pendekatan collaborative learning melalui pembuatan video memudahkan

siswa dalam memahami dan mempraktikan pelajaran.

2. Belajar dengan pendekatan collaborative membuat proses pembelajaran

menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

3. Membuat video menjadikan peserta didik meningkatkan keaktifan dan

semangat siswa dalam belajar.

Berdasarkan hal tersebut, maka implementasi pendekatan collaborative

learning melalui pembuatan video dapat digunakan dalam proses pembelajaran

pendidikan agama islam kelas X di SMA Darul Kholidin Bogor.

Kata Kunci: Collaborative Learning, Media Pendidikan, Metode Pembelajran,

dan Strategi Pembelajaran.

ii

ABSTRACT

Muhammad Nurudin Akbar (NIM: 1112011000082) Implementation of

Collaborative Learning Approach through Making Video of Islamic Subject.

Skripsi Department of Islamic Education, Faculty of Science Tarbiyah and

Teacher Training UIN Syarif Hidayadatullah Jakarta.

This study aims to find out how the results of applying collaborative

learning approach through the making of video subjects Islamic Religious

Education. The method of writing used in this study is qualitative method, more

precisely is the method of observational research and interviews that are

descriptive analytic or analytical criticism. The main idea is about the scope of the

problem trusted by the relevant secondary ideas.

The results show that the application of collaborative learning approach

through video making can be used in the subjects of Islamic Religious Education.

This can be seen from the results of interviews, observations, and documentation

conducted by researchers to students, namely:

1. A collaborative learning approach through video creation makes it easier for

students to understand and practice lessons.

2. Learning with a collaborative approach makes learning easier and more fun.

3. Creating videos enables learners to increase the activity and spirit of

students in learning.

Based on the results above that the application of collaborative learning

approach through video making can be used in the learning process of Islamic

education in class X SMA Darul Kholidin Bogor.

Keywords: Collaborative Learning, Educational Media, Learning Methods, and

Learning Strategies.

iii

KATA PENGANTAR

الرحمن الرحيم بسم الل

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

memberikan nikmat kepada hambanya hingga tidak terhitung jumlah dan

kadarnya, memberikan kami waktu sampai detik ini sehingga kami masih dapat

menjalankan kewajiban yaitu menuntu ilmu. Shalawat serta salam tak lupa kami

hanturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang

menuntun kita kepada jalan kebenaran yang diridhai Allah Swt.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis yang telah menyelesaikan

penulisan karya ilmiah ini, terselesaikannya karya ilmiah ini merupakan hasil

yang tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung berupa doa, semangat, sumbangan pemikiran,

maupun bahan-bahan yang dibutuhkan bagi penyempurnaan karya ilmiah. Oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa

pihak yang membantu dalam karya ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut

penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, MA dan Hj. Marhamah Saleh, L.c, MA, Ketua

dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, dosen pembimbing akademik yang

memberikan arahan serta motivasi untuk selalu semangat dan segera

menyelesaikan karya ilmiah ini.

5. Yudhi Munadi, M.Ag, dosen pembimbing yang telah sabar memberikan

saran dan arahan serta meluangkan waktu dalam proses bimbingan hingga

penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.

iv

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai materi

perkuliahan.

7. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (PT) dan

Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan skripsi

ini.

8. Kedua orang tua yaitu Bapak H. Naman dan Ibu Hj. Wanipah serta seluruh

anggota keluarga H. Piyok dan H. Firdaus yang selalu mendoakan,

mendidik, membimbing, mengasihi, serta mendukung dengan penuh

keihklasan, keridhaan, kesabaran serta pengorbanan yang tidak mampu

untuk membalasnya demi anaknya agar selamat dan bahagia dunia

maupun akhirat. Semoga Allah Swt selalu memberikan rahmat,

perlindungan, keridhoan, dan surga kepada mereka.

9. Abang tersayang dan yang aku banggakan Muhammad Anies Sulfuad,

Mpok tersayang dan yang aku banggakan Nurhayati, Sepupu tersayang

dan yang aku banggakan Elies Aprilianti Hasanah. Terima kasih atas

motivasi yang selalu kalian berikan semoga Allah selalu memberikan

semangat dan semoga Allah mensukseskan kalian semua di masa yang

akan datang.

10. Keluarga yayasan Pondok Pesantren Darul Kholidin yang telah menerima

penulis untuk meneliti.

11. Keluarga besar IKADA yang selalu mensupport penulis lahir dan bathin.

12. Keluarga PAI angkatan 2012 baik kelas A, B, maupun C yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala motivasi dan

arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga

Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita semua.

13. Keluarga PAI angkatan 2013 dan 2014 baik kelas A, B, maupun C yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala

motivasi, canda dan tawanya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

v

ilmiah ini. Semoga Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita

semua.

14. Kancawan serta Kancawati Habibi Nur, Solihati S.pd, Luthfi Mukhlis,

Wawan, Afham, Sultan, Husain, Robi, Muhammad Irfan S.pd, Karta,

Muhammad Hasan Habibi , Mala, Jannah S.pd, Zuya, Firda S.pd, Een

S.pd, Syifa S.pd, Ranti S.pd, Rini S.pd, Amel, Ayu S.pd, Febi, dan Susi.

15. Para pejuang dan pecinta Burdah Sayidina S.Pd, Asad S.Pd, Farouq S.pd,

Yazid S.Pd, Hermawan, Amir, Iyan, Fikri, Fattah, Igfirli, Ray, Afrijal,

Rizka Sofian, Agus, Dhiya Habibi S.pd dan Reza semoga kita selalu

istiqomah dalam menghadiri majlis burdah, semangat menyelesaikan

skripsinya, sukses untuk kita semua.

16. Teruntuk Haifa Suhailah, terima kasih atas segala motivasi, canda dan

tawanya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga

Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita semua.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini

dapat memberikan kontribusi wawasan bagi dunia ilmu pengetahuan dan

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Ciputat, 10 Mei 2018

Penulis,

Muhammad Nurudin Akbar

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

ABSTRACT……………………………………………………………………ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 7

D. Rumusan Masalah .................................................................................. 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendekatan Collaborative Learning ..................................... 9

1. Pengertian Collaborative Learning ................................................. 9

2. Implementasi Collaborative Learning ............................................. 11

3. Pendekatan Collaborative Learning................................................. 14

4. Kelebihan dan Kekurangan Collaborative Learning ....................... 23

B. Pengertian Strategi dan Media Pembelajaran ........................................ 24

1. Strategi Pembelajaran ....................................................................... 24

2. Media Video ..................................................................................... 30

C. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................................... 44

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................... 44

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .................... 45

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ..................................................... 46

D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 47

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 50

B. Latar Penelitian ...................................................................................... 50

C. Metode Penelitian ................................................................................... 51

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................... 52

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .................................... 60

F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA Darul Kholidin ................................................ 63

B. Pemaparan Data ..................................................................................... 64

1. Data Observasi dan Wawancara ....................................................... 64

2. Data Wawancara .............................................................................. 69

C. Situasi Proses Pembelajaran Implementasi Pendekatan Collaborative

Learning melalui Pembuatan Video....................................................... 71

D. Hasil Penelitian ....................................................................................... 75

E. Analisis Penelitian ................................................................................... 78

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 81

B. Implikasi ................................................................................................. 81

C. Saran ....................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83

LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi ............................................................................ 53

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara ......................................................................... 56

Tabel 4.1 Data Informan .................................................................................... 70

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Wawancara Siswa

Lampiran 2 Kisi-Kisi Observasi

Lampiran 3 Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 4 Hasil Observasi

Lampiran 5 Pengkodingan dan Kategorisasi Wawancara Siswa

Lampiran 6 Naskah Video Animasi

Lampiran 7 Foto Dokumentasi Wawancara

Lampiran 8 Foto Dokumentasi Suasana Kelas

Lampiran 9 Foto Dokumentasi Pembuatan Video

Lampiran 10 Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan suatu

bangsa. Undang-Undang Dasar Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I

Ayat I menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.1

Dengan demikian pendidikan itu suatu kegiatan yang sadar dilakukan

oleh peserta didik dan direncanakan agar proses pembelajaran berlangsung

aktif dilakukan oleh peserta didik untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya.

Pendidikan berlangsung dengan adanya tenaga pendidik, yaitu guru.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.2 Sebagai agen pembelajaran (learning

agent) guru memiliki peran sebagai fasilitator, motivator, pemicu, dan

pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.

Guru dituntut untuk memiliki empat kompetensi, yaitu: kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi

kepribadian. Kemampuan untuk menerapkan empat kompetensi tersebut

dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi pelaksanaan pembelajaran

yang mendidik, perancangan pembelajaran serta dalam menerapkan strategi

1Republik Indonesia. Undang – Undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya

2000 – 2004 (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004), hal. 4. 2Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Edisi Revisi,

2008), hal. 356.

2

pembelajaran yang tepat merupakan sebagian ciri dari kompetensi

pedagogik.3

Dengan memiliki penguasaan terhadap empat kompetensi tersebut guru

seharusnya mampu untuk menerapkan dalam kegiataan pengelolaan

pembelajaran dengan rancangan, metode, dan strategi yang tepat serta mampu

di ikuti oleh peserta didik. Guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat

besar, disamping sebagai fasilitator dalam pembelajaran peserta didik, juga

sebagai pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi

manusia yang mempunyai pengetahuan yang luas baik pengetahuan agama,

kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti luhur, kepribadian

baik, dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta

memiliki tanggung jawab dalam pembangunan bangsa.

Oleh karena itu, guru harus menguasai situasi dan kondisi ajaran yang

disampaikan kepada peserta didik, pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran, mengorganisasikan dan mengola isi pembelajaran, hasil yang

diharapkan dari kegiatan tersebut, dan seberapa jauh tingkat efektivitas dan

efisiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya

tarik peserta didik.

Kegiatan kependidikan dapat melahirkan interaksi unsur-unsur

manusiawi sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi

peserta didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru

mempersiapkan program pendidikan dengan baik dan sistematis.

Untuk mempersiapkan program pendidikan yang baik dan sistematis

diperlukan penguasaan pendekatan oleh guru, salah satu usaha yang tidak

pernah guru tinggalkan yaitu bagaimana memahami kedudukan metode

sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan

kegiatan belajar mengajar. Kerangka berfikir yang demikian bukanlah suatu

3Mukhtar. Organisasi Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada), hal. 117.

3

hal yang aneh, tetapi nyata; dan memang betul betul difikirkan oleh seorang

guru.4

Lembaga pendidikan (sekolah) yang berfungsi membantu pendidik untuk

mendidik dan mencerdaskan peserta didik. Maka dari itu sebagai seorang

pendidik yang profesional harus memiliki juga rasa tanggung jawab terhadap

peserta didik dalam pembelajaran ilmu pengetahuan, keterampilan, jiwa

beragama dan sebagainya. Khususnya pada pendidikan agama Islam.5

Pendidikan anak di sekolah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan

permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses

pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah saat ini masih terbatas

sebagai proses penyampaian pengetahuan tentang agama Islam, hanya sedikit

yang diarahkan pada proses internalisasi nilai- nilai islam pada diri peserta

didik. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru masih dominan ceramah dan hafalan. Artinya metode ceramah dan

hafalan yang diterapkan guru ketika mengajar pendidikan agama Islam

membuat peserta didik kurang termotivasi untuk belajar materi pendidikan

agama Islam, sehingga prestasi dalam pelajaran ini pun menurun. Padahal

pendidikan agama Islam penting bagi peserta didik.

Namun pendidikan agama yang dianggap merupakan suatu alternatif

dalam membentuk kepribadian kemanusiaan dianggap gagal. Karena

pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung

nampaknya kurang memperhatikan terhadap persoalan bagaimana mengubah

pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang

perlu di masukkan kedalam diri peserta didik.6

Bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Akibatnya, peranan serta efektivitas pendidikan

agama disekolah sebagai pemberi nilai terhadap kesejahteraan masyarakat

4Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT Rineka

Cipta cet ke 3, 2006) hal. 72. 5 M. Djumransyah, Pendidikan Islam, (Malang, Bayu Media Publishing, 2004) hal. 94.

6Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di

Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdikarya, 2001) hal. 168.

4

dipertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik,

maka kehidupan masyarakat pun akan lebih baik.

Kenyataannya, seolah-olah pendidikan dianggap kurang memberikan

kontribusi ke arah itu, dengan kata lain pendidikan agama justru dianggap

gagal dalam melahirkan tujuan kependidikan. Setelah ditelusuri, penddidikan

agama ternyata mengalami beberapa kendala, antara lain: waktu yang

disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat

dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga

terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap

mata pelajaran yang lainnya.

Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya

kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada pendidikan agama

disekolah, sebab pendidikan agama disekolah bukanlah satu-satunya faktor

yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.

Apalagi dalam pelaksanaan pendidikan agama tersebut masih terdapat

kelemahan-kelemahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan terus-

menerus. Kelemahan lain, materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan

ajar akhlak, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim

dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Kendala

lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi

motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai pendidikan

agama dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam

pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya sarana

pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran orang tua peserta didik.7

Mengembangkan nilai-nilai agama pada peserta didik sangat tergantung

pada peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Salah satu faktor yang

sangat mendukung keberhasilan guru dalam proses pembelajaran pendidikan

agama Islam adalah kemampuan guru yang menguasai penerapan metode

pembelajaran.

7 Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep

dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006) hal 84.

5

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl (16:125) :

بيل رىبكى كم اب ادع الى سى وعظىة الىسىنىة وىجىادل ة لح نت رىبتكى ىوى اىعلى م إ م لالت ى ى ى اىسسى وىالمى

بيلو وىىوىاىعلى م لا لمهتىدي ى.بى ضىلت عى سى

“(Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan

(yang ditunjukkan) Tuhan Pemelihara kamu dengan hikmah (dengan

kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka) dan

pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara) yang terbaik.

Sesungguhnya Tuhan pemelihara kamu, Dialah yang lebih mengetahui

(tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).”

Dari ayat di atas bisa disimpulkan bahwa proses pendidikan dapat

disampaikan dengan baik, bijak, dan sesuai dengan pola berfikir peserta

didik. Proses pendidikan tersebut membutuhkan suatu metode dan strategi

yang sesuai dengan kebutuhan dan pola berfikir peserta didik.

Metode pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi belajar

yang tinggi, dimana sangat berpengaruh pada pembentukan jiwa anak.

Motivasi belajar yang membangkitkan dan memberi arah pada dorongan yang

menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.

Salah satu metode yang dapat memperbaiki hasil belajar peserta didik

dan menerapkan keaktifan adalah metode collaborative learning

(pembelajaran kolaboratif). Metode ini dapat menyediakan peluang untuk

menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran yang dilakukan oleh

guru. Pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif peserta didik dan

meminimalisasi perbedaan pendapat antar individu dengan yang lainnya.

Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan

informal dari dua kekuatan yang bertemu. Pertama, realisasi praktek, bahwa

hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di

dunia nyata. Kedua, menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya

mewujudkan pembelajaran bermakna.

Metode collaboratif learning menunjukkan bahwa guru lebih berperan

sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

6

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan untuk peserta didik. Guru tidak

hanya memberikan pengetahuan pada peserta didik, tetapi juga harus

membangun pengetahuan dalam pikirannya. Peserta didik mempunyai

kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan

ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk

menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Pembelajaran kolaboratif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan

penghargaan. Peserta didik yang bekerja dalam situasi pembelajaran

kolaboratif didorong serta dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas

bersama, dan mereka harus mengkordinasikan usahanya untuk menyelesaikan

tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kolaboratif, dua atau lebih peserta

didik saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan

bersama.8

Hakikatnya dalam proses pendidikan yang berjalan adalah proses

komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran atau media

tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan

penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang

akan di komunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada di dalam

kurikulum, sumber pesannya bisa guru, peserta didik, orang lain ataupun

penulis buku dan produser media; salurannya media pendidikan dan penerima

pesannya adalah peserta didik atau juga guru.

Media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang penting dalam

proses pendidikan yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada

peserta didik. Baik berupa alat, orang, maupun bahan ajar. Selain itu, media

pembelajaran dapat merangsang peserta didik agar lebih efektif. Oleh karena

itu, maka penggunaan media pembelajaran dapat merangsang peserta didik

untuk belajar.9 Media dapat mewakili makna dari sebuah proses pembelajaran

dari ucapan guru melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan

8https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/collaborative-learning/. 04 september

2017 pukul 22.00 9Basyarudin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press. 2012) hal. 14.

7

bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, peserta

didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.10

Media audio visual (video) berfungsi untuk melakukan kegiatan belajar

pembelajaran bagi peserta didik karena selain bisa menghibur juga sebagai

pengantar materi yang baik, mengingat tidak semua peserta didik bisa

menerima pelajaran dengan metode yang seperti biasanya.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian

pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin mengangkat suatu topik yang sesuai

dengan kondisi yang dihadapi saat ini, oleh karena itu peneliti dapat

merumuskan judul “Implementasi Pendekatan Collaborative Learning

melalui Pembuatan Video Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

peneliti mengidentifikasi berbagai permasalahan yang timbul yaitu :

1. Kurangnya ketertarikan peserta didik pada mata pelajaran PAI di

sekolah.

2. Kurang maksimalnya penggunaan metode collaborative learning

(pembelajaran kolaboratif) untuk mata pelajaran PAI di sekolah oleh

guru.

3. Penerapan strategi pembelajaran dengan membuat video yang masih

sedikit.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami hasil penelitian

ini, maka peneliti perlu menjelaskan batasan penelitian diantaranya :

1. Menjelaskan implementasi pendekatan collaborative learning sebagai

metode dan pembuatan video sebagai strategi dalam mata pelajaran

PAI.

10

Syaiful Bahri dan Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.Rineka Cipta.2010)

cet ke 4, hal 120.

8

2. Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendukung pendekatan

collaborative learning (pembelajaran kolaboratif) dalam pembuatan

video mata pelajaran PAI.

3. Penelitian ini dibatasi pada peserta didik kelas X SMA Darul Kholidin

pada mata pelajaran PAI.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan

masalah dengan membuat mayor question sebagai berikut “Bagaimana

Implementasi Pendekatan Collaborative learning melalui Pembuatan Video

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X SMA Darul Kholidin

Bogor.” Dan minor question-nya sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pendekatan collaborative learning pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam ?

2. Bagaimana hasil pembelajaran Agama Islam dengan cara membuat

video ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana

implementasi pendekatan collaborative learning melalui membuat video

mata pelajaran pendidikan Agama Islam.

F. Manfaat Penelitian

1. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan, masukan

atau bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan dalam penggunaan

metode dan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam.

2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan pendidikan

agama Islam dalam pengembangannya bagi tenaga pengajar.

3. Untuk menambah wawasan praktis sebagai pengalaman peneliti sesuai

dengan disiplin ilmu yang telah peneliti tekuni selama ini.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendekatan Collaborative Learning

1. Pengertian Collaborative Learning

Kolaboratif dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kerja

sama.11 Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) adalah

perpaduan dua atau lebih peserta didik yang bekerja bersama-sama dan

berbagi beban kerja secara setara, perlahan, untuk mewujudkan hasil-

hasil pembelajaran yang diinginkan.12

Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada asumsi epistemologis

yang berbeda dan berasal dari kontruktivisme sosial. Matthews

memotret esensi filosofis yang mendasari pembelajaran kolaboratif

dengan menyatakan. “Pembelajaran kolaboratif bisa berlangsung

apabila peserta didik dan guru bekerja sama menciptakan pengetahuan,

pembelajaran kolaboratif adalah sebuah pedagogi yang pusatnya

terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna

bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas

wawasan mereka”.13

Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) adalah proses

pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan peserta

didiknya. Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior yang harus

mentransformasikan pengalaman belajarnya pada pembelajar junior.

Guru harus membantu berbagai kesulitan yang dihadapi oleh para

peserta didik. Demikian pula, antara peserta didik dengan peserta didik

lainnya. Dalam konteks ini, peer teaching atau tutorial sebaya menjadi

bagian penting, yang keuntungannya tidak semata untuk yang diajari

tetapi juga untuk yang mengajari, karena peserta didik yang mengajari

11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramedia,

2014), h. 714.

12

Elizabert E. Barkley, K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major, Collaborative Learning

Techniques Teknik-Teknik Pembelajaran Kolaboratif, (Bandung: Nusa Media, 2014), cet. 3, hal 6.

13

Ibid., hal 8

10

temannya akan semakin matang penguasaannya, sementara peserta

didik yang diajari akan memperoleh bantuan teman sebayanya dalam

proses pemahaman bahan ajar yang mereka pelajari. Hakikatnya,

collaborative learning yakni belajar yang saling membantu antara guru

dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya.14

Gokhale berpendapat bahwa “collaborative learning fosters

development of critical thinking trough discussion, clarification of

ideas, and evaluation of other’s ideas”. Pembelajaran kolaboratif

mendorong perkembangan pemikiran kritis melalui diskusi, klarifikasi

gagasan, dan evaluasi gagasan orang lain. Berbeda dengan Gokhale,

Wiersema menyatakan bahwa “collaborative learning is philosophy:

working together, building together, learning together, changing

together, improving together”. Pembelajaran kolaboratif adalah filosofi

dari: bekerja bersama, membangun bersama, belajar bersama, berubah

bersama, dan maju bersama. Sedangkan Lang dan Evans menyatakan

bahwa “collaborative learning is an approach to teaching and learning

in which student interact to share ideas, explore a question, and

complete a project”. Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah

pendekatan pada belajar dan pembelajaran yang mana peserta didik

berinteraksi untuk berbagi ide, menganalisa sebuah pertanyaan, dan

menyelesaikan proyek.15

Dengan demikian pada dasarnya pembelajaran kolaboratif

merujuk pada suatu model pembelajaran dengan peserta didik dari

tingkat performa yang berbeda bekerja bersama dalam suatu kelompok.

