implementasi pembayaran uang iwadh di...

84
IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) OLEH : ZULFIKAR AWALUDIN HELMI NIM 1111044100052 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H/2015 M

Upload: votuyen

Post on 17-Sep-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH

DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

OLEH :

ZULFIKAR AWALUDIN HELMI

NIM 1111044100052

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/2015 M

Page 2: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH

DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Zulfikar Awaludin Helmi

Nim 1111044100052

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Drs. Wahyu Widiana, MA

NIP. 195209181978031003

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/2015 M

Page 3: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul
Page 4: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

Ciputat, Juni 2015

Zulfikar Awaludin Helmi

Page 5: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

ABSTRAK

Zulfikar Awaludin Helmi. NIM (1111044100052) “Implementasi Pembayaran

Uang Iwadh di Pengadilan Agama Cibinong” Konsentrasi Peradilan Agama,

Program Study Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2015M/1436H, ix+68+38.

Khulu‟ merupakan suatu perceraian dimana seorang isteri membayar

sejumlah uang sebagai iwadh (penggangti) kepada suaminya. Iwadh merupakan

rukun yang harus ada apabila ingin melakukan khulu‟. Dalam hadist yang mengatur

tentang khulu‟ disebutkan bahwa iwadh ini diberikan kepada suami, namun

prakteknya di pengadilan agama tidak mesti di serahkan kepada suami. tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1)Untuk mengetahui penerimaan dan

penyaluran uang iwadh di Pengadilan Agama Cibinong, 2)Untuk mengetahui

bagaimana pandangan hukum Islam mengenai implementasi pembayaran uang iwadh

tersebut. Dari penelitian ini penlis berfokus pada penerimaan dan penyaluran uang

iwadh di Pengadilan Agama Cibinong.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis penelitian normatif

empiris, dengan metode kualitatif dengan cara wawancara agar mendapatkan

informasi terkait penulisan skripsi ini. Sedangkan sumber datanya berasal dari

Pengadilan Agama Cibinong dan dokumen-dokumen yang lain tentang uang iwadh.

Analisis yang dipakai adalah analisis kualitatif dengan cara mendeskripsikan

dokumen atau berkas pelaporan uang iwadh yang didapat dari Pengadilan Agama

Cibinong dan menghubungkan dengan hasil wawancara terhadap hakim dalam

menerapkan pelaksanaan uang iwadh tersebut,sehingga dapat ditarik kesimpulan

untuk menjawab permasalahan. Penulis belum menemukan penelitian tentang uang

iwadh ini adapun penelitian-penellitian yang penulis temukan membahas tentang

khulu‟ tidak berfokus pada uang iwadh.

Temuan dari penelitian penulis bahwa implementasi penerimaan dan

penyaluran uang iwadh (tebusan) di Pengadilan Agama Cibinong tidak menyalahi

aturan yang berlaku. Dalam prakteknya uang iwadh tersebut tidak diberikan kepada

suami tetapi diberikan kepada Badan Kas Masjid Pusat untuk kepentingan ibadah

sosial yang besarannya Rp. 10.000. Sebagaimana diatur dalam PMA No. 02 tahun

tahun 1990 Pasal 11 jo Peraturan Menteri Agama No. 23 tahun 2007 Pasal 23 jo

KMA No. 441 tahun 2000.

Dalam hukum Islam tidak terjadi perbedaan pendapat mengenai penyerahan

uang iwadh tersebut diserahkan kepada selain suami, namun harus melalui suami

terlebih dahulu atau suami telah setuju diberikan kepada yang lain demi kepentingan

ibadah dengan alasan qawaid fiqhiyah:

همشروطالمسلمىن على

Page 6: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

Karena uang iwadh di pengadilan agama dilakukan apabila adanya pelanggaran

taklik talak.

Kata kunci: khulu’, uang iwadh, Pengadilan Agama Cibinong

Pembimbing: Drs. H. Wahyu Widiana, MA

Tahun Daftar Pustaka: 1974-2015

Page 7: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat sehat jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan karya ilmiah ini. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjat

kepada junjungan baginda alam Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,

kepada sahabatnya, serta kepada kita semua selaku umatnya semoga akan

mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti.

Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul

“Implementasi Pembayaran Uang Iwadh di Pengadilan Agama Cibinong” sebagai

syarat kelulusan untuk menerima gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Fakultas Syariah

dan Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam penyelesaian penulisan skripsi ini banyak mendapat

bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu sudah sepatutnya penulis

mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.

2. Ketua Jurusan Prody Ahwal As-Sakhsiyah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul Halim, M.Ag

Beserta Sekretaris Jurusan Prody Ahwal As-Sakhsiyah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Arip Purqon, MA.

3. Drs. H. Wahyu Widiana, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta petunjuk-petunjuk

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

vi

4. Afwan Faizin, MA, selaku dosen pembimbing akademik, yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dalam menentukan judul dan penulisan

proposal skripsi.

5. Kedua orang tua penulis ayah Safrudin Helmi, S.Pd.I dan ibu Yoyoh Istiharah.

Dan juga kepada kedua adik penulis yaitu Rizal Fahrudin dan Nazwa Hilmina

Putri, dan juga kepada bibi penulis Leli Budiawati S.Pd Serta keluarga yang

lainnya yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

HIdayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu serta pengarahan kepada

penulis sewaktu menempuh perkuliahan.

7. Penjaga perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta Perpustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan jepada

penulis dengan mengadakan referensi-refensi yang dibutuhkan dalam

menyeesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman Peradilan Agama angkatan 2011, khususnya kepada Didi

Nahtadi. Kepada sahabat KKN Chanvash 2014 khususnya yang terbentuk dalam

kelompok belajar Ratih Karina, Fadriani, Riski Abdul Basith. Kepada Keluarga

Besar Mahasiswa Peradilan Agama (KBPA). Kepada Pelatih serta teman-teman

dari Kelatnas Indonesia Perisai Diri. Kepada sahabat dan sahabati PMII

Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum (komfaksyahum). Kepada dulur-dulur

HIMABO (Himpunan Mahasiswa Bogor).

9. Juga kepada seluruh yang telah mencurahkan ide, fikiran, saran, bimbingan serta

motivasi kepada penulis tanpa pamrih, mohon maaf penulis tidak dapat

Page 9: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

vii

menyebutkannya satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima

kasih dari penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis serahkan semoga pihak-

pihak yang telah membantu dalam penyusan skripsi ini dibalas segala

kebaikannya dengan berlipat ganda. Dan yang terakhir semoga skrip ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya, umunya bagi para pembaca. Untuk itu penulis

mengharapkan masukan atau kritikan yang membangun agar dapat memperbaiki

kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini atau penulisan-penulisan yang

lain.

Ciputat, Juni 2015

Penulis

Page 10: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.………………………..….……… 1

B. Identifikasi Masalah…….………………………….……… 7

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah….…………….......... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….………..…..…….. 9

E. Study Ilmu Terdahulu…………………...…………..……… 9

F. Metode Penelitian……………………………….….......... 11

G. Sistematika Penulisan………………………………. ……... 13

BAB II KHULU‟ DAN UANG IWADH

A. Pengertian Khulu‟ dan Uang Iwadh……………...………14

B. Dasar Hukum Khulu‟……………………………….……... 16

C. Tujuan dan Hikmah………………………………… ……... 19

D. Rukun dan Syarat ………………………………….. ……... 21

E. Akibat Khulu……………………….. …………………….. 27

BAB III CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG

A. Profil Pengadilan Agama Cibinong………………… ……... 30

B. Visi dan Misi………………………………………. ……... 32

C. Yurisdiksi…………………………………........................ 33

D. Struktur Pengadilan Agama Cibinong…………........……... 37

Page 11: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

ix

E. Cerai Gugat di Pengadilan Agama Cibinong……... ……... 40

BAB IV PENERIMAAN DAN PENYALURAN UANG IWADH DI

PENGADILAN AGAMA CIBINONG

A. Penerimaan dan Penyaluran Uang Iwadh………… ……... 48

B. Pandangan Hukum Islam…………………………... ……... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………. ……………………... 62

B. Saran-saran…………………………………….………….. 63

DAFTAR PUSTAKA…………………………...…………………. ……... 65

LAMPIRAN

Page 12: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan suatu kebutuhan sosial sebagaimana seseorang

membutuhkan kepuasan rohani tidak hanya mengejar kepuasan jasmani saja.

Untuk itu melalui perkawinan kita dapat memenuhi kepuasan rohani kita. Karena

dengan adanya perkawinan itu persetubuhan yang diharamkan menjadi halal.

Perkawinan menurut bahasa ialah berkumpul, sedangkan menurut ahli

ushul ialah akad yang dengan akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara

pria dan wanita. Dan menurut ulama fikih adalah akad yang diatur oleh agama

untuk memberikan hak kepemilikan pria dalam penggunaan faraj isteri.1 Hukum

asal suatu perkawinan adalah mubah, namun bisa berubah menjadi wajib, haram,

dan sunnah,2 adapun yang menyatakan hukumnya makruh.

3

Sudah kita ketahui di mana ada perkawinan mungkin ada perceraian,

adalah suatu hal yang mungkin terjadi. Karena dalam menjalani hidup pasti ada

cobaan, begitupun dalam perkawinan pasti ada cobaan-cobaan. Memang pada

dasarnya tujuan dari perkawinan itu adalah untuk menciptakan keluarga yang

sakinah, mawaddah, warahmah. Tetapi dalam menggapai tujuan itu kadang kala

terasa sulit, sehingga terjadilah perceraian.

1 Hosen, Ibrahim, Fiqh Perbandingan dalam Masalah Perkawinan, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2003), h. 115-116. 2 Sholeh, Asrorun Ni‟am, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta eLSAS,

2008), h. 6. 3 Muhammad, Syaikh bin Shalih al-„Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Qur‟an dan

As-Sunnah. Penerjemah:Faisal Saleh, Yusuf Hamdani, (Jakarta: Akbar Media, 2010), h. 284.

Page 13: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

2

Perceraian dalam bahasa Arabnya disebut “talak” yang artinya

lepasnya ikatan atau pembebasan4. Menurut istilah perceraian adalah melepas

tali perkawinan pada waktu sekarang atau pada waktu yang akan datang5.

Menurut istilah fiqih, thalaq disebut juga khulu‟, artinya melepaskan dan

menghilangkan,6 atau membuka sesuatu jika yang minta cerai itu pihak isteri.

Perceraian merupakan suatu yang dapat memutuskan pernikahan. Jadi dengan

perceraian itu status suami isteri yang mereka dapat melalui perkawinan tidak

lagi didapatkan.

Khulu‟ adalah suatu perceraian di mana seorang isteri membayar

sejumlah uang sebagai iwadh (penggangti) kepada suaminya. Inipun masih

tergantung pada kesediaan suami untuk menerima iwadh, karena tanpa

persetujuannya tidak akan terjadi khulu‟.7

Sebagaimana dalam Hadist yang menceritakan bahwa isteri Tsabit bin

Qais datang menemui Rasululah SAW, dan ia mengemukakan alasannya untuk

bercerai, maka Rasulullah bertanya apakah engkau bersedia mengembalikkan

apa yang telah ia berikan, kemudian ia menjawab “ya”, dan Rasulullah

memerintahkan Tsabit bin Qais untuk menerimanya dan menceraikannya.8

4 Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam 9. Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kattani (Jakarta: Gema

Insani, 2011), h. 318. 5 Sopyan, yayan, Islam Negara, (Jakarta: PT. Semesta Rakyat Merdeka, 2012), h. 173.

6 Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam 9. Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kattani (Jakarta: Gema

Insani, 2011), h. 418. 7 Ahmad, Zaini Noeh, Peradilan Agama Islam di Indonesia, (Jakarta PT Intermasa, 1979), h.

210. 8Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Hadis No. 1000, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, (Kairo: Dar-el

hadith, 1423H).

Page 14: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

3

Adapun Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Perkawinan ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa9. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

disebutkan bahwa perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan yaitu

akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliidzan untuk mentaati perintah Allah

dan melaksanakannya merupakan ibadah10

.

Selain itu untuk melakukan perkawinan harus terpenuhi rukun dan syarat

perkawinan, sebagaimana dalam KHI Pasal 14 mengatur tentang rukun

perkawinan11

, sedangkan syarat perkawinan itu sendiri diatur dalam Bab II UU

No. 1 Tahun 1974.12

Sedangkan talak dalam KHI adalah ikrar suami di hadapan sidang

pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Talak

terbagi menjadi talak raj‟i, dan talak ba‟in. Talak raj‟i adalah talak satu atau dua

dan boleh rujuk selama masih dalam masa iddah. Sedangkan talak bain itu terbagi

dua, yaitu talak bain sughra dan kubra13

. Talak bain sughra yaitu talak yang

berupa talak satu atau dua dan tidak dapat rujuk tetapi dapat menikah kembali

dengan akad yang baru, dan talak bain kubra adalah talak yang dijatuhkan ketiga

9 Subekti, R. S. Tjitrosudibio, R. KUHPer dengan tambahan UUPA dan Undang-undang

Perkawinan. ,(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2013), h. 537. 10

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 144. 11

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 116. 12

Subekti, R. S. Tjitrosudibio, R. KUHPer dengan tambahan UUPA dan Undang-undang

Perkawinan. (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2013), h. 539. 13

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 141.

