implementasi nilai-nilai budaya

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan oleh manusia, baik dalam peradaban yang masih rendah (tertinggal) maupun peradaban yang sudah maju. Dengan pendidikan diharapkan generasi penerus mendapat warisan tingkah laku yang diharapkan oleh generasi berikutnya, maka tidak heran bahwa sejak jaman manusia mengenal peradaban, baik disadari maupun tidak disadari pewarisan nilai-nilai pendidikan terus dilakukan, walaupun menurut peradaban yang lain dianggap tidak sesuai dengan ketenruan yang berlaku pada segolongan generasi. Suatu golongan manusia minimal akan mewariskan nilai-nilai pendidikan yang dianggap perlu dan bermanfaat bagi generasinya sesuai dengan tingkat kebudayaannya, makin maju tingkat kebudayaan suatu bangsa makin tinggi pula tingkat

Upload: onix-radempthus-obinayonk

Post on 21-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

UMUM

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi Nilai-nilai Budaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan oleh manusia,

baik dalam peradaban yang masih rendah (tertinggal) maupun peradaban yang

sudah maju. Dengan pendidikan diharapkan generasi penerus mendapat warisan

tingkah laku yang diharapkan oleh generasi berikutnya, maka tidak heran bahwa

sejak jaman manusia mengenal peradaban, baik disadari maupun tidak disadari

pewarisan nilai-nilai pendidikan terus dilakukan, walaupun menurut peradaban

yang lain dianggap tidak sesuai dengan ketenruan yang berlaku pada segolongan

generasi. Suatu golongan manusia minimal akan mewariskan nilai-nilai

pendidikan yang dianggap perlu dan bermanfaat bagi generasinya sesuai dengan

tingkat kebudayaannya, makin maju tingkat kebudayaan suatu bangsa makin

tinggi pula tingkat pendidikan yang harus diwariskan juga sebaliknya makin

rendah tingkat kebudayaannya makin sedikit pula pendidikan yang harus

dipelajarinya dan diwariskannya.

Apakah sebenaraya yang dimaksud dengan pendidikan itu?. Ada berbagai

rumusan dikemukakan orang dalam upaya menjawab pertanyaan tersebut dengan

melihat pendidikan dari salah satu aspek kehidupan tertentu atau dari kacamata

disiplin keilmuan tertentu. Misalnya pandangan yang sosiologik melihat

pendidikan dari aspek sosial, antara lain mengartikan pendidikan sebagai usaha

Page 2: Implementasi Nilai-nilai Budaya

pewarisan generasi ke generasi. Pandangan antropologik melihat pendidikan dari

aspek budaya, antara lain mengartikan pendidikan sebagai usaha pemindahan

pengetahuan dan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Pandangan psikologik

melihat pendidikan dari aspek tingkah laku individu, antara lain mengartikan

pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. Pandangan

dari sudut ilmu ekonomi antara lain melihat pendidikan sebagai usaha penanaman

modal insani, sedangkan dari sudut ilmu politik antara lain melihatnya sebagai

usaha pembinaan kader bangsa.

Cara memahami pendidikan seperti tersebut di atas dapat disebut

pendekatan monodisipliner. Pendekatan semacam ini mengandung kelemahan

antara lain karena melihat pendidikan hanya terbatas pada bagian atau aspek

tertenru, sehingga tidak mencapai pemahaman yang lengkap. Salah satu cara

untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang pendidikan yaitu dengan

mempergunakan pendekatan sistem. Dalam hubungan ini, pendidikan dipandang

sebagai satu keseluruhan atau satu sistem, yang interaksi antara bagian-bagiannya

menghasilkan petunjuk apakah sistem tersebut bekerja lancar atau tersendat.

Pendekatan sistem merupakan pendekatan multidisipliner, karena dengan cara

kerjanya mempergunakan konsep-konsep analisis dari berbagai disiplin ilmu,

seperti ekonomi, rekayasa, sosiologi, psikologi dan sebagainya. Dan dari pada itu

pendekatan sistem perlu digunakan dalam menjelaskan pendidikan, karena pada

jaman sekarang ini dunia pendidikan telah berkembang sedemikian rupa sehingga

Page 3: Implementasi Nilai-nilai Budaya

menjadi hal ihwal atau urasan yang makin rumit dan pendidikan tidak dapat

dijelaskan dengau satu dua kalimat saja.