Setiap peserta didik bertanggung jawab terhadap pembelajaran peserta

didik yang lain, sehingga kesuksesan seorang peserta didik dapat

membantu peserta didik lain untuk menjadi sukses.

14 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat

dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004) hal 161.

15

Djamilah Bondan Widjajanti, Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah,

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, (Yogyakarta : FMIPA

UNY, 2008) hal 538, Tersedia online: http://eprints.uny.ac.id/10501/1/p13-Djamilah.pdf, diakses

pada 20 oktober 2017, pukul 11.30 WIB.

11

Model pembelajaran kolaboratif sangat berbeda dengan model

pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kolaboratif

dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik,

model pembelajaran ini juga efektif untuk mengembangkan kompetensi

sosial peserta didik.16

Model pembelajaran kolaboratif menekankan terjadinya

kolaborasi yang kuat antara peserta didik-peserta didik, peserta didik-

guru, peserta didik-materi pendidikan. Kolaborasi yang demikian bisa

dihadirkan melalui kegiatan kependidikan dalam kelompok yang

dirancang terutama untuk menjebatani keheterogenan peserta didik

dalam berbagai aspek.17

Dengan demikian, pembelajaran kolaboratif bukan hanya

pengembangan kompetensi kognitif saja tetapi juga pengembangan

kompetensi sosial dan keterampilan peserta didik, dan juga membantu

meminimalisir kesenjangan pemahaman antar peserta didik.

2. Implementasi Collaborative Learning

Penjelasan tentang pembelajaran kolaboratif diatas dapat di

implementasikan bukan hanya untuk peserta didik, tetapi pembelajaran

kolaboratif tanggung jawab guru juga meliputi beberapa tugas,18

yaitu :

a. Mengorientasikan peserta didik

Dalam pembelajaran kolaboratif, peserta didik seperti halnya

guru, mereka memiliki tanggung jawab yang baru dan berbeda dari

yang lazimnya mereka jalani dalam pendidikan tradisional.

Guru harus mengajarkan keterampilan-keterampilan kepada para

peserta didik dengan cara yang sama seperti guru mengajarkan

keterampilan-keterampilan yang lain dan menawarkan taksonomi

keterampilan-keterampilan kolaboratif yang meliputi keterampilan

16 Ibid.

17

Ibid.

18

Elizabert E. Barkley. op. cit., hal 41-140

12

intrepersonal, keterampilan manajemen kelompok, keterampilan

penyelidikan, keterampilan resolusi konflik, serta keterampilan sintesis

dan presentasi. Dalam kondisi-kondisi tertentu, guru dapat

mencontohkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan, namun

metode utama pengajaran keterampilan pembelajaran kolaboratif

terletak pada penyusunan tugas pembelajaran sehingga praktek

keterampilan-keterampilan tersebut sangat penting bagi penyelesaian

tugas.

b. Membentuk kelompok

Kelompok pembelajaran kolaboratif memiliki keragaman jenis

sesuai dengan tujuan, kegiatan, dan rentang waktu peserta didik akan

bekerja bersama. Kelompok dapat bersifat formal, informal, atau dasar.

Kelompok formal dibentuk untuk bekerja sama guna mencapai

tujuan yang lebih kompleks seperti menulis sebuah laporan atau

membuat sebuah presentasi. Kelompok-kelompok ini bekerja bersama

sampai tugas tersebut selesai, yang lazimnya memakan waktu sampai

beberapa kali pertemuan dalam kelas atau bahkan hingga beberapa

minggu.

Kelompok informal terbentuk secara cepat, acak, dan untuk

bekerja sama dalam waktu yang singkat. Kelompok ini diciptakan

untuk merespons sebuah pertanyaan, sumbang saran gagasan, atau

untuk berpartisipasi di dalam usaha-usaha lain yang dijadikan sebagai

permulaan dari sebuah kegiatan kelas yang lebih lama.

Kelompok dasar tetap bergabung bersama selama satu semester

atau bahkan selama satu tahun akademis. Kelompok dasar ditujukan

untuk membentuk sebuah komunitas peserta didik yang mengerjakan

berbagai macam tugas. Karena bersifat jangka panjang, kelompok jenis

ini bertujuan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran dan untuk

menawarkan dukungan dan dorongan kepada para peserta didik.

c. Menyusun tugas pembelajaran

13

Ada beberapa pertimbangan umum yang perlu diingat ketika

menyusun tugas dalam pembelajaran kolaboratif, yaitu: pertama,

pastikan tugas tersebut relevan dan integral untuk mencapai tujuan-

tujuan pembelajaran sehingga tidak terasa seperti “pekerjaan yang

membuang-buang waktu”. Kedua, berhati-hati dalam menyesuaikan

tugas dengan keterampilan dan kemampuan peserta didik. Ketiga,

merancang tugas untuk mendorong interdependensi agar setiap anggota

bertanggung jawab dan saling tergantung pada anggota yang lain dalam

mencapai keberhasilan. Keempat, memastikan tanggung jawab

individual, setiap orang perlu mengetahui bahwa mereka harus

mengerjakan tugasnya. Kelima, merencanakan setiap fase dari kegiatan

kolaboratif, dimulai dari bagaimana membentuk kelompok sampai

bagaimana kerja kelompok akan dievaluasi.

d. Memfasilitasi kolaborasi peserta didik

Memfasilitasi pembelajaran kolaboratif ditujukan untuk

membantu kelompok agar bisa bekerja secara efektif. Ada beberapa

cara memfasilitasi pembelajaran kolaboratif, diantaranya: Pertama,

memperkenalkan kegiatan. Kedua, mengobservasi dan berinteraksi

dengan kelompok. Ketiga, menangani masalah.

e. Memberi nilai dan mengevaluasi pembelajaran kolaboratif

Memberi nilai dalam pembelajaran kolaboratif sama halnya

dengan memberi nilai pada pembelajaran tradisional karena dapat

menjadi sesuatu yang menantang. Dalam kelas kolaboratif, di mana

peserta didik turut bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran

dan didorong untuk bekerja secara kolaboratif, bukan secara kompetitif,

dengan teman-teman mereka, akan menjadi pertentangan antara tujuan-

tujuan pembelajaran kolaboratif dengan keharusan seorang pendidik

untuk memberi nilai akhir individual. Sangat penting untuk

meminimalkan pertentangan ini. Jika diterapkan secara bijaksana, maka

pendidik akan dapat menciptakan sistem pemberian nilai yang adil

14

dalam pembelajaran kolaboratif, memberi kontribusi terhadap proses

pembelajaran, dan tetap valid secara edukatif.

3. Pendekatan Collaborative Learning

a. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum. Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka pendekatan

merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang

suatu masalah. Pendekatan akan menentukan arah pelaksanaan ide

tersebut untuk menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap

masalah yang akan dipelajari.19

Pendekatan dalam pembelajaran secara umum dibagi menjadi

dua, yaitu pendekatan berorientasi pada guru (teacher centered

approaches) dan pendekatan berorientasi pada peserta didik (student

centered approaches).

Dengan demikian, dalam memandang sebuah masalah

diperlukannya suatu cara pandang untuk menyelesaikannya, hal ini bisa

dilakukan dengan dua pendekatan yang bisa berpusat pada guru

maupun peserta didik.

b. Pendekatan Collaborative Learning

Pada pendekatan ini, peserta didik didorong untuk mampu

memiliki dan melakukan hal-hal berikut.

a. Menerima orang lain.

b. Membantu orang lain.

c. Menghadapi tantangan.

d. Bekerja dalam tim.

19 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta, 2013) hal

122.

15

Pendekatan collaborative learning yang kita ketahui diantaranya

adalah:

a. TAPPS (Think-Aloud Pair Problem Solving)

Dalam TAPPS, pasangan peserta didik menerima sejumlah

masalah dan juga beberapa peran khusus yaitu sebagai pemecah

masalah dan pendengar secara bergantian sesuai dengan setiap

masalah. Penyelesai masalah berbicara berdasarkan langkah-

langkah penyelesaian masalah. Dan pendengar mendengarkan

dengan seksama apa yang disampaikan oleh penyelesai masalah,

mengikuti langkah-langkahnya, berusaha memahami penalaran di

balik langkah-langkah tersebut, dan memberi saran-saran jika ada

langkah yang keliru.

Tahapan mempersiapkan TAPPS dengan cara meluangkan

cukup waktu untuk mengembangkan serangkaian masalah yang

sesuai dengan bidang terkait yang dapat diselesaikan peserta didik

dalam kerangka waktu terbatas. Masalah-masalah tersebut harus

melibatkan peserta didik dalam keterampilan menyelesaikan

masalah dasar seperti mengidentifikasi sifat dasar masalah,

menganalisis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan

untuk mencapai sebuah solusi, mengidentifikasi solusi potensial,

memilih solusi terbaik, dan mengevaluasi hasil-hasil potensial.

Prosedur yang bisa dilakukan pada tahap TAPPS ini ada 3

tahapan.

1) Meminta peserta didik membentuk pasangan dan pendidik

menjelaskan peran-peran penyelesaian masalah dan

pendengar. Peran penyelesaian masalah adalah

membacakan masalah secara lisan dan mengutarakan proses

penalaran yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.

Peran pendengar adalah mendorong penyelesai masalah

untuk berfikir secara lisan, dan menggambarkan langkah-

langkah penyelesaian masalah tersebut. Pendengar juga

16

dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi dan

menawarkan saran-saran, tetapi tetap harus menahan diri

untuk menyelesaikan masalah.

2) Meminta kepada peserta didik menyelesaikan sejumlah

masalah, saling berganti peran untuk setiap masalah yang

baru.

3) Kegiatan akan dihentikan apabila peserta didik telah

berhasil menyelesaikan seluruh masalah.20

b. SAP ( Send-A-Problem )

Setiap kelompok harus menerima sebuah masalah, mencoba

menyelesaikannya, kemudian mengirimkan masalah tersebut dan

solusinya kepada kelompok yang ada disebelahnya. Setelah cukup

banyak kelompok berpartisipasi dan sekiranya cukup bermanfaat,

kelompok-kelompok ini kemudian menganalisis, mengevaluasi,

dan menyintesiskan respon-respon terhadap masalah yang mereka

terima dan melaporkan solusi terbaiknya di depan kelas.

Persiapan yang dapat dilakukan pada SAP dengan cara

menentukan jumlah masalah yang pendidik butuhkan supaya

semua kelompok dapat bekerja secara simultan. Memutuskan

bagaimana cara menyampaikan masalah tersebut.

Mempertimbangkan setiap masalah ke dalam sebuah amplop agar

setiap kelompok dapat memasukkan solusi mereka.

Dalam menjalankan prosedur SAP ini ada beberapa cara :

1) Bentuk kelompok beranggotakan dua hingga empat peserta

didik, dan sediakan waktu untuk menjelaskan kegiatan ini,

memberi petunjuk, dan menjawab pertanyaan.

2) Bagikan masalah yang berbeda untuk masing-masing

kelompok, meminta kepada masing-masing kelompok

mendiskusikan masalah tersebut, meminta mereka mencari

20 Elizabert E. Barkley.op.cit., hal 259-261.

17

solusi-solusinya, dan catat respon mereka dalam sebuah

map.

3) Beri penanda waktu, dan perintahkan kelompok tadi untuk

meneruskan masalah pada kelompok berikutnya dengan

masing-masing kelompok diberi map baru.

4) Saat menerima masalah baru, peserta didik disarankan

untuk menyumbangkan saran dan mencatatkan hasilnya

sampai waktunya selesai kemudian meneruskan masalah

tersebut kepadda kelompok yang lainnya.

5) Ulangi proses ini sampai cukup memadai dan sesuai dengan

masalah tersebut.

6) Para peserta didik dalam kelompok terakhir diminta untuk

mengulas respon-respon yang diberikan kepada masalah

tersebut, menganalisis, mengevaluasi, dan menyintesiskan

informasi, serta menambahkan informasi yang diinginkan.

7) Kegiatan tersebut ditutup dengan laporan kelompok

mengenai respon-respon yang terdapat dalam map yang

telah dievaluasi, saat kelompok membuat laporan,

tambahkan poin-poin yang terlewatkan oleh kelompok dan

kuatkan proses dan solusi yang benar.21

c. CS (Case Study)

Dalam metode ini, kelompok peserta didik mengulas sebuah

studi tertulis dari kehidupan nyata yang di dalamnya terdapat

situasi masalah yang terkait dengan sebuah bidang. Para anggota

kelompok mengaplikasikan konsep-konssep pembelajaran untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi pendekatan-pendekatan

alternatif penyelesaian masalah tersebut. Tantangan terbesar bagi

para pendidik adalah bagaimana menyampaikan prinsip-prinsip

dan teori-teori yang abstrak dengan cara yang relevan di mata

peserta didik. Secara inheren studi kasus memang menarik bagi

21 Ibid., hal 267-269

18

peserta didik karena di sini mereka bisa merasakan perasaan

seperti di kehidupan nyata. Sehingga metode ini membantu

menjembatani jurang pemisah antara teori dan praktek serta

antara dunia akademis dan dunia kerja.

Tahapan mempersiapkan CS yaitu dengan cara menulis

sebuah kasus yang bagus jelas merupakan sebuah tugas yang

kompleks. Pendidik harus menggunakan riset pada peristiwa-

peristiwa mutakhir sebagai stimulus ide. Kasus yang dituliskan

bisa berupa kejadian nyata atau hipotesis ataupun kisah historis

(klasik), namun yang paling bagus adalah kasus yang terbuat dari

situasi yang berhubungan dengan isu-isu saat ini. Baik dibuat

sendiri maupun dengan yang sudah ada, biasanya kasus ditulis

dan dibagikan dalam bentuk selebaran, sering kali disertai dengan

sejumlah pertanyaan untuk mengarahkan peserta didik dalam

membuat analisis.

Prosedur yang bisa digunakan pada tahap ini adalah :

1) Bentuk beberapa kelompok peserta didik dan bagikan kasus

yang identik atau berbeda kepada masing-masing

kelompok.

2) Memberi waktu kepada peserta didik untuk mengajukan

pertanyaan mengenai proses yang akan mereka gunakan

untuk mengklarifikasi masalah yang diketengahkan dalam

kasus.

3) Peserta didik bekerja secara kelompok dengan waktu yang

disesuaikan dengan kompleksitas tugasnya untuk

mempelajari kasus tersebut lebih dalam dari sudut

protagonis serta agar mereka terbiasa dengan isu-isu dan

pilihan keputusan.

4) Peserta didik memilih data faktual, mengaplikasikan

perangkat analitis, mengartikulasikan masalah,

merenungkan pengalaman mereka yang relevan, menarik

19

kesimpulan, dan merekomendasikan yang dapat

menyelesaikan dilema tersebut atau menyelesaikan masalah

yang terdapat dalam kasus.

5) Mempersiapkan pernyataan lisan atau tertulis yang

menggambarkan penilaian mereka terhadap kasus, opsi-opsi

keputusan yang mereka lihat, serta rekomendasi mereka

untuk sebuah keputusan.

6) Mendiskusikan kasus-kasus tersebut bersama seluruh kelas

sementara pendidik memberi kesempatan tanya jawab

berhubungan dengan pengalaman mereka.22

d. SPS (Structured Problem Solving)

Structured problem solving memberi peserta didik sebuah

proses untuk menyelesaikan permasalahan kompleks yang

berbasis konten dalam kurun waktu tertentu. Semua anggota

harus sepakat terhadap sebuah solusi dan harus mampu

menjelaskan jawaban maupun strategi yang digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut. Peserta didik yang

keterampilan penyelesaian masalahnya rendah akan mengalami

kesulitan pada satu atau beberapa tahap dari metode ini. Metode

ini dapat membantu peserta didik karena membagi proses

menjadi beberapa langkah spesifik. Oleh karena itu, peserta didik

dapat belajar mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan

masalah dengan cara yang terorganisir.

Untuk mempersiapkan metode ini, pendidik membuat

masalah yang cukup kompleks sehingga mengharuskan peserta

didik menggunakan keterampilan penyelesaian masalah yang

canggih. Gunakan riset dan persoalan-persoalan terkini dalam

bidang terkait sebagai sumber. Tentukan prosedur penyelesaian

dan pengidentifikasian masalah yang sesuai untuk jenis masalah

yang dipilih.

22 Ibid., hal 275-277

20

Prosedur yang digunakan dalam Structured problem solving

adalah:

1) Atur peserta didik menjadi beberapa kelompok dan berikan

mereka sebuah masalah yang kompleks untuk diselesaikan.

2) Peserta didik menyelesaikan masalah dengan menggunakan

langkah-langkah khusus yang telah pendidik buat sebagai

teknik penyelesaian masalah.

3) Setiap kelompok melaporkan solusi dan menjelaskan

kepada seluruh kelas langkah langkah yang mereka ambil

dan solusi yang mereka kembangkan.23

e. AT (Analytic Teams)

Dalam analytic teams, anggota tim mengasumsikan peran-

peran dan tugas-tugas tertentu untuk dijalankan ketika mereka

ditugaskan membaca bacaan yang ditugaskan kepada mereka,

mendengarkan materi, atau menyaksikan video secara kritis.

Peran-peran seperti perangkum, penghubung, pendukung, dan

pengkritik yang lebih fokus pada proses analitik ketimbang pada

proses kelompok. Metode ini sangat berguna dalam membantu

peserta didik memahami beragam kegiatan menciptakan sebuah

analisis kritis. Metode ini akan sangat efektif ketika pendidik

memberi peran-peran yang terdapat dalam norma-norma disiplin

bersangkutan. Dengan membagi proses ini menjadi bagian-bagian

dan membagi bagian-bagian ini pada masing-masing individu,

peserta didik dapat fokus mempelajari dan melaksanakan satu

aspek dalam satu kesempatan sehingga mereka dapat

mempersiapkan diri untuk mengerjakan tugas-tugas penyelesaian

masalah yang lebih kompleks dimana mereka harus

mengasumsikan beragam peran.

Persiapan untuk metode ini dengan memilih sebuah tugas

yang membutuhkan proses analisis kompleks dan bagi proses

23 Ibid., hal 284-285

21

tersebut menjadi beberapa bagian komponen atau peran. Meski

terdapat beragam peran yang harus dipilih, tetapi tetap tergantung

dengan proses analitik dan tujuan pembelajaran, berikut ini

beberapa teknik yang dapat diaplikasikan dalam beberapa macam

tugas.

Pendukung : mencatat poin-poin yang disetujui dan

berikan pertanyaan mengapa.

Pengkritik : mencatat poin-poin yang tidak disetujui

atau tidak berguna dan tanyakan mengapa.

Pemberi contoh : memberi contoh untuk konsep-konsep

kunci yang disampaikan.

Perangkum : merangkum poin-poin yang paling penting.

Penanya : mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan

Substansif yang berkenaan dengan materi.

Prosedur yang digunakan adalah :

1) Membentuk kelompok peserta didik yang beranggotakan

empat atau lima orang, masing-masing individu dalam

kelompok diberi peran, dan tugas untuk diselesaikan.

2) Guru menyampaikan materi pembelajaran, tayangan video,

atau tugas untuk membaca bacaan.

3) Guru memberikan waktu kelas kepada kelompok agar para

anggotanya dapat saling membagi hasil penemuan mereka

dan bekerja sama untuk mempersiapkan penyampaian

analisis mereka dalam bentuk presentasi tertulis ataupun

lisan.

4) Guru mencoba sebuah strategi penutup yang menekankan

peran-peran dan komponen tugas. Berdiri dan berbagi

mungkin bisa menjadi pilihan yang sesuai untuk kegiatan

22

yang cukup singkat, sedangkan sesi panel atau poster akan

lebih cocok untuk tugas-tugas yang lebih kompleks.24

f. GI (Group Investigation)

Dalam group investigation, kelompok peserta didik

merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan proyek riset-riset

mendalam. Proyek-proyek ini memberi kesempatan peserta didik

mempelajari sebuah topik secara intensif dan dapat pengetahuan

khusus mengenai suatu bidang tertentu. Metode ini juga bisa

membantu peserta didik mengetahui bahwa riset tidak selalu

harus dilakukan dengan langkah-langkah yang sama tetapi

bergantung konteksnya. Peserta didik jadi mengetahui bahwa riset

yang baik harus logis dan terorganisir antara satu riset dengan

riset lainnya bahkan satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Untuk metode ini persiapan yang dilakukan adalah seperti

tugas makalah. Menetapkan parameter apa saja yang ingin

pendidik bangun berkenaan dengan pemilihan topik. Pendidik

juga menentukan jenis sumber-sumber apa saja yang dapat

diterima. Selain itu, pendidik menentukan juga apakah ingin

memberi proses kelompok, peran tugas, atau membiarkan peserta

didik menentukan dan membagi peran mereka sendiri.

Prosedur yang akan dilalui dalam metode ini adalah :

1) Peserta didik diminta untuk melakukan sumbang saran

untuk topik-topik potensial yang kira-kira sesuai dengan

parameter pendidik.

