implementasi biblioterapi untuk penderita kanker...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI BIBLIOTERAPI UNTUK PENDERITA KANKER
ANAK DI PROGRAM SEKOLAH-KU: Studi Kasus pada Yayasan Kasih
Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Jakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh :
NATASIA PUSVITA
NIM: 1113025100058
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H / 2017 M
Lembar Pengesahan Bimbingan Skripsi
IMPLEMENTASI BIBLIOTERAPI UNTUK PENDERITA KANKER
ANAK DI PROGRAM SEKOLAH-KU: Studi Kasus pada Yayasan Kasih
Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Jakarta
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh :
Natasia Pusvita
NIM : 1113025100058
di bawah bimbingan :
Dr. Ida Farida, MLIS
NIP. 19700407 200003 2 003
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2017 M / 1439 H
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : NATASIA PUSVITA
N I M : 1113025100058
Program Studi : Ilmu Perpustakaan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: “Implementasi
Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak di Program Sekolah-ku: Studi
Kasus pada Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Jakarta”
adalah benar hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan
dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi dari hasil karya atau
hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat maka skripsi dianggap gugur dan
harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 10 Oktober 2017
NATASIA PUSVITA
i
ABSTRAK
Natasia Pusvita (NIM: 1113025100058). Implementasi Biblioterapi untuk
Penderita Kanker Anak di Program Sekolah-ku: Studi Kasus pada Yayasan
Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Jakarta. Di bawah bimbingan Dr.
Ida Farida, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana serta dampak dari
penerapan biblioterapi untuk penderita kanker anak dalam program Sekolah-ku
yang ada di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) cabang Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,
wawancara, kajian pustaka serta dokumentasi. Penelitian ini bertempat di Rumah
Kita-2 (kedua) daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Informan penelitian ini ialah
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang aktif menjadi pengajar di Sekolah-
ku serta 3 orang tua dan 1 penderita kanker anak di YKAKI. Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa penerapan biblioterapi yang dilakukan di Sekolah-ku
sudah dilaksanakan, adapun penerapan biblioterapi yang diterapkan dalam
program Sekolah-ku meliputi motivasi, pemilihan bacaan untuk anak, pembacaan
cerita, diskusi mengenai cerita yang telah dibacakan dan evaluasi yang dilakukan
oleh guru. Biblioterapi memberikan dampak positif bagi penderita kanker anak.
Untuk dampak yang terlihat secara langsung ialah anak terlihat senang dan bisa
tersenyum setelah mendengarkan cerita dari guru. Selain itu biblioterapi
bermanfaat untuk menghilangkan kebosaan saat anak menjalankan pengobatan
dan perawatan, anak bisa melupakan sejenak sakit yang mereka derita, anak lebih
terbuka kepada guru serta meningkatkan minat baca anak. Selain itu memberikan
edukasi kepada anak mengenai penyakit kanker yang dideritanya.
Kata kunci: biblioterapi, terapi buku, penderita kanker anak
ii
ABSTRACT
Natasia Pusvita (NIM: 1113025100058). Bibliotherapy Implementation for
Children Cancer Patient in “Sekolah-ku” Programme Case Study: YKAKI
Jakarta Foundation for Children Cancer Indonesia (YKAKI) Jakarta.
Lectured of Dr. Ida Farida, MLIS. Library Study Program Faculty of Adab
and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2017.
This study aims to determine the implementation and impact of bibliotherapy for
children cancer patient in “Sekolah-ku” Programme at Yayasan Kasih Anak
Kanker Indonesia (YKAKI) is in line with the existing theory of bibliotherapy.
This research used qualitative method with case study approach. Data collection
techniques in this study using observation, interviews, literature review, and
documentation. This research takes place in Rumah Kita-2 (second) area of
Cempaka Putih, Central Jakarta. The informants of this research are the
principal and the vice principal who actively teach in “Sekolah-ku” Programme,
and 3 parents and 1 child cancer sufferers in YKAKI. The results of this study
indicate that the application of bibliotherapy performed in “Sekolah-ku”
Programme has been implemented, as for the application of bibliotherapy
applied in “Sekolah-ku” Programme includes motivation, selection of reading
for children, story reading, discussion of stories that have been read and
evaluation for the teachers. Bibliotherapy provides a positive impact for children
with cancer. For the immediate impact is the child looks happy and can smile
after listening to the teacher's story. In addition biblioterapi useful to eliminate
boredom when children run treatment and care, children can forget for a
moment pain they suffered, children are more open to teachers and increase
interest in reading children. Besides providing education to children about
cancer that suffered.
Keywords: Bibliotherapy, Book Therapy, Children with Cancer.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan serta kelancaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para pengikutnya.
Sesungguhnya karena kemurahan-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Implementasi Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak
di Program Sekolah-ku: Studi Kasus pada Yayasan Kasih Anak Kanker
Indonesia (YKAKI) Jakarta” ini dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam menyelesaikan tulisan ini
penulis melalui banyak hambatan, kesulitan dan tantangan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dari berbagai pihak yang telah tulus meluangkan waktunya untuk membantu
penulis. Dengan hati yang tulus penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag selaku dekan Fakultas Adab dan
Humaniora Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekteraris Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
berkenan menyisihkan waktunya untuk memberi bimbingan, saran,
arahan serta semangat selama proses penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Fadhilatul Hamdani, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
iv
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmunya yang begitu banyak untuk masa depan penulis.
7. Pihak Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) yang telah
bersedia memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Segenap guru-guru Sekolah-ku yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas kerjasamanya.
9. Kedua orang tua penulis, Bapak Wakiran dan Ibu Pujiati. Skripsi ini
penulis persembahkan untuk kalian, terimakasih atas setiap do’a,
dukungan materil serta kerja keras yang telah kalian berikan kepada
penulis. Semoga Allah SWT membalas semua budi baik dan ketulusan
kasih sayang dan cinta Bapak dan Ibu. Terimakasih kepada kakak Riski
Artanto dan adik Raka Tri Mustakim yang menjadi sumber motivasi bagi
penulis.
10. Sahabat-sahabat penulis semasa SD dan SMP, Annisa Fitriana, Geugeut
Zahra Kasih, Rizki Purnama Sari dan Peni Anjarwati yang selalu
mendukung dan memberikan semangat kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat penulis semasa SMA, Febriola Annisa, Mafatihul
Aliefany, Rizky Rahmawati Kuzma, Widyastuti dan Enggar Penggalih.
Terimakasih sudah memberikan semangat dan dukungannya selama ini.
12. Teman-teman dekat selama masa perkuliahan, Rury Agnesia SMSP,
Syifa Duhita Dewakanya, Dyah Ayu Novianti, Dyta Medina, Anten Eka
Gantani, Nur Azizah, Susi Mustika Dewi, Muhammad Agustina SMAA,
Fajar Alamsyah, Laga Alahli, Aprianto, Renjana Dian Saputra, Ummi
Latifah, Hilda Safitri. Terimakasih telah memberikan dukungan serta
semangat selama ini.
13. Teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan 2013, khususnya kelas IPI
B 2013 yang sama-sama sedang berjuang untuk menyelesaikan
skripsinya.
v
14. Teman-teman KKN Cassava, Adilah Yasmin Hatta, Yudia Pangesti, Bisri,
Siti Nuralamah, Muhammad Azzam, Rusmiyanah, Amirudin, Alpen
Nambri dan Irfan Herwandi yang sama-sama berjuang untuk
menyelesaikan tugas akhir atau skripsi.
15. Dan semua orang yang sudah banyak mendukung dalam menyelesaikan
tugas akhir ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih
karena selalu memberikan motivasi dan dukungannya.
Penulis meyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Terlepas dari segala kekurangan,
penulis memohon maaf atas kekeliruan yang ditimbulkan. Penulis sangat terbuka
dan bersedia menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan setiap
pembacanya.
Jakarta, 10 Oktober 2017
Natasia Pusvita
vi
DAFAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. 1
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 6
D. Definisi Istilah .............................................................................................. 7
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 10
A. Perpustakaan Khusus ................................................................................. 10
B. Biblioterapi ................................................................................................. 10
1. Definisi Biblioterapi ............................................................................... 10
2. Manfaat Biblioterapi ............................................................................... 13
3. Prinsip-Prinsip Biblioterapi .................................................................... 15
4. Prosedur Pelaksanaan Biblioterapi ......................................................... 16
5. Biblioterapi di Perpustakaan Khusus ................................................... 19
C. Bacaan Anak .............................................................................................. 20
1. Definisi Bacaan Anak ............................................................................. 20
2. Jenis Bacaan Anak .................................................................................. 22
3. Fungsi Bacaan Anak ............................................................................... 24
4. Contoh Bacaan Anak untuk Biblioterapi ................................................ 25
D. Kanker ........................................................................................................ 26
1. Definisi Kanker ...................................................................................... 26
2. Jenis Kanker pada Anak ......................................................................... 27
E. Kondisi Psikologi yang dialami Penderita Kanker .................................... 28
F. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 29
vii
G. Literatur Review......................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................. 35
B. Sumber Data ............................................................................................... 36
1. Data Primer ............................................................................................. 36
2. Data Sekunder ........................................................................................ 36
C. Pemilihan Informan .................................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 38
1. Observasi ................................................................................................ 39
2. Wawancara ............................................................................................. 39
3. Kajian Pustaka ........................................................................................ 39
4. Dokumentasi ........................................................................................... 39
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 40
1. Teknik Pengolahan Data ........................................................................ 40
2. Teknik Analisis Data .............................................................................. 40
F. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 43
A. Gambaran Umum Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) ...... 43
1. Sejarah Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) ................... 43
2. Visi dan Misi Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) .......... 45
3. Pengurus Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) ................ 46
4. Program Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) .................. 46
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 61
1. Karakteristik Informan ........................................................................... 61
2. Analisis Tema ......................................................................................... 62
3. Penerapan Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak dalam Program
Sekolah-ku di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) ............ 62
4. Dampak Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak di Yayasan Kasih
Anak Kanker Indonesia (YKAKI) ............................................................ 73
C. Pembahasan ................................................................................................ 77
1. Penerapan Biblioterapi dalam Program Sekolah-ku di Yayasan Kasih
Anak Kanker Indonesia (YKAKI) ............................................................ 77
viii
2. Dampak Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak di Yayasan Kasih
Anak Kanker Indonesia (YKAKI) ............................................................ 84
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 87
A. Kesimpulan ................................................................................................ 87
B. Saran ........................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 BAGAN PETA LITERATUR ................................................... 33
x
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 CONTOH BUKU UNTUK BIBLIOTERAPI .............................. 26
TABEL 3.1 JADWAL PENELITIAN ............................................................... 42
TABEL 4.1 KEPENGURUSAN YKAKI .......................................................... 46
TABEL 4.2 CABANG RUMAH KITA ............................................................. 48
TABEL 4.3 LOKASI SEKOLAH-KU DI SETIAP DAERAH ....................... 59
TABEL 4.4 PENGAJAR DI SEKOLAH-KU JAKARTA............................... 61
TABEL 4.5 JUDUL BUKU YANG DIGUNAKAN YKAKI ........................... 68
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Transkrip Wawancara
LAMPIRAN II Tabel Variabel
LAMPIRAN III Lembar Observasi
LAMPIRAN IV Foto-Foto
LAMPIRAN V Surat Tugas Menjadi Pembimbing
LAMPIRAN VI Surat Izin Observasi dan Wawancara
LAMPIRAN VII Surat Balasan Izin Penelitian
LAMPIRAN VIII Surat Pengantian Judul Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan informasi diperlukan suatu
sarana, di mana sarana tersebut dapat berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan segala sumber informasi. Secara umum perpustakaan merupakan
pusat berkumpulnya berbagai sumber informasi di mana sumber informasi
tersebut diolah, diorganisir kemudian disebarluaskan agar dapat dimanfaatan
oleh penggunanya.
Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi, artinya
perpustakaan menyediakan informasi yang diperlukan oleh pengguna
perpustakaan. Pemberian informasi ini dilakukan baik atas permintaan
pemustaka maupun tidak. Dalam hal ini dilakukan bila perpustakaan
menganggap bahwa informasi yang tersedia sudah sesuai dengan minat dan
keperluan pemustaka.1
Jika berbicara mengenai perpustakaan maka tidak akan terlepas dari
koleksi yang terdapat di perpustakaan. Koleksi perpustakaan merupakan salah
satu unsur penting dalam membangun perpustakaan. Perpustakaan dapat
dikatakan berguna dan bermanfaat jika memiliki koleksi yang lengkap yang
dapat memenuhi kebutuhan informasi para penggunanya. Koleksi
perpustakaan ialah bahan pustaka yang terdiri dari bentuk tercetak maupun
elektronik yang berada di perpustakaan. Koleksi yang dimiliki oleh suatu
1 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 6.
2
perpustakaan dapat dimanfaatkan untuk berbagi keperluan sesuai dengan
fungsi dari suatu perpustakaan. Salah satu pemanfaatan koleksi yang ada di
perpustakaan yaitu sebagai media terapi yang selanjutnya disebut biblioterapi.
Biblioterapi dapat dilakukan oleh perpustakaan manapun, misalnya
pada perpustakaan sekolah yaitu melalui biblioterapi dilakukan sebagai
bimbingan konseling, untuk perpustakaan perguruan tinggi bisa melalui
program bimbingan membaca dan untuk perpustakaan umum maupun khusus
dilakukan melalui program pelayanan sosial (social service) yang merupakan
program dinas sosial yang menangani berbagai penyakit sosial.2
Secara umum biblioterapi ialah pemanfaatan buku atau bahan bacaan
sebagai media terapi. Pada kamus Webster mendefinisikan biblioterapi
sebagai pedoman dalam solusi untuk mengatasi masalah pribadi melalui
membaca.3 Beberapa manfaat dari biblioterapi secara umum ialah seperti
dapat menangani masalah kehidupan, pencarian jati diri, peningkatan empati,
mengarahkan diri, mengurangi tingkat kecemasan dan lain sebagainya.
Menurut Oslen dalam pelaksanaannya secara nyata, biblioterapi terdiri dari
beberapa tahapan antara lain, pemberian motivasi, membaca bahan bacaan
yang sesuai, inkubasi, diskusi dan evaluasi.4
Biblioterapi mencakup tugas membaca terhadap bahan bacaan yang
terseleksi, terencana, serta terarah yang digunakan sebagai suatu tindakan
2
Susanti Agustina, “Perpustakaan sebagai Wahana Terapi yang Ramah Disabilitas:
Implementasi Biblioterapi di Perpustakaan Lingkungan Pendidikan,” EduLib, Vol. 1 (November
2014): h. 125. 3 Webster, Ninth New Collegiete Dictionary (Princetown: University Press, 1985), h. 185.
4 Wawan Darmawan, “Penerapan Bibliotherapy di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,”
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjajaran, Vol. 1, No. 1 (2012): h. 4,
jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/. Diakses tanggal 18 Januari 2017 pukul 20:58.
3
dengan tujuan terapi karena diyakini dapat mempengaruhi sikap, perasaan,
dan perilaku seseorang sesuai dengan yang diharapkan.5 Terapi ini dilakukan
dengan cara mengajak anak berbincang untuk mengetahui bacaan apa yang
disukainya, mencari permasalahan yang dialami, kemudian menawarkan buku
bacaan yang tepat untuknya.
Saat ini banyak masalah kesehatan yang mempengaruhi perkembangan
pada anak. Kelemahan pada anak yaitu memiliki imunitas yang lebih rendah
dari pada orang dewasa sehingga akan mengalami resiko infeksi yang lebih
tinggi dibandingkan orang dewasa, anak rentan mengalami jatuh dan cidera
sehingga menyebabkan anak masuk ke rumah sakit.6 Menurut data yang
dijabarkan Union for International Cancer Control (UICC), terdapat sekitar
176.000 anak yang didiagnosis kanker setiap tahunnya, di mana mayoritas
berasal dari negara berpenghasilan rendah sampai menengah. Sedangkan di
Indonesia terdapat sekitar kurang lebih 11.000 kasus kanker anak yang terjadi
setiap tahunnya, dan terdapat kurang lebih sekitar 650 kasus kanker anak di
Jakarta yang terjadi setiap tahunnya.7 Dari sini dapat dikatakan pasien yang
dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan khususnya pada populasi anak.
Dalam menjalani pengobatan di rumah sakit anak akan merasakan bosan serta
mengalami traumatik, hal tersebut dapat memicu berbagai perasaan yang
timbul pada anak yang sedang melakukan pengobatan atau perawatan di
5 Susanti Agustina, “Konsep Biblioterapi dalam Library Science” (Seminar Biblioterapi,
Surakarta, 10 Maret 2015), h. 3. 6 Z. Deslidel, dkk., Buku Ajar Asuhan Neonatus Bayi dan Balita (Jakarta: EGC, 2011), h.7-
8. 7 Pusat Data dan Informasi,.“Situasi Penyakit Kanker”. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan, Semester I (Jakarta : Kementrian Kesehatan RI, 2015), h. 9 Diunggah pada tanggal 7
Februari 2017 pukul 00:50 melalui:
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-kanker.pdf
4
rumah sakit misalnya seperti perasaan gelisah, takut, sedih, marah serta
kecemasan yang cukup tinggi.
Terapi menggunakan bahan bacaan diindikasikan sebagai salah satu
jenis terapi yang cocok diterapkan pada anak. Banyak kegiatan lain yang
digunakan untuk diaplikasikan berdampingan dengan biblioterapi, hal ini
bertujuan agar anak yang dirawat dapat menghilangkan kebosanan serta
mengurangi traumatik pada anak. Kegiatan tersebut berupa membaca buku
yang bisa dibacakan atau membaca sendiri, storytelling, belajar sambil
bermain, berpuisi, drama dan kegiatan lainnya.
Penelitian mengenai pengaruh biblioterapi yang dilakukan oleh Nicole
M. Schneider menyatakan 21 anak dengan berbagai jenis penyakit kanker
mengalami peningkatan fungsi persepsi interpersonal setelah membaca buku
yang pertama. Kemudian mengalami peningkatan signifikan setelah beberapa
bulan semenjak proses pertama buku diberikan kepada penderita kanker
anak.8
Dari penelitian tersebut menunjukan bahwa biblioterapi cukup
berpengaruh untuk menurunkan kecemasan pada penderita kanker anak.
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia yang selanjutnya disebut
YKAKI merupakan organisasi sosial di bidang kesehatan yang memiliki
kepedulian terhadap penderita kanker usia anak serta orang tua dari penderita
kanker anak itu sendiri. YKAKI memiliki beberapa program kegiatan seperti
Rumah Kita, Sekolah-ku, Sosialisasi Edukasi dan beberapa program lainnya.
Program yang dilaksanakan oleh YKAKI disiapkan untuk membantu
perjuangan orang tua saat mendampingi anaknya dalam pengobatan serta
8 Nicole M Schneider et al., “The Effect of Bibliotherapy on Anxiety in Children with
Cancer,” Nova Science Publishers, Int J Child Health Hum Dev, 2013, h. 337.
5
perawatan termasuk pendidikannya. Salah satu program YKAKI yang
berkaitan dengan pendidikan ialah Sekolah-ku.
Sekolah-ku memiliki tujuan memberikan kesempatan bagi anak-anak
untuk belajar agar kelak dapat melanjutkan pendidikan formalnya. Sekolah-
ku dilakukan di Rumah Kita (rumah singgah) dan beberapa rumah sakit yang
sudah berkerjasama dengan pihak YKAKI. Kegiatan dalam Sekolah-ku ini
disesuaikan seperti kegiatan sekolah di pendidikan formal pada umumnya.
Guru yang memberikan materi di sini merupakan guru yang profesional di
bidangnya. Untuk murid yang mendapatkan pengajaran dari Sekolah-ku pun
jumahnya tidak menentu karena murid yang belajar di Sekolah-ku merupakan
pasien yang sedang melakukan rawat inap di rumah sakit ataupun yang
sedang menginap di Rumah Kita (rumah singgah). Sekolah-ku memiliki
beberapa aktivitas untuk penderita kanker anak. Selain kegiatan belajar, anak
juga bisa bermain beberapa permainan yang disediakan di ruang Sekolah-ku
yang terdapat di Rumah Kita (rumah singgah) dan di rumah sakit yang telah
berkerjasama. Biblioterapi juga salah satu kegiatan yang dilakukan di
Sekolah-ku, bentuk kegiatan biblioterapi yang diberikan untuk penderita
kanker anak melalui story telling yang dibantu oleh para guru di program
Sekolah-ku.
Berdasarkan observasi awal, peneliti melihat beberapa pasien penderita
kanker anak terlihat lesu, murung dan tidak bersemangat. Kebanyakan dari
mereka memang baru menjalani operasi ataupun kemoterapi. Dalam masa
pengobatan untuk penderita kanker umumnya akan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Saat seperti ini tentunya anak akan merasa bosan karena
6
menghabiskan waktu yang cukup lama di rumah sakit. Selain itu
meningkatnya perasaan takut, cemas, gelisah pada anak. Untuk mengurangi
hal tersebut maka pihak yayasan melakukan berbagai kegiatan salah satunya
ialah kegiatan biblioterapi.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, maka peneliti tertarik
untuk mengetahui lebih detail mengenai penerapan dan dampak biblioterapi
untuk penderita kanker anak. Oleh karena itu, peneliti menetapkan judul
penelitian “Implementasi Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak di
Program Sekolah-ku: Studi Kasus pada Yayasan Kasih Anak Kanker
Indonesia (YKAKI) Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian ini tidak meluas dan
menyimpang dari apa yang telah diteliti maka penelitian dibatasi hanya pada
penerapan dan dampak biblioterapi di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
(YKAKI). Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti menyusun
perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan biblioterapi untuk penderita kanker anak di Yayasan
Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)?
2. Bagaimana dampak biblioterapi untuk penderita kanker anak di Yayasan
Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
7
1. Untuk mengetahui penerapan biblioterapi untuk penderita kanker anak di
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).
2. Untuk mengetahui dampak biblioterapi untuk penderita kanker anak di
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).
Dari tujuan di atas, ada beberapa manfaat yang peneliti harapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi pemikiran atau masukan kepada Yayasan Kasih
Anak Kanker Indonesia (YKAKI) terutama dalam hal penerapan
biblioterapi.
2. Dapat memperkaya khazanah pengetahuan ilmu perpustakaan dalam
kaitannya dengan biblioterapi.
3. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang akan datang dengan tema
serupa.
4. Untuk memenuhi syarat kelulusan strata satu pada jurusan Ilmu
Perpustakaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Definisi Istilah
Implementasi merupakan suatu penerapan, tindakan ataupun
pelaksanaan dari suatu kegiatan yang sebelumnya sudah direncanakan dengan
matang dan sunguh-sunguh sesuai dengan acuan yang berkaitan dengan
kegiatan itu sendiri.
Biblioterapi ialah pemanfaatan bahan bacaan atau literatur yang
digunakan untuk membantu memecahkan masalah, sebagai usaha untuk
8
meringankan, mengurangi serta mendorong kesehatan jasmani atau rohani
pada seseorang yang mengalami permasalahan personal.
Bacaan anak merupakan bahan bacaan yang digunakan untuk kegiatan
rekreasi atau intelektual di mana ide dari buku itu sendiri berisikan moral
yang disesuaikan dengan usia anak.
Penderita kanker anak merupakan seseorang yang menderita sebuah
penyakit khususnya kanker pada usia anak yang terbagi menjadi usia balita,
usia pra-sekolah, dan usia sekolah. Terdapat beberapa jenis kanker yang
diderita oleh anak antara lain; Leukemia, Tumor Otak, Retinoblastoma,
Limfoma, Neuroblastoma, Tumor Wilms.