Apa bila pendidikan dipandang sebagai suatu sistem, lalu apakah yang

dimaksud dengan sistem itu ?. Secara sederhana dapat dikatakan oleh Redja

Mudjahadja (dalam modul 1993,3) bahwa :

Sistem adalah satu keseluruhan yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan. Kalau demikian halnya, pendidikan adalah satu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mencapai tingkat hidup yang diharapkan.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik

dan berkeinginan untuk membahas masalah di atas melalui penyusunan makalah

yang berjudul "Implementasi Nilai-nilai Budaya Melalui Kegiatan Karya Wisata

ke Musium Kebudayaan Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pendidikan Siswa

Serta Meningkatkan Kualitas Hasil Pembelajaran PPKn di Kelas VISD Negeri 2

Mangunjaya. "

1.2. Masalah

Kebutuhan akan pendidikan sangat dirasakan perlunya, apalagi jaman

moderen seperti sekarang ini. Dengan pendidikan manusia dapat membentuk

watak dan karakter yang sesuai dengan apa yang dikehendaki Besar sekali peran

pendidikan terhadap kemajuan suatu bangsa dalam usaha memperbaharui dan

meningkatkan taraf hidupnya.

Page 4: Implementasi Nilai-nilai Budaya

Di era kebudayaan yang masih primitif, ketika kebutuhan masih sangat

sederhana pendidikan dapat berlangsung hanya pada lingkungan keluarga. Kepala

keluarga beserta segenap anggota keluarganya masih mampu untuk mentrasfer

apa yang mereka kuasai kepada generasi penerusnya, untuk mewariskan nilai-nilai

moral dan keterampilan yang ia miliki secara turun temurun. Kemampuan dan

keterampilan yang diwariskan itu makin bervariasi tatkala kebudayaan makin

meningkat. Faktor penentu peningkatan adalah makin bertambah kompleksnya

kebutuhan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan banyaknya

keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh suaru generasi, sedangkan

kemampuan orang tua untuk mewariskan nilai-nilai yang bermanfaat itu terbatas,

maka dengan sendirinya mereka harus mencari pihak-pihak lain yang sanggup

memberikan pengajaran untuk menambah wawasan yang telah dimiliki oleh

anaknya hasil dari warisan orang tua, ini terjadi pertama ketika pengaruh Hindu

telah masuk ke Indonesia, yang pada awalnya hanya mengenal dua tingkat guru

(pendidik) yairu :

1. Guru Maton, yang menjadi siswa-siswanya terdiri dari anak-anak raja dan

kaum bangsawan. Guru semacam itu harus dijamin nafkah hidupnya oleh para

siswa-siswanya.

2. Guru Pertama, yang menjadi siswa-siswanya adalah rakyat bukan anak raja

dan kaum bangsawan. Guru semacam ini tidak dijamin nafkah hidupnya oleh

siswa-siswanya. Sebab mereka (guru) lebih menginsafi akan tugasnya dan

lebih berjiwa kerakyatan.

Page 5: Implementasi Nilai-nilai Budaya

Selanjutnya sistem pendidikan disesuaikan dengan cara di India ialah

sistem guru Kula. Cara ini sama dengan pendidikan asrama. Hubungan guru

dengan siswa sangat intim sekali sehingga besar sekali pengaruhnya bagi

pendidikan. Guru dianggap seorang yang sakti, selamanya dihormati. Mereka

(guru) tidak mempunyai penghasilan yang tetap melainkan sewakru-waktu

mereka menerima pemberian secara rela dari para wali murid.

Pada jaman perkembangan Islam, pendidikan diberikan pada dua tempat

yairu:

a. Yang diberikan di Langgar-langgar b

b. Yang diberikan di Pesantren-pesantren

Sistem pengajaran secara hoof delybe atau individual. Dengan cara

individual anak satu demi satu ke hadapan guni, seorang anak lainnya menunggu

gilirannya. Rencana pelajaran dan masuknya seolah tidak teratur dengan baik.