Page 15: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

4

kalinya.14

Pada talak bain sughra yang mengajukan perceraian ialah dari pihak

isteri yang diajukan ke pengadilan yang kemudian apabila gugatannya diterima

maka hakim akan memutus perceraian tersebut dan memerintahkan suami untuk

menjatuhkan talak ataupun dapat juga pihak isteri harus menyerahkan uang

tebusan (iwadh) agar suami dapat menceraikannya, dalam Islam lebih dikenal

khulu‟. Dalam talak bain sughra suami isteri tidak dapat rujuk selama dalam masa

iddah, tetapi apabila mereka ingin kembali harus dengan akad yang baru,

sedangkan dalam talak bain kubra suami isteri tidak dapat rujuk selama dalam

masa iddah dan juga tidak boleh menikah dengan akad yang baru sampai si isteri

itu menikah lagi dengan laki-laki lain dan bercerai, setelah masa iddah dengan

laki-laki itu habis maka isteri boleh dinikahi kembali dengan suami pertamanya

dengan akad yang baru.

Oleh Karena itu khulu‟ adalah perceraian yang terjadi dalam bentuk

mengurangi jumlah talak dan tidak dapat dirujuk,15

Hal ini berdasarkan KHI Pasal

161. Jika seorang isteri tidak mempunyai sesuatu apapun yang dapat digunakan

untuk menebus dirinya, atau ia memiliki sesuatu tetapi suami tidak mau

menerimanya dan ingin mempertahankannya sebagai isteri, sedangkan masih

melakukan penganiayaan, dalam masalah ini Islam telah membentangkan jalan

bagi isteri untuk mengadukan kasus tersebut kepada hakim, dan megajukan

masalah tersebut dengan jelas dan lengkap dengan bukti-bukti yang ada.16

14

Ramulyo, M. Idris, Tinjauan Beberapa Pasal UU No. 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum

Perkawinan Islam. (Jakarta: Ind-Hillco 1990), h. 80-81. 15

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 78. 16

Djaelani, Abdul Qadir, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT Bina Ilmu,1995), h.327.

Page 16: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

5

Berkenaan dengan cerai gugat, gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau

kuasanya kepada pengadilan agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat

tinggal penggugat. Hak untuk memohon memutuskan ikatan perkawinan ini

dalam hukum Islam di sebut khulu‟, yaitu perceraian atas keinginan isteri tetapi

suami tidak menghendaki. Tentunya dalam mengajukan gugatan itu setidaknya

harus terpenuhi satu alasan-alasan perceraian17

sebagaimana tercantum dalam

Undang-Undang Perkawinan atau Peraturan Pemerintah atau Kompilasi Hukum

Islam.

Perceraian dengan jalan khulu‟ di pengadilan agama harus disertai adanya

alasan perceraian atau pelanggaran taklik talak dari pihak suami. Adapun yang

dimaksud taklik talak berarti “penggantungan talak”. Taklik talak menurut

pengertian di Indonesia ialah semacam ikrar yang dengan ikrar itu suami

menggantungkan terjadinya suatu talak atas isterinya apabila ternyata dikemudian

hari melanggar salah satu atau semua yang telah diikrarkannya.18

Bagi masyarakat Indonesia telah tersedia seperangkat hukum positif yang mengatur

perceraian19

, baik itu yang di lakukan oleh suami atau isteri yang di ajukan ke

pengadilan. Dan mengenai uang iwadh dalam KHI di terangkan dalam Pasal 14820

,

yaitu:

17

Nuruddin, Amiur, dan Tarigan, Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1 tahun 1974 Sampai KHI), (Jakarta: Prenada

Media 2004), h. 232-233. 18

Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000), h. 246. 19

Farida, Anik, Perempuan dalam Sistem Perkawinan dan Perceraian di Berbagai

Komunitas dan Adat, Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta

2007,h. 26. 20

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 148.

Page 17: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

6

1. Seorang isteri yang mengajukan gugatan perceraian dengan jalan khuluk‟,

menyanpaikan permohonannya kepada pengadilan agama yang mewilayahi

tempat tinggalnya disertai alasan atau alasan-alasannya.

2. Pengadilan agama selambat-lambatnya satu bulan memanggil isteri dan

suaminya untuk didengar keterangannya masing-masing.

3. Dalam persidangan tersebut pengadilan agama memberikan penjelasan

tentang akibat khulu‟, dan memberikan nasehat-nasehatnya.

4. Setelah kedua belah pihak sepakat tentang besarnya iwadh atau tebusan,

maka pengadilan agama memberikan penetapan tentang izin bagi suami

untuk mengikrarkan talaknya di depan sidang pengadilan agama. Terhadap

penetapan itu tidak dapat dilakukan upaya banding dan kasasi.

5. Penyelesaian selanjutnya ditempuh sebagaimana yang diatur dalam pasal

131 ayat (5).

6. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan tentang besarnya iwadh atau tebusan

pengadilan agama memeriksa dan memutusk sebagai perkara biasa.

Besarnya uang iwadh diatur dalam Keputusan Menteri Agama No. 441

tahun 2000 yang besarnya adalah Rp. 10.000,00.21

Namun di Indonesia ini kita

ketahui perceraian itu harus dilakukan di depan pengadilan, maka perceraian yang

diajukan oleh isteripun harus diputus di depan pengadilan begitupun dengan

adanya tebusan (uang iwadh) itu diserahkan melalui pengadilan tidak langsung

kepada suami. Beranjak dari sini maka penulis akan mengangkat permasalahan

21

Keputusan Menteri Agama No. 441 tahun 2000

Page 18: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

7

tersebut dalam penulisan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

PEMBAYARAN UANG IWADH DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG”.

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana telah dipaparkan dalam latar belakang di atas maka

muncullah permasalahan-permasalahn yang telah ada sebelumnya atau bahkan

permasalahan yang baru setelah adanya penelitian-penelitian. Untuk itu dari latar

belakang di atas dapat di jabarkan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pembayaran uang iwadh di Pengadilan Agama

Cibinong ?

2. Bagaimana pendapat hakim mengenai implementasi pembayaran uang iwadh

tersebut ?

3. Siapa saja yang berhak menerima uang iwadh tersebut ?

4. Apakah ada kesepakatan dalam penentuan besarnya uang iwadh tersebut ?

5. Bagaimana persamaan hak-hak suami isteri dalam perkawinan mengenai

pembayaran uang iwadh tersebut ?

6. Bagaimana pandangan hukum Islam mengenai implementasi pembayaran

uang iwadh dalam cerai gugat di Pengadilan Agama ?

C. Pembatasan dan Perumusah Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sebagaimana telah dipaparkan dalam latar belakang dan identifikasi

masalah di atas dan untuk mempertajam pembahasan, maka penulis

membatasi masalah tentang uang iwadh untuk mengetahui bagimana

iplementasi dan pandangan hukum Islam mengenai pembayaran uang iwadh

Page 19: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

8

tersebut di Pengadilan Agama Cibinong dalam periode tahun kemarin antara

tahun 2012-2015.

2. Perumusan Masalah

Di Indonesia perceraian itu harus dilakukan di pengadilan dan suami

atau isteri berhak mengajukan perceraian tersebut tentunya dengan alasan-

alasan yang di atur dalam KHI Pasal 11622

jo PP No. 09 tahun 197523

agar

pemohonan atau gugatan yang diajukan dapat di terima. Namun peraturan di

Indonesia tidak mengatur secara rinci mengenai uang iwadh, padahal dalam

kasus di Indonesia cerai yang dilakukan oleh pihak isteri semakin banyak

yang akan menimbulkan adanya uang iwadh sebagai tebusan. Uang iwadh

tersebut hanya diatur mengenai jumlahnya tidak kepada siapa uang iwadh itu

berhak diberikan. Tetapi dalam hadist sudah di jelaskan bahwa uang iwadh

diserahkan kepada suami tetapi pada praktiknya di pengadilan tidak

sepenuhnya dilakukan sebagaimana dalam hadist tersebut. Untuk itu yang

menjadi perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Bagaimana implementasi pembayaran uang iwadh dalam cerai gugat di

Pengadilan Agama Cibinong ?

b. Bagaimana pandangan hukum Islam mengenai implementasi pembayaran

uang iwadh dalam cerai gugat di Pengadilan Agama Cibinong ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:

22

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 141. 23

PP No. 09 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan

Page 20: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

9

1. Untuk mengetahui penerimaan dan penyaluran uang iwadh di Pengadilan

Agama Cininong

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam mengenai

implementasi pembayaran uang iwadh tersebut.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetaui bagaimana penerimaan dan penyaluran uang iwadh di

Pengadilan Agama.

2. Dapat menambah keilmuan dalam bidang perkawinan khusunya dalam

praktik uang iwadh.

E. Study Ilmu Terdahulu

Setahu penulis belum ada penelitian yang membahas secara khusus

tentang uang iwadh, namun karena uang iwadh bertalian dengan khulu‟, maka

penulis membandingkannya dengan penelitian mengenai khulu‟ tersebut, dari

sini penulis akan mengemukakan perbedaan-perbedaan dari apa yang akan

penulis tulis:

No. Nama/Judul/Universitas/Tahun Substansi Perbedaan

1 Erni Purwaningsih “Psikopat

sebagai alasan khulu (analisis

putusan perkara no.

23/Pdt.G/2011/PA.JB) UIN

Jakarta 2013

Apakah psikopat

dapat dijadikan

sebagai alasan

khulu dan

bagaimana

pendapat hakim

Lebih membahas

mengenai

pembayaran uang

iwadhnya sebagai

syarat untuk

melakukan khulu

Page 21: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

10

mengenai

puutusan tersebut

(cerai gugat)

2 Ma‟mun “konsekuensi khulu

sebagai solusi konflik dalam

perkawinan” (analisis putusan

perkara no.

50/Pdt.G/2008/PA.TNG) UIN

Jakarta 2010

Apakah

konsekuensi

khulu sebagai

solusi konflik

dalam

perkawinan dan

bagaimana

pendapat hakim

mengenai

putusan tersebut

Bagaimana uang

iwadh tersebut

apakah harus

diberikan kepada

suami atau boleh

kepada selain

suami (baitul

mal)

Dari hasil penelitian-penelitian diatas sudah jelas terlihat perbedaannya

dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian di atas dilakukan untuk

mengetahui apakah psikopat dapat dijadikan alasan khulu‟ serta konsekuensi

khulu‟ sebagai solusi konflik dalam perkawinan dengan analisis putusan, jadi

dapat kita ketahui dari penelitian diatas lebih focus pada konteks khulu‟ dan

putusan. Berbeda dengan penulis yang berfokus pada implementasi pembayaran

uang iwadh pada saat cerai gugat atau khulu‟.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Page 22: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

11

a. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis normatif empiris

dengan pendekatan kualitatif dengan cara wawancara agar mendapatkan

informasi terkait penulisan skripsi ini.

2. Sumber data dan proses pengumpulan data

a. Data primer

Data primer adalah yang berbentuk dokumen atau berkas yang berisi

laporan pembayaran uang iwadh yang didapat dari Pengadilan Agama

Cibinong dan hasil wawancara terhadap hakim Pengadilan Agama

Cibinong.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

lain di Pengadilan, buku-buku, jurnal, internet dan beberapa penelitian

yang berhubungan dengan uang iwadh.

c. Alat pengumpul data

Alat pengumpul data diperoleh dari:

1. Wawancara dengan hakim mengenai implementasi pembayaran

uang iwadh tersebut.

2. Dokumentasi berupa berkas-berkas atau dokumen-dokumen

tetang pelaporan uang iwadh atau yang lainnya yang di dapatkan

dari Pengadilan Agama Cibinong.

d. Analisa data

Analisa data penulisan skripsi ini dilakukan dengan analisa kualitatif

yaitu dengan mendeskripsikan dokumen atau berkas pelaporan uang iwadh

Page 23: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

12

yang di dapat dari Pengadilan Agama Cibinong dan menghubungkan

dengan hasil wawancara terhadap hakim dalam menerapkan pelaksanaan

uang iwadh tersebut,sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab

permasalahan.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan. Dengan memuat diantaranya: Latar Belakang, Identifikasi

Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Study Ilmu Terdahulu, Metode Penilitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II Khulu‟ dan Uang Iwadh. Akan membahas tentang: Pengertian Khulu‟

dan Uang iwadh, Dasar Hukum, Tujuan dan Hikmah, Rukun dan

Syarat, Akibat Khulu‟.

