implementasi kebijakan pemerintah kota makassar …
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TAMANGAPA
KECAMATAN MANGGALA
LINA HERLINA
Nomor stambuk: 105640099510
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TAMANGAPA
KECAMATAN MANGGALA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan diajukan oleh
LINA HERLINA
Nomor stambuk : 105640099510
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota
Makassar dalam Pengelolaan Sampah di TPA
Tamangapa Kecamatan Manggala.
Nama Mahasiswa : Lina Herlina
Nomor Stambuk : 105640099510
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si
Mengetahui:
Dekan Ketua Jurusan
Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama mahasiswa : Lina Herlina
Nomor Stambuk : 105640099510
Program studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tampa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / publikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar
akademik.
Makassar, 10 Oktober 2014
Yang Menyatakan,
Lina Herlina
ABSTRAK
LINA HERLINA. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar
dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala
(dibimbing oleh Muhlis Madani dan Nuryanti Mustari).
Implementasi kebijakan pemerintah merupakan salah satu variabel yang
menentukan pencapaian tujuan pemerintahh yang sangat terkait langsung dengan
kepada upaya pemerintah dalam melayani dan mengatur masyarakat dan
lingkungannya. Seperti yang terjadi di Kota Makassar masalah pengelolaan
sampah masih menjadi polemik bagi pemerintah yang disebabkan oleh
peningkatan jumlah sampah yang di produksi setiap hari, hal ini membuat
pemerintah harus bekerja ekstra untuk menanganinya termasuk pembuatan Perda
dan kebijakan-kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk
menggambarkan dan menjelaskan implementasi kebijakan pemerintah Kota
Makassar dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif (menjelaskan
kondisi objek secara alamiah) dengan informan sebanyak 10 (Sepuluh) orang
yang dipilih berdasarkan pandangan bahwa informan memiliki pengetahuan dan
informasi mengenai permasalahan yang diteliti yakni Kepala Dinas Pertamanan
dan Kebersihan Kota Makassar, Ketua Staf, dan pengelolah Teknis Lapangan
TPA. sumber Data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa;
observasi dan dokumentasi serta dikembangkan dengan wawancara terhadap
informan.
Hasil penelitian menunjukkan Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota
Makassar dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala
belum maksimal ini terlihat dari belum mencukupinya jumlah armada yang
mengangkut sampah dibandingkan dengan jumlah sampah setiap hari yang
dihasilkan oleh masyarakat, serta belum memadainya fasilitas lain seperti
infrastruktur jalan menuju lokasi TPA sehingga menyebabkan terganggunya
mobilitas pengelolaan sampah.
Kata kunci: implementasi, TPA
KATA PENGANTAR
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya semoga kita senantiasa berada dalam lindungan- Nya.
Teriring salam dan salawat pada junjungan Rasulullah SAW dan Keluarga yang
dicintainya beserta sahabat-sahabatnya, sehingga skripsi yang berjudul “
Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan Sampah
di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala” dapat penulis selesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Penulis menyusun skripsi ini sebagai karya ilmiah yang
merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar serjana pada program studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi isinya. Untuk itu,
penulis menerima segala bentuk usul, saran ataupun kritikan yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan berikutnya. Dalam proses penyusunan skripsi
ini, penulis tidak terlepas dari berbagai rintangan, mulai dari pengumpulan
literatur, pengumpulan data sampai pada pengolahan data maupun dalam tahap
penulisan. Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa
tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, baik
material maupun moril, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis juga menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. H. Muhlis Madani, M.Si, selaku Pembimbing I, yang telah mendidik,
membantu, dan mengarahkan penulis hingga penyelesaian skripsi ini.
2. DR. Nuryanti Mustari, S.IP,M.Si selaku Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis serta
memberikan motifasi dan mengarahkan hingga penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak DR. H. Muhlis Madani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh
stafnya.
4. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar beserta seluruh stafnya.
5. Bapak DR. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) dan yang telah
membina Universitas ini dengan sebaik-baiknya.
6. Pemerintah Kota Makassar, segenap staf Dinas Pertamanan dan
Kebersihan Kota dan masyarakat Kota Makassar Terima kasih atas segala
kerjasama dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan
penelitian.
7. Untuk kedua orang tuaku yang selama ini selalu membimbing serta
mengarahkan kearah yang lebih baik, dan telah memberikan dukungan
moril serta pengorbanan materi selama ini dengan sabar mengajariku
disetiap kesalahanku. Untuk kasih sayang yang selalu diberikan penulis.
Terima Kasih untuk semuanya.
8. Seluruh Keluarga besar yang senantiasa memberikan motivasi dan
bantuannya kepada penulis untuk menyelesikan studi, terima kasih atas
bantuan moril dan materi yang selalu diberikan kepada penulis.
9. Terima kasih buat teman-teman KKP Angkatan VII FISIPOL Unismuh
Makassar tahun 2013 yang telah bersama-sama berjuang selama kurang
lebih Tiga bulan lamanya.
Selain itu, penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-
dalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik
dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak penulis menginjakkan kaki
pertama kali di Universitas Muhammadiyah Makassar hingga selesainya studi
penulis. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai manusia biasa yang tak
pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan.
Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga semua ini dapat
bernilai ibadah di sisi-Nya, Aamiin! Sekian dan terimakasih.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 10 Oktober 2014
Lina Herlina
vi
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................. i
Halaman Persetujuan............................................................................................ ii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ....................................................... iii
Abstrak ................................................................................................................. iv
Kata Pengantar ..................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsep dan Teori ............................................................. 8
B. Kerangka Pikir.................................................................................... 26
C. Fokus Penelitian ................................................................................. 26
D. Definisi Fokus Penelitian ................................................................... 27
BAB III. METODE PENELIATIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................. 28
B. Jenis dan Tipe Penelitian .................................................................... 28
C. Sumber Data ....................................................................................... 29
D. Informan Penelitian ............................................................................ 29
E. Fokus dan Deskripsi Fokus ................................................................ 30
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 30
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 30
H. Pengabsahan Data .............................................................................. 31
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian .................................. 33
B. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar
dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangap ................................. 37
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi
Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam
Pengelolaan Sampah Di TPA Tamangapa ......................................... 69
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 76
B. Saran-Saran ........................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang berlandaskan pada
Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan tersebut harus menyentuh seluruh aspek
kehidupan masyarakat di berbagai bidang. Pembangunan daerah sebagai bagian
integral dari pembangunan nasional masa sekarang ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat terutama dalam pembangunan kota, baik pembangunan kota
provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan sampai ke pedesaan yang seiring dengan
kemajuan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang ditunjukkan dengan
pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi.
Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan konsumsi masyarakat dan
aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume
dan jenis sampah, serta karakteristik sampah yang semakin beragam. Sampah
yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat perkotaan ini, telah
menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh setiap pemerintah
kota dengan dukungan partisipasi aktif dari masyarakat perkotaan itu sendiri.
Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum
mencapai hasil yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam
melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya
maupun penerapan teknologi.
2
Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di
perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan
penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan
penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004). Permasalahan dalam
pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup
masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah
yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya,
anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu
melayani seluruh sampah yang dihasilkan. Dalam hal pengelolaan sampah bagi
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, melalui UU NO.18/2008 mengenai
Pengelolaan Sampah dan Peraturan Daerah Kota Makassar NO.4 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah.
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang sampai sekarang
masih menjadi masalah di beberapa kota besar yang ada di Indonesia.Masalah
utama sampah kota umumya terjadi diTPA (tempat pembuangan akhir) terutama
beberapa kota besar yang ada di Indonesia.Secara kimiawi sampah terdiri dari
sampah organik yakni sampah yang mudah diuraikan karena meiliki rantai kimia
yang pendek, dan sampah anorganik yakni sampah yang sulit di uraikan karena
memiliki rantai kimia yang panjang. Sampah organik berupa sayur-sayuran, de
daunan dan buah-buahan.Sedangkan sampah anorganik misalnya plastik,kaleng,
pecahan kaca, dan lain-lain. Kota Makassar, sama seperti kota lainnya di
Indonesia, mengalami ke tidak mampuan dalam mengatasi bangkitan dan buangan
sampah.Bangkitan sampah padat perkotaan (MunicipalSolid Waste) diperkirakan
3
sekitar 800 ton/hari(0,70 kg/kapita/hari atau 3.800 m3/hari 0,23ton/m3)1 pada
tahun 2006, dan diperkirakansekitar 458 ton/hari atau 48% (1.991 m3/hari)pada
tahun 2007. Limbah sampah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena
kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup
disekitarnya, karena bersifat toksik bagi hewan dan manusia (La Grega 2001
dalam Anonim 2008). TPA Tamangapa Antang yang terletak di wilayah
kecamatan Antang merupakan pusat tempat pembuangan akhir bagi seluruh
wilayah di Makassar, yang sudah beroperasi sekitar 15tahun dengan luas 14,3 Ha.
Dalam operasinya tempat pembuangan akhir Antang melakukan cara Open
Dumping, sehingga berpotensi mencemari air tanah. Berdasarkan data Unit Tata
Ruang dan Unit Kelola Lingkungan Makassar 2006, dari sejak dibukanya TPA
Tamangapa Antang diperkirakan sudah 1.240.000 ton limbah sampah organik
yang dibuang. Kualitas kompos umumnya ditentukan oleh unsur hara yang ada.
Kandungan unsur hara dalam kompos terbilang lengkap tapi jumlahnya sedikit
sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan bahan lain seperti
kotoran ternak dan mikroorganisme yang menguntungkan. EM4 merupakan
mikroorganisme yang dapat meningkatkan mikroba tanah, memperbaiki
kesehatan, dan kualitas tanah serta mempercepat pengomposan. Mikroorganisme
ini memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas kompos. Peneliti ingin
mengetahui penanganan sampah organik dalam mengelolah menjadi kompos
dengan penambahan larutan EM-4 (effectiveMicrooganic).
Kebijakan pemerintah dalam rangka menciptakan masyarakat yang bersih
memang sampai saat ini belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Indonesia
4
sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar di dunia dengan
populasi jumlah pendudukan berkisar 220 juta jiwa memang sangat berpengaruh
pada pola konsumsi masyarakat yang berakibat menimbulkan bertambahnya
volume sampah, dengan jenis dan karakteristik sampah spesifik sebagai bagian
pola konsumsi.
Sampah telah menjadi masalah klasik dari sebuah daerah perkotaan atau
wilayah permukiman yang padat penduduknya dengan lingkungan lahan
disekitarnya yang terbatas. Berbicara mengenai persoalan sampah, segera muncul
dalam pikiran kita pada umumnya adalah persoalan apa yang terlihat secara visual
kasat mata, yaitu sampah yang ada di tong tempat pembuangan sampah, sampah
yang berserakan di pinggir jalan, dan sebagainya, bukan apa yang akan
ditimbulkan atau yang akan menjadi dampak dari persoalan sampah tersebut.
Sehingga dalam mengatasinya hanya dianggap sebagai masalah “kebersihan.”
Tetapi apakah dengan menyingkirkan sampah, kita telah terlepas dari
permasalahan sampah Dan sampah tersebut biasanya masih tetap ada, karena yang
terjadi adalah pemindahan sampah dan pemindahan permasalahannya. Hal ini
terleihat bagaimana pada lingkungan permukiman atau perkotaan telah terbebas
dari tumpukan sampah, tapi disisi lain membiarkan lokasi lain (TPS, TPA dan
sebagainya) menjadi gunungan sampah dan sumber polusi bagi lingkungan dan
masyarakat sekitarnya.
Pada tanggal 7 Mei tahun 2008 yang lalu telah diundangkan oleh
pemerintah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah. Diundangkannya UU Pengelolaan Sampah ini tidak lain dari makin
5
ruwetnya pengaturan persampahan secara nasional, sehingga pengelolaan sampah
perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik secara ekonomi dalam
pengaturannya maupun kesehatan bagi masyarakat, dan juga aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
Disamping itu pengaturan mengenai pengelolaan sampah juga diperlukan
adanya kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab baik bagi pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah
dapat berjalan secara profesional, efektif dan efisien. Diundangkannya UU
Pengelolaan Sampah sebagaimana yang tertulis dalam UU No. 18 Tahun 2008,
menjadi landasan bagi pemerintah baik didaerah dan di pusat dalam mengambil
kebijakan pengelolaan sampah yang benar dan efektif.
Sejak dikembangkan mazhab pembangunan berkelanjutan, isu lingkungan
menjadi sangat penting. Hal ini terlihat pada kewajiban dilakukannya AMDAL
(analisis manfaat dan dampak lingkungan) dalam setiap kegiatan investasi, ISO
1400 tentang keamanan lingkungan, sertifikat ekolebel. Hal ini di nilai penting,
karena pelestarian lingkungan (fisik) akan sangat menentukan keberlanjutan
kegiatan investasi maupun operasi (utamanya yang terkait dengan tersediannya
bahan baku).
Selama ini, pengertian lingkungan, seringkali dimaknai sekedar
lingkungan fisik, utamanya yang menyangkut pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Tetapi, dalam praktek perlu disadari bahwa lingkungan sosial
juga sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis dan kehidupan. Kesadaran
6
seperti itulah yang mendorong di terbitkannya Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tantang Penanaman modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
perseroan yang didalamnya mencamtumkan tanggung jawab sosial dan
lingkungan oleh penanaman modal.