Gurunya sendiri tidak tetap hadirnya, kadang-kadang terlambat dan kadang-

kadang tak datang. Muridnya tidak diharuskan membayar iuran, apabila telah

tamat mereka harus mengadakan selamatan. Langgar merupakan tempat yang

benar-benar seperti yang dikemukakan oleh E. Rusmana (dalam modil pendidikan

di Indonesia, 1998 : 21) bahwa :

Langgar sebagai lembaga pendidikan itu mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial anak, dalam arti anak lambat laun mengetahui serta menyadari bahwa dirinya menjadi anggota perse kutuan hidup yang besar, yang mempunyai tanggung jawab mengembangkan ajaran-ajaran Islam dalam mewujudkan persekutuan hidup yang bernafaskan Islam.

Pesantren merupakan pendidikan kelanjutan dari pada pendidikan langgar-

langgar yang penyelenggaraannya secara asrama.

Page 6: Implementasi Nilai-nilai Budaya

Pada waktu pemerintahan penjajahan Belanda di Indonesia mulai di

perkenalkan pendidikan formal, tujuan utama pemerintah Belanda bukan untuk

memenuhi kebutuhan rakyat akan pengajaran, melainkan untuk melatih beberapa

orang bagi dinas pemerintah Belanda. Pada tahun 1850 Belanda mendirikan

sekolah , lama pendidikan 5 tahun (kelas I sampai dengan kelas V) dengan mata

pelajaran membaca, menulis, berhitung, menggambar, menyanyi, ilmu bumi, ilmu

tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, ilmu alam dan bahasa Indonesia. Sekolah ini

bersifat sebagai pendidikan "Calon Pegawai". Itulah mula pertama pendidikan

yang terselenggara di Indonesia.

1.3. Rumusan Masalah

Setelah menentukan masalah, maka langkah berikutnya adalah

merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah penting, sebab

rumusan masalah akan memberikan arah dan tuntunan dalam langkah

pembahasan, sebagaimana dikemukakan oleh Engkoswara dkk (1995,79) bahwa :

Rumusan masalah sangat penting sebab bisa dijadikan pedoman atau penuntun untuk langkah berikutnya. Pada umumnya, pedoman untuk merumuskan suatu maslah penelitian adalah sebagai berikut : a. Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya. b. Rumusan masalah hendaknya padat, singkat, jelas dan

operasional. c. Rumusan tersebut hendaklah mampu memberi petunjuk yang

memunghnkan dapat mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu secara baik.

Page 7: Implementasi Nilai-nilai Budaya

Sesuai dengan judul makalah, lalu latar belakang dan penetapan masalah

di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai budaya dapat lebih berdaya guna untuk pengembangan

pendidikan di sekolah terhadap pembelajaran PPKn di SD Negeri 2

Mangunjaya?

2. Apakah nilai-nilai budaya melalui karya wisata ke musium budaya dapat

memperbaiki hasil pembelajaran PPKn siswa kelas VI SD Negeri 2

Mangunjaya.

Page 8: Implementasi Nilai-nilai Budaya

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN ANALISIS MASALAH

2.1. KAJIAN TEORITIS

2.1.1. Implementasi Nilai-nilai Budaya

Sejak keberadaannya sekolah merupakan tempat untuk

berlangsungnya kegiatan untuk melestarikan kebudayaan. Melalui pendidikan

sejak dini siswa dituntut untuk mempelajari budaya-budaya para leluhur yang

sengaja diwariskan dan dilestarikan dalam naskah-naskah atau tulisan-tulisan

sebagai kekayaan pustaka generasi terdahulu. Guru dan siswa harus dapat

mengimplementasi nilai-nilai budaya yang merupakan kekayaan generasi tua

untuk dilaksanakan.

Implementasi nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh generasi

terdahulu, merupakan nilai-nilai budaya yang terseleksi oleh generasi-

generasi tersebut, yang dapat bertahan sampai sekarang ini, merupakan

budaya-budaya yang paling unggul dan akan diterima oleh generasi penerus.

Generasi penerus yang mengimplementasi nilai-nilai budaya yang sangat

berguna untuk siswa dan guru, sehingga mereka harus berusaha sebaik

mungkin. Untuk ikut berperan serta dalam implementasi nilai-nilai budaya

yang makin kompleks.