BAB III Cerai Gugat di Pengadilan Agama Cibinong: Akan membahas tentang:

Profil Pengadilan Agama Cibinong, Visi dan Misi, Yurisdiksi,

Struktur Organisasi, Cerai gugat di Pengadilan Agama Cibinong.

BAB IV Penerimaan dan Penyaluran Uang Iwadh di Pengadilan Agama

Cibinong: Akan membahas tentang Penerimaan dan Penyaluran Uang

Iwadh di Pengadilan Agama Cibinong, Pandangan Hukum Islam.

BAB V Penutup: Berisi Kesimpulan dan Saran.

Page 24: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

13

BAB II

KHULU’ DAN UANG IWADH

A. Pengertian Khulu’ dan Uang Iwadh

Khulu‟ secara harfiyah berarti “lepas” atau “copot”.24

Kalimat khulu‟

bermakna pemberian ganti rugi oleh seorang wanita atas talak yang

diperolehnya. Khulu‟ ialah pemberian seorang isteri kepada suami atas semua

harta yang pernah diberikan suami kepadanya.25

Sedangkan secara istilah khulu‟

adalah terjadinya perpisahan hubungan suami-isteri atas keridhaan kedua belah

pihak dengan konpensasi (tebusan) yang diberikan isteri kepada suami.26

Khulu‟ bukanlah talak dalam arti yang khusus atau fasakh atau semacam

sumpah, tetapi khulu‟ adalah semacam perceraian yang mempunyai unsur-unsur

talak, fasakh dan sumpah. Khulu‟ dikatakan mempunyai unsur talak karena

suamilah yang menentukan jatuh atau tidak khulu‟ tersebut. Isteri hanyalah

orang yang mengajukan permohonan kepada suaminya agar mengkhuluknya.

Sedangkan unsur fasakh dalam khulu‟ adalah sama halnya dengan fasakh maka

permohonan khulu dari pihak isteri kepada suami adalah disebabkan timbulnya

rasa kurang senang, tidak suka atau benci sehingga isteri menginginkan

perceraian dengan suaminya. Shigat khulu‟ mengandung pengertian

24

Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih,( Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 131. 25

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid Buku II Jilid 3 & 4.

Penerjemah:Abdul Rasyad Shidiq, (Jakarta: Akbar Media, 2013), h. 161. 26

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009), h. 539.

Page 25: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

14

“penggantungan” dan ganti rugi oleh pihak isteri dengan membayar

iwadh yang telah disepakati jumlahnya.27

Keuntungan khulu‟ tidak tergantung pada adanya ta‟lik atau syarat-syarat

lain menurut fiqih, tetapi ruginya harus membayar tebusan. Inipun masih

tergantung pada kesediaan suami untuk menerima iwadh itu, karena tanpa

persetujuannya tidak akan terjadinya khulu‟. Khulu‟ ini berasal dari kebiasaan

masyarakat Arab sebelum Islam, yang semula merupakan pengembalian

maskawin atau pemberian-pemberian sewaktu bercerai.28

Dari beberapa pemaparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa khulu‟

adalah suatu hak seorang isteri yang dapat mengajukan gugatan cerai kepada

suaminya dengan disertai tebusan (uang iwadh) yang telah disepakati.

Khulu‟ tidak dapat lepas dari iwadh atau tebusan, Tebusan (iwadh)

adalah apa yang diambil oleh suami dari isterinya sebagai imbalan pelulusan

gugatan cerainya.29

Iwadh merupakan ciri khas dari khulu‟, Selama iwadh belum

diberikan oleh pihak isteri kepada suami, maka selama itu pula tergantungnya

perceraian. Setelah iwadh diserahkan oleh pihak isteri kepada pihak suami

barulah terjadi perceraian.30

27

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 182-183. 28

S. Lev, Daniel, Islamic Courts In Indonesia.Penerjemah: Zaini Ahmad Noeh, (Jakarta: PT

Inetrmasa, 1986), h. 210. 29

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009),h. 556. 30

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 171

Page 26: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

15

Iwadh atau tebusan harus mempunyai nilai, dan jumlahnya boleh sama,

kurang atau lebih dari mahar. Segala sesuatu yang dapat dijadikan mahar dapat

dijadikan iwadh atau tebusan.31

B. Dasar Hukum Khulu’

Khulu‟ itu perceraian dengan kehendak isteri. Hukumnya boleh atau

mubah.32

Dasar dari kebolehannya dari Al-Qur‟an adalah firman Allah dalam

surat Al-Baqarah ayat 299:

229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi

kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka,

kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum

Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat

menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang

bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum

Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar

hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al-

Baqarah:299).33

Adapun dasar dari As-Sunnah adalah hadist dari Ibnu Abbas, yaitu:

31

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fikih Lima Mazhab: Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan

Hambali. Penerjemah:Masykur A.B, dkk, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1999), h. 457. 32

Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih,( Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 131. 33

Al-Qur‟an

Page 27: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

16

ل اهلل، ثابت بن قيس عن ابن عباس أن امرأة تابت بن قيس أتت النبي صلى اهلل عليه وسلم فقالت: يارسى

فرفي االءسالم. فقال رسىل اهلل صلى هلل عليه وسلم: أتردين ماأعتب عليه في خلق والدين، ولكني أكره الك

عليه حديقة وطلقها تطليقة.

Hadist yang menceritakan bahwa isteri Tsabit bin Qais datang menemui

Rasululah SAW, dan ia mengemukakan alasannya untuk bercerai, maka

Rasulullah bertanya apakah engkau bersedia mengembalikkan apa yang telah ia

berikan, kemudian ia menjawab “ya”, dan Rasulullah memerintahkan Tsabit

bin Qais untuk menerimanya dan menceraikannya.34

Khulu‟ yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah diatas yaitu

seorang wanita yang membenci suaminya dan meminta cerai. Lalu dia

mengembalikan mahar atau sebagainya sebagai tebusan atas dirinya, seperti

uang tebusan atas tawanan.35

Hadist diatas memberi petunjuk mengenai

beberapa hal yang harus diperhaitikan jika ingin melakukan khulu‟ oleh isteri.

Hadist ini telah jelas meletakkan isteri sebagai subjek hukum yang mempunyai

kewenangan memberi ketentuan. Melalui hadist ini Rasulullah menghargai

inisiatif dengan segala pertanggung jawaban dan pertimbangan yang jika

diperhatikan lebih lanjut ada persesuaian dengan ajaran yang diajarkan Tuhan

kepada beliau melalui ayat 28 surat Al-Ahzab36

34

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Hadis No. 1094, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Pustaka

al-Hidayah. 35

Taimiyah, Ibnu, Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah. Penerjemah:Abu Fahmi Huaidi dan

Syamsuri An-Naba, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 245. 36

Kuzari, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1995), h. 122-123.

Page 28: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

17

28. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian

mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka Marilah supaya

kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.

Adapun dasar pemberian iwadh adalah bahwa isteri waktu akad nikah

telah rela menjadi isteri dari suaminya dengan kesediaan menerima mahar sesuai

dengan jumlah yang telah disepakati. Karena isteri minta di khulu‟ maka isteri

harus mengembalikan sebagian atau seluruh apa yang telah diterima dari

suaminya itu.37

Seperti halnya maskawin merupakan pengekangan bagi pihak

yang menghendaki perceraian jika yang menghendaki perceraian pihak suami

maka isteri berhak mengambil maskawin, tetapi jika yang menghendaki itu

pihak isteri, maka suami berhak mengambil kembali maskawin itu.38

Para ulama telah sepakat, kecuali Abu Bakar bin Abdullah Al-Muzanniy

yang berpendapat bahwa tidak bolehnya khulu‟, bahkan bila dilakukan maka

yang berlangsung adalah talak bukan khulu‟. Alasannya karena khulu‟ yang pada

hakikatnya si suami mengambil kembali mahar yang telah dikembalikannya

kepada isterinya dalam bentuk iwadh pada ayat tersebut telah di nasakh oleh

ayat 20 surat an-Nisa39

, yaitu:

20. Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain,

sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang

37

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 182-183. 38

Rusdiana, Kama, dan Aripin, Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press 2007), h. 29-30. 39

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan

Undang-Undang, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h. 233.

Page 29: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

18

banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang

sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan

yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ?.40

Sedangkan Ibnu Sirin dan Abi Qalabah mengatakan bahwa tidak boleh

khulu‟ kecuali bila jelas si isteri telah hamil dalam arti dia sudah membuat suatu

perbuatan keji41

, sebagaimana dalam surat an-Nisa yat 19:

19. .janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil

kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila

mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.42

C. Tujuan dan Hikmah

Tujuan dibolehkannya khulu‟ adalah untuk menghindarkan isteri dari

kesulitan dan kemudharatan yang dirasakannya bila perkawinan dilanjutkan

tanpa merugikan pihak si suami karena ia sudah mendapat iwadh dari isterinya

atas permintaan cerai dari isterinya itu. Sedangkan hikmahnya adalah

tampaknya keadilan Allah sehubungan dengan hubungan suami isteri. Bila

suami berhak melepaskan diri dari hubungan dengan isterinya menggunakan

cara talak, isteri juga mempunyai hak dan kesempatan bercerai dari suaminya

dengan menggunakna cara khulu‟. Hal ini didasarkan pandangan fiqih bahwa

40

Al-Qur‟an 41

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan

Undang-Undang, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h. 233. 42

Al-Qur‟an

Page 30: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

19

perceraian itu adalah hak mutlak seorang suami yang tidak dimiliki oleh

isterinya, kecuali dengan cara lain.43

Khulu‟ disyariatkan sebagai kebijakan preventif guna menghindari

tindakan pelanggaran ketentuan hukum-hukum Allah bagi suami-isteri, berupa

kewajiban saling menggauli dengan baik, melaksanakan hak dan kewajiban

masing-masing terhadap pasangannya, disertai penegasan serupa pada hak-hak

dan kewajiban melaksanakan apa yang dituntut oleh kepemimpinan laki-laki

(suami) atas perempuan (isteri), beserta konsekuensi yang mengharuskan isteri

untuk mengurus urusan rumah, merawat dan mengasuh anak, serta tidak

mempersulit suami (dengan segala macam beban dan tuntutan).44

Dengan demikian khulu‟ disyariatkan untuk menghilangkan dharar

(bahya/ketidaknyamanan) dari isteri ketika harus mempertahankan hubungan

perkawinannya dengan suami, sementara ia membencinya. Kemudian pada

tingkatan selanjutnya khulu‟ memberikan maslahat bagi suami dan upaya

menghilangkan dharar darinya.45

D. Rukun dan Syarat

Khulu‟ adalah suatu penghentian perkawinan dengan izin dan atas

keinginan isteri yang dalam hal itu setuju untuk memberikan ganti rugi kepada

43

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan

Undang-Undang, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h. 234. 44

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009), h. 540. 45

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009), h. 540.

Page 31: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

20

suami untuk pembebasannya dari ikatan perkawinan.46

Dari pengertian itu dapat

disimpulkan yang menjadi rukun dalam khulu‟ adalah:

1. Isteri yang meminta cerai dengan jalam khulu‟

2. Suami yang bersedia menceraikan Isterinya dengan jalam khulu‟

3. Adanya tebusan (uang iwadh) yang disepakati antara suami dan isteri

4. Adanya sighat khulu‟.47

Dari unsur-unsur di atas terdapat beberapa syarat diantaranya:

1. Isteri yang meminta cerai

Seseorang bisa disebut penggugat cerai jika memenuhi syarat-syarat

berikut:

a. Berstatus sebagai isteri yang sah

Sebab tujuan khulu‟ adalah melepaskan diri dari ikatan perkawinan,

dan ikatan ini dijalin dalam sebuah akad perkawinan yang sah dan

menjadikan isteri yang sah.48

Para ahli fiqh sepakat bahwa isteri yang dapat dikhulu‟ adalah istri

yang mukallaf dan telah terikat dengan akad perkawinan yang sah

dengan suaminya. Adapaun isteri-isteri yang tidak atau belum mukallaf

46

Mahmudunnasir, Syekh, Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Penerjemah:Adang Afandi,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 430-431. 47

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009), h. 540 48

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009),h. 551

Page 32: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

21

yang berhak mengajukan permintaan khulu‟ kepada pihak suami ialah

walinya.49

Isteri yang sedang menjalani iddah talak raj‟i dengan isteri yang

sedang menjalani iddah talak ba‟in. Status isteri yang berada dalam talak

raj‟i masih sama ststusnya dengan isteri dalam rumah tangga normal

karena talak raj‟i tidak menghilangkan kehalalan dan kepemilikan,

sehingga masih berhak mengajukkan gugatan cerai dengan membayar

kompensasi atas keterlepasan dari ikatan suami isteri.50

Sementara isteri yang dalam masa iddah talak ba‟in tidak memiliki

hak cerai gugat, karena suami sudah tidak memiliki otoritas apa-apa

lagi terhadapnya. Ini adalah pendapat kalangan mazhab Syafi‟i dan

Hambali. Sedangkan kalangan mazhab Hanafi dan Maliki menyatakan

bahwa seorang isteri yang sedang dalam iddah talak ba‟in tetap sah

melakukan gugat cerai, namun ia tidak harus membayar kompensasi,

sebab tujuan pemberian kompensasi adalah untuk memperoleh

pembebasan tunai sementara hal itu sudah diperolehnya.51

b. Memiliki kemampuan untuk membelanjakan harta

Para ulama sepakat bahwa isteri yang pintarlah yang boleh

melakukan khulu‟ untuk dirinya. Sementara budak perempuan tidak

boleh melakukan khulu‟ untuk dirinya kecuali dengan izin tuannya.