Kita menyadari masih lemahnya pemahaman masyarakat mengenai arti
pentingnya pengelolaan sampah yang benar. Selama ini masyarakat masih
beranggapan sampah hanya sebatas sisa kegiatan sehari-hari manusia yang tidak
perlu diperhatikan. Masyarakat begitu mudahnya membuang sisa-sisa kegiatan
sehari-hari mereka baik berupa sisa-sisa makanan, yang berasal dari benda yang
padat yang tidak bisa didaur ulang maupun sisa kegiatan sehari-hari yang dapat
didaur ulang untuk dibuang disebarang tempat. Ketidak perhatian masyarakat itu
bagian pola masyarakat yang lemah untuk memperhatikan arti pentingnya
kesehatan masyarakat. Pemerintah juga masih beranggapan pengaturan mengenai
pengelolaan sampah yang benar bukanlah suatu perioritas program yang harus
diperhatikan. Walaupun disetiap pemerintahan daerah telah memiliki dinas-dinas
kebersihan.
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
mengangkat sebagai bahan penelitian dengan judul “Implementasi Kebijakan
Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa
Kecamatan Manggala”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
7
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar dalam
Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan Pemerintah
Kota Makassar dalam pengelolaan sampah di TPA Tamangapa ?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pada penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar dalam
Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa ?
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
Pemerintah Kota Makassar dalam pengelolaan sampah di TPA Tamangapa ?.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat akademis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikankontribusi positif yang dapat menunjang bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Pemerintahan, serta dapat memperkaya
khasanah kepustakaan mengenai implementasi kebijakan publik di Kota
Makassar.
2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
dan dapat berguna bagi Pemerintah Kota Makassar sebagai suatu bahan
informasi, masukan (input) dan sebagai komparasi dalam
mengimplementasikan Pengelolaan Sampah di Kota Makassar.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Implementasi
Menurut Wahab dalam Mustari (2013) mengemukakan bahwa
Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-
individu, pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan. Implementasi Kebijakan merupakan langkah lanjutan berdasarkan
suatu kebijakan formulasi. Menurut Dunn dalam Mustari (2013) menyatakan
bahwa akan halnya implementasi kebijakan, lebih bersifat kegiatan praktis
termasuk di dalamnya mengeksekusi dan mengarahkan.
Sehubungan dengan sifat praktis yang ada dalam proses implementasi
kebijakan di atas, maka hal yang wajar bahwa implementasi ini berkaitan dengan
proses politik dan administrasi. Hal tersebut disebabkan karena ini menyangkut
tujuan dari diadakannya kebijakan tersebut .
Konteks implementasi demikian baru akan terlihat pengaruhnya setelah
kebijakan teresbut dilaksanakan. Hal itulah yang menunjukan bahwa proses
pelaksanaan kebijakan merupakan salah satu tahapan penting atau momentum
dalam proses perumusan atau pembuatan kebijakan selanjutnya, sebab berhasil
atau tidaknya suatu kebijakan dalam mencapai tujuannya ditentukan dalam
pelaksanaanya. Oleh karena itu, rumusan kebijakan yang telah dibuat tidak akan
mempunyai arti apa-apa atau hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah
9
dan baku tersimpan rapi dalam sebuah dokumen kalau tidak di implementasikan.
Berkaitan dengan hal itu, dapat dikatakan bahwa salah satu tolok ukur
keberhasilan suatau strategi atau kebijakan terletak pada proses implementasinya.
Hal senada dikemukakan Salusu dalam Mustari (2013) bahwa dalam kasus
tertentu, proses implementasi dapat terjadi seketika, tetapi kebanyakan harus
menunggu karena memerlukan persiapan yang cukup matang. Implementasi dari
suatu kebijakan adalah sesuatu yang sangat peka, menuntut kehati-hatian, dan
bahkan pada saat penyusunan alternatif kebijakan dilakukan sudah harus
dipertanyakan bagaimana melaksanakan setiap alternatif tersebut.
Implementasi adalah perangkat kegiatan yang dilakukan menyusul satu
keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran. Guna
merealisasikan pencapaian sasaran tersebut, diperlukan serangkaian aktivitas. Jadi
dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai
aktivitas guna mencapai sasaran tertentu. Masih dalam Salusu dalam Mustari
merumuskan implementasi sebagai rangkuman dari berbagai kegiatan yang di
dalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain untuk mencapai
sasaran dan strategi. Sehingga kegiatan implementasi menyentuh semua jajaran
manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada karyawan ini paling
bawah.
B. Konsep Kebijakan Pembangunan
Salah satu prasyarat dan faktor pelancar pembangunan adalah, adanya
kebijakan pemerintah untuk pembangunan di tingkat nasional, dan penjabarannya
oleh aparat pemerintah di tingkat regional dan lokal, serta langkah-langkah
10
pelaksanaan yang telah dimusyawarakan oleh warga masyarakat setempat, tentang
hal ini harus diingat bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
harus selalu mengacu dan merupakan bagian integral yang tidak boleh terlepas
bahkan harus mampu memperlancar pelaksanaan serta tercapainya tujuan-tujuan
pembangunan yang telah disepakati di semua aras pelaksanaan pembangunan.
Karena itu, setiap penyuluh/fasilitator harus benar-benar memahami semua
kebijakan akan hasil-hasil musyawarah masyarakat yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembangunan.
Tanpa adanya pemahaman yang mendalam tentang kebijakan-kebijakan
yang telah di sepakati, penyuluh akan menghadapi kesulitan dalam merumuskan
program pemberdayaan masyarakat yang direncanakannya. Di lain pihak, tanpa
adanya pemahaman yang baik terhadap kebijakan dan kesepakatan-kesepakatan
yang ditetapkan, dikhawatirkan program pemberdayaan masyarakat yang
dirumuskan akan kurang bermanfaat, bebeda, atau bahkan mungkin bertentangan
dengan kebijakan dan kesepakatan yang ada. Sehubungan dengan itu, beragam
kebijakan, peraturan, dan hasil-hasil musyawarah yang harus diperhatikan oleh
setiap penyuluh.
C. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan bila di pandang dalam pengertian yang luas,
merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi,prosedur,
dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih
dampak atau tujuan yang diinginkan (Winarno dalam Mustari 2013).
11
Menurut Teori Implementasi Kebijakan Edward III) yang dikutip oleh
Budi winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan, yaitu :
1. Komunikasi.
Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan,
yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity).Faktor pertama yang
mendukung implementasi kebijakan adalahtransmisi. Seorang pejabat yang
mengimplementasikan keputusan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah
dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaanya telah dikeluarkan.Faktor kedua
yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk-
petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana
kebijakan, tetapi komunikasi tersebut harus jelas.Faktor ketiga yang mendukung
implementasi kebijakan adalah konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan
ingin berlangsung efektif.
Masih menurut Parsons (2006), model rasional ini berisi gagasan bahwa
implementasi adalah menjadikan orang melakukan apa-apa yang diperintahkan
dan mengontrol urutan tahapan dalam sebuah sistem.
Mazmanian dan Sabatier (1983) dalam Ratmono (2008), berpendapat bahwa
implementasi top down adalah proses pelaksanaan keputusan kebijakan
mendasar. Beberapa ahli yang mengembangkan model implementasi kebijakan
dengan perspektif top down adalah sebagai berikut :
a. Van Meter dan Van HornMenurut Meter dan Horn (1975) dalam Nugroho
(2008), implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik,
12
implementor dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variable yang
mempengaruhi kebijakan public adalah sebagai berikut :
1. Aktifitas implementasi dan komunikasi antar organisasi
2. Karakteristik agen pelaksana/implementor
3. Kondisi ekonomi, social dan politik
4. Kecendrungan (dispotition) pelaksana/implementor
b. Menurut Edward III (1980) dalam Yousa (2007), salah satu pendekatan studi
implementasi adalah harus dimulai dengan pernyataan abstrak, seperti yang
dikemukakan sebagai berikut, yaitu :
1.Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan ?
2.Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi
kebijakan?
Sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, Edward III, mengusulkan
4(empat) variable yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan, yaitu :
1. Communication (komunikasi) ; komunikasi merupakan sarana untuk
menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas.
Untuk menghindari terjadinya distorsi informasi yang disampaikan atasan ke
bawahan, perlu adanya ketetapan waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas
13
informasi yang disampaikan, serta memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam
menyampaikan informasi
2. Resourcess (sumber-sumber) ; sumber-sumber dalam implementasi kebijakan
memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif
bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-
sumber dimaksud adalah :
a. staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan
untukmelaksanakan kebijakan
b. informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi
c. dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan
d. wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan.
3.Dispotition or Attitude (sikap) ; berkaitan dengan bagaimana sikap implementor
dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para implementor
bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan, tergantung
dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya .
4.Bureaucratic structure (struktur birokrasi) ; suatu kebijakan seringkali
melibatkan beberapa lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya,
sehingga diperlukan koordinasi yang efektif antar lembaga-lembaga terkait dalam
mendukung keberhasilan implementasi.
14
3. Mazmanian dan Sabatier Mazmanian dan Sabatier (1983), mendefinisikan
implementasi sebagai upaya melaksanakan keputusan kebijakan, sebagaimana
pendapat mereka :
“Implementation is the carrying out of basic policy decision, usually incorporated
in a statute but wich can also take the form of important executives orders or
court decision. Ideally, that decision identifies the problem(s) to be pursued, and,
in a vaiety of ways, ‘structures’ the implementation process”.
Menurut model ini, implementasi kebijakan dapat diklasifikan ke dalam tiga
variable, yaitu (Nugroho, 2008) :
a. Variabel independen : yaitu mudah-tidaknya masalah dikendalikan yang
berkenaan dengan indicator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman
objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.
b. Variabel intervening : yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk
menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan
konsistensi tujuan
c. Varaibel dependen : yaitu variabel-variabel yang mempengaruhi proses
implementasi yang berkenaan dengan indikator kondisi sosial ekonomi dan
teknologi, dukungan publik, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat
yang lebih tinggi dan komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat
pelaksana.
15
5. Model Grindle Menurut Grindle (1980) dalam Wibawa (1994),
implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks
implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan
ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya
ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut.
Isi kebijakan, mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan
2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan
3. Derajat perubahan yang diinginkan
4. Kedudukan pembuat kebijakan
5. Pelaksana program
6. Sumber daya yang dikerahkan
Sementara itu, konteks implementasinya adalah :
1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat
2. Karakteristik lembaga dan penguasa
3. Kepatuhan dan daya tanggap
Model Grindle ini lebih menitik beratkan pada konteks kebijakan,
khususnya yang menyangkut dengan implementor, sasaran dan arena konflik yang
16
mungkin terjadi di antara para aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber
daya implementasi yang diperlukan.
Implementasi Kebijakan Bottom UpModel implementasi dengan
pendekatan bottom up muncul sebagai kritik terhadap model pendekatan rasional
(top down). Parsons (2006), mengemukakan bahwa yang benar-benar penting
dalam implementasi adalah hubungan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana
kebijakan. Model bottom up adalah model yang memandang proses sebagai
sebuah negosiasi dan pembentukan consensus. Masih menurut Parsons (2006),
model pendekatan bottom up menekankan pada fakta bahwa implementasi di
lapangan memberikan keleluasaan dalam penerapan kebijakan.
Ahli kebijakan yang lebih memfokuskan model implementasi kebijakan
dalam persfektif bottom up adalah Adam Smith. Menurut Smith (1973) dalam
Islamy (2001), implementasi kebijakan dipandang sebagai suatu proses atau alur.
Model Smith ini memamndang proses implementasi kebijakan dari proses
kebijakan dari persfekti perubahan social dan politik, dimana kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan
dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran.
Menurut Smith dalam Islamy (2001), implementasi kebijakan dipengaruhi
oleh empat variable, yaitu :
1. Idealized policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan
dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group
untuk melaksanakannya
17
2. Target groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan dapat
mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus
kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan,
maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-pola perilakukan dengan kebijakan
yang telah dirumuskan
3. Implementing organization : yaitu badan-badan pelaksana yang bertanggung
jawab dalam implementasi kebijakan.
4. Environmental factors : unsur-unsur di dalam lingkungan yang mempengaruhi
implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik.
D. Konsep Pemerintah
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan
Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi.
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten Kota. Pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah, ( UU RI No. 32 Tahun 2004 ).
18
Menurut Siswanto ( 2008:54 ), Tujuan pembentukan daerah pada dasarnya
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan
politik di tingkat lokal.
Konsep pemikiran tentang otonomi daerah mengandung pemaknaan
terhadap eksistensi otonomi tersebut terhadap penyelenggaraan pemerintahan
daerah, pemikiran-pemikiran tersebut antara lain :
Pemikiran pertama, bahwa prinsip otonomi daerah dengan menggunakan
prinsip otonomi seluas-luasnya. Arti seluas-luasnya ini mengandung makna
bahwa daerah diberikan kewenangan membuat kebijakan daerah, untuk memberi
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Pemikiran kedua, bahwa
prinsip otonomi daerah dengan menggunakan prinsip otonomi yang nyata dan
bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk
menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan
kewajiban yang senyatanya telah ada, serta berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian, isi
dan jenis otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan
nasional.
19
Seiring dengan prinsip di atas, dan tujuan serta cita-cita yang terkandung
dalam undang-undang yang terkait penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Di
samping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian
hubungan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Artinya, mampu
membangun kerja sama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama
dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa
otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah
dengan pemerintah. Artinya, harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan
wilayah negara dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
mewujudkan tujuan Negara, ( Sunarso, 2009:8 ).
Pemerintah atau Government dalam bahasa inggris di artikan sebagai “
The authoritative direction and administration of the affairs of men/ women in a
nation, stake, city, etc” atau dalam bahasa Indonesia berarti “Pengarahan dan
administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah Negara,
Negara bagian, kota dan sebagainya. “Governance” lebih merupakan serangkaian
proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam
berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi
pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut” Kooiman (1993). Setiap
daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah.