Makin maju tingkat peradaban manusia, makin banyak pula sarana

yang dibutuhkan oleh lembaga sekolah untuk menunjang keberhasilan yang

Page 9: Implementasi Nilai-nilai Budaya

ingin dicapai oleh suatu lembaga tersebut. Dengan bertambahnya ilmu

pengetahuan dan makin banyaknya penemuan-penemuan baru dibidang

pendidikan menuntut pula lembaga pendidikan untuk dapat menyesuaikan

sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang

menghendaki pencapaian keberhasilan dari out put lembaga pendidikan

tersebut. Lembaga pendidikan senantiasa dituntut untuk menginovasi dini

agar tidak tertinggal dari kemajuan yang sedang berjalan.

2.1.2. Sekolah Sebagai Pusat Pengembangan Pendidikan Kebudayaan

Agar setiap masyarakat dapat mempertahankan keberadaannya maka

anggota masyarakat yang bersangkutan dituntut untuk mewariskan

kebudayaan yang telah diciptakan dan dikembangkan bersama kepada

generasi penerusnya. Oleh sebab itu setiap masyarakat harus memiliki suatu

sistem pendidikan untuk mengajarkan generasi penerus nilai-nilai dan norma-

norma yang berlaku! Disamping itu juga berfungsi untuk mengajarkan

sebagai macam kegiatan yang diperlukan demi kelangsungan hidup

masyarakat yang bersangkutan. Sehingga pendidikan yang dilaksanakan

setiap masyarakat mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menjaga

kelestarian warisan budaya masyarakat dan sekaligus mengembangkan serta

mewariskannya kepada generasi berikutnya.

Page 10: Implementasi Nilai-nilai Budaya

Tanggung jawab orang rua pada masyarakat primitif ini tidak berakhir

meskipun anak-anak sudah dewasa, karena anak-anaktersebut biasanya tetap

menjadi bagian dari unit produksi keluarga besar mereka. Meskipun terjadi

mobilitas status keluarga itu: ayah-ibu menjadi kakek-nenek, anak menjadi

suami/istri atau ibu-ayah dan seterusnya. Tetapi pola umum dalam keluarga

besar tetap berkembang dari generasi ke generasi agar dapat mewariskan

budaya yang mereka anggap baik untuk dapat dilestarikan. Seperti yang

dikemukakan oleh Saleh Soegianto (Modul IPS 2003,218) bahwa :

Semua masyarakat, baik yang masih primitif maupun yang sudah maju, memiliki kebudayaan. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu pola dan hasil tingkah laku manusiayang dipelajah oleh semua anggota masyarakat tertentu. Sebagai contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan Hal itu bisa dikatakan sebagai mono mengatakannya dan kepada siapa anak itu mengatakannya. Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan kemudian menerapkan sebagai tingkah laku sendiri menjadikan anak sebagai anggota masyarakat atau anak tersebut sudah terakulfuras, sehingga dengan demikian fungsi pokok setiap sistem pendidikan adalah untuk mengajarkan anak-anak budaya yang esensial.

Cara pengajaran budaya esensial tersebut dapat dilakukan kepada

generasi baru pada masyarakat. Pada dasarnya ada dua cara umum yang

diidentifikasi, yaitu cara informal dan cara formal. Cara informal yaitu pola

pengajaran di dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam

kehidupan sehari-hari. Cara formal melibatkan instirusi khusus yang dibentuk

untuk tujuan pendidikan. Pendidikan formal tersebut dirancang untuk

mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik.

Page 11: Implementasi Nilai-nilai Budaya

Kalau masyarakat hanya menstranmis saja kebudayaan yang mereka

miliki kepada generasi penerus maka tidak akan diperoleh kemajuan,

kemajuan dapat dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan. Oleh sebab itu

anggota masyarakat tersebut berusaha melakukan perubahan-perubahan dan

perubahan-perubahan disesuaikan kondisi baru sehingga terbentuklah pola

tingkah laku, nilai-nilai dan norma-norma baru yang sesuai dengan tuntutan

perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-

norma baru dan nilai-nilai baru ini disebut juga dengan istilah Transmis

Kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmis dan

transpormasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan yang disebut sekolah

dan keluarga.

2.2. ANALISIS MASALAH

2.2.1. Implementasi Nilai-nilai Budaya Sebagai Upaya

Meningkatkan Pendidikan Siswa dalam Belajar PPKn.