2) Pendidik memilih topik yang akan diinvestigasi dari daftar

yang telah dibuat peserta didik. Pendidik bisa menentukan

pilihan ini sendiri atau mengajak peserta didik berpartisipasi

untuk memilihnya.

3) Pendidik membentuk kelompok sesuai dengan ketertarikan

peserta didik pada topik.

24 Ibid., hal 291-293

23

4) Memberi waktu kepada kelompok untuk mengatur usaha

mereka.

5) Setiap kelompok mulai melakukan investigasi,

mengumpulkan informasi, mengulas, menganalisis, dan

menginterpresentasikan informasi tersebut.

6) Setelah berakhir maka pendidik meminta pada setiap

kelompok untuk menyiapkan laporan akhir.25

4. Kelebihan dan Kekurangan Collaborative Learning

Kelebihan collaborative learning adalah sebagai berikut:

a. Collaborative learning mengajarkan nilai-nilai kerja sama.

b. Collaborative learning mengajarkan keterampilan hidup dasar,

yaitu mendengarkan pendapat orang lain, berkomunikasi secara

efektif, mengatasi konflik, dan bekerja sama dalam mencapai

tujuan bersama.

c. Mendorong siswa saling belajar dalam kerja kelompok

Sedangkan kekurangan collaborative learning sebagai berikut:

a. Tidak memiliki kepercayaan diri atau minat dalam bekerja sama

sehingga peserta didik enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan collaborative learning ini membutuhkan cukup

waktu untuk persiapan.

c. Tanpa adanya tujuan pembelajaran yang jelas, maka peserta didik

akan sulit mendapatkan informasi selama proses pembelajaran.

25 Ibid., hal 299-301

24

B. Pengertian Strategi dan Media Pembelajaran

1. Strategi Pembelajaran

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Pembelajaran menurut Muhaimin adalah “upaya

membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan

pembelajaran akan melibatkan peserta didik mempelajari sesuatu

dengan cara efektif dan efisien”.26

Sedangkan strategi menurut Slameto adalah “suatu rencana

tentang pendayagunaan dan penggunaan potensi serta sarana yang

ada untuk meningkatkan efektifitas dan efensiensi pengajaran”.27

Strategi pembelajaran adalah pendekatan umum mengajar

yang berlaku dalam berbagai bidang materi yang digunakan untuk

memenuhi berbagai tujuan pembelajaran.28

Dick dan Carey

berpendapat bahwa “Strategi pembelajaran adalah komponen

umum dari suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan

digunakan secara bersama-sama”.29

Sedangkan menurut Seels dan Richey strategi pembelajaran

adalah “sebagai spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan

kejadian dan aktivitas dalam pembelajaran”.30

Menurut Briggs

strategi pembelajaran adalah “penentuan urutan yang

memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dan memutuskan

bagaimana untuk menerapkan kegiatan-kegiatan instruksional

bagi masing-masing individu (peserta didik)”.31

26 Yatim Riyanto., Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group,

2014), hal 131.

27

Ibid.

28

Paul Eggen dan Don Kauchak., Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan

Keterampilan Berfikir, (Jakarta, PT Indeks Permata Puri Media, 2012), hal 6.

29

Etin Solihatin., Strategi Pembelajaran PPKN, (Jakarta, PT Bumi Aksara, cet ke 2, 2012),

hal 3.

30

Ibid., hal 4.

31

Ibid.

25

Dengan demikian strategi pembelajaran adalah pendekatan

menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa

pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan

umum pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam membantu usaha belajar peserta didik, mengorganisasikan

pengalaman belajar, mengatur dan merencanakan bahan ajar

untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan adalah

suatu maksud yang dikomunikasikan melalui suatu pernyataan

yang melukiskan perubahan yang diharapkan dalam diri murid-

murid, bila ia telah menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu.

Dengan kata lain, strategi pembelajaran hendaknya berisi

kegiatan-kegiatan belajar agar mencapai tujuan pembelajaran

tersebut. Dan tujuan pembelajaran hendaknya berisi jenis-jenis

kemampuan / tingkahlaku yang akan di miliki peserta didik

setelah kegiatan belajar di berikan guru.

b. Tahapan Pembelajaran

Secara umum, dalam strategi pembelajaran ada tiga tahapan

pokok yang harus diperhatikan dan diterapkan, yaitu:

1) Tahap pemula adalah tahapan persiapan guru sebelum

kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam tahapan ini kegiatan

yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain:

a) Memeriksa kehadiran peserta didik.

b) Pretest (menanyakan materi sebelumnya).

c) Apersepsi (mengulas kembali secara singkat materi

sebelumnya).

2) Tahap pengajaran adalah langkah-langkah yang dilakukan

saat pembelajaran berlangsung. Tahap ini merupakan

tahapan inti dalam proses pembelajaran, guru menyajikan

materi pelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan yang

dilakukan oleh guru, antara lain:

26

a) Menjelaskan tujuan pengajaran peserta didik.

b) Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas.

c) Membahas pokok-pokok materi yang telah ditulis.

d) Menggunakan alat peraga.

e) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok

materi.

3) Tahap penilaian dan tindak lanjut adalah penilaian atas hasil

belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dan

tindak lanjutnya. Setelah melalui tahap ini, langkah

selanjutnya yang ditempuh guru adalah mengadakan

penilaian keberhasilan peserta didik dengan melakukan

posttest. Kegiatan-kegiatan guru dalam tahap ini, yaitu:

a) Mengajukan pertanyaan pada peserta didik tentang

materi yang telah dibahas.

b) Mengulas kembali materi yang belum dikuasai peserta

didik.

c) Memberi tugas atau pekerjaan rumah kepada peserta

didik.

d) Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas

pada pertemuan berikutnya.

Hasil penilaian dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk

melakukan tindak lanjut baik berupa perbaikan maupun

pengayaan.32

Dengan demikian tahapan-tahapan tersebut memiliki

hubungan erat dengan penggunaan strategi pembelajaran dan

setiap penggunaannya harus merupakan rangkaian yang utuh

dengan tahapan-tahapan pengajaran.

32 Yatim Riyanto, op. cit., hal 134.

27

c. Pemilihan Strategi Pembelajaran

Secara teknis, strategi pembelajaran adalah metode dan

prosedur yang ditempuh oleh siswa dan guru dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan berdasarkan materi

pengajaran tertentu dan dengan bantuan unsur penunjang tertentu

pula.33

Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan

dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau

kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung.

Terdapat beberapa metode dan teknik pembelajaran yang dapat

digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat

mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan kreativitas

guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.34

Sehubungan dengan penetapan strategi pembelajaran, ada

empat masalah pokok yang sangat penting dan dapat dijadikan

pedoman untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar berhasil

sesuai dengan yang diharapkan, yaitu:

1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan

kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta

didik sebagaimana yang diharapkan.

2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan

aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik

pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif

sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para pendidik

dalam menunaikan kegiatan mendidiknya.

33 Ibid.

34

Hamzah B. Uno, M.Pd, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

Kreatif dan efektif, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2014) hal 7-8.

28

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan

atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat

dijadikan pedoman oleh pendidik dalam melakukan

evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya

akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem

yang bersangkutan secara keseluruhan.

Semua faktor tersebut mendasari pemilihan dan penggunaan

strategi pembelajaran yang dinilai lebih sesuai bagi

pembelajaran.35

Hamzah B Uno berpendapat “strategi pembelajaran terdiri

atas lima komponen yang saling berinteraksi dengan karakter

fungsi dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu: kegiatan

pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi

peserta didik, test, dan kegiatan lanjutan”.36

Pemilihan strategi

pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut:

orientasi strategi pada tugas pembelajaran, relevan dengan isi

materi, metode yang digunakan fokus pada tujuan pembelajaran,

media yang digunakan dapat merangsang indera peserta didik.37

Dengan demikian, strategi pembelajaran banyak macamnya.

Guru memilih satu atau beberapa strategi sekaligus dan

diterapkan secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai, materi yang disampaikan, peserta didik, lingkungan, serta

kemampuan pengajar itu sendiri untuk melaksanakannya.

35 Ibid., hal 136.

36

Ibid., hal 9.

37

Ibid., hal 9.

29

d. Jenis Strategi Pembelajaran

Jenis strategi pembelajaran dapat dikelompokkan

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, menurut Aqib

yaitu:

1) Atas dasar pertimbangan proses pengelolaan pesan.

a) Strategi deduktif yaitu materi atau bahan pelajaran

yang diolah mulai dari yang bersifat umum ke yang

bersifat khusus atau bagian-bagian.

b) Strategi induktif yaitu materi atau bahan pelajaran

yang diolah mulai dari yang bersifat khusus ke yang

bersifat umum atau generalisasi.

2) Atas dasar pertimbangan pihak pengelola pesan.

a) Strategi ekspositorik yaitu guru yang mencari dan

mengolah bahan pelajaran yang kemudian

menyampaikannya pada peserta didik.

b) Strategi heuristis yaitu bahan atau materi pelajaran

yang diolah peserta didik. Peserta didik yang aktif

mencari dan mengolah bahan atau materi pelajaran,

sedangkan guru sebagai fasilitator untuk memberikan

dorongan, arahan, dan bimbingan.

3) Atas dasar pertimbangan pengaturan guru.

a) Strategi seorang guru yaitu seorang guru mengajar ke

beberapa peserta didik.

b) Strategi pengajaran beregu (team teaching) yaitu

dengan pengajaran beregu dua orang atau lebih, guru

mengajar siswa.

4) Atas dasar pertimbangan jumlah siswa.

a) Strategi kalsikal.

b) Strategi kelompok kecil.

c) Strategi individu.

30

5) Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa.

a) Strategi tatap muka

b) Strategi pengajaran melalui media yaitu guru tidak

langsung kontak dengan peserta didik, tetapi melalui

media dan peserta didik yang berinteraksi dengan

media.38

2. Media Video

a. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari

pengirim ke penerima pesan.39

Menurut Gagne media adalah “berbagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Sementara itu menurut Briggs media adalah segala alat fisik yang

dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”.40

Asosiasi Pendidikan Nasional memiliki pengertian yang

berbeda, menurut mereka media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

minat peserta didik sehingga proses belajar terjadi.41

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, tampak bahwa: studi

tentang media dalam konteks pembelajaran ini, bukanlah studi

yang menyangkut teknis dan mekanis. Karena pembelajaran

bagian dari pendidikan dan ia adalah ilmu pengetahuan sosial,

maka dengan sendirinya studi tentang media hanyalah terbatas

38 Yatim Riyanto, op. cit., hal 136-138.

39

Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan pengertian, Pengembangan, dan

pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hal 6.

40

Ibid.

41

Ibid., hal 7.

31

dari segi sosial, psikologis, dan pedagogiknya saja, yaitu

kaitannya dengan unsur-unsur lainnya dalam keseluruhan unsur

pembelajaran.42

Dengan demikian media adalah segala sesuatu yang dapat

menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara

terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif

dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara

efisien dan efektif.

Perangkat lunak (softwere) berisi pesan atau informasi

pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan

peralatan. Sedangkan peralatan itu adalah perangkat keras

(hardwere) yang merupakan sarana untuk dapat menampilkan

pesan yang terkandung pada media tersebut.

b. Fungsi Media

Dalam buku media pembelajaran yang ditulis oleh Yudhi

Munadhi, analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih

difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan

pada medianya dan didasarkan pada penggunanya. Pertama,

analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga fungsi

media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran berfungsi

sebagai sumber pembelajaran, (2) fungsi semantik, dan (3) fungsi

manipulatif. Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada

penggunanya (peserta didik) terdapat dua fungsi, yakni (4) fungsi

psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural.43

Dengan demikian

terdapat lima fungsi media pembelajaran yang akan menjadi

fokus pada pembahasan ini.

42 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarta: Gaung Persada

Press, 2012), hal 8.

43

Ibid., hal 36-48.

32

1) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar

Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber

belajar. Maksudnya adalah dengan adanya media

pembelajaran sebagai sumber belajar maka terdapat

keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung,

dan lain-lain. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber

belajar adalah fungsi utamanya di samping ada fungsi-

fungsi lain.

2) Fungsi semantik

Yakni kemampuan media dalam menambah

perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau

maksudnya benar-benar dipahami peserta didik.

Di muka telah disinggungkan bahwa bahasa meliputi

lambang (symbol) dan isi (content) –yakni pikiran dan atau

perasaan- yang keduanya telah menjadi totalitas pesan

(message), yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari

bahasa itu adalah “kata”. Kata atau kata-kata sudah jelas

merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang

digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu

lainnya.

Hubungan antara kata, makna dan perujukan menjadi

amat jelas, yakni “makna” tidak melekat pada “kata”, kata

hanya bermakna bila telah dirujukkan kepada sejumlah

referen. Manusialah yang memberi makna pada kata atau

dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, gurulah yang

memberi makna pada setiap kata yang disampaikan.

3) Fungsi manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri

(karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan

karakteristik ini, media memiliki dua kemampuan, yakni

33

mengatasi batas-batas ruang dan waktu, dan mengatasi

keterbatasan inderawi.

Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi

batas-batas ruang dan waktu yaitu : kemampuan media

menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan

dalam bentuk aslinya, kemampuan media menjadikan objek

atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi

singkat, dan kemampuan media menghadirkan kembali

objek atau peristiwa yang telah terjadi.

Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi

keterbatasan inderawi manusia, yaitu : membantu peserta

didik dalam memahami objek yang sulit diamati karena

terlalu kecil, membantu peserta didik dalam memahami

objek yang bergerak terlalu lambat atau cepat, membantu

peserta didik dalam memahami objek yang membutuhkan

kejelasan suara, dan membantu peserta didik dalam

memahami objek yang terlalu kompleks.

4) Fungsi psikologis

Dalam fungsi psikologis terdapat beberapa bagian,

yaitu :

a) Fungsi atensi yaitu media pembelajaran dapat

meningkatkan perhatian (attention) peserta didik

terhadap materi ajar. Dengan demikian, media

pembelajaran yang tepat guna adalah media

pembelajaran yang mampu menarik dan

memfokuskan perhatian peserta didik.

b) Fungsi afektif yaitu menggugah perasaan, emosi, dan

tingkat penerimaan atau penolakan peserta didik

terhadap sesuatu. Dengan demikian, media

pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan

sambutan atau penerimaan peserta didik terhadap

34

stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut

berupa kemauan. Dengan adanya media

pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk

menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya

akan tertuju kepada pelajaran yang akan diikutinya.

c) Fungsi kognitif yaitu setiap peserta didik yang belajar

melalui media pembelajaran akan memperoleh dan

menggunakan bentuk-bentuk representasi yang

mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu

berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Dengan

demikian, semakin banyak peserta didik dihadapkan

pada objek-objek akan semakin banyak pula pikiran

dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan

luas alam pikiran kognitifnya.

d) Fungsi imajinatif yaitu media pembelajaran dapat

meningkatkan dan mengembangkan imajinasi peserta

didik. Dengan demikian imajinasi ini mencangkup

penumbuhan kreasi objek-objek baru sebagai rencana

bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil

bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali

oleh pikiran-pikiran autistik.

e) Fungsi motivasi yaitu media pembelajaran yang

merupakan seni untuk mendorong peserta didik agar

terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan

pembelajaran tercapai. Dengan demikian, motivasi

merupakan seni usaha dari luar (guru) untuk

mendorong, mengaktifkan, dan menggerakkan peserta

didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran.

5) Fungsi sosio-kultural

35

Dilihat dari fungsi ini media pembelajaran dapat

mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi

pembelajaran. bukan hal yang mudah untuk memahami para

peserta didik dengan jumlah banyak. Mereka masing-

masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila

dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan,

pengalaman, dan lain-lain. Sedangkan dipihak lain,

kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan

secara sama untuk setiap siswa. Tentunya pendidik akan

mengalami kesulitan menghadapi hal itu, terlebih ia harus

mengatasinya sendirian. Apalagi latar belakang pendidik

baik adat, budaya, lingkungan, dan pengalamannya berbeda

dengan para peserta didik. Dengan demikian, masalah ini

dapat diatasi media pembelajaran, karena media

pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan

rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan

menimbulkan persepsi yang sama.

c. Jenis-Jenis Media

Dalam buku Media Pembelajaran karangan Yudhi Munadhi

bahwa jenis-jenis media akan didasarkan pada indera yang terlibat

dengan memberikan pengembangan. Klasifikasi media

berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman bahwa

pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan. Dengan

demikian, dari penjelasan diatas mengelompokkan jenis-jenis

media menjadi empat kelompok besar, yakni media audio, media

visual, media audio visual, dan multimedia.44

1) Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera

pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan

suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya

44 Ibid., hal 53-57.

36

media audio ini menerima pesan verbal dan non verbal.

Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata,

sedangkan non verbalnya adalah bunyi-bunyian dan

vokalisasi. Jenis-jenis media yang termasuk media ini

adalah program radio, dan program media rekam (softwere),

yang disalurkan melalui hardwere seperti radio dan alat-alat

perekam lainnya.

2) Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera

penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media

cetak – verbal media cetak – grafis, dan media cetak non –

cetak. Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa

dibuat dalam bentuk media cetak seperti buku, majalah,

koran, dan atlas.

3) Media audio visual adalah media yang melibatkan indera

pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.

Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat

berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya

media visual juga pesan verbal dan non verbal yang

terdengar layaknya media audio diatas. Pesan visual yang

terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program

audio visual seperti film dokumenter, film drama, dan lain-

lain.

4) Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera

dalam sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media

ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman

secara langsung bisa melalui komputer dan internet, bisa

juga melalui pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat.

Termasuk dalam pengalaman berbuat adalah lingkungan

nyata dan karyawisata, sedangkan termasuk pengalaman

terlibat adalah permainan dan simulasi.

37

d. Pemilihan Media

Menurut Arief S. Sadiman dalam bukunya yaitu media

pendidikan dijelaskan bahwa ada empat macam dalam pemilihan

media45

, yaitu :

1) Media Jadi dan Media Rancangan

Media menurut batasannya adalah perangkat lunak

yang berisi pesan (atau informasi) pendidikan yang

lazimnya disajikan dengan menggunakan peralatan.

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media

dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena

sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat

dipasaran luas dalam keadaan siap pakai, dan media

rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara

khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu.

Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu,

tenaga, dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya,

mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk

memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu,

tenaga maupun biaya karena mendapatkan keandalan dan

kesahihannya diperlukan serangkaian kegiatan validasi

prototipenya.

a) Dasar Pertimbangan Pemilihan Media

Beberapa penyebab orang memilih media antara

lain adalah:

- Bermaksud mendemonstrasikannya seperti

halnya pada kuliah tentang media.

- Merasa sudah akrab dengan media tersebut.

- Ingin memberikan gambaran atau penjelasan

yang lebih konkret.

45 Arief S. Sadiman, dkk, op. cit., hal 83-98.

38

- Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari

yang bisa dilakukannya.

b) Kriteria Pemilihan

Kriteria pemilihan media harus dikembangkan

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi, dan

keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan

dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang

bersangkutan. Hakikat dari pemilihan media pada

akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak

memakai, atau mengadaptasi media yang

bersangkutan.

c) Model atau Prosedur Pemilihan Media

Model atau prosedur pemilihan media muncul

dikarenakan banyak berbagai jenis, cara, maupun

prosedurnya. Namun demikian, bila dilihat dari

bentuknya, cara-cara tersebut dapat dikelompokkan

menjadi tiga model, yaitu : model flowchart yang

menggunakan sistem pengguguran (atau eliminasi)

dalam pengambilan keputusan pemilihan, model

matriks yang menangguhkan proses pengambilan

keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria

pemilihannya diidentifikasi, dan model checklist yang

juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai

semua kriterianya dipertimbangkan.

Sedangkan menurut Yudhi Munadhi dalam

buku media pembelajaran pemilihan media terbagi

menjadi 246

, yaitu :

1) Dasar pemilihan media

Dasar pemilihan media tentu lebih dahulu

harus diingat bahwa media adalah bagian dari

46 Yudhi Munadi, op. cit., hal 185-194.

39

sistem instruksional. Artinya, keberadaan media

tersebut tidak terlepas dari konteksnya sebagai

komponen dari sistem instruksional secara

keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen

dari sistem instruksional inilah kriteria

pemilihan media dibuat. Kriteria-kriteria yang

menjadi fokus disini antara lain :

a) Karakteristik peserta didik yaitu

keseluruhan pola kelakuan dan

kemampuan yang ada pada peserta didik

sebagai hasil dari pembawaan dan

pengalamannya sehingga menentukan

pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.

b) Tujuan belajar yaitu suatu tujuan yang

diusahakan dalam mencapai tiga hal,

yakni untuk mendapatkan pengetahuan,

penanaman konsep dan keterampilan,

serta pembentukan sikap. Ketiganya

dimaksudkan untuk mencapai hasil yang

diharapkan.

c) Sifat bahan ajar adalah isi pelajaran atau

bahan ajar yang memiliki keragaman dari

sisi tugas yang ingin dilakukan siswa.

Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut

adanya aktivitas dari para peserta didik.

Setiap kategori pembelajaran itu menuntut

aktivitas atau perilaku yang berbeda-beda,

dan dengan demikian akan mempengaruhi

pemilihan media beserta tekhnik

pemanfaatannya.

