implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

217
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO SKRIPSI Oleh: MUFARRIKHAH 02110280 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

Upload: fadhli-latuconsina

Post on 26-Nov-2015

107 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM

    MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO

    SKRIPSI

    Oleh: MUFARRIKHAH

    02110280

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

  • IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN

    KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO

    SKRIPSI

    Diajukan kepada: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Islam

    Oleh: MUFARRIKHAH

    02110280

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

  • IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM

    MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO

    SKRIPSI

    Oleh: MUFARRIKHAH

    02110280

    Telah Disetujui Oleh, Dosen Pembimbing:

    Imron Rossidy, M.Th, M.Ed NIP. 150 303 046

    Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Drs. M. Padil M.Pd.I NIP. 150 267 235

  • IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM

    MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO

    SKRIPSI

    Dipersiapkan dan disusun oleh Mufarrikhah (02110280)

    Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Juli 2007 dengan nilai A

    dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam

    (S.Pd.I) Pada tanggal 20 Juli 2007

    Panitia Ujian

    Ketua Sidang Sekretaris Sidang, Drs. H. M. Djumransjah, M,Ed. Imron Rossidy, M.Th, M,Ed NIP. 150 024 016 NIP. 150 303 046 Penguji Utama, Pembimbing, Drs. H. Satral, M.Ag Imron Rossidy, M.Th, M,Ed NIP. 150 023 946 NIP. 150 303 046

    Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

    Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

  • Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karya sederhana

    ini kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu dekat di hati:

    Bapak dan Ibuku tercinta, yang senantiasa mencurahkan jerih payahnya,

    mendidik, menyayangi aku dan tak henti-hentinya mendo'akan aku dengan

    setulus hati dalam setiap langkahku. Semoga Allah SWT senantiasa

    melimpahkan kasih sayang Nya kepadamu. Hormat dan baktiku tiadalah arti,

    jika dibandingkan dengan kasih sayang

    yang telah kau berikan.

    Cacakku seng caem dhe whe (Arif) makasih to semangat, kerja keras serta

    pengirbananmu selama ini, sehingga adek bisa menyelesaikan skripsi ini. Tetep

    semangat key. n Adekku Fendi (alm) semoga kau bahagia di sana

    Ustadz Marzuki Mustamar dan Umi Saidah M

    Yang telah membimbingku selama di PP. Sabilur Rosyad

    Seluruh Santri PP. Sabilur Rasyad

    special to: Yu riend, ijah, na2 dll yang telah memberi motivasi dan membantu

    dalam penelitian ini, takkan terlupakan kebersamaan q-ta

    Konco-konco jalanku (may, indah, anik, johan, cupez, nofa, tatik, arek2 Tamir Merjosari, arek2

    Tumpang) yang telah menemani dan selalu memberi motivasi untuk tetap

    tegar mengerjakan skripsi.

    Ojekku tersayang (Pak Broto) thanks to all... may ure the best 4 me

    MOTTO

  • :

    Diriwayatkan Anas bin Malik r.a: Nabi Muhammad SAW

    pernah bersabda, ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah

    agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan

    berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka

    melarikan diri (dari Islam) (1:69-Mukhtar Al-Bukhori).

    SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyetakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh oang lain, kecuali yang secara tertulis diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  • Malang,

    Mufarrikhah

    KATA PENGANTAR

  • Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga

    penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya hambatan yang berarti.

    Sholawat serta salam penulis haturkan kehadirat sang pendidik sejati

    Rasululah SAW, serta para sahabat, tabiin dan para umat yang senantiasa

    berjalan dengan risalah-Nya.

    Dengan terselesainya skripsi ini penulis tak lupa mengucapkan terima

    kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan

    sumbangan baik moril maupun spiritual.

    Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak dan Ibu serta Kakak-kakakku serta adikku (alm) yang tercinta, yang

    telah ikhlas memberikan doa restu, kasih sayang serta bimbingan yang

    senantiasa menyertai ananda dalam meraih sukses.

    2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Malang.

    3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

    Universitas Islam Negeri Malang.

    4. Bapak Drs. Moh. Padil M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    5. Bapak Imron Rosiddy MTh, MEd. selaku dosen pembimbing yang telah

    meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar dan selalu

    memotivasi sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

  • 6. Bapak Tohiyat selaku kepala SDN Klurak Candi Sidoarjo yang telah

    memberikan izin penelitian di SDN Klurak Candi Sidoarjo.

    7. Bapak Utsman, selaku pengajar PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan pada saat penelitian di lapangan.

    8. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2002, beserta semua

    pihak yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

    9. Ustadz Marzuki Mustamar dan Umi Saidah, terima kasih atas dorongan

    moril yang telah diberikan kepada penulis.

    10. Seluruh sahabat PP. Sabilur Rosyad yang selalu menemani dan memberi

    support penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    11. Sahabat-sahabat di Mushollah Wardatul Islah Merjosari, terima kasih atas

    kebersamaannya selama ini.

    Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

    jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

    serta masukan yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca.

    Penulis juga mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan rahmat-Nya, amin ya robbal

    alamin.

    Malang, 15 Juli 2007

    Penulis

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1: Pelaksanaan Pakem

    Tabel 2: Keadaan Siswa

  • Tabel 3: Lembar Observasi Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas

    Table 4: Data Personalia SDN Klurak Candi Sidoarjo

    Tabel 5: Jumlah Murid Menurut Tingkat Jenis Kelamin dan Usia

    Tabel 6: Daftar Nama Siswa Kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1: Spiral Penelitian Tindakan Kelas

    Gambar 2: Model Penelitian Tindakan Kelas

  • Gambar 3: Siklus Penelitian

    Gambar 4: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas

    Gambar 5: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar

    Gambar 6: Diagram Peningkatan Keaktifan

    Gambar 7: Diagram Peningkatan Kreativitas

    Gambar 8: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Pre

    Test Siklus III

    Gambar 9: Kondisi Pembelajaran Konvensional

    Gambar 10: Kondisi PAKEM

    Gambar 11: Siklus Penelitian

    Gambar 12: Denah SDN Klurak Candi Sidoarjo

    Gambar 13: Struktur Organisasi SDN Klurak Candi Sidoarjo

    Gambar 14: Beberapa Sarana Belajar SDN Klurak

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Modul

    Lampiran 2: Kunci Jawaban Modul

  • Lampiran 3: Rencana Pembelajaran

    Lampiran 4: Instrumen Observasi

    Lampiran 5: Instrumen Dokumentasi

    Lampiran 6: Lembar Observasi

    Lampiran 7: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas

    Lampiran 8: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar

    Lampiran 9: Diagram Peningkatan Keaktifan

    Lampiran 10: Diagram Peningkatan Kreativitas

    Lampiran 11: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas

    Pre Test Siklus III

    Lampiran 12: Kondisi Pembelajaran Konvensional

    Lampiran 13: Kondisi PAKEM

    Lampiran 14: Siklus Penelitian

    Lampiran 15: Denah SDN Klurak Candi Sidoarjo

    Lampiran 16: Struktur Organisasi SDN Klurak Candi Sidoarjo

    Lampiran 17: Data Personalia SDN Klurak Candi Sidoarjo

    Lampiran 18: Jumlah Murid Menurut Jenis Kelamin dan Usia

    Lampiran 19: Daftar Nama Siswa Kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo

    Lampiran 20: Beberapa Sarana Belajar SDN Klurak

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................i

  • HALAMAN PESETUJUAN ......................................................................ii

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii

    HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

    HALAMAN MOTTO ...............................................................................vii

    KATA PENGANTAR............................................................................. viii

    DAFTAR ISI................................................................................................x

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................xiv

    DAFTAR GAMBAR.................................................................................xv

    DAFTAR TABEL ...................................................................................xvi

    ABSTRAK ...............................................................................................xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .....................................................................................1

    B. Rumusan Masalah ..............................................................................13

    C. Tujuan Penelitian................................................................................13

    D. Manfaat Penelitian..............................................................................14

    E. Ruang Lingkup Pembahasan..............................................................14

    F. Definisi Operasional...........................................................................15

    G. Sistematika Pembahasan ....................................................................16

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. PAKEM...........................................................................................19

    1. Pengertian PAKEM ..................................................................19

  • 2. Latar Belakang PAKEM ...........................................................28

