implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
TRANSCRIPT
-
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh: MUFARRIKHAH
02110280
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007
-
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN
KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan kepada: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: MUFARRIKHAH
02110280
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007
-
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh: MUFARRIKHAH
02110280
Telah Disetujui Oleh, Dosen Pembimbing:
Imron Rossidy, M.Th, M.Ed NIP. 150 303 046
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. M. Padil M.Pd.I NIP. 150 267 235
-
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Mufarrikhah (02110280)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Juli 2007 dengan nilai A
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I) Pada tanggal 20 Juli 2007
Panitia Ujian
Ketua Sidang Sekretaris Sidang, Drs. H. M. Djumransjah, M,Ed. Imron Rossidy, M.Th, M,Ed NIP. 150 024 016 NIP. 150 303 046 Penguji Utama, Pembimbing, Drs. H. Satral, M.Ag Imron Rossidy, M.Th, M,Ed NIP. 150 023 946 NIP. 150 303 046
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
-
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karya sederhana
ini kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu dekat di hati:
Bapak dan Ibuku tercinta, yang senantiasa mencurahkan jerih payahnya,
mendidik, menyayangi aku dan tak henti-hentinya mendo'akan aku dengan
setulus hati dalam setiap langkahku. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan kasih sayang Nya kepadamu. Hormat dan baktiku tiadalah arti,
jika dibandingkan dengan kasih sayang
yang telah kau berikan.
Cacakku seng caem dhe whe (Arif) makasih to semangat, kerja keras serta
pengirbananmu selama ini, sehingga adek bisa menyelesaikan skripsi ini. Tetep
semangat key. n Adekku Fendi (alm) semoga kau bahagia di sana
Ustadz Marzuki Mustamar dan Umi Saidah M
Yang telah membimbingku selama di PP. Sabilur Rosyad
Seluruh Santri PP. Sabilur Rasyad
special to: Yu riend, ijah, na2 dll yang telah memberi motivasi dan membantu
dalam penelitian ini, takkan terlupakan kebersamaan q-ta
Konco-konco jalanku (may, indah, anik, johan, cupez, nofa, tatik, arek2 Tamir Merjosari, arek2
Tumpang) yang telah menemani dan selalu memberi motivasi untuk tetap
tegar mengerjakan skripsi.
Ojekku tersayang (Pak Broto) thanks to all... may ure the best 4 me
MOTTO
-
:
Diriwayatkan Anas bin Malik r.a: Nabi Muhammad SAW
pernah bersabda, ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah
agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan
berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka
melarikan diri (dari Islam) (1:69-Mukhtar Al-Bukhori).
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyetakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh oang lain, kecuali yang secara tertulis diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
-
Malang,
Mufarrikhah
KATA PENGANTAR
-
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya hambatan yang berarti.
Sholawat serta salam penulis haturkan kehadirat sang pendidik sejati
Rasululah SAW, serta para sahabat, tabiin dan para umat yang senantiasa
berjalan dengan risalah-Nya.
Dengan terselesainya skripsi ini penulis tak lupa mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
sumbangan baik moril maupun spiritual.
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dan Ibu serta Kakak-kakakku serta adikku (alm) yang tercinta, yang
telah ikhlas memberikan doa restu, kasih sayang serta bimbingan yang
senantiasa menyertai ananda dalam meraih sukses.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Malang.
3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang.
4. Bapak Drs. Moh. Padil M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
5. Bapak Imron Rosiddy MTh, MEd. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar dan selalu
memotivasi sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
-
6. Bapak Tohiyat selaku kepala SDN Klurak Candi Sidoarjo yang telah
memberikan izin penelitian di SDN Klurak Candi Sidoarjo.
7. Bapak Utsman, selaku pengajar PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo yang telah
memberikan bimbingan dan arahan pada saat penelitian di lapangan.
8. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2002, beserta semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
9. Ustadz Marzuki Mustamar dan Umi Saidah, terima kasih atas dorongan
moril yang telah diberikan kepada penulis.
10. Seluruh sahabat PP. Sabilur Rosyad yang selalu menemani dan memberi
support penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat di Mushollah Wardatul Islah Merjosari, terima kasih atas
kebersamaannya selama ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
serta masukan yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca.
Penulis juga mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan rahmat-Nya, amin ya robbal
alamin.
Malang, 15 Juli 2007
Penulis
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Pelaksanaan Pakem
Tabel 2: Keadaan Siswa
-
Tabel 3: Lembar Observasi Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas
Table 4: Data Personalia SDN Klurak Candi Sidoarjo
Tabel 5: Jumlah Murid Menurut Tingkat Jenis Kelamin dan Usia
Tabel 6: Daftar Nama Siswa Kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2: Model Penelitian Tindakan Kelas
-
Gambar 3: Siklus Penelitian
Gambar 4: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas
Gambar 5: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar
Gambar 6: Diagram Peningkatan Keaktifan
Gambar 7: Diagram Peningkatan Kreativitas
Gambar 8: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Pre
Test Siklus III
Gambar 9: Kondisi Pembelajaran Konvensional
Gambar 10: Kondisi PAKEM
Gambar 11: Siklus Penelitian
Gambar 12: Denah SDN Klurak Candi Sidoarjo
Gambar 13: Struktur Organisasi SDN Klurak Candi Sidoarjo
Gambar 14: Beberapa Sarana Belajar SDN Klurak
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Modul
Lampiran 2: Kunci Jawaban Modul
-
Lampiran 3: Rencana Pembelajaran
Lampiran 4: Instrumen Observasi
Lampiran 5: Instrumen Dokumentasi
Lampiran 6: Lembar Observasi
Lampiran 7: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas
Lampiran 8: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar
Lampiran 9: Diagram Peningkatan Keaktifan
Lampiran 10: Diagram Peningkatan Kreativitas
Lampiran 11: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas
Pre Test Siklus III
Lampiran 12: Kondisi Pembelajaran Konvensional
Lampiran 13: Kondisi PAKEM
Lampiran 14: Siklus Penelitian
Lampiran 15: Denah SDN Klurak Candi Sidoarjo
Lampiran 16: Struktur Organisasi SDN Klurak Candi Sidoarjo
Lampiran 17: Data Personalia SDN Klurak Candi Sidoarjo
Lampiran 18: Jumlah Murid Menurut Jenis Kelamin dan Usia
Lampiran 19: Daftar Nama Siswa Kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo
Lampiran 20: Beberapa Sarana Belajar SDN Klurak
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................i
-
HALAMAN PESETUJUAN ......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
HALAMAN MOTTO ...............................................................................vii
KATA PENGANTAR............................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................xv
DAFTAR TABEL ...................................................................................xvi
ABSTRAK ...............................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................13
C. Tujuan Penelitian................................................................................13
D. Manfaat Penelitian..............................................................................14
E. Ruang Lingkup Pembahasan..............................................................14
F. Definisi Operasional...........................................................................15
G. Sistematika Pembahasan ....................................................................16
BAB II KAJIAN TEORI
A. PAKEM...........................................................................................19
1. Pengertian PAKEM ..................................................................19
-
2. Latar Belakang PAKEM ...........................................................28
3. Tujuan PAKEM ........................................................................39
4. PAKEM dalam Perpsektif PAI .................................................40
5. Implementasi PAKEM Pada PAI..............................................42
6. Keterkaitan PAKEM dengan Motivasi ....................................47
7. Keterkaitan PAKEM dengan Keaktifan....................................50
8. Keterkaitan PAKEM dengan Kreativitas ..................................52
B. Motivasi Belajar ..............................................................................54
1. Pengertian Motivasi Belajar......................................................54
2. Fungsi Motivasi Belajar ............................................................58
3. Tujuan Motivasi ........................................................................59
4. Ciri-ciri Motivasi.......................................................................60
5. Prinsip-prinsip Motivasi............................................................62
6. Macam-macam/jenis Motivasi ..................................................64
7. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah..........................................66
8. Cara Menimbulkan dan Memupuk Motivasi ............................69
C. Keaktifan ........................................................................................72
1. Pengertian Keaktifan.................................................................72
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan ..........................78
3. Prinsip-prinsip Aktivitas ...........................................................82
4. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar...........................................84
D. Kreativitas .......................................................................................86
1. Pengertian Kreativitas ...............................................................86
-
2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif.....................................................90
3. Pendekatan 4 P dalam Mengembangkan Kreativitas ................92
4. Kreativitas dalam Perspektif Pendidikan Islam ........................96
E. Pendidikan Agama Islam ................................................................98
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................98
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam............................................100
3. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ...............104
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian...........................................................109
B. Instrumen Penelitian .....................................................................112
C. Lokasi Penelitian...........................................................................112
D. Sumber Data dan Jenis Data .........................................................112
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................114
F. Analisis Data .................................................................................116
G. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................117
H. Tahap-tahap Penelitian..................................................................118
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian..................................................125
1. Sejarah SDN Klurak Candi Sidoarjo.......................................125
2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Klurak Candi Sidoarjo................126
3. Keadaan Guru..........................................................................127
4. Keadaan Siswa.........................................................................127
5. Sarana dan Prasarana...............................................................128
-
B. Siklus Penelitian............................................................................128
1. Identifikasi Masalah................................................................128
2. Siklus I ....................................................................................135
3. Siklus II ...................................................................................149
4. Siklus III..................................................................................163
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN..................................174
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................191
B. Saran-Saran ...................................................................................192
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK Mufarrikhah. 2007. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Siswa Kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan
-
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Imron Rossidy M.Th., M.Ed.