49

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 170. 50

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 551. 51

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009), h. 551-552.

Page 33: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

22

Begitupula tidak boleh bagi isteri yang bodoh berikut walinya. Menurut

Imam Malik, seorang ayah boleh mengadakan khulu‟ untuk anak

perempuannya yang masih kecil, sebagaimana ia boleh menikahkannya.

Begitupula untuk anak lelakinya yang masih kecil, karena menurutnya

ayah juga boleh menceraikan atas namanya.52

Sedangkan menurut Imam Syafi‟i dan Abu Hanifah, ayah tidak

boleh mengadakan khulu‟ atas namanya, karena menurut mereka ayah

tidak boleh menjatuhkan talak atas namanya,53

Sebab ayah tidak

memilikki urusan apapun. Karena penghalalan hubungan intim tidak

dapat dinilai dengan materi, adapun penggantinya adalah materi yang

memiliki nilai tertentu.54

2. Suami yang bersedia menceraikan

Para fuqaha sepakat bahwa tergugat cerai mesti memenuhi syarat

sebagai pihak yang memiliki kuasa menceraikan. Karena itu jumhur ulama

kalangan mazhab Maliki, Syafi‟i dan Hambali, membolehkan gugatan cerai

atas suami yang “mahjur alaih” (orang yang dibekukan kemampuannya

dalam bertranksaksi) lantaran pailit, idiot, atau berstatus budak, sebab

bagaimanapun juga mereka tetap memiliki kuasa talak. Akan tetapi uang

52

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid Buku II Jilid 3 & 4.

Penerjemah:Abdul Rasyad Shidiq, (Jakarta: Akbar Media, 2013),h. 164 53

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid Buku II Jilid 3 & 4.

Penerjemah:Abdul Rasyad Shidiq, (Jakarta: Akbar Media, 2013),h. 164 54

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009),. 552.

Page 34: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

23

kompensasi tidak boleh diserahkan kepada tergugat yang “mahjur alaih”

sebab ia dibekukan kemampuannya dalam penggunaan harta tersebut.55

Syarat suami yang menceraikan isterinya dalam bentuk khulu‟

sebagaimana yang berlaku dalam talak adalah seorang yang dapat

diperhitungkan secara syara‟, yaitu akil baligh, dan bertindak atas

kehendaknya sendiri dan dengan kesengajaan. Berdasarkan syarat ini, bila

suami masih belum dewasa atau suami sedang dalam keadaan gila, maka

yang menceraikannya dengan khulu‟ adalah walinya. 56

3. Tebusan

Mayoritas ulama menempatkan iwadh (tebusan) sebagai rukun yang

tidak boleh ditinggalkan untuk sahnya khulu‟.57

Iwadh merupakan cirri khas

dari khulu‟. Selama iwadh belum diberikan oleh pihak isteri kepada suami,

maka selama itu pula tergantungnya perceraian. Setelah iwadh diserahkan

oleh pihak isteri kepada pihak suami barulah terjadi perceraian.58

Iwadh atau tebusan berfungsi untuk mengingatkan isteri bahwa ketika

perkawinan berlangsung, suami memberikan mahar, dan memberikan

55

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009), h. 549. 56

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan

Undang-Undang, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009),h. 235. 57

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan

Undang-Undang, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h. 235. 58

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 171

Page 35: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

24

nafkah. Maka sesuatu yang wajar jika isteri menuntut cerai dengan jalan

khulu‟ dengan memberikan tebusan.59

Bentuk iwadh sama dengan bentuk mahar, dengan demikian benda

yang dijadikan mahar dapat pula dijadikan iwadh. Mengenai jumlah iwadh

yang terpenting adalah persetujuan suami dan isteri, apakah jumlah yang

disetujui itu kurang, atau sama, atau lebih dari jumlah mahar yang pernah

diberikan oleh suami kepada isteri di waktu akad nikah.60

Ketentuan ini

tidak disebutkan dalam Al-Qur‟an dan hadist, hanya disebutkan secara

umum saja, firman Allah:

229. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat

menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya

tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah

hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa

yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang

zalim. (Q.S. al-Baqarah:299).61

4. Shigat Khulu‟

Shigat atau ucapan cerai yang disamakan suami yang dalam

uangkapannya dinyatakan “uang ganti” atau “iwadh”. Tanpa penyebutan itu

59

Umam, Khairul. “Khuluk Sebagai Penyelesaian Sengketa Perkawinan Akibat Pelanggaran

Taklik Talak (Studi Kasus di Pengadilan Agama Jakarta Selatan). Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, h. 19-20. 60

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 171 61

Al-Qur‟an

Page 36: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

25

ia hanya menjadi talak biasa. Dalam hal shigat ini terdapat perbedaan

pendapat di kalangan ulama, diantarnya:

a. Menggunakan lafadz yang jelas dan terang atau sharih. Contonhya:”saya

khulu‟ kamu dengan iwadh sebesar Rp 10.000”

b. Menggunakan lafadzh kinayah yaitu lafadz lain yang tidak langsung

berarti perceraian tetapi dapat digunakan untuk itu. Terjadinya khulu‟

dengan lafadz kinayah disyaratkan dengan harus adanya niat.

Contonhya:”pulanglah kamu kepada orang tuamu dengan membayar

iwadh Rp. 10.000”

Ada diantara ulama yang tidak menempatkan shigat sebagai rukun

khulu‟ yaitu pendapat dari imam Ahmad. Alasan yang digunakan, yaitu

peristiwa yang terjadi tentang Tsabit bin Qais yang dalam cerainya tidak

mengucapkan apapun setelah menerima tebusan dari isterinya.62

E. Akibat Khulu’

Bila telah diucapkan shigat khulu‟ oleh suami atas kehendak sendiri dan

telah pula memberikan tebusan, maka perkawinan putus dalam bentuk talak bain

sughra dan dalam arti tidak boleh rujuk, namun dibolehkan melangsungkan

perkawinan sesudah itu tanpa muhallil63

.64

Dari penjelasan ini kita tahu di

Indonesia khulu‟ sama dengan cerai gugat karena pada hakikatnya sama yaitu

yang meminta cerai adalah pihak isteri.

62

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan

Undang-Undang, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h. 236-237. 63

Muhallil adalah seorang pria yang menikahi wanita agar ia dapat menikah dengan mantan

suaminya setelah jatuh talak tiga 64

Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih,( Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 133.

Page 37: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

26

Dalam hal akibat khulu‟, terdapat persoalan apakah perempuan yang

menerima khulu‟ dapat diikuti dengan talak atau tidak. Imam Malik berpendapat

bahwa khulu‟ itu tidak dapat diikuti dengan talak, kecuali jika pembicaraanya

bersambung. Sedangkan Imam Hanafi mengatakan bahwa khulu‟ dapat diikuti

dengan talak tanpa memisahkan antara penentuan waktunya, yaitu dilakukan

dengan segera atau tidak. Jumhur fuqaha telah sepakat bahwa suami yang telah

menjatuhkan khulu‟ tidak dapat merujuk mantan isterinya pada masa iddah.65

Mengenai masa iddah khulu‟ terdapat dua pendapat yang kedua-duanya

pendapat Imam Ahmad. Pertama, cukup dengan satu kali suci dari haid. Kedua,

harus menunggu tiga kali bersih dari haid.66

Karena di Indonesia khulu‟ sama dengan cerai gugat, maka akibatnyapun

sama yaitu merupakan talak bain sughra, sebagimana dalam KHI Pasal 119 ayat

(1), yaitu: talak Ba`in Shughraa adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh

akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah. Talak Ba`in

Shughraa sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah :

a. Talak yang terjadi qabla al dukhul

b. Talak dengan tebusan atau khulu‟

c. Talak yang dijatuhkan oleh pengadilan agama.67

Sedangkan waktu iddahnya diatur dalam Pasal 155 yaitu waktu tunggu

yang putus perkawinannya karena khulu‟ yaitu sama dengan masa iddah talak.

65

Tihami, M.A, dan Sahrani, Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,(Jakarta:

PT Rajagrafindo Persada, 2009), h.315-316. 66

Taimiyah, Ibnu, Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah. Penerjemah:Abu Fahmi Huaidi dan

Syamsuri An-Naba, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 251. 67

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h.141-142.

Page 38: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

27

Dan Pasal 161 mengatakan bahwa akibat khulu‟ adalah mengurangi jumlah

talak dan tidak dapat dirujuk.68

Ada persamaan dan perbedaan antara khulu‟ cerai gugat di pengadilan

agama. Persamaannya, yaitu khulu‟ dan cerai gugat sama-sama dimintakan oleh

isteri, sedangkan perbedaannya, yaitu khulu‟ harus disertai dengan uang iwadh

(tebusan) serta harus dengan alasan pelanggaran taklik talak, tetapi cerai gugat

tidak mesti disertai dengan uang iwadh (tebusan) dan tidak mesti dengan alasan

pelanggaran taklik talak.69

Maka dalam putusan pengadilan dibedakan antara perceraian karena

khulu‟ dan cerai gugat biasa. Dalam cerai gugat karena khulu‟ putusannya akan

di hukumkan talak satu khul‟i, sedangkan dalam cerai gugat biasa di hukumkan

dengan talak bain shugra.70

68

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 151. 69

Wawancara Pribadi dengan Bpk. Muhtar Ali, M.Hum. Jakarta 01 juni 2015 70

Wawancara Pribadi dengan Bpk. Muhtar Ali, M.Hum. Jakarta 01 juni 2015

Page 39: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

28

BAB III

CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG

A. Profil Pengadilan Agama Cibinong

Pengadilan Agama Cibinong berkedudukan di jalan Bersih Komplek

Pemda Kecamatan Cibinong Kabupatrn Bogor, Tlp. (021) 87907651, Fax (021)

8790765. Gedung Pengadilan Agama Cibinong dibangun diatas tanah seluas

1650 m dengan luas bangunan tanah 419, 70 m terdiri dari dua lantai yang

dibangun pada tahun 2002.71

Sejarah kelahiran Pengadilan Agama Cibinong erat kaitannya dengan

sejarah pembentukan pengadilan agama pada umumnya di seluruh Indonesia

khususnya di daerah Bogor Jawa Barat. Dasar hukum pembentukan Pengadilan

Agama Cibinong adalah berdasarkan Kepres No. 85 Tahun 1996 tentang

Pembentukan Sembilan Pengadilan Agama.72

Pengadilan Agama Cibinong terbentuk sejalan dengan perjalanan singkat

Kabupaten Bogor yang dibentuk tahun 1075, dimana pemerintahan pusat

menginstruksikan bahwa Kabupaten Bogor harus memiliki pusat pemerintahan

wilayah sendiri dan pindah dari pusat pemerintahan Kota Madya Bogor. Atas

dasar tersebut, Pemerintah Tingkat II Bogor mengadakan penelitian di beberapa

wilayah Kabupaten Tingkat II Bogor untuk dijadikan sebagai calon Ibu Kota

sekaligus berperan sebagai pusat pemerintahan. Alternatif lokasi yang akan

dipilih di antaranya Ciawi (Rancamaya), Leuwiliang, Parung, dan Kecamatan

71

Profil Pengadilan Agama Cibinong, Cibinong 2007, h. 3 72

Profil Pengadilan Agama Cibinong, Cibinong 2007, h.6.

Page 40: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

29

Cibinong (Desa Tengah), maka dari hasil penelitian tersebut sidang pleno

DPRD Kabupaten daerah Tingkat I Bogor pada tahun 1980 ditetpakan bahwa

calon Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor terletak di Desa Tengah

Kecamatan Cibinong.73

Penetapan calon Ibu Kota diusulkan kembali ke Pemerintahan Pusat dan

mendapat persertujuan serta dikukuhkan dengan PP No. 06 tahun 1982 yang

menegaskan bahwa Ibu Kota Pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II

Bogor berkedudukan di Desa Tengah Kecamatan Cibinong di wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor. Atas dasar tersebut pengadilan agama

dibentuk berdasarkan Kepres No. 85 Tahun 1996 Tanggal 1 November 1996

dimana pengoperasiannya diresmikan oleh Bapak Direktur DIRBIN BAPERA

ISLAM pada tanggal 25 Juni 1997.