40

d) Pengadaan media yaitu jika dilihat dari

pengadaannya media terbagi menjadi dua,

yaitu media jadi, dan media rancangan.

Disini juga dibahas aspek teknis lainnya

yaitu kemampuan biaya, ketersediaan

waktu, tenaga, fasilitas, dan peralatan

pendukung lainnya.

e) Sifat pemanfaatan media ada dua jenis

sifat pemanfaatan media yaitu:

- Media primer, yakni media yang

diperlukan atau harus digunakan

guru untuk membantu siswa dalam

proses pembelajarannya.

- Media sekunder, yakni bertujuan

untuk memberikan pengayaan

materi.

2) Prosedur pemilihan media

Prosedur pemilihan media dibuat dalam

bentuk flowchart dan prosedur pemilihannya

dimulai dari sifat-sifat belajar seperti belajar

kognitif, psikomotorik, dan afektif.

e. Media Video

1) Pengertian video

Video merupakan gambaran suatu objek yang

bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara

yang sesuai. Video memiliki kemampuan dalam melukiskan

gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri.

Pada umumnya video digunakan untuk tujuan-tujuan

hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat

menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan

41

konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan,

menyingkat, memperpanjang waktu, dan mempengaruhi

sikap.47

Dengan demikian video sangat membantu proses

pembelajaran. Karena video merupakan media yang

melibatkan dua indera, yakni pendengaran dan penglihatan,

karena apa yang dipandang oleh mata dan terdengar oleh

telinga lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada apa

yang hanya dapat dibaca saja atau hanya didengar saja.

2) Manfaat video

Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran

hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

a) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan

pembelajaran, seperti :

- Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat

digunakan untuk hal-hal yang menyangkut

kemampuan mengenal kembali dan kemampuan

memberikan rangsangan berupa gerak yang

serasi.

- Pemakaian video untuk tujuan psikomotorik

dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh

keterampilan gerak, seperti gerakan shalat, adab

makan bersama, dan lain-lain.

- Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek,

video dapat menjadi media yang sangat ampuh

untuk mempengaruhi sikap dan emosi.

b) Guru harus mengenal program video yang tersedia

dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui

manfaatnya bagi pelajaran.

47 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 14, hal

49.

42

c) Sesudah program video dipertunjukkan, perlu

diadakan diskusi, yang juga perlu dipersiapkan

sebelumnya.

d) Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua

kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek

tertentu.

e) Agar peserta didik tidak memandang program video

sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu

ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian

tertentu.

f) Adanya test untuk mengetahui seberapa banyakkah

yang dapat mereka tangkap dari program video

tersebut.48

f. Proses pembuatan video

Walaupun sudah dimudahkan oleh peralatan yang serba

otomatis dalam pembuatan video, seperti adanya alat perekam,

namun kebutuhan terhadap video untuk pembelajaran tidaklah

sama dengan kebutuhan untuk dokumentasi pribadi. Artinya

pembuatan video untuk pembelajaran membutuhkan perencanaan

yang matang. M Fauzisyah menjelaskan tentang cara-cara mudah

membuat video dengan menggunakan handycam.49

1) Menetapkan adegan atau tema yang sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan.

2) Mengembangkan tema tersebut dan berusaha untuk

membagi-bagi kejadian atau moment menjadi serangkaian

bidikan atau serangkaian kejadian yang berurutan (scene).

48 Yudhi Munadi, op. cit., hal 127-128.

49

Ibid., hal 129-131.

43

3) Diharuskan membidik urutan kejadian tersebut dengan

berbagai jenis atau ukuran bidikan (teknik pengambilan

gambar).

4) Bila akan mengubah atau memotong dua bidikan yang

berurutan, hendaknya berilah sisipan bidikan, dengan

ukuran bidikan yang berbeda.

5) Mengantisipasi adegan yang selanjutnya diharapkan

penonton. Agar alunan yang wajar dari rangkaian bidikan

kita bisa terangkai.

6) Sudut bidikan yang berlawanan arah menciptakan

kesinambungan bidikan yang sangat berharga sehingga

terciptanya alunan yang dimaksudkan.

7) Tidak disarankan untuk membidik satu objek dengan durasi

yang panjang. Sebaiknya membidik hal-hal yang penting

saja.

8) Untuk memberi kesan yang meyakinkan bidikan-bidikan

tersebut perlu dipertahankan paling tidak selama tiga detik

supaya penonton dapat menangkap, menghayati, atau

menyerap momen yang kita maksud dari suatu adegan.

g. Keuntungan dan kelemahan video

Dalam buku media pembelajaran menurut Yudhi Munadhi

keuntungan media video yaitu :

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

2) Video dapat diulang bila perlu untuk menambah kejelasan.

3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.

4) Mengembangkan pikiran dan pendapat peserta didik.

5) Mengembangkan imajinasi peserta didik.

6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan

gambaran yang lebih realistik.

7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

44

8) Sangat baik menjelaskan suatu proses, keterampilan,

rangsangan yang sesuai dengan tujuan, dan respon yang

diharapkan.

9) Semua peserta didik dapat belajar dari video.

10) Menumbuhkan bakat dan motivasi belajar.

11) Dengan video penampilan peserta didik dapat dievaluasi.

Kelemahan-kelemahan video adalah :

1) Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses

pengembangan materi.

2) Sedikitnya peredaran video yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

3) Biaya dan waktu produksi yang cukup banyak.50

C. Pengertian Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani, ajaran Agama Islam, dibarengi dengan tuntutan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukunan antar umat beragama sehingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.51

Dalam buku Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi

menjelaskan bahwa:

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran

Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.52

50 Ibid., hal 127.

51

Abdul Majid, dan Dian Andayani, op.cit hal 130.

52

Ibid.

45

Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah salah

satu upaya sadar, terencana dalam membina dan mengasuh peserta

didik agar senantiasa mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani ajaran Agama Islam secara menyeluruh.

Dengan demikian pendidikan Agama Islam secara umum adalah

mengubah keadaan seseorang (peserta didik) dari tidak tahu menjadi

tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak bersikap

seperti yang diharapkan menjadi bersikap seperti yang diharapkan.

Kegiatan pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha pembentukan

manusia secara keseluruhan dalam aspek kemanusiaannya secara utuh,

lengkap, dan terpadu. Secara umum dan ringkas dikatakan

pembentukan kepribadian.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanannya, ketakwaannya,

berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.53

Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.54

Dengan demikian bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam

adalah menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, pemahaman,

53 Ibid., hal 135.

54

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam

di Sekolah), (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004) hal 78.

46

penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang

agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang,

beriman, dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

masyarakat, maupun bernegara.

Ruang lingkup pendidikan agama Islam menurut Muhaimin pada

dasarnya mencangkup tujuh unsur pokok, yaitu Al-Qur’an Hadist,

keimanan, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah

Islam) yang menekankan perkembangan politik, ajaran agama, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan.55

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Dalam buku Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004) karya Abdul Majid dan

Dian Andayani, menjelaskan fungsi pendidikan Agama Islam sebagai

berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan

peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban

menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap

orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk

menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui

bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan

ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama

Islam.

55 Ibid., hal 79.

47

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan, serta kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran

dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menyangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia

Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, yaitu tentang Ilmu Pengetahuan keagamaan secara

umum, sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki

bakat khusus dibidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan bagi orang lain.56

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada penelitian – penelitian

terdahulu yang relevan, dan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan

adalah sebagai berikut:

1. Thesis yang menerangkan tentang Implementasi Model Pembelajaran

Kolaboratif Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Oleh

Nunuk Suryani (2017). Menyimpulkan bahwa : Pembelajaran

kolaboratif perlu di aplikasikan di sekolah. Cara – cara pembelajaran

kolaborasi ini lebih menggerakkan atau mendorong para siswa untuk

aktif dan interaktif serta bekerjasama dalam menyelesaikan tugas –

tugas akademik di kelas. Dengan demikian, pembelajaran kolaborasi

secara fundamental berbeda dengan pendekatan konvensional-

tradisional yang selama ini dilakukan. Yang lebih “direct-transfer” atau

“one-way transmission” model. Dalam hal ini siswa menjadi satu –

56 Abdul Majid, dan Dian Andayani, op. cit., hal 134.

48

satunya sumber pengetahuan atau keterampilan. Pembelajaran

kolaborasi lebih memandang proses pembelajaran sebagai “learner-

centered” dan bukan “teacher-centered”. Pengetahuan dipandang

sebagai suatu konstruk sosial. Evaluasi dan kooperasi. Oleh sebab itu,

peran pembelajaran berubah dari penyampaian informasi (transfering

knowledge). “the stage on the stage” menjadi seorang fasilitator dalam

diri pembelajar untuk mengkontruksi pengetahuannya, “the guide on

the side”. Ada beberapa manfaat pembelajaran kolaborasi yang

diterapkan di sekolah dalam rangka menyiapkan masa depan siswa.

Manfaat yang dapat di ambil melalui pembelajaran kolaborasi, yaitu

dalam hal: 1) pengakuan perbedaan, 2) pengakuan secara individual, 3)

rasa tanggung jawab, 4) mengembangkan kerja sama untuk mencapai

tujuan bersama, 5) saling membantu dan memahami persoalan –

persoalan yang dihadapi dan menemukan solusi, 6) memberikan respon

positif terhadap pihak lain, 7) berkembangnya kesamaan pandangan

dalam kerja kolaborasi, dan 8) adanya rasa saling ketergantungan satu

sama lain.

2. Skripsi yang menerangkan tentang Penerapan Pembelajaran Kolaboratif

untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata

Pelajaran PAI di SMPN 166 Jakarta Oleh Robiatul Adawiyah (2017).

Menyimpulkan bahwa : kemampuan berfikir kritis siswa melalui

pembelajaran kolaboratif mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut

dapat dilihat dari hasil observasi pada setiap siklus. Pada siklus I

pertemuan ke-1 hasil observasi peningkatan berfikir kritis siswa

mencapai siswa kategori tidak krisis mencapai 48,7%, kategori kurang

kritis mencapai 37,1%, kategori cukup krisis mencapai 14,3%, dan

kategori krisis 0. Siklus I pertemuan ke-2 siswa mengalami

peningkatan, yaitu siswa kategori tidak krisis mencapai 5,9%, kategori

kurang kritis mencapai 52,9%, kategori cukup kritis mencapai 23,5%,

dan kategori kritis mencapai 17,6%. Sementara siklus II siswa

mengalami peningkatan siklus II pertemuan ke-1, yaitu siswa kategori

49

tidak kritis mencapai 0. Siswa kategori kurang kritis mencapai 6,25%,

kategori cukup kritis mencapai 25%, dan kategori kritis mencapai

68,7%. Siklus II pertemuan ke-2, yaitu siswa kategori tidak kritis

mencapai 0. Siswa kategori kurang kritis mencapai 9,38%, kategori

cukup kritis 6,25%, kategori kritis mencapai 84,5%. Antusias siswa

dalam penerapan pembelajaran kolaboratif sehingga setiap siklus

mengalami peningkatan terhadap kemampuan berfikir kritis siswa. Hal

ini ditunjukkan dari rasa percaya diri saat menjelaskan dan memberikan

pendapat, partisipasi siswa dalam berkolaborasi, dan timbulnya sikap

terbuka terhadap pendapat yang lebih baik.

3. Skripsi yang menerangkan tentang Implementasi Strategi Active

Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA

Madania Bogor Oleh Albert Ferdinand (2014). Menyimpulkan bahwa :

strategi active learning yang diterapkan di SMA Madania Bogor di

wujudkan dalam beberapa komponen yang saling mempengaruhi yaitu

tujuan pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan

isi/materi pelajaran serta guru dan siswa. Komponen – komponen

tersebut di rancang agar dalam pelaksanaannya siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Strategi ini diterapkan untuk memberikan kemudahan

kepada siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, dan

menerapkan materi yang disampaikan guru dalam kehidupan siswa,

sehingga tujuan pembelajaran PAI bisa terwujud. Hal ini dibuktikan

ketika strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA

Madania Bogor terwujud dalam tiga metode aktive learning yaitu: a)

diskusi kelompok dengan metode jigsaw model tim ahli dan cooperatif

script, b) presentasi dan c) simulasi. Dengan pelaksanaan metode ini

siswa tidak hanya aktif secara emosional tetapi perasaan, intelektual,

penginderaannya serta fisiknya.

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darul Kholidin Kemang Bogor

yang beralamat di Jalan Perumahan Kahuripan Kampung Sasak Desa Tegal

Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan

September 2017 sampai dengan bulan Februari 2018.

B. Latar Penelitian

SMA Darul Kholidin yang terletak di Kampung Sasak Desa Tegal

Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor sudah dirintis pendiriannya sejak

tahun 2000 di dalam Pondok Pesantren Darul Kholidin yang luas areal tanah

seluruhnya mencapai 100.000m2 serta memiliki posisi yang sangat strategis

juga lingkungan yang asri diantara pemukiman penduduk asli dan

pemukiman perumahan modern Telaga Kahuripan dan Candra Loka.

Sehingga SMA Darul Kholidin sangat berpeluang menciptakan lingkungan

kondusif yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan

karakter bagi peserta didik dalam upaya mengoptimalkan kompetensi sikap

spiritual dan sosial serta kompetensi pengetahuan dan keterampilannya untuk

dikembangkan ke arah yang terbaik demi tercapainya kebahagiaan dunia dan

akhirat.

Oleh karena itu SMA Darul Kholidin sebagai Sekolah Menengah Atas

berupaya mempersiapkan peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlaq

mulia, mampu bersaing secara sehat, mandiri, memiliki ilmu pengetahuan dan

teknologi serta unggul dalam prestasi.

Pada Tahun pelajaran 2017/2018, SMA Darul Kholidin

mengimplementasikan Kurikulum 2013 untuk kelas X sedangkan untuk kelas

XI dan XII masih menggunakan kurikulum 2006. Pada saat ini peserta didik

berjumlah 237 siswa dengan 8 rombongan belajar yang terdiri dari kelas X

51

berjumlah 4 rombel (Xa=29 Siswa, Xb= 22 Siswa, Xc=23 Siswi, dan Xd=22

siswi), kelas XI sebanyak 2 rombel (XIa=37 Siswa, Xib= 34 Siswi) dan kelas

XII berjumlah 2 rombel (XIIa=39 Siswa, XIIb=31 Siswi).

Kondisi pendidik dan tenaga kependidikan berjumlah 25 orang. Tenaga

Pendidik (Guru) terdiri dari 20 orang , yang terdiri dari 16 Orang Guru Tetap

Yayasan (GTY) dan 3 orang Guru Tidak Tetap (GTT), 1 orang berkualifikasi

S-3, 2 orang dengan kualifikasi S-2 ,16 orang berkualifikasi S-1 ,1 orang

tenaga pendidik berkualifikasi D-3.

Tenaga kependidikan berjumlah 5 orang , 3 orang tenaga kependidikan

berkualifikasi S-1, 2 orang berkualifikasi SMA/ sederajat.

Sarana dan prasarana berupa bangunan sekolah berasrama berdiri kokoh

dengan variasi 3 lantai dan 2 lantai terdiri dari: 1 lokal Masjid, 2 Lokal untuk

Pimpinan dan TU, 8 lokal Kelas, 3 lokal untuk UKS, BK, dan OSIS ; 3 lokal

LAB IPA,1 lokal LAB Bahasa ,1 lokal LAB Komputer,1 lokal

Perpustakaan,1 lokal Ruang Guru,1 lokal Aula, 1 lokal Gudang, 2 lokal

Kantin, 37 lokal Kamar Mandi dan wc (putra), 36 lokal Kamar Mandi dan wc

(putri), 7 lokal tempat cuci, 18 lokal Asrama putra, 11 lokal Asrama putri, 3

lokal Ruang Pembina, 1 lokal Ruang Makan, 5 lokal Saung, 3 lokal lapangan

olah raga, 4 lokal tempat parkir, 1 lokal Ruang Laundrey, 3 lokal tempat

peternakan hewan, 3 lokal tambak ikan, dan 3 lokal tempat pembuangan

sampah.

C. Metode penelitian

Metode penelitian adalah rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan

filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.57

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

57 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), cet. 1, h. 52

52

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain.58

Penelitian kualitatif merupakan pendekatan

penelitian yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh

berhubungan dengan obyek yang diteliti bagi menjawab permasalahan untuk

mendapat data-data kemudian dianalisis dan mendapat kesimpulan penelitian

dalam situasi dan kondisi yang tertentu.59

Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan dan menganalisis

hal-hal yang berkaitan dengan implementasi pendekatan collaborative

learning melalui pembuatan video mata pelajaran pendidikan agama Islam

melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, data yang diperoleh

berdasarkan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dan validitasnya dapat di

pertanggung jawabkan dalam penelitian ini maka teknik yang digunakan

adalah :

1. Observasi

Observasi yaitu suatu kegiatan mencari data yang dapat

digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.

Iskandar mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat,

mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis

untuk suatu tujuan tertentu.60

Observasi ialah studi yang disengaja dan

sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan

pengamatan dan pencatatan.61

58 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), h. 6

59

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), cet. 5, h.

17

60

ibid, h. 131

61

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013), cet. 1, h. 143

53

Tujuan observasi adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi

dari interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena

sosial serba kompleks dalam pola-pola kultur tententu.62

Pada penelitian ini dilakukan observasi secara langsung dengan

mengamati dan mencatat terhadap kegiatan proses beajar mengajar.

Sebelum melakukan observasi, peneliti membuat kisi-kisi observasi

terlebih dahulu untuk memfokuskan apa yang akan diobservasi yaitu

implementasi pendekatan collaborative learning pada pelajaran

pendidikan agama Islam yang dijadikan dimensi kemudian dijabarkan

menjadi indikator.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Observasi

Fokus Dimensi Indikator

Proses

pendekatan

collaborative

learning

pada

pelajaran

Pendidikan

Agama

Islam

Kerja sama dalam kelompok

1. Peserta didik

mampu bekerja

sama dalam

manajemen

kelompok

2. Peserta didik

mampu bekerja

sama dengan

peserta didik

lainnya dalam

kelompok

3. Peserta didik

mampu bekerja

sama dengan

peserta didik

62 ibid

54

lainnya dalam

memahami

materi

pembelajaran

Komunikasi antar peserta didik

1. Peserta didik

dapat menerima

pendapat orang

lain

2. Peserta didik

dapat

membantu

orang lain

3. Peserta didik

mampu

menghadapi

rintangan

bersama

Penguasaan materi

1. Peserta didik

mampu

memahami

materi yang

dipelajari

2. Peserta didik

mengerti ketika

ditanya tentang

materi yang

dipelajari

55

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-

jawaban responden.63

Wawancara merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.64

Wawancara ini ditunjukkan kepada beberapa siswa kelas X SMA

Darul Kholidin Bogor untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas dan diteliti. Adapun kriteria penentuan

informan adalah memilih beberapa peserta didik berdasarkan keaktifan,

bertanya, mengeluarkan pendapat, bertanggung jawab saat proses

pembelajaran berlangsung didalam kelas maupun diluar kelas.

Sebelum melakukan wawancara peneliti membuat kisi-kisi

observasi terlebih dahulu untuk memfokuskan hal apa saja yang akan di

wawancara terkait implementasi pendekatan collaborative learning

pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

63 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), cet. 10, h.

173

64

Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bmi Aksara, 2010), h.

83

56

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Wawancara peserta didik

Fokus Dimensi Indikator Sub Indikator Nomor

Pertanyaan

Proses

Collaborative

Learning dan

proses

Pembuatan

Video

Proses

Collaborative

Learning

sebagai

Pendekatan

Pembelajaran

1. Orientasi

Peserta Didik

1.1 dalam

pemahaman

materi

1

1.2 dalam

memberi

tugas

2

1.3 Dalam

tatacara

mengerjakan

tugas

3

2. Pembentukan

Kelompok

2.1 dalam

membentuk

kelompok

4

2.2 sikap peserta

didik dalam

membentuk

kelompok

5

2.3 sikap peserta

didik ketika

sudah dalam

kelompok

6

3. Tugas

Pembelajaran

3.1 pendapat

peserta didik

tentang tugas

yang di

berikan guru

7

57

3.2 dalam

memahami

tugas yang

diberikan

guru

8

3.3 dalam

memahami

tatacara

mengerjakan

tugas dari

guru

9

4. Fasilitas

Pembelajaran

Kolaboratif

Peserta Didik

4.1 pendapat

peserta didik

dalam kerja

kelompok

10

4.2 interaksi

peserta didik

dalam

kelompok

11

4.3 sikap peserta

didik dalam

menangani

masalah

12

5. Evaluasi

Pembelajaran

Kolaboratif

5.1 pendapat

peserta didik

tentang

metode

pembelajaran

kolaboratif

13

58

Proses

Pembuatan

Video

sebagai

Strategi

Pembelajaran

1. Mengidentifi

kasi Peserta

didik

1.1 perasaan

peserta didik

setelah

membuat

video

14

1.2 kepribadian

peserta didik

setelah

membuat

video

15

2. Pendekatan

Pembelajaran

2.1 pendapat

peserta didik

tentang

pendekatan

pembelajaran

dengan

membuat

video

16

2.2 pendapat

peserta didik

dengan

pendekatan

pembelajaran

membuat

video dalam

kehidupan

17

3. Efektifitas

Pembelajaran

3.1 pendapat

peserta didik

tentang

kesan belajar

18

59

dengan

membuat

video

4. Evaluasi

4.1 pendapat

peserta didik

dalam

membuat

video

19

4.2 pendapat

peserta didik

belajar

dengan cara

membuat

video

20

4.3 pemahaman

materi pada

peserta didik

dengan cara

membuat

video

21

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang.65

Dokumen merupakan segala suatu materi dalam

bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia, dokumen yang dimaksudkan

adalah segala catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik

(softcopy). Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan

65 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),

h. 240

60

harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto,

dan lainnya.66

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto dan

video kegiatan belajar serta data-data yang ada di SMA Darul Kholidin

Bogor yang berkaitan dengan penelitian.