Kata Kunci: PAKEM, PAI, Motivasi Belajar, Keaktifan, Kreativitas Siswa
Pembelajaran konvensional yang banyak digunakan guru agama Islam
selama ini cenderung monoton, tekstual dan statis sehingga siswa kehilangan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitasnya. Hal ini disebabkan guru berperan lebih aktif sedangkan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Pembelajaran konvensional dirasa kurang efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar, keaktifan serta kreativitas siswa. Atas dasar itu, perlu dicarikan alternatif-alternatif baru dalam pembelajaran PAI. Salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa adalah Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang dirasa lebih tepat untuk mengatasi problema yang ada selama ini.
Berangkat dari uraian di atas, penulis mencoba untuk meneliti PAKEM sebagai salah satu alternatif pembelajaran dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah PAKEM dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya? 2. Bagaimana implementasi PAKEM pada mata pelajaran PAI yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo?
Berdasarkan paparan di atas, peneliti menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom action research) jenis kolaboratif partisipatoris, dengan model yang dikembangkan oleh Elliot. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, interview dan dokumentasi. Data yang bersifat kualitatif dianalisa dengan deskriptif kualitatif sedangkan data yang bersifat kuantitatif dianalisa dengan analisa deskriptif kuantitatif dengan rumus:
P = BaseRate
BaseRatePostRateX 100 %
Keterangan: P = Presentasi peningkatan Post Rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan Base Rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan (Gugus, 1999/2000:1).
Hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa implementasi PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo. Indikator peningkatannya ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa dari siklus ke siklus. Hasil observasi dari lapangan menunjukkan bahwa motivasi belajar mengalami peningkatan dari pre test ke siklus I sebesar 66%, dari pre test ke siklus II sebesar 93%, dari pre test ke siklus III sebesar 140%, dari siklus I ke siklus II sebesar 16%, dari siklus I ke siklus III sebesar 44% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 24%. Peningkatan keaktifan dari pre test ke
-
siklus I sebesar 83%, dari pre test ke siklus II sebesar 125%, dari pre test ke siklus III sebesar 150%, dari siklus I ke siklus II sebesar 22%, dari siklus I ke siklus III sebesar 36% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11%. Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada pre test ke siklus I sebesar 41%, dari pre test ke siklus II sebesar 116%, dari pre test ke siklus III sebesar142%, dari siklus I ke siklus II sebesar 59%, dari siklus I ke siklus III sebesar 71%, dari siklus II ke siklus III sebesar 7%. Bentuk implementasi PAKEM yang optimal dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada pelajaran PAI adalah dengan menggunakan metode yang bervariasi: team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir kartu), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), reinforcement serta modul.
Saran yang dapat disampaikan peneliti adalah (1) Lembaga pendidikan yang berwenang diharapkan dapat merealisasikan PAKEM karena dari hasil penelitian PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa (2) Tenaga pengajar hendaknya dapat mengimplementasikan PAKEM pada kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi seperti team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD), reinforcement dan penggunaan modul sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan serta kreativitas siswa dalam pembelajaran (3) Perlu adanya penelitian PAKEM lebih lanjut dengan menggunakan variabel dan metode penelitian yang berbeda agar diperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan data yang lebih absah.
BAB I
PENDAHULUAN
-
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu
keadaan yang sangat sulit. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM)
bangsa Indonesia masih rendah sehingga belum siap dalam menghadapi
persaingan global. Menurut catatan Human Development Report Tahun 2003 versi
UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas Sumber Daya
manusia berada pada urutan 112. Indonesia berada jauh di bawah Filipina (85),
Thailand (74), Malaysia (58), Brunei Darussalam (31), Korea Selatan (30), dan
Singapura (28). Organisasi Internasional yang lain juga menguatkan hal itu.
International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan
membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei.
Sementara itu, Third Matemathics and Science Study (TIMSS), lembaga yang
mengukur hasil pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan matematika
siswa SMP kita berada di urutan ke-34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan
IPA berada di urutan ke-32 dari 38 negara (Nurhadi, 2003:1).
Dikarenakan kondisi bangsa Indonesia SDM-nya masih sangat rendah,
sehingga mereka hanya lebih disibukkan oleh kepentingan-kepentingan mereka
sendiri tanpa memperhatikan dan memikirkan bagaimana memajukan bangsa
Indonesia supaya bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Dari permasalahan-permasalahan di atas Muhaimin (2005:17-18)
memaparkan bahwa hasil survey negeri kita masih bertengger dalam jajaran
Negara yang paling korup di dunia, KKN melanda di berbagai institusi, disiplin
makin longgar, semakin meningkatnya tindak kriminal, tindak kekerasan,
-
anarchisme, premanisme, konsumsi minuman keras dan narkoba sudah melanda
di kalangan pelajar dan mahasiswa. Masyarakat kita juga cenderung mengarah
pada masyarakat kepentingan/patembayan (gesellschaft), nilai-nilai masyarakat
paguyuban (gemeinschaft) sudah ditinggalkan, yang tampak di permukaan adalah
timbulnya konflik kepentingan-kepentingan, baik kepentingan individu,
kelompok, agama, etnis, politik maupun kepentingan lainnya.
Dilihat dari permasalahan-permasalahan di atas, bangsa Indonesia
memang sedang menghadapi krisis multidimensional. Mulai dari krisis kualitas
SDM rendah sehingga menyebabkan krisis moral. Muhaimin (2005:18) lebih
lanjut mengungkapkan bahwa krisis ini, secara langsung atau tidak, berhubungan
dengan persoalan pendidikan. Ironisnya, krisis tersebut menurut sementara pihak-
katanya-disebabkan karena kegagalan pendidikan agama, termasuk di dalamnya
pendidikan agama Islam.
Meskipun penjelasan di atas belum tentu sepenuhnya benar, bahwa karena
kegagalan pendidikan agama yang menyebabkan timbulnya krisis moral, tetapi
bisa jadi dikarenakan oleh faktor-faktor yang lainnya, misalkan apabila peserta
didik kurang peduli pada lingkungan hidup di sekitarnya, juga merupakan
kegagalan dari guru IPA, apabila siswa yang kurang sopan dalam berbicara
dengan orang yang lebih tua, itu juga merupakan kegagalan dari guru bahasa dan
lain-lain. Jadi bukan berarti bahwa semuanya merupakan kesalahan daripada
pembelajaran pendidikan agama di sekolah.