Kepala Daerah untuk Provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut
Bupati dan untuk Kota adalah Wali Kota. Kepala Daerah dibantu oleh satu orang
20
Wakil Kepala Daerah, untuk Provinsi disebut Wakil Gubernur, untuk Kabupaten
disebut Wakil Bupati dan untuk Kota disebut Wakil Wali Kota. Kepala dan Wakil
Kepala Daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala
Daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggung jawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat. Gubernur yang
karena jabatannya berkedudukan juga sebagai Wakil Pemerintah Pusat di wilayah
Provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan
memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah
termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
Pemerintahan pada strata Pemerintahan Kabupaten dan Kota. Dalam
kedudukannya sebagai Wakil Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud, Gubernur
bertanggung jawab kepada Presiden.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan
pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh
Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten atau Daerah Kota sesuai
dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah.
1. Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP Daerah) untuk jangka waktu
20 (dua puluh) tahun yang ditetapkan dengan Perda.
21
2. Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJM Daerah) untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun yang ditetapkan dengan Perda.
3. Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM
daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dengan mengacu kepada rencana kerja
Pemerintah pusat.
Penyelenggaraan fungsi Pemerintahan daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada Daerah, dengan mengacu kepada
Undang-Undang yang mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan
pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan
yang melekat pada setiap urusan Pemerintah yang diserahkan kepada Daerah
menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan
sumber keuangan yang antara lain berupa kepastian,tersedianya pendanaan dari
Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan.
E. Sampah Menurut Para Ahli
1. Defenisi Sampah
Tanjung (2014), Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, di
buang oleh pemiliknya atau pemakai semula. Basriyanta (2006),
Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik / pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai atau dikelola dengan
prosedur yang benar
22
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga
untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak
atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau
ditolak atau buangan. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki
nilai ekonomis. Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat
dirumuskan sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sampah yang harus dikelola tersebut meliputi sampah yang dihasilkan dari:
1. Rumah tangga
2. kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran,
tempat hiburan.
3. fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah tahanan/penjara, rumah sakit,
klinik, puskesmas
4. fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum, taman,
jalan,
5. Industri
6. hasil pembersihan saluran terbuka umum, seperti sungai, danau, pantai.
Sampah padat pada umumnya dapat di bagi menjadi dua bagian : Sampah
Organik sampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik
(sampah kering).
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau
yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah
23
rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa tepung, sayuran dll. Sampah Anorganik Sampah Anorganik berasal
dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari
proses industri.
Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan
aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh
alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat
lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol,
tas plsti. Dan botol kaleng Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian.
Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton termasuk sampah organik.
Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah
anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam
kelompok sampah anorganik.
2. Dampak Sampah bagi Manusia dan Lingkungan
Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian
maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas
kehidupan dapat lebih ditingkatkan.
Namun seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak
negatif yang tidak sedikit. Dampak bagi kesehatan Lokasi dan pengelolaan
sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol)
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
24
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
d. Sampah beracun:
Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal
dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.
Dampak Terhadap Lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk ke
dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk
ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana.
Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Dampak terhadap keadaan social dan ekonomi :
25
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat.
4. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung
(untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak
masuk kerja, rendahnya produktivitas).
5. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
6. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang
tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan
air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan
cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
F. KerangkaPikir
Dewasa ini sering kita menemui adanya penumpukan sampah dimana-
mana dari pusat perkotaan dan daerah pemukiman sehingga banyak menimbulkan
permasalahan di daerah tersebut inilah yang menjadi pertanyaan bagi kita dimana
Pemerintah dan bagaimana perhatian pemerintah terhadap masyarakatnya.
Khususnya di Daerah Kota Makassar sendiri implementasi dan pelaksanaan
26
kebijakan perlu untuk di perhatikan, maka dari dasar latar belakang itulah penulis
melakukan penelitian dengan berdasar kepada kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
G. Fokus Penelitian.
1. Perencanaan Penanganan dan Pengurangan Sampah di Kota Makassar.
2. Penyediaan Sarana dan Prasarana
3. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi
4. Faktor Pendukung Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pemerintah
Kota Makassar Dalam Pengelolaan Sampah Di TPA Tamangapa Kecamatan
Manggala.
5. Faktor Penghambat Pemerintah Kota Makassar Dalam Mengimplementasikan
Kebijakan Dalam Masalah Pengelolaan Sampah di Kota Makassar
Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Di TPATamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar
1.Faktor Pendukunga. Tingginya Kemitraan
DiperlihatkanPemerintahTentang PerdaPengelolaan Sampah
b. Koordinasi YangTerjalin Baik dariLembaga PemerintahDengan Pekerja di TPA
C. Dukungan DanKerjasama Dari PihakSwasta
1. Perencanaan Penanganan
dan Pengurangan Sampah
2. Penyediaan Sarana dan
Prasarana
3. Pengembangan dan
Pemanfaatan Teknologi
2.Faktor Penghambata Lemahnya pengawasanb. kurangnya Tenaga
Termapil dibidangPengelolaan Sampah
c. kurangnya kesadaranmasyarakat
Efektifitas ImplementasiKebijakan
27
H. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan
Sampah Di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala.Implementasi
merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya
implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumusskan dengan
tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam
rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan
tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan.
2. Perencanaan Penanganan dan Pengurangan Sampah. Dari pemahaman yang
mendalam tentang kebijakan-kebijakan yang telah disepakati, maka semua
pelaksanaan harus mengacu kepada semua aras pelaksanaan dan hasil-hasil
dari perencanaan tersebut tentang bagaimana pengimplimentasiannya.
3. Penyediaan Sarana dan Prasarana, prasarana merupakan faktor pendukung
dalam menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi dalam sebuah daerah.
4. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi merupakan salah satu wujud
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, mengingat selama ini dalam
mengelola sampah masih menggunakan cara tradisonal atau manual.
Sehingga kurang efektif dalam penangannya
5. Faktor penghambat merupakan adalah salah satu yang menyebabkan tidak
berjalannya suatu perencanaan secara maksimal disebabkan karena kurangnya
dukungan untuk mencapai sasaran yang telah dicangkan.
6. Faktor pendukung dalam penanganan masalah sampah seperti, pembuatan
Perda masalah sampah, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini berlokasi di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Makassar, dan masyarakat sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa
Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Dengan pertimbangan bahwa Kebijakan
yang dibuat oleh pemerintahtidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk interen
pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh
masyarakat yang berada di lingkungannya.Dan alasan lain dipilih sebagai tempat
penelitian di TPA Tamangapa tersebut mudah dijangkau oleh peneliti.
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian
dari kualitatif adalah untuk menggambarkan atau melukiskan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang di selidiki, khusus pada sejauh mana implementasi
kebijakan Pemerintah Kota Makassar dalam pengelolaan sampah TPA
Tamangapa Kecamatan Manggala.
2. Tipe penelitian ini adalah tipe fenomenologi yang dimaksudkan untuk
memberi gambaran mengenai masalah-masalah yang diteliti berdasarkan
pengalaman oleh informan.
29
C. Sumber Data
1. Data Primer, yaitu data empiris yang diperoleh oleh peneliti dari informan
berdasarkan hasil wawancara. Data yang ingin diperoleh adalah mengenai
strategi pemerintah daerah dalam pengembangan penndapatan asli daerah serta
data-data lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penyusunan proposal.
2. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan-
laporan atau dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam
penelitian.
D. Informan Penelitian
Adapun informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang
yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dan dianggap memiliki
informasi penting dan pengetahuan tenatang apa yang berkaitan dengan tujuan
dan harapan penulis yang antara lain :
1. Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar 1 orang
2. Staff Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar 4 orang
3. Pengelola Teknis lapangan TPA Tamangapa 5 Orang
10 orang
Penentuan sumber data didasarkan pada asumsi bahwa subyek yang
menjadi sumber informasi diatas adalah betul-betul orang yang dianggap memiliki
pengetahuan dan sumber informasi yang mendukung kelancaran penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan
cara melakukan pengamatan langsung di lokasi obyek penelitian.
30
2. Wawancara, yaitu merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dengan
tujuan untuk memperoleh informasi secara langsung dari pihak-pihak yang
berwenang dan untuk mengetahui strategi pemerintah daerah dalam masalah
implementasi kebijakan pemerintah Kota Makassar .
3. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi tahapan dalam
pelaksanaan pengembangan implementasi kebijakan pemerintah Kota
Makassar tentang pengelolaan sampah di TPA Tamangapa.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono 2012: 92-95) Untuk
memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik
analisis data sebagai berikut:
1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, perumusan, atau perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan tertulis di lapangan dimana proses ini berlangsung secara terus
menerus selama penelitian berlangsung.
2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara
terpadu dan mudah dipahami dan memberikan kemungkinan dilakukannya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data ini menuntut
soerang peneliti untuk mampu mentransformasikan data kasar menjadi bentuk
tulisan.
3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari seluruh
konfigurasi kegiatan penelitian yang utuh dan dapat dilakukan selama
penelitian berlangsung, verifikasi ini mungkin sesingkatnya saja. Kemudian
31
pemikiran yang kembali melintas dalam pikiran peneliti selama ini adalah
menulis dan meninjau ulang catatan-catatan lapangan, dimana memakan
waktu dan tenaga yang lebih besar. Analisis data dilakukan berdasrkan pada
pendekatan kualitatif yang menitikberatkan pada penelitian yang bersifat
deskriptif terhadap data-data yang berasal dari hasil wawancara dan observasi
(pengamatan). Dari keabsahan data yang telah didapatkan tersebut maka
dilakukan pemeriksanaan dan diverifikasi sesuai dengan keperluan penelitian.
Untuk memeriksa keabsahan data dilakukan triangulasi yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
G. Keabsahan Data
Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran
data yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber data, dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.
1. Triangulasi Sumber.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan
data yang telah diperoleh sebelumnya.
2. Triangulasi Metode.
Dimaksudkan untuk memperoleh data dari satu sumber dengan menggunakan
metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya.
32
3. Triangulasi Waktu.
Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota
Makassar
a. Tugas Pokok
Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar mempunyai tugas
pokok merumuskan, membina dan mengendalikan kebijakan di bidang
pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, penyelenggaraan
kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan Akhir
Sampah (TPA).
b. Fungsi
1. Penyusunan rumusan kebijakan teknis pembinaan umum dibidang
pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, penyelenggaraan
kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan
Akhir (TPA).
2. Penyusunan rencana dan program pembinaan, pengembangan di bidang
pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, penyelenggaraan
kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan
Akhir (TPA).
3. Penyusunan rencana dan program pengkoordinasian dan kerjasama dengan
pihak terkait di bidang pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi)
34
kota, penyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan
Tempat Pengelolaan Akhir (TPA).
4. Penyusunan rencana dan program penertiban, peningkatan peran serta
masyarakat di bidang pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi)
kota, penyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan
Tempat Pengelolaan Akhir (TPA).
5. Pelayanan perizinan pemakaman.
6. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan
keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada
dalam penguasaannya.
7. Pelaksanaan kesekretariatan dinas.
2. Visi Dan Misi Dinas Pertamanan Dan Kebersihan (Peraturan WalikotaMakassar Nomor 109 Tahun 2009 Tentang Renstra Dinas PertamananDan Kebersihan Kota Makassar 2009-2014).
a. VISI
“Kota Makassar Nyaman, Hijau, Bersih Dan Asri 2014”
b. MISI
1. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan
persampahan/kebersihan yang berkelanjutan.
2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengolahan
persampahan/kebersihan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
3. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia
usaha/swasta dalam pengelolahan persampahan/kebersihan dan pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH).
35
4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem
pengelolaan persampahan/kebersihan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH).
5. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan
persampahan/kebersihan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
3. Potensi Pegawai
1. Pimpinan = 24 Orang
2. Staff = 93 Orang
= 117 Orang
3. Bidang Penataan Kebersihan Kota
a. Pengemudi = 129 Orang
b. Pekerja/kru = 292 Orang
c. Operator alat berat = 10 Orang
= 431 Orang
4. Bidang Penghijuan Kota
a. Pekerja/kru = 29 Orang
b. Pengawas = 2 Orang
= 31 Orang
5. Bidang Penataan Taman
a. Pengemudi = 12 Orang
b. Pekerja/kru = 73 Orang
c. Pengawas = 3 Orang
d. Operator mesin rumput = 10 Orang
36
6. Montir/Mekanik = 17 Orang
= 98 Orang
7. UPTD Pemakaman = 46 Orang
4. Sarana Penunjang
a. Armada Pengangkutan Sampah:
1. Dump truck 6 m3 = 76 Unit
2. Arm roll truck 6 m3 = 63 Unit
3. Arm roll 10 m3 = 5 Unit
4. Compactor truck 6 M3 = 2 Unit
5. Compactor truck 8 M3 = 2 Unit
6. Kijang = 3 Unit
b. Kendaraan Operasional Staf = 10 Unit
c. Sarana Pengumpulan Sampah:
- Motor Tiga Roda = 11 Unit
- Gerobak Tarik = 172 Unit
d. Kontainer:
- Kontainer 6 M3 = 187 Unit
- Kontainer 10 M3 = 12 Unit
e. Alat Berat
- Loader = 1 Unit
- Bachoe Loader = 4 Unit
- Buldozer Kecil = 2 Unit
- Buldozer Besar = 2 Unit
37
- Excavator = 2 Unit
f. Pelayanan Dekorasi Kota
- Mobil Tangki = 3 Unit
- Mobil Tangga = 1 Unit
- Mower (Cutting Grow) = 2 Unit
- Pick Up Inspeksi Taman = 1 Unit
5. Peraturan Perundang-Undangan
a. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Persampahan
b. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Sampah Rumah
Tangga Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga.
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 13 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pelaksanaan 3R Melalui Bank Sampah
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013 Tentang
Penyediaan Sarana Dan Prasarana Persampahan Sampah Rumah Tangga
Dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
e. Peraturan Daerah Kota Makassar No, 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Persampahan.
B. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan
Sampah Di TPA Tamangapa.