Di era globalisasi sekarang ini pendidikan sudah merupakan suatu

kebutuhan yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Lembaga-lembaga

pendidikan sudah muncul dimana-mana, dari kota yang dianggap sudah

modern sampai pelosok yang katanya masih primitif, baik yang dikelola oleh

masyarakat (swasta) maupun oleh pemerintah. Munculnya lembaga-lembaga

pendidikan seiring dengan makin majunya peradaban manusia dibidang

science dan teknologi yang mewarnai perkembangan diabad ini. Walaupun

Page 12: Implementasi Nilai-nilai Budaya

institusi pendidikan telah muncul dimana-mana, sebagian masyarakat kita

masih ada yang tidak memanfaatkan lembaga-lembaga pendidikan tersebut.

Dengan berbagai dalih alasan mereka masih kurang peduli terhadap keadaan

lembaga pendidkan tersebut, terbukti dengan tidak menyekolahkan anaknya

pada lembaga pendidikan umumnya yang bertarap SLIP. Para orang tua

mesih membiarkan anaknya hanya tamat Sekoalah Dasar.

Pemerintah dan masyarakat sudah bersusah payah untuk mendirikan

institusi pendidikan dan berharap semua lapisan masyarakat dapat

mengenyam pendidikan sesuai dengan yang mereka cita-citakan Dengan

biaya yang tidak sedikit pemerintah telah menyelenggarakan sarana

pendidikan yang dianggap layak untuk digunakan masyarakat sekitar.

Institusi pendidikan dibangun ibukan alasan-alasan, namun dengan berbagai

pertimbangan yang matang pemerintah menempatkan institusi pendidikan

pada suatu tempat yang strategis dapat terjangkau oleh masyarakat sekitar.

Terbatasnya anggaran pendidkan sebuah institusi, kadang kurang

menjangkau tempat yang dibutuhkan, maka pihak swsta ikut berperan aktif

dalam penyelenggaran pendidikan. Para sukarelawan yang mampu dengan

dibantu oleh berbagai pihak berusaha menyelenggarakan pendidikan formal.

Penyelenggaraan pendidikan formal tersebut untuk membantu meringankan

beban pemerintah dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Kita tahu

bahwa tanggung jawab pendidikan itu terletak pada pemerintah, masyarakat

dan orng tua.

Page 13: Implementasi Nilai-nilai Budaya

Kita harus merasa bangga pada masyarakat yang peduli terhadap

pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan memerlukan biaya yang sangat

besar dan membutuhkan kesabaran yang tinggi.

2.2.2. Analisis Masalah Implementasi Nilai-nilai Budaya Melalui Karya

Wisata ke Musium Kebudayaan Sebagai Upaya Meningkatkan

Kualitas Pembelajaran PPKn.

Kebudayaan yang berkembang sejak zaman dahulu merupakan hasil

inovasi dari satu generasi ke generasi lainnya. Dari generasi terdahulu yang

merupakan cikal bakal perintis kebudayaan baik disadari maupun tidak

disadari mewariskan nilai-nilai budaya yang dianggap bermanfaat bagi

generasi penerusnya. Budaya yang diwariskan kadang kala sudah

bertentangan dengan peradaban manusia pada masanya. Ge4nerasi penerus

mudah sekali meniru kebudayaan asing yang kadang kala kebudayaan asing

itu bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang di anut oleh generasi

terdahulu. Budaya yang datang dan diterima oleh generasi penerus biasanya

lebih mudah diriru dari pada budaya sendiri yang biasanya dianggap lebih tua

dan kuno.

Akulturasi budaya yang dapat diserap akan mewarnai pola-pola

kehidupan masyarakatnya. Sendi-sendi kehidupan akan mengalami

pergeseran nilai dari norma-norma yang telah berkembang di masyarakat

yang turun temurun. Akulturasi budaya bisa juga menambah budaya-budaya

yang telah ada menjadi lebih baik dan berdaya guna dan tidak bertentangan

Page 14: Implementasi Nilai-nilai Budaya

dengan norma agama, kadang juga akulturasi dapat menimbulkan gejolak di

masyarakat karena memang budaya yang terakulturasi tersebut tidak searah

dan sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang telah dimilkinya bahkan lebih

parah lagi kalau budaya tersebut bertentangan dengan norma agama yang

dianut oleh masyarakat tersebut sama hahiya yang dikemukakan oleh

E.Rusmana (Pendidikan Indonesia, 1998 : 27) bahwa :