Sekolah-ku merupakan salah satu program yang terdapat di Yayasan
Kasih Anak Kanker Indonesia yang berkaitan dengan pendidikan serta
diperuntukan untuk penderita kanker anak yan dirawat di rumah sakit maupun
rumah singgah.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi atas 5 bab. Adapun
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi
istilah, serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
9
Bab ini menjelaskan mengenai landasan-landasan teori yang
digunakan, yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Landasan teori tersebut diambil dari
literatur-literatur yang berkaitan dan penelitian yang relevan
dengan topik penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang
digunakan yaitu meliputi jenis dan pendekatan penelitian,
sumber data, karakteristik informan, teknik pengumpulan
data, teknik pengolahan serta analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang profil objek penelitian,
gambaran umum, hasil penelitian, dan analisis penelitian.
Bab V Penutup
Merupakan bab penutup dari penelitian yang di dalamnya
memuat beberapa kesimpulan dan saran yang dikemukakan
peneliti.
10
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan merupakan tempat untuk mengumpulkan koleksi yang
diciptakan oleh masyarakat dan diperuntukan bagi kepentingan masyarakat
demi kemajuan informasi. Terdapat beberapa jenis perpustakaan, salah
satunya ialah perpustakaan khusus. Perpusatakan khusus merupakan
perpustakaan yang didirikan untuk mendukung visi dan misi suatu lembaga
khusus yang berfungsi sebagai pusat informasi khusus.9
Sedangkan menurut Sutoyo perpustakaan khusus merupakan
perpustakaan yang memiliki peran penting dalam suatu lembaga yang
berkaitan dengan kebutukan informasi untuk mendukung organisasi
induknya.10
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan khusus ialah perpustakaan yang didirikan untuk mendukung visi
dan misi suatu lembaga khusus yang memiliki pernanan penting untuk
mendukung kebutuhan informasi dari organisasi induk.
B. Biblioterapi
1. Definisi Biblioterapi
Pemanfaatan koleksi buku tidak hanya dalam dunia perpustakaan saja.
Buku atau bahan bacaan dapat dimanfaatkan sebagai media terapi
9 Arif Surachman, “Pengelolaan Perpustakaan Khusus,” in Seminar Jurusan Seni Karya
(Yogyakarta,2005). https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/. Diakses pada tanggal 17
November 2017 Pukul 22:08 10
Agus Sutoyo, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, n.d.), h. 194.
11
pendamping pengobatan. Terapi menggunakan bahan bacaan atau buku
ini selanjutnya disebut biblioterapi.
Biblioterapi merupakan kegiatan menggunakan buku yang disesuaikan
dengan usia seseorang dalam terapi pengobatan, kemudian dilanjutkan
dengan diskusi sesuai dengan topik masalah kehidupan yang sesuai
dengan kondisi seseorang pada saat itu.11
Sesuai dengan penjelasan
tersebut, biblioterapi merupakan terapi menggunakan bahan bacaan di
mana bahan bacaan tersebut disesuaikan dengan masalah yang dihadapi
oleh penderita serta disesuaikan dengan usia penderita.
Dalam ALA Glossary of Library and Information Science
mendefinisikan biblioterapi sebagai penggunaan buku dan bahan bacaan
lainnya dalam program membaca terarah yang direncanakan dan
dilakukan sebagai tambahan dalam pengobatan masalah mental dan
emosional atau sebagai bentuk self-help.12
Lebih jelasnya ialah
biblioterapi dilakukan sebagai terapi tambahan untuk masalah mental dan
emosional untuk yang diderita oleh penderita.
Menurut Jean M. Clarke bibliotherapy atau terapi lewat buku yang
selanjutnya disebut reading therapy merupakan terapi yang
menggunakan literatur.13
Pada hakikatnya sifat dari terapi ini ialah
memberi bimbingan untuk membaca bahan bacaan guna meringankan
beban penderitanya.
11
C. Oppenheimer, Use of Bibliotherapy as a Adjektive Therapy with Bereaved Children :
a Grand Proposal. (Long Beach: California State University, 2010). 12
Michael Levine-Clark dan Toni M. Carter, ALA Glossary of Library and Information
Science, Fourth Edition (Chicago: American Library Association, 2013), h. 30. 13
Jean M. Clarke, Reading Therapy (London: Library Association Publishing, 1990), h. 49.
12
Lasa mendefinisikan biblioterapi sebagai usaha meringankan dan
mengurangi penderitaan pasien sakit jasmani atau rohani dengan cara
memberikan bacaan-bacaan agama, kejiwaan, maupun bacaan ringan.14
Dapat dikatakan bahwa buku bacaan yang bertemakan agama juga
mampu digunakan untuk biblioterapi karena fungsinya dapat
meringankan penderitaan yang diderita oleh pasien.
Biblioterapi memerlukan penggunaan literatur untuk tujuan terapi dan
termasuk mendengarkan cerita dan puisi, menonton film, dan melihat
foto-foto.15
Hal tersebut menjelaskan bahwa selain membaca terarah,
biblioterapi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan cerita atau puisi,
menonton film, dan melihat foto-foto. Sedangkan menurut Susanti
Agustina, buku menjadi media yang praktis digunakan dan terjangkau.
Namun, di tengah kondisi budaya baca masyarakat Indonesia yang masih
tergolong rendah, maka praktik terapi buku sangat efektif dikenalkan
melalui metode berkisah atau bercerita. Buku digunakan sebagai media
berkisah.16
Berbagai definisi di atas dapat diambil benang merahnya bahwa
biblioterapi adalah tindakan terapi menggunakan alat bantu berupa bahan
bacaan atau literatur sebagai usaha untuk meringankan, mengurangi serta
mendorong kesehatan jasmani atau rohani pada seseorang yang
mengalami permasalahan personal. Dalam penelitian ini masalah
14
Lasa HS, Kamus Kepustakawanan Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2009), h.49. 15
Zipora Shechtman, “Treating Child and Adolescent Aggression Through Bibliotherapy,”
Springer Science, 2009, h.ix, https://www.researchgate.net/. Diakses pada 15 September 2017 16
Agustina, “Konsep Biblioterapi dalam Library Science,” h. 14.
13
personal yang dimaksud ialah penderita kanker anak yang mengalami
kebosanan dan trauma saat menjalankan pengobatan di rumah sakit.
2. Manfaat Biblioterapi
Penggunaan biblioterapi tidak terbatas pada situasi krisis saja, namun
bukan juga obat untuk kesulitan psikologis yang parah. Biblioterapi
mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan semua anak, terutama mereka
yang sedang tidak siap menghadapi masalah spesifik yang ada dalam
buku atau sedang tidak ingin membaca, namun biblioterapi telah terbukti
bermanfaat bagi banyak orang khususnya anak-anak.
Herlina menyatakan, biblioterapi memiliki manfaat meliputi:
a. Membantu penderita mendapatkan pengertian (insight) tentang
masalah,
b. Memberikan teknik relaksasi dan diversi (pengalihan),
c. Membantu penderita fokus pada hal-hal di luar dirinya sendiri.17
Terdapat beberapa manfaat dari penerapan biblioterapi, menurut Dale
Elizabeth dan Paula McMillen biblioterapi dapat meningkatkan rasa
kasih sayang seseorang, mengembangkan perasaan empati dan kesadaran
diri. Bermanfaat untuk menjelaskan nilai-nilai, penanaman identitas
budaya dan kebangsaan. Jika biblioterapi dilakukan kelompok, tindakan
ini dapat merangsang seseorang untuk bisa lebih terbuka dan melatih
17
Herlina, Biblioterapi: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku (Bandung:
Pustaka Cendikia Utama, 2013), h. 90.
14
komunikasi sehingga bisa bertukar pikiran dengan cara yang
menyenangkan.18
Manfaat lain dari biblioterapi menurut Stuart dan Laraia ialah dapat
membantu anak untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
yang didukung dengan hubungan yang nyaman antara perawat dan
anak.19
Biblioterapi bisa diterapkan sebagai salah satu teknik bimbingan untuk
pengembangan perilaku moral, biblioterapi mempunyai manfaat sebagai
nurturent effect yakni diperolehnya pengetahuan tentang materi bacaan,
timbul sikap kritis, dan menambah wawasan pembaca melalui
penumbuhan kesadaran khususnya moral.20
Menurut Roselina dan Shukry metode biblioterapi dapat digunakan
untuk membentuk konsep diri yang positif, memahami tingkah laku dan
memotivasi seseorang, meringankan tekanan emosi, serta digunakan
untuk mendiskusikan masalah penyimpangan moral secara terbuka untuk
melihat berbagai cara dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.21
Dari beberapa manfaat yang telah dipaparkan di atas disimpulkan
bahwa biblioterapi bermanfaat untuk memberikan relaksasi, memotivasi
diri, meringankan tekanan emosi, mengidentifikasi perasaan yang
mungkin kurang bisa ditunjukan secara verbal. Hal tersebut tentu sangat
18
Dale Elizabeth Pehrsson dan Paula McMillen, “Bibliotherapy: Overview and
Implications for Counselors,” Professional Counseling Digest, 2007, h. 1.
https://www.counseling.org/resources/. Diakses pada 1 Mei 2017. 19
G. W. Stuart dan Laraia, Principle and Practice of Psychiatric Nursing 8th Edition (St.
Louis: Elsevier Mosby, 2005). 20
Noviana Devi, “Metode Biblioterapi dan Diskusi Dilema Moral untuk Pengembangan
Karakter Tanggungjawab,” Jurnal Psikologi, Vol. 41, No. 1 (Juni 2014): h. 48-49. 21
Roselina dan M. Shukry, “Bibliotherapy: A Tool For Primary Prevention Program With
Children and Adolescents,” Jurnal Antidadah Malaysia, Jilid 3 & 4 (2008): h. 79.,
http://www.adk.gov.my/html/pdf/jurnal/2008/3.pdf. Diakses pada tanggal 1 Mei 2017.
15
bermanfaat untuk penderita kanker khususnya usia anak yang mengalami
traumatik serta kebosanan saat menjalani perawatan dan pengobatan di
rumah sakit.
3. Prinsip-Prinsip Biblioterapi
Prinsip-prinsip Biblioterapi menurut Pardeck & Pardeck (1984, 1986)
dan Rubin (1978) yang dikutip oleh Herlina (2013: 93-94) menguraikan
prinsip-prinsip utama biblioterapi sebagai berikut:
a. Orang yang membantu dalam kegiatan biblioteapi hendaknya
menggunakan materi bacaan yang dikenalnya.
b. Orang yang membantu kegiatan biblioterapi harus menyadari
panjang materi bacaan yang digunakan. Jangan menggunakan
materi bacaan yang terlalu rumit dengan detail dan situasi yang
tidak ada hubungannya.
c. Pertimbangkan masalah penderita dengan cara menggunakan
materi bacaan yang harus dapat diaplikasiakan terhadap masalah,
namun tidak perlu menggunakan materi yang sama persis.
d. Ketahui kemampuan membaca penderita hal ini dapat dijadikan
pengarah dalam memilih materi bacaan yang akan digunakan. Jika
penderita tidak dapat atau kurang mampu membaca, perlu
dilakukan membaca nyaring atau menggunakan material
audiovisual.
e. Perhatikan kondisi emosional dan usia kronologis penderita dan
direfleksikan dalam tingkat kesulitan materi bacaan yang dipilih.