Berbicara masalah kebijakan berarti berbicara tentang pemerintahan,
dalam hal ini kebijakan-kebijakan mengenai aturan yang diterapkan dalam
kegiatan masyarakat dikehidupan sehri-hari, termasuk dalam pengelolaan sampah
di Kota Makassar sendiri mengenai impelementasi kebijakan tentang pengelolaan
sampah terdapat hal-hal pokok di dalamnya antara lain sebagai berikut:
38
1. Perencanaan penanganan dan pengurangan sampah
Masalah penanganan dan pengurangan sampah di dalam Kota perlu
adanya rencana yang sangat mendalam untuk menangani sampah-sampah yang
berskala besar tersebut, perlunya tinjauan ke lokasi serta musyawarah dengan
masyarakat sangat mendukung terlaksananya suatu program perencanaan
penanganan sampah tersebut.
Berbicara masalah upaya pengolaan sampah di Kota Makassar berikut
wawancara dengan pengelola UPTD Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Tamangapa Kota Makassar Sebagai berikut:
“Sebenarnya berbagai upaya telah di bentuk oleh pemerintah, salah-satunya adalah perumusan Perda dan telah di realisasikan dari tahun2009, tetapi masyarakat sendiri banyak yang tidak mengindahkannya(wawancara dengan informan SSL tanggal 19 September 2014).”Hasil
Berdasarkan pernyataan informan tersebut di atas memberikan informasi
bahwa salah satu upaya yang dilakukan dalam mengawasi pengelolaan sampah di
Kota Makassar adalah membentuk sebuah Perda, Perda merupakan salah satu alat
untuk mempermudah langkah pemerintah untuk mengambil keputusan masalah
penanganan sampah, karena berlandaskan legalitas hukum maka pembentukan
suatu Perda akan sangat berpengaruh dalam masyarakat. Peraturan Daerah
mengenai masalah sampah tentunya sangat dibutuhkan pemerintah saat ini
mengingat masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang kebersihan
lingkungan dan pada akhirnya jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak bagi
masyarakat itu sendiri.
Meskipun Peraturan Daerah masalah penanganan sampah di Kota
Makassar telah disahkan akan tetapi masyarakat yang ada di Kota Makassar tidak
terlalu memperhatikan hal tersebut sehingga menyebabkan sampah-sampah yang
39
ada di dalam Kota tetap banyak dan menyebabkan kesemrautan yang berdampak
negatif bagi lingkungan sekitar.
Berdasarkan perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan
bahwa penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh
Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada tingkat perkembangan
kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran pendekatan ke
pendekatan sumber dan perubahan paradigma yang pada gilirannya memerlukan
adanya campur tangan dari Pemerintah. Pengelolaan sampah meliputi kegiatan
pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan.
Berangkat dari pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan adanya
dua aspek, yaitu penetapan kebijakan (beleid, policy) pengelolaan sampah, dan
pelaksanaan pengelolaan sampah. Kebijakan pengelolaan sampah harus dilakukan
oleh Pemerintah Pusat karena mempunyai cakupan nasional.
Kebijakan pengelolaan sampah ini meliputi : Penetapan instrumen
kebijakan: instrumen regulasi: penetapan aturan kebijakan (beleidregels), undang-
undang dan hukum yang jelas tentang sampah dan perusakan lingkungan
instrumen ekonomik: penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangi beban
penanganan akhir sampah (sistem insentif dan disinsentif) dan pemberlakuan
pajak bagi perusahaan yang menghasilkan sampah, serta melakukan uji dampak
lingkungan Mendorong pengembangan upaya mengurangi (reduce), memakai
kembali (re-use), dan mendaur-ulang (recycling) sampah, dan mengganti
(replace); Pengembangan produk dan kemasan ramah lingkungan; Pengembangan
teknologi, standar dan prosedur penanganan sampah: Penetapan kriteria dan
40
standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah; penetapan lokasi
pengolahan akhir sampah; luas minimal lahan untuk lokasi pengolahan akhir
sampah; penetapan lahan penyangga.
Mengenai perencanaan pengurangan sampah berarti berbicara masalah
suatu program dan visi suatu pemerintahan untuk mewujudkan lingkungan yang
bersih dalam waktu yang berjangka panjang. Kemudian selanjutnya di kemukakan
oleh salah satu staff Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar berbicara
masalah rencana pemerintah kota makassar tentang pengurangan dan penanganan
sampah mengenai program 3R sebagai berikut
“Pengurangan sampah sebenarnya pemerintah disini Cuma membuatprogram. disini mengurangi sampah di kota mestinya harus darisumbernya, kenapa dari sumbernya karena dari sumbernyalah itu untukmengurangi sampah ke TPA ini kita harus lakukan,rancangan membuatbank-bank sampah di sumbernya dimana sumbernya itu dikeluran danwarga dengan cara 3R. Reduce, reuse dan recycling (wawancara denganinforman HDN tanggal 09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut di atas
memberikan informasi mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
melalui program pengurangan sampah dari sumbernya yaitu dari masyarakat
sendiri sehingga memberikan dampak secara langsung bagi lingkungan. Karena
tanpa adanya kesadaran sendiri dari masyarakat maka apapun upaya yang akan
dilakukan oleh pemerintah tidak akan berhasil tanpa melakukan pembinaan
kepada masyarakat langsung, seperti salah satu upaya yang akan dilakukan adalah
pembuatan Bank sampah dengan cara melakukan mendirikan di setiap kecamatan
atau kelurahan. Dengan program andalan yaitu 3R mengurangi (Reduce)
memakai kembali (Reuse) dan mendaur ulang (Recycling).
41
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas.
Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam
kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri
(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan
konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi masalah
sampah yang saat ini mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari masyarakat
adalah pemberian pajak lingkungan yang dikenakan pada setiap produk industri
yang akhirnya akan menjadi sampah.
Solusi yang diterapkan dalam hal sistem penanganan sampah sangat
memerlukan dukungan dan komitmen pemerintah. Tanpa kedua hal tersebut,
sistem penanganan sampah tidak akan lagi berkesinambungan. Tetapi dalam
pelaksanaannya banyak terdapat benturan, di satu sisi, pemerintah memiliki
keterbatasan pembiayaan dalam sistem penanganan sampah.
Lebih lanjut wawancara dengan staf seksi pengembangan partisipasi
Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota mengenai keterlibatan dari berbagai pihak
seperti masyarakat dan pihak swasta lainnya sebagai berikut:
“iya, Pemkot Makassar sendiri telah membuat program-program yangmengajak langsung kepada masyarakat, seperti gerakan Makassar Bersih
42
dan Makassar Green And Clean, yang sejak Tahun 2004 telahdicanangkan dengan tujuan merubah pola pikir masyarakat KotaMakassar untuk hidup bersih (wawancara dengan informan ADL tanggal08 September 2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas memberikan
pernyataan bahwa dalam mengembangkan aturan-aturan yang telah di bentuk,
maka pemerintah sendiri mengembangkan kerja sama dengan pihak-pihak yang
dapat mendukung program pemerintah seperti contohnya kerjasama dengan
perusahaan swasta, ini merupakan salah satu bentuk usaha pengembangan
pemberdayaan untuk masyarakat agar mereka mengetahui akan pentingnya
menjaga lingkungan hidup.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang mengatakan bahwa, Sebagian
besar masyarakat memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna,
bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam
mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu
sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah.
Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat
pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat
meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap
pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam
diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya
yang besar.
Berikut wawancara dengan staf dinas pertamanan dan kebersihan kota
sebagai berikut:
43
“Dalam mengatasi persoalan sampah di Kota Makassar sesuai amanatPerda no.4 tahun 2011, maka dilakukan berbagai upaya seperti,membentuk Usaha Kecil Menengah (UKM) daur ulang sampah an-organik serta perwujudan program-program 3R agar dapat mewujudkanmasyarakat yang lebih bersih dan sadar akan pentingnya perwujudanprogram bersih lingkungan hidup (wawancara dengan informan HDNtanggal 08 September 2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas memberikan informasi
mengenai upaya pemerintah mengimplementasi kebijakan yang menyangkut
masalah penanganan sampah, tentang upaya memberikan kesadaran kepada
masyarakat bahwa sesungguhnya sampah-sampah yang ada dapat dimanfaat
kembali melalui pendauran ulang dengan mengelompokkan dan memilah sampah-
sampah dari masyarakat kemudian mengolah kembali agar dapat dijadikan
sebagai industri rumahan melalui beberapa program pemerintah. Seperti, Bank
Sampah yang merupakan suatu tahap untuk mengupayakan dalam memanfaatkan
limbah menajdi bernilai ekonomi, selain itu berdampak bagi lingkungan. Karena
berkat adanya upaya-upaya tersebut maka lingkungan masyarakat menjadi lebih
bersih.
Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian,
misalnya, dengan menerapkan Prinsip 3R, yaitu: Reduce (Mengurangi); sebisa
mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan.
Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan. Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang
yang bisa dipakai kembali. Recycling mendaur ulang dan Hindari pemakaian
barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang).
44
Selain itu, untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development), saat ini mulai dikembangkan penggunaan pupuk
organik yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang
harganya kian melambung. Penggunaan kompos telah terbukti mampu
mempertahankan kualitas unsur hara tanah, meningkatkan waktu retensi air dalam
tanah, serta mampu memelihara mikroorganisme alami tanah yang ikut berperan
dalam proses pertumbuhan oleh tanaman.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan penanganan pengurangan sampah di
Kota Makassar telah banyak upaya yang dilakukan seperti program reduce
(mengurangi), reuse (memakai kembali), dan recycling ( mendaur ulang) yang
telah di terapkan mulai pada tahun 2004. Hal ini juga diperkuat dengan
diberlakukannya Perda tentang masalah penanganan sampah pada Tahun 2009
dan telah di implentasikan sampai saat ini, namun belum maksimal karena
kurangnya sosialisasi dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih.
2. Penyediaan sarana dan prasarana
Penyediaan sarana dan prasana merupakan salah satu faktor pendukung
yang sangat berpengaruh dalam setiap pelaksanaan kegiatan program kerja, oleh
karena itu setiap pelaksanaan kegiatan apapun perlu memperhatikan dan
mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang yang akan digunakan.
Selanjutnya berbicara mengenai upaya pemerintah dalam menanggulangi
sampah dengan melakukan penyediaan sarana dan prasarana di dalam Kota
45
Makassar, berikut wawancara dengan staf Bidang Pengembangan Kapasitas
Kebersihan Kota Makassar:
“Jumlah sarana dan prasarana yg disiapkan belum memadai belum bisakita menanggulangi dengan asumsi kita rata-ratakan itu 2 liter perharidari tiap orang ini yg menghasilkan sampah sudah lebih 1000 Ton perharisampah, dan yang masuk di TPA ini kurang lebih 700 Ton perhari jadisisanya itu masih ada yang tertinggal di kota. Sekitar 300 Ton perhari(wawancara dengan informan AID tanggal 09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara tersebut memberikan asumsi bahwa jumlah
personil yang ada belum bisa memaksimalkan kinerja untuk mengupayakan
pembersihan di dalam kota setiap hari, ini disebabkan oleh karena tidak
seimbangnya antara jumlah yang ada setiap hari dengan jumlah armada
pengangkut sampah, dikutip dari pendapat informan tersebut di atas memberikan
pandangannya bahwajika di rata-ratakan setiap hari untuk 1 Orang saja bisa
menghasilkan 2 Liter sampah di kalikan dengan jumlah masyarakat yang ada
dapat mencapai 1000 Ton, sedangkan yang masuk ke TPA Tamangapa hanya
sekitar 700 Ton setiap harinya, berarti 300 Ton masih tertinggal di dalam kota, ini
tentu menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah karena dapat menyebabkan
penumpukan jika dibiarkan tetap seperti itu.
Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
46
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tempat pemrosesan
akhir (TPA) adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Kompensasi adalah
pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang
ditimbulkanoleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir
sampah. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar. Asas berkelanjutan
adalah bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan metode dan
teknik yang ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik pada generasi masa kini
maupun pada generasi yang akan datang Asas manfaat adalah bahwa pengelolaan
sampah perlu menggunakan pendekatan yang menganggap sampah sebagai
sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Asas keadilan adalah bahwa dalam pengelolaan sampah, Pemerintah dan
pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dan
dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah.
Selanjutnya membahas mengenai sarana dan prasarana penunjang seperti
armada pengangkutan sampah yang di ungkapkan oleh Seksi Pemeliharaan
Peralatan Dan Alat Berat Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar
sebagai berikut:
“Jadi semua ada beberapa titik yang telah disiapkan, selain titikkontainer itu telah ada penjemputan bersih di kota ini yg menjemput inidari lorong kelorong. Dari rumah ke rumah. Dan itupun tidak beroperasisecara penuh karena kita dikota makasaar ini jumlah armadanya itu
47
sekitar 115 armada itupun tidak beroperasi semua mungkin hanya 70%yg beroperasi. Knapa karena biasanya adanya yang rusak suatukendaraan itu.”(wawancara dengan informan NRY tanggal 08September 2014).Hasil
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, informasi yang di sebutkan
informan tersebut di atas memberikan pernyataan bahwa penyediaan sarana dan
prasarana telah di siapkan dan ditempatkan kebeberapa titik. Selain ditempatkan
saja, ada juga yang melakukan penjemputan ke rumah-rumah warga yang ada
penampungan sampahnya yang telah disiapkan kemudian sampah-sampah
tersebut di angkut ke titik kontainer yang ada untuk selanjutnya di antar ke
pembuangan akhir, sumber informasi di atas juga menyebutkan bahwa meskipun
ada beberapa armada yang disiapkan akan tetapi belum berjalan secara sempurna
itu di akibatkan karena jumlah personil yang tidak memadai, di tambah lagi
dengan terdapatnya alat-alat berat yang rusak dan masih banyak masalah-masalah
lain yang muncul. Sehingga dapat diperkirakan bahwa setiap harinya armada
yang disiapkan hanya beroperasi sekitar 70% saja. Ini tentunya menambah parah
pengelolaan sampah, karena sedangkan semua beroperasi belum tentu sampah-
sampah yang ada di Kota dapat di atasi apalagi kalau memang ada armada yang
rusak akan memperparah keadaan.