    3. Tujuan PAKEM ........................................................................39

    4. PAKEM dalam Perpsektif PAI .................................................40

    5. Implementasi PAKEM Pada PAI..............................................42

    6. Keterkaitan PAKEM dengan Motivasi ....................................47

    7. Keterkaitan PAKEM dengan Keaktifan....................................50

    8. Keterkaitan PAKEM dengan Kreativitas ..................................52

    B. Motivasi Belajar ..............................................................................54

    1. Pengertian Motivasi Belajar......................................................54

    2. Fungsi Motivasi Belajar ............................................................58

    3. Tujuan Motivasi ........................................................................59

    4. Ciri-ciri Motivasi.......................................................................60

    5. Prinsip-prinsip Motivasi............................................................62

    6. Macam-macam/jenis Motivasi ..................................................64

    7. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah..........................................66

    8. Cara Menimbulkan dan Memupuk Motivasi ............................69

    C. Keaktifan ........................................................................................72

    1. Pengertian Keaktifan.................................................................72

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan ..........................78

    3. Prinsip-prinsip Aktivitas ...........................................................82

    4. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar...........................................84

    D. Kreativitas .......................................................................................86

    1. Pengertian Kreativitas ...............................................................86

  • 2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif.....................................................90

    3. Pendekatan 4 P dalam Mengembangkan Kreativitas ................92

    4. Kreativitas dalam Perspektif Pendidikan Islam ........................96

    E. Pendidikan Agama Islam ................................................................98

    1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................98

    2. Tujuan Pendidikan Agama Islam............................................100

    3. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ...............104

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Desain dan Jenis Penelitian...........................................................109

    B. Instrumen Penelitian .....................................................................112

    C. Lokasi Penelitian...........................................................................112

    D. Sumber Data dan Jenis Data .........................................................112

    E. Teknik Pengumpulan Data............................................................114

    F. Analisis Data .................................................................................116

    G. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................117

    H. Tahap-tahap Penelitian..................................................................118

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Latar Belakang Obyek Penelitian..................................................125

    1. Sejarah SDN Klurak Candi Sidoarjo.......................................125

    2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Klurak Candi Sidoarjo................126

    3. Keadaan Guru..........................................................................127

    4. Keadaan Siswa.........................................................................127

    5. Sarana dan Prasarana...............................................................128

  • B. Siklus Penelitian............................................................................128

    1. Identifikasi Masalah................................................................128

    2. Siklus I ....................................................................................135

    3. Siklus II ...................................................................................149

    4. Siklus III..................................................................................163

    BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN..................................174

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................................191

    B. Saran-Saran ...................................................................................192

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    ABSTRAK Mufarrikhah. 2007. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

    Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Siswa Kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan

  • Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Imron Rossidy M.Th., M.Ed.

    Kata Kunci: PAKEM, PAI, Motivasi Belajar, Keaktifan, Kreativitas Siswa

    Pembelajaran konvensional yang banyak digunakan guru agama Islam

    selama ini cenderung monoton, tekstual dan statis sehingga siswa kehilangan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitasnya. Hal ini disebabkan guru berperan lebih aktif sedangkan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Pembelajaran konvensional dirasa kurang efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar, keaktifan serta kreativitas siswa. Atas dasar itu, perlu dicarikan alternatif-alternatif baru dalam pembelajaran PAI. Salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa adalah Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang dirasa lebih tepat untuk mengatasi problema yang ada selama ini.

    Berangkat dari uraian di atas, penulis mencoba untuk meneliti PAKEM sebagai salah satu alternatif pembelajaran dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah PAKEM dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya? 2. Bagaimana implementasi PAKEM pada mata pelajaran PAI yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo?

    Berdasarkan paparan di atas, peneliti menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom action research) jenis kolaboratif partisipatoris, dengan model yang dikembangkan oleh Elliot. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, interview dan dokumentasi. Data yang bersifat kualitatif dianalisa dengan deskriptif kualitatif sedangkan data yang bersifat kuantitatif dianalisa dengan analisa deskriptif kuantitatif dengan rumus:

    P = BaseRate

    BaseRatePostRateX 100 %

    Keterangan: P = Presentasi peningkatan Post Rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan Base Rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan (Gugus, 1999/2000:1).

    Hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa implementasi PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo. Indikator peningkatannya ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa dari siklus ke siklus. Hasil observasi dari lapangan menunjukkan bahwa motivasi belajar mengalami peningkatan dari pre test ke siklus I sebesar 66%, dari pre test ke siklus II sebesar 93%, dari pre test ke siklus III sebesar 140%, dari siklus I ke siklus II sebesar 16%, dari siklus I ke siklus III sebesar 44% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 24%. Peningkatan keaktifan dari pre test ke

  • siklus I sebesar 83%, dari pre test ke siklus II sebesar 125%, dari pre test ke siklus III sebesar 150%, dari siklus I ke siklus II sebesar 22%, dari siklus I ke siklus III sebesar 36% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11%. Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada pre test ke siklus I sebesar 41%, dari pre test ke siklus II sebesar 116%, dari pre test ke siklus III sebesar142%, dari siklus I ke siklus II sebesar 59%, dari siklus I ke siklus III sebesar 71%, dari siklus II ke siklus III sebesar 7%. Bentuk implementasi PAKEM yang optimal dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada pelajaran PAI adalah dengan menggunakan metode yang bervariasi: team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir kartu), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), reinforcement serta modul.

    Saran yang dapat disampaikan peneliti adalah (1) Lembaga pendidikan yang berwenang diharapkan dapat merealisasikan PAKEM karena dari hasil penelitian PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa (2) Tenaga pengajar hendaknya dapat mengimplementasikan PAKEM pada kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi seperti team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD), reinforcement dan penggunaan modul sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan serta kreativitas siswa dalam pembelajaran (3) Perlu adanya penelitian PAKEM lebih lanjut dengan menggunakan variabel dan metode penelitian yang berbeda agar diperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan data yang lebih absah.

    BAB I

    PENDAHULUAN

  • A. Latar Belakang Masalah

    Pada era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu

    keadaan yang sangat sulit. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM)

    bangsa Indonesia masih rendah sehingga belum siap dalam menghadapi

    persaingan global. Menurut catatan Human Development Report Tahun 2003 versi

    UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas Sumber Daya

    manusia berada pada urutan 112. Indonesia berada jauh di bawah Filipina (85),

    Thailand (74), Malaysia (58), Brunei Darussalam (31), Korea Selatan (30), dan

    Singapura (28). Organisasi Internasional yang lain juga menguatkan hal itu.

    International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan

    membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei.

    Sementara itu, Third Matemathics and Science Study (TIMSS), lembaga yang

    mengukur hasil pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan matematika

    siswa SMP kita berada di urutan ke-34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan

    IPA berada di urutan ke-32 dari 38 negara (Nurhadi, 2003:1).

    Dikarenakan kondisi bangsa Indonesia SDM-nya masih sangat rendah,

    sehingga mereka hanya lebih disibukkan oleh kepentingan-kepentingan mereka

    sendiri tanpa memperhatikan dan memikirkan bagaimana memajukan bangsa

    Indonesia supaya bisa bersaing dengan negara-negara lain.

    Dari permasalahan-permasalahan di atas Muhaimin (2005:17-18)

    memaparkan bahwa hasil survey negeri kita masih bertengger dalam jajaran

    Negara yang paling korup di dunia, KKN melanda di berbagai institusi, disiplin

    makin longgar, semakin meningkatnya tindak kriminal, tindak kekerasan,

  • anarchisme, premanisme, konsumsi minuman keras dan narkoba sudah melanda

    di kalangan pelajar dan mahasiswa. Masyarakat kita juga cenderung mengarah

    pada masyarakat kepentingan/patembayan (gesellschaft), nilai-nilai masyarakat

    paguyuban (gemeinschaft) sudah ditinggalkan, yang tampak di permukaan adalah

    timbulnya konflik kepentingan-kepentingan, baik kepentingan individu,

    kelompok, agama, etnis, politik maupun kepentingan lainnya.

    Dilihat dari permasalahan-permasalahan di atas, bangsa Indonesia

    memang sedang menghadapi krisis multidimensional. Mulai dari krisis kualitas

    SDM rendah sehingga menyebabkan krisis moral. Muhaimin (2005:18) lebih

    lanjut mengungkapkan bahwa krisis ini, secara langsung atau tidak, berhubungan

    dengan persoalan pendidikan. Ironisnya, krisis tersebut menurut sementara pihak-

    katanya-disebabkan karena kegagalan pendidikan agama, termasuk di dalamnya

    pendidikan agama Islam.

    Meskipun penjelasan di atas belum tentu sepenuhnya benar, bahwa karena

    kegagalan pendidikan agama yang menyebabkan timbulnya krisis moral, tetapi

    bisa jadi dikarenakan oleh faktor-faktor yang lainnya, misalkan apabila peserta

    didik kurang peduli pada lingkungan hidup di sekitarnya, juga merupakan

    kegagalan dari guru IPA, apabila siswa yang kurang sopan dalam berbicara

    dengan orang yang lebih tua, itu juga merupakan kegagalan dari guru bahasa dan

    lain-lain. Jadi bukan berarti bahwa semuanya merupakan kesalahan daripada

    pembelajaran pendidikan agama di sekolah.