Adapun dasar hukum pembentukan daerah Tingkat II di wilayah

Pengadilan Agama Cibinong Kabupaten Bogor adalah:

1. PP No. 2 Tahun 1995 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Madya dan

Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor.

2. Kemendagri No. 49 Tahun 1989 tentang Pedoman Perubahan Batas Wilayah

Kota Madya Daerah Tingkat II Bogor.

3. Keputusan DPRD Kabupaten Daerah Tingkst II Bogor No.

650/03/KPTS/DPRD/1986 tanggal 03 Juli 1986 tentang Persetujuan Prinsip

Terhadap Rencana Perluasan Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II Bogor.

73

Profil Pengadilan Agama Cibinong, Cibinong 2007, h. 6-7

Page 41: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

30

4. Surat Keputusan Pimpinan DPR tanggal 12 Oktober Kabupaten Daerah

Tingkat II Bogor No. 650/SK Pem 21/DPRD/1990 tanggal 12 Oktober 1990

tentang Persetujuan Pengembangan Bogor Raya.

5. Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Kota Madya Daerah Tingkat II

Bogor dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor.74

B. Visi dan Misi

Pengadilan Agama Cibinong merefleksikan peranan dan kondisi yang

ingin di wujudkan adalah melalui visi sebagai berikut;

''Mewujudkan Peradilan Agama Yang Mandiri, Bersih Dan Berwibawa Dalam

Memberikan Pelayanan Hukum Kepada Masyarakat Pencari Keadilan Sesuai

Azas Sederhana, Cepat Dan Biaya ringan''

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka misi yang ditetapkan adalah:

1. Meningkatkan profesionalisme aparatur Pengadilan Agama Cibinong.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan hukum.

3. Meningkatkan penyeleggaraan managemen Peradilan dan Administrasi

Umum.

4. Meningkatkan sarana dan prasarana.

5. Meningkatkan pengawasan internal.75

C. Yurisdiksi

Yang dimaksud wilayah yuridiksi adalah kekuasaan mengadili, lingkup

kuasa kehakiman, lingkungan hak dan kewajiban serta tanggung jawab disuatu

74

Profil Pengadilan Agama Cibinong, Cibinong 2007, h.6-7. 75

Diakses pada 11 mei 2015 dari http/::www.pa-cibinong.go.id

Page 42: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

31

wilayah atau lingkungan kerja tertentu.76

Pada pembahasan ini bermuara pada

istilah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan.

Dalam istilah “kewenangan” sinonim dari kata “kekuasaan”. Adapun yang

dimaksud kewenangan dan kekuasaan itu terdapat dalam HIR yang dikenal

dengan istilah kompetensi.77

Adapun pembahasan kompetensi ini terbagi pada

dua aspek, yaitu:

1. Kompetensi absolut, yaitu kewenangan atau kekuasaan pengadilan yang

berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan perkara atau tingkat

pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan

atau pengadilan lainnya.78

UU No. 03 Tahun 2006 jo UU No. 07 Tahun 1998

tentang Pengadilan Agama disebutkan dalam Pasal 49 mengenai kekuasaan

pengadilan, yaitu pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara tingkat pertama antara orang-orang

yang beragama Islam di bidang:

a. Perkawinan

b. Waris

c. Wasiat

d. Hibah

e. Zakat

f. Infak

76

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 77

Sari, Ade Puspita, “Penyelesaian Perkara Wali „Adal di Pengadilan Agama Cibinong”,

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008,

h. 25. 78

Roihan, A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Rajawali Pers,1991), h. 27.

Page 43: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

32

g. Shadaqah

h. Ekonomi Syariah.79

Semua kompetensi yang disebutkan di atas diatur berdasarkan Undang-

Undang Perkawinan, Kewarisan, dan Perwakafan yang berlaku.

2. Kompetensi relatif, yaitu berhubungan dengan daerah hukum suatu

pengadilan, baik pengadilan tingkat pertama maupun pengadilan tingkat

banding. Artinya, cakupan dan batasan kekuasaan relative pengadilan ialah

meliputi daerah hukumnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.80

Kewenangan atau kekuasaan untuk memeriksa, memutus, dan meyelesaikan

perkara bagi pengadilan yang berhubungan dengan wilayah atau domisili

pihak-pihak pencari keadilan. Hal tersebut terdapat dalam ketentuan sebagai

berikut:

a. HIR Pasal 118 ayat 1, 2, 3, dan 4 jo 142 R.Bg

b. UU No. 03 Tahun 2006 jo UU No. 07 Tahun 1998 tentang Undang-

Undang Peradilan Agama Pasal 66 ayat 1-5 dan Pasal 1-3 tentang

kompetensi relative. Adapun kompetensi relatif Pengadilan Agama

Cibinong adalah melingkupi 39 wilayah kecamatan, 423 Desa dan 7

Kelurahan. Wilayah kecamatan terdiri dari desa dan keurahan sebagai

berikut:

1. Kecamatan Ciawi 13 Desa

2. Kecmatan Cisarua 09 Desa

79

UU No. 03 tahun 2006 tentang Peradilan Agama 80

Djalil, Basiq, Peradilan Islam, (Jakarta Amzah, 2012), h. 202.

Page 44: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

33

3. Kecamatan Caringin 11 Desa

4. Kecamatan Cijeruk 12 Desa

5. Kecamatan Taman Sari 18 Desa

6. Kecamatan Ciomas 11 Desa

7. Kecamatan Cibinong 12 Desa

8. Kecamatan Dramaga 10 Desa

9. Kecamatan Gunung Putri 10 Desa

10. Kecamatan Citereup 12 Desa

11. Kecamatan Babakan Madang 03 Desa

12. Kecamatan Sukaraja 13 Desa

13. Kecamatan Mega Mendung 10 Desa

14. Kecamatan Sukamakmur 14 Desa

15. Kecamatan Jonggol 12 Desa

16. Kecamatan Cileungsi 09 Desa

17. Kecamatan Klapa Nunggal 20 Desa

18. Kecamatan Cariu 09 Desa

19. Kecamatan Parung 10 Desa

20. Kecamatan Ciseeng 09 Desa

21. Kecamatan Kemang 16 Desa

22. Kecamatan Bojong Gede 06 Desa

23. Kecamatan Ranca Bungur 10 Desa

24. Kecamatan Gunung Sindur 19 Desa

25. Kecamatan Leuwiliang 15 Desa

Page 45: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

34

26. Kecamatan Pamijahan 13 Desa

27. Kecamatan Rumpin 15 Desa

28. Kecamtan Cibungbulang 19 Desa

29. Kecamatan Ciampea 15 Desa

30. Kecamatan Jasinga 09 Desa

31. Kecamatan Tenjo 11 Desa

32. Kecamatan Parung Panjang 11 Desa

33. Kecamatan Nanggung 09 Desa

34. Kecamatan Sukajaya 09 Desa

35. Kecamatan Cigudeg 15 Desa

36. Kecamatan Leuwisedang 08 Desa

37. Kecamatan Tajur Halang 07 Desa

38. Kecamatan Tenjolaya 57 Desa

39. Kecamatan Cigombong 08 Desa.81

D. Struktur Pengadilan Agama Cibinong

Adapun susunan Pengadilan Agama Cibinong adalah sebagai berikut:

1. Daftar nama Hakim di Pengadilan Agama Cibinong

No. Nama Jabatan

01 Drs. H. M. Hasany Nasir, SH, MH. Hakim/Ketua

02 Dra. Ernida Basry, MH Hakim/Wakil Ketua

03 Drs. H. Hasan Basri, SH, MH Hakim

81

Profil Pengadilan Agama Cibinong, Cibinong 2007, h. 10-11.

Page 46: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

35

04 Dra. Sulkha Harwiyanti, SH Hakim

05 Ahmad Bisri, SH, MH Hakim

06 Drs. H. A. Baidowi, MH Hakim

07 Drs. H. Subarkah, SH, MH Hakim

08 Drs. H. Yusri Hakim

09 H. S. Solahudin, SH, MH Hakim

10 Drs. H. Fikri Habibi, SH, MH Hakim

11 Dr. Nasich Salam Suharto, Lc, LLM. Hakim

2. Daftrar nama pejabat Kepaniteraan di Pengadilan Agama Cibinong

No. Nama Jabatan

01 Drs. Harun Al-Rasyid Panitera

02 Pupu Syaripudin, S.Ag Wakil Panitera

03 Nani Nuraeni, SH Panitera Muda Gugatan

04 Nuryani, S. Ag Panitera Muda

Permohonan

05 Rachmat Firmansyah, S. Ag Panitera Muda Hukum

06 Fina Agustina, S. Kom Panitera Muda

Permohonan

07 Choirul Cholid, S. Ag Panitera Muda

Permohonan

08 Suryadi, S. Ag Panitera Pengganti

09 Hidayah, S. Ag Panitera Pengganti

Page 47: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

36

10 Hj. Tati Sunengsih, SH, MH. Panitera Pengganti

11 Dra. Hj. Siti Zulaikha, MH. Panitera Pengganti

12 Dra. Siti Maryam Adam Panitera Pengganti

13 Helda Fitriyah, SH. Panitera Pengganti

3. Daftar nama pejabat Kesekretariatan di Pengadilan Agama Cibinong

No Nama Jabatan

01 Suprianto, SE. Wakil Sekretaris

02 Indra Ari Setiawan Kasubag Keuangan

03 Retno Sulis Setyani, SHI. Kasubag Keuangan

04 Dicky Mulyawan, Amd Kasubag Kepegawaian

05 Marwan Hasbialloh, SHI Kasubag Umum

4. Daftar nama pejabat Kejurusitaan di Pengadilan Agama Cibinong

No Nama Jabatan

01 Holid, SH Juru Sita

02 Bahrun Kostiawan Juru Sita

03 Supartini, SH Juru Sita Pengganti

04 Abdullah As‟ad, SH Juru Sita Pengganti

05 Rukmini Damyah, SH Juru Sita Pengganti

06 Fina Agustina, S. Kom Juru Sita Pengganti

07 Choirul Cholid, S. Ag Juru Sita Pengganti

Page 48: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

37

Gambar struktur organisasi di Pengadilan Agama Cibinong.82

E. Cerai Gugat di Pengadilan Agama Cibinong

Terdapat dua bentuk perkara yang diajukan kepada pengadilan, yaitu

perkara permohonan dan perkara gugatan. Pada dasarnya perkara

permohonan merupakan perkara yang tidak mengandung sengketa yang

diajukan oleh seorang atau lebih secara bersama kepada pengadilan untuk

minta ditetapkan sesuatu hak bagi dirinya atau tentang kedudukan hukum

82

Diakses pada 11 mei 2015 dari http/::www.pa-cibinong.go.id

Page 49: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

38

tertentu. Sedangkan gugatan merupakan suatu perkara yang mengandung

sengketa atau konflik antara pihak-pihak, yang menuntut pemutusan dan

penyelesaian pengadilan. Dalam suatu gugatan terdapat pihak-pihak seorang

atau lebih yang merasa haknya telah dilanggar oleh pihak lain seorang atau

lebih, mengajukkan gugatan kepada pihak yang melanggar hak itu. Pihak

yang mengajukan gugatan itu disebut penggugat sedangkan pihak yang

digugat disebut tergugat.83

Tata cara mengajukan gugatan diatur dalam Pasal 73 UU No. 07

tahun 1989 yang artinya bahwa gugatan itu diajukan oleh isteri atau kuasanya

kepada pengadilan yang mewilayahi tempat tinggal penggugat.84

Dalam

mengajukan gugatannya harus disertai dengan alasan-alasan perceraian

sebagaimana tertera dalam pasal 19 PP No. 09 tahun 197585

jo KHI pasal

116, yang mana dalam KHI ini ada penambahan alasan perkawinan pada poin

(g) dan (h) yang isinya adalah suami melanggar taklik talak dan peralihan

agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam

rumah tangga.86

Perkara cerai gugat yang masuk ke Pengadilan Agama Cibinong

tahun 2012, adalah sebagai berikut:

N

o

Bulan Sisa

Perkara

Bulan

Perkara

yang

Masuk

Perkara

yang

dikabulk

Perkara

yang

ditolak

Perkara

yang

digugurka

83

Bisri, Cik Hasan, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003), h. 244-245. 84

UU No. 07 tahun 1989 tentang Peradilan Agama 85

PP No. 09 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 01 tahun 1974 tentang Perkawinan 86

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010),h. 141.