Berdasarkan dari sumber data yang penulis dapatkan dari objek
penelitian menunjukkan bahwa pada saat ini jumlah armada sarana penunjang
pengangkutan sampah yang ada di Kota Makassar adalah sebagai berikut:
48
Daftar Jumlah Unit Sarana Pengangkut Sampah
No Jumlah sarana Jumlah unit
1 Dump Truck 6 M3 76 Unit
2 Arm Roll Truck 6 M3 63 Unit
3 Arm Roll Truck 10 M3 5 Unit
4 Compactor Truck 6 M3 2 Unit
5 Compactor Truck 8 M3 2 Unit
6 Kijang 3 Unit.
7 Motor Tiga Roda 11 Unit
8 Gerobak Tarik 172 Unit
9 Kontainer 199 Unit
Sumber: Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. Datasekunder, 2014.
Data Sekunder tersebut di atas bersumber dari Dinas Pertamanan dan
Kebersihan Kota Makassar pada tahun 2014. Armada tersebut merupakan armada
aktif yang beroperasi setiap harinya untuk melakukan pengangkutan-
pengangkutan sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir. Jumlah secara
keseluruhan tersebut tergolong sangat banyak akan tetapi jumlah tersebut ternyata
belum memadai secara keseluruhan, di akibatkan kaeran jumlah masyarakat yang
setiap harinya bertambah baik masyarakat asli yang berdomisili di Kota Makassar
atau masyarakat yang dari luar kota.
Selanjutnya wawancara dengan UPTD pengelola TPA menjelaskan
tentang tata letak armada-armada tersebut di fungsikan.
“armada-armada yang ada itu kita letakkan di tempat-tempat yangmenjadi pusat aktifitas masyarakat seperti dekat sekitar pasar, daerah
49
padat penduduk, pusat perekonomian serta penempatan armada sepertigerobak tarik itu kita tempatkan di perumahan-perumahan yang padatpenduduk yang sulit di jangkau dengan menggunakan truck atau armadabesar, sehingga kami menempatkan gerobak-gerobak tersebut di lokasiserta merekrut seseorang untuk mengoperasikan gerobak tersebut.(wawancara dengan informan SSL tanggal 09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan dari informasi tersebut di atas memberikan informasi bahwa
pemerintah telah mengupayakan melakukan penambahan peralatan sampah dalam
upaya merealisasikan penanganan sampah dalam kota. penyediaan armada-
armada pengangkut sampah dilakukan hingga ke lokasi yang sempit dan susah
untuk dijangkau oleh kendaraan besar, semua itu ditempuh pemerintah untuk
mencegah terjadinya penumpukan sampah di dalam kota yang hingga akhirnya
menimbulkan masalah yang lebih besa dikemudian hari.
Masalah penanganan sampah sampai saat ini memang menjadi
permasalahan serius di Indonesia khususnya di kota besar, jumlah penduduk yang
setiap tahunnya meningkat menyebabkan terjadinya pertambahan sampah pula
setiap harinya. Sedangkan penyediaan alat-alat pengolah sampah tidak
berkembang secara cepat dan cenderung menurun di sebabkan oleh kerusakan-
kerusakan yang tejadi. Masalah penanganan sampah sampai saat ini khusus di
Kota Makassar masih sangat rendah, ini terlihat dari masih sering ditemukan
tumpukan-tumpukan sampah di titik tertentu, meskipun pemerintah telah
menyediakan armada-armada disetiap sudut kota untuk menunjang pengelolaan
sampah dan mencegah terjadinya penumpukan yang lebih parah lagi dan
berdampak kepada masyarakat itu sendiri, seperti kita ketahui bersama bahwa
perkotaan atau kawasan metropolitan merupakan perwujudan perkembangan yang
alamiah dari suatu proses globalisasi yang berkembang sangat pesat.
50
Perkembangan tersebut menyebabkan peningkatan jumlah penduduk yang sangat
besar, dengan karateristik dan persoalan yang berbeda dan spesifik. Oleh
karenanya suatu perkotaan memerlukan pengelolaan tersendiri dalam pemecahan
persoalan yang dihadapi, salah satu persoalan perkotaan yang cukup krusial
adalah masalah sampah kota. Karena jika tidak ditangani tidak secara tepat maka
akan berdampak besar bagi kehidupan dan tentunya lingkungan yang dapat
mendatangkan bahaya penyakit dan bencana alam lainnya seperti banjir.
Kebijakan harus di awasi, dan salah satu mekanisme pengawasan
tersebut di sebut evaluasi kebijakan. Evaluasi biasanya di tujukan untuk menilai
sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada
konstituennya. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. (Nugroho dalam Mustari, 2013).
Berdasarkan hasil dokumentasi, observasi dan wawancara dengan
beberapa informan dapat disimpulkan bahwa penyediaan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah yang ada di Kota Makassar sudah cukup mendukung setiap
pelaksanaan upaya pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan
penanganan dan pengelolaan sampah sehingga dapat teraealisasi, penyediaan alat-
alat pengangkut sampah telah dapat dijangkau sampai ke lorong-lorong rumah
warga karena telah disediakannya gerobak tarik sehingga mudah untuk
menjangkau sampai ke sudut-sudut pemukiman padat penduduk.
3. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi
Sekarang dunia teknologi berkembang sangat cepat, dengan adanya
teknologi semua pekerjaan dapat dilakukan secara instan sehingga tidak
51
membutuhkan waktu yang sangat lama jika dibandingkan dengan menggunakan
tenaga manual. Pemanfaatan teknologi dibidang pengelolaan sampah sekarang ini
sedang dikembangkan di seluruh dunia untuk mengatasi persoalan sampah
kedepannya, tidak terkecuali di Indonesia. Khusus di Kota Makassar pengelolaan
sampah terus di tingkatkan masalah penanganannya berikut wawancara dengan
salah satu pemulung yang setiap saat bekerja mencari sampah di TPA Tamangapa
sebagai berikut:
“penanganan sampah di Kota Makassar sampai saat ini masih sangatsederhana, menggunakan teknologi itu belum ada, kami disini barumenggunakan pembakaran melalui generator, selebihnya itu masihmenggunakan manual (wawancara dengan informan SBG tanggal 09September 2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diatas
menjelaskan bahwa di Tempat Pembuangan Akhir sampah di Tamangapa sendiri
masih menggunakan cara-cara lama dalam mengolah sampah. Sehingga
membutuhkan tenaga yang sangat besar pula serta jumlah personil yang juga lebih
banyak. Karena dampak dari pengelolaan sampah yang masih sederhana ini
menyebabkan proses pelapukan memakan waktu yang sangat lama.
Tempat Pembuangan Akhir Tamangapa di Kota Makassar belum
menggunakan teknologi canggih dalam mengelola sampah-sampah masyarakat,
jenis teknologi yang digunakan juga masih sangat sederhana seperti pembakaran
sampah yang baru menggunakan generator, dan pengelolaan yang lainnya itu
masih menggunakan manual atau tradisional. Selanjutnya wawancara dengan
pengelola TPA Tamangapa sebagai berikut:
“Dalam menjalankan tugas disini saya mempunyai salah satu staf yangmembantu saya menjalankan tugas staf saya juga sangat tebatas sewaktu-
52
waktu juga beliau beralih profesi menjadi pemulung disini karena tidakbanyak yang bisa dilakukan maka mereka beranggapan bahwa waktuadalah uang mengingat juga bahwa pengelolaannya disini masihmenggunakan tenaga manual (wawancara dengan informan SSL tanggal09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan wawancara dengan informan tersebut menjelaskan bahwa
dalam pekerjaan dinasnya setiap hari dalam mengisi kekosongan waktunya beliau
juga dapat mengambil profesi sebagai pemulung dan terjun kelapangan untuk
mengait sampah. Mengingat dalam pengelolaan sampah di TPA tamangapa masih
menggunakan tenaga manusia untuk mengolah sampah sehingga prosesnya
membutuhkan waktu yang sangat lama.
Pemanfaatan pengelolaan sampah dengan menggunakan alat-alat canggih
memang sangat dibutuhkan hingga saat ini mengingat jumlah sampah yang
diproduksi setiap hari tidak sebanding dengan jumlah armada pengangkut sampah
yang telah disiapkan kurangnya pemanfaatan teknologi di Kota Makassar
dimanfaatkan oleh para pemulung untuk menggais rejeki. Dibalik rendahnya
teknologi masalah penanganan sampah ternyata membawa rejeki bagi kehidupan
masyarakat kecil yang kurang mampu.
Wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Makassar bidang seksi pemeliharaan peralatan dan alat berat sebagai berikut:
“Jumlah sarana dan prasarana yg di siapkan belum memadai belum bisakita menanggulangi dengan asumsi kita rata-ratakan itu 2 liter perharidari tiap orang ini yg menghasilkan sampah sudah lebih 1000 Ton perharisampah, dan yg masuk di tpa ini kurang lebih 700 Ton perhari jadisisanya itu masih ada yg tertinggal di kota sekitar 300 Ton perhari(wawancara dengan informan NSH tanggal 09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan penjelasan informan tersebut diatas memberikan penjelasan
bahwa pemerintah sebenarnya dalam mengelola sampah itu belum memadai
53
karena jumlah sampah yang ada tidak sebanding dengan sarana tempat sampah
yang telah disediakan ini terlihat dari jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari
dengan hitungan rata-rata yaitu 2 Liter sampah setiap satu orangnya, jika
dikalikan dengan penduduk kota yang ada maka akan sangat tidak mencukupi jika
dibandingkan dengan jumlah armada yang disiapkan pemerintah meskipun telah
di siapkan di berbagai lokasi seperti pemukiman padat penduduk dan pusat-pusat
aktivitas masyarakat.
Informasi lainnya bahwa jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya
oleh masyarakat pada siang hari yaitu sekitar 1000 Ton sampah dengan jumlah
yang sangat besar ini tentunya tidak semua dapat di angkut ke tempat
pembuangan akhir dimana selebihnya itu akan terjadi penumpukkan sampah,
sehingga lambat laun akan menyebabkan munculnya masalah baru bagi
masyarakat begitu juga dengan pemerintah terkait masalah solusi yang akan
dilakukan. Rata-rata jumlah sampah setiap hari yang tidak terangkut oleh armada
sampah adalah 300 Ton. Ini merupakan bukan jumlah yang sedikit, karena jika
dibiarkan setiap hari menumpuk maka akan muncul kumpulan sampah yang baru
yang pengelolaannya tidak jelas belum lagi dengan tidak di dukungnya sarana dan
prasarana yang lengkap.
Wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota sebagai
berikut:
“Pihak yang terlibat mengadakan pengelolaan penanganan sampahadalah masyarakat jadi kita penduduk Kota Makassar pada siang hariseharusnya melakukan tindakan-tindakan yang dapat mencegahterjadinya penumpukan-penumpukan sampah di dalam Kota baik ditempat umum seperti jalan dan tempat umum lainnya (wawancara denganinforman AID tanggal 09 September 2014).”Hasil
54
Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut di atas memberikan informasi
bahwa dalam melakukan pengelolaan sampah pihak yang terlibat tidak hanya dari
pemerintah saja melainkan masyarakat juga harus ikut andil dalam melakukan
upaya penanganan sampah karena tanpa danya kesadaran dari masyarakat maka
akan sangat sulit bagi pemerintah menjalankan tugasnya sebagai pengelola
terutama menangani masalah persampahan di Kota Makassar .
Informan juga memberikan pernyataan mengenai masalah penataan kota
dengan melakukan konsep pengaturan pembuangan sampah pada siang hari agar
masyarakat tidak membuang sampah pada siang hari agar kawasan Kota Makassar
tetap bersih dengan bantuan masyarakat untuk saling menjaga kebersihan kota
sebelum terjadi dampak yang lebih besar yang akan mengakibatkan kerugian bagi
masyarakat itu sendiri.
Upaya-upaya tersebut di ungkapkan di atas merupakan upaya untuk
mencegah terjadinya penumpukan sampah di berbagai titik, karena mengingat
penyediaan sarana penyangga sampah yang belum berfungsi maksimal di Kota
Makassar maka kerjasama dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Karena jika
hanya pemerintah saja yang berusaha maka sangat mustahil untuk mewujudkan
konsep yang telah dirancang sebelumnya dapat terwujud mengingat jumlah dan
kapasitas pemerintah sangat terbatas.
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan
beberapa informan dilapangan penulis menarik kesimpulan bahwa pemanfaatan
teknologi sebagai alat untuk mengurangi sampah di Kota Makassar belum
dimanfaatkan. Mengelola sampah untuk mengurai penumpukan yang terjadi di
55
TPA masih dikelola secara manual, adapun teknologi yang digunakan baru dari
segi pembakaran yaitu tahap ini menggunakan pembakaran menggunakan radiator
untuk membakar, selebihnya itu masih manual.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pemerintah
Kota Makassar Dalam Pengelolaan Sampah Di TPA Tamangapa.
Implementasi kebijakan merupakan sesuatu hal yang menjadi dasar
dalam pengelolaan penataan kebersihan dalam kota, tanpa adanya kebijakan maka
penataan kebersihan kota tidak akan dapat berjalan sesuai arh yang diharapkan.
Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang telah di tuangkan dalam sebuah
Peraturan Daerah maka secara sistematis pengelolaan sampah dapat diatasi karena
telah tersusun sesuai dengan konsep yang dikesepakati bersama sehingga
melahirkan konsep yang dapat bermanfaat bagi masyarakat jika di
implementasikan dengan baik.