16
f. Minat baca seseorang merupakan pengarah dalam seleksi bacaan
untuk biblioterapi.
g. Menggunakan materi bacaan yang mengekspresikan perasaan yang
sama dengan anak, merupakan pilihan yang baik.
h. Material audiovisual harus dipertimbangkan jika bahan bacaan
tidak tersedia.22
4. Prosedur Pelaksanaan Biblioterapi
Menurut Howie (1988) yang dikutip oleh Susanti Agustina terapi
membaca mengacu pada biblioterapi maupun terapi puisi/prosa dan
sastra yang melibatkan pekerja profesional di institusi pendidikan, medis,
psikolog, guru, psikiater, serta pekerja sosial.23
Penerapan biblioterapi pada dasarnya harus disesuaikan dengan
kondisi klien, untuk kasus kali ini klienya ialah penderita kanker usia
anak. Menurut Forgan (2002: 76-79), terdapat 4 langkah untuk
menerapkan biblioterapi, yaitu:
a. Pra Membaca (Prereading), Unsur pre reading terdiri dari dua
langkah:
1) Pemilihan bahan di maksud agar anak nantinya dapat
mengidentifikasi dengan karakter yang terdapat dalam buku.
2) Melibatkan pengetahuan anak, hal ini akan membantu
menghubungkan pengalaman masa lalu anak dengan isi buku.
b. Membaca terpadu (Guided Reading), tahap ini baiknya melibatkan
guru atau orang dewasa untuk membacakan cerita dengan keras
22
Herlina, Biblioterapi: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku, h. 94 23
Agustina, “Konsep Biblioterapi dalam Library Science,” h. 14
17
kepada anak. Untuk memudahkan bercerita, sebaiknya baca seluruh
cerita yang terdapat dalam buku tanpa sela. Setelah selesai
membacakan cerita, guru mengizinkan anak untuk merenungkan
cerita yang telah dibacakan. Saat membacakan cerita sebaiknya:
1) Membaca cerita dengan kecepatan yang sesuai,
2) Menggunakan volume yang sesuai sehingga anak mendengarkan
dan memperhatikan saat guru bercerita.
c. Diskusi Pembahasan (Postreading Discussion), McCarty dan
Chalmers (1997) memberikan panduan untuk diskusi dan
merekomendasikan agar guru terlebih dahulu menuntun siswa
untuk menceritakan kembali plotnya dan kemudian menilai
perasaan karakter dan situasi atau apa pun yang terjadi dalam cerita.
Selanjutnya guru dapat memberikan pertanyaan menyelidik kepada
anak, hal ini dapat membantu mereka memikirkan perasaan mereka
dan mengidentifikasi dengan lebih baik karakter dan kejadian
dalam cerita. Dengan mengidentifikasi dari karakter sastra, siswa
menyadari bahwa mereka tidak sendiri dalam mengalami suatu
masalah.
d. Penyelesaian masalah (Problem Solving), pemecahan masalah
dapat membantu anak untuk belajar bagaimana menjadi pemecah
masalah mandiri. Sebagai anak mengidentifikasi dengan karakter
dalam berbagai cerita dan mendiskusikan solusi untuk masalah.
Menurut Moses dan Zaccaria hanya dengan membaca sebuah buku
yang bagus tidak dapat dianggap sebagai tindakan biblioterapi. Karena
18
usahanya untuk mengubah sikap dan perilaku pembaca, biblioterapi
harus dilakukan oleh seseorang yang dapat memahami permasalahan
orang lain.24
Aiex menyarankan lima tahap penerapan biblioterapi, baik dilakukan
secara pribadi maupun kelompok meliputi:
a. Motivasi: merupakan kegiatan pendahuluan, seperti permainan atau
bermain peran, hal ini dilakukan agar anak dapat termotivasi untuk
terlibat secara aktif dalam kegiatan selanjutnya.
b. Waktu membaca: karena anak perlu waktu untuk memahami isi
buku atau materi. Berikan waktu yang cukup pada anak untuk
membaca bacaan yang telah disiapkan hingga selesai.
c. Inkubasi: berikan waktu pada anak untuk merenungkan dan
merefleksi materi yang baru saja mereka baca. Agar anak
memahami secara penuh materi yang mereka baca.
d. Tindak lanjut: sebaiknya dilakukan dengan metode diskusi. Melalui
diskusi dengan anak mendapatkan ruang untuk saling bertukar
pandangan sehingga memunculkan gagasan baru. Tahap ini
memungkinkan anak-anak akan mendapatkan wawasan baru dari
anak-anak lain juga. Diskusi juga dapat membantu anak-anak untuk
menyadari bagaimana mereka dapat menerapkan pengetahuan
barunya kedalam kehidupan sehari-hari mereka.
24
Gerry Bohning, “Bibliotherapy: Fitting the Resources Together,” The Elementary School
Journal, Vol. 82 (November 1981): h. 167., http://www.jstor.org/stable/1001456. Diakses pada
tanggal 24 Januari 2017.
19
e. Evaluasi: sebaiknya evaluasi dilakukan secara mandiri oleh
penderita. Hal ini dilakukan untuk memancing penderita
memperoleh kesimpulan yang tuntas dan memahami arti
pengalaman yang dialami.25
Menurut Wong petunjuk umum untuk menggunakan biblioterapi
ialah:
a. Kaji perkembangan emosional dan kognitif perkembangan anak
untuk melihat kesiapan anak dalam memahami pesan dari buku
yang akan dibacakan,
b. Kenali isi buku dan diperuntukan untuk usia berapa buku itu ditulis,
c. Bacakan buku tersebut pada anak jika anak tidak mampu membaca,
d. Diskusikan buku itu bersama anak dengan cara meminta anak
untuk menceritakan kembali isi cerita, membaca bagian khusus
dengan perawat atau orang tua, membuat gambar yang
berhubungan dengan cerita dan mendiskusikan gambar tersebut,
bicarakan karakter-karakternya, dan rangkum pesan moral atau
makna dari cerita tersebut.26
5. Biblioterapi di Perpustakaan Khusus
Biblioterapi sesungguhnya merupakan sebuah konsep tua dalam dunia
ilmu perpustakaan.27
Biblioterapi dapat dilakukan oleh perpustakaan
25
Nola Kortner Aiex, “Bibliotherapy,” ERIC Digest, 1993, h.
4.,https://eric.ed.gov/?id=ED357333. Diakses pada 27 Januari 2017. 26
D. L. Wong, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, vol. Vol. 1 (Jakarta: EGC, 2009) 27
Eva Imania Eliasa, “Bibliotherapy as a Method of Meaningful Treatment: Biblioterapi
sebagai sebuah Metode Tindakan yang Bermakna,” Universitas Negeri Yogyakarta, 2007, h. 3.,
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved
20
manapun, misalnya pada perpustakaan sekolah yaitu melalui biblioterapi
dilakukan sebagai bimbingan konseling, untuk perpustakaan perguruan tinggi
bisa melalui program bimbingan membaca dan untuk perpustakaan umum
maupun khusus dilakukan melalui program pelayanan sosial (social service)
yang merupakan program dinas sosial yang menangani berbagai penyakit
sosial.28
Saat ini rumah sakit yang terdapat di Indonesia sudah didukung dengan
adanya fasilitas perpustakaan. Dengan ini, pustakawan dapat meningkakan
layanan perpustakaan tentunya dengan ikut andil dalam penyembuhan pasien
dengan menerapkan biblioterapi.29
Menurut Clarke biblioterapi merupakan
layanan yang diberikan pustakawan lebih mengarah kepada bantuan dan
bimbingan membaca bacaan bagi pasien guna meringankan beban pasien
yang dirawat.30
C. Bacaan Anak
1. Definisi Bacaan Anak
Dalam penerapan biblioterapi tentu tidak luput dari penggunaan bahan
bacaan atau literatur. Karena pada dasarnya media utama untuk
pelaksanaan biblioterapi ialah buku. Namun perlu diperhatikan bahwa
literatur/bacaan yang digunakan untuk orang dewasa berbeda dengan
=0ahUKEwjTu9zdvcPXAhWJW7wKHRH4DeMQFggnMAA&url=http%3A%2F%2Fstaffnew.un
y.ac.id%2Fupload%2F132318571%2Fpenelitian%2FMicrosoft%2BWord%2B-
%2BBIBLIOTHERAPY%2BAS%2BA%2BMETHOD%2BOF%2BMEANINGFUL%2BTREAT
MENT.pdf&usg=AOvVaw2U0uJZNHmJbJWioomCyLNs. 28
Agustina, “Perpustakaan sebagai Wahana Terapi yang Ramah Disabilitas: Implementasi
Biblioterapi di Perpustakaan Lingkungan Pendidikan,” h. 125. 29
Nadia Amelia Qurrota A’yunin, “Biblioterapi: Alternatif Layanan Referensi di
Perpustakaan Rumah Sakit,” Al-Kuttab, 4 (2017): h. 35. 30
Jean M. Clarke, Reading Therapy (London: Library Association Publishing, 1990), h. 49.
21
anak-anak. Orang dewasa bisa langsung memilih literatur atau bahan
bacaan mana yang mau dibaca namun lain halnya dengan penggunaan
literatur untuk anak-anak. Literatur untuk anak harus disesuaikan dengan
usianya, biasanya memiliki tema mendidik dan alurnya tidak berbelit
agar anak dapat mencerna isi cerita dalam bacaan.
Menurut Burhan Nurgiyantoro, literatur anak merupakan sastra yang
secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak,
yang berangkat dari fakta konkret dan mudah diimajinasikan.31
Lebih
jelasnya, literatur anak merupakan sastra yang dapat dipahami oleh anak
yang diangkat dari fakta dan mudah diimajinasikan oleh anak.
Pendapat lain menyatakan, literatur anak ialah sebuah karya yang
menawarkan dua hal utama, yatu kesenangan dan pemahaman.32
Menurut Riris K. Sarumpaet bacaan anak ialah, bacaan yang sesuai
dengan dunia dan kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan
bukan milik orang dewasa.33
Sedangkan menurut Bunanta bacaan anak ialah karangan yang
dikarang khusus untuk anak-anak.34
Bacaan untuk anak umumnya merupakan bacaan yang baik dari segi
penulisan maupun penyajiannya, hal ini bertujuan untuk dapat menarik
perhatian anak agar termotivasi untuk membaca. Untuk itu terdapat
31
Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2010), h. 6 32
Heru Kurniawan, Sastra Anak (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 22. 33
Riris K. Sarumpaet, Bacaan Anak-Anak: Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke dalam
Hakekat, Sifat dan Corak Bacaan Anak-Anak serta Minat Anak pada Bacaanya (Jakarta: Pustaka
Jaya, 1976), h. 21. 34
Murti Bunanta, Buku, Mendongeng dan Membaca (Jakarta: Pustaka Tangga, 2004), h. 48.
22
pembagian bacaan untuk anak yang dibagi sesuai kelompok usia, ada
yang untuk usia balita, usia pra-sekolah serta usia sekolah.
2. Jenis Bacaan Anak
Bacaan anak juga memiliki cukup banyak jenisnya. Bahan bacaan
untuk anak-anak tersedia sangat beragam mulai dari cerita sehari-hari,
dongeng, fiksi, puisi, komik serta buku pelajaran.
Nurgiyantoro menyatakan bahwa literatur anak memiliki berbagai
jenis genre, yaitu:
a. Realisme, merupakan cerita yang menggambarkan berbagai kejadian
atau peristiwa, terdapat aksi dan interaksi yang seakan-akan memang
benar adanya, dan penyelesaian ceritanya pun dapat dibilang masuk
akal dan dapat dipercaya (plausible).
b. Fiksi formula, ialah cerita yang memiliki pola-pola tertentu yang
membuatnya berbeda dengan jenis cerit lain.
c. Fantasi, adalah cerita yang menyajikan sesuatu yang alurnya sulit
diterima, dikembangkan lewat imajinasi yang tidak lazim.
d. Sastra tradisional, merupakan cerita yang telah turun temurun, tidak
diketahui kapan tepatnya cerita tersebut ada dan siapa penciptanya
serta dikisahkan secara turun-temurun secara lisan.
e. Puisi, merupakan sebuah sastra yang di dalamnya menggunakan unsur
bahasa untuk mencapai efek keindahan.
f. Nonfiksi, yaitu bacaan yang ditulis secara artistik sehingga saat dibaca,
pembaca akan memperoleh pemahaman dan sekaligus kesenangan.