Page 50: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

39

Lalu an n

01 Januari 308 133 114 00 03

02 Februari 321 132 104 02 02

03 Maret 342 116 128 00 05

04 April 319 127 104 00 00

05 Mei 334 124 105 00 00

06 Juni 353 117 117 02 00

07 Juli 351 45 129 00 00

08 Agustus 264 66 62 00 00

09 September 263 180 88 00 00

10 Oktober 346 157 130 00 04

11 Nopember 366 133 149 00 02

12 Desember 345 132 98 00 02

13 Jumlah 3.912 1.462 1.328 04 18

Perkara cerai gugat yang masuk ke Pengadilan Agama Cibinong

tahun 2013, sebagai berikut:

N

o

Bulan Sisa

Perkara

Bulan

Lalu

Perkara

yang

Masuk

Perkara

yang

dikabulka

n

Perkara

yang

ditolak

Perkara

yang

digugurka

n

01 Januari 374 183 149 01 01

02 Februari 401 138 151 00 00

03 Maret 383 128 171 00 00

04 April 339 157 203 01 03

Page 51: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

40

05 Mei 288 179 155 01 04

06 Juni 297 142 147 01 01

07 Juli 282 101 154 02 01

08 Agustus 218 109 82 00 01

09 September 238 185 123 01 02

10 Oktober 293 158 137 03 03

11 Nopember 294 147 147 00 04

12 Desember 281 130 114 00 01

13 Jumlah 3.688 1.757 1.733 10 21

Perkara cerai gugat yang masuk ke Pengadilan Agama Cibinong

tahun 2014, sebagai berikut:

No Bulan

Sisa

Perkara

Bulan

Lalu

Perkara

yang

Masuk

Perkara

yang

dikabulkan

Perkara

yang

ditolak

Perkara

yang

digugurkan

01 Januari 292 160 132 00 04

02 Februari 312 160 142 00 05

03 Maret 321 170 141 02 01

04 April 340 238 178 02 04

05 Mei 385 170 149 00 02

06 Juni 397 154 180 01 04

07 Juli 349 79 134 00 07

08 Agustus 279 82 128 00 02

09 September 216 252 168 01 08

Page 52: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

41

10 Oktober 262 221 210 00 06

11 Nopember 232 222 171 03 09

12 Desember 234 192 179 02 09

13 Jumlah 3.619 2.100 1.906 11 60

Perkara cerai gugat yang masuk ke Pengadilan Agama Cibinong

tahun 2015, sebagai berikut:

No Bulan

Sisa

Perkara

Bulan

Lalu

Perkara

yang

Masuk

Perkara

yang

dikabulkan

Perkara

yang

ditolak

Perkara

yang

digugurkan

01 Januari 194 208 166 00 08

02 Februari 200 209 152 00 05

03 Maret 235 239 186 01 08

04 April 254 224 220 00 10

05 Mei 215 234 139 04 05

06 Jumlah 1.098 1.114 863 05 36

Dari data di atas dapat kita lihat perceraian karena cerai gugat di

Pengadilan Agama Cibinong cukup banyak. Setiap bulannya sisa perkara

jauh lebih banyak dari pada data yang masuk, sisa perkara setiap tahunnya

sekitar 3000an lebih sedangkan perkara yang masuk setiap tahunnya 1000an

lebih. Jadi dapat disimpulkan setiap bulannya sisa perkara mencapai 250an

dan perkara yang masuk mencapai 83an. Sedangkan perkara yang dikabulkan

setiap tahunnya sekitar 1000an lebih, perkara yang ditolak sekitar 30an, dan

Page 53: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

42

perkara yang digugurkan sekitar 135an, maka setiap bulannya dapat

disimpulkan perkara yang di putus mencapai 83an, perkara yang ditolak

mencapaai 2, dan perkara yang digugurkan mencapai 11an.

Ini baru data perceraian karena gugatan cerai dari isteri belum lagi

apabila ditambah dengan perkara cerai talak dari suami, jumlah perkara akan

bertambah banyak. Nampaknya ini menjadi pekerjaan yang cukup sulit bagi

instansi yang terkait untuk mengurangi jumlah perceraian yang terjadi di

Indonesia khususnya di Pengadilan Agama Cibinong, segala upaya telah

dilakukan namun apa dayanya setiap perceraian tidak dapat dipaksakan untuk

tidak bercererai karena cobaan akan selalu datang dalam kehidupan.

Contoh kasus yaitu penggugat yang bernama Ibu NN 45 tahun

melawan tergugat bapak MM 55 tahun yang beralamat di Jl. Alternatif

Cileungsi-Cibubur, Kp. Kaum, Kec. Cileungsi, Kab. Bogor. Penggugat telah

mengajukan gugatannya ke Pengadilan Agama Cibinong dengan alasan-

alasan sebagai berikut:

1. Penggugat dan tergugat telah menikah dan telah menjalin hubungan rumah

tangga selama 29 tahun.

2. Penggugat dan tergugat telah dikaruniai 6 orang anak selama pernikahan.

3. Awal mula pertengkaran penggugat dan tergugat terjadi sejak tahun 2005.

4. Penggugat sudah tidak suka kepada tergugat.

5. Tergugat selalu perfikiran negative kepada penggugat.

6. Keluarga tergugat bersikap dingin kepada penggugat.

7. Tergugat selalu menjelek-jelekan penggugat.

Page 54: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

43

8. Penggugat dan tergugat selalu bertengkar (syiqaq).

Dengan alasan-alasan di atas penggugat memohon kepada majelis

hakim untuk mengabulkan gugatan penggugat dengan menjatuhkan talak bain

sughra dari pihak tergugat kepada penggugat.

Namun tergugat tidak mau menceraikan penggugat karena alasan-

alasan:

1. Karena perceraian itu dilarang agama.

2. Menjaga anak-anak agar aman, tentram, karena masih punya anak yang

masih kecil berumur 06 tahun.

Tenggugat mengakui bahwa telah terjadi pertengkaran dengan

penggugat pada tahun 2005, karena penggugat telah melakukan

perselingkuhan. Tergugat merasa cemburu karena penggugat selalu kumpul

bersama teman-teman reuni.

Dalam perkara ini hakim mengabulkan gugatan penggugat dengan

talak bain sughraa, dengan alasan bahwa benar penggugat dan tergugat telah

terjadi pertengkaran pada tahun 2005, penggugat masih tetap teguh pada

pendiriannya dengan tetap ingin bercerai dengan tergugat, karena tergugat

tidak dapat membawa saksi maka tergugat dinyatakan tidak menolak alasan-

alasan penggugat untuk bercerai.

Page 55: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

44

Namun dalam putusan ini tergugat merasa di dzalimi karena tergugat

tidak diberi tahu harus membawa saksi pada saat pembuktian sehingga

tergugat kalah dalam persidangan karena tidak adanya saksi.87

87

Wawancara pribadi dengan Penggugat dan Tergugat, Cileungsi tanggal 05 Juli 2015.

Page 56: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

45

BAB IV

PENERIMAAN DAN PENYALURAN UANG IWADH DI PENGADILAN

AGAMA CIBINONG

A. Penerimaan dan Penyaluran Uang Iwadh

Uang iwadh merupakan suatu keharusan yang harus dikeluarkan oleh

isteri apabila ia mengajukan gugatan perceraian dengan jalan khulu‟. Namun di

pengadilan agama hanya mengenal dua bentuk perceraian, yaitu cerai talak dari

pihak suami dan cerai gugat dari pihak isteri.88

Perceraian dengan jalan khulu‟ dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia baru ada setelah di berlakukannya Kompilasi Hukum Islam (KHI)

yang diberlakukan dengan Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 yang

sebelumnya tidak ditemukan dalam Undang-Undang atau Peraturan yang

lainnya. Sebelumnya seorang isteri jika ingin memutuskan ikatan perkawinan

dengan suaminya ia bisa menggugat suaminya melalui pengadilan yang akan

memutuskan perkawinan keduanya. Maka di dalam Kompilasi Hukum Islam

(KHI) seorang isteri juga bisa mengajukan perceraian dengan jalan khulu‟.89

Namun berlakunya perceraian dengan jalan khulu‟ tidak melahirkan jenis

perkara perceraian yang baru di pengadilan agama, karena perceraian dengan

jalan khulu‟ menjadi bagian dari perkara cerai gugat dengan tambahan putusan

88

Bintania, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 133. 89

Bintania, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 133.

Page 57: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

46

mengenai tebusan yang harus bibayar oleh isteri dan perceraian terjadi

dengan jatuhnya talak khulu‟ dari suami.90

Akan tetapi, perceraian dengan jalan khulu‟ tidak mempermudah seorang

isteri untuk memutuskan hubungan perkawinan dengan suaminya, ia harus tetap

memiliki alasan-alasan sebagaimana yang harus ia buktikan dalam cerai gugat

biasa, bahkan konsekuensinya ia harus membayar tebusan kepada suaminya dan

ia tidak berhak atas nafkah selama iddah yang dijalaninya.91

Jelaslah seorang isteri lebih memilih dengan mengajukan gugatan cerai

biasa yang tidak mempersulit dan tidak membebani dirinya dengan keharusan

membayar tebusan kepada suaminya dan ia tetap akan mendapat nafkah selama

dalam masa iddah dari suaminya ketimbang mengajukan cerai dengan jalan

khulu‟ yang harus mengeluarkan tebusan serta tidak akan mendapatka nafkah

sewaktu masa iddah.92

Laporan pembayaran uang iwadh di Pengadilan Agama Cibinong dalam

dua tahun yang lalu, yaitu antara tahun 2012-2013, yaitu:

Laporan pertanggung jawaban uang iwadh di Pengadilan Agama Cibinong tahun

2012.

Penerimaan Pengeluaran

No Bulan

Jumlah

Perkara

Jumlah

Uang

Iwadh No Bulan

Jumlah

Perkara

Jumlah

Uang

Iwadh

Diberikan

Kepada

Bintania, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 142. 91

Bintania, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 133-134. 92

Bintania, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 133-144.

Page 58: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

47

(Rp) (Rp)

1 Januari 1 10.000 1 Januari Nihil Nihil

Badan

Kas

Masjid

Pusat

2 Februari Nihil Nihil 2 Februari Nihil Nihil

3 Maret 2 20.000 3 Maret Nihil Nihil

4 April Nihil Nihil 4 April Nihil Nihil

5 Mei 6 60.000 5 Mei Nihil Nihil

6 Juni 6 60.000 6 Juni 3 30.000

7 Juli 5 50.000 7 Juli 8 80.000

8 Agustus 1 10.000 8 Agustus 9 90.000

9 September 4 40.000 9 September Nihil Nihil

10 Oktober 5 50.000 10 Oktober Nihil Nihil

11 Nopember 3 30.000 11 Nopember 13 130.000

12 Desember Nihil Nihil 12 Desember Nihil Nihil

Jumlah 33 330.000

Jumlah 33 330.000

Laporan pertanggung jawaban uang iwadh di Pengadilan Agama Cibinong tahun

2013

Penerimaan Pengeluaran

No Bulan

Jumlah

Perkara

Jumlah

Uang

Iwadh

(Rp) No Bulan

Jumlah

Perkara

Jumlah

Uang

Iwadh

(Rp)

Diberikan

Kepada

1 Januari Nihil

1 Januari Nihil Nihil

Badan

Kas

Masjid

Pusat

2 Februari 12 120.000 2 Februari Nihil Nihil

3 Maret 3 30.000 3 Maret Nihil Nihil

4 April 11 120.000 4 April Nihil Nihil

5 Mei 2 20.000 5 Mei 19 200.000

6 Juni 4 50.000 6 Juni Nihil Nihil

7 Juli 3 50.000 7 Juli Nihil Nihil

8 Agustus Nihil Nihil 8 Agustus 17 200.000

9 September Nihil Nihil 9 September Nihil Nihil

10 Oktober Nihil Nihil 10 Oktober Nihil Nihil

11 Nopember Nihil Nihil 11 Nopember Nihil Nihil

12 Desember Nihil Nihil 12 Desember Nihil Nihil

Jumlah 36 400.000

Jumlah 36 400.000

Page 59: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

48

Laporan pertanggung jawaban uang iwash di Pengadilan Agama Cibinong tahun

2014

Penerimaan Pengeluaran

No Bulan

Jumlah

Perkara

Jumlah

Uang

Iwadh

(Rp) No Bulan

Jumlah

Perkara

Jumlah

Uang

Iwadh

(Rp)