1. Faktor Penghambat dalam Penanganan Masalah Sampah di Kota
Makassar
Sampah merupakan sauatu momok yang menakutkan bagi pemerintah
kota karena mengingat jumlah penduduk setiap saat bertambah di dalam kota.
oleh karena itu sampah dikelola sesuai dengan prosedur 3R Reduce (mengurangi
penggunaan barang yang menghasilkan sampah), Re-use (menggunakan kembali
barang yang biasa dibuang), dan Recycle (mendaur ulang sampah).
a. Lemahnya Pengawasan Terhadap Implementasi Perda Nomor 04 Tahun
2011 Tentang Penanganan Sampah di Dalam Kota
Dalam kenyataannya, pengelolaan pengolahan sampah dalam kehidupan
sehari-hari tidak seperti yang kita bayangkan. Sampah banyak dijumpai dimana-
56
mana tanpa adanya pengelolaan yang baik. Pengelolaan yang buruk
mengakibatkan pencemaran baik pencemaran udara, air di dalam dan atas
permukaan, tanah, serta munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam
kesehatan masyarakat. Sampah sering menjadi barang tidak berarti bagi manusia,
sehingga menyebabkan sikap acuh tak acuh terhadap keberadaan sampah. Orang
sering membuang sampah sembarangan, seolah-olah mereka tidak memiliki salah
apapun. Padahal membuang sampah merupakan perbuatan tidak menunjukkan
kepedulian terhadap lingkungan.
Selanjutnya wawancara dengan salah satu staf Dinas Pertamanan dan
Kebersihan Kota bidang Penataan Kebersihan Kota sebagai berikut:
“Sebenarnya Perda No. 04 Tahun 2011 sudah di terapkan namun yangmengawal Perda itu yang lemah, karena Perda mengatakan barangsiapa yg membuang sampah di sembarangan tempat akan di dendadengan Lima juta rupiah atau sekurang-kurangya kurungan 3 bulan,memang sudah diterapkan sudah ada Perdanya, sudah ada aturansebenarnya akan tetapi kami mengakui lemahnya pengawasan daripemerintah.”(wawancara dengan informan AMR tanggal 08 September2014).Hasil
Berdasrkan hasil wawancara dengan informan tersebut memberikan
informasi bahwa langkah pemerintah tentang Peraturan Daerah masalah
penanganan sampah, hal tersebut sudah diimplementasikan akan tetapi pemerintah
sendiri yang masih lemah dalam mengawasi peraturan tersebut. Ini tentu menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memperbaiki kinerjanya, agar peraturan-
peraturan yang telah dibuat tersebut dapat berjalan dengan baik dan masyarakat
juga menikmati hasilnya.
Masalah pengawasan saat ini memang sangat perlu dilakukan secara
intensif oleh pemerintah agar aturan-aturan dapat implementasikan dan terealisasi
57
dengan baik dan masyarakat langsung mendapatkan manfaatnya, sehingga tidak
meyebabkan penghabisan anggaran secara sia-sia.
Berdasarkan dari pernyataan informan tersebut memberikan pernyataan
mengenai Peraturan mengenai yang menangani masalah persampahan. Dimana
aturan tersebut secara rinci membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengelolaan sampah serta denda jika melanggar aturan tersebut. Akan tetapi
aturan-aturan tersebut tidak bisa bermungsi dengan sebagaimana fungsinya. Selain
karena kurangnya kesadaran masyarakat, pihak pemerintah sendiri tidak maksimal
dalam mengawasi aturan-aturan tersebut sehingga menyebkan terjadinya
pembiaran dan rasa tidak peduli dari masyarakat sendiri. selain karena kurang
sosialisasi masih banyak juga masyarakat yang tidak mengetahui akan
diberlakukannya Perda tersebut dan yang paling parahnya lagi karena masyarakat
kurang menyadari akan pentingnya kebersihan.
Berbicara mengenai target tentang rencana pengurangan sampah di Kota
Makassar mengenai Peraturan Daerah yang di realisasikan dan capaian targetnya
yang di ungkapkan oleh Seksi Penyuluhan Dan Pembinaan Teknik sebagai
berikut:
“disini kita sebagai pemerintah tentunya mengakui kelemahan kamimengenai masalah implementasi kebijakan yang dituangkan dalamPerda, memang telah di implementasikan akan tetapi dalampengawasan itu kami masih lemah, tidak ada tindak lanjut yangmengawasi Peraturan tersebut, sehingga peraturan tersebut tidak dapatberfungsi maksimal karena tidak sampai kepada masyarakat umumserta sosialisasi yang masih kurang (wawancara dengan informanGNW tanggal 08 September 2014).”Hasil
Berdasarkan dari pernyataan tersebut di atas mengasumsikan bahwa
pemerintah masih kurang dalam merealisasikan dan mensosialisasikan peraturan
58
yang telah ditetapkan dalam Perda sehingga aturan-aturan tersebut tidak tepat
sasaran karena kurangnya sosialisasi dari pihak pemerintah sendiri. Karena tidak
adanya upaya yang maksimal dari pemerintah sendiri untuk memaksimalkan
program-program yang telah ada, sehingga masyarakat tidak pernah mengetahui
dan tidak sadar akan adanya peraturan tersebut. Ini tentunya mengindikasikan
bahwa lemahnya pengawasan dan kesemrautan pemerintah dalam mengelola
produk hukum yang telah dituangkannya sendiri.
Seperti menurut Farman (2010), bahwa paling tidak ada tiga alasan
mengapa aspek sosial dalam kajian dampak lingkungan diperlukan bagi para
pengambil kebijakan. Pertama, keberadaan suatu usaha atau kegiatan mempunyai
dampak positif sekaligus negatif terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya.
Kegagalan mengidentifikasi dan mengantisipasi dampak negatif tidak hanya dapat
mengganggu kelangsungan usaha atau kegiatan tersebut, melainkan juga dapat
mengganggu keharmonisan hidup masyarakat. Kedua, penilaian atau respon
masyarakat terhadap keberadaan suatu usaha atau kegiatan beragam dan berubah-
ubah. Sesuatu yang dianggap bermanfaat oleh lapisan atau kelompok tertentu
tidak selalu dianggap bermanfaat bagi kelompok lainnya. Dan sesuatu yang
dianggap baik pada kurun waktu tertentu, tidak selamanya dianggap baik pada
kurun waktu selanjutnya. Ketiga, dalam kurun waktu yang sama, kehidupan
masyarakat boleh jadi bersentuhan dengan beberapa usaha atau kegiatan
sekaligus. Sentuhan ganda semacam ini dapat menciptakan penilaian atau respon
masyarakat yang bersifat spesifik.
59
Selanjutnya wawancara dengan salah satu staf Dinas Pertamanan dan
Kebersihan Kota Makassar sebagai berikut:
“salah satu yang menyebabkan tersendatnya atau terganggunyaimplementasi konsep-konsep yang telah di kesepakati pemerintah disinisebenarnya adalah masalah infranstruktur pemerintah sendiri belum dapatmengoptimalkan pembangunan menuju lokasi TPA serta pengadaansarana pendukung lainnya yang masih belum memadai menjadi tugasrumah pemerintah hinga saat ini (wawancara dengan AID informantanggal 09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan wawancara dengan informan tersebut menyebutkan bahwa
infrastruktur sampai sekarang ini masih menjadi faktor penghambat baik
pemerintah maupun pengelolah sampah lainnya dalam mengimplementasikan
kebijakan karena faktor pendukung seperti jalan yang masih belum memadai
sampai kedalam lokasi pembuangan sampah sehingga ketika musim hujan akan
sangat sulit untuk dijangkau oleh kendaraan truk pengangut untuk membuang
sampah di lokasi, masalah infrastruktur memang selalu menjadi perhatian penting
bagi pemerintah karena jika penyediaan infrastruktur tidak memadai maka sarana
lainnya juga tidak bisa berfungsi maksimal. Dengan demikian tentunya menjadi
tugas utama pemerintah untuk melakukan pembenahan-pembenahan di bidang
infrastruktur terlebih dalam masalah pengelolaan sampah dan kebersihan
lingkungan.
Mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam kebijakan implementasi
kebijakan pemerintah maka berikut wawancara dengan salah satu pemulung di
lokasi TPA tamangapa sebagai berikut:
“pengelolaan kebersihan di Kota Makassar terjadi perbedaan antarakebijakan dan implementasinya. Dari segi sarana dan prasaranapenunjang pengelolaan sampah dapat dikatakan belum memadai baik
60
dari segi jumlah maupun kualitasnya. Dari segi pendanaan sebagian besarmasih tergantung pada retribusi yang ditarik dari masyarakat namunmasyarakat tidak sepenuhnya masyarakat membayar sesuai dengankebijakan yang ada (wawancara dengan informan AMR tanggal 08September 2014)”.Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut menjelaskan
bahwa masalah pengelolaan sampah belum maksimal ini terlihat karena terjadinya
perbedaan konsep dan implementasi kebijakan yang dilapangan sehingga
menyebabkan tidak berjalannya antara tujuan dan harapan, lemahnya kinerja
menyebabkan tidak maksimalnya kinerja pemerintah dalam mengawasi aturan
yang ada khususnya di Kota Makassar.
Informan juga mengemukakan bahwa kualitas fasilitas yang ada saat ini
kebanyakan sudah sangat tua, sehingga menyebabkan tidak adanya kesesuaian
antara retribusi dan hasil yang telah ada dilapangan, perlunya peningkatan
penambahan fasilitas untuk armada pengelolaan sampah. implementasi kebijakan
merupakan faktor yang mendukung dan sangat berpengaruh terhadap kinerja
pembangunan suatu pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa informan tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dalam mengelolah sampah belum maksimal, hal ini terlihat
dari upaya yang terjadi dilapangan adanya ketidak sesuaian antara konsep dengan
implementasi dilapangan.
b. Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Pengelolaan Sampah
Setiap pengembangan penanganan dalam masalah implementasi kebijakan
tidak menutup kemungkinan terjadi masalah yang dapat menghambat berjalannya
61
sebuah program pemerintah, sehingga dibutuhkan upaya-upaya untuk
menanganinya.
Selanjutnya wawancara dengan staff Dinas Pertamanan dan Kebersihan
Kota yang berbicara mengenai upaya pengelolaan sampah di Kota Makassar
sebagai berikut:
“penyediaan sarana dan prasarana sudah ada kita siapkan di beberapatitik krusial, akan tetapi yang menjadi masalah disini adalah karenamasih kurangnya tenaga profesional yang mampu mengatasi dampakmasalah sampah yang ada di dalam kota sehingga penanganannya jugatidak efektif.”(wawancara dengan informan AID tanggal 09 September2014).Hasil
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengenai pengelolaan sampah,
pengadaan dan penyediaan sarana dan prasarana telah dilakukan hanya saja
terbatasnya Sumber Daya Manusia sehingga menyebabkan tidak maksimalnya
penanganan sampah selama ini.
Kemudian hasil wawancara juga memberikan penjelasan bahwa masih
dibutuhkannya tenaga ahli yang profesional untuk menangani persoalan sampah
yang selama ini menjadi polemik dalam penanganannya yang sampai saat ini
belum menemukan cara yang tepat.
Penjelasan informan tersebut di atas juga memberikan informasi bahwa
dalam upaya menangani persampahan di Kota Makassar ini tidak segampang
membalikkan telapak tangan, pemerintah telah memfasilitasi dengan menyediakan
sarana sebagai tempat sampah namun masih banyak masyarakat yang tidak
mengindahkannya dengan membuang sampah ditempat sembarang seperti ketika
diatas kendaraan mereka seenaknya saja membuang sampah, mereka tidak
mencari tempat sampah lalu membuangnya. Inilah sebenarnya penyebab utama
62
dari pengelolaan sampah ini yaitu kurangya kesadaran masyarakat dalam
memperhatikan kebersihan lingkungan jadi sangat susah untuk dapat memperbaiki
penataan kota secara maksimal tanpa adanya kesadaran dari masyarakat itu
sendiri.
Berkaitan dengan masalah yang dihadapi Pemerintah Kota Makassar
dalam masalah implemerntasi kebijakan dan faktor-faktor yang dihadapinya
berikut wawancara dengan salah satu staf Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Makassar sebagai berikut:
“disini yang mempengaruhi implementasinya itu sebenarnya ada faktorpendukung dan faktor penghambatnya faktor pendukungnya itu karenapemerintah terkait bersedia menganggarkan pengadaan alat operasionalsampah, sedangkan penghambatnya itu karena faktor manusia itu sendiriyang tidak mengindahkan aturan-aturan yang di buat serta yang lainadalah faktor cuaca sedangkan perlunya orang-orang ahli dalammenangani persampahan masih sangat kurang.”(wawancara denganinforman AMN tanggal 09 September 2014).Hasil
Berdasarkan dari pernyataan informan tersebut di atas penulis
menyimpulkan bahwa sebenarnya pihak pemerinah sendiri telah merealisasikan
aturan-aturan yang telah di sepakati bersama. Akan tetapi karena pada dasarnya
masyarakat yang memang susah di atur sehingga menyebabkan aturan tersebut
tidak dapat direalisasikan secara maksimal.
Berdasarkan uraian diatas mengindikasikan bahwa lemahnya
pengawasan pemerintah dan sosialisasi yang tidak menyentuh sampai kepada
masyarakat bawah, sehingga anggaran yang digunakan hanya untuk membuat
suatu Perda terbuang sia-sia.