Tetapi dalam kenyataan di lapangan memang selama ini pembelajaran
pendidikan agama Islam yang berlangsung masih mengalami banyak kelemahan,
-
penyampaian materi pelajaran kurang begitu dipahami oleh peserta didik sehingga
menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak mengerti akan agama Islam itu sendiri
apalagi mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Muchtar Bukhori dalam Muhaimin (2005:23) menilai pendidikan
agama masih gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktek pendidikannya
hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-
nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif,
yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya
terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis
dalam kehidupan nilai agama. Disebutkan juga oleh Harun Nasution dalam
Muhaimin (2005:23) Dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi
pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral,
padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.
Dalam konteks sistem pembelajaran, pendidikan agama titik lemahnya
agaknya lebih terletak pada komponen metodologinya. Kelemahan tersebut dapat
diidentifikasi sebagai berikut: (1) kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang
kognitif menjadi makna dan nilai atau kurang mendorong penjiwaan terhadap
nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik; (2)
kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program
pendidikan non-agama; (3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya,
dan/atau bersifat statis kontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik
-
kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian
(Muhaimin, 2005:27).
Menurut Sutrisno (2005:37) bahwa:
Proses pembelajaran yang digunakan para guru agama Islam selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah. Guru memberi penjelasan dengan berceramah mengenai materi pelajaran dan siswa sebagai pendengar. Metode pembelajaran semacam ini kurang memberikan arahan pada proses pencarian, pemahaman, penemuan dan penerapan. Akibatnya, pendidikan agama Islam kurang dapat memberikan pengaruh yang berarti pada kehidupan sehari-hari siswa-siswanya. Akibatnya, terjadi krisis moral pada kalangan siswa-siswa SD, SLTP dan SMU, yang pada akhirnya krisis moral pun meluas pada anak-anak bangsa ini.
Begitu juga dengan pendapat Menteri Agama RI, Muhammad Maftuh
Basyuni (Tempo, 24 November 2004), bahwa pendidikan agama yang
berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi (pemikiran)
daripada afeksi (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku). Menurut istilah
Komaruddin Hidayat dalam Fuaduddin Hasan Bisri pendidikan agama lebih
berorientasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya banyak orang yang
mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi prilakunya tidak relevan dengan nilai-
nilai ajaran agama yang diketahuinya (Muhaimin, 2005:23).
Sedangkan menurut Towaf dalam Muhaimin (2005:25) telah mengamati
adanya kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, antara lain: (1)
pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan
norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga
peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam
keseharian; (2) kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah
sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi,
-
tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk
memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang
tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas, maka guru
PAI kurang supaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk
pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4)
keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya.
Dari berbagai pendapat yang telah disuguhkan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa kebanyakan dari pendapat-pendapat tersebut mengemukakan
bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah masih tradisional.
Dalam pembelajaran tradisional yang berlangsung secara monoton, yang
hanya disuguhi dengan metode ceramah, maka siswa merasa tersiksa di dalam
kelas, bahkan kelas seakan seperti penjara. Sehingga pembelajaran tersebut tidak
bisa menyerap apa yang telah diterangkan oleh guru pada siswa karena sudah
tidak konsentrasi lagi pada pelajaran. Kondisi seperti ini, menyebabkan motivasi
belajar siswa hilang, dengan tidak adanya motivasi dalam diri siswa maka mereka
akan malas mendengarkan apalagi mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan
pada mereka, dengan demikian maka kreativitas siswa tidak akan berkembang.
Kegiatan belajar mengajar di kelas hanya didominasi oleh guru, seakan-
akan guru adalah sumber utama dalam belajar, sedangkan para siswa hanya
sebagai pendengar setia, para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang
dipompakan oleh guru dan mereka menelan saja hal-hal yang direncanakan dan
disampaikan oleh guru, siswa dianggap sebagai objek. Seperti yang dikemukakan
Usman dalam Hj. Zahera Sy, (2000:26), yaitu guru harus pandai menyuapi sekian
-
banyak siswa pada waktu yang sama dengan makanan pengetahuan yang telah
diolah dan dimasak oleh guru sendiri, siswa tinggal menelannya tanpa proses
bahwa makanannya itu pahit, manis atau basi sekalipun.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang seperti ini kegiatan mandiri
dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan
menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih
mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan; guru
cukup mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada siswa. Disisi lain,
siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif
atau tidak aktif (Hamalik, 2001:170), jadi kegiatan belajar mengajar tidak
dititikberatkan pada kegiatan siswa yang menyebabkan siswa tidak aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan
berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-
otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena guru
menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani
mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja
sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dalam suasana inilah kemampuan kreatif
dapat tumbuh dengan subur (Munandar, 1999:12).
Ungkapan Guilford pada tahun 1950 dalam Munandar (1999:7) dalam
pidato pelantikannya sebagai presiden American Psychologikal Association,
bahwa:
-
Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan
tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang
diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka
tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara
baru.
Dapat ditarik kesimpulan dari pidato Guilford di atas bahwa ia memberi
penekanan dalam penelitian bidang pengembangan kreativitas pada pendidikan
formal sangat kurang dan diterlantarkan.
Seperti halnya hasil penelitian yang telah diungkapkan oleh Mahaguru
UGM Prof. Dr. M.S.A. Sastroamidjojo dalam keprihatinannya akan menurunnya
kreativitas manusia, (Sinar Harapan, 4 Mei 1984, hal. 1). Harianto GP juga
menegaskan bahwa sistem menghafal masih mendominasi di sekolah hingga
perguruan tinggi, dengan perkataan lain kreativitas siswa/mahasiswa kurang/tidak
ada, (Pelita, 20 Maret 1985, hal. 3). Dari hasil pengamatan dan penelitian, para
ahli menyimpulkan bahwa anak kecil pada dasarnya sangat kreatif. Hal ini nyata
dari perilaku anak kecil: ia senang mengajukan pertanyaan, senang menjajaki
lingkungannya, tertarik untuk mencoba-coba segala sesuatu, dan mempunyai daya
khayal yang kuat. Namun merupakan kenyataan pula bahwa dengan
meningkatnya usia anak, kreativitasnya bukannya meningkat tetapi justru
menurun, makin lama duduk di bangku sekolah makin tidak kreatif. Hal ini
menimbulkan pertanyaan pada para pendidik: sejauh mana pendidikan formal
menunjang atau menghambat perkembangan kreativitas seorang anak? (Semiawan
et al, 1987:12).
-
Dalam pendidikan formal, kemampuan-kemampuan mental yang dilatih
umumnya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, ingatan, dan penalaran
logis. Di sekolah siswa biasanya dituntut untuk menerima apa yang dianggap
penting oleh guru, dan menghafalnya. Keberhasilan dalam pendidikan sering
hanya dinilai dari sejauh mana siswa mampu memproduksi bahan pengetahuan
yang diberikan. Ia dihadapkan pada soal-soal yang harus ia pecahkan dengan
menemukan satu-satunya jawaban yang benar, sering kali ia dituntut pula untuk
memecahkan soal-soal tersebut hanya dengan satu cara. Cara-cara lain, walaupun
menuju pada jawaban yang sama, sering tidak diperbolehkan oleh guru. Dapatlah
dipahami bahwa pendekatan seperti ini justru menimbulkan kekakuan dalam
berpikir dan kesempitan dalam meninjau suatu masalah. Dengan demikian daya
pikir kreatif sebagai kemampuan untuk dapat melihat suatu masalah dari berbagai
sudut tinjau, justru terhambat. Jika anak di sekolah tidak pernah atau jarang
dituntut untuk menjajaki berbagai alernatif jawaban terhadap suatu persoalan,
bagaimana dapat diharapkan bahwa kreativitasnya akan berkembang? (Semiawan,
1987:12). Dengan nada yang agak berbeda, F. Dennis menyatakan bahwa siswa-
siswa SD sampai PT, sekolah hanya mengejar status, mereka lebih mementingkan
nilai, bukannya prestasi. Siswa-siswa mengejar nilai dengan cara nyontek,
nyogok, atau belajar model foto copy; dengan kata lain kreatif mereka memang
rendah (Pelita, 26 Maret 1984, hal.V dalam Slameto, 1991:138-139).