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Penetapan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Ada kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan

(credibility).67

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang

pernah ditemui maupun yang baru.68

Perpanjangan pengamatan

dilakukan untuk menggali informasi yang lebih mendalam agar data

yang diperoleh sesuai dengan yang peneliti inginkan. Dengan

melakukan perpanjangan pengamatan, maka responden akan merasa

lebih akrab dan terbuka sehingga akan memberikan informasi yang

mendalam.

Melalui teknik ini peneliti dapat menguji ketidakbenaran

informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri

sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subyek

sehingga dapat dipastikan apakan konteks itu dipahami dan dihayati

atau tidak.69

66 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-dasar, (Jakarta: Indeks, 2012), cet. 1, h. 61

67

Lexy J. Meleong, op. cit., , h. 324.

68

Sugiyono, op.cit.,, h. 270.

69

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman

Penelitian Skripsi, h. 73

61

2. Peningkatan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang

menonjol kemudian ia menelaah. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis.70

Melalui teknik ini peneliti juga mengadakan pengamatan dengan

teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang

menonjol, kemudian menelaahnya secara rinci sampai para suatu titik

sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh

faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara biasa. 71

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada.72

Triangulasi merupakan cara untuk melihat

fenomena dari berbagai sudut, melakukan pembuktian temuan dari

berbagai sumber informasi dan teknik sebagai ilustrasi proses yang

peneliti lakukan.73

F. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.74

70 Sugiyono, op.cit., h. 272.

71

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, op.cit., h. 73

72

Sugiyono, op.cit., h. 241

73

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, op.cit., h. 74

74

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), cet. 9, h. 89

62

Untuk mengetahui implementasi pendekatan collaborative learning

dalam membuat video mata pelajaran pendidikan agama islam, maka teknik

analisis deskriptif dilakukan dengan beberapa tahap:

1. Organisasi Data

Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan

mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam

dan banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan

datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.

Menurut Highlen dan Finley mengatakan bahwa organisasi data

yang sistematis memungkinkan peneliti untuk:

a. Memperoleh kualitas data yang baik

b. Mendokumentasikan analisis yang dilakukan

c. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian

penelitian75

2. Koding dan Analisis

Langkah penting yang harus dilakukan sebelum analisis yaitu

membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh yaitu koding.

Koding dimaksudkan untuk mengorganisasi dan mensistematisasi data

secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan

gambaran tentang topik yang dipelajari. Maka dari itu peneliti akan

menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.76

75 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitaif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSP3,

1998), h. 89

76

Ibid

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA Darul Kholidin

1. Sejarah Singkat SMA Darul Kholidin

SMA Darul Kholidin yang terletak di Kampung Sasak Desa Tegal

Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor sudah dirintis pendiriannya sejak

tahun 2000 di dalam Pondok Pesantren Darul Kholidin yang luas areal

tanah seluruhnya mencapai 100.000m2 serta memiliki posisi yang

sangat strategis juga lingkungan yang asri diantara pemukiman

penduduk asli dan pemukiman perumahan modern Telaga Kahuripan

dan Candra Loka. Sehingga SMA Darul Kholidin sangat berpeluang

menciptakan lingkungan kondusif yang dibutuhkan dalam kegiatan

pembelajaran dan pembentukan karakter bagi peserta didik dalam

upaya mengoptimalkan kompetensi sikap spiritual dan sosial serta

kompetensi pengetahuan dan keterampilannya untuk dikembangkan ke

arah yang terbaik demi tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Visi dan Misi SMA Darul Kholidin

Visi :

Generasi sholeh-sholehah yang unggul, mandiri dan bermanfaat bagi

masyarakat.

Misi :

a. Membangun sekolah dalam kekeluargaan yang islami.

b. Membina sikap mental dan membangkitkan jiwa kompetitif yang

ingin maju serta kritis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

c. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi

dirinya sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal.

d. Mampu bersaing masuk ke perguruan tinggi baik dalam negeri

maupun luar negeri.

64

e. Meningkatkan citra SMA Darul Kholidin di tengah-tengah

masyarakat pendidikan khususnya dan masyarakat luas pada

umumnya.

f. Menuju SMA berwawasan Internasional.

Tujuan :

a. Meningkatkan mutu layanan pendidikan yang prima.

b. Meningkatkan ketercapaian Kompetensi Siswa.

c. Meningkatkan rata – rata Nilai Ujian Nasional sedemikian hingga

3 besar sekabupaten Bogor.

d. Meningkatkan kwantitas dan kwalitas siswa diterima di

Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang termuka di dalam dan

di luar Negeri melalui SNMPTN, Ujian Mandiri dan SBMPTN,

serta referensi para Masyayikh yang dipercaya.

e. Meningkatkan kemampuan penguasaan IT.

f. Pelayanan Administrasi berbasis IT.

B. Pemaparan Data

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Darul Kolidin

Bogor pada Peserta Didik kelas X. Dalam penelitian ini data yang diperoleh

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Satu buah tugas yang dibuat

untuk mengukur implementasi pendekatan collaborative learning peserta

didik yaitu pembuatan video yang berkaitan dengan mata pelajaran dan

penjelasan evaluasi dari video yang mereka telah buat. Penelitian ini

dilakukan dengan pertemuan langsung selama 3 kali pertemuan.

1. Data Observasi dan Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti mengobservasi proses pendekatan

collaborative learning pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Proses

pendekatan collaborative learning adalah proses pembelajaran yang

mengharuskan peserta didik untuk lebih berfikir secara kritis ( bukan

hanya mengingat pengetahuan) dan berusaha untuk mengatasi

65

tantangan-tantangan kompleks yang mencerminkan isu dan persoalan

yang dihadapi oleh para peserta didik di dalam suatu disiplin ilmu.77

Indikator yang menunjukkan proses pendekatan collaborative

learning diantaranya kerja sama dalam kelompok, komunikasi antar

peserta didik, dan penguasaan materi.

a. Kerjasama dalam Kelompok

Adapun indikator kerjasama dalam kelompok dalam proses

pembelajaran yaitu:

1) Peserta didik mampu bekerja sama dalam manajemen

kelompok

Pada saat minggu pertama siswa diberikan tugas

untuk menulis sebuah cerita drama dari materi yang

diberikan oleh guru dengan metode kolaborasi, pada saat

mereka menentukan tema, judul, dan jalan cerita seluruh

peserta didik yang mengambil tugasnya masing – masing

yang mereka inginkan dan mereka terlihat lebih aktif,

terlebih ketika peserta didik mendiskusikan alur cerita yang

akan mereka angkat.

Minggu kedua guru memeriksa hasil tugas peserta

didik dan membongkar beberapa alur cerita yang kurang

bagus dan cerita drama tersebut guru berikan untuk dibuat

versi video kepada peserta didik, beberapa orang sempat

merasa tidak mampu membuatnya tetapi dengan arahan

guru para peserta didik tersebut mampu menyelesaikan

tugasnya dengan baik.

Pada saat kesulitan peserta didik tidak malu untuk

bertanya dan guru terus memantau pekerjaan mereka

sehingga pembelajaran yang mereka dapatkan tidak

77 Elizabert E. Barkley, K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major, op.cit hal 409.

66

membuat mereka bosan dikarenakan para peserta didik

tertarik untuk membuatnya.

Dan mereka mampu untuk mengatur kelompok

dalam skala kelas sehingga tidak ada murid yang tidak

bekerja dan malas, mereka saling membantu dan menjaga

agar tugas yang mereka kerjakan seesuai dengan tujuan dari

pembelajaran.

2) Peserta didik mampu bekerjasama dengan peserta didik

lainnya dalam kelompok

Pada saat mengalami kesulitan peserta didik yang

tidak mampu menyelesaikan tugasnya meminta temannya

untuk membantunya sebelum bertanya kepada guru mata

pelajaran pendidikan agama islam, mereka saling

berdiskusi, bermusyawarah dan bertukar pendapat dengan

hasil tersebut mereka tidak saling egois dan keras kepala

sehingga mereka mampu menyelesaikan tugasnya dengan

baik.

3) Peserta didik mampu bekerja sama dengan peserta didik

lainnya dalam memahami materi pembelajaran.

Peserta didik yang tidak memahami materi ataupun

tugas yang dibebankan dengan sendirinya mereka bertanya

kepada temannya yang lain sebelum bertanya kepada guru

dan lebih memilih mengerjakan terlebih dahulu sebelum di

koreksi letak kesalahannya.

Dengan begitu dalam memahami materi pelajaran

mereka tidak ketinggalan ditambah mereka membaca bahan

- bahan lain yang bersangkutan dengan materi selain dari

buku pelajaran sehingga pengetahuan mereka bertambah

serta pemahaman dan cara menggunakannya.

67

b. Komunikasi antar Peserta Didik

Belajar dengan pendekatan collaborative learning yang

mengharuskan peserta didik belajar dalam sebuah kelompok

maka diperlukannya komunikasi antar peserta didik, dimana

komunikasi antar peserta didik ini dilakukan agar materi yang di

diskusikan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ada beberapa hal

yang diharapkan dapat meningkat dalam diri siswa ketika belajar

dengan pendekatan collaborative diantaranya:

1) Peserta didik dapat menerima pendapat orang lain

Dalam pembelajaran collaborative, kerja sama dalam

kelompok itu sangat penting sehingga mengharuskan

peserta didik untuk berdiskusi, bermusyawarah, dan

bertukar pendapat. Sehingga mereka memahami arti

pentingnya bertukar ide dan menerima pendapat orang lain.

Meskipun diskusi berjalan dengan intensitas tinggi namun

mereka mampu untuk meredam kemarahan ataupun egois

dalam diri mereka.

Dalam menentukan jalan cerita video, diskusi dan

musyawarah sangat sering terlihat oleh peserta didik di

dalam maupun di luar kelas, bertukar pendapat sangat

sering mereka lakukan hal ini terlihat beberapa cerita yang

mereka ganti seiring dengan cerita yang harusnya terjadi.

Peserta didik yang mendapat tugas adalah mereka

yang memerankan peran di dalam video sesuai dengan

keputusan bersama dalam kelas, hal ini menunjukkan

bahwa dalam menentukan pemeran utama dan pembantu

mereka selalu bermusyawarah dan bertukar pendapat demi

mendapatkan hasil yang bagus.

2) Peserta didik dapat membantu orang lain

Dalam membuat video maka pemahaman materi,

tugas,dan kewajiban harus benar – benar di perhatikan oleh

68

peserta didik begitu juga kerja sama dalam kelompok,

sehingga peserta didik yang satu dengan yang lainnya

dengan sendirinya membantu temannya yang kurang

memahami materi atau pun kesulitan dalam mengerjakan

tugas. Dalam hal ini seluruh peserta didik didalam maupun

di luar kelas selalu dalam nuansa belajar bersama dan aktif

dalam bertanya ke temannya yang sudah memahami materi

dan mampu mengerjakan tugas, meskipun ada saja

pekerjaan mereka yang salah tetapi mereka tidak

menyalahkan.

Peserta didik yang membantu adalah mereka yang

tidak menjalani peran utama yaitu mereka yang ada di balik

pembuatan video dengan mengoreksi beberapa ucapan yang

salah dari pemeran utama. Dan juga peserta didik yang

membuat jalannya cerita, mereka tidak selalu mengambil

pelajaran dari buku materi saja tetapi mereka bertanya dan

membuka materi yang bersangkutan dengan pembuatan

video semisal tatacara mengedit video ataupun pengambilan

gambar.

3) Peserta didik mampu menghadapi masalah bersama

Pada saat peserta didik membuat tugas mereka selalu

mengedepankan musyawarah dan bertukar pikiran sehingga

mereka mampu untuk menghadapi masalah terlebih ketika

mereka membuat video, mereka selalu mengajukan ide –

ide yang inovatif dan mengubah beberapa cerita drama yang

dibuat agar menarik untuk di tonton.

Kekurangan komunikasi antar peserta didik selalu

bisa mereka tangani dengan kepala dingin, mereka tidak

menambah masalah yang mereka hadapi dan cenderung

menyelesaikannya, walaupun terlihat amatir tetapi mereka

selalu puas dengan hasil kerja mereka.

69

Terlihat ketika salah satu pemeran melakukan

kesalahan maka mereka langsung mengoreksi dan

mengganti adegannya sampai sesuai dengan apa yang sudah

ditulis dalam naskah dramanya. Masalah juga muncul

dalam mengedit potongan video sehingga mereka

menemukan kebuntuan, disini baru mereka bertanya kepada

guru tentang bagaimana cara membuat video dengan baik.

c. Penguasaan materi

Metode pendekatan collaborative learning dengan strategi

pembelajaran membuat video membuat peserta didik lebih mudah

memahami materi dan dapat membangkitkan motivasi peserta

didik untuk belajar. Hal ini terbukti pada saat peserta didik

diminta untuk menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari,

mereka mampu menjelaskan dengan baik begitu juga saat guru

memberikan pertanyaan tentang materi yang disampaikan, siswa

langsung berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan dan

sebagian besar jawaban mereka benar atau mendekati, serta

mereka mempraktikkan materi yang telah di pelajari, walaupun

tidak jarang mereka kadang lupa dalam mempraktikannya dan

mereka selalu meminta untuk diingatkan.

2. Data Wawancara

Wawancara ini ditunjukkan kepada beberapa siswa kelas X SMA

Darul Kholidin Bogor untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas dan diteliti.

a. Wawancara siswa

Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Januari 2018 di

ruang guru. Adapun kriteria penentuan informan adalah memilih

beberapa peserta didik berdasarkan keaktifan, bertanya,

70

mengeluarkan pendapat, bertanggung jawab saat proses

pembelajaran berlangsung didalam kelas maupun diluar kelas.

Kemudian pada tanggal 23 Januari 2018 peneliti melakukan

triangulasi dan mewawancara kembali peserta didik yang berbeda

dengan sebelumnya dengan kriteria yang sama. Hal ini dilakukan

agar peneliti memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang

masalah yang akan diteliti.

Tabel 4.1

Data Informan Peserta Didik

NO NAMA STATUS ASAL

1. Gilang Ferdiansyah Ramadhan Peserta Didik Bogor

2. Muhammad Faqih Peserta Didik Tangerang

3. Irham Maulana Peserta Didik Jakarta

4. Muhammad Dandi Prasetyo Peserta Didik Jakarta

5. Oktavio Isro Alhusna Peserta Didik Tangeerang

3. Data Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud adalah foto tentang bagaimana

peserta didik menjalani kegiatan pembelajaran melalui metode

collaborative learning dalam memahami materi pelajaran dengan

membuat video, rekaman video behind the scene, rekaman video proses

pembuatan video peserta didik, naskah serta dokumentasi lainnya

berupa pelaksanaan wawancara, keadaan sekolah, sarana dan prasarana

yang ada pada sekolah SMA Darul Kholidin Bogor.

71

C. Situasi Proses Pembelajaran Implementasi Pendekatan

Collaborative Learning melalui Pembuatan Video

Dalam penelitian terhadap implementasi pendekatan collaborative

learning melalui pembuatan video mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,

ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti diantaranya sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan dahulu

materi pelajaran yang akan digunakan untuk mengajar, setelah materi

pelajaran selesai dilanjutkan dengan penyusunan RPP untuk 3 kali

pertemuan. Setelah RPP selesai, peneliti bermusyawarah bersama guru

PAI yang bersangkutan untuk merencanakan bagaimana pelaksanaan

pembelajaran pada materi tersebut. Dan guru PAI setuju dengan

pertemuan di luar kelas, dengan kata lain pertemuan pertama dan ketiga

didalam kelas sedangkan pertemuan kedua di luar kelas.

2. Tahap pelaksanaan

Sebelum memulai pembelajaran, peneliti (sebagai guru) mengatur

tempat duduk peserta didik terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal saat

pembelajaran berlangsung. Kemudian guru menyiapkan materi dan

tugas yang diperlukan dalam proses pembelajaran tersebut, disini

peneliti melaksanakannya di dalam kelas yaitu pada pertemuan pertama

dan ketiga sedangkan pada pertemuan kedua peneliti membentuk

kelompok pada satu kelompok kelas yang besar kemudian memberikan

tugas berupa pembuatan video dari materi di pertemuan pertama.

a. Kegiatan pendahuluan

Pada pertemuan pertama dan ketiga guru mengucapkan

salam terlebih dahulu kemudian memimpin do’a sebelum

dimulainya pembelajaran. Setelah do’a selesai, guru melihat

kondisi di dalam kelas yang belum kondusif untuk belajar, masih

banyaknya peserta didik yang bercengkerama, bercanda, tidur,

72

dan belum fokus pada mata pelajaran. Maka dari itu guru

melakukan ice breaking yang bertujuan untuk mengembalikan

fokus peserta didik, menghilangkan rasa kantuk, bosan dan

kembali semangat mengikuti pembelajaran yang sedang

berlangsung.

Saat keadaan kelas mulai kondusif, guru memberitahu

materi pelajaran yang akan disampaikan yaitu materi tentang

berprasangka. Namun sebelum materi disampaikan, guru

mengulang materi yang telah diajarkan agar peserta didik tidak

melupakan materi yang telah disampaikan sebelumnya.

Kemudian guru membacakan kompetensi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dalam materi pembelajaran.

Pada pertemuan kedua guru hanya memeriksa keadaan anak

didik dengan absensi dan menanyakan persiapan yang akan

dipakai untuk membuat video dan narasi seperti apa yang

gunakan, setelah semua sudah siap untuk digunakan, maka proses

pembuatan video boleh dilakukan dengan pengarahan guru.

Dipertemuan kedua ini, peserta didik melaksanakannya diluar

kelas dan dilakukan diluar jam pelajaran.

Pada pertemuan ketiga guru mempersiapkan kelas dan

mengatur tempat duduk peserta didik menjadi 5 kelompok dengan

cara berhitung, dan guru memberitahu bahwa video siap untuk di

tunjukkan di dalam kelas dan menugaskan peserta didik untuk

berdiskusi kekurangan dari video yang mereka telah buat.

b. Kegiatan Inti

Setelah membacakan kompetensi dan tujuan, dipertemuan

pertama guru menjelaskan tentang berprasangka dengan metode

ceramah, setiap pembahasan yang bersangkutan dengan

berprasangka, guru memberi pertanyaan kepada peserta didik

untuk dijawab dengan tujuan untuk mempertajam pengetahuan

peserta didik.

73

Pada kegiatan disini banyak peserta didik yang belum

paham dengan materi berprasangka, begitu juga dengan semangat

belajar peserta didik yang sangat tidak ingin mendengarkan

penjelasan guru, sampai pada saat guru memberikan tugas diskusi

untuk pembuatan narasi drama perbuatan berprasangka, semangat

belajar mereka sedikit demi sedikit meningkat dan banyak dari

mereka yang bertanya bahkan mereka mengambil materi tidak

hanya dari buku pelajaran tetapi dari buku – buku yang mereka

miliki dan juga dengan bertanya kepada guru.

Dipertemuan kedua, guru hanya mengarahkan peserta didik

tentang bagaimana pengambilan video yang pas, dan tepat.

Kemudian guru kembali melihat peserta didik membuat video

tersebut dan sedikit mengoreksi kesalahan – kesalahan dalam

pengambilan video tersebut.

Pada pertemuan ini, peserta didik mulai semangat membuat

video dengan jalan cerita dan pemeran yang mereka pilih sendiri

dan mereka diskusikan sendiri. Pada saat penentuan jalan cerita

dan pemeran banyak sekali pendapat yang bersebrangan antara

cerita yang satu dengan yang lainnya ataupun pemeran utama

yang satu dengan yang lainnya.

Pendapat – pendapat yang mereka keluarkan selalu dikelola

dengan baik sehingga kesepakatan bersama yang mereka tentukan

tidak lagi membuat mereka saling berbeda pendapat, disaat

mereka berbeda pendapat guru hanya menjadi penengah yaitu saat

situasi diskusi menjadi tidak kondusif dan guru lebih banyak

menyaksikan para peserta didik mengeluarkan pendapat dan

mencatat apa saja yang mereka lakukan sebagai bahan penilaian.

Dipertemuan ketiga, guru membagi peserta didik menjadi 5

kelompok, dan selanjutnya guru memutar video hasil rekaman

mereka. Namun, sebelumnya guru menghimbau kepada para

peserta didik agar dapat menyimak dengan baik dan seksama,

74

yang kemudian mereka tulis kekurangan dan kelebihan video

tersebut dengan tidak lupa membahas materi berprasangka yang

mereka pelajari.