Kebudayaan itu bisa menyusup dalam seluruh segi "way of life" kemanusiaan dapat meliputi pandangan hidup dan cara hidup, maka peerwujudannya dapat menjadi suatu bentuk tingkah laku, sikap, filsafat hidup dan dapat pula dijadikan kriteria kemajuan lahir dari pada. suatu bangsa dan kemanusiaan. Justru itulah mempelajari budaya suatu bangsa berarti pula mempelajari filsafat hidup dari bangsa itu sendiri.

Masuknya budaya asing itu biasanya tanpa disadari oleh bangsa itu

sendiri, kalau memang itu budaya baik, sengaja diadopsi oleh bangsa itu

sendiri melalui institusi resmi seperti lembaga-lembaga sekolah atau kursus-

kursus keterampilan. Budaya yang dianggap kurang pas masuknya dengan

tidak sengaja dan lambat laun akan masuk dan menggerogoti budaya yang

telah ada dan lama kelamaan akan berurat dan berakar pada budaya yang

telah jadi. Budaya yang negatif dapat menurut norma agama akan cepat

berkembang dan sulit dihilangkan.

Page 15: Implementasi Nilai-nilai Budaya

BAB III

UPAYA PEMECAHAN MASALAH

3.1 Upaya Pemecahan Peningkatan Pendidikan Siswa Terhadap Pelajaran

PPKn Melalui Im piementasi Nilai-nilai Budaya.

Dunia pendidkan berkaitan erat dengan institusi sekolah, keduanya

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Penyelenggaraan

pendidikan sekarang ini terselenggara pada institrusi sekolah dengan pendukung

sarana dan prasarananya. Institusi sekolah yang sederhana hanya ada beberapa

syarai saja diantaranya: ada murid, guru, bangunan dan kegiatan belajar mengajar,

dengan syarat irulah maka sudah terpenuhi institusi sekolah.

Kemajuan dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari

dunia pendidikan. Bangsa yang pendidikannya telah maju berarti dia telah berhasil

mentransfer ilmu pengetahuan. Mereka telah memanfaatkan sekolah sebagai

tempat menimba ilmu dengan sunguh-sungguh. Pendidikan yang berkembang di

masyarakat yang tidak melalui pendidikan formal biasanya kualitas

pendidikannya rendah, sedangkan kalau melalui pendidikan formal akan

mendapatkan out put yang sesuai dengan harapan. Pendidikan yang diberikan

pada pendidikan informal (masyarakat) tidak melalui tahapan-tahapan yang telah

direncanakan, sedangkan pendidikan yang dikemas oleh lembaga formal melalui

tahapan-tahapan yang benar-benar telah teruji keakuratannya. Dengan melalui

prosedur dan cara-cara yang sudah terencana dengan baik, pendidikan di sekolah-

Page 16: Implementasi Nilai-nilai Budaya

sekolah fonnal benar-benar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan, seperti

ungkapan sebagai berikut:

Penyelenggaraan pendidkan jalur sekolah sesuai dengan jenjang dan jenis, baik negeri maupun swasta, telah diatur melalui perundang-undangan serta perangkat peraturan yang mengikutinya.Selain ilu setiap penyelenggaraan persekolahan dibina oleh instansi yang berwenang. Dengan demikian, kondisi tersebut berimplikasi terhadap tatanan dan hubungan baik vertical maupun horizontal yang baku antara sekolah dengan instansi lain. Hubungan-hubungan tersebut bisa berupa laporan konsultasi, koordinasi, pelayanan dan kemitraan. (MBS, Dinas Pendidikan, 2002 : 56).

Dengan pernyataan diatas bahwa sekolah benar-benar tempat untuk para

generasi penerus untuk menuntut segala bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi

yang berguna bagi kehidupan generasi penerus agar kelak dapat hidup mampu dan

mandiri. Berbekal pengalaman di sekolah-sekolah generasi penerus dapat

menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman yang selalu berinovasi setelah mereka

dapat menamatkan dari sebuah sekolah mereka harus ikut xerus mengembangkan

diri sesuai dengan prinsip pendidikan seumur hidup.