Menurut Semiawan dalam Suharto, (Pengembangan Kreativitas
Menghadapi Globalisasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor II, Tahun 27, Juli 2000.
Hal:160) bahwa "Dengan keterpaduan antara aspek kognitif, afektif dan
-
psikomotorik, maka akan menimbulkan kreativitas". Tanpa kreativitas suatu
masyarakat kemungkinan akan menjadi terhambat pembangunannya (Muhadjir
dalam Soeparman, Hubungan kemandirian dengan Kreativitas Siswa SMU, Jurnal
Ilmu Pendidikan, Nomor I, Tahun 27, Januari 2000. Hal:93).
Disamping pendidik memasukkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
pada siswa, pendidik juga harus bisa membangkitkan semangat (motivasi) belajar
siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Hj. Zahera Sy, yang mana salah satunya adalah
penggunaan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran merupakan salah
satu cara untuk memotivasi siswa. Ternyata hasilnya termasuk kriteria baik
(66,67%) (Hj. Zahera Sy, Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap
Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I,
Jilid 7. 2000. Hal:29). Dengan timbulnya motivasi, maka siswa akan terdorong
aktif dalam proses pembelajaran dan membuat siswa tersebut kreatif.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satunya
yang sangat berperan yaitu terletak pada pembelajaran. Oleh karena itu guru harus
berusaha semaksimal mungkin bagaimana menciptakan pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi siswa agar siswa semangat dalam belajar, bagaimana agar
siswa benar-benar terlibat aktif secara fisik, mental, intelektual dan emosional
dalam pembelajaran dan bagaimana menciptakan siswa-siswa yang kreatif.
Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, karena
siswalah yang seharusnya banyak aktif.
-
Berbicara tentang pembelajaran, maka tidak akan lepas dengan
pengalaman belajar apa yang mesti diberikan kepada peserta didik agar memiliki
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup maupun untuk meningkatkan
kualitas dirinya sehingga mampu menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat (life
long education). Dalam hal ini empat pilar pendidikan yang dicanangkan
UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be and learning to
live together merupakan hal yang harus menjiwai program-program kegiatan
belajar mengajar di sekolah (Supriono S, 2001:21).
Diungkapkan lagi oleh Supriono S (2001:21) bahwa:
Atas dasar prinsip-prinsip tersebut, maka pembelajaran di sekolah
hendaknya mengaktifkan peserta didik tidak hanya secara mental sehingga
mampu menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan partisipatif terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah
salah satu strategi untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan
menyenangkan siswa, sehingga siswa termotivasi untuk aktif dan kreatif dalam
proses belajar mengajar.
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah
satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran
dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk
lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka
sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan. PAKEM
(http://pakem.org/, diakses 13 Mei 2006).
-
Dalam PAKEM ini, terdiri dari pembelajaran aktif, aktif dimaksudkan
bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang mampu
merangsang siswa sehingga siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan/ide.
Dari keaktifan siswa ini maka dapat mengembangkan kreativitas, menyenangkan
adalah suasana belajar gembira yang mana dengan suasana belajar yang
menyenangkan maka perhatian siswa akan tertumpu pada belajar. Aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran itu tidak ubahnya seperti bermain. Pembelajaran yang efektif antara
lain ditandai dengan: (1) Siswa sebagai subjek didik; (2) Metode mengajar yang
beragam; (3) Menghindari verbalistik; dan (4) Variasi pembelajaran (Nursito,
2002:48).
PAKEM lebih menekankan pada pengembangan kemampuan anak melalui
"learning by doing" (belajar melalui berbuat) atau melakukan aktivitas sendiri.
Dengan keaktifan siswa dalam belajar, maka siswa akan memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Dalam suasana pembelajaran yang aktif saja sebenarnya pembelajaran
yang menyenangkan sudah mulai tercipta. Apalagi jika guru secara kreatif dapat
menjalankan komunikasi dua arah yang menyenangkan. Senyum guru, misalnya,
mempunyai makna yang sangat dalam bagi keberhasilan pembelajaran. Sebab,
senyum itu dapat mencairkan suasana yang beku, monoton, dan tidak menarik.
Achmad Sapari, Pembelajaran yang Menyenangkan Didaktika
-
(http://www.kompas.com/kompas-cetak/dikbud/pemb09.htm, diakses 17 Mei
2006).
Pembelajaran aktif, kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM),
bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan
dengan menyiapkan siswa memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan sikap,
guna mempersiapkan kehidupan masa depannya. Di dalam PAKEM juga guru-
guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang berbeda-beda, termasuk
pembelajaran yang interaktif. Pembelajaran PAKEM
(http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006).
Di SDN Klurak Candi Sidoarjo pada saat proses belajar mengajar
berlangsung guru masih sering menggunakan metode tradisonal tepatnya metode
ceramah. Kegiatan belajar mengajar dalam kelas tersebut kurang begitu
komunikatif dikarenakan guru masih mendominasi kelas, sehingga motivasi dan
keaktifan peserta didik kurang, yang mengakibatkan peserta didik banyak yang
bermain-main dan tidur-tiduran disela-sela pembelajaran dan kurangnya
keberanian peserta didik dalam menanyakan hal-hal yang masih belum mereka
pahami dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, dari fenomena tersebut
dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa masih belum terlihat.
Berpijak pada pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
sebuah judul IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,
EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA
PELAJARAN PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR,
-
KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK
CANDI SIDOARJO.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan di sini adalah:
1. Apakah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas
V SDN Klurak Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya?
2. Bagaimana implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI yang dapat
meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN
Klurak Candi Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan proposal ini
adalah:
1. Untuk mengetahui Apakah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dapat meningkatkan
motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak
Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI yang dapat
-
meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreatifitas siswa kelas V SDN
Klurak Candi Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Hasil penelitian ini tentunya sangat berguna bagi penulis sebagai media
pengembangan dan memperluas ilmu pengetahuan baik secara teori
maupun praktek pendidikan agama Islam sesuai dengan disiplin ilmu yang
telah penulis tekuni.
2. Sebagai masukan bagi para guru PAI sehingga bisa menciptakan
pembelajaran PAI yang baik.
3. Sebagai acuan bagi penelitian yang lain yang akan mengadakan penelitian
lebih lanjut berkenaan dengan implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dalam
meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa.
E. Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, mudah dipahami dan terhindar
dari persepsi yang salah dengan penulisan skripsi ini, maka perlu adanya Hal ini
ditempuh untuk menghindari kekaburan obyek agar sesuai dengan arah dan tujuan
penelitian.
Adapun ruang lingkup pembelajaran ini berfokus pada pembahasan
tentang implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
-
(PAKEM) pada mata pelajaran PAI dalam meningkatkan motivasi belajar,
keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo. Penelitian ini
tidak mengkaji tentang peningkatan motivasi, keaktifan dan kreativitas terhadap
materi-materi yang lain selain PAI.
F. Definisi Operasional
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah
satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran
dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk
lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka
sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan. PAKEM
(http://pakem.org/, diakses 13 Mei 2006).
Pemahaman tentang pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah/perguruan
tinggi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktivitas dan PAI
sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti upaya yang secara sadar
dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam
mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan
memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup dan keterampilan hidup,
baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial yang
bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Sedangkan PAI sebagai
fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau
penciptaan suasana yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup
yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, yang diwujudkan
-
dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberaa pihak
(Muhaimin dalam Muhaimin, 2005:15).