Pada pertemuan ini peserta didik memiliki antusiasme yang

sangat tinggi dikarenakan mereka bisa melihat hasil yang mereka

bikin dan mereka juga yang akan memberikan masukan dimana

letak kesalahan dalam video tersebut. Dalam keadaan kelas yang

seperti itu membuat guru tidak banyak melakukan pemberian

materi dikarenakan mereka sudah banyak belajar dan hanya

memberikan penguatan serta motivasi belajar dengan lebih

semangat dan lebih rajin.

c. Kegiatan penutup

Setelah dilakukannya tanya jawab, guru pun menyimpulkan

pelajaran yang telah dipelajari hari ini sambil memberikan

motivasi kepada murid untuk terus membaca buku dan belajar

serta terus berusaha saat berada luar kelas. Kemudian guru

menyuruh ketua kelas untuk memimpin do’a dan mengucapkan

salam.

Dengan adanya implementasi pendekatan collaborative

learnig dalam membuat video murid lebih mudah memahami

pelajaran karena semua kegiatan yang mereka lakukan terfokus

pada bahan materi yang mereka buat. Membuat video juga

berperan penting dalam membantu guru dalam memberikan

materi pelajaran, guru juga menjadi terbantu dengan adanya

kegiatan belajar tersebut.

Belajar dalam membuat video juga dapat mengembangkan

pemahaman dan pengetahuan peserta didik karena dapat

merasakan kejadian yang ada di dalam video dan juga merasa

senang karena sudah menjadi bagian dalam bahasan materi

tersebut. Ada beberapa peserta didik yang bertanya kepada guru

ada pula yang hanya diam dan mendengarkan, ini membuktikan

75

bahwa peserta didik lebih tertarik dan bersemangat belajar ketika

belajar dengan pendekatan collaborative learning dalam membuat

video. Implementasi pendekatan collaborative learning dalam

membuat video juga menciptakan pembelajaran yang

mengasyikkan dan tidak membosankan serta dapat menambah

pengetahuan yang tidak bisa di terima di dalam kelas.

D. Hasil Penelitian

Setelah melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, peneliti

melakukan wawancara kepada 3 peserta didik kelas X SMA Darul Kholidin

Bogor, berikut hasil wawancara yang dilakukan:

1. Proses Collaborative Learning sebagai pendekatan pembelajaran

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

collaborative learning dalam mengerjakan tugas itu lebih baik

dibandingkan dengan mengerjakan sendiri, dikarenakan peserta didik

lebih tersulut semangat belajarnya jika dikerjakan bersama – sama.

“senang bisa kerja kelompok, bisa tanggung jawab, dan saling

menghargai”. Begitulah pernyataan peserta didik setelah mengerjakan

tugas dengan kelompok.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa peserta didik lebih senang

belajar dalam kelompok dibandingkan belajar dengan memahami

sendiri, sebab belajar dengan pendekatan collaborative learning tidak

hanya menekan pemahaman siswa tetapi rasa solidaritas yang sama

dalam memahami pelajaran sehingga tidak ada kata peserta didik yang

satu lebih paham dari pada peserta didik yang lainnya.

Di bandingkan dengan belajar sendiri, belajar dengan kelompok

lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran,

selain itu mereka juga lebih aktif dalam belajar seperti bertanya,

berkomunikasi, bertanggung jawab, dan lain sebagainya.

Dalam memahami materi juga peserta didik tidak terlalu sulit

dikarenakan belajar dengan collaborative learning peserta didik bisa

76

bertanya kesiapapun termasuk kepada peserta didik yang sudah paham.

“kalo ada yang sulit saya akan nanya dulu, terus kalo ada ide (dari

peserta didik lain) saya akan terima”. Pernyataan tersebut keluar ketika

peserta didik ditanya tentang kesulitan memahami pelajaran.

Pernyataan di atas menunjukkan betapa aktifnya peserta didik

dalam mencari pengetahuan tentang suatu materi yang belum mereka

mengerti sehingga bertanya dan mengeluarkan pendapat memudahkan

mereka mendapati pengetahuan yang mereka butuhkan.

Kesulitan yang peserta didik hadapi dapat dengan mudah mereka

selesaikan dengan cepat dikarenakan mereka dapat bertanya kepada

sesama dan mereka dapat menyelesaikannya dengan bersama.

Musyawarah adalah contoh kecil yang mereka lakukan ketika ada

kesalahpahaman antar peserta didik. Dengan musyawarah yang mereka

buat mereka bisa mempertanggung jawabkan pertanyaan, jawaban,

serta ide yang mereka fikirkan.

Hal ini di buktikan ketika mereka mengomentari video yang telah

mereka buat sendiri, ketika mereka tidak puas dengan suatu hasil

pengambilan gambar maka mereka mendiskusikannya dan memberikan

arahan kepada temannya yang bertugas mengambil gambar tersebut.

Dengan demikian dari uraian diatas, proses collaborative learning

sebagai pendekatan pembelajaran lebih berguna bagi peserta didik di

bandingkan dengan memahami materi pelajaran sendiri.

2. Proses Pembuatan Video sebagai Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dengan membuat video dari materi yang

akan di pelajari oleh peserta didik membuat semangat belajar peserta

didik meningkat di bandingkan dengan strategi pembelajaran yang

lainnya. Menurut mereka belajar dengan membuat video adalah hal

yang sangat seru dan menarik “menarik, seru, mudah untuk di

praktikkan sehari – hari, dan membantu juga” begitulah kata salah satu

peserta didik ketika di wawancarai mengenai kesan yang telah mereka

dapatkan setelah membuat video.

77

Karena guru membuat strategi pembelajaran yang belum pernah

digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran maka hal ini

dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dengan strategi

pembelajaran yang tidak membosankan maka dengan mudah para

peserta didik untuk memahami materi pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan apa yang akan di

sampaikan kepada peserta didik membuat peserta didik lebih cepat

merasa bosan dan suntuk dalam memahami materi, hal ini karena tidak

adanya motivasi dalam diri mereka dan hal ini membuat mereka lebih

cepat melupakan materi pembelajaran. “alhamdulillah membuat dan

belajar lewat video lebih gampang memahami materi – materi, kan pas

buat video banyak ngulang – ngulang karena ada yang salah, dan dari

situ kita bisa belajar, pas udah jadi videonya kita engga gampang lupa,

kan dalam membuat video ada partnya jadi kita tau bagian materinya”.

Kata salah satu peserta didik ketika ditanya cara memahami materi

dengan membuat video membuktikan bahwa belajar dengan strategi

pembelajaran yang tepat maka membuat materi pelajaran lebih mudah

untuk dipahami.

Pernyataan diatas membuat antusiasme dalam belajar meningkat

dengan meningkatnya antusiasme belajar peserta didik, maka kegiatan

belajar menjadi lebih mudah dan tentunya banyak pelajaran yang

peserta didik dapati. “ bukan hanya materi pelajaran aja yang saya

dapatkan, melainkan ada banyak ilmu – ilmu yang tersembunyi dibalik

dalam sebuah pembuatan video, semisal mengedit video,tatacara

bermusyawarah, dan juga ilmu akting “. Begitulah kata salah satu

peserta didik ketika di wawancarai tentang materi apa saja yang

didapati dari strategi ini.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa apa yang di dapat oleh

peserta didik bukan hanya dari materi pelajaran saja dan bukan hanya

pengalaman dan pengamalan salah satu ilmu saja tetapi mereka

78

mengkolaboratifkan ilmu – ilmu tersebut secara bersamaan dalam satu

kegiatan pembelajaran.

Disamping meningkatkan antusiasme dan pengalaman dalam

belajar maka membuat video sebagai strategi pembelajaran adalah salah

satu strategi yang membuat peserta didik merasakan mudahnya dalam

menuntut ilmu serta salah satu cara yang bisa membuat peserta didik

tidak jenuh dengan pendidikan “ bagus, memudahkan saya biar engga

jenuh, kalo cuma baca buku kan jenuh. Jadi, dengan cara ini

pembelajaran berjalan bagus” hal ini membuktikan bahwa belajar

dengan cara membuat video memudahkan peserta didik memahami

materi pelajaran.

E. Analisis Penelitian

Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi diatas dapat

dianalisis mengenai implementasi pendekatan collaborative learning dalam

membuat video mata pelajaran PAI SMA Darul Kholidin Bogor sebagai

berikut:

1. Proses collaborative learning sebagai pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dengan proses collaborative learning

yang dipusatkan pada peserta didik dibangun atas pengetahuan yang

telah dimiliki siswa (prior knowledge) yang berlangsung dalam situasi

yang berhubungan dengan tempat mereka berada, orang yang telah

dikenal, dan kepercayaan tentang sesuatu yang pernah dimiliki. Pada

pembelajaran ini terjadi asimilasi pengetahuan baru dengan didasarkan

atas struktur pengetahuan sebelumnya. Dengan demikian, pembelajaran

memerlukan waktu untuk melakukan peninjauan kembali (refleksi) atas

gagasan yang sudah ada sebagai produk pemikiran dan pengalaman

yang berulang.78

78 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta, Ar-Ruzz

Media, 2016) cet ke 3 hal. 146

79

Dengan pembelajaran kolaboratif menuntut peserta didik untuk

mengambil peran – peran baru dan membangun keterampilan –

keterampilan yang berbeda dari keterampilan yang lazim mereka lakoni

(jalani) dalam kelas – kelas tradisional. Meski peran – peran dan

keterampilan – keterampilan baru ini sangat baik di pelajari melalui

tugas – tugas pembelajaran berfokus konten yang berkelanjutan, namun

akan sangat bermanfaat jika sejak awal peserta didik diperkenalkan

pada perubahan ekspektasi belajar.79

Pembelajaran kolaboratif juga menuntut guru dalam membuat

keputusan ketika membuat kelompok dengan harus memilih jenis

(formal, informal, atau dasar), ukuran (dua atau bahkan lebih peserta

didik), dan menentukan apakah kelompok itu homogen atau heterogen.

Kemudian, memilih penyeleksian kelompok (acak, ditentukan peserta

didik, atau guru) dan memutuskan peran yang mana, jika ada, yang

ingin guru berikan. Masalah – masalah yang menyertai pilihan ini

sangat penting. Disamping menginginkan agar peserta didik dapat

belajar mengenai konsep, juga ingin agar mereka dapat

mengembangkan keterampilan – keterampilan kolaboratif. Disamping

menginginkan peserta didik untuk merasa termotivasi dan nyaman, juga

ingin melecut pemikiran mereka dan mendorong keberagaman.

Disamping menginginkan peserta didik menempa hubungan yang

mampu bertahan lama dan memberi mereka cukup waktu untuk

menyatu sebagai kelompok, juga ingin agar mereka bertemu dengan

orang – orang baru.80

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran

kolaboratif sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik untuk mencari pengetahuan dengan peran

– peran, keterampilan – keterampilan, kelompok, tugas, dan kebebasan

mereka dalam mencari pengetahuan serta di barengi dengan rasa

79 Elizabert E. Barkley, K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major, op.cit., hal 64.

80

Ibid., hal 81.

80

tanggung jawab dibanding dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa

pendekatan yang baik.

Dari hasil wawancara peneliti terhadap peserta didik pun jelas

bahwa peserta didik lebih senang belajar dengan pendekatan

kolaboratif, mereka lebih mudah memahami pelajaran dan juga dapat

aktif belajar di bandingkan dengan cara pendekatan pembelajaran yang

mereka anggap biasa saja.

2. Proses membuat video sebagai strategi pembelajaran

Pembelajaran harus didesain/dirancang secara sistematik,

sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan peserta didik merupakan

pihak yang merespon dan menikmati kondisi belajar yang diciptakan

oleh guru.81

Peserta didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang

merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. Oleh

karena itu proses pembelajaran seyogianya menyirami benih kodrati ini

hingga tumbuh subur dan berbuah. Dengan demikian, optimalisasi

potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal.82

Dalam proses pembelajaran membuat video bisa mempermudah

dalam proses pembelajaran karena peserta didik bukan hanya

mendengarkan penjelasan dari guru saja tetapi peserta didik juga

mempraktikkan sendiri apa yang mereka lakukan dan mereka lebih

mudah memahami materi yang sedang mereka pelajari.

Dari penjelasan diatas bahwa proses membuat video sebagai

strategi pembelajaran adalah suatu desain pembelajaran yang

mengeluarkan potensi lain dari peserta didik serta memudahkan peserta

didik untuk memahami materi pelajaran tersebut.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti temukan

bahwa para peserta didik bisa mendapati berbagai macam pengetahuan

dari membuat video yang diambil dalam materi yang mereka pelajari.

81 Dr. Rusman, op.cit., hal 3.

82

Yudhi Munadi, op.cit., hal 4.

81

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

implementasi pendekatan collaborative learning melalui pembuatan video

dapat digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini

dapat dilihat dari hasil wawancara, observasi, serta dokumentasi yang

dilakukan peneliti kepada siswa, yaitu:

4. Pendekatan collaborative learning melalui pembuatan video

memudahkan siswa dalam memahami dan mempraktikan pelajaran.

5. Belajar dengan pendekatan collaborative membuat proses pembelajaran

menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

6. Membuat video menjadikan peserta didik meningkatkan keaktifan dan

semangat siswa dalam belajar.

Berdasarkan hal tersebut, maka implementasi pendekatan collaborative

learning melalui pembuatan video bisa digunakan dalam proses pembelajaran

pendidikan agama islam kelas X di SMA Darul Kholidin Bogor.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa pendekatan pembelajaran

merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Dikatakan demikian karena pendekatan pembelajaran sangat

membantu guru dalam memberikan pengajaran secara maksimal, efektif, serta

efisien.

Dengan adanya metode pengajaran dan strategi pembelajaran,yang

baik, anak didik dapat belajar dengan mudah dan merasa senang dalam

mengikuti pelajaran. Biasanya anak didik bisa dengan mudah menangkap

materi pelajaran bila pembelajaran yang diselenggarakan menyenangkan.

82

Peran seorang guru sangat besar untuk memilih dan melaksanakan

pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan hanya

pembelajaran yang berbasis konvensional. Seorang guru harus memahami

tipe belajar peserta didik, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar

terhadap gaya belajar peserta didik. Pembelajaran yang baik ditunjang dari

suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru

dan peserta didik dapat berjalan denggan baik.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin

mengemukakan beberapa saran, diantaranya:

1. Bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan pemeliharaan media

seperti LCD, speaker, dan proyektor sebagai penunjang kegiatan

pembelajaran.

2. Guru hendaknya lebih meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam

menyampaikan pembelajaran, guru juga memahami tipe belajar peserta

didik, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya

belajar peserta didik agar peserta didik tidak merasa bosan, jenuh dan

malas dalam belajar.

3. Bagi peserta didik, hendaknya jangan hanya semangat belajar ketika

menggunakan metode dan strategi yang mengasikkan, tetapi

berusahalah selalu semangat dalam belajar dengan metode dan strategi

apapun.

83

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar., Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. 14,

2011.

Bahri, Syaiful., dan Djamarah., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.Rineka

Cipta, cet. 4, 2010.

Barkley, Elizabert E., dkk., Collaborative Learning Techniques Teknik-Teknik

Pembelajaran Kolaboratif, Bandung: Nusa Media, cet. 3, 2014.

Budi, Kurniawan., “Collaborative Learning”, https://www.wordpress.com, diakses

pada 04 september 2017, pukul 22.00.

Eggen, Paul., dan Don Kauchak., Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan

Konten dan Keterampilan Berfikir, Jakarta: PT Indeks Permata Puri

Media, 2012.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman

Penelitian Skripsi.

Gunawan, Imam., Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: PT

Bumi Aksara, cet. 1, 2013.

Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. 8, 2011.

Hasbullah., Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Edisi Revisi, 2008.

Iskandar., Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, cet. 5,

2013.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Gramedia, 2014.

M. Djumransyah., Pendidikan Islam, Malang: Bayu Media Publishing, 2004.

Mahmud., Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, cet. 10

2011.

Majid, Abdul., dan Dian Andayani., Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2006

Majid, Abdul., Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kopetensi

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2013.

Muahaimin., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdikarya, 2001.

Muhaimin., Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah), Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Mukhtar., Organisasi Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada.

Munadi, Yudhi., Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung

Persada Press, 2012.

84

Narbuko, Cholid., dan Abu Achmadi., Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2010.

Poerwandari, E. Kristi., Pendekatan Kualitaif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta:

LPSP3, 1998.

Republik Indonesia., Undang – Undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan

Pelaksanaannya 2000 – 2004, Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004.

Riyanto, Yatim., Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group, 2014.

Rosyada, Dede., Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan

Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004.

Rusman., Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, Bandung: Alfabeta,

2013.

Sadiman, Arief S., dkk., Media Pendidikan pengertian, Pengembangan, dan

pemanfaatannya, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007.

Sarosa, Samiaji., Penelitian Kualitatif Dasar-dasar, Jakarta: Indeks, cet. 1, 2012.

Solihatin, Etin., Strategi Pembelajaran PPKN, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. 2,

2012.

Sugiyono., Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, cet. 9, 2014.

-----., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2013.

Sukmadinata, Nana Syaodih., Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, cet. 1, 2011.

Suprihatiningrum, Jamil., Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, cet. 3, 2016.

Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Usman, Basyarudin., Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2012.

Widjajanti, Djamilah Bondan., “Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis

Masalah”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan

Matematika, Yogyakarta : FMIPA UNY, 2008. Tersedia online:

http://eprints.uny.ac.id/10501/1/p13-Djamilah.pdf, diakses pada 20

oktober 2017, pukul 11.30 WIB.

Zain, Aswan., dan Syaiful Bahri Djamarah., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:

PT Rineka Cipta cet. 3, 2006.

LAMPIRAN 1

Kisi-Kisi Wawancara peserta didik

Fokus Dimensi Indikator Sub Indikator Nomor

Pertanyaan

Proses

Collaborative

Learning dan

proses

Pembuatan

Video

Proses

Collaborative

Learning

sebagai

Pendekatan

Pembelajaran

6. Orientasi

Peserta Didik

6.1 dalam

pemahaman

materi

1

6.2 dalam

memberi

tugas

2

6.3 Dalam

tatacara

mengerjakan

tugas

3

7. Pembentukan

Kelompok

7.1 dalam

membentuk

kelompok

4

7.2 sikap peserta

didik dalam

membentuk

kelompok

5

7.3 sikap peserta

didik ketika

sudah dalam

kelompok

6

8. Tugas

Pembelajaran

8.1 pendapat

peserta didik

tentang tugas

yang di

berikan guru

7

8.2 dalam

memahami

tugas yang

diberikan

guru

8

8.3 dalam

memahami

tatacara

mengerjakan

tugas dari

guru

9

9. Fasilitas

Pembelajaran

Kolaboratif

Peserta Didik

9.1 pendapat

peserta didik

dalam kerja

kelompok

10

9.2 interaksi

peserta didik

dalam

kelompok

11

9.3 sikap peserta

didik dalam

menangani

masalah

12

10. Evaluasi

Pembelajaran

Kolaboratif

10.1 pendapat

peserta didik

tentang

metode

pembelajaran

kolaboratif

13

Proses

Pembuatan

Video

sebagai

Strategi

Pembelajaran

5. Mengidentifika

si Peserta didik

5.1 perasaan

peserta didik

setelah

membuat

video

14

5.2 kepribadian

peserta didik

setelah

membuat

video

15

6. Pendekatan

Pembelajaran

6.1 pendapat

peserta didik

tentang

pendekatan

pembelajaran

dengan

membuat

video

16

6.2 pendapat

peserta didik

dengan

pendekatan

pembelajaran

membuat

video dalam

kehidupan

17

7. Efektifitas

Pembelajaran

7.1 pendapat

peserta didik

tentang

kesan belajar

dengan

membuat

video

18

8. Evaluasi

8.1 pendapat

peserta didik

dalam

membuat

video

19

8.2 pendapat

peserta didik

belajar

dengan cara

membuat

video

20

8.3 pemahaman

materi pada

peserta didik

dengan cara

membuat

video

21

1. Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?

2. Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?

3. Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?

4. Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?

5. Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?

6. Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?

7. Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?

8. Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?

9. Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?

10. Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?

11. Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?

12. Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?

13. Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?

14. Apa perasaan kamu setelah membuat video ?

15. Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya

?

16. Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?

17. Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?

18. Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?

19. Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?

20. Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?

21. Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?

LAMPIRAN 2

Kisi-kisi Observasi

Fokus Dimensi Indikator

Proses

pendekatan

collaborative

learning

pada

pelajaran

Pendidikan

Agama

Islam

Kerja sama dalam kelompok

4. Peserta didik

mampu bekerja

sama dalam

manajemen

kelompok

5. Peserta didik

mampu bekerja

sama dengan

peserta didik

lainnya dalam

kelompok

6. Peserta didik

mampu bekerja

sama dengan

peserta didik

lainnya dalam

memahami

materi

pembelajaran

Komunikasi antar peserta didik

4. Peserta didik

dapat menerima

pendapat orang

lain

5. Peserta didik

dapat

membantu

orang lain

6. Peserta didik

mampu

menghadapi

rintangan

bersama

Penguasaan materi

3. Peserta didik

mampu

memahami

materi yang

dipelajari

4. Peserta didik

mengerti ketika

ditanya tentang

materi yang

dipelajari

LAMPIRAN 3

Hasil wawancara 1

Nama : Gilang Ferdiansyah Ramadhan

Kelas : X A

Waktu : 14.30 WIB

P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?

J : itu salah satunya dapat di pahami sama jadi semangat belajarnya.

P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?

J : iya saya memahami tugas-tugas yang guru berikan.

P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?