    Tetapi dalam kenyataan di lapangan memang selama ini pembelajaran

    pendidikan agama Islam yang berlangsung masih mengalami banyak kelemahan,

  • penyampaian materi pelajaran kurang begitu dipahami oleh peserta didik sehingga

    menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak mengerti akan agama Islam itu sendiri

    apalagi mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

    Menurut Muchtar Bukhori dalam Muhaimin (2005:23) menilai pendidikan

    agama masih gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktek pendidikannya

    hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-

    nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif,

    yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya

    terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis

    dalam kehidupan nilai agama. Disebutkan juga oleh Harun Nasution dalam

    Muhaimin (2005:23) Dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi

    pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral,

    padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.

    Dalam konteks sistem pembelajaran, pendidikan agama titik lemahnya

    agaknya lebih terletak pada komponen metodologinya. Kelemahan tersebut dapat

    diidentifikasi sebagai berikut: (1) kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang

    kognitif menjadi makna dan nilai atau kurang mendorong penjiwaan terhadap

    nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik; (2)

    kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program

    pendidikan non-agama; (3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan

    sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya,

    dan/atau bersifat statis kontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik

  • kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian

    (Muhaimin, 2005:27).

    Menurut Sutrisno (2005:37) bahwa:

    Proses pembelajaran yang digunakan para guru agama Islam selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah. Guru memberi penjelasan dengan berceramah mengenai materi pelajaran dan siswa sebagai pendengar. Metode pembelajaran semacam ini kurang memberikan arahan pada proses pencarian, pemahaman, penemuan dan penerapan. Akibatnya, pendidikan agama Islam kurang dapat memberikan pengaruh yang berarti pada kehidupan sehari-hari siswa-siswanya. Akibatnya, terjadi krisis moral pada kalangan siswa-siswa SD, SLTP dan SMU, yang pada akhirnya krisis moral pun meluas pada anak-anak bangsa ini.

    Begitu juga dengan pendapat Menteri Agama RI, Muhammad Maftuh

    Basyuni (Tempo, 24 November 2004), bahwa pendidikan agama yang

    berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi (pemikiran)

    daripada afeksi (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku). Menurut istilah

    Komaruddin Hidayat dalam Fuaduddin Hasan Bisri pendidikan agama lebih

    berorientasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya banyak orang yang

    mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi prilakunya tidak relevan dengan nilai-

    nilai ajaran agama yang diketahuinya (Muhaimin, 2005:23).

    Sedangkan menurut Towaf dalam Muhaimin (2005:25) telah mengamati

    adanya kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, antara lain: (1)

    pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan

    norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga

    peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam

    keseharian; (2) kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah

    sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi,

  • tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk

    memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang

    tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas, maka guru

    PAI kurang supaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk

    pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4)

    keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya.

    Dari berbagai pendapat yang telah disuguhkan di atas, dapat diambil

    kesimpulan bahwa kebanyakan dari pendapat-pendapat tersebut mengemukakan

    bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah masih tradisional.

    Dalam pembelajaran tradisional yang berlangsung secara monoton, yang

    hanya disuguhi dengan metode ceramah, maka siswa merasa tersiksa di dalam

    kelas, bahkan kelas seakan seperti penjara. Sehingga pembelajaran tersebut tidak

    bisa menyerap apa yang telah diterangkan oleh guru pada siswa karena sudah

    tidak konsentrasi lagi pada pelajaran. Kondisi seperti ini, menyebabkan motivasi

    belajar siswa hilang, dengan tidak adanya motivasi dalam diri siswa maka mereka

    akan malas mendengarkan apalagi mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan

    pada mereka, dengan demikian maka kreativitas siswa tidak akan berkembang.

    Kegiatan belajar mengajar di kelas hanya didominasi oleh guru, seakan-

    akan guru adalah sumber utama dalam belajar, sedangkan para siswa hanya

    sebagai pendengar setia, para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang

    dipompakan oleh guru dan mereka menelan saja hal-hal yang direncanakan dan

    disampaikan oleh guru, siswa dianggap sebagai objek. Seperti yang dikemukakan

    Usman dalam Hj. Zahera Sy, (2000:26), yaitu guru harus pandai menyuapi sekian

  • banyak siswa pada waktu yang sama dengan makanan pengetahuan yang telah

    diolah dan dimasak oleh guru sendiri, siswa tinggal menelannya tanpa proses

    bahwa makanannya itu pahit, manis atau basi sekalipun.

    Dalam kegiatan belajar mengajar yang seperti ini kegiatan mandiri

    dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan

    menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih

    mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan; guru

    cukup mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada siswa. Disisi lain,

    siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif

    atau tidak aktif (Hamalik, 2001:170), jadi kegiatan belajar mengajar tidak

    dititikberatkan pada kegiatan siswa yang menyebabkan siswa tidak aktif dalam

    kegiatan belajar mengajar.

    Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan

    berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-

    otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena guru

    menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani

    mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja

    sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dalam suasana inilah kemampuan kreatif

    dapat tumbuh dengan subur (Munandar, 1999:12).

    Ungkapan Guilford pada tahun 1950 dalam Munandar (1999:7) dalam

    pidato pelantikannya sebagai presiden American Psychologikal Association,

    bahwa:

  • Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan

    tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang

    diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka

    tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara

    baru.

    Dapat ditarik kesimpulan dari pidato Guilford di atas bahwa ia memberi

    penekanan dalam penelitian bidang pengembangan kreativitas pada pendidikan

    formal sangat kurang dan diterlantarkan.

    Seperti halnya hasil penelitian yang telah diungkapkan oleh Mahaguru

    UGM Prof. Dr. M.S.A. Sastroamidjojo dalam keprihatinannya akan menurunnya

    kreativitas manusia, (Sinar Harapan, 4 Mei 1984, hal. 1). Harianto GP juga

    menegaskan bahwa sistem menghafal masih mendominasi di sekolah hingga

    perguruan tinggi, dengan perkataan lain kreativitas siswa/mahasiswa kurang/tidak

    ada, (Pelita, 20 Maret 1985, hal. 3). Dari hasil pengamatan dan penelitian, para

    ahli menyimpulkan bahwa anak kecil pada dasarnya sangat kreatif. Hal ini nyata

    dari perilaku anak kecil: ia senang mengajukan pertanyaan, senang menjajaki

    lingkungannya, tertarik untuk mencoba-coba segala sesuatu, dan mempunyai daya

    khayal yang kuat. Namun merupakan kenyataan pula bahwa dengan

    meningkatnya usia anak, kreativitasnya bukannya meningkat tetapi justru

    menurun, makin lama duduk di bangku sekolah makin tidak kreatif. Hal ini

    menimbulkan pertanyaan pada para pendidik: sejauh mana pendidikan formal

    menunjang atau menghambat perkembangan kreativitas seorang anak? (Semiawan

    et al, 1987:12).

  • Dalam pendidikan formal, kemampuan-kemampuan mental yang dilatih

    umumnya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, ingatan, dan penalaran

    logis. Di sekolah siswa biasanya dituntut untuk menerima apa yang dianggap

    penting oleh guru, dan menghafalnya. Keberhasilan dalam pendidikan sering

    hanya dinilai dari sejauh mana siswa mampu memproduksi bahan pengetahuan

    yang diberikan. Ia dihadapkan pada soal-soal yang harus ia pecahkan dengan

    menemukan satu-satunya jawaban yang benar, sering kali ia dituntut pula untuk

    memecahkan soal-soal tersebut hanya dengan satu cara. Cara-cara lain, walaupun

    menuju pada jawaban yang sama, sering tidak diperbolehkan oleh guru. Dapatlah

    dipahami bahwa pendekatan seperti ini justru menimbulkan kekakuan dalam

    berpikir dan kesempitan dalam meninjau suatu masalah. Dengan demikian daya

    pikir kreatif sebagai kemampuan untuk dapat melihat suatu masalah dari berbagai

    sudut tinjau, justru terhambat. Jika anak di sekolah tidak pernah atau jarang

    dituntut untuk menjajaki berbagai alernatif jawaban terhadap suatu persoalan,

    bagaimana dapat diharapkan bahwa kreativitasnya akan berkembang? (Semiawan,

    1987:12). Dengan nada yang agak berbeda, F. Dennis menyatakan bahwa siswa-

    siswa SD sampai PT, sekolah hanya mengejar status, mereka lebih mementingkan

    nilai, bukannya prestasi. Siswa-siswa mengejar nilai dengan cara nyontek,

    nyogok, atau belajar model foto copy; dengan kata lain kreatif mereka memang

    rendah (Pelita, 26 Maret 1984, hal.V dalam Slameto, 1991:138-139).