Motivasi belajar adalah rangsangan, dorongan belajar yang sangat besar
karena keinginan anak untuk berhasil dapat dilihat dari besarnya tanggung jawab,
besarnya kebutuhan anak akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (Titiek
Syamsiah, Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Murid tentang Lingkungan
Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu
Pendidikan, Nomor Khusus, Tahun 26, Desember 1999. Hal:125).
Keaktifan menurut Sardirman dalam Hj. Zahera Sy, Cara Guru
Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses
Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I, Jilid 7, Februari 2000.hal:27)
adalah keterlibatan belajar yang mengutamakan keterlibatan fisik maupun mental
secara optimal.
Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, model baru yang berguna
bagi dirinya dan bagi masyarakat (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:104).
G. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam skripsi nanti terdapat kesinambungan dan
sitematis, maka dalam penulisannya ini mencakup enam bab berdasarkan
pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
-
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORI
Berisi tentang: pengertian PAKEM, latar belakang PAKEM, tujuan
PAKEM, PAKEM dalam perspektif PAI, implementasi PAKEM pada PAI,
keterkaitan PAKEM dengan motivasi, keterkaitan PAKEM dengan keaktifan,
keterkaitan PAKEM dengan kreativitas, pengertian motivasi belajar, fungsi
motivasi belajar, tujuan motivasi, ciri-ciri motivasi, prinsip-prinsip motivasi,
macam-macam/jenis motivasi, bentuk-bentuk motivasi di sekolah, cara
menimbulkan dan memupuk motivasi, pengertian keaktifan, faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan, prinsip-prinsip aktivitas, jenis-jenis aktivitas dalam
belajar, pengertian kreativitas, ciri-ciri kepribadian kreatif, pendekatan 4 P dalam
mengembangkan kreativitas, kreativitas dalam perspektif pendidikan Islam,
pengertian PAI, tujuan PAI, dasar-dasar pelaksanaan PAI.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, instrumen
penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berisi tentang deskripsi data yang memuat gambaran obyek penelitian
mulai dari sejarah berdirinya madrasah, sarana dan prasarana, visi dan misi sesuai
dengan rumusan masalah dan hasil dari analisis data
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
-
Berisi tentang jawaban dari masalah penelitian yaitu bagaimana
implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
pada mata pelajaran PAI yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan
kreativitas siswa dan apakah mata pelajaran PAI dengan mengimplementasikan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dapat
meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
-
KAJIAN TEORI
A. PAKEM
1. Pengertian PAKEM
Pakem yaitu singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan ini adalah salah satu pembelajaran yang baru diterapkan
pada sekolah-sekolah. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan
proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.
PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di
dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek,
penelitian, penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang
hanya dibatas dari imaginasi guru. Phillip Rekdale. PAKEM
(http://pakem.org. Diakses 13 Mei 2006).
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
dapat diartikan sebagai berikut:
a. Active learning (Belajar Aktif)
Bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang
merupakan proses aktif dan si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan (Depdiknas, 2004:3, 3-8).
-
b. Creative Learning (Belajar dengan kreatif)
Dalam membaca pemahaman siswa dikondisikan belajar dengan
kreatif. Hal demikian dapat dilakukan guru dengan cara memberi
tugas-tugas membaca pemahaman yang menuntut siswa kreatif untuk
memecahkan masalah-masalah yang muncul. Misalnya siswa diberi
tugas membaca di perpustakaan. Buku-buku yang akan dipelajari
siswa sudah disiapkan. Siswa disuruh merangkum. Satu bab dari buku
yang dibaca dengan bahasanya sendiri. Dengan demikian siswa dapat
kreatif, karena bahasanya tidak harus sama dengan yang ada di buku
(Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Kelas IV SDN Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan
Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM
Malang, 2005, hlm. 26).
Sedangkan menurut Depdiknas, kreatif dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).
Pembelajaran yang kreatif juga sangat berhubungan dengan
pembelajaran yang aktif, peran siswa aktif dalam pembelajaran bisa
membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu
untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
c. Efective Learning (belajar dengan Efektif)
-
Dengan membaca pemahaman guru diharapkan mampu
menciptakan efektif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) salah
satu caranya adalah guru sebelum mengajar sudah merancang berbagai
hal yang akan dilakukan dalam KBM. Diantaranya siswa diharapkan
merangkum isi bacaan dengan dibatasi waktu. Siswa dapat menjawab
pertanyaan bacaan dengan tepat. Dengan melatih kecepatan dalam
menjawab dan merangkum sangat melatih siswa dalam hal bekerja dan
berfikir cepat serta tepat. Hal demikian bila dilatihkan secara kontinyu
akan memupuk kebiasaan pada siswa yaitu sikap praktis dan efektif
dalam kegiatan sehari-hari (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan
Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pogar II Kecamatan
Bangil dengan Menggunakan Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi,
Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang, 2005, hlm. 26-27).
d. Menyenangkan
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh
pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya ("time on task") tinggi
(Depdiknas, 2004:3, 3-8).
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
-
pembelajaran yang dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak
ubahnya seperti bermain biasa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).
Dan dalam buku paket pelatihan awal disebutkan bahwa secara
garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Siswa terlibat berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui
berbuat.
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan 'pojok baca'.
d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya
(Depdiknas, 2004:3, 3-8).
PAKEM juga dapat diartikan sebagai berikut:
-
a. Pembelajaran yaitu;
Usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
b. Aktif yaitu;
Mengemukakan pendapat, menemukan, mengembangkan penalaran,
mengkomunikasikan ide / gagasan untuk memecahkan masalah
c. Kreatif yaitu;
1) Memahami masalah
2) Merencanakan pemecahan masalah
3) Merencanakan kegiatan
4) Mengkaji ulang pelaksanaan pemecahan masalah
5) dll
d. Efektif yaitu;
Dalam waktu singkat dapat mencapai tujuan yang diharapkan
e. Menyenangkan yaitu;
Siswa terpesona dengan keindahan, kenyamanan, kemanfaatannya
sehingga terlibat aktif dan asyik
Definisi PAKEM juga diungkapkan oleh Anik Zuroidah sebagai
berikut, adapun pengertian huruf PA dalam sistem ini adalah pembelajaran
aktif. Artinya siswa harus ikut aktif dalam mencermati materi yang
diberikan oleh guru. Jadi bukan hanya guru yang aktif memberikan materi,
tapi juga harus melibatkan siswa. Pengertian K (kreatif) yaitu guru
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mereka
mengembangkan daya pikir, sehingga bisa menghasilkan sesuatu sesuai
-
dengan materi yang diajarkan guru. E (Efektif) berarti sedikit bicara
banyak kerja artinya para siswa langsung mempraktekkan materi. Jadi
mereka akan merasakan dan sekaligus memahami materi tanpa harus
diberi ceramah. Poin ini tentu saja akan menghemat waktu dan tenaga
dalam pembelajaran. M (Menyenangkan) berarti sesuai pembelajaran
yang tidak membosankan. Jika siswa terlibat langsung sebagai subjek
belajar, mereka selalu senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36).
Sedang menurut E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah:
a. Pembelajaran Aktif
Merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan
peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi,
seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian
terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pembelajaran Kreatif
-
Merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru dalam
memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode
dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran,
dan pemecahan masalah.
c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan
pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta
didik harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam
pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif,
dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara
aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk
menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi
tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini
memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam
rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.
d. Pembelajaran Menyenangkan
-
Pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) merupakan suatu
proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang
kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa
atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran
menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri
sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini
dimungkinkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi
tidak memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan informasi lebih
cepat dari peserta didiknya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pakem adalah
pembelajaran yang menitikberatkan pada anak didik. Dalam proses belajar
mengajar anak didik disuruh belajar sendiri, sedangkan guru hanya
menjadi fasilitator saja. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya
sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman
Siswa Kelas IV SDN Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan
Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM
Malang, 2005, hlm. 28).
-
Dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan
kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan (Depdiknas,
2004:3, 3-1).