Diberikan

Kepada

1 Januari 19 190.000 1 Januari 19 190.000

Badan

Kas

Masjid

Pusat

2 Februari Nihil Nihil 2 Februari Nihil Nihil

3 Maret Nihil Nihil 3 Maret Nihil Nihil

4 April Nihil Nihil 4 April Nihil Nihil

5 Mei Nihil Nihil 5 Mei Nihil Nihil

6 Juni Nihil Nihil 6 Juni Nihil Nihil

7 Juli Nihil Nihil 7 Juli Nihil Nihil

8 Agustus Nihil Nihil 8 Agustus Nihil Nihil

9 September Nihil Nihil 9 September Nihil Nihil

10 Oktober Nihil Nihil 10 Oktober Nihil Nihil

11 Nopember Nihil Nihil 11 Nopember Nihil Nihil

12 Desember Nihil Nihil 12 Desember Nihil Nihil

Jumlah 19 190.000

Jumlah 19 190.000

Laporan pertanggung jawaban uang iwadh di Pengadilan Agama Cibinong tahun

2015

No Bulan

Jumlah

Perkara

Jumlah

Uang

Iwadh

(Rp) No Bulan

Jumlah

Perkara

Jumlah

Uang

Iwadh

(Rp)

Diberikan

Kepada

1 Januari Nihil Nihil 1 Januari Nihil Nihil Badan

Kas

Masjid

Pusat

2 Februari Nihil Nihil 2 Februari Nihil Nihil

3 Maret Nihil Nihil 3 Maret Nihil Nihil

4 April Nihil Nihil 4 April Nihil Nihil

5 Mei Nihil Nihil 5 Mei Nihil Nihil

Jumlah 00 00

Jumlah 00 00

Page 60: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

49

Dilihat dari tabel diatas mengenai laporan uang iwadh di Pengadilan

Agama Cibinong, dapat disimpulkan bahwa cerai gugat di pengadilan agama

dengan jalan khulu‟ tidak begitu banyak karena perceraian dengan jalan khulu‟

itu lebih memberatkan kepada isteri yang harus membayar dengan iwadh itu

sendiri sebagai tebusan. Isteri lebih banyak mengajukan cerai gugat biasa dari

pada cerai gugat dengan jalan khulu‟. Pada hakikatnya dalam cerai gugat

dengan jalan khulu‟ harus disertai alasan-alasan sebagaimana dalam cerai gugat

biasa, untuk itu isteri lebih memilih dengan jalan perceraian melalui cerai gugat

biasa dibandingkan cerai gugat dengan jalan khulu‟.

Karena khulu‟ di pengadilan agama itu harus disertai dengan adanya

pelanggaran taklik talak. Taklik talak sebagai perjanjian yang digantungkan

kepada syarat dengan tujuan untuk melindungi isteri dari tindakan sewenang-

wenang suami.93

Adapun taklik talak itu sebagaimana dalam buku nikah adalah

sebagai berikut: “Sesudah akad nikah, saya…..bin….berjanji dengan sesungguh

hati, bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami, dan akan

pergauli isteri saya bernama….binti….dengan baik (mu‟asyarah bilma‟ruf)

menurut ajaran syariat Islam.

Selanjutnya saya membaca shigat taklik atas isteri saya sebagai berikut:

Sewaktu-waktu saya:

1. Meninggalkan isteri saya dua tahun berturut-turut

2. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya

93

Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000), h. 247.

Page 61: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

50

3. Atau apabila saya menyakiti badan jasmani isteri saya

4. Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) isteri saya enam bulan

lamanya.

Kemudian isteri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada pengadilan

agama dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh pengadilan tersebut,

dan isteri saya membayar uang sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)

sebagai iwadh (pengganti) kepada saya maka jatuhlah talak satu kepadanya.

Kepada pengadilan tersebut saya kuasakan untuk menerima uang iwadh itu

dan kemudian menyerahkan kepada Direktorat Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam Cq. Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan

Syariah untuk keperluan ibadah sosial.94

Maka sebagaimana dalam taklik talak tersebut, uang iwadh dapat

diberikan kepada selain suami.95

Namun apabila dalam besaran uang iwadh

tersebut tidak terdapat kesepakatan maka perceraian tersebut diputus dengan

cerai gugat biasa96

tidak dengan jalan khulu‟, kecuali dalam uang iwadh tersebut

sepakat maka dapatlah diputus dengan cerai gugat dengan jalan khulu‟. tetapi

isteri harus dapat membuktikan bahwa suami telah membacakan taklik talak

tersebut, karena apabila taklik talak tersebut tidak dibacakan, maka taklik talak

itu dianggap tidak ada.97

94

Buku Nikah, Departemen Agama Republik Indonesia. 95

Wawancara pribadi dengan bapak H. Yusri, Cibinong tanggal 12 mei 2015 96

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. (Jakarta: Akademika Presindo, 2010),h. 149. 97

Wawancara pribadi dengan bapak H. Yusri, Cibinong tanggal 12 mei 2015.

Page 62: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

51

Mengenai uang iwadh itu sendiri di pengadilan agama dapat di berikan

kepada suami atau selain suami yang pada intinya uang tersebut telah

dikuasakan kepada hakim untuk di pergunakan bagi kepentingan ibadah sosial

sebagaimana disebutkan dalam taklik talak yang bunyinya: “Maka apabila saya

melanggar salah satu dari janji saya tersebut, sedang isteri saya tidak ridha dan

mengadukannya hal kepada pengadilan agama atau pengadilan yang serupa atau

sederajat dengan itu atau instansi lainnya yang mengurus pengaduan itu, dan

pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh Pengadilan, apabila isteri saya

membayar uang sebesar Rp. 10.000 sebagai iwadh maka jatuhlah talak saya satu

kepada isteri saya itu. Kepada pengadilan atau petugas tersebut saya kuasakan

untuk menerima uang iwadh itu dan memberikannya untuk kepentingan ibadah

sosial”.98

Namun apabila bila si suami datang dalam sidang tersebut maka uang

iwadh itu tidak perlu dikuasakan kepada hakim dan tidak perlu diberikan kepada

baitul mal atau yang lainnya demi keperluan ibadah sosial, tetapi jika suami

berkehendak untuk memberikannya untuk kepentingan ibadah sosial maka dapat

di berlakukan sesuai keinginan suami tersebut sebaagaimana yang tercantum

dalam taklik talak.

Mengenai uang iwadh yang besarannya di atas Rp. 10.000, penulis

temukan paling besar yaitu Rp. 20.000, sedangkan iwadh yang di atas Rp.

20.000 tidak penulis temukan di Pengadilan Agama Cibinong. Namun iwadh itu

98

Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000), h. 246.

Page 63: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

52

di pengadilan agama ada yang lebih besar dari Rp. 10.000, tetapi bukan di

Pengadilan Agama Cibinong tetapi di Mahkamah Syariah di Aceh yang

besarnya mencapai Rp. 2.000.000, Rp. 5.000.0000 bahkan disamakan dengan

mahar contohnya 3 kg emas.99

Jadi implementasi di Pengadilan Agama Cibinong itu sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang ada di Indonesia dan tidak ada kesalahan

dalam implementasinya dalam penerimaan uang iwadh tersebut karena uang

iwadh tersebut digunakan untuk kepentingan ibadah sosial. Sebagaimana taklik

talak itu telah dirumuskan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, dalam Pasal

11 ayat 4 Peraturan Menteri Agama No 2 tahun 1990100

jo Pasal 23 ayat 3

Peraturan Menteri Agama No 07 tahun 2007101

bahwa taklik talak itu diterapkan

oleh Menteri Agama. Dan juga mengenai besaran uang iwadh tersebut diatur

dalam KMA No. 441 tahun 2000 yang besarannya Rp. 10.000.102

B. Pendapat Hukum Islam

Mengenai pembayaran uang iwadh di pengadilan agama yang

implementasi uang iwadh tersebut di serahkan kepada baitul mal atau badan

yang lainnya demi kepentingan ibadah sosial bukan diberikan kepada suami,

perlu kita ketahui bahwa di pengadilan agama, uang iwadh itu dapat terjadi

apabila adanya pelanggaran taklik talak serta si suami harus telah menanda

99

Wawancara pribadi dengan Bapak. Yusri, tanggal 07 Juli 2015 100

Peratuan Menteri Agama No 2 tahun 1990 101

Peraturan Menteri Agama No 23 tahun2007 102

KMA No. 441 tahun 2000

Page 64: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

53

tangani taklik talak dalam buku nikah karena itu merupakan syarat yang harus

terpenuhi apabila akan mengajukan perceraian dengan jalan khulu‟.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara cerai gugat di pengadilan

agama dengan cerai gugat dalam hukum Islam, persamaanya adalah bahwa cerai

gugat di pengadilan agama dan cerai gugat dalam Islam sama-sama diminta oleh

isteri, namun perbedaannya adalah tidak serta merta cerai gugat yang diminta

oleh isteri harus disertai dengan uang iwadh (tebusan) berbeda dengan cerai

gugat dalam Islam yang harus disertai dengan uang iwadh (tebusan).

Begitupun khulu‟ di pengadilan agama dengan khulu‟ dalam Islam, ada

persamaan dan perbedaanya, khulu‟ di peradilan agama harus dengan alasan

pelanggaran taklik talak103

, sedangkan khulu‟ dalam Islam dapat di lakukan

dengan alasan apa saja bahkan tanpa alasan tidak mesti dengan pelanggaran

taklik talak.

Sedangkan dasar hukum khulu‟, yaitu surat Al-Baqarah ayat 229:

229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi

kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka,

kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum

103

Wawancara pribadi dengan bapak H. Yusri, Cibinong tanggal 12 mei 2015

Page 65: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

54

Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat

menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang

bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum

Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar

hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al-

Baqarah:299).104

Apabila dasar hukumnya Al-Qur‟an sama, maka dasar hadistnyapun

begitu, dalam hadist Ibnu Abbas, yaitu:

ل اهلل، عن ابن عباس أن امرأة تابت بن قيس أتت النبي صلى اهلل عليه وسلم فقالت: يارسى

سىل ثابت بن قيس ماأعتب عليه في خلق والدين، ولكني أكره الكفرفي االءسالم. فقال ر

اهلل صلى هلل عليه وسلم: أتردين عليه حديقة وطلقها تطليقة.

Artinya:

“Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, “Istri Tsabit bin Syammas datang

kepada Nabi SAW dan berkata, „Wahai Rasulullah, aku tidak benci kepada

Tsabit dalam hal agama dan akhlaknya, hanya saja aku takut kekufuran.”

Rasulullah SAW bersabda, “Apakah engkau bersedia mengembalikan kebunnya

kepadanya?” Dia berkata, “Ya.” Maka dia mengembalikan kepadanya, dan

beliau memerintahkan Tsabit, lalu dia pun menceraikannya”.105

Dari hadist diatas di sebutkan bahwa “Maka dia mengembalikan

kepadanya”, dari kata ini dapat dikatakan bahwa iwadh tersebut diberikan

kepada Tsabit itu sendiri karena ia sebagai suaminya bukan kepada selain suami

sebagaimana halnya di pengadilan agama. Namun di pengadilan agama tidak

demikian karena adanya pelanggaran taklik talak, dan taklik talak itu

dirumuskan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, dan peraturan di Indonesia

104

Al-Qur‟an 105

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Hadis No. 1094, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Pustaka

al-Hidayah.

Page 66: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

55

itu yang diakui di Indonesia adalah hukum tertulis, maka dalam hal khulu‟ dalam

pelanggaran taklik talak itu sebagaimana dalam taklik talak tersebut dapat

diserahkan kepada selain suami untuk kepentingan ibadah sosial.106

Adapun qawaid fiqiyah yang di pakai untuk dasar hukum tersebut yaitu:

همشروطالمسلمىن على : orang-orang Islam itu terikat selama perjanjian itu tidak

menyalahi hukum Allah”.107

Jelaslah apabila tidak adanya pelanggaran taklik

talak itu sendiri, maka cerai gugat itu diputus dengan cerai gugat biasa tanpa

adanya tebusan. Begitupun dalam surat Al-Maidah ayat 1, yaitu:

1.Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.(QS. Al-

Maidah, ayat 1).108

Dari ayat di atas surat Al-Maidah ayat 1 dapat disimpulkan bahwa,

apabila ada suatu perjanjian maka hendaklah perjanjian itu diterapkan. Dalam

hal ini dapat dikaitkan dengan taklik talak yang merupakan perjanjian suami

apabila ia melanggar taklik talak tersebut akan menguasakan kepada hakim

untuk memutus dan menerima uang iwadh (tebusan) untuk diberikan demi

kepentingan ibadah sosial apabila isteri mengajukan cerai gugat.