Masyarakat sekitar harus ikut bangga dan rasa memilki terhadap

keberadaan sekolah pada lingkungannya, mereka harus ikut melestarikan dan

apabila mempunyai anak yang sesuai dengan jenjang pendidikan yang tersedia

pada lingkungannya harus memesukan anaknya pada lembaga pendidikan yang

tersedia. Selain iru mereka yang ada pada lingkungan lembaga sekolah tersebut

harus ikut memberi motivasi kepada masyarakat yang berada di luar

lingkungannya, mereka minimal hanis membagi informasi yang benar terhadap

keberadaan sekqlah tersebut sebisa mungkin, bahkan harus dapat membawa

Page 17: Implementasi Nilai-nilai Budaya

masyarakat luas ikut menyekolahkan anaknya pada sekolah itu. Dengan didukung

baik moril maupuin materil oleh masyarakat lingkungan, maka kelestarian

pendidikan pada sekolah tersebut dapat dipertahankan.

Pemerintah dalam mengelola lembaga pendidikan sangat terbatas

kemampuannya, maka bagi masyarakat yang mampu diharapkan ikut berperan

dalam penyediaan sarana pendidikan tersebut. Kalau masyarakat mampu ikut

membangun sarana pendidikan itu, kalau kurang mampu ikut berpartisipasi dalam

pengadaan sarana melalui sumbangan tenaga. Kalau pemerintah yang membangun

sarana pendidikan tersebut pasti mempunyai batas usia bangunan itu. Usia

bangunan sekolah dapat dijaga kekuatannya apabila bangunan tersebut terawat

keberadaannya.

Pemeliharaan lembaga sekolah dapat melalui pihak intern dan ekstern.

Pihak intern diantaranya Kepala Sekolah beserta dewan gurunya, sedangkan pihak

ekstern yaitu masyarakat melalui Komite Sekolahnya. Sejalan dengan ungkapan

N. Hadi Permadi (MBS, 2001 : 19) bahwa :

Dewan Sekolah merupakan perangkat organisasi baru yang merupakan organisasi gabungan (Fusi) dari organisasi BP3 dan Komite Sekolah. Dewan Sekolah merupakan manajemen yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan merupakan mitra dari kantor Pendidikan tingkat Kecamatan. Dewan Sekolah dipilih dari tokoh masyarakat dan orang tua muridyang peduli pada pendidikan dan diutamakan mereka yang punya kharisma di masyarakat.

Dengan dibantu Dewan Sekolah, Kepala Sekolah dan stapnya dapat

bekerja sama untuk memajukan pendidikan pada sekolah itu. Mereka saling

mengisi kekurangan masing-masing dan saling bahu membahu dalam menentukan

dan menjalankan kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah melalui Dinas

Pendidikan Kecamatan sampai tingkat atasnya.

Page 18: Implementasi Nilai-nilai Budaya

3.2 Upaya Pemecahan Masalah Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran

PPKn Melalui Implementasi Nilai-nilai Budaya.

Kebudayaan merupakan hasil karya cipta manusia, yang tidak terlepas

dari daya kreatif dan inofatif dari manusia itu sendiri. Ciri kemajuan dari suatu

bangsa ditentukan juga oleh hasil karya bangsa itu sendiri. Suatu bangsa

dianggap maju apabila di dalam mereproduksi karyanya lebih unggul dari

bangsa-bangsa lain juga sebaliknya bangsa yang tertinggal hasil karya bangsa

tersebut lebih rendah dari pada bangsa lain. Kebudayaan suatu bangsa yang

lebih baik akan ditiru dan diadopsi oleh bangsa lain, terutama oleh bangsa-

bangsa yang mereka sendiri belum mampu membuat unggulan hasil kreasi

bangsanya.