23
g. Fiksi, yaitu menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada
kebenaran faktual, ditulis relatif baru, pengarang jelas, boleh ditulis
oleh siapa saja, tetapi memang ditujukan untuk anak dan dengan sudut
pandang anak.
h. Komik, yaitu cerita bergambar dengan sedikit tulisan, bahkan kadang-
kadang ada gambar yang tanpa tulisan karena gambar-gambar itu
sudah “berbicara”.35
Menurut Widajatmi berbagai jenis buku bacaan dapat diberikan
kepada anak sesuai dengan tingkat usia, perkembangan serta kemampuan
anak. Berdasarkan tiga aspek tersebut, orang tua berperan penting dalam
menentukan buku-buku bacaan untuk anaknya. Berikut ini pembagian
buku bacaan untuk anak menurut usia terbagi menjadi:
a. Anak usia 0-2 tahun
Buku untuk anak usia sampai 2 tahun umumnya bahan
buku terbuat dari bahan yang tidak mudah robek, aman,
jumlah halamannya tidak banyak umumnya terdiri dari 8-10
halaman, bukan dari bahan yang mengandung racun,
memiliki permukaan yang halus, dan sudutnya bulat dengan
gambar yang menonjol.
b. Anak usia 2-3 tahun
Pada usia 2-3 tahun baiknya beri buku-buku yang
bergambar, terutama yang mengenalkan konsep keteraturan,
urutan, atau pengertian tertentu, seperti gambar hewan, buah
buahan, warna, angka, huruf dengan ilustrasi dan warna yang
menarik. Buku cerita bergambar sudah bisa diberikan kepada
anak, terutama mengenai hal-hal yang akan mereka alami,
seperti ke dokter gigi, ke sekolah, mendapat adik dan lain-
lain.
c. Anak usia 3-4 tahun
35
Nurgiyantoro, Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak, h. 14.
24
Pada usia ini berilah anak buku-buku cerita fantasi, cerita
rakyat dan dongeng yang alur ceritanya sederhana dan cepat.
Pada masa ini mereka sudah dapat berimajinasi, karena itu
anak pada usia ini perlu diberikan buku bergambar tanpa teks
agar mereka dapat merangkai cerita sendiri sesuai dengan
gambar yang ada atau diminta menceritakan kembali isi buku
dengan bahasa mereka. Buku yang cocok untuk usia ini,
misalnya cerita Itik si Buruk Rupa atau Siapa yang Punya
Kuali Panjang.
d. Anak usia 5 tahun
Berilah anak buku cerita yang mempunyai tokoh sentral
atau yang alur ceritanya sedikit rumit. Agar mereka dapat
menebak akhir cerita. Contohnya ialah Ande-Ande Lumut;
Timun Mas dan sebagainya.
e. Anak usia 6-8 tahun
Jika anak semakin bertambah usianya berilah buku yang
memiliki sedikit ilustrasinya, karena anak juga perlu
berimajinasi sendiri dan supaya lebih tertarik kepada isi cerita
dari pada gambarnya. Buku untuk anak usia ini ialah cerita-
cerita rakyat dengan sedikit gambar.
f. Anak usia 9-11 tahun
Berilah buku yang memiliki cerita menarik seperti
petualangan atau humor sehingga anak ingin mengetahui
cerita sampai selesai. Contohnya Komputer si Kotak Ajaib.36
3. Fungsi Bacaan Anak
Penyediaan buku bacaan sastra kepada anak yang tepat sejak dini
dipercaya akan membantu kemampuan membaca serta literasi anak pada
perkembangan usia anak selanjutnya. Terpenting, dengan cerita anak bisa
mendapatkan nilai-nilai pekerti yang menunjang perkembangan budi
pekerti pada anak.37
Suwardi menyatakan beberapa fungsi literatur anak antara lain:
a. Membentuk kepribadian anak,
36
Wenny Widayatmi, “Memperkenalkan Bacaan kepada Anak” Buletin Anak :Media
Pembinaan dan Pengembangan Anak dan Remaja Indonesia,” Tahun VIII, No. 29 (April 1998). 37
Kurniawan, Sastra Anak, h. 2.
25
b. Menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak
akan dibentuk melalui karya sastra yang dibacanya.38
4. Contoh Bacaan Anak untuk Biblioterapi
Dalam kegiatan biblioterapi salah satu unsur yang terpenting ialah
bahan bacaan. Menurut Ida Farida dan Tety Elida sejauh ini cukup jarang
buku dengan tema kanker yang dipublikasikan di Indonesia, untuk itu
mereka memanfaatkan bahan bacaan anak untuk kegiatan biblioterapi
dengan berbagai tema dan dibacakan secara teratur kepada penderita
kanker anak selama 24 tahun terakhir di setiap hari Sabtu. Berikut
beberapa contoh bacaan anak yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
biblioterapi39
:
38
Suwardi Endraswara, Metode Pengajaran Presiasi Sastra (Yogyakarta: Radhita Buana,
2002), h. 24. 39
Ida Farida dan Tety Elida, “Please Tell a Story for Me Again!: Bibliotherapy for
hospitalized children with cancer” (Asian Festival of Children’s Content (AFCC), Singapura,
2017).
No. Judul Buku Nama Pengarang
1. Franklin di Kegelapan
(Franklin in the Dark)
Paulette Bourgeouis
2. Franklin di Rumah
Sakit (Franklin Goes to
the Hospital)
Paulette Bourgeouis
3. Kancil dan Kura-kura:
Cerita Rakyat Kalimantan
Barat
Murti Bunanta
4. Senggutru: Cerita Rakyat
Jawa
Murti Bunanta
5. Si Kecil: Cerita Rakyat
Sulawesi Selatan,
Indonesia
Murti Bunanta
6. Andai Aku Punya Rumah
Sakit
Murti Bunanta
7. Berlibur di Jalan Macet Murti Bunanta
8. Kamus Pertamaku: Warna Murti Bunanta
9. Mengapa Tubuh Udang Murti Bunanta
26
Tabel 2.1 Contoh Buku untuk Biblioterapi
D. Kanker
1. Definisi Kanker
Kanker ialah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali serta membelah lebih cepat dibandingkan
dengan sel normal. Sel kanker tidak mati setelah usianya cukup,
melainkan tumbuh terus dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh
dapat terdesak atau malah mati.40
Menurut Otto, kanker ialah suatu kondisi di mana sel telah kehilangan
kendali sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, secara
cepat dan tidak terkendali. Kanker timbul dan berkembang biaknya sel
secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus-menerus
40
Pusat Data dan Informasi,.“Situasi Penyakit Kanker”. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan, Semester I (Jakarta : Kementrian Kesehatan RI, 2015), h. 16 Diunggah pada
tanggal 7 Februari pukul 00:50 melalui:
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-kanker.pdf
Bengkok: Cerita Rakyat
dari Kalimantan Tengah,
Indonesia
10. Tarian Pengusir Ular Murti Bunanta
11. Anak Kucing yang Manja:
Cerita Rakyat dari Deli
Serdang, Sumatera Utara
Murti Bunanta
12. Kamus Pertamaku:
Serangga
Murti Bunanta
13. Keke Monster
Menyeramkan
Djoko Hartanto
14. Anak Itik yang Buruk Rupa Sago Hirata
15. Petapa Palsu F.B. Indradi
16. Tidurlah, Tokek! Margaret Read MacDonald
17. Conejito Si Kelinci Kecil:
Cerita Rakyat Panama
Margaret Read MacDonald
18. Anak Tikus yang Ingin
Menjadi Raja
Debora Toety Maklis
27
merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker tumbuh
secara menyusup ke jaringan sekitar sambil merusaknya, kemudian dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya.41
Ada lebih dari seratus jenis kanker. Kanker dapat muncul dari
beragam sel dan diklasifikasikan menurut asal selnya. Seringkali istilah
tumor diasumsikan sama dengan kanker, tetapi tidak semua tumor
merupakan kanker. Tumor yang disebut juga sebagai neoplasma,
merupakan pertumbuhan awal dari sel abnormal yang tidak memiliki
fungsi berguna serta dapat mengganggu fungsi sel sehat lainnya.42
2. Jenis Kanker pada Anak
Menurut Pedoman Penemuan Dini Kanker pada Anak, menjelaskan
bahwa masing-masing jenis kanker memiliki nama, gejala, diagnosis
serta tata laksana yang berbeda. Kanker pada anak dibagi menjadi enam
jenis, yaitu:
a. Leukimia
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang
berasal dar sumsum tulang. Biasanya ditandai oleh proliferasi
sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya sel-sel
abnormal dalam tepi (sel blast) secara berlebihan dan
menyebabkan terdesaknya sel darah yang normal yang
mengakibatkan fungsinya terganggu.
b. Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah tumor ganas di dalam bola mata
yang berkembang dari sel retna primitive/imatur dan
merupakan tumor ganas primer terbanyak pada bayi dan anak
usia 5 tahun ke bawah dengan insiden tertinggi pada usia 2-3
tahun. Masa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam viterus
(endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik).
41
S.E. Otto, Buku Saku Keperawatan Onkologi. Ahli bahasa: Jane Freyana Budi (Jakarta:
EGC, 2003). 42
Donna Falvo, Medical and Psychosocial Aspects of Chronic Illness and Disability. 3rd
Edition. (Jones and Bartlett Publishers, 2005), h. 460.
28
Retinoblastoma dapat bermetastasis ke luar mata menuju
organ lain, seperti tulang, sumsum tulang belakang dan
sistem syaraf pusat.
c. Osteosarkoma
Osteosarkoma atau kanker tulang pada anak merupakan
keganasan yang tumbuh dari tulang. Sering terjadi pada anak
menjelang remaja.
d. Neuroblastoma
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari sistem saraf
simpatis yang berasal dari primitive neural crest.
e. Limfoma Malignum
Limfoma malignum adalah suatu keganasan primer
jaringan limfoid yang bersifat padat. Terdapat 2 klasifikasi
Limfoma berdasarkan histopatologis,yaitu; Limfoma
Hodgkin yang merupakan salah satu keganasan yang dapat
disembuhkan dengan terapi kombinasi, yaitu kemoterapi dan
radiasi. Selanjutnya Limfoma non Hodgkin merupakan
kanker yang berasal dari sel limfosit (limfosit T maupun
limfosit B). kanker ini juga temasuk jenis yang cepat tumbuh
secaa progresif.
f. Karsinoma Nasofaring
Karsinoma Nasofaring merupakan tumor ganas antara
daerah hidung dan tenggorokan (daerah nasofaring).
Diagnosis ini cukup sulit dilakukan karena nasofaring
tersembunyi dibelaang tabir langit-langit dan terletak di
bawah dasar tengkorak. Selain itu, nasofaring juga
berhubungan dengan banyak daerah penting di dalam
tengkorang dan ke lateral maupun posterior leher. 43
E. Kondisi Psikologi yang dialami Penderita Kanker
Pada dasarnya setiap penyakit yang dialami seseorang selain
menyerang fisik pada manusia tidak jarang juga menyerang psikologisnya.
Menurut Taylor yang dikutip oleh Namora seperti pada penderita kanker,
ketika dokter mendiagnosis seseorang menderita kanker terdapat tiga bentuk
43
Kementrian Kesehatan R.I., Pedoman Penemuan Dini Kanker pada Anak (Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI, 2011), h. 5-28.