Dalam pembelajaran PAKEM model pembelajarannya pertama
dilakukan dengan kegiatan memahami konsep pengetahuan dan
ketrampilan tertentu selalu dilakukan dengan menekankan prinsip belajar
sambil bekerja dan belajar sambil bermain. Kedua, kegiatan memahami
konsep pengetahuan dan ketrampilan tertentu selalu menggunakan alat
bantu belajar dan memanfaatkan lingkungan sekitar, agar dapat tercipta
pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan lebih efektif. Ketiga,
kegiatan pembelajaran selalu menekankan prinsip kerjasama dan
kemandirian. Keempat, tempat belajar ditata dan dikelola secara fleksibel,
misalnya penataan ruang kelas sesuai dengan kebutuhan kelas, dalam kelas
perlu ada hiasan edukatif yang menarik, tempat pemajangan hasil karya
siswa, serta adanya perpustakaan kelas atau sudut baca. (Zulaicha,
"Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN
Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan Model Pakem dan Non
Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang, 2005, hlm. 28).
PAKEM ini akan mudah dilaksanakan jika 1). Guru memiliki
persiapan matang, misalnya ada sumber belajar, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas 2). Guru bersikap wibawa. Artinya para siswa akan
merasa senang mengerjakan sesuatu atas tuntutan guru bukan merasa
-
terbebani 3). Guru kreatif artinya guru bisa mengetahui kondisi kelas dan
bisa menemukaan solusi pembelajaran kelas yang berbeda. 4). Guru
memiliki profesionalisme kerja artinya guru tak hanya sekedar memberi
materi kepada siswa. Namun lebih mengutamakan perubahan sikap dan
prilaku para siswa ke arah yang lebih baik. 5). Guru bersikap ing ngarso
sung tuladha ing madya mbangun karsa. Tut wuri handayani artinya
dalam memberi bimbingan, guru harus memberi contoh, turut berperan
dan memberi dukungan (Zuroidah, 2005:36).
2. Latar Belakang PAKEM
Pakem adalah wujud dari salah satu hasil kerjasama antara
UNESCO dan UNICEF dengan dukungan pemerintah Indonesia,
khsususnya Departemen Pendidikan Nasional. Yang melaksanakan satu
kegiatan rintisan yang disebut "Menuju Masyarakat Peduli Pendidikan
Anak Dengan Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar Melalui Manajemen
Berbasis Sekolah dan Peran Serta Masyarakat".
Kegiatan ini berlandaskan pada asumsi bahwa sekolah akan
meningkatkan mutunya jika kepala sekolah, guru, dan masyarakat, (BP3,
wali murid, tokoh masyarakat) diberikan kewenangan yang cukup besar
untuk mengelola pendidikan di tingkat sekolah. Pengelolaan itu
menyangkut proses belajar mengajar, manajemen sekolah, dan peran serta
masyarakat dalam pendidikan (Supriono dan Sapari, 2001:2).
-
Tujuan program ini adalah:
a. Kegiatan rintisan ini dilakukan untuk mengembangkan model
pemantapan Sekolah Dasar yang telah diuji-cobakan dan dapat
terlaksana melalui pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, serta
peningkatan peran serta masyarakat.
b. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah, guru, anggota komite
sekolah, dan tokoh masyarakat dalam aspek manajemen berbasis
sekolah untuk peningkatan mutu sekolah;
c. Mengembangkan kemampuan para kepala sekolah, anggota Komite
Sekolah, dan tokoh masyarakat dalam melaksanakan pembelajaran
yang bersifat aktif dan menyenangkan, terutama di lingkungan sekolah
serta di masyarakat;
d. Mengembangkan peran serta masyarakat dengan lebih aktif dalam
masalah umum persekolahan dari para anggota Komite Sekolah, orang
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan /
pembelajaran kontekstual
Manajemen Berbasis Sekolah
PENINGKATAN MUTU
PEMBELAJARAN
Peran Serta Masyarakat
-
tua murid, serta tokoh masyarakat dalam membantu (Depdiknas,
2004:ii).
Sedangkan hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini ada dua yaitu:
a. Dalam jangka pendek, hasil-hasil yang diharapkan meliputi:
1) Tersedianya seri-seri modul yang telah diuji coba dalam bidang (a)
Manajemen Berbasis Sekolah, (b) Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan, serta (c) Peningkatan Peran Serta
Masyarakat;
2) Tersedianya beberapa model yang telah diuji coba di lapangan
dalam upaya peningkatan mutu sekolah dasar melalui manajemen
berbasis sekolah, pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, serta masyarakat;
3) Adanya peningkatan pemahaman semua pejabat dan individu yang
terlibat dalam pendidikan tentang aspek manajemen berbasis
sekolah, pembelajaran aktif dan menyenangkan, serta peran serta
masyarakat;
4) Adanya peningkatan kinerja sekolah dalam arti adanya manajemen
berbasis sekolah yang baik dan terbuka, pembelajaran aktif dan
menyenangkan yang efektif, serta peningkatan peran serta
masyarakat dalam masalah umum persekolahan.
b. Dalam jangka panjang meliputi:
1) Adanya peningkatan secara umum mutu pendidikan dasar pada
sekolah-sekolah binaan yang mengakibatkan adanya peningkatan
-
kinerja para siswa dengan naiknya nilai prestasi belajar,
lingkungan belajar yang lebih menyenangkan untuk belajar, serta
tenaga pendidik yang lebih profesional;
2) Model-model peningkatan sekolah dasar yang telah diujicobakan
ini ditiru dan disebarluaskan ke sekolah dan daerah-daerah lain,
baik oleh Pemerintah maupun oleh LSM (Depdiknas, 2004:ii).
Adapun strategi kegiatan rintisan ini agar model yang
dikembangkan dapat disebarluaskan meliputi hal-hal berikut:
1) Menggunakan mekanisme dan sistem yang dipakai oleh Pemerintah
serta bekerja sama dengan LSM terkait-kegiatan ini memakai sistem
Gugus Sekolah dan jajaran kependidikan yang berlaku;
2) Membentuk Satuan Tugas (satgas) pada tingkat propinsi, kabupaten
dan kecamatan untuk membantu koordinasi dan pelaksanaan kegiatan
dan juga agar masuk ke dalam jalur dan siklus kegiatan Pemerintah
dalam bidang pemerintah dalam bidang pendidikan;
3) Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar seperti
pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, anggota Komite Sekolah dan
Tokoh Masyarakat dalam aspek manajemen berbasis sekolah,
pembelajaran aktif, menyenangkan dan efektif, serta peran serta
masyarakat;
4) Mengadakan pelatihan rutin bagi para kepala sekolah, guru dan
anggota Komite Sekolah serta pendampingan pada pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di tingkat gugus dan sekolah;
-
5) Adanya supervisi dan monitoring rutin pada pelaksanaan kegiatan di
sekolah untuk mengetahui kendala dan masalah yang dihadapi serta
menemukan pemecahan yang diperlukan;
6) Adanya pemberian bantuan keuangan melalui dana "block grant" bagi
setiap sekolah untuk peningkatan mutu KBM serta untuk melatih para
kepala sekolah dan guru dalam perencanaan kegiatan dan pengelolaan
keuangan sekolah (Depdiknas, 2004:ii-iii).
Perjalanan sejarah perubahan penggunaan model pembelajaran di
Indonesia, mulai dari D4, melalui CBSA, dan kini telah gencar
disosialisasikan model pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan). Perubahan itu sejatinya menggambarkan
perubahan sosok kehidupan sosial-ekonomi-budaya-politik dalam
masyarakat. Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan
Kepala Bidang Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta. Dari D4,
Melalui CBSA, Sampai dengan Pakem
(http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=33, diakses 22 Juni 2006).