Salah satu pendapat yang penulis kutip dari Mungkasa, (2012) salah satu
tulisan mengatakan bahwa kunci suskses pengelolaan sampah juga meliputi ; 1)
63
Kredibilitas para pengambil kebijakan; 2) Mekanisme implemetasi yang efisien
termasuk insentif terhadap pasar; 3) Perhatian yang signifikan terhadap pasar daur
ulang; 4) Keterlibatan masyarakat; 5) Komitmen yang berkelanjutan terhadap
kualitas yang tinggi terhadap semua operasi fasilitas pengelolaan sampah; 6)
Evaluasi yang efekti terhadap strategi atau opsi yang dipilih. Yang tak kalah
pentingnya, pengelolaan sampah memerlukan payung hukum yang jelas. Kalau
tidak pengelolaan sampah akan tetap buruk. Dan ini bisa menjadi petaka yang
menyeramkan.
Solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut , diperlukan peran serta dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan terhadap lingkungan sekitar.
Selain itu, diperlukan juga partisipasi dan dukungan pemerintah untuk senantiasa
menjaga kebersihan lingkungan dengan menitikberatkan terhadap masalah
sampah yang telah menjadi permasalahan utama.
Masih berbicara tentang masalah implementasi kebijakan pemerintah,
mengenai penanganan sampah di Kota Makassar berikut wawancara dengan staf
Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar sebagai berikut:
“Beberapa faktor penyebab penumpukan sampah di Makassar ini adalah,volume sampah yang sangat besar dan tidak diimbangi oleh dayatampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya dan yang kedua adalahjarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkutsampah kurang efektif (wawancara dengan informan RDK tanggal 09September 2014)”.Hasil
Berdasarkan penjelasan informan tersebut mengungkapkan bahwa
penumpukan sampah di sebabkan oleh jumlah sampah yang terus bertambah besar
setiap harinya, yang diiringi dengan bertambahnya jumlah penduduk yang
berdatangan dari berbagai daerah, masalah seperti ini seharusnya menjadi tugas
64
pemerintah dalam mengawasi setiap pengolaan sampah yang setiap saat
bertambah jumlahnya, sedangkan jika dibandingkan dengan ketersediaan
pengangkut sampah yang sangat terbatas, menyebabkan volume sampah tidak
berimbang dengan jumlah armada.
Kemudain diungkapkan pula bahwa saat ini jika diperhatikan setiap hari
jumlah sampah yang terangkut ke TPA sudah melebihi kapasitas daya tampung,
tentu ini akan berdampak sangat buruk bagi pengelolaan sampah di Kota
Makassar, terlebih lagi Pemerintah Kota belum menemukan solusi untuk
mengambil tindakan selanjutnya dalam hal menyediakan pembukaan lokasi TPA
baru.
Hampir di setiap kota besar saat ini menghadapi masalah persampahan.
Masalah lingkungan saat ini tidak lepas dari masalah banyak hal, antara lain
berkaitan dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat; Permintaan akan
ruang dan sumberdaya alam yang semakin tinggi; serta interaksi antara kebutuhan
pembangunan dandaya dukung lingkungan yang semakin lama semakn tidak
seimbang. Dari kajian yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH)
tahun 2004 menunjukkan bahwa masalah sampah adalah isu utama yang dihadapi
oleh hampir semua pemerintah daerah kabupaten/kota. Masalah sampah adalah
cermin dari kegiatan yang tidak efisien. Perilaku yang boros dan kurang cermat
akan menghasilkan banyak sampah. Banyak kegiatan yang seharusnya tidak perlu
menghasilkan sampah. Saat ini kita telah memiliki Undang-Undang tentang
pengolahan sampah yaitu UU No. 18 Tahun 2008. Penjabaran dan visualisasi
tentang Undang-Undang tersebut. Usaha ini dimaksudkan agar kita dapat lebih
65
mudah menerapkan semangat dan maksud yang dikandung dalam Undang-
Undang tersebut.
Dengan demikian, aspek sosial dalam kajian dampak lingkungan dibingkai
dalam pembahasan aspek tentang aspek sosial dalam kajian dampak lingkungan
berupa analisis sosial yang sistematis dengan memperhatikan dimensi waktu dan
intensitas kegiatan.(Usman, 2012).
Satu hal yang tidak luput dari perhatian pemerintah pula bahwa lokai
TPA Tamangapa yang jauh menyebabkan proses pengangkutan berjalan lamban,
perpindahan truk-truk pengangkut sampah dari pusat-pusat Kota hingga TPA
berjalan tidak optimal karena disebabkan oleh jarak yang terlalu jauh.
“tidak adanya tenaga ahli serta kurangnya pengawasan terhadap Perdayang telah di bentuk menyebabkan penanganan sampah tidak berjalansecara maksimal, ditambah pula masalah kesadaran masyarakat yangkurang menambah buruknya pengelolaan sampah di Kota Makassar ini(wawancara dengan informan SSL tanggal 09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diatas
menyebutkan bahwa lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
sendiri terhadap implementasi kebijakan di Kota Makassar menyebabkan
penumpukkan timbunan sampah misalnya dari industri rumah tangga, Pasar dan
lain sebagainya menyebabkan produksi sampah meningkat sangat cepat, sehingga
menyebabkan proses pencemaran juga ikut meningkat yang dapat merugikan
masyarakat terkhusus bagi anak-anak.
Pertumbuhan penduduk yang setiap harinya meningkat menyebabkan
percepatan aktivitas perputaran Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan
mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah
66
sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun
terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena
selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah
menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya. Maka dari itu
selain upaya yang dilakukan pemerintah tentunya keterlibatan dari masyarakat
juga sangat dibutuhkan serta peran dari pihak swasta yang mendukung pemerintah
dalam hal pembenahan sampah di dalam kota.
Selanjutnya wawancara dengan pengelola UPTD TPA Tamangapa di Kota
Makassar menyebutkan masalah penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan
sampah sebagai berikut:
“masalah keterlibatan orang-orang ahli didalam pengelolaan sampahsangat dibutuhkan sekarang ini, mengingat jumlah volume sampah yangterus meningkat sedangkan penangan sampah hanya monoton pada cara-cara yang lama (wawancara dengan informan SSL 09 September2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diatas
memberikan pernyataan bahwa dibutuhkannya orang-orang tenaga ahli dibidang
pengelolaan sampah untuk menangani masalah sampah yang telah menjadi
polemik selama ini, akan tetapi hal tersebut belum terwujud disebabkan karena
sampai saat ini belum ada tenaga profesional dalam masalah pengelolaan sampah.
Berdasarkan wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa
sangat dibutuhkannya tenaga ahli dibidang penanganan sampah untuk mengola
sampah yang hingga saat ini belum dapat dipecahkan akar permasalahannya serta
tidak adanya solusi yang tepat. Saat ini terjadinya peningkatan jumlah sampah
67
karena meningkatnya jumlah penduduk setiap hari sedangkan pengelolaannya
belum maksimal.
c. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Mengenai Pengelolaan Sampah
Meningkatnya jumlah sampah setiap hari menyebabkan para operasional
armada harus bekerja sangat sibuk ini disebabkan karena jika dalam satu hari saja
sampah tidak diangkut maka akan terjadi penumpukan dua kali lipat dari hari
sebelumnya jika hal ini terjadi maka jumlah sampah di dalam Kota akan terus
meningkat. Dalam keadaan normal saja sampah yang masuk kedalam TPA hanya
70% saja berarti sekitar 30% sampah tertinggal di dalam Kota Makassar dan
jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat besar.
Masalah faktor penghambat pengelolaan sampah sebagaimana
wawancara dengan salah satu staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Makassar sebagai berikut:
“salah satu yang menjadi penghambat dalam pengelolaan sampah yaitukarena masalah sosial, yaitu. Masalah dari masyarakat itu sendiri dimanasebagian besar masyarakat di Kota Makassar ini tidak mengindahkankebijakan-kebijakan yang telah di terapkan oleh pemerintah. Masyarakatmasih sering membuang sampah disembarang tempat padahal tempatsampah sudah disiapkan di titik-titik kota agar masyarakat tidakmembuang sampah disembarang tempat (wawancara dengan informanAID 09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diatas
menyebutkan bahwa penyebab utama terkendalanya pengelolaan sampah di Kota
Makassar adalah karena dari faktor masyarakat itu sendiri, yaitu kurangnya
kesadaran masyarakat untuk mengubah hidup mereka dalam menangani sampah,
sehingga masyarakat tetap membuang sampah di sembarang tempat. Meskipun
68
telah di fasilitasi tempat sampah oleh pemerintah akan tetapi masyarakat tidak
memanfaatkan sarana tersebut.
Informan tersebut juga menjelaskan bahwa salah satu penyebab
terkendalanya implementasi pengelolaan sampah adalah karena masyarakat yang
tidak mengindahkan aturan yang telah di putuskan oleh pemerintah, dalam hal ini
sebenarnya masyarakat tidak dapat sepenuhnya disalahkan melainkan pemerintah
sendiri yang kurang melakukan sentuhan langsung kepada masyarakat terkait
permasalahan pengelolaan sampah sehingga peraturan-peraturan tersebut menjadi
tidak berjalan secara maksimal.
Berikut wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan
mengungkapkan sebagai berikut:
“selain keterlibatan pemerintah tentunya juga perlu memberikanpenyuluhan kesadaran kepada masyarakat tentang pentinggnya menjagakebersihan lingkungan hidup karena jika tidak dimulai dari masyarakat itusendiri maka sangat sulit bagi pemerintah untuk melakukan kegiatanpenanganan sampah, maka dari itu keterlibatan masyarakat sangatdiharapkan untuk mendukung penuh upaya pelaksanaan penanganansampah dalam kota (wawancara dengan informan RDN 09 September2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut dapat dijelaskan
bahwa pentingnya pengelolaan lingkungan dengan melibatkan semua unsur
masyarakat dalam mendukung program-program yang akan direalisasikan oleh
pemerintah.
Perlunya keterlibatan masyarakat dalam masalah pengelolaan sampah
tentu akan sangat berpengaruh pada terwujudnya usaha pemerintah melakukan
perwujudan penanganan sampah sehingga dapat mempercepat dan mempermudah
69
penanganan kebersihan sampah dalam kota sehingga terwujud lingkungan yang
bersih dan sehat.
Berdasarkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumen terhadap
beberapa informan maka penulis menarik kesimpulaan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh dalam implementasi kebijakan adalah masih kurangnya masyarakat
yang mengetahui akan adanya peraturan yang dibuat mengenai permasalahan
sampah. Selain itu, kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai aturan yang
dibuat tersebut. Selanjutnya masalah kapasitas TPA yang semakin terbatas dan
tidak mampu menampung volume sampah yang masuk sehingga membuat
pemerintah harus bekerja keras dalam menanganinya.
2. Faktor Pendukung Pemerintah Kota Makassar dalamMengimplementasikan Kebijakan masalah penanganan sampah di KotaMakassar
Target pencapaian kinerja pemerintah dapat dinilai dari keberhasilan
dalam mengimplementasikan program yang telah dicanangkan. Oleh sebab itu
faktor pendukung harus dimaksimalkan, dengan adanya faktor-faktor pendukung
tersebut maka program yang akan di implementasikan akan menjadi lebih mudah.
a. Tingginya Kemitraan Diperlihatkan Pemerintah Tentang PerdaPengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di Kota Makassar sendiri telah banyak mendapatkan
dukungan dari beberapa pihak seperti dukungan dari pemerintah itu sendiri dan
dukungan dari pihak swasta. Sebagaimana penuturan dari staf Dinas Pertamanan
dan Kebersihan Kota Makassar bidang Pengembangan Kapasitas Kebersihan Kota
sebagai berikut:
70
“jadi dalam pelaksanaan tugas itu kami disini telah mendapat legalitashukum sesuai dengan Perwali Nomor 109 tahun 2009 yang membahastentang Visi dan Misi Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota yang manadisitu kami diberikan wewenang untuk melakukan pengelolaanpenanganan dan menindaklanjuti jika ada pelanggaran dalampelaksanaannya sehingga memberikan motivasi yang tinggi bagi para stafdan pejabat pemerintahan untuk memaksimalkan upaya penanganansampah (wawancara dengan informan AID 09 September 2014).”Hasil
Berdasarkan dari hasil pernyataan informan tersebut diatas memberikan
informasi bahwa pelaksanaan tugas yang diterima oleh Dinas Kebersihan Kota
Makassar telah mendapat payung hukum, sehingga untuk mewujudkan visi yang
akan dicapai tidak terlalu sulit karena jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat maka akan di tindak sesuai aturan yang berlaku dengan adanya aturan
tersebut telah memotivasi para steckholder untuk bekerja lebih baik lagi mengenai
pengelolaan sampah.
Dukungan Peraturan-peraturan mengenai pengelolaan sampah di Kota
Makassar saat ini memang sangat dibutuhkan mengingat masih sulitnya mengatur
dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dampak sampah, bahwa
jika dalam penanganannya salah maka sudah tentu akan menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan, yang mana dapat menimbulkan penyakit yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan.
Masih berbicara mengenai dukungan hukum yang di dapatkan
pemerintah kota dalam mengimplementasikan kebijakan masalah penanganan
sampah, berikut wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Makassar sebagai berikut:
“Pelaksanaan penanganan kebersihan kota oleh Dinas Pertamanan danKebersihan Kota di Makassar itu telah membangun motivasi dari setiapaparat pemerintahan sehingga mereka diberikan kewenangan untuk
71
melakukan pembaharuan mengenai masalah penanganan sampah sehinggamemberikan contoh atau panutan kepada masyarakat (wawancara denganinforman AMN 19 September 2014).”Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut memberikan
penjelasan bahwa dalam pelaksanaan program kerjanya Dinas Pertamanan dan
Kebersihan Kota telah memotivasi setiap pegawai pemerintahan yang ada untuk
melakukan pembenahan-pembenahan dalam setiap masalah penanganan sampah
di Kota Makassar sehingga memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.