    Menurut Semiawan dalam Suharto, (Pengembangan Kreativitas

    Menghadapi Globalisasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor II, Tahun 27, Juli 2000.

    Hal:160) bahwa "Dengan keterpaduan antara aspek kognitif, afektif dan

  • psikomotorik, maka akan menimbulkan kreativitas". Tanpa kreativitas suatu

    masyarakat kemungkinan akan menjadi terhambat pembangunannya (Muhadjir

    dalam Soeparman, Hubungan kemandirian dengan Kreativitas Siswa SMU, Jurnal

    Ilmu Pendidikan, Nomor I, Tahun 27, Januari 2000. Hal:93).

    Disamping pendidik memasukkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

    pada siswa, pendidik juga harus bisa membangkitkan semangat (motivasi) belajar

    siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Sebagaimana

    penelitian yang dilakukan oleh Hj. Zahera Sy, yang mana salah satunya adalah

    penggunaan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran merupakan salah

    satu cara untuk memotivasi siswa. Ternyata hasilnya termasuk kriteria baik

    (66,67%) (Hj. Zahera Sy, Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap

    Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I,

    Jilid 7. 2000. Hal:29). Dengan timbulnya motivasi, maka siswa akan terdorong

    aktif dalam proses pembelajaran dan membuat siswa tersebut kreatif.

    Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satunya

    yang sangat berperan yaitu terletak pada pembelajaran. Oleh karena itu guru harus

    berusaha semaksimal mungkin bagaimana menciptakan pembelajaran yang dapat

    meningkatkan motivasi siswa agar siswa semangat dalam belajar, bagaimana agar

    siswa benar-benar terlibat aktif secara fisik, mental, intelektual dan emosional

    dalam pembelajaran dan bagaimana menciptakan siswa-siswa yang kreatif.

    Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, karena

    siswalah yang seharusnya banyak aktif.

  • Berbicara tentang pembelajaran, maka tidak akan lepas dengan

    pengalaman belajar apa yang mesti diberikan kepada peserta didik agar memiliki

    pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup maupun untuk meningkatkan

    kualitas dirinya sehingga mampu menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat (life

    long education). Dalam hal ini empat pilar pendidikan yang dicanangkan

    UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be and learning to

    live together merupakan hal yang harus menjiwai program-program kegiatan

    belajar mengajar di sekolah (Supriono S, 2001:21).

    Diungkapkan lagi oleh Supriono S (2001:21) bahwa:

    Atas dasar prinsip-prinsip tersebut, maka pembelajaran di sekolah

    hendaknya mengaktifkan peserta didik tidak hanya secara mental sehingga

    mampu menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan partisipatif terhadap

    kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah

    salah satu strategi untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan

    menyenangkan siswa, sehingga siswa termotivasi untuk aktif dan kreatif dalam

    proses belajar mengajar.

    Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah

    satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran

    dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk

    lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka

    sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan. PAKEM

    (http://pakem.org/, diakses 13 Mei 2006).

  • Dalam PAKEM ini, terdiri dari pembelajaran aktif, aktif dimaksudkan

    bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang mampu

    merangsang siswa sehingga siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan/ide.

    Dari keaktifan siswa ini maka dapat mengembangkan kreativitas, menyenangkan

    adalah suasana belajar gembira yang mana dengan suasana belajar yang

    menyenangkan maka perhatian siswa akan tertumpu pada belajar. Aktif dan

    menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, jika

    pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka

    pembelajaran itu tidak ubahnya seperti bermain. Pembelajaran yang efektif antara

    lain ditandai dengan: (1) Siswa sebagai subjek didik; (2) Metode mengajar yang

    beragam; (3) Menghindari verbalistik; dan (4) Variasi pembelajaran (Nursito,

    2002:48).

    PAKEM lebih menekankan pada pengembangan kemampuan anak melalui

    "learning by doing" (belajar melalui berbuat) atau melakukan aktivitas sendiri.

    Dengan keaktifan siswa dalam belajar, maka siswa akan memperoleh

    pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta

    mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

    Dalam suasana pembelajaran yang aktif saja sebenarnya pembelajaran

    yang menyenangkan sudah mulai tercipta. Apalagi jika guru secara kreatif dapat

    menjalankan komunikasi dua arah yang menyenangkan. Senyum guru, misalnya,

    mempunyai makna yang sangat dalam bagi keberhasilan pembelajaran. Sebab,

    senyum itu dapat mencairkan suasana yang beku, monoton, dan tidak menarik.

    Achmad Sapari, Pembelajaran yang Menyenangkan Didaktika

  • (http://www.kompas.com/kompas-cetak/dikbud/pemb09.htm, diakses 17 Mei

    2006).

    Pembelajaran aktif, kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM),

    bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan

    dengan menyiapkan siswa memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan sikap,

    guna mempersiapkan kehidupan masa depannya. Di dalam PAKEM juga guru-

    guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang berbeda-beda, termasuk

    pembelajaran yang interaktif. Pembelajaran PAKEM

    (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006).

    Di SDN Klurak Candi Sidoarjo pada saat proses belajar mengajar

    berlangsung guru masih sering menggunakan metode tradisonal tepatnya metode

    ceramah. Kegiatan belajar mengajar dalam kelas tersebut kurang begitu

    komunikatif dikarenakan guru masih mendominasi kelas, sehingga motivasi dan

    keaktifan peserta didik kurang, yang mengakibatkan peserta didik banyak yang

    bermain-main dan tidur-tiduran disela-sela pembelajaran dan kurangnya

    keberanian peserta didik dalam menanyakan hal-hal yang masih belum mereka

    pahami dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, dari fenomena tersebut

    dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa masih belum terlihat.

    Berpijak pada pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

    sebuah judul IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,

    EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA

    PELAJARAN PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR,

  • KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK

    CANDI SIDOARJO.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus

    permasalahan di sini adalah:

    1. Apakah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)

    dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas

    V SDN Klurak Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya?

    2. Bagaimana implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

    menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI yang dapat

    meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN

    Klurak Candi Sidoarjo?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan proposal ini

    adalah:

    1. Untuk mengetahui Apakah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

    menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dapat meningkatkan

    motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak

    Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya.

    2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran aktif, kreatif,

    efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI yang dapat

  • meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreatifitas siswa kelas V SDN

    Klurak Candi Sidoarjo.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

    1. Hasil penelitian ini tentunya sangat berguna bagi penulis sebagai media

    pengembangan dan memperluas ilmu pengetahuan baik secara teori

    maupun praktek pendidikan agama Islam sesuai dengan disiplin ilmu yang

    telah penulis tekuni.

    2. Sebagai masukan bagi para guru PAI sehingga bisa menciptakan

    pembelajaran PAI yang baik.

    3. Sebagai acuan bagi penelitian yang lain yang akan mengadakan penelitian

    lebih lanjut berkenaan dengan implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif,

    Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dalam

    meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa.

    E. Ruang Lingkup Pembahasan

    Untuk memperoleh gambaran yang jelas, mudah dipahami dan terhindar

    dari persepsi yang salah dengan penulisan skripsi ini, maka perlu adanya Hal ini

    ditempuh untuk menghindari kekaburan obyek agar sesuai dengan arah dan tujuan

    penelitian.

    Adapun ruang lingkup pembelajaran ini berfokus pada pembahasan

    tentang implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

  • (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dalam meningkatkan motivasi belajar,

    keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo. Penelitian ini

    tidak mengkaji tentang peningkatan motivasi, keaktifan dan kreativitas terhadap

    materi-materi yang lain selain PAI.

    F. Definisi Operasional

    Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah

    satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran

    dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk

    lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka

    sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan. PAKEM

    (http://pakem.org/, diakses 13 Mei 2006).

    Pemahaman tentang pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah/perguruan

    tinggi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktivitas dan PAI

    sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti upaya yang secara sadar

    dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam

    mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan

    memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup dan keterampilan hidup,

    baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial yang

    bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Sedangkan PAI sebagai

    fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau

    penciptaan suasana yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup

    yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, yang diwujudkan

  • dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberaa pihak

    (Muhaimin dalam Muhaimin, 2005:15).

    Motivasi belajar adalah rangsangan, dorongan belajar yang sangat besar

    karena keinginan anak untuk berhasil dapat dilihat dari besarnya tanggung jawab,

    besarnya kebutuhan anak akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (Titiek

    Syamsiah, Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Murid tentang Lingkungan

    Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu

    Pendidikan, Nomor Khusus, Tahun 26, Desember 1999. Hal:125).