Walaupun ulama berbeda pendapat mengenai uang iwadh (tebusan),

namun perbedaan itu hanya pada apakah uang iwadh (tebusan) itu harus

sama, atau lebih atau kurang dari jumlah mahar yang diberikan di waktu

106

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah (penerjemah:Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh), Pustaka Azzam Jakarta 2009, h. 558. 107

Wawancara Pribadi dengan Bpk. Muhtar Ali, M.Hum. Jakarta 01 juni 2015 108

Al-Qur‟an

Page 67: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

56

akad. Namun ahli fikih berbeda pendapat mengenai kadar iwadh tersebut,

yaitu terbagi menjadi tiga pendapat, diantaranya:

a. Tidak disunahkan melebihi apa yang telah diberikan suami kepada isteri. Ini

adalah pendapat dari kalangan Hambali. Menurut kalangan ini khulu‟ tetap

sah jika melebihi mahar, namun hukumnya makruh. Mereka berpegang pada

tamaban kompensasi yang terdapat dalam hadist tentang isteri Tsabit bin Qais

yang berbunyi: “Nabi SAW lalu memerintahkannya untuk mengambil kebun

dan tidak meminta tambahan”.

b. Konpensasi boleh kurang atau lebih dari apa yang dulu diberikan suami

selama ada kerelaan di antara kedua belah pihak. Ini adalah pendapat jumhur

di antaranya Imam Malik, Syafi‟i, Ibn Hazm, Ibnu Abbas, Ibnu Umar,

Mujahid, Ikrimah, An-Nakhai, dengan alasan sebagai berikut: Firman Allah

SWT “…maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan

oleh isteri untuk menebus dirinya…(QS. Al-Baqarah, 299) Mengenai ayat di

atas itu bersifat umum, meliputi apa yang ditebuskan oleh isteri, baik sesuai

dengan kadar yang dulu diberikan suami, kurang, atau lebih banyak.

c. Kadar iwadh yang berkaitan dengan nusyuz. Ini merupakan pendapat dari

kalangan Hanafi, mereka mengatakan:

1. Jika nusyuz bersumber dari suami, maka hukumya makruh dan mendekati

haram baginya untuk mengambil sesuatu dari istrinya109

, dengan dasar

firman Alllah SWT

109

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah:Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),h. 558-561.

Page 68: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

57

20. dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain,

sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka

harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari

padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya

kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung)

dosa yang nyata ?110

Adapun alasan yang lainnya, karena suami telah menterornya

dengan perceraian, sehingga ia tidak boleh lebih menterornya dengan

mengambil hartanya.

2. Jika nusyuz bersumber dari isteri, maka suami boleh mengambil

konpensasi yang diberikan isteri meskipun melebihi apa yang telah

diberikan kepadanya dulu.111

Begitupun para ulama berbeda pendapat mengenai khulu‟ tanpa

adanya tebusan (iwadh), ini terbagi menjadi dua, diantaranya:

a. Khulu‟ tanpa iwadh sah. Ini adalah pendapat dari kalangan mazhab

Hanafi, Maliki, dan Imam Ahmad, dengan alasan sebagai berikut:

1. Khulu‟ adalah bagian pemutus perkawinan, maka sama haknya

dengan talak ia pun sah tanpa tebusan.

2. Asal muasal disyariatkannya khulu‟ adalah rasa tidak suka di

dalam diri isteri terhadap suaminya dan menginginkan

berpisah darinya, lalu ia meminta kepada suaminya untuk

menceraikannya. Jika si suami menyanggupinya maka

110

Al-Qur‟an 111

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah (penerjemah:Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh), Pustaka Azzam Jakarta 2009, h. 558-561.

Page 69: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

58

tercapailah maksud khulu‟ dan ia pun sah walaupun tanpa uang

iwadh.

b. Khulu‟ tidak sah tanpa tebusan. Ini adalah pendapat Imam Syafi‟i,

dengan alasan sebagai berikut:112

1. Allah mengaitkan khulu‟ dengan uang tebusan dengan

Firmannya “maka tidak ada dosa atas keduanya tentang

bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya”

2. Ketika isteri Tsabit bin Qais ingin mengguat cerai suaminya,

Nabi SAW bersabda: “kembalikan kebunnya kepadanya?”ia

menjawab, “ya” ia pun mengembalikan kepadanya, dan Nabi

memerintahkan Tsabit untuk menerimanya dan menceriakan

isterinya.113

Dari perbedaan pendapat tersebut masing-masing mempunyai dasar

hukum, namun dalam hal uang iwadh itu di berikan kepada suami atau selain

suami tidak ada perbedaan pendapat, karena pada dasarnya uang iwadh itu

harus di berikan pada suami baik itu di terima secara langsung atau tidak

kecuali adanya kesepakatan yang lain seperti dalam taklik talak.

112

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah:Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),h. 557 113

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah:Khairul Amru

Harahap, Faisal Shaleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),h. 557

Page 70: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Implementasi penerimaan dan penyaluran uang iwadh (tebusan) di

Pengadilan Agama Cibinong tidak menyalahi aturan yang berlaku. Dalam

prakteknya uang iwadh tersebut tidak diberikan kepada suami tetapi

diberikan kepada Badan Kas Masjid Pusat untuk kepentingan ibadah sosial

yang besarannya Rp. 10.000. Sebagaimana diatur dalam PMA No. 02 tahun

tahun 1990 Pasal 11 jo Peraturan Menteri Agama No. 23 tahun 2007 Pasal

23 jo KMA No. 441 tahun 2000.

Perceraian dengan jalan khulu di pengadilan agama tidak banyak yang

melakukannya karena isteri lebih memilih dengan cerai gugat biasa yang

tidak adanya kewajiban untuk mengeluarkan uang iwadh (tebusan) dan tetap

menerima nafkah iddah, sedangkan alasan yang dipakai sama saja. Begitupun

hakim lebih memutus dengan cerai gugat biasa walaupun adanya pelanggaran

taklik talak apabila adanya alasan lain yang dapat dijadikan alasan perceraian

karena itu tidak memberatkan pihak isteri.

2. Dalam hukum Islampun tidak terjadi perbedaan pendapat mengenai

penyerahan uang iwadh tersebut diserahkan kepada selain suami, namun

harus melalui suami terlebih dahulu atau suami telah setuju diberikan kepada

yang lain demi kepentingan ibadah dengan alasan qawaid fiqhiyah:

همشروطالمسلمىن على

Page 71: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

60

Karena uang iwadh di pengadilan agama dilakukan apabila adanya pelanggaran

taklik talak. Serta taklik talak tersebut harus dapat dibuktikan bahwa telah dibaca

dan atau ditanda tangani, apabila tidak ditanda tangani maka uang iwadh tersebut

tidak berlaku kecuali disepakati oleh kedua belah pihak.

Dan mengenai surat Al-Baqarah ayat 229 yang menjadi dasar hukum terjadinya

khulu‟ dan di ayat ini disebutkan isteri boleh membayar kepada suami dan tidak

menjelaskan suami berhak menerimanya secara langsung atau dapat di wakilkan.

Begitupun dengan hadist dari Ibnu Abbas, mengenai isteri Tsabit bin Qais,

walaupun dalam hadist tersebut di katakana isteri sabit mengembalikan

kepadanya (suaminya), tetapi tidak disebutkan apakah harus di terima secara

langsung oleh suami atau dapat diwakilkan.

B. Saran-Saran

1. Bagi Pengadilan Agama

Dalam praktek pembayaran uang iwadh sudah sesuai dengan peraturan dan

tidak ada penyimpangan, namun sebaiknya dalam pembayaran uang iwadh ini

harus ebih terbuka lagi, bukan hanya di cantumkan dalam buku laporan

perbulan atau pertahun saja, namun hendaknya di muat juga dalam web

pengadilan agama tersebut.

2. Bagi suami isteri

Bagi isteri yang hendak mengajukan khulu hendaknya dipertimbangkan

kembali karena sudah ada cerai gugat biasa yang lebih tidak memberatkan

pihak isteri dengan tidak harus mengeluarkan uang iwadh serta masih

Page 72: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

61

mendapat nafkah iddah. Begitupun bagi suami hendaknya apabila diajukan

khulu hendaknya tebusan itu tidak memberatkan isteri.

3. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat yang hendak melakukan perkawinan, hendaknya dipelajari

mengenai peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia ini agar cakap dalam

hukum khususnya dalam beracara di peradilan agama.

Page 73: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

62

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam.( Jakarta: Akademika Presindo, 2010).

Ahmad, Zaini Noeh, Peradilan Agama Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Intermasa,

1979).

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Hadis No. 1000, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam,

(Kairo: Dar-el Hadith, 1423H).

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam 9. Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kattani (Jakarta:

Gema Insani, 2011)

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006)

Bintania, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012)

Bisri, Cik Hasan, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003)

Buku Nikah, Departemen Agama Republik Indonesia.

Diakses pada 11 mei 2015 dari http/::www.pa-cibinong.go.id

Djaelani, Abdul Qadir, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT Bina Ilmu,1995)

Djalil, Basiq, Peradilan Islam, (Jakarta Amzah, 2012)

Farida, Anik, Perempuan dalam Sistem Perkawinan dan Perceraian di Berbagai

Komunitas dan Adat, Departemen Agama RI Balai Penelitian dan

Pengembangan Agama, Jakarta 2007.

Page 74: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

63

Hosen, Ibrahim, Fiqh Perbandingan dalam Masalah Perkawinan, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2003), h. 115-116.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Kamal, Abu Malik bin Salim, As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah. Penerjemah: Khairul

Amru Harahap, Faisal Shaleh,( Jakarta: Pustaka Azzam 2009)

Keputusan Menteri Agama No. 441 tahun 2000

Mahmudunnasir, Syekh, Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Penerjemah:Adang Afandi,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005)

Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000).

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fikih Lima Mazhab: Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi‟I,

dan Hambali. Penerjemah:Masykur A.B, dkk, (Jakarta: PT Lentera

Basritama, 1999),

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1974)

Muhammad, Syaikh bin Shalih al-„Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-

Qur‟an dan As-Sunnah. Penerjemah:Faisal Saleh, Yusuf Hamdani,

(Jakarta: Akbar Media, 2010)

Nuruddin, Amiur, dan Tarigan, Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam di Indonesia

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1 tahun

1974 Sampai KHI, (Jakarta: Prenada Media 2004)

Peratuan Menteri Agama No. 02 tahun 1990

Peraturan Menteri Agama No. 23 tahun 2007

Page 75: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

64

PP No. 09 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 01 tahun 1974 tentang

Perkawinan

Profil Pengadilan Agama Cibinong, Cibinong 2007

Ramulyo, M. Idris, Tinjauan Beberapa Pasal UU No. 1 Tahun 1974 Dari Segi

Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta: Ind-Hillco 1990)

Roihan, A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Rajawali Pers,1991)

Rusdiana, Kama, dan Aripin, Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN

Jakarta Press 2007)

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid Buku II Jilid 3 & 4.

Penerjemah:Abdul Rasyad Shidiq, (Jakarta: Akbar Media, 2013)

S. Lev, Daniel, Islamic Courts In Indonesia.Penerjemah: Zaini Ahmad Noeh,

(Jakarta: PT Inetrmasa, 1986)

Sari, Ade Puspita, “Penyelesaian Perkara Wali „Adal di Pengadilan Agama

Cibinong”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Sholeh, Asrorun Ni‟am, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta

eLSAS, 2008)

Sopyan, yayan, Islam Negara, (Jakarta: PT. Semesta Rakyat Merdeka, 2012)

Subekti, R. S. Tjitrosudibio, R. KUHPer dengan tambahan UUPA dan Undang-

undang Perkawinan. ,(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2013).

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat

dan Undang-Undang, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009)

…………………, Garis-Garis Besar Fiqih,( Jakarta: Prenada Media, 2003),

Page 76: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

65

Taimiyah, Ibnu, Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah. Penerjemah:Abu Fahmi Huaidi dan

Syamsuri An-Naba, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002)

Tihami, M.A, dan Sahrani, Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah

Lengkap,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009),

Umam, Khairul. “Khuluk Sebagai Penyelesaian Sengketa Perkawinan Akibat

Pelanggaran Taklik Talak (Studi Kasus di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan). Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006

UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

UU No. 07 tahun 1989 tentang Peradilan Agama

UU No. 03 tahun 2006 tentang Peradilan Agama

Wawancara Pribadi dengan Bapak. Muhtar Ali, Jakarta 01 juni 2015

Wawancara pribadi dengan Bapak Yusri, Cibinong tanggal 12 mei 2015

……………………………………………, Cibinong tanggal 07 Juli 2015

Wawancara pribadi dengan Penggugat dan Tergugat, Cileungsi tanggal 05 Juli 2015.

Page 77: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 78: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

67

Page 79: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

68

Page 80: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

69

Page 81: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

70

Page 82: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

71

Page 83: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

72

Wawancara Pribadi dengan Hakim Drs.H Yusri di Pengadilan Agama Cibinong, 12

Mei 2015

Gambar.1

Gambar.2

Page 84: IMPLEMENTASI PEMBAYARAN UANG IWADH DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28036/1/ZULFIKAR... · Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul

73

Gambar.3