Penjelasan informan tersebut memberikan penjelasan bahwa untuk
memperjelas kinerja sebuah instansi maka perlu diberlakukan adanya peningkatan
motivas agar setiap pelaksanaannya dapat terjamin serta memperlancar
implementasi yang akan di wujudkan.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan penulis dapat
menyimpulkan bahwa program penanganan sampah di Makassar berjalan dengan
lancar berkat adanya dukungan hukum yang berlaku serta adanya kesadaran dari
masing-masing pegawai yang ada dalam lingkup Dinas Pertamanan dan
kebersihan Kota untuk mewujudkan kebersihan kota dari masalah sampah.
b. Koordinasi Yang Terjalin Baik dari Lembaga Pemerintah DenganPekerja di TPA
Masih berbicara tentang pendukung implementasi penanganan masalah
sampah di Kota Makassar. Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan
akibat perindustrian maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi
diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Berikut wawancara
dengan kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar sebagai berikut:
72
“program andalan pemerintah Kota Makassar saat ini yang sementaradiupayakan pelaksanaannya adalah program 3R sebagai program yangdiharapkan mampu memberikan perubahan terhadap penangananpengelolaan sampah di Kota Makassar sebagai mana dicanangkan bahwadalam program ini mengajak masyarakat untuk lebih mengetahuimasalah dan keuntungan mengelolah sampah (wawancara denganinforman KSG 09 September 2014).”Hasil
Penjelasan informan tersebut memberikan informasi bahwa dalam
penangan sampah di Kota Makassar maka salah satu program andalan pemerintah
adalah program 3R yaitu program yang memberikan pembelajaran kepada
masyarakat agar lebih memahami mengenai nilai-nilai penanganan sampah,
dengan tujuan agar masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan penetapan aturan
kebijakan (beleidregels), undang-undang dan hukum yang jelas tentang sampah
dan perusakan lingkungan, penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangi
beban penanganan akhir sampah dan pemberlakuan pajak bagi perusahaan yang
menghasilkan sampah, serta melakukan uji dampak lingkungan Mendorong
pengembangan upaya mengurangi (reduce), memakai kembali (re-use), dan
mendaur-ulang (recycling) sampah, dan mengganti (replace); Pengembangan
produk dan kemasan ramah lingkungan, Pengembangan teknologi, standar dan
prosedur penanganan sampah.
Berikut wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota :
Salah satu faktor yang mendukung terlaksananya program kebersihan kotaadalah berdasarkan dengan diberlakukannya konsep 3R karena melaluiprogram-program tersebut beberapa manfaat telah diperoleh masyarakatdan pemerintah seperti telah terjadi peningkatan pengurangan sampah dibeberapa titik di sudut-sudut kota, bekurangnya sampah rumah tanggayang terdapat disekitar rumah penduduk (wawancara dengan informanAID 09 September 2014)Hasil
73
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut memberikan
penjelasan bahwa sejak diberlakukannya program 3R dan telah diperkenalkan ke
masyarakat maka penumpukan sampah di rumah-rumah warga telah berkurang,
sehingga masyarakat telah dapat merasakan dampak positif begitu ju pemerintah
merasa bahwa dengan adanya kesadaran masyarakat tersebut sangat membantu
mewujudkan program pembenahan sampah dalam kota.
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara terhadap
beberapa informan maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program
pemerintah mengenai masalah pengelolaan sampah yaitu 3R antara lain reduce
mengurangi, re-use menggunakan kembali, recycle mendaur ulang. Maka upaya
pemerintah dapat dikatakan berhasil, mesipun masih banyak yang perlu dibenahi.
c. Dukungan Dan Kerjasama Dari Pihak Swasta Mengenai Masalah
Penanganan Sampah Dalam Kota
Selain pengembangan program pengelolaan sampah maka juga
dibutuhkan kerjasama dari pihak luar agar perusahaan-perusahaan yang
menimbulkan limbah industri dapat meminimalisir hasil limbah dari perusahaan
dan membantu pemerintah dalam menangani permasalahan sampah di dalam kota.
berikut wawancara dengan staf seksi pengembangan partisipasi Dinas
Pertamanan dan Kebersihan Kota sebagai berikut:
“dalam pengelolaan sampah dalam kota, pemerintah telah bekerja samadengan pihak swasta dimana dalam kerjasama itu disepakati bahwadalam masalah penanganan sampah itu kami telah sepakat untuk programandalan itu pembuatan Produk Kompos Organik yang bekerjasamadengan perusahaan swasta PT. Orgando (wawancara dengan informanABD 09 September 2014).”Hasil
74
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut memberikan
pernyataan bahwa pemerintah telah mendapat dukungan dan bekerjasama dengan
pihak perusahaan swasta mengenai masalah penanganan sampah dalam kota
tersebut dan mengupayakan pemanfaatan sampah untuk dikelola kembali,
sehingga menjadi nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Penjelasan informan diatas memberikan informasi bahwa salah satu upaya
yang dilakukan oleh kedua pihak adalah kerjasama pembuatan produk kompos
organik, yaitu pemanfaatan hasil produksi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk
tanaman yang dapat memberi manfaat bagi perkebunan. Dari hasil kerjasama ini
maka diharapkan dapat menyulap sampah menjadi barang yang memberikan nilai
ekonomi bagi kehidupan penduduk kota.
Masih berbicara masalah gerakan makassar bersih, Makassar bersih
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan lingkungan yang
bersih sebagai hasil dari program kerjasama dari beberapa pihak. Berikut
wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota sebagai berikut:
“Gerakan Makassar Bersih dan Makassar Green and Clean itu sejak tahun2004 telah dicanangkan dengan tujuan merubah pola pikir masyarakatKota Makassar untuk hidup bersih. Dan pada tahun 2008 melaluikerjasama Pemerintah Kota Makassar dengan PT.Unilever Indonesia, PT.Media Fajar dan Yayasan Peduli Negeri (YPN) dilaunching Program“Makassar Green & Clean” (MGC) yang tujuan utamanya mengajakmasyarakat kota untuk memperbaiki dan peduli lingkungan hidup(wawancara dengan informan RDN 09 September 2014).” Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas memberikan
informasi bahwa salah satu upaya pemerintah dalam mendukung percepatan
terwujudnya lingkungan yang sehat dalam kota harus
bekerjasama dengan beberapa pihak, seperti yang telah dilakukan di Kota
75
Makassar. Pemerintah kota telah bekerjasama dengan beberapa pihak swasta
untuk membantu terwujudnya lingkungan bersih di dalam kota. Seperti program
Gerakan Makassar Bersih, dimana program tersebut di laksanakan berkat
kerjasama dengan pihak swasta.
Kemudian program Makassar Green And Clean yang telah dicanangkan
sejak tahun 2008 dan saat ini telah bergabung beberapa perusahaan besar untuk
mewujudkan program-program yang berbasis masyarakat tersebut. Sampai saat
ini program tersebut masih berjalan dan telah memberikan dampak positif bagi
kelangsungan hidup dalam kota.
Berdasarkan dari hasil wawancara terhadap beberapa informan tersebut
diatas penulis mentimpulkan bahwa faktor pendukung yang mempengaruhi
implementasi kebijakan di Kota Makassar adalah dukungan dari pihak pemerintah
sendiri seperti adanya payung hukum yang menangani dan mengatur tentang
pengelolaan sampah, serta adanya program-program pemerintah yang menyentuh
langsung kepada masyarakat dan memberikan pembelajaran tentang pengelolaan
lingkungan hidup yang lebih baik, dan keterlibatan kerjasama dari beberapa
perusahaan pihak swasta yang telah berjalan sampai saat ini dan telah
berkontribusi besar terhadap perwujudan program-program pemerintah, sehingga
pemerintah sangat terbantu dalam menangani masalah sampah di dalam kota
untuk memperbaiki lingkungan menjadi lebih baik.
76
76
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan
Sampah Di TPA Kota Makassar, dapat dikategorikan belum terlalu cukup baik,
hal ini dapat terlihat dari perencanaan penanganan dan pengurangan sampah
yang belum sesuai dengan harapan yang belum menyentuh sampai kepada
pokok permasalahan sehingga pengurangan sampah belum terlalu maksimal
kemudian masalah yang lain adalah penyediaan sarana dan prasarana yang
sebenarnya telah disiapkan akan tetapi akibat dari pertumbuhan sampah yang
semakin hari meningkat mengakibatkan tidak dapat menampung semua
sampah yang ada setiap hari. Kemudian masalah yang lain adalah masih belum
dikembangkannya pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung pengelolaan
sampah sehingga dalam pengelolaannya masih menggunakan cara manual.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota
Makassar Dalam Pengelolaan Sampah Di TPA Tamangapa adalah faktor
infrastruktur, merupakan hal utama dalam pelaksanaan kebijakan karena
mengingat infrastruktur merupakan hal yang harus dipersiapkan untuk
menunjang segala aktvitas pemerintah dan masyarakat secara teknis dalam hal
pengelolaan sampah sampai ke TPA. Dengan terwujudnya Perencanaan
penanganan dan pengurangan sampah rencana pemerintah Kota Makassar
tentang penanggulangan sampah telah direalisasikan oleh pemerintah meskipun
masih banyak yang perlu dibenahi seperti memaksimalkan segala kekurangan
77
yang ada serta sosialisasi yang intensif kepada masyarakat rencana pemerintah
Kota Makassar tentang pengurangan dan penanganan sampah telah
direalisasikan dengan pelaksanaan program sistem Reuse, Reduce, dan
Recycling
B. Saran
1. Perlu dilakukan perencanaan penanganan dan pengelolaan pengurangan
sampah yang lebih baik agar setiap kebijakan dapat direalisasikan dan
diketahui oleh setiap warga masyarakat.
2. Perlu diperhatikan beberapa faktor pendukung dan penghambat yang
berpengaruh dalam implementasi kebijakan agar setiap program yang di
rencanakan dapat terealisasikan dengan maksimal.
3. Penanganan pengurangan sampah yang telah dibentuk dalam Peraturan
Daerah sebaiknya lebih diperhatikan secara intensif dan kontrol yang lebih
ketat agar bisa lebih tepat sasaran.
4. Rencana selanjutnya tentang tindakan penanganan sampah sebaiknya
dilakukan tinjau lokasi yang lebih mendalam terlebih dahulu.
5. Sarana dan prasarana dalam penanganan sampah dari lorong-lorong sampai
ke TPA perlu ditambahkan lagi armadanya, begitu juga jumlah personilnya
agar dapat mengangkut sampah-sampah yang ada hingga mencapai angka
100%.
6. Pemerintah Kota Makassar masih perlu meningkatkan kerjasama terhadap
beberapa pihak Swasta untuk membantu menangani masalah persoalan
sampah kedepannya.
77
7. Penanganan persampahan di Kota Makassar seharusnya menggunakan
pemanfaatan teknologi canggih agar mempercepat pengolahan dibandingkan
dengan menggunakan cara-cara yang lama.
78
79
DAFTAR PUSTAKA
Abdurohman, Muhammad. 2012. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan.Online: (http://eprints.uny.ac.id/8638/3/BAB%202%20-%2008401241006.pdf). Di akses 12 Maret 2014.
Bambang, ryadi soetrisno, 2009. Ayo olah sampah. Jakarta.
Basriyanta. 2006. Daur ulang sampah. (firdhaf08.student.ipb.ac.id). diakses 10oktober 2014.
Darnadi, Dedi. 2010. Analisis pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampahsebagai upaya meningkatkan kualitas ingkungan hidup di kota bandung(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/5504.). Diakses 08September 2014
Edwars III, George C.1980. Implementing Public Policy. Washington, D.C:Conggressional Quarterly Press.
Hree, galung. Wisesa. Zaenal hidayat. Nina widawati. 2013. Faktor-faktor yangmempengaruhi implementasi kebijakan pengelolaan sampah berbasismasyarakat pada dinas kebersihan dan pertamanan kota semarang(solusi pengurangan timbunan sampah di TPA jati barang.).(ejournal-S1.undip.ac.id/indeks.php/jppmr/article/view/3047). Diakses 09September 2014
Kooiman, 1993. New Government-Society Interactions. Front Cover.(http://www.google.com/m?hl=in&gl=id&client=msand-Sonyericson&source=android-unknown&=kooiman1993). Diakses 09Mei 2014
Mazmanian. 1983. Implementation and public policy. Scott Foresman andCompany, USA.
Mardikanto, Totok. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Dalam PerspektifKebijakan Publik.Bandung: Alfabeta
Muftihatun, Nikmah. 2014. Artikel pengelolaan sampah. (www. Matriks.Uny.com/2014/01/14/artikel-pengelolaan-sampah/). Diakses 07September 2014
Mustari, Nuryanti. 2013. Implementasi Kebijakan Publik (Pemahaman TeoritisEmpiris). Makassar: Membumi Publishing
Muhammadfitriansyah. 2013. Makalah pengelolaan sampah.(muhammadfitriansyahmakalahsampah.blogspot.com) di akses 05September 2014
80
Mukti. 2008. Sistem pengelolaan sampah (http://mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html)Diakses pada Tanggal 1 April 2014.
Moleong, MA. 2001. Metedologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Orihara, Yuzura. 2014.pengelolaan sampah dilingkungan sekolah.(oriharayuzuru. Blogspot. Com/2014/03/pengelolaan-sampah-di-sekolah.html). diakses 09 September 2014
Sipayung,Nurdin. 2008. Pengawasan DPRD Terhadap Implementasi Perda danPeraturan Bupati. Usu. Medan.
Soewedo, Hadiwiyoto. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta :Yayasan Idayu.
Tanjung, 2014. Pengertian sampah menurut para ahli.(pengertian+sampah+menurut+tanjung&U=13324793). Diakses 10oktober 2014
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang PengelolaanSampah.
Wahab, solichin abdul. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UMM press,Malang.
Winarno, Budi. 2008. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta : Erlangga
Webometrics. Makalah pengelolaan sampah dan limbah. (terbaikmakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-pengelolaan-sampah-dan-limbah.html.) diakses 09 September 2014.