    Keaktifan menurut Sardirman dalam Hj. Zahera Sy, Cara Guru

    Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses

    Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I, Jilid 7, Februari 2000.hal:27)

    adalah keterlibatan belajar yang mengutamakan keterlibatan fisik maupun mental

    secara optimal.

    Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

    menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, model baru yang berguna

    bagi dirinya dan bagi masyarakat (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:104).

    G. Sistematika Pembahasan

    Agar pembahasan dalam skripsi nanti terdapat kesinambungan dan

    sitematis, maka dalam penulisannya ini mencakup enam bab berdasarkan

    pembahasan sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

  • Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan.

    BAB II KAJIAN TEORI

    Berisi tentang: pengertian PAKEM, latar belakang PAKEM, tujuan

    PAKEM, PAKEM dalam perspektif PAI, implementasi PAKEM pada PAI,

    keterkaitan PAKEM dengan motivasi, keterkaitan PAKEM dengan keaktifan,

    keterkaitan PAKEM dengan kreativitas, pengertian motivasi belajar, fungsi

    motivasi belajar, tujuan motivasi, ciri-ciri motivasi, prinsip-prinsip motivasi,

    macam-macam/jenis motivasi, bentuk-bentuk motivasi di sekolah, cara

    menimbulkan dan memupuk motivasi, pengertian keaktifan, faktor-faktor yang

    mempengaruhi keaktifan, prinsip-prinsip aktivitas, jenis-jenis aktivitas dalam

    belajar, pengertian kreativitas, ciri-ciri kepribadian kreatif, pendekatan 4 P dalam

    mengembangkan kreativitas, kreativitas dalam perspektif pendidikan Islam,

    pengertian PAI, tujuan PAI, dasar-dasar pelaksanaan PAI.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab III ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, instrumen

    penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data,

    analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    Berisi tentang deskripsi data yang memuat gambaran obyek penelitian

    mulai dari sejarah berdirinya madrasah, sarana dan prasarana, visi dan misi sesuai

    dengan rumusan masalah dan hasil dari analisis data

    BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

  • Berisi tentang jawaban dari masalah penelitian yaitu bagaimana

    implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

    pada mata pelajaran PAI yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan

    kreativitas siswa dan apakah mata pelajaran PAI dengan mengimplementasikan

    Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dapat

    meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa

    BAB VI PENUTUP

    Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    BAB II

  • KAJIAN TEORI

    A. PAKEM

    1. Pengertian PAKEM

    Pakem yaitu singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

    menyenangkan ini adalah salah satu pembelajaran yang baru diterapkan

    pada sekolah-sekolah. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan

    proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.

    PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran yang aktif, kreatif,

    efektif, dan menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di

    dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek,

    penelitian, penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang

    hanya dibatas dari imaginasi guru. Phillip Rekdale. PAKEM

    (http://pakem.org. Diakses 13 Mei 2006).

    Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)

    dapat diartikan sebagai berikut:

    a. Active learning (Belajar Aktif)

    Bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan

    suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,

    mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang

    merupakan proses aktif dan si pembelajar dalam membangun

    pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran

    ceramah guru tentang pengetahuan (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

  • b. Creative Learning (Belajar dengan kreatif)

    Dalam membaca pemahaman siswa dikondisikan belajar dengan

    kreatif. Hal demikian dapat dilakukan guru dengan cara memberi

    tugas-tugas membaca pemahaman yang menuntut siswa kreatif untuk

    memecahkan masalah-masalah yang muncul. Misalnya siswa diberi

    tugas membaca di perpustakaan. Buku-buku yang akan dipelajari

    siswa sudah disiapkan. Siswa disuruh merangkum. Satu bab dari buku

    yang dibaca dengan bahasanya sendiri. Dengan demikian siswa dapat

    kreatif, karena bahasanya tidak harus sama dengan yang ada di buku

    (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa

    Kelas IV SDN Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan

    Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM

    Malang, 2005, hlm. 26).

    Sedangkan menurut Depdiknas, kreatif dimaksudkan agar guru

    menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi

    berbagai tingkat kemampuan siswa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

    Pembelajaran yang kreatif juga sangat berhubungan dengan

    pembelajaran yang aktif, peran siswa aktif dalam pembelajaran bisa

    membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu

    untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

    c. Efective Learning (belajar dengan Efektif)

  • Dengan membaca pemahaman guru diharapkan mampu

    menciptakan efektif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) salah

    satu caranya adalah guru sebelum mengajar sudah merancang berbagai

    hal yang akan dilakukan dalam KBM. Diantaranya siswa diharapkan

    merangkum isi bacaan dengan dibatasi waktu. Siswa dapat menjawab

    pertanyaan bacaan dengan tepat. Dengan melatih kecepatan dalam

    menjawab dan merangkum sangat melatih siswa dalam hal bekerja dan

    berfikir cepat serta tepat. Hal demikian bila dilatihkan secara kontinyu

    akan memupuk kebiasaan pada siswa yaitu sikap praktis dan efektif

    dalam kegiatan sehari-hari (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan

    Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pogar II Kecamatan

    Bangil dengan Menggunakan Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi,

    Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang, 2005, hlm. 26-27).

    d. Menyenangkan

    Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang

    menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh

    pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya ("time on task") tinggi

    (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

    Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti

    meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah

    cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan

    apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran

    berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan

  • pembelajaran yang dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan

    menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak

    ubahnya seperti bermain biasa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

    Dan dalam buku paket pelatihan awal disebutkan bahwa secara

    garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:

    a. Siswa terlibat berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman

    dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui

    berbuat.

    b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam

    membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai

    sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,

    menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

    c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar

    yang lebih menarik dan menyediakan 'pojok baca'.

    d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,

    termasuk cara belajar kelompok.

    e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam

    pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan

    melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya

    (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

    PAKEM juga dapat diartikan sebagai berikut:

  • a. Pembelajaran yaitu;

    Usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya

    b. Aktif yaitu;

    Mengemukakan pendapat, menemukan, mengembangkan penalaran,

    mengkomunikasikan ide / gagasan untuk memecahkan masalah

    c. Kreatif yaitu;

    1) Memahami masalah

    2) Merencanakan pemecahan masalah

    3) Merencanakan kegiatan

    4) Mengkaji ulang pelaksanaan pemecahan masalah

    5) dll

    d. Efektif yaitu;

    Dalam waktu singkat dapat mencapai tujuan yang diharapkan

    e. Menyenangkan yaitu;

    Siswa terpesona dengan keindahan, kenyamanan, kemanfaatannya

    sehingga terlibat aktif dan asyik

    Definisi PAKEM juga diungkapkan oleh Anik Zuroidah sebagai

    berikut, adapun pengertian huruf PA dalam sistem ini adalah pembelajaran

    aktif. Artinya siswa harus ikut aktif dalam mencermati materi yang

    diberikan oleh guru. Jadi bukan hanya guru yang aktif memberikan materi,

    tapi juga harus melibatkan siswa. Pengertian K (kreatif) yaitu guru

    memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mereka

    mengembangkan daya pikir, sehingga bisa menghasilkan sesuatu sesuai

  • dengan materi yang diajarkan guru. E (Efektif) berarti sedikit bicara

    banyak kerja artinya para siswa langsung mempraktekkan materi. Jadi

    mereka akan merasakan dan sekaligus memahami materi tanpa harus

    diberi ceramah. Poin ini tentu saja akan menghemat waktu dan tenaga

    dalam pembelajaran. M (Menyenangkan) berarti sesuai pembelajaran

    yang tidak membosankan. Jika siswa terlibat langsung sebagai subjek

    belajar, mereka selalu senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36).

    Sedang menurut E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran aktif,

    kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah:

    a. Pembelajaran Aktif

    Merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak

    melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai

    informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses

    pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai

    pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan

    kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan

    peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi,

    seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian

    terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam

    kehidupan sehari-hari.

    b. Pembelajaran Kreatif

  • Merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru dalam

    memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama

    pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode

    dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran,

    dan pemecahan masalah.

    c. Pembelajaran Efektif

    Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan

    pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta

    mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.

    Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam

    perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta

    didik harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam

    pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif,

    dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.

    Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara

    aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan

    pembentukan kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk

    menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi

    tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini

    memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam

    rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.

    d. Pembelajaran Menyenangkan

  • Pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) merupakan suatu

    proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang

    kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa

    atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran

    menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru

    dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri

    sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak

    menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini

    dimungkinkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi

    tidak memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan informasi lebih

    cepat dari peserta didiknya.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pakem adalah

    pembelajaran yang menitikberatkan pada anak didik. Dalam proses belajar

    mengajar anak didik disuruh belajar sendiri, sedangkan guru hanya

    menjadi fasilitator saja. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya

    sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan

    gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan

    sekolahnya (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman

    Siswa Kelas IV SDN Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan

    Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM

    Malang, 2005, hlm. 28).

  • Dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

    Menyenangkan) ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan

    kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan (Depdiknas,

    2004:3, 3-1).

    Dalam pembelajaran PAKEM model pembelajarannya pertama

    dilakukan dengan kegiatan memahami konsep pengetahuan dan

    ketrampilan tertentu selalu dilakukan dengan menekankan prinsip belajar

    sambil bekerja dan belajar sambil bermain. Kedua, kegiatan memahami

    konsep pengetahuan dan ketrampilan tertentu selalu menggunakan alat

    bantu belajar dan memanfaatkan lingkungan sekitar, agar dapat tercipta

    pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan lebih efektif. Ketiga,

    kegiatan pembelajaran selalu menekankan prinsip kerjasama dan

    kemandirian. Keempat, tempat belajar ditata dan dikelola secara fleksibel,

    misalnya penataan ruang kelas sesuai dengan kebutuhan kelas, dalam kelas

    perlu ada hiasan edukatif yang menarik, tempat pemajangan hasil karya

    siswa, serta adanya perpustakaan kelas atau sudut baca. (Zulaicha,

    "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN

    Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan Model Pakem dan Non

    Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang, 2005, hlm. 28).

    PAKEM ini akan mudah dilaksanakan jika 1). Guru memiliki

    persiapan matang, misalnya ada sumber belajar, baik di dalam kelas

    maupun di luar kelas 2). Guru bersikap wibawa. Artinya para siswa akan

    merasa senang mengerjakan sesuatu atas tuntutan guru bukan merasa

  • terbebani 3). Guru kreatif artinya guru bisa mengetahui kondisi kelas dan

    bisa menemukaan solusi pembelajaran kelas yang berbeda. 4). Guru

    memiliki profesionalisme kerja artinya guru tak hanya sekedar memberi

    materi kepada siswa. Namun lebih mengutamakan perubahan sikap dan

    prilaku para siswa ke arah yang lebih baik. 5). Guru bersikap ing ngarso

    sung tuladha ing madya mbangun karsa. Tut wuri handayani artinya

    dalam memberi bimbingan, guru harus memberi contoh, turut berperan

    dan memberi dukungan (Zuroidah, 2005:36).

    2. Latar Belakang PAKEM

    Pakem adalah wujud dari salah satu hasil kerjasama antara

    UNESCO dan UNICEF dengan dukungan pemerintah Indonesia,

    khsususnya Departemen Pendidikan Nasional. Yang melaksanakan satu

    kegiatan rintisan yang disebut "Menuju Masyarakat Peduli Pendidikan

    Anak Dengan Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar Melalui Manajemen

    Berbasis Sekolah dan Peran Serta Masyarakat".

    Kegiatan ini berlandaskan pada asumsi bahwa sekolah akan

    meningkatkan mutunya jika kepala sekolah, guru, dan masyarakat, (BP3,

    wali murid, tokoh masyarakat) diberikan kewenangan yang cukup besar

    untuk mengelola pendidikan di tingkat sekolah. Pengelolaan itu

    menyangkut proses belajar mengajar, manajemen sekolah, dan peran serta

    masyarakat dalam pendidikan (Supriono dan Sapari, 2001:2).

  • Tujuan program ini adalah:

    a. Kegiatan rintisan ini dilakukan untuk mengembangkan model

    pemantapan Sekolah Dasar yang telah diuji-cobakan dan dapat

    terlaksana melalui pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,

    pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, serta

    peningkatan peran serta masyarakat.

    b. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah, guru, anggota komite

    sekolah, dan tokoh masyarakat dalam aspek manajemen berbasis

    sekolah untuk peningkatan mutu sekolah;

    c. Mengembangkan kemampuan para kepala sekolah, anggota Komite

    Sekolah, dan tokoh masyarakat dalam melaksanakan pembelajaran

    yang bersifat aktif dan menyenangkan, terutama di lingkungan sekolah

    serta di masyarakat;

    d. Mengembangkan peran serta masyarakat dengan lebih aktif dalam

    masalah umum persekolahan dari para anggota Komite Sekolah, orang

    Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan /

    pembelajaran kontekstual

    Manajemen Berbasis Sekolah

    PENINGKATAN MUTU

    PEMBELAJARAN

    Peran Serta Masyarakat

  • tua murid, serta tokoh masyarakat dalam membantu (Depdiknas,

    2004:ii).

    Sedangkan hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini ada dua yaitu:

    a. Dalam jangka pendek, hasil-hasil yang diharapkan meliputi:

    1) Tersedianya seri-seri modul yang telah diuji coba dalam bidang (a)

    Manajemen Berbasis Sekolah, (b) Pembelajaran Aktif, Kreatif,

    Efektif dan Menyenangkan, serta (c) Peningkatan Peran Serta

    Masyarakat;

    2) Tersedianya beberapa model yang telah diuji coba di lapangan

    dalam upaya peningkatan mutu sekolah dasar melalui manajemen

    berbasis sekolah, pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

    menyenangkan, serta masyarakat;

    3) Adanya peningkatan pemahaman semua pejabat dan individu yang

    terlibat dalam pendidikan tentang aspek manajemen berbasis

    sekolah, pembelajaran aktif dan menyenangkan, serta peran serta

    masyarakat;

    4) Adanya peningkatan kinerja sekolah dalam arti adanya manajemen

    berbasis sekolah yang baik dan terbuka, pembelajaran aktif dan

    menyenangkan yang efektif, serta peningkatan peran serta

    masyarakat dalam masalah umum persekolahan.

    b. Dalam jangka panjang meliputi:

    1) Adanya peningkatan secara umum mutu pendidikan dasar pada

    sekolah-sekolah binaan yang mengakibatkan adanya peningkatan

  • kinerja para siswa dengan naiknya nilai prestasi belajar,

    lingkungan belajar yang lebih menyenangkan untuk belajar, serta

    tenaga pendidik yang lebih profesional;

    2) Model-model peningkatan sekolah dasar yang telah diujicobakan

    ini ditiru dan disebarluaskan ke sekolah dan daerah-daerah lain,

    baik oleh Pemerintah maupun oleh LSM (Depdiknas, 2004:ii).

    Adapun strategi kegiatan rintisan ini agar model yang

    dikembangkan dapat disebarluaskan meliputi hal-hal berikut:

    1) Menggunakan mekanisme dan sistem yang dipakai oleh Pemerintah

    serta bekerja sama dengan LSM terkait-kegiatan ini memakai sistem

    Gugus Sekolah dan jajaran kependidikan yang berlaku;

    2) Membentuk Satuan Tugas (satgas) pada tingkat propinsi, kabupaten

    dan kecamatan untuk membantu koordinasi dan pelaksanaan kegiatan

    dan juga agar masuk ke dalam jalur dan siklus kegiatan Pemerintah

    dalam bidang pemerintah dalam bidang pendidikan;

    3) Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar seperti

    pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, anggota Komite Sekolah dan

    Tokoh Masyarakat dalam aspek manajemen berbasis sekolah,

    pembelajaran aktif, menyenangkan dan efektif, serta peran serta

    masyarakat;

    4) Mengadakan pelatihan rutin bagi para kepala sekolah, guru dan

    anggota Komite Sekolah serta pendampingan pada pelaksanaan

    kegiatan belajar mengajar di tingkat gugus dan sekolah;

  • 5) Adanya supervisi dan monitoring rutin pada pelaksanaan kegiatan di

    sekolah untuk mengetahui kendala dan masalah yang dihadapi serta

    menemukan pemecahan yang diperlukan;

    6) Adanya pemberian bantuan keuangan melalui dana "block grant" bagi

    setiap sekolah untuk peningkatan mutu KBM serta untuk melatih para

    kepala sekolah dan guru dalam perencanaan kegiatan dan pengelolaan

    keuangan sekolah (Depdiknas, 2004:ii-iii).

    Perjalanan sejarah perubahan penggunaan model pembelajaran di

    Indonesia, mulai dari D4, melalui CBSA, dan kini telah gencar

    disosialisasikan model pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,

    efektif dan menyenangkan). Perubahan itu sejatinya menggambarkan

    perubahan sosok kehidupan sosial-ekonomi-budaya-politik dalam

    masyarakat. Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan

    Kepala Bidang Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta. Dari D4,

    Melalui CBSA, Sampai dengan Pakem

    (http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=33, diakses 22 Juni 2006).