29
respon emosional yang muncul pada pasien seperti penolakan, kecemasan dan
depresi.44
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Utami dan Hasanat (1998)
yang dikutip oleh Namora menyatakan,
Ketika seseorang mengetahui bahwa mereka mengidap penyakit
kanker, pasien kanker akan mengalami kondisi psikologis yang
tidak menyenangkan, seperti merasa kaget, cemas takut,
bingung, sedih, panic gelisah atau merasa sendiri.45
Sementara itu menurut Namora perawatan dan tindakan yang dilakukan
di rumah sakit merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan perasaan
cemas pada pasien, contohnya pada saat pasien menjalankan operasi pasien
akan merasa tidak nyaman bahkan akan merasa sakit setelah dilakukannya
tindakan operasi.46
Menurut Charmaz menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat
penyakit yang parah saah satunya kanker, umumnya pasien akan merasa
putus asa, bosan, cemas, frustasi dan tertekan.47
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini diambil dari satu
skripsi, satu jurnal dan satu makalah konferensi, yaitu:
1. Yang pertama dari skripsi Sely Yolanda (2015), jurusan Ilmu
Perpustakaan, fakultas Teknologi Informasi, Universitas Yarsi, dengan
judul penelitian “Layanan Biblioterapi untuk Pasien Kanker Anak di
44
Namora Lumongga Lubis, Dukungan Sosial pada Kanker,Perlukah? (Medan: USU Press,
n.d.), h. 8 45
Lubis, h. 8. 46
Lubis, h. 8. 47
Lubis, h. 9.
30
RSUP Fatmawati Jakarta dan Tinjauannya menurut Islam”. Masalah
yang terdapat pada penelitian ini ialah layanan yang diberikan, layanan
biblioterapi dan peran perpustakaan rumah sakit dalam layanan
biblioterapi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui jenis
layanan yang disediakan oleh Perpustakaan, untuk mengetahui apakah
ada layanan biblioterapi yang diberikan kepada anak-anak penderita
kanker serta untuk mengetahui peran Perpustakaan RSUP Fatmawati
dalam Layanan biblioterapi. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode percobaan dengan teknik pengumpulan data observasi,
wawancara, dan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
bahwa pasien kanker anak mendapat layanan biblioterapi dari organisasi
eksternal seperti Yayasan penangulangan Anak Indonesia (YOAI),
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Mc Donald, dan
Yayasan Kalista, perpustakaan RSUP Fatmawati tidak memiliki layanan
biblioterapi dikarenakan kurangnya SDM yang kompeten. Yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti
ialah dari tempat penelitian, metode yang digunakan serta pembahasan
pada penelitian.
2. Artikel jurnal dengan judul “Penerapan Biblioterapi di Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo” yang disusun oleh Wawan Darmawan, Rohanda,
dan Kusnandar (2012), Departemen Ilmu Informasi dan Perpusakaan,
fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran. Masalah dalam
penelitian ini ialah penerapan biblioterapi di Rumah Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui
31
proses penerapan biblioterapi yang dilakukan oleh Yayasan Kasih Anak
Kanker Indonesia, dengan menggunakan teori dari Marci A. Olsen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi kasus dengan
pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan studi pustaka. Penelitian ini mengunakan
teknik member check dan triangulasi data untuk pemeriksaan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan biblioterapi di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sudah sejalan dengan teori yang
dipaparkan Marci A.Olsen, namun ada beberapa perbedaan yang
diakibatkan oleh keadaan lingkungan yang berbeda. Yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti ialah dari
tempat penelitian, teori yang digunakan serta pembahasan pada penelitian.
3. Makalah konferensi dengan judul “Please Tell a Story for Me Again!:
Bibliotherapy for hospitalized children with cancer” yang didudun oleh
Ida Farida dan Tety Elida. Makalah ini sudah dipresentasikan dalam
Asian Festival of Children’s Content (AFCC) di Singapura pada 17 Mei
2017. Makalah ini bertujuan untuk berbagi pengalaman relawan dari
SACL (Society for the Advancement of Children's Literature) tentang
dampak terapi biblioterapi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) berdasarkan dokumentasi laporan mereka. Praktik biblioterapi
oleh relawan SACL ini belum terpaku dalam praktek biblioterapi yang
semestinya, di mana menggunakan buku tema yang sesuai dengan
kebutuhan anak yaitu dengan tema kanker. Hal ini dikarenakan sejauh
ini mereka tidak menemukan buku bacaan dengan tema kanker yang
32
dipublikasikan di Indonesia. Relawan SACL membacakan buku dengan
berbagai tema. Dengan demikian, biblioterapi Istilah yang digunakan
dalam makalah ini mengacu pada pemanfaatan buku anak-anak dan
media lainnya untuk bercerita oleh relawan SACL sebagai intervensi
untuk membantu anak-anak penderita kanker yang dirawat di rumah
sakit. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa tindakan biblioterapi
yang dilakukan memberikan dampak positif untuk anak seperti
memberikan kebahagiaan untuk anak, wajah yang tersenyum, menahan
rasa sakit, anak menjadi senang mendengar cerita yang disampaikan
serta cerita yang disampaikan berkaitan dengan pengalaman anak. Yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti
ialah dari tempat penelitian, metode yang digunakan serta pembahasan
pada penelitian.
33
G. Literatur Review
Gambar 2.1 Bagan Peta Literatur
34
Pemanfaatan bahan bacaan ternyata tidak hanya terkenal di dunia
perpustakaan saja. Terapi menggunakan media buku, atau disebut
biblioterapi merupakan salah satu cara untuk memanfaatan bahan bacaan
untuk terapi pengobatan. Biblioterapi merupakan aktivitas menggunakan
buku yang sesuai dengan usia dalam terapi pengobatan (C. Oppenheimer,
2010). Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan saat
menerapkan biblioterapi. Hal tersebut dilakukan agar biblioterapi dapat
bermanfaat dengan maksimal untuk anak-anak.
Untuk mengetahui apakah penerapan biblioterapi sudah sesuai dengan
prosedur yang ada, maka digunakanlah teori prosedur pelaksanaan
biblioterapi yang dikemukakan Forgan, 2002. Prosedur pelaksanaan
biblioterapi menurut Forgan terdiri dari 4 tahapan, antara lain; prereading,
guided reading, postreading discussion dan problem solving.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.48
Dalam metode penelitian meliputi jenis dan
pendekatan penelitian, karakteristik informan, teknik pengumpulan data, teknik
pengolahan dan analisis data. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini maka peneliti menggunakan:
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini ialah jenis
penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti
tentang pengungkapan latar belakang, status dan interaksi lingkungan
terhadap individu, kelompok, istitusi dan komunitas masyarakat tertentu.49
Dengan menggunakan jenis penelitian ini diharapkan peneliti dapat
memperoleh informasi mendalam tentang peristiwa, lingkungan dan situasi
tertentu yang memungkinkan untuk mengungkapkan atau memahami suatu
hal.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, di mana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 203. 49
Endang Danial dan Nanan Wasriah, Metode Penulisan Karya Ilmiah (Bandung:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2009), h. 63.
36
menekankan makna dari pada generalisasi.50
Pendekatan kualitatif digunakan
untuk menggali informasi secara mendalam terkait dengan masalah penelitian.
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.51
Untuk mengambil data primer ini, peneliti
melakukan pengamatan di lapangan serta wawancara dengan Kepala
Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah dari program Sekolah-ku, orang tua
serta anak penderita kanker yang ada di Yayasan Kasih Anak Kanker
Indonesia. Sedangkan melalui observasi, peneliti mengamati kegiatan
yang berlangsung terkait dengan penerapan biblioterapi.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah
diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.52
Dalam
penelitian ini, sumber data yang peneliti ambil yaitu literatur mengenai
biblioterapi dan kanker seperti buku, jurnal, majalah, media elektronik
dan sebagainya yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.
50
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 1. 51
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 62. 52
J. Surpanto, Statistik Teori dan Aplikasi (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 10.
37
C. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.53
Dalam memilih
informan peneliti melakukan survei lapangan untuk menentukan siapa saja
yang akan menjadi informan dari penelitian ini.
Kriteria informan yang dipilih untuk menjadi narasumber dalam
penelitian ini ialah orang-orang yang berhubungan langsung dengan hal
yang diteliti dan yang paling memahami objek penelitian. Peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan kepada informan
berupa wawancara. Penulis mengambil informan sebanyak 5 orang dengan
rincian 2 informan dari pihak YKAKI dan 3 informan dari orang tua pasien
yang tinggal di rumah singgah, berikut keriteria yang dimiliki, di antaranya:
1. Kepala Sekolah dari Sekolah-ku, yaitu Ibu Maesyaroh. Latar
belakang pendidikan beliau adalah S1 Pendidikan. Beliau berkerja
di YKAKI sejak tahun 2010 dan beliau juga aktif mengajar di
Sekolah-ku.
2. Wakil Kepala Sekolah dari Sekolah-ku, yaitu Ibu Herni Suherni.
Latar belakang beliau adalah S1 Manajemen. Beliau menjabat
sebagai wakil kepala sekolah dan juga aktif mengajar di Sekolah-
ku.
3. Orang tua dari penderita kanker anak, yaitu Ibu Sapta Damayanti.
Ibu Sapta ialah orang tua atau pendamping yang mendampingi
pengobatan serta perawatannya anaknya yang terserang Leukimia.
53
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
h. 132.
38
Saat ini Bu Sapta dan anaknya sedang tinggal di rumah singgah
yang disediakan oleh YKAKI.
4. Orang tua dari penderita kanker anak, yaitu Bapak Sugiono. Bapak
Sugiono berasal dari Lampung yang merupakan orang tua yang
mendampingi pengobatan serta perawatannya anaknya yang
terserang Leukimia. Bapak Sugiono telah tinggal di rumah singgah
selama kurang lebih 2 bulan.
5. Orang tua dari penderita kanker anak, yaitu Ibu Warsini. Bu
Warsini berasal dari Lampung yang merupakan orang tua yang
mendampingi pengobatan serta perawatannya anaknya yang
terserang Retinoplastoma. Saat ini Bu Warsini dan anaknya
sedang tinggal di rumah singgah yang disediakan oleh YKAKI.
6. Penderita kanker anak, yaitu Habib Mustafa. Habib berumur 13
tahun. Habib mengidap penyakit Leukimia sejak bulan September
2017 lalu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan
tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitan
ini, yaitu:
39
1. Observasi
Observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.54
Observasi bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang
dipelajari dan aktifitas apa saja yang telah berlangsung selama proses
penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan interaksi bahasa yang berlangsung antara dua
orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang
melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang
yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya.55
3. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ialah pengindentifikasian secara sistematis, penemuan
dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan
dengan masalah penelitian.56
Kajian Pustaka yang peneliti lakukan
dengan mencari informasi melalui media cetak yaitu dengan
mengunjungi perustakaan dan media elektronik yaitu mencari data
melaui internet.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan dokumen (dokumentasi) dalam
pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang
didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan,
54
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 143. 55
Emzir, Analisis Data : Metodologi Penelitan Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.
50. 56
Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Press, 1993), h. 31.
40
gambaran, atau arkeologis menurut Gottschalk.57
Dalam penelitian ini,
peneliti mengumpulkan data melalui dokumen yang terdapat di tempat
penelitian, biasanya berupa foto-foto yang diambil sebagai bukti yang
diperlukan dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Pada penelitian kualitatif, pada umumnya dilakukan
dengan mengolah data yang telah diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan
dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh sehingga
mendapatkan sebuah informasi yang matang.
Teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini berupa
data yang diperoleh dari jawaban para informan dengan mengguakan
instrument penelitian berupa daftar pertanyaan dan wawancara. Setelah
didapatkan data berupa hasil rekaman wawancara, kemudian hasil
tersebut dicatat dan dibuat transkripnya untuk selanjutnya dianalisis lebih
lanjut.
2. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah
data dalam beberapa tahap. Data-data yang diperoleh akan dianalisis
sehingga mudah dipahami. Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan
57
Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, h. 175.