J : itu gampang di pahami si, kaya materi prasangka buruk itu jadi gampang tata

cara mengerjakan tugasnya.

P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?

J : udah pas orang-orangnya ada yang lucu, pas karakter orangnya, pas di tempatin

di tugasnya masing-masing.

P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?

J : iya ane nerima, tidak kesel ataupun marah.

P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?

J : ya tugas itu kalo ada yang sulit ane bantu karena itukan kebersamaan jadinya

kerjasama jadi ane bantu kalo ada yang kesulitan.

P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?

J : menurut ane bagus, mengasikkan, bisa syuting rame-rame bikin film bareng

temen-temen, dan itu juga buat pelajaran, dan itu juga cara belajar yang beda

dengan membuat film gitu karena ya jarang-jarang belajar sambil bikin film gitu.

P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?

J : ane mencatat perkataan guru dalam memahami tugas yang di berikan oleh

guru.

P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?

J : kalo ada yang sulit ane bantu, terus juga musyawaarah sama temen-temen yang

lainnya juga, ane juga ngeluarin pendapat yang ane rasa perlu di keluarin.

P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?

J : ane jadi banyak lebih tau dari pada ngerjain tugasnya sendiri karena kan dalem

kelompok bukan pemikiran ane doang ka.

P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?

J : di lain waktu ane ngobrol tentang gimana caranya biar filmnya berkesan, dan

pada saat syuting ane selalu berinteraksi dengan yang lain supaya baik dan cakep

filmnya.

P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?

J : ane selalu berkomunikasi sama temen-temen musyawarah juga sama pemain

intinya.

P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?

J : metode yang guru berikan bagus ga bikin bête kalo dikelas juga jadi aktif buat

belajarnya

P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?

J : kaget aja gitu tiba-tiba diajak main film disinikan jarang bukan jarang si malah

ga pernah jadi seneng aja.

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya

?

J : iya, bisa Alhamdulillah kalo misalnya ada masalah kadang muncul sendiri

karena udah belajar jadi kita tahu.

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?

J : iya, mudah dalam memahaminya kan selain bikin filmnya kit abaca bukunya

dulu terus cari referensinya yang lain gitu

P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?

J : Alhamdulillah ka, saya sedikit-sedikit mempraktikannya karena kan saya tahu

kalo di kehidupan tuh kaya gimana, sama kaya kita bikin film.

P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?

J : menarik, seru, menarik sama sama dengan temen-temen bias tawa bareng-

bareng.

P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?

J : bukan materi aja tapi kesenangan juga, kekompakan, kebersamaan,

musyawarahnya, ya bukan sekedar materi aja.

P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?

J : menurut saya bikin ini ya sesekali saja selebihnya belajar seperti biasa.

P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?

J : menurut ane bagus kak cepet paham juga banyak yang kita pelajari.

Hasil wawancara 2

Nama : Muhammad Faqih

Kelas : X B

Waktu : 15.26 WIB

P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?

J : Alhamdulillah, paham kita kan kemarin membahas tentang berprasangka jadi

kita sebagai manusia menjauhi prasangka buruk dan menjalani prasangka baik.

P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?

J : nggak semuanya paham, saya tidak paham karena secara menjalanin tugas sulit

juga.

P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?

J : kurang memahami, kemarin kan cuman begitu. Jadi, kurang jelas.

P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?

J : ya, bagus sih gapapa dibikin kelompok jadi kita bias kerja sama, sama temen-

temen, jadi semuanya kerja ga cuman diem-diem doang taunya nyontek.

P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?

J : ya saya amah terima aja, gapapa. Yang penting kelompoknya itu bias kerja

sama, saling bantu, bukan cuman pada diem aja gitu.

P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?

J : ya gimana sih ya, saling tanggung jawab, terus saling menghargai juga,

misalnya dia kasih pendapat bla la bla terus kita gaboleh mencelanya tamping

dulu, terus kita omongin lagi, setelah dimusyawarahkan barulah dimasukkan

hasilnya.

P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?

J : Alhamdulillah, dari video yang ditayangin berguna juga buat kita, kita jadi

gaboleh asal tuduh saja harus ada buktinya, contohnya tadi yang di video tadi kan

udah marah-marah ga jelas, nyangkain temennya yang ngambil, ternyata

kertasnya jatoh bukan diambil temennya, nah kita harus jauhi sifat kaya gitu.

P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?

J : kita harus membaca, melihat, mendengarkan apa yang guru terangkan. Dan kita

harus fokus dan gaboleh males, dan kalo ada ucapan guru yang penting-penting

kita catet aja, jangan diem aja, nanti pas ditanya guru diem gatau apa-apa.

P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?

J : Berdiskusi sama teman sekelompok, menulis pendapat-pendapat mereka, udah

gitu aja.

P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?

J : Senang biasa kerja kelompok, bias tanggung jawab dan saling menghargai,

diem satu sama lain.

P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?

J : baik- baik satu sama lain, semuanya menerima satu sama lain, ga ada

permasalahan, ga debat panjang-panjang, ga marah-marah.

P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?

J : misalnya kita ga seneng sama pendapat temen kita, ya kita misalnya dia

berdebat ga boleh biarin mereka lama-lama berdebat, kita harus omongin

semuanya, ga cuman berdua, ntar kalo berdua dia bakal selek terus berantem, jadi

temen harus saling menghargai, kalo kita punya sifat saling menghargai

perdebatan antar kelompok .

P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?

J : bagus-bagus aja terus emang kelompok tuh bagus, jadi semuanya biasa kerja

sama, coba kalo ga disuruh bikin kelompok, misalnya disuruh kerjain, misalnya

semua kerjain ya, pasti kalo satu orang selesai terus nyalin punya temennya,

gaenak kalo begitu, kan kalo kelompok bias kerja sama jadi lebih cepet.

P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?

J : seneng, karena bisa belajar dari situ juga belajar tentang sifat-sifat

berprasangka, jadi bias belajar dari situ seneng aja gitu bikin film dari situ.

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya

?

J : iya sedikit-sedikit bisa dipraktekin, misalnya kalo kita mau suudzon sama

orang, kita inget kemaren kita udah belajar terus bikin film juga tentang materi itu.

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?

J : untuk bikin film kurang paham, kurang mahamin contoh-contoh sikap suudzon

gitu kaya gimana.

P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?

J : bisa mempraktikan dikit- dikit setelah belajar materi itu.

P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?

J : baik, berguna bagi diri sendiri dan orang lain, karena video semua orang bias

nonton.

P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?

J : dapet pelajaran juga jadi gaboleh pelit sama temen, dia juga suudzon padahal

temennya ga ngambil, jadi kita belajar husnuzon sama orang.

P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?

J : enak, terus berguna juga bikin video jadi ga gampang lupa, kan video tuh

seneng kan jadi ga gampang lupa. Jadi kalo mau ngelakuin suudzon kita inget

video yang kita buat.

P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?

J : alhamudulillah membuat dan belajar lewat video lebih gampang memahami

materi-materi, kan pas buat video kan ngulang-ngulang ada yang salah, dan dari

situ kita bias belajar, jadi pas udah jadi kita ga gampang lupa, kan dalam bikin

video ada part nya jadi kita inget bagiannya.

Hasil wawancara 3

Nama : irham maulana

Kelas : X B

Waktu :

P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?

J : alhmadulillah saya sedikit memahaminya, dan bisa menyimaknya.

P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?

J : Alhamdulillah saya dapat memahaminya, hukum berprasangka dalam agama

islam itu gimana.

P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?

J : mudah, karena penjelasan guru itu cukup jelas jadi seorang murid kaya saya

gampang untuk mengerti tugas yang guru berikan tersebut. Cukup jelasnya itu

guru menjelaskannya cukup detail.

P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?

J : kalo pendapat ane biasa aja karena kan membentuk kelompok itu kan mudah

tergantung pemahamannya murid, jadi saya lebih antusias aja.

P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?

J : menerima karena itu sudah ketentuan dari yang guru berikan.

P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?

J : mengikuti pembelajaran dari kelompok tersebut, dengan menjalani tugas yang

ada dikelompok tersebut kan setiap kelompok per individu itu kan ada tugas-

tugasnya.

P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?

J : ga terlalu rumit dan ga susah juga karena kan sebelumnya udah dijelasin dulu.

P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?

J : yang pastikan belajar baca bukunya dan memerhatikan apa yang guru

sampaikan agar mudah mengerjakan tugas yang guru berikan.

P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?

J : mencatat dan mencari inti pelajaran dari video yang udah dilakuin, karena itu

pekerjaan ane dalam kelompok.

P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?

J : bagus karena kita dapat bekerjasama dengan teman-teman dalam kelompok

kita dan bias ngasih tau ke temen yang belom mengerti.

P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?

J : kalo ada yang sulit dimengerti saya akan nanya dulu terus kalo ada ide saya

terima.

P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?

J : kalo ada pendapat yang berbeda kita musyawarah biar keluar masalahnya gitu,

mengambil pendapat dari yang baik.

P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?

J : metodenya cukup unik dengan video dan bikin anak-anak ga bête gitu, kan

murid jaman sekarang pada males nulis apalagi pada males kalo ada video itukan

jadi pada belajar.

P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?

J : ada perasaan bangga juga seneng juga kali aja videonya bermanfaat buat yang

lain gitu.

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya

?

J : ya kan itu video kita yang lakuin jadi udah ada bayangan seperti kita menjalani

kehidupan menjadikan kita mudah menjalani kehidupan.

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?

J : iya dari pada hanya baca buku memahami materi dengan membuat video juga

lebih mudah.

P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?

J : kalo lagi inget saya praktikan kak.

P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?

J : kesannya kan ada senangnya gitu, jadi ada bangganya juga, bisa belajar juga

gimana bikin film.

P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?

J : nggak, bukan hanya materi pelajaran aja ada ilmu-ilmu yang tersembunyi di

balik membuat video tersebut kaya ilmu perfilman ilmu edit video kak.

P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?

J : bagus, memudahkan siswa biar gajenuh kalo Cuma baca buku kan jenuh jadi

dengan cara lain pembelajaran bagus.

P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?

J : bagus lumayan kan memahami pelajaran itu kan tergantung dia gimana

memahaminya dengan cara apa biar dia paham pelajarannya.

Hasil wawancara 4

Nama : muhammad dandi prasetyo

Kelas : X A

Waktu :

P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?

J : iya, bahwasannya berprasangka yang baik dan mempererat persaudaraan.

P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?

J : iya memahami,

P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?

J : iya mudah dipahami, bahwasannya bahasanya mudah dipahami dengan kami

dan jalan ceritanya juga gampang dimengerti.

P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?

J : kalo kelompok itu lebih aktif ke anak-anak, seneng juga karena

kebersamaannya ada saling musyawarah dari pada individu.

P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?

J : dapat menerima, karena itu udah keputusan guru.

P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?

J : ikut berpertisipasi juga.

P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?

J : baik, jadi kebersamaan kita juga ada terus kita jadi terbiasa di depan kamera,

sering-sering aja gitu.

P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?

J : ya ane lebih utama kerjaan yang ane hadapin dulu.

P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?

J : dengan bermusyawarah dan membantu teman.

P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?

J : baik, tapi setiap orang ada yang males ada yang rajin biasanya yang ngerjain

hanya yang rajin terus yang males kebawa sama yang rajin.

P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?

J : kalo dasarnya salah kita tegur kita musyawarahin kalo egois ya kita nasihatin

bahwasannya egois itu ga diajarkan sama nabi kita.

P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?

J : dengan bermusyawarah bahwasannya kita jalanin dengan yang kita telah

pelajari.

P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?

J :

P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?

J :

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya

?

J :

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?

J :

P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?

J :

P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?

J :

P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?

J :

P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?

J :

P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?

J : baik, tergantung jalan ceritanya kalo jalan ceritanya bagus orang cepet

pahamnya.

Hasil wawancara 5

Nama : oktavio isro alhusna

Kelas : X A

Waktu :

P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?

J : saya sedikit faham jadi ketika di praktikan kemarin saya faham sedikit tidak

fahamnya karena bingung di videonya.

P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?

J : kemarin karena saya penjaga kantin saya paham dengan tugas saya.

P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?

J : kurang, kalo misalkan dipraktikan saya bisa lebih paham lagi.

P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?

J : kemarin si emang karena butuhnya ga sesuai sama orangnya jadi mungkin ada

yang iri karena ga ikut ada mungkin juga ada yang ga mau ikut, kalo itu bagus

kemarin juga tokoh-tokohnya juga udah cocok.

P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?

J : saya terima apa adanya, ga ada rasa kesel.

P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?

J : wow, soalnya baru pertama kali bikin video pertama kalinya.

P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?

J : saya suka sama tugas saya.

P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?

J : saya memahami dengan cara mendengarkan dan membaca buku materi dari

tugas yang kaka berikan.

P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?

J : saya kemarin cuma ngasih pendapat ke teman saya.

P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?

J : bagus, kalo misalnya ada masalah bisa cepet selesai karena di kerjakan bareng

bareng, kalo sendiri-sendiri mungkin bakalan sulit.

P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?

J : ke semua orang sama aja, maksudnya saya berinteraksi sesuai dengan yang

saya jalanin.

P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?

J : kalo itu kita nyari jalan keluar dengan musyawarah ngomong baik-baik, kita

bicarain yang enaknya gimana.

P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?

J : sebenarnya bagus seakan-akan dipraktikan dalam keseharian.

P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?

J : wah, seneng banget.

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya

?

J : bisa, soalnya dari video tersebut kita bisa mnengambil contoh untuk keseharian

kita.

P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?

J : mudah, soalnya dia di pelajari terus dipraktikkan jadi tambah inget materinya.

P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?

J : Alhamdulillah bisa saya praktikan sedikit-sedikit dalam keseharian.

P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?

J : menarik, seru, mempermudah untuk dipraktikan untuk sehari-hari membantu

juga.

P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?

J : nggak, kemarin juga kita bisa musyawarah, ngumpul-ngumpul, bisa belajar

jujur juga buat keseharian.

P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?

J : bagus, kalo bisa semua materi bisa di praktikan bukan dalam video tapi dalam

keseharian.

P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?

J : kalo menurut saya bagus, karena bisa ngulang dengan bacxa buku dan

dipraktikan dengan cara membuat video.

LAMPIRAN 4

Lembar Observasi pendekatan collaborative learning pada pelajaran

Pendidikan Agama Islam

Sekolah : SMA Darul Kholidin

Kelas : X ( Sepuluh )

Hari/Tanggal : Senin, 18 Desember 2017

Waktu : 08.00 – 09.00

No Rincian aktivitas

siswa

Skor Keterangan

1 2 3

1 Kerja sama

dalam kelompok

1. Peserta didik

mampu bekerja

sama dalam

manajemen

kelompok

Saat didalam kelas seluruh

peserta didik mampu bekerja

sama dengan yang lainnya

saat guru memberikan

mereka tugas. Terlihat ketika

mereka menjalankan

tugasnya masing-masing dan

mengerjakannya dengan

semangat dan bertanggung

jawab.

2. Peserta didik

mampu bekerja

sama dengan

peserta didik

lainnya dalam

kelompok

Saat mengalami kesulitan

dalam mengerjakan tugas

peserta didik yang tidak

mampu bertanya kepada

temannya yang mampu

mengerjakan tugas tersebut,

dengan cara musyawarah,

diskusi, dan bertukar

pendapat.

3. Peserta didik

mampu bekerja

sama dengan

peserta didik

lainnya dalam

memahami

materi

pelajaran

Saat tidak memahami materi

dan tugas yang diberikan

mereka bertanya kepada

temannya yang paham dan

mengerjakan ulang tugas

tersebut sebelum bertanya

kepada guru mata pelajaran.

2 Komunikasi

antar peserta

didik

1. Peserta didik

dapat

menerima

pendapat orang

lain

Dalam mengerjakan tugas

kelompok, komunikasi antar

peserta didik sangat

ditekankan. Dalam

mengerjakan tugas tersebut

peserta didik mampu untuk

berdiskusi, bermusyawarah,

dan bertukar pendapat.

Walaupun masih ada

beberapa peserta didik yang

egois.

2. Peserta didik

dapat

membantu

orang lain

Mengerjakan tugas

kelompok seluruh peserta

didik yang sudah memahami

materi dengan sendirinya

membantu temannya yang

belum paham dengan cara

membantu secara perlahan.

3. Peserta didik

mampu

menghadapi

Masalah kurangnya

komunikasi antar peserta

didik dapat ditangani dengan

Keterangan dari skor :

1 = Tidak Tampak

2 = Cukup Tampak

3 = Sangat Tampak

rintangan

bersama

bagus sekali tanpa

mendahulukan emosi dan

nafsu.

3 Penguasaan

materi

1. Peserta didik

mampu

memahami

materi yang

telah di pelajari

Hal ini terlihat saat mereka

menjelaskan kembali materi

yang mereka pelajari dan

mereka mampu menjelaskan

materi tersebut.

2. Peserta didik

mengerti

ketika ditanya

tentang materi

yang di

pelajari

Walaupun dalam

menjelaskan mereka mampu

tetapi ketika ditanya masih

ada jawaban yang hanya

mendekati materi.

LAMPIRAN 5

Pengkodingan dan Kategorisasi Wawancara Siswa

No Pertanyaan Jawaban Kode

1. Apakah kamu

memahami materi

yang guru sampaikan

?

1. Alhamdulillah, paham

kita kan kemarin

membahas tentang

berprasangka jadi kita

sebagai manusia

menjauhi prasangka

buruk dan menjalani

prasangka baik.

2. Alhmadulillah saya

memahaminya, dan bisa

menyimaknya.

3. Saya sedikit faham jadi

ketika di praktikan

kemarin saya faham

sedikit dan tidak

fahamnya karena

bingung di videonya.

Kode 1 : merah

Proses Collaborative

Learning sebagai

Pendekatan

Pembelajaran

Kode 2 : kuning

Proses Pembuatan

Video sebagai

Strategi

Pembelajaran.

2. Apakah kamu

memahami tugas

yang diberikan guru ?

1. Nggak semuanya paham,

saya tidak paham karena

secara menjalanin tugas

sulit juga.

2. Alhamdulillah saya

dapat memahaminya,

hukum berprasangka

dalam agama islam itu

gimana.

3. Kemarin karena saya

penjaga kantin saya

paham dengan tugas

saya.

3. Apakah tatacara

mengerjakan tugas

yang dijelaskan guru

mudah dimengerti ?

1. kurang memahami,

kemarin kan cuman

begitu. Jadi, kurang

jelas.

2. mudah, karena

penjelasan guru itu

cukup jelas jadi seorang

murid kaya saya

gampang untuk mengerti

tugas yang guru berikan

tersebut. Cukup jelasnya

itu guru menjelaskannya

cukup detail.

3. kurang, kalo misalkan

dipraktikan saya bisa

lebih paham lagi.

4. Bagaimana

pendapatmu dengan

cara guru membentuk

kelompok ?

1. ya, bagus kak gapapa

dibikin kelompok jadi

kita bisa kerja sama,

sama temen-temen, jadi

semuanya kerja ga

cuman diem-diem doang

taunya nyontek.

2. kalo pendapat ane biasa

aja karena kan

membentuk kelompok

itu kan mudah

tergantung

pemahamannya murid,

jadi saya lebih antusias

aja.

3. kemarin si emang karena

butuhnya ga sesuai sama

orangnya jadi mungkin

ada yang iri karena ga

ikut ada mungkin juga

ada yang ga mau ikut,

kalo itu bagus kemarin

juga tokoh-tokohnya

juga udah cocok.

5. Apakah kamu

menerima kelompok

yang diberikan guru ?

1. ya saya mah terima aja,

gapapa. Yang penting

kelompoknya itu bisa

kerja sama, saling bantu,

bukan cuman pada diem

aja gitu.

2. menerima karena itu

sudah ketentuan dari

yang guru berikan.

3. saya terima apa adanya,

ga ada rasa kesel.

6. Bagaimana sikapmu

ketika sudah dalam

kelompok ?

1. ya gimana sih ya, saling

tanggung jawab, terus

saling menghargai juga,

misalnya dia kasih

pendapat bla la bla terus

kita ga boleh

mencelanya tampung

dulu, terus kita omongin

lagi, setelah

dimusyawarahkan

barulah dimasukkan

hasilnya.

2. mengikuti pembelajaran

dari kelompok tersebut,

dengan menjalani tugas

yang ada dikelompok

tersebut kan setiap

kelompok per individu

itu kan ada tugas-

tugasnya.

3. wow, soalnya baru

pertama kali, bikin video

pertama kalinya.

7. Apa pendapatmu

tentang tugas yang

diberikan oleh guru ?

1. Alhamdulillah, dari

video yang ditayangin

berguna juga buat kita,

kita jadi gaboleh asal

tuduh saja harus ada

buktinya, contohnya tadi

yang di video tadi kan

udah marah-marah ga

jelas, nyangkain

temennya yang ngambil,

ternyata kertasnya jatoh

bukan diambil

temennya, nah kita harus

jauhi sifat kaya gitu.

2. ga terlalu rumit dan ga

susah juga karena kan

sebelumnya udah

dijelasin dulu.

3. saya suka sama tugas

saya.

8. Bagaimana cara

kamu memahami

tugas yang diberikan

oleh guru ?

1. kita harus membaca,

melihat, mendengarkan

apa yang guru terangkan.