    Sebagaimana yang telah diuraikan oleh Mantan Kepala Sekolah

    Kuala Lumpur ini tentang awal mula PAKEM yaitu sebagai berikut:

    D4, Antara Wajah Masyarakat dan Wajah Sekolah

    Istilah D4 pada awalnya memang muncul disekitar kehadiran banyak

    anggota legistatif dalam melaksanakan fungsinya (legislasi, budget dan

    pengawasan). Pada saat itu konon banyak anggota legislatif hanya datang,

    duduk, diam, dan dengar saja dalam sidang-sidang yang diikutinya. Hanya

  • kur tepuk tangan yang riuh yang sering mewarnai saat-saat pengambilan

    keputusan, baik dalam sidang komisi maupun sidang plenonya. Mereka

    datang ke ruang sidang, kemudian mereka mendengarkan pidato-pidato

    dalam sidang itu, dan mereka duduk dengan tenang, bahkan nyaris

    mengantuk, dan pada akhirnya pengambilan keputusan, mereka bersorak

    'setuju', dan akhirnya diikuti oleh kur tepuk tangan, sebagai tanda sidang

    telah usai dengan suara bulat, bukan lonjong.

    Kondisi sidang legislatif dan rapat dalam masyarakat tersebut nyaris sama

    dengan kondisi ruang kelas kita. Anak-anak datang ke sekolah, duduk

    dengan manis di kelasnya masing-masing, tangan dilipat, mulut ditutup

    (diam) untuk mendengarkan celoteh sang guru. Dalam hal ini, wajah

    sekolah memang benar-benar menjadi miniatur wajah masyarakat kita.

    Apa saja yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, tampak nyata akan

    tergambar dalam kehidupan sekolah.

    Bahkan, apa yang tergambar di ruang sidang legislatif dengan anggotanya

    yang saling dorong dan nyaris baku hantam antara sesama anggota dewan,

    atau wajah masyarakat yang saling melakukan tawuran antara dua

    kelompok masyarakat yang hanya dipisahkan dengan jalan kampung,

    ternyata juga tergambar dengan adanya tawuran antarsiswa atau

    mahasiswa antarsekolah atau antarfakultas di suatu perguruan tinggi.

    Bukankah hal itu merupakan gambaran yang nyaris sama antara keduanya.

    Sekali lagi, D4 merupakan satu gambaran masyarakat dan sekolah kita

    pada satu kurun waktu tertentu.

  • CBSA, Satu Terobosan Yang Belum Selesai

    Dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, siswa tidak lagi dipandang

    sebagai gelas kosong yang harus diisi oleh guru. Peserta didik adalah

    subyek didik, dan bukan obyek. Dalam memperoleh pengalaman belajar

    dalam ruang kelas, mereka bukan bebek-bebek yang hanya akan digiring

    oleh gurunya. Bukan pula burung-burung beo yang cukup hanya disuruh

    menirukan bunyi sang pelatihnya. Sebaliknya, peserta didik adalah anak

    manusia yang telah lahir dengan seperangkat potensi yang harus

    dikembangkan secara optimal melalui proses pembelajaran. Peserta didik

    harus banyak diberikan kesempatan untuk beraktivitas untuk memperoleh

    pengalaman belajar secara aktif, bukan hanya datang, duduk, diam, dan

    dengar. Dari sinilah lahir apa yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa

    Aktif (CBSA) yang telah diadopsi dari konsep Student Active Learning

    (SAL) dari negeri asalnya, yakni Amerika Serikat.

    Dengan CBSA, metode mengajar guru bukan hanya ceramah, tetapi

    multimetoder, sekali ceramah, kemudian diskusi, atau tanya jawab, kerja

    kelompok, dan sebagainya. Media dan sumber belajar bukan hanya dari

    buku, tetapi dari berbagai sumber seperti koran, majalah dan sumber

    langsung dari alam sekitar. Aktivitas siswa bukan hanya mendengarkan

    dan mencatat apa yang ditulis gurunya di papan tulis, melainkan

    mengeluarkan pendapat di depan kawan-kawan dalam satu kelompok,

    ataupun dalam satu kelas. Anak-anak mencari sendiri sumber belajar,

    mendiskusikan dengan kawan-kawannya, membuat rangkuman dan

  • menulisnya dalam lembar kertas yang akan dilaporkan di hadapan teman-

    temannya. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, maka ruang kelas tidak

    lagi disusun dengan pola lama, berderet-deret, tetapi berkelompok-

    kelompok. Bahkan, pola tempat duduk berkelompok-kelompok ini nyaris

    menjadi ciri yang menonjol dalam pendekatan CBSA. Bahkan terdengar

    khabar nyaring bahwa bangku-bangku lama akan diganti dengan bentuk

    bangku-bangku yang mudah untuk diatur untuk membentuk kelompok.

    Kemudian, khabar tentang perubahan bentuk bangku ini pun nyaris

    menjadi ciri pendekatan CBSA.

    Walhasil, pelaksanaan CBSA yang telah sampai kepada tahap

    pengembangan replikasi di berbagai sekolah, akhirnya mengalami masa

    surut. Bahkan akhirnya mengalami degradasi sampai pada tingkat nadir.

    CBSA dilecehkan dengan akronim yang tidak menyesakkan hati, seperti

    Catat Buku Sampai Abis, atau Cicilan Baju Seragam Abu-abu, dan banyak

    lagi yang lain. proses uji coba dan replikasi CBSA menjadi terhenti tanpa

    melalui evaluasi, dan sebagai satu terobosan untuk proses pembaharuan

    dalam dunia pendidikan. CBSA belum sepenuhnya berubah. Konsep

    CBSA masih setengah hati, dan kini belum bangkit kembali.

    Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO

    Dalam kondisi yang seperti ini, mutu pendidikan tidak bertambah baik,

    malah sebaliknya. Beberapa lembaga internasional telah mengadakan

    penelitian. Hasilnya mengejutkan. Indeks Pembangunan Manusia (HDI)

    Indonesia turun dan berada satu tingkat di bawah negara Vietnam. Sistem

  • pendidikan pun berada pada urutan ke-12 dari 12 negara yang diteliti.

    Sementara itu, terdengar nyanyian sayup-sayup sampai ke telinga para

    pegiat pendidikan di Indonesia, misalnya tentang empat pilar pendidikan

    dari UNESCO, yakni (1) learning to know, (2) learning to do, (3)

    learning to be, dan (4) learning how to live toghether. Dengan adanya

    seperti ini bahwa dalam proses belajar mengajar bukan hanya diperlukan

    agar peserta didik semata-mata mendapat pengetahuan sebanyak-

    banyaknya. Peserta didik harus banyak diberikan kesempatan agar pada

    akhirnya dapat melakukan atau mengerjakan sendiri, dapat menjadi

    dirinya sendiri sesuai dengan potensi bakat dan minat yang mereka miliki,

    dan bahkan pada akhirnya peserta didik harus mampu untuk dapat hidup

    bersama dalam masyarakat yang semakin majemuk.

    PAKEM, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

    Dengan menggunakan dana bantuan dari USAID, dalam berbagai kegiatan

    diklatnya, program MBE (Managing Basic Education) selalu mengaitkan

    antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM

    (Peran serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam

    satu kesatuan (three in one) sebagai program MBE. Untuk mendukung

    upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, ketiga unsur ini akan

    saling mempengaruhi dan saling mendukung. Ibaratnya, tidak akan ada

    PAKEM dalam pembelajaran tanpa diawali dengan manajemen yang

    berbasis sekolah (MBS), dan tidak akan ada MBS tanpa didukung oleh

    peran serta secara aktif orangtua dan masyarakat (PSM).

  • Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata

    dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM. Pertama,

    adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi

    mengandalkan buku sebagai satu-saatunya sumber belajar. Hal ini

    dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar

    peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku

    pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik. Kedua, sumber

    belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario

    pembelajarnnya dengan berbagai kegiatan. Ketiga, hasil dari kegiatan

    belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan

    bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut

    merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa. Pajangan hasil karya

    siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses

    pembelajaran. Keempat, kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif,

    yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit,

    kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai

    lima, orang untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama,

    dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan

    mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian

    dipajang. Kelima, dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa,

    baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba

    mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya. Keenam, dalam

    melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah

  • antusiasme dan rasa senang siswa. Ketujuh, pada akhir proses

    pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut

    sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan

    dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikuti.

    Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan Kepala Bidang

    Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta. Dari D4, Melalui CBSA,

    Sampai dengan PAKEM (http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=33,

    diakses 22 Juni 2006).