41
sebelum peneliti memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah
selesai di lapangan.58
Kegiatan analisis data dalam penelitian kualitatif
terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Reduksi Data
Pada saat atau sesudah data terkumpul maka penulis perlu
melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan proses mengolah
data dari lapangan dengan memilah dan memilih, serta
menyederhanakan data dengan merangkum yang penting sesuai
dengan fokus masalah penelitian.59
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penyajian data laporan yang sudah direduksi dilihat kembali
gambaran secara keseluruhan, sehingga tergambar konteks secara
keseluruhan dan dari situ dapat dilakukan penggalian data kembali.
Penyajian data perlu dilakukan karena menentukan langkah
selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan karena dapat memudahkan
upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.60
c. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan. Data yang telah
diolah dan dipaparkan dalam bentuk teks kemudian dibuatkan
kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk memberikan gambaran
58
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 200. 59
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan (Bandung:
Reifka Aditama, 2012), h. 218 60
Suharsaputra, h. 219.
42
yang jelas mengenai data yang telah didapat. Generalisasi atau
kesimpulan harus berkaitan dengan teori yang mendasari penelitian
yang dilakukan.61
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh Yayasan Kasih Anak Kanker
Indonesia tepatnya di jalan Jl. Percetakan Negara XI No. 129, Cempaka
Putih, Jakarta Pusat, 10570. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni
2017 sampai September 2017 dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
61
Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 375.
No. Jenis
Kegiatan
Tahun 2017
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
1. Penyerahan
Proposal
Skripsi dan
Dosen
Pembimbing
2. Pelaksanaan
Bimbingan
Skrispi
3. Pengumpulan
Literatur
Mengenai
Skripsi
4. Melakukan
Wawancara
dengan
Informan dan
Analisis Data
5. Penyelesaian
Skripsi
6. Penyerahan
Laporan
Skripsi
7. Sidang
Skripsi
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan beberapa hal yang ditemukan pada
saat peneliti melakukan penelitian. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang
profil objek penelitian, hasil dari penelitian serta analisis penelitian.
A. Gambaran Umum Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
1. Sejarah Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
Dibangun atas dasar pengalaman dari para pendiri salah satunya ialah
Ira Soelistyo. Beliau merupakan orang tua dari Aditya Wicaksono, anak
yang menderita leukemia dari tahun 1984. Aditya kemudian menjalani
pengobatan di Belanda namun kambuh sebanyak 4 kali. Setelah
menjalankan transplanasi sel induk pada tahun 2005, Aditya pun kalah
melawan penyakitnya. Ira Soelistyo aktif di bidang sosial dan kesehatan
khususnya kanker sejak tahun 1993.
Berdasarkan pengalaman tersebut, akhirnya Ira Soelistyo berserta
teman-temannya yaitu Pinta Manullang Pangabean dan Aniza M. Santosa
kemudian membangun yayasan kanker yang kemudian diberi nama
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia.62
Yayasan Kasih Anak Kanker
Indonesia atau yang selanjutnya disebut YKAKI (dibaca ye-ka-ki)
didirikan pada 1 November 2006, merupakan organisasi non profit yang
bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam
upaya penanggulangan serta pencegahan kanker pada anak. YKAKI
62
Hasil wawancara dengan Ibu Herni Suherni
44
berkomitmen membantu anak-anak serta orang tua penderita kanker dari
keluarga prasejahtera agar mendapatkan perawatan yang layak seperti
perawatan serta pengobatan terbaik, hak belajar dan bermain.
YKAKI merupakan organisasi sosial yang terdiri dari anak dan orang
tua para penderita kanker dan sukarelawan yang peduli masa depan anak
Indonesia. YKAKI memiliki program antara lain seperti, Rumah Kita
yaitu dengan cara menyediakan sarana tempat tinggal sementara (rumah
singgah) bagi penderita kanker anak serta pendamping yang sedang
melakukan rawat inap ataupun rawat jalan di rumah sakit.
YKAKI bertujuan untuk memberikan hak kepada setiap anak
Indonesia untuk memperoleh pengobatan dan perawatan yang sebaik-
baiknya. Meskipun bantuan berupa finansial dari pemerintah dirasa
cukup sulit, namun Ira bersyukur atas kepedulian yang diberikan
pemerintah dengan pembentukan Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular khususnya Subdirektorat Pengendalian Penyakit Kanker.
Ira pun merelakan rumah pribadinya di daerah Pondok Labu, Jakarta
Selatan untuk dijadikan kantor sekretariat YKAKI. Yang sekarang kantor
pusatnya berada di Gedung YKAKI Jl. Percetakan Negara XI No. 129,
Cempaka Putih, Jakarta Pusat, 10570. Kini YKAKI sudah memiliki 9
cabang di kota besar yang tersebar di seluruh Indonesia antara lain di
kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Riau, Semarang,
Malang dan Manado. Dan saat ini YKAKI memiliki sejumlah mitra kerja
yang membantu YKAKI sampai saat ini.
45
2. Visi dan Misi Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
a. Visi
YKAKI didirikan dengan visi sebagai berikut:
“bahwa setiap anak Indonesia yang menderita kanker berhak
mendapat pengobatan serta perawatan yang sebaik-baiknya, juga hak
belajar maupun hak bermain, walaupun dalam keadaan sakit.”
b. Misi
Adapun misi dari YKAKI adalah sebagai berikut:
1) Mendukung program pemerintah serta melengkapi kegiatan-
kegiatan yang telah dilakuan oleh berbagai organisasi, antara lain
dengan menyediakan rumah singgah, pendidikan, transportasi,
membantu ‘mengejar’ pasien yang tidak melanjutkan pengobatan
serta melaksanakan public education bagi masyarakat umum.
2) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai
kanker pada anak, antara lain kepada dokter-dokter di Puskesmas,
kader-kader PKK, paramedis, dan di sekolah.
3) Menggalang dana serta dukungan dari berbagai piha yang peduli
untu menunjang kegiatan-kegiatan YKAKI.
46
3. Pengurus Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
Tabel 4.1 Kepengurusan YKAKI
4. Program Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
Sebagai yayasan yang bergerak dibidang sosial dan kesehatan
khususnya penyakit kanker, YKAKI memiliki beberapa program untuk
membantu keluarga serta anak penderita kanker. Beberapa program yang
telah dibuat oleh YKAKI antara lain seperti Rumah Kita, Sekolah-ku,
Sosialisasi dan Edukasi dan Transportasi untuk pasien.
a. Rumah Kita
Rumah Kita (rumah singgah) merupakan sarana tempat tinggal
sementara bagi anak penderita kanker berserta pendamping selama
masa perawatan di rumah sakit ataupun rawat jalan. Umumnya pada
masa pengobatan untuk penderita kanker membutuhkan waktu yang
cukup lama, untuk itu peran Rumah Kita sangatlah penting untuk
No. Jabatan Nama
1. Ketua Pembina Prof. (Em.) DR. dr. Iskandar Wahidayat SpA(K)
2. Anggota Pembinaan Sofia Alamudi
Anindita Dwisetyani
3. Pengawas H. Mardi Santosa
4. Ketua Ira Soelistyo
5. Bendahara Hj. Aniza M. Santosa
6. Sektetaris Rini D. Anggraini
Marisa M. Santosa
7. Anggota Pengurus Nugroho Saleh
Abdullah Alamudi
8. Duta YKAKI Rerno Palupi A. Noya
Indra Bekti
Moh. Farhan
9. Penasehat “Sekolah-ku” DR. Seto Mulyadi SPsi, MPsi
10. Koord. “Rumah Kita” Inggrid Lolita
Sri Yulianty
47
menunjang proses pengobatan dan perawatan pasien agar dapat
berjalan terus sampai tuntas.
Rumah Kita merupakan fasilitas beristirahat sementara layaknya
rumah sendiri yang diperuntukan bagi orang tua atau pendamping
ketika anak sedang menjalankan perawatan di rumah sakit. Selain itu
Rumah Kita disiapkan untuk mempermudah perpindahan dari rumah
singgah ke rumah sakit serta sebaliknya untuk anak dan pendamping
yang sedang dalam masa pengobatan, karena sebagian besar lokasi
Rumah Kita (rumah singgah) berdekatan dengan rumah sakit. Anak
dan pendamping dapat menempati Rumah Kita sampai masa
perawatan atau pengobatannya sudah dianggap tuntas dengan
memenuhi beberapa persyaratan. Rumah Kita dikelola secara
bersama-sama oleh orang tua atau pendamping seperti kebersihan
umum, keamanan dan memasak semua dilakukan secara bersama.
YKAKI telah menyediakan sarana rumah singgah yang disebut
Rumah Kita ini sejak tahun 2006. Melalui program @ksi Rp. 10.000,-
yang diadakan pada 1 Juli 2010 akhirnya YKAKI berhasil memiliki
rumah singgah sendiri yang berada di Jl. Percetakan Negara XI no.
10A, Jakarta Pusat dengan kapasitas kurang lebih 28 anak.
Sehubung dengan meningkatnya kebutuhan untuk rumah singgah
di Jakarta, YKAKI membeli sebidang tanah seluas 1.326 m² melalui
KPR dari Bank BNI Syariah. Hal ini bertujuan agar dapat membantu
lebih banyak anak penderita kanker di daerah Jakarta dan sekitarnya.
Pada tahun 2016 YKAKI menerima Hibah Bangun dari Pemda DKI
48
Jakarta berupa bangunan 4 lantai dengan kapasitas untuk 50 anak
bersama pendampingnya.
Selain itu YKAKI juga memiliki rumah singgah di masing-masing
cabangnnya yang tersebar di kota besar seluruh Indonesia, antara lain
Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Manado, Makasar, Riau, Semarang
dan Malang, berikut alamat di masing-masing cabang YKAKI63
:
Tabel 4.2 Cabang Rumah Kita
63
Web Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
49
1) Persyaratan untuk menempati rumah singgah Rumah Kita64
:
a) Pasien anak penderita kanker yang sedang dalam rawat inap atau
rawat jalan di rumah sakit terdekat.
b) Mendaftarkan diri kepada Koordinator Rumah Kita dan
melengkapi persyaratan yang telah ditentukan.
c) Orang tua atau pendamping diharuskan menjaga kebersihan
rumah misalnya seperti; mencuci peralatan makan atau minum,
mencuci sprei yang telah digunakan, menjaga dan merawat
seluruh perlengkapan dan perabotan rumah.
d) Orang tua atau pendamping bersedia menjaga keamanan serta
ketertiban di Rumah Kita dan lingkungan di sekitarnya.
e) Dilarang merokok di dalam Rumah Kita.
f) Memenuhi biaya tinggal sebesar Rp. 5.000,-/hari.
2) Fasilitas yang tersedia di Rumah Kita YKAKI yang terletak di
daerah Jakarta Pusat,antara lain:
a) Ruang kamar, untuk Rumah Kita yang berada di daerah Jakarta
Pusat YKAKI menyediakan 12 kamar yang terdapat di lantai 2
dan 3. Setiap kamar terdiri dari 3 sampai 4 tempat tidur, yang
bila dijumlah tempat tidur yang tersedia di Rumah Kita daerah
Jakarta Pusat kurang lebih ada 50 tempat tidur yang siap dihuni
oleh anak dan pendampingnnya. Untuk kebersihan tempat tidur,
pendamping harus membersihkan sendiri peralatan tidurnya
64
Web Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
50
seperti tempat tidur, sprei, bantal dan lainnya. Ketika ingin
meninggalkan Rumah Kita pun pendamping atau orang tua
harus mencuci terlebih dahulu sprei serta selimut yang telah
mereka pakai selama tinggal di Rumah Kita.
b) Ruang bermain, ruang bermain yang berada di lantai 2 lokasinya
dekat dengan ruang belajar. Dalam ruang bermain terdapat
berbagai macam permainan, antara ian puzzle, lego, mainan
edukasi yang terbuat dari kayu dan lain sebagainya.
c) Ruang belajar, ruang belajar berada di lantai 2, dalam ruang
belajar ini terdiri dari meja belajar dan kursi, yang masing-
masing berjumlah 12. Ruang belajar ini digunakan untuk
melakukan kegiatan Sekolah-ku untuk anak yang kebetulan
sedang beristirahat di Rumah Kita.
d) Ruang konseling, ruang konseling juga berada di lantai 2. Ruang
ini biasa digunakan untuk orang tua atau anak yang ingin
berdiskusi dengan konseller mengenai masalah yang mereka
alami. Pihak YKAKI pun menyediakan konseller sendiri.
e) Ruang musik, ruang musik biasa digunakan untuk melakukan
kegiatan ekstrakulikuler. Selain belajar di Sekolah-ku juga
terdapat berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler salah satunya
ialah musik. Di ruang ini anak bisa bernyanyi, bermain musik
yang diajarkan oleh guru musik profesional yang disediakan
pihak YKAKI.