Sebagaimana yang telah diuraikan oleh Mantan Kepala Sekolah
Kuala Lumpur ini tentang awal mula PAKEM yaitu sebagai berikut:
D4, Antara Wajah Masyarakat dan Wajah Sekolah
Istilah D4 pada awalnya memang muncul disekitar kehadiran banyak
anggota legistatif dalam melaksanakan fungsinya (legislasi, budget dan
pengawasan). Pada saat itu konon banyak anggota legislatif hanya datang,
duduk, diam, dan dengar saja dalam sidang-sidang yang diikutinya. Hanya
-
kur tepuk tangan yang riuh yang sering mewarnai saat-saat pengambilan
keputusan, baik dalam sidang komisi maupun sidang plenonya. Mereka
datang ke ruang sidang, kemudian mereka mendengarkan pidato-pidato
dalam sidang itu, dan mereka duduk dengan tenang, bahkan nyaris
mengantuk, dan pada akhirnya pengambilan keputusan, mereka bersorak
'setuju', dan akhirnya diikuti oleh kur tepuk tangan, sebagai tanda sidang
telah usai dengan suara bulat, bukan lonjong.
Kondisi sidang legislatif dan rapat dalam masyarakat tersebut nyaris sama
dengan kondisi ruang kelas kita. Anak-anak datang ke sekolah, duduk
dengan manis di kelasnya masing-masing, tangan dilipat, mulut ditutup
(diam) untuk mendengarkan celoteh sang guru. Dalam hal ini, wajah
sekolah memang benar-benar menjadi miniatur wajah masyarakat kita.
Apa saja yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, tampak nyata akan
tergambar dalam kehidupan sekolah.
Bahkan, apa yang tergambar di ruang sidang legislatif dengan anggotanya
yang saling dorong dan nyaris baku hantam antara sesama anggota dewan,
atau wajah masyarakat yang saling melakukan tawuran antara dua
kelompok masyarakat yang hanya dipisahkan dengan jalan kampung,
ternyata juga tergambar dengan adanya tawuran antarsiswa atau
mahasiswa antarsekolah atau antarfakultas di suatu perguruan tinggi.
Bukankah hal itu merupakan gambaran yang nyaris sama antara keduanya.
Sekali lagi, D4 merupakan satu gambaran masyarakat dan sekolah kita
pada satu kurun waktu tertentu.
-
CBSA, Satu Terobosan Yang Belum Selesai
Dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, siswa tidak lagi dipandang
sebagai gelas kosong yang harus diisi oleh guru. Peserta didik adalah
subyek didik, dan bukan obyek. Dalam memperoleh pengalaman belajar
dalam ruang kelas, mereka bukan bebek-bebek yang hanya akan digiring
oleh gurunya. Bukan pula burung-burung beo yang cukup hanya disuruh
menirukan bunyi sang pelatihnya. Sebaliknya, peserta didik adalah anak
manusia yang telah lahir dengan seperangkat potensi yang harus
dikembangkan secara optimal melalui proses pembelajaran. Peserta didik
harus banyak diberikan kesempatan untuk beraktivitas untuk memperoleh
pengalaman belajar secara aktif, bukan hanya datang, duduk, diam, dan
dengar. Dari sinilah lahir apa yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) yang telah diadopsi dari konsep Student Active Learning
(SAL) dari negeri asalnya, yakni Amerika Serikat.
Dengan CBSA, metode mengajar guru bukan hanya ceramah, tetapi
multimetoder, sekali ceramah, kemudian diskusi, atau tanya jawab, kerja
kelompok, dan sebagainya. Media dan sumber belajar bukan hanya dari
buku, tetapi dari berbagai sumber seperti koran, majalah dan sumber
langsung dari alam sekitar. Aktivitas siswa bukan hanya mendengarkan
dan mencatat apa yang ditulis gurunya di papan tulis, melainkan
mengeluarkan pendapat di depan kawan-kawan dalam satu kelompok,
ataupun dalam satu kelas. Anak-anak mencari sendiri sumber belajar,
mendiskusikan dengan kawan-kawannya, membuat rangkuman dan
-
menulisnya dalam lembar kertas yang akan dilaporkan di hadapan teman-
temannya. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, maka ruang kelas tidak
lagi disusun dengan pola lama, berderet-deret, tetapi berkelompok-
kelompok. Bahkan, pola tempat duduk berkelompok-kelompok ini nyaris
menjadi ciri yang menonjol dalam pendekatan CBSA. Bahkan terdengar
khabar nyaring bahwa bangku-bangku lama akan diganti dengan bentuk
bangku-bangku yang mudah untuk diatur untuk membentuk kelompok.
Kemudian, khabar tentang perubahan bentuk bangku ini pun nyaris
menjadi ciri pendekatan CBSA.
Walhasil, pelaksanaan CBSA yang telah sampai kepada tahap
pengembangan replikasi di berbagai sekolah, akhirnya mengalami masa
surut. Bahkan akhirnya mengalami degradasi sampai pada tingkat nadir.
CBSA dilecehkan dengan akronim yang tidak menyesakkan hati, seperti
Catat Buku Sampai Abis, atau Cicilan Baju Seragam Abu-abu, dan banyak
lagi yang lain. proses uji coba dan replikasi CBSA menjadi terhenti tanpa
melalui evaluasi, dan sebagai satu terobosan untuk proses pembaharuan
dalam dunia pendidikan. CBSA belum sepenuhnya berubah. Konsep
CBSA masih setengah hati, dan kini belum bangkit kembali.
Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam kondisi yang seperti ini, mutu pendidikan tidak bertambah baik,
malah sebaliknya. Beberapa lembaga internasional telah mengadakan
penelitian. Hasilnya mengejutkan. Indeks Pembangunan Manusia (HDI)
Indonesia turun dan berada satu tingkat di bawah negara Vietnam. Sistem
-
pendidikan pun berada pada urutan ke-12 dari 12 negara yang diteliti.
Sementara itu, terdengar nyanyian sayup-sayup sampai ke telinga para
pegiat pendidikan di Indonesia, misalnya tentang empat pilar pendidikan
dari UNESCO, yakni (1) learning to know, (2) learning to do, (3)
learning to be, dan (4) learning how to live toghether. Dengan adanya
seperti ini bahwa dalam proses belajar mengajar bukan hanya diperlukan
agar peserta didik semata-mata mendapat pengetahuan sebanyak-
banyaknya. Peserta didik harus banyak diberikan kesempatan agar pada
akhirnya dapat melakukan atau mengerjakan sendiri, dapat menjadi
dirinya sendiri sesuai dengan potensi bakat dan minat yang mereka miliki,
dan bahkan pada akhirnya peserta didik harus mampu untuk dapat hidup
bersama dalam masyarakat yang semakin majemuk.
PAKEM, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Dengan menggunakan dana bantuan dari USAID, dalam berbagai kegiatan
diklatnya, program MBE (Managing Basic Education) selalu mengaitkan
antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM
(Peran serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam
satu kesatuan (three in one) sebagai program MBE. Untuk mendukung
upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, ketiga unsur ini akan
saling mempengaruhi dan saling mendukung. Ibaratnya, tidak akan ada
PAKEM dalam pembelajaran tanpa diawali dengan manajemen yang
berbasis sekolah (MBS), dan tidak akan ada MBS tanpa didukung oleh
peran serta secara aktif orangtua dan masyarakat (PSM).
-
Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM. Pertama,
adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi
mengandalkan buku sebagai satu-saatunya sumber belajar. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar
peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku
pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik. Kedua, sumber
belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario
pembelajarnnya dengan berbagai kegiatan. Ketiga, hasil dari kegiatan
belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan
bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut
merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa. Pajangan hasil karya
siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses
pembelajaran. Keempat, kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif,
yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit,
kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai
lima, orang untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama,
dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan
mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian
dipajang. Kelima, dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa,
baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba
mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya. Keenam, dalam
melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah
-
antusiasme dan rasa senang siswa. Ketujuh, pada akhir proses
pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut
sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan
dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikuti.
Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan Kepala Bidang
Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta. Dari D4, Melalui CBSA,
Sampai dengan PAKEM (http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=33,
diakses 22 Juni 2006).
Memang PAKEM adalah model pembelajaran yang masih baru
terdengar ditelinga kita, karena penerapan PAKEM ini baru dimulai sejak
tahun 2003 di sekolah-sekolah binaan MBE. Sekolah dan guru berusaha
merancang pembelajaran, mengelola kelas, dan membimbing siswa
dengan mengedepankan eksplorasi terhadap kemampuan siswa.
Pembelajaran ini lebih mengutamakan proses dalam pencapaian
kompetensi yang diharapkan. Muhtarudin, Contoh Pembelajaran PAKEM.
(http://mbeproject.net/mbe815.htm, diakses 13 Mei 2006).
Kedepan, dari kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan mutu
pendidikan secara umum di SD-SD Rintisan, yang akan menyebabkan
perbaikan dalam berbagai aspek pendidikan, seperti: sikap siswa, nilai tes
(NEM), angka putus sekolah, kualitas murid yang mengulang kelas,
absensi murid, angka kelulusan, angka melanjutkan ke SLTP, dsb, melalui
upaya: peningkatan mutu pembelajaran SD, Child friendly (suasana belajar
yang sayang anak) serta peningkatan kinerja guru. Syamsu Budiyanti,
-
Mempersiapkan Generasi Mendatang Melalui PAKEM,
(htpp://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=503&catid=1&, diakses 20 Mei
2006).
3. Tujuan PAKEM
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM),
bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih
menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan masa depannya.
Di dalam PAKEM guru-guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran
yang berbeda-beda, termasuk pembelajaran yang interaktif. Suara MBE 9,
Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses
20 Mei 2006).
Jadi PAKEM adalah salah satu model pembelajaran yang
mengemas proses belajar mengajar yang berlangsung dengan suasana yang
menggembirakan dan disamping itu belajar makin efektif.
Guru dalam PAKEM berfungsi sebagai fasilitator yang berperan
merancang, mengelola, membimbing dan mengarahkan siswa sesuai
dengan kompetensi yang akan dituju. Guru juga harus memperhatikan
semua siswa tanpa membedakan latar belakang, maupun tingkat
kemampuan masing-masing siswa. Suara MBE 9, Pembelajaran PAKEM
(http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006).
-
4. PAKEM Dalam Perspektif PAI
Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
empat prinsip, yaitu aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Sulhan,
2006:49).
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi
proses dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi
belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan
dan bekerja sama untuk mengasa emosional. Persaingan yang sehat
ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta
menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak
belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar
menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak
kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi
dalam proses perubahan (Sulhan, 2006:49).
Sejalan penuturan PAKEM di atas, pendidikan agama Islam dalam
proses pembelajarannya juga selalu memperhatikan perbedaan individu
(furq al-fardiyyah) peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan
kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya,
sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal yang menyenangkan
dan sekaligus mendorong kepribadian berkembang secara optimal
(Ramayulis, 2005:95).
-
Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan dari Anas r.a:
:
Artinya: Diriwayatkan Anas bin Malik r.a: Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda, ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri (dari Islam) (1:69-Mukhtar Al-Bukhori).
Firman Allah SWT Q.S. An-Nahl:125
l t #m`Z `s `
` AV{ 2Nk`F / SsK GV{
I `s K 2 G` #V G m`Z K 2
8k*N Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari ayat Al-Quran dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pendidikan agama Islam pada dasarnya menekankan
pembelajaran yang menyenangkan dan menitiberatkan pada siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas
siswa dalam pembelajaran.
-
5. Implementasi PAKEM Pada PAI
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam dewasa ini masih tetap cenderung
bersifat memaksakan target bahan ajar, bukan pada pencapaian dan
penguasaan kompetensi. Selain itu pembelajaran pendidikan agama Islam
juga masih bersifat monoton yang mana guru menjadi sumber utama
dalam belajar, anak didik hanya disuguhi dengan ceramah sang guru tanpa
memikirkan apakah anak didik tersebut paham atau tidak dikarenakan
mengejar target bahan ajar selesai. Sehingga pendidikan agama Islam tidak
membekas pada anak dan tidak diterapkan pada kehidupan sehari-hari
mereka.
Nurcholis Madjid mengatakan bahwa pendidikan agama masih
dianggap gagal dikarenakan oleh pembelajaran pendidikan agama Islam
lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan,
bukan pada pemaknaannya (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004:165).
Begitu juga dengan Malik Fajar menyatakan bahwa "Proses belajar
mengajar sampai sekarang ini lebih banyak hanya sekedar mengejar target
pencapaian kurikulum yang telah ditentukan" (Abdul Majid dan Dian
Andayani, 2004:165).
Dan masih banyak kelemahan-kelemahan pembelajaran pendidikan
agama Islam yang lainnya. Dari melihat kelemahan-kelemahan tersebut,
maka dengan adanya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
-
menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM dapat diterapkan dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam. Sehingga dapat menghasilkan anak
didik yang mengerti akan agama Islam, selain itu anak didik juga bisa
menerapkan pelajaran yang sudah diberikan tersebut dalam kehidupan
mereka masing-masing.
KBM yang berhasil adalah KBM yang dapat meningkatkan
beberapa kemampuan siswa. Kalau guru banyak berceramah, kemampuan
yang dikembangkan pada diri siswa adalah kemampuan mendengarkan,
mengingat, dan menjawab pertanyaan ingatan. Semua dengan daya retensi
yang sangat rendah. Sebaliknya dengan PAKEM siswa akan terlatih
mencari informasi, menyaring informasi, menggunakan informasi,
berdiskusi, mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, penelitian,
percobaan, membuat laporan dan sebagainya. Kemampuan seperti itu
kalau sudah terlatih, akan tertanam sepanjang hidup dan berguna bagi
hidup. Suara MBE 4 (http://mbeproject.net/mbe4-7.html, diakses 13 Mei
2006).
Pada PAKEM, pengelolaan siswa tidak seperti dulu yang mana
sebagian besar ruang kelas teratur secara klasikal. Anak duduk berbaris
dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam PAKEM pengelolaan
kegiatan murid lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja
berpasangan, kerja perorangan, dan klasikal (Depdiknas, 2004:7, 7-5).
Disamping itu dalam PAKEM sumber belajar tidak hanya terbatas pada
-
guru dan buku paket, tetapi sumber belajar bisa di dalam kelas maupun di
luar kelas, misalnya: benda nyata, poster, serta lingkungan alam dan sosial.
Salah satu kelebihan PAKEM adalah melatih kemandirian siswa
dalam belajar termasuk keterampilan mencari informasi dan
memanfaatkan informasi. Suara MBE 4 (http://mbeproject.net/mbe4-
7.html, diakses 13 Mei 2006).
Dalam buku pelatihan awal dijabarkan tentang bagaimana
implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM) dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama kegiatan belajar
mengajar (KBM) yaitu sebagai berikut:
TABEL 1
PELAKSANAAN PAKEM
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan
mengelola KBM yang
mendorong siswa untuk
berperan dalam
pembelajaran
Guru melaksanakan KBM dalam
kegiatan yang beragam, misalnya:
1. Percobaan
2. Diskusi kelompok
3. Memecahkan masalah
4. Mencari informasi
5. Menulis laporaan/cerita/puisi
6. Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan alat
bantu dan sumber belajar
Sesuai mata pelajaran, guru
menggunakan, misal:
-
yang beragam 1. Alat yang tersedia atau dibuat
sendiri
2. Gambar
3. Studi kasus
4. Nara sumber
5. Lingkungan
3. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
mengembangkan
keterampilan.
Siswa:
1. Melakukan percobaan,
pengamatan, atau wawancara
2. Mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri
3. Menarik kesimpulan
4. Memecahkan masalah, mencari
rumus sendiri menulis
laporan/hasil karya lain dengan
kata-kata sendiri
4. Guru memberi kesempatan
kepada siswa u