    Memang PAKEM adalah model pembelajaran yang masih baru

    terdengar ditelinga kita, karena penerapan PAKEM ini baru dimulai sejak

    tahun 2003 di sekolah-sekolah binaan MBE. Sekolah dan guru berusaha

    merancang pembelajaran, mengelola kelas, dan membimbing siswa

    dengan mengedepankan eksplorasi terhadap kemampuan siswa.

    Pembelajaran ini lebih mengutamakan proses dalam pencapaian

    kompetensi yang diharapkan. Muhtarudin, Contoh Pembelajaran PAKEM.

    (http://mbeproject.net/mbe815.htm, diakses 13 Mei 2006).

    Kedepan, dari kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan mutu

    pendidikan secara umum di SD-SD Rintisan, yang akan menyebabkan

    perbaikan dalam berbagai aspek pendidikan, seperti: sikap siswa, nilai tes

    (NEM), angka putus sekolah, kualitas murid yang mengulang kelas,

    absensi murid, angka kelulusan, angka melanjutkan ke SLTP, dsb, melalui

    upaya: peningkatan mutu pembelajaran SD, Child friendly (suasana belajar

    yang sayang anak) serta peningkatan kinerja guru. Syamsu Budiyanti,

  • Mempersiapkan Generasi Mendatang Melalui PAKEM,

    (htpp://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=503&catid=1&, diakses 20 Mei

    2006).

    3. Tujuan PAKEM

    Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM),

    bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih

    menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,

    pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan masa depannya.

    Di dalam PAKEM guru-guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran

    yang berbeda-beda, termasuk pembelajaran yang interaktif. Suara MBE 9,

    Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses

    20 Mei 2006).

    Jadi PAKEM adalah salah satu model pembelajaran yang

    mengemas proses belajar mengajar yang berlangsung dengan suasana yang

    menggembirakan dan disamping itu belajar makin efektif.

    Guru dalam PAKEM berfungsi sebagai fasilitator yang berperan

    merancang, mengelola, membimbing dan mengarahkan siswa sesuai

    dengan kompetensi yang akan dituju. Guru juga harus memperhatikan

    semua siswa tanpa membedakan latar belakang, maupun tingkat

    kemampuan masing-masing siswa. Suara MBE 9, Pembelajaran PAKEM

    (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006).

  • 4. PAKEM Dalam Perspektif PAI

    Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada

    empat prinsip, yaitu aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Sulhan,

    2006:49).

    Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi

    proses dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi

    belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan

    dan bekerja sama untuk mengasa emosional. Persaingan yang sehat

    ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta

    menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak

    belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar

    menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak

    kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi

    dalam proses perubahan (Sulhan, 2006:49).

    Sejalan penuturan PAKEM di atas, pendidikan agama Islam dalam

    proses pembelajarannya juga selalu memperhatikan perbedaan individu

    (furq al-fardiyyah) peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan

    kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya,

    sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal yang menyenangkan

    dan sekaligus mendorong kepribadian berkembang secara optimal

    (Ramayulis, 2005:95).

  • Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan dari Anas r.a:

    :

    Artinya: Diriwayatkan Anas bin Malik r.a: Nabi Muhammad SAW pernah

    bersabda, ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri (dari Islam) (1:69-Mukhtar Al-Bukhori).

    Firman Allah SWT Q.S. An-Nahl:125

    l t #m`Z `s `

    ` AV{ 2Nk`F / SsK GV{

    I `s K 2 G` #V G m`Z K 2

    8k*N Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

    pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

    Dari ayat Al-Quran dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran pendidikan agama Islam pada dasarnya menekankan

    pembelajaran yang menyenangkan dan menitiberatkan pada siswa

    sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas

    siswa dalam pembelajaran.

  • 5. Implementasi PAKEM Pada PAI

    Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam pelaksanaan

    pembelajaran pendidikan agama Islam dewasa ini masih tetap cenderung

    bersifat memaksakan target bahan ajar, bukan pada pencapaian dan

    penguasaan kompetensi. Selain itu pembelajaran pendidikan agama Islam

    juga masih bersifat monoton yang mana guru menjadi sumber utama

    dalam belajar, anak didik hanya disuguhi dengan ceramah sang guru tanpa

    memikirkan apakah anak didik tersebut paham atau tidak dikarenakan

    mengejar target bahan ajar selesai. Sehingga pendidikan agama Islam tidak

    membekas pada anak dan tidak diterapkan pada kehidupan sehari-hari

    mereka.

    Nurcholis Madjid mengatakan bahwa pendidikan agama masih

    dianggap gagal dikarenakan oleh pembelajaran pendidikan agama Islam

    lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan,

    bukan pada pemaknaannya (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004:165).

    Begitu juga dengan Malik Fajar menyatakan bahwa "Proses belajar

    mengajar sampai sekarang ini lebih banyak hanya sekedar mengejar target

    pencapaian kurikulum yang telah ditentukan" (Abdul Majid dan Dian

    Andayani, 2004:165).

    Dan masih banyak kelemahan-kelemahan pembelajaran pendidikan

    agama Islam yang lainnya. Dari melihat kelemahan-kelemahan tersebut,

    maka dengan adanya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

  • menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM dapat diterapkan dalam

    pembelajaran pendidikan agama Islam. Sehingga dapat menghasilkan anak

    didik yang mengerti akan agama Islam, selain itu anak didik juga bisa

    menerapkan pelajaran yang sudah diberikan tersebut dalam kehidupan

    mereka masing-masing.

    KBM yang berhasil adalah KBM yang dapat meningkatkan

    beberapa kemampuan siswa. Kalau guru banyak berceramah, kemampuan

    yang dikembangkan pada diri siswa adalah kemampuan mendengarkan,

    mengingat, dan menjawab pertanyaan ingatan. Semua dengan daya retensi

    yang sangat rendah. Sebaliknya dengan PAKEM siswa akan terlatih

    mencari informasi, menyaring informasi, menggunakan informasi,

    berdiskusi, mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, penelitian,

    percobaan, membuat laporan dan sebagainya. Kemampuan seperti itu

    kalau sudah terlatih, akan tertanam sepanjang hidup dan berguna bagi

    hidup. Suara MBE 4 (http://mbeproject.net/mbe4-7.html, diakses 13 Mei

    2006).

    Pada PAKEM, pengelolaan siswa tidak seperti dulu yang mana

    sebagian besar ruang kelas teratur secara klasikal. Anak duduk berbaris

    dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam PAKEM pengelolaan

    kegiatan murid lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja

    berpasangan, kerja perorangan, dan klasikal (Depdiknas, 2004:7, 7-5).

    Disamping itu dalam PAKEM sumber belajar tidak hanya terbatas pada

  • guru dan buku paket, tetapi sumber belajar bisa di dalam kelas maupun di

    luar kelas, misalnya: benda nyata, poster, serta lingkungan alam dan sosial.

    Salah satu kelebihan PAKEM adalah melatih kemandirian siswa

    dalam belajar termasuk keterampilan mencari informasi dan

    memanfaatkan informasi. Suara MBE 4 (http://mbeproject.net/mbe4-

    7.html, diakses 13 Mei 2006).

    Dalam buku pelatihan awal dijabarkan tentang bagaimana

    implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

    (PAKEM) dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama kegiatan belajar

    mengajar (KBM) yaitu sebagai berikut:

    TABEL 1

    PELAKSANAAN PAKEM

    Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar

    1. Guru merancang dan

    mengelola KBM yang

    mendorong siswa untuk

    berperan dalam

    pembelajaran

    Guru melaksanakan KBM dalam

    kegiatan yang beragam, misalnya:

    1. Percobaan

    2. Diskusi kelompok

    3. Memecahkan masalah

    4. Mencari informasi

    5. Menulis laporaan/cerita/puisi

    6. Berkunjung keluar kelas

    2. Guru menggunakan alat

    bantu dan sumber belajar

    Sesuai mata pelajaran, guru

    menggunakan, misal:

  • yang beragam 1. Alat yang tersedia atau dibuat

    sendiri

    2. Gambar

    3. Studi kasus

    4. Nara sumber

    5. Lingkungan

    3. Guru memberi kesempatan

    kepada siswa untuk

    mengembangkan

    keterampilan.

    Siswa:

    1. Melakukan percobaan,

    pengamatan, atau wawancara

    2. Mengumpulkan data/jawaban dan

    mengolahnya sendiri

    3. Menarik kesimpulan

    4. Memecahkan masalah, mencari

    rumus sendiri menulis

    laporan/hasil karya lain dengan

    kata-kata sendiri

    4. Guru memberi kesempatan

    kepada siswa u