Budaya-budaya yang dianggap dominan akan dilestarikan dalam suatu

karya tulis (buku) untuk dapat digunakan oleh generasi penerusnya. Generasi

penerus akan melanjutkan budaya leluhumya apabila dianggap budaya

tersebut dapat bermanfaat bagi generasi itu dan ia akan melupakan budaya itu

ketika budaya leluhur dianggap sudah tidak relevan dengan kehidupan pada

zaman itu. Budaya-budaya yang bermanfaat akan diajarkan pada lembaga-

lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan akan menyeleksi budaya yang bagaimana yang

pantas diwariskan kepada gererasi penerusnya yang dapat dimanfaatkan

dimasa datang. Generasi terdahulu berkewajiban untuk menstranfer budaya-

budaya yang telah diwariskan oleh pendahulunya dengan tidak mengabaikan

Page 19: Implementasi Nilai-nilai Budaya

budaya luar yang ikut terserap pada budaya local. Masyarakat jangan merasa

pesimis dengan maraknya budaya-budaya asing yang mempengaruhi budaya

local. Untuk dapat mengimbangi pengaruh budaya asing yang tidak sesuai

dengan norma dan nilai-nilai kita apalagi bertentangan dengan norma-norma

agama. Sebagai guru harus dapat menunjukan bahwa norma dan nilai yang

diajarkan di sekolah akan lebih bulk dari pada norma yang berlaku di luar

sekolah, ini dapat dibuktikan dengan figur sebagai contoh suri tauladan anak

didiknya dimana dan kapan saja. Dengan figure guru yang sebagai panutan

maka anak didik akan meniru dan man untuk diajak berbuat baik.

Kita harus dapat menanamkan bahwa norma baik harus menjadi

budaya bangsa kita, agar bangsa kita tetap dihormati dan dihargai oleh bangsa

lain, yang pada akhimya budaya bangsa kita dapat ditiru oleh bangsa lain dan

menganggap bahwa bangsa kita lebih mulia dari pada mereka.

Page 20: Implementasi Nilai-nilai Budaya

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Setelah dilakukan pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah

dirumuskan, raaka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Implementasi nilai-nilai budaya melalui kegiatan karya wisata ke musium

budaya dapat meningkatkan pendidikan siswa terhadap pelajaran PPKn di

kelas VI SD Negeri 2 Mangunjaya. Peningkatan semangat berpendidikan

tumbuh dari aktivitas langsung yang dilakukan dari kegiatan belajar

dengan tidak verbal dan monoton di dalam kelas dengan materi yang telah

dipersiapkan, tetapi dari gejala sosial yang dimanfaatkan menjadi balian

ajar yang disampaikan secara langsung dan tidak verbal di dalam kelas,

melainkan berkunjung ke musium budaya semua siswa mengalami,

menyaksikan dan meneliti langsung ke tempat musium. Inilah

implementasi nilai-nilai implementasi yang mencerminkan moralitas yang

baik.

2. Implementasi nilai-nilai budaya melalui kegiatan karya wisata ke musium

budaya dapat memperbaiki hasil pembelajaran PPKn siswa kelas VI SD

Negeri 2 Mangunjaya. Peningkatan kualitas ini berawal dari peningkatan

gairah belajar. Setelah siswa lebih bergairah dalam belajar, maka

penguasaan materinya juga semakin bagus dan hasil pembelajarannya

meningkat.

Page 21: Implementasi Nilai-nilai Budaya

4.2 Saran

Pada akhir makalah ini ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan

berupa saran, diantaranya:

1. Siswa lebih senang daii bergairah belajar yang langsung dapat merasakan,

melihat dan membuktikan kegiatan pembelajaran PPKn yang tidak

dibebani oleh kegiatan verbal, seperti terlalu banyak mendengarkan

pelajaran guru atau mencatat informasi / data.

2. Kembangkan aktivitas, kreativitas dan potensi yang dimiliki oleh siswa

melalui pemberian kesempatan untuk bertanya, menjawab, berkomentar

atau berpendapat.

Page 22: Implementasi Nilai-nilai Budaya

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pendidikan 2002, "Pedoman implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di JawaBarat".

Karto Diredjo, Kartono "Pendekatan limit Sosial" PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992.

Kadi Saputra Otong "Pengantar Perencanaan Pengajaran IPS" Modul Perkuliahan UPI Bandung 2000.

Permadi Dadi "Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah". PT Sarana Panca Karya Nusa, 2001.

Saleh, Soegianto, dkk "Dasar-dasar Kependidikan " Universitas Terbuka 1993.

Widja I Cede "Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran" DIKTI, 1989.