Dan kita harus fokus dan

gaboleh males, dan kalo

ada ucapan guru yang

penting-penting kita

catet aja, jangan diem

aja, nanti pas ditanya

guru diem gatau apa-apa.

2. yang pastikan belajar,

baca bukunya dan

memerhatikan apa yang

guru sampaikan agar

mudah mengerjakan

tugas yang guru berikan.

3. saya memahami dengan

cara mendengarkan dan

membaca buku materi

dari tugas yang guru

berikan.

9. Apa saja yang kamu

lakukan dalam

1. Berdiskusi sama teman

sekelompok, menulis

mengerjakan tugas ? pendapat-pendapat

mereka, udah gitu aja.

2. mencatat dan mencari

inti pelajaran dari video

yang udah dilakuin,

karena itu pekerjaan ane

dalam kelompok.

3. saya kemarin cuma

memberi pendapat ke

teman saya.

10. Bagaimana

pendapatmu

mengerjakan tugas

dalam kelompok ?

1. Senang bisa kerja

kelompok, bisa tanggung

jawab dan saling

menghargai, diem satu

sama lain.

2. bagus karena kita dapat

bekerjasama dengan

teman-teman dalam

kelompok kita dan bias

ngasih tau ke temen

yang belom mengerti.

3. bagus, kalo misalnya ada

masalah bisa cepet

selesai karena di

kerjakan bareng bareng,

kalo sendiri-sendiri

mungkin bakalan sulit.

11. Bagaimana kamu

berinteraksi dalam

kelompok ?

1. baik- baik satu sama

lain, semuanya

menerima satu sama

lain, ga ada

permasalahan, ga debat

panjang-panjang, ga

marah-marah.

2. kalo ada yang sulit

dimengerti saya akan

nanya dulu terus kalo

ada ide saya terima.

3. ke semua orang sama

aja, maksudnya saya

berinteraksi sesuai

dengan yang saya

jalanin.

12. Apa yang kamu

lakukan ketika

memecah masalah

dalam kelompok ?

1. misalnya kita ga seneng

sama pendapat temen

kita, ya kita misalnya dia

berdebat ga boleh biarin

mereka lama-lama

berdebat, kita harus

omongin semuanya, ga

cuman berdua, ntar kalo

berdua dia bakal selek

terus berantem, jadi

temen harus saling

menghargai, kalo kita

punya sifat saling

menghargai perdebatan

antar kelompok .

2. kalo ada pendapat yang

berbeda kita

musyawarah biar keluar

4.

masalahnya gitu,

mengambil pendapat

dari yang baik.

3. kalo itu kita nyari jalan

keluar dengan

musyawarah ngomong

baik-baik, kita bicarain

yang enaknya gimana.

13. Bagaimana

pendapatmu metode

yang guru berikan ?

1. bagus-bagus aja terus

emang kelompok tuh

bagus, jadi semuanya

biasa kerja sama, coba

kalo ga disuruh bikin

kelompok, misalnya

disuruh kerjain,

misalnya semua kerjain

ya, pasti kalo satu orang

selesai terus nyalin

punya temennya, gaenak

kalo begitu, kan kalo

kelompok bias kerja

sama jadi lebih cepet.

2. metodenya cukup unik

dengan video dan bikin

anak-anak ga bête gitu,

kan murid jaman

sekarang pada males

nulis apalagi pada males

kalo ada video itukan

jadi pada belajar.

3. sebenarnya bagus

seakan-akan dipraktikan

dalam keseharian.

14. Apa perasaan kamu

setelah membuat

video ?

1. seneng, karena bias

belajar dari situ juga

belajar tentang sifat-sifat

berprasangka, jadi bias

belajar dari situ seneng

aja gitu bikin film dari

situ.

2. ada perasaan bangga

juga seneng juga kali aja

videonya bermanfaat

buat yang lain gitu.

3. wah, seneng banget.

15. Apakah membuat

video dari materi

memudahkanmu

dalam

mempraktikannya ?

1. iya sedikit-sedikit bisa

dipraktekin, misalnya

kalo kita mau suudzon

sama orang, kita inget

kemaren kita udah

belajar terus bikin film

juga tentang materi itu.

2. ya kan itu video kita

yang lakuin jadi udah

ada bayangan seperti

kita menjalani kehidupan

menjadikan kita mudah

menjalani kehidupan.

3. bisa, soalnya dari video

tersebut kita bisa

mengambil contoh untuk

keseharian kita.

16. Apakah membuat

video dari materi

memudahkanmu

dalam memahaminya

?

1. untuk bikin film kurang

paham, kurang mahamin

contoh-contoh sikap

suudzon gitu kaya

gimana.

2. iya dari pada hanya baca

buku memahami materi

dengan membuat video

juga lebih mudah.

3. mudah, soalnya dia di

pelajari terus

dipraktikkan jadi tambah

inget materinya.

4.

17. Apakah kamu

mempraktikan materi

setelah membuat

video ?

1. bisa mempraktikan dikit-

dikit setelah belajar

materi itu.

2. kalo lagi inget saya

praktikan kak.

3. Alhamdulillah bisa saya

praktikan sedikit-sedikit

dalam keseharian.

4.

18. Menurutmu kesan

apa yang kamu dapat

dalam belajar dengan

membuat video ?

1. baik, berguna bagi diri

sendiri dan orang lain,

karena video semua

orang bias nonton.

2. kesannya kan ada

senangnya gitu, jadi ada

bangganya juga, bisa

belajar juga gimana

4.

bikin film.

3. menarik, seru,

mempermudah untuk

dipraktikan untuk sehari-

hari membantu juga.

19. Apakah hanya materi

pelajaran yang kamu

dapatkan dari

membuat video ?

1. dapet pelajaran juga jadi

gaboleh pelit sama

temen, dia juga suudzon

padahal temennya ga

ngambil, jadi kita belajar

husnuzon sama orang.

2. nggak, bukan hanya

materi pelajaran aja ada

ilmu-ilmu yang

tersembunyi di balik

membuat video tersebut

kaya ilmu perfilman

ilmu edit video kak.

3. nggak, kemarin juga kita

bisa musyawarah,

ngumpul-ngumpul, bisa

belajar jujur juga buat

keseharian.

20. Bagaimana

pendapatmu belajar

dengan cara membuat

video ?

1. enak, terus berguna juga

bikin video jadi ga

gampang lupa, kan video

tuh seneng kan jadi ga

gampang lupa. Jadi kalo

mau ngelakuin suudzon

kita inget video yang

kita buat.

2. bagus, memudahkan

siswa biar ga jenuh kalo

Cuma baca buku kan

jenuh jadi dengan cara

lain pembelajaran bagus.

3. bagus, kalo bisa semua

materi bisa di praktikan

bukan dalam video tapi

dalam keseharian.

21. Bagaimana

pendapatmu

memahami pelajaran

dengan cara membuat

video ?

1. alhamudulillah membuat

dan belajar lewat video

lebih gampang

memahami materi-

materi, kan pas buat

video kan ngulang-

ngulang ada yang salah,

dan dari situ kita bias

belajar, jadi pas udah

jadi kita ga gampang

lupa, kan dalam bikin

video ada part nya jadi

kita inget bagiannya.

2. bagus lumayan kan

memahami pelajaran itu

kan tergantung dia

gimana memahaminya

dengan cara apa biar dia

paham pelajarannya.

3. kalo menurut saya

bagus, karena bisa

ngulang dengan baca

buku dan dipraktikan

dengan cara membuat

video.

LAMPIRAN 6

Film pendek yang bercerita tentang husnuzan dan suuzan

Judul : prasangka yang menghancurkan

Tempat : SMA Darul Kholidin

Durasi : 5 Menit

Jumlah pemain : 3 orang

Di suatu desa terdapat salah satu sekolah swasta yang berbasis islam, di

sana banyak murid yang menuntut ilmu dari beberapa murid terdapat 3 orang

murid yang bersahabat yaitu: Budi, Dani, dan soleh. Mereka bertiga sekarang

berada di kelas 10 SMA. Budi adalah seorang anak yang pintar tetapi gampang

marah, sedangkan Dani dan Soleh adalah anak yang selalu urakan dan nakal tetapi

mereka semua bersahabat dengan baik.

Sampai pada suatu hari ketika mereka sedang berkumpul dikelas.

Dani : Bud, kamu udah ngerjain tugas belum?

Budi : sudah Dan, tapi....

Dani : alah, biasa aku udah tau apa yang akan kamu bilang, pasti ga boleh nyalin.

Budi : hehehe...

Soleh yang sedang duduk santai menepuk pundak Dani.

Soleh : masih aja belum ngerjain, apakata bumi dan langit Dan? Hahaha...

Dani : yaelah ni anak nyambung aja kek listrik, kantin yuk ah.

Budi dan Soleh : hayuk.

Ketika mereka sedang kekantin lembaran tugas milik Budi terjatuh dan

hilang. sesampainya di kantin mereka membeli beberapa makanan ringan dan

minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan haus, lalu mereka duduk di saung

kantin. Sedangkan Dani mulai membuka buku untuk mengerjakan tugas.

Dani : Bud ajarin aku dong! Ini bikinnya gimana (sambil menyerahkan tugasnya).

Budi : yaelah Dan bikin contoh bahasa Arab aja nanya.

Dani : ya aku ga bisa Bud, kalo bisa juga udah aku kerjain sendiri!

Budi : yaudah kerjain dulu nanti aku kasih tahu.

Saat Dani dan Soleh mengerjakan tugas.

Budi : bro aku mau ke toilet dulu yak.

Dani dan Soleh : oke bro.

Dani dan Soleh akhirnya bisa mengerjakan tugasnya.

Dani : yosh, beres nih. Kekelas yuk!

Soleh : lah hayuk!

Tak lama mereka berdua masuk datanglah Budi dan menanyakan kabar

tugas Dani.

Budi : dan tugas kamu udah rapih?

Dani : udah nih bro, coba cek!

Budi : nah gitu dong ada usahanya. Hahaha

Ketika sedang memeriksa tugas Dani, Budi teringat lembaran tugasnya

dan tersadar bahwa tugasnya hilang.

Budi : (kepada Dani dan Soleh) Woy, tugas gue mana?

Dani dan Soleh : lah ga tau dah, kan kita kekantin bareng.

Dani : kamu taruhnya dimana?

Budi : tadi disini. (sambil menunjuk ke atas meja), jangan –jangan kalian yang

ngilangin ya?

Dani : kan udah aku bilang nggak tau, kok malah suuzan ke kita si?

Budi : kan kalian yang belum ngerjain sampe ngajak aku kekantin, wah licik ya

kalian ngilangin tugas aku, sementara tugas kalian rapih.

Soleh : kok kamu suuzan si? Kita aja ga di kasih salin ama kamu.

Dani : salah sendiri udah tahu kertas lembar masih aja di taruh di atas meja.

Budi : kan kalian kekelas duluan, wah mentang mentang aku gak kasih salin

kalian dendam begini. (sambil meluapkan emosinya dengan menggebrak meja).

Suasana kelas langsung sepi, sementara Soleh menenangkan Budi

masuklah teman kelas mereka.

Teman kelas : Budi, ini tugas kamu jatuh dibawah tadi aku temukan.

Budi : astaghfirullah, ternyata jatuh. (sambil tepuk jidat)

Budi : (kepada Dani dan Soleh) bro sorry ya udah suuzan sama kalian, maaf yak.

Dani : makanya jangan berprasangka buruk dulu bro.

Soleh : inget sama surat al-Hujurat ayat 12 bro, Kan kemaren belajar kita.

Akhirnya setelah kejadian tersebut Budi meminta maaf kepada Dani dan

Soleh.

Nb : surat al-Hujurat ayat 12 adalah

ث وىلى نت ب ىعضى الظت إ ريا م ى الظت إ ث وا كى ب تىن وا اج ن ي ى آمى ا التذ يى أىي هىدك م أىن يىكلى لى مى تىىستس ضا أىيب أىسى ضك م ب ىع تىب ب ىع وا وىلى ي ىغ

ي م نت اللتى ت ىوتاب رىس وا اللتى إ وه وىات تق م ت رى ا فىكى ت ي يو مى أىخ

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka

(kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari

keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang

diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

TAMAT

LAMPIRAN 7

Dokumentasi Wawancara

LAMPIRAN 8

Dokumentasi suasana kelas

LAMPIRAN 9

Dokumentasi pembuatan video

LAMPIRAN 10

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama sekolah : SMA Darul Kholidin

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Kelas/Semester : X/I

Materi Pokok : Meniti Hidup Dengan Kemuliaan

Alokasi Waktu : 3 X 3 Jam Pelajaran

A. Kompetensi Inti

KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar

1.1 Terbiasa membaca al-qur’an dengan meyakini bahwa kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan

(ukhuwah) adalah perintah agama.

2.1 menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka

baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah), sebagai

implementasi perintah Q.S al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis

terkait.

3.1 menganalisis Q.S al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis tentang

kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan

persaudaraan (ukhuwah).

4.1.1 membaca Q.S al-Hujurat/49: 10 dan 12, sesuai dengan kaidah

tajwid dan makharijul huruf.

4.1.2 mendemonstrasikan hafalan Q.S al-Hujurat/49: 10 dan 12 dengan

fasih dan lancar.

4.1.3 menyajikan hubungan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan

persaudaraan (ukhuwah) sesuai dengan pesan Q.S al-Hujurat/49:

10 dan 12, serta hadis terkait.

C. Indikator

1.1.1 membiasakan diri membaca Q.S al-hujurat/49: 10 dan 12 tentang

kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan

persaudaraan (ukhuwah) serta hadis terkait.

2.1.1 Mengingat perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik

(husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat pada Q.S. al-

Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis terkait.

2.1.2 Menginformasikan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka

baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat pada Q.S.

al-hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis terkait.

3.1.1 Menganalisis asbabun nuzul Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12.

3.1.2 Menganalisis makna yang terkandung dalam Q.S. al-hujurat/49: 10 dan

12 serta hadis terkait.

4.1.1.1 menyimak bacaan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 dan memperhatikan

hukum bacaan tajwid dan makharijul hurufnya serta hadis terkait.

4.1.1.2 membaca Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 sesuai dengan hukum bacaan

tajwid dan makharijul hurufnya serta hadis terkait.

4.1.2.1 mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 dengan fasih

dan lancar.

4.1.3.1 menjelaskan pesan-pesan utama dalam Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12

serta hadis terkait.

4.1.3.2 menjelaskan keterkaitan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan

(ukhuwah) sesuai dengan pesan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 serta

hadis terkait.

D. Materi Pembelajaran : Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis

terkait perilaku

Kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka

baik

(husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah).

Konsep : kitab-kitab Allah SWT adalah wahyu Allah

SWT yang

dibubuhkan, mengimaninya artinya

meyakini bahwa Allah

SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya

kepada para

Rasul-Nya untuk disampaikan pada umat

sebagai pedoman

hidup agar bahagia dunia dan akhirat.

Fakta : dapat membaca dengan baik dan lancar

sesuai dengan

Makharijul Huruf, dapat mengaplikasikan

kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik

(husnuzzan), dan

persaudaraan (ukhuwah) dalam kehidupan

sehari-hari.

Prinsip/teori/dalil/hukum : Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12

Prosedur : melalui model pembelajaran colaborative

learning

diharapkan peserta didik mampu memiliki

pengetahuan

untuk membaca Q.S. al-hujurat/49: 10 dan

12 dengan

tajwid dan makharijul huruf serta mampu

mengamalkannya.

Dampak/hikmah/manfaat : 1. Terbiasa membaca al-qur’an dengan

tajwid dan

makharijul hurufnya.

2. dapat mengamalkan nilai-nilai yang

terkandung dalam

Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12.

3. hidup tentram dengan membaca ayat-

ayat suci

al-qur’an.

E. Langkah-langkah pembelajaran

Pertemuan I

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan 1. Guru membimbing peserta didik dengan berdoa sebelum memulai pembelajaran.

2. Guru memberikan ice breaking sebelum

20 menit

memulai pembelajaran. 3. Guru menginformasikan Tema pembelajaran

yaitu tentang meniti hidup dengan kemuliaan.

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Inti, meliputi: Mengamati

1. Menyimak bacaan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.

100 menit

Menanya 1. Mengajukan pertanyaan tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menjawab pertanyaan.

3. Memperhatikan peserta didik yang tidak berani menanya atau memberikan jawaban.

4. Mengamati keberanian dan sikap peserta didik dalam menjawab dan memberikan klarifikasi tentang benar tidaknya jawaban dari peserta didik yang lainnya.

Eksplorasi 1. Guru menjalankan metode Analityc Teams dengan membagi peserta didik menjadi 4 orang dalam satu kelompok, pembagian kelompok ditugaskan untuk:

Membaca materi pelajaran dan mendengarkan materi pelajaran.

Menganalisis materi pelajaran.

Hasil analisis di tulis dalam bentuk cerita drama.

2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru memperhatikan peserta didik dengan mengamati sikap terkait kerja sama, komunikatif, dan penguasaan materi serta mencatatnya di lembar pengamatan.

Asosiasi 1. Setelah mendapatkan hasil analisis dari materi pelajaran, setiap kelompok diminta untuk membuat cerita drama kemudian hasilnya dikumpulkan.

Komunikasi 1. Dalam masing-masing kelompok salah satu anggotanya mempresentasikan hasil analisis dan anggota lain dalam kelompok yang sama mengajukan pertanyaan atau sanggahan dengan menggunakan kata-kata santun.

2. Setiap kelompok mengumpulkan hasil cerita drama.

Penutup 1. Guru memberikan penguatan di akhir kegiatan dan umpan balik .

2. Peserta didik menyimak tentang tugas yang

15 menit

diberikan guru terkait dengan pembelajaran selanjutnya.

3. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama peserta didik.

Pertemuan II

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan 1. Guru membimbing peserta didik berdoa sebelum memulai pembelajaran.

2. Guru memberikan ice breaking sebelum memulai pembelajaran.

3. Guru menginformasikan Tema pembelajaran yaitu tentang meniti hidup dengan kemuliaan.

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

20 menit

Inti, meliputi: Mengamati

1. Menyimak bacaan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.

100 menit

Menanya 1. Mengajukan pertanyaan tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menjawab pertanyaan.

3. Memperhatikan peserta didik yang tidak berani menanya atau memberikan jawaban.

4. Mengamati keberanian dan sikap peserta didik dalam menjawab dan memberikan klarifikasi tentang benar tidaknya jawaban dari peserta didik yang lainnya.

Eksplorasi 1. Guru melakukan kegiatan Group Investigation kepada seluruh peserta didik dengan cara.

Memotivasi peserta didik agar selalu fokus dalam pembelajaran.

Memberi tahu materi yang akan disampaikan.

Meminta kepada peserta didik untuk menentukan dan membagi peran yang diinginkan.

Membiarkan peserta didik untuk menginvestigasi materi yang diberikan guru.

2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru memperhatikan peserta didik dengan mengamati sikap terkait kerja sama, komunikatif, dan penguasaan materi serta

mencatatnya di lembar pengamatan.

Asosiasi 1. Setelah menentukan dan membagi peran, guru meminta peserta didik untuk menginvestigasi materi pembelajaran lebih dalam.

Komunikasi 1. Setiap peserta didik mengeluarkan pendapatnya dari hasil investigasi dan peserta didik lain mendengarkan atau memberikan sanggahan dengan menggunakan kata-kata santun.

2. Peserta didik mengumpulkan hasil investigasi.

Penutup 1. Guru memberikan penguatan di akhir kegiatan dan umpan balik .

2. Peserta didik menyimak tentang tugas yang diberikan guru terkait dengan pembelajaran selanjutnya.

3. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama peserta didik.

15 menit

Pertemuan III

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan 1. Guru membimbing peserta didik berdoa sebelum memulai pembelajaran.

2. Guru memberikan ice breaking sebelum memulai pembelajaran.

3. Guru menginformasikan Tema pembelajaran yaitu tentang meniti hidup dengan kemuliaan.

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

20 menit

Inti, meliputi: Mengamati

1. Menyimak bacaan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.

100 menit

Menanya 1. Mengajukan pertanyaan tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menjawab pertanyaan.

3. Memperhatikan peserta didik yang tidak berani menanya atau memberikan jawaban.

4. Mengamati keberanian dan sikap peserta didik dalam menjawab dan memberikan klarifikasi tentang benar tidaknya jawaban dari peserta didik yang lainnya.

Eksplorasi 1. Guru melakukan kegiatan evaluasi kepada seluruh peserta didik dengan cara.

Memperlihatkan hasil karya peserta

didik.

Seluruh peserta didik memberikan kesan mengenai kelebihan dan kekurangan atas hasil karya yang mereka telah buat.

2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru memperhatikan peserta didik dengan mengamati sikap terkait kerja sama, komunikatif, dan penguasaan materi serta mencatatnya di lembar pengamatan.

Asosiasi 1. Setelah melihat hasil karya peserta didik, guru meminta peserta didik untuk memberikan komentar.

Komunikasi 1. Setiap peserta didik mengeluarkan pendapatnya dari hasil karya yang telah dibuat dan peserta didik lain mendengarkan atau memberikan sanggahan dengan menggunakan kata-kata santun.

2. Peserta didik menyimpulkan hasil komentar.

Penutup 1. Guru memberikan penguatan di akhir kegiatan dan umpan balik.

2. Peserta didik menyimak tentang tugas yang diberikan guru terkait dengan pembelajaran selanjutnya.

3. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama peserta didik.

15 menit