51
f) Perpustakaan, salah satu fasilitas yang terdapat di Rumah Kita
ialah adanya perpustakaan. Untuk jumlah koleksi pada
perpustakaan Rumah Kita ini sekitar lebih dari 1000 judul buku
yang terdiri dari buku fiksi maupun non fiksi. Buku didapat
melalui sumbangan dari pihak yang berkerjasama dengan
YKAKI baik dari pihak perusahan maupun perorangan. Buku
diseleksi oleh pihak Sekolah-ku, buku dipilih berdasarkan jenis
bacaan yang sesuai untuk anak-anak anak seperti komik, picture
book, ensiklopedi anak dan sebagainya. Beberapa buku nantinya
akan didistribusikan ke beberapa Sekolah-ku yang ada di rumah
sakit. Untuk saat ini buku yang masuk belum diklasifikasikan
berdasarkan kelasnya karena tidak ada tenaga pustakawan di
Sekolah-ku. Jadi buku yang sudah diseleksi akan ditempatkan
sesuai dengan jenis bacaannya misalnya ensiklopedia dengan
ensiklopedia yang lain dan seterusnya. Biasanya perpustakaan
dimanfaatkan saat anak tidak ada aktifitas belajar ataupun
sedang istirahat.
g) Lab komputer, untuk menunjang kegiatan belajar, maka pihak
YKAKI menyediakan lab komputer. Di ruang lab komputer ini
tersedia 6 set komputer berserta beberapa laptop untuk kegiatan
belajar di Sekolah-ku.
h) Aula, untuk aula letaknya berada di lantai dasar dan terbuka.
Terdapat panggung kecil dan beberapa set meja dan kursi di
sekitarnya. Aula ini biasa dipergunakan untuk tepat berkumpul
52
jika ada kunjungan dari pihak luar. Selain itu panggung juga
dipergunakan untuk anak-anak menampilkan sesuatu seperti
menari atau bernyanyi yang dilakukan di perayaan-perayaan
tertentu.
i) Dapur, terletak di lantai dasar bersebrangan dengan panggung.
Dapur sengaja dibuat terbuka karena memang biasa digunakan
oleh orang tua pasien untuk memasak dalam jumlah porsi yang
cukup banyak.
b. Sosialisasi Edukasi
Terlalu banyak kasus keterlambatan dalam mendeteksi penyakit
kanker pada anak. Padahal deteksi dini penyakit kanker pada anak
adalah langkah awal yang sangat menentukan dalam perawatan yang
akan diberikan selanjutnya. Kanker pada anak sebenarnya dapat
disembuhkan bila terdeteksi sejak dini serta memperoleh penanganan
yang tepat.
Dari program Sosialisasi Edukasi, YKAKI berkomitmen untuk
menyebarluaskan informasi mengenai kanker kepada masyarakat.
Dalam program ini YKAKI membantu memfasilitasi narasumber
untuk memberikan edukasi mengenai kanker dengan dukungan para
dokter dan profesional terkait.
1) Tujuan Sosial Edukasi
a) Sosialisasi Edukasi yang diadakan oleh YKAKI ditujukan bagi
masyarakat umum dari berbagai komunitas, seperti sekolah,
53
perusahaan-perusahaan, pabrik, fakultas, kader-kader Tim
Penggerak PKK, Posyandu dan sebagainya.
b) YKAKI menyelenggarakan Seminar Sehari terakreditasi IDI
bagi dokter-dokter Puskesmas di berbagai wilayah atau provinsi
bekerjasama dengan Kantor Dinas Kesehatan Propinsi, Kantor
Tim Penggerak PKK setempat, rumah sakit dan berbagai pihak
yang terkait.
c) YKAKI menyelenggarakan Pelatihan Keperawatan Kanker pada
Anak setiap tahun bekerjasama dengan berbagai pihak yang
terkait dari dalam negeri maupun luar negeri, pelatihan yang
terakreditasi oleh PPNI (Persatuan Perawat National Indonesia
(Indonesian National Nurse Association). Banyaknya kasus
pasien datang dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.
Pelatihan tahunan ini bertujuan membantu meningkatkan
kualitas perawat Indonesia khususnya dalam penanganan anak-
anak yang menderita kanker di Indonesia.
2) Persyaratan untuk mengadakan Sosial Edukasi65
YKAKI bersedia diundang untuk mengisi acara kesehatan
secara khusus memperkenalkan mengenai kanker pada anak
dengan rincian sebagai berikut:
a) Minimum jumlah peserta 150 orang.
65
Web Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
54
b) Terdapat ruang aula atau ruang pertemuan yang dapat
menampung seluruh peserta.
c) Untuk wilayah Jabodetabek tidak dikenakan biaya apapun.
d) Untuk di luar area Jabodetabek dapat diundang dengan
penyediaan akomodasi atau tiket perjalanan bagi narasumber.
c. Transportasi Pasien
Jarak tempuh yang cukup jauh merupakan salah satu kendala dalam
proses pengobatan. Selain menyita banyak waktu, juga menyita cukup
banyak biaya dari keluarga penderita kanker. Jika menggunakan
kendaraan umum ditakutkan penderita kanker anak akan mudah
tertular penyakit lain yang mengakibatkan kegagalan dalam
pengobatan. Karena pada umumnya anak yang sedang menjalankan
pengobatan kemoterapi umumnya memiliki tubuh yang rentan atau
mudah tertular penyakit lain.
Agar upaya pengobatan dapat optimal, YKAKI memiliki program
transportasi pasien. Program dengan fasilitas transportasi khusus
untuk pulang-pergi antara rumah sakit dan Rumah Kita atau pool yang
telah ditentukan. Transportasi pasien diadakan untuk membantu
kelancaran dalam proses pengobatan dan perawatan dapat berjalan
dengan optimal. Fasilitas ini tersedia berkat kerjasama dengan
EXPRESS Group / Taxi EXPRESS.66
66
Brosur Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
55
d. @ksi 10.000
Faktanya kebutuhan fasilitas serta akomodasi bagi anak-anak
penderita kanker di berbagai daerah sangat besar. Untuk menjamin
kelangsungan pelayanan serta bantuan bagi anak yang sedang
menjalankan pengobatan dan perawatan. YKAKI mengajak pihak
perorangan, institusi, perusahaan dan pihak lain untuk bersama
mendukung program @ksi 10.000. @ksi 10.000 merupakan ajakan
kepada masyarakat untuk menyumbang sebesar Rp. 10.000. Dana
yang telah terkumpul digunakan untuk menjamin keberlangsungan
dan ketersediaan tempat tinggal bagi anak-anak yang sedang
menjalani pengobatan kanker.
Awal dilaksanakannya program @ksi pada 18 Februari 2010 yang
didukung oleh berbagai pihak. Berkat program @kasi 10.000 ini
YKAKI telah berhasil memiliki 2 rumah permanen milik YKAKI di
Jl. Percetakan Negara IX no. 10A dengan kapasitas 28 tempat tidur
serta di Jl. Anggrek Neli Murni Blok A110, Jakarta Barat dengan
kapasitas 24 tempat tidur.67
Kemudian sejak awal tahun 2013 diputuskan untuk melanjutkan
program @ksi 10.000 tahap dua. Program ini bertujuan untuk
mendukung pemberdayaan orang tua penderita kanker di daerah untuk
membentuk yayasan afiliasi YKAKI dalam penyediaan akomodasi /
Rumah Kita serta pendidikan / ‘Sekolah-ku’. Hingga pada Juni 2016
YKAKI telah melaksanakan pemberdayaan orang tua penderita
67
Web Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
56
kanker dalam pembentukan yayasan di daerah, penyediaan rumah
singgah dan sarana pendidikan ’Sekolah-ku’ , serta rekrutmen tenaga
pengajar, staf administrasi dan Koordinator di 9 kota, dimana seluruh
biaya operasional sepenuhnya masih dibiayai oleh YKAKI.
Program @ksi 10.000 dilanjutkan kembali untuk meningkatkan
fasilitas Rumah Kita yang terletak di Jakarta, terutama kapasitas
tempat tidur serta sarana bermain untuk anak-anak.
e. Sekolah-Ku
Anak yang menderita kanker dan/atau penyakit kronis lainnya
berhak untuk memperoleh pendidikan termasuk hak bermain
walaupun mereka sedang dalam pengobatan dan perawatan di rumah
sakit. Oleh karena itu,YKAKI memfasilitasi sarana pendidikan anak
penderita kanker melalui program Sekolah-ku yang dibantu oleh
tenaga pengajar yang profesional. Saat ini Sekolah-ku sedang dalam
proses pengurusan Ijin Operasional dari Kemendiknas untuk
penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak-anak yang sedang
dalam perawatan jangka panjang (dengan penyakit kronis) baik di
rumah sakit atau sedang rawat jalan atau di Rumah Kita.
Sekolah-ku disesuaikan seperti sekolah formal pada umumnya di
mana dalam kegiatan belajarnya terdapat jadwal mata pelajaran yang
dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat. Untuk murid di Sekolah-ku
tidak menentu jumlahnya, murid di Sekolah-ku ialah pasien kanker
anak usia pra-sekolah maupun usia sekolah (TK, SD, SMP dan SMA)
yang sedang dirawat di rumah sakit ataupun yang sedang menginap di
57
Rumah Kita. Untuk di rumah sakit, awalnya guru akan mendatangi
bangsal anak satu-persatu kemudian guru akan mencari informasi
mengenai data anak dari orang tua atau pendamping dari pasien
kanker tersebut. Selanjutnya guru akan menawarkan dan menjelaskan
terkait kegiatan Sekolah-ku kepada orang tua atau pendamping,
sekiranya orang tua dan anak setuju untuk mengikuti kegiatan
Sekolah-ku guru akan mencarikan buku pelajaran sesuai kelas dan
kurikulum yang digunakan saat anak belajar di sekolah asalnya.
Sedangkan untuk di Rumah Kita, anak bisa langsung menuju ke ruang
belajar di jam yang sama dengan jam belajar di rumah sakit.
Setiap rumah sakit yang berkerjasama dengan YKAKI sudah
menyediakan ruang sendiri untuk kegiatan belajar atau bermain untuk
anak. Jika ingin belajar anak bisa mengunjungi guru di ruang Sekolah-
ku yang sudah tersedia sesuai jam yang sudah ditentukan yaitu pukul
09:00 sampai 15:00 (istirarat pukul 12:00-13:00). Namun jika anak
tidak memungkinkan untuk berjalan, guru akan menghampiri anak ke
ruang inapnya.
Selain belajar terdapat kegiatan lain yang dilakukan di Sekolah-ku
seperti ekstrakulikuler (khusus di Rumah Kita), bermain, bercerita dan
sebagainya. Jika anak sedang tidak ingin belajar biasanya guru akan
mengajak anak untuk bermain, mendongeng, mewarnai dan
sebagainya. Semua kegiatan tersebut mulai belajar ataupun bermain
nantinya akan dimasukan ke dalam buku penilaian. Nantinya guru
akan berkoordiansi dengan pihak dari sekolah asal anak untuk
58
memberikan laporan serta nilai anak saat anak belajar di Sekolah-ku,
jadi nilai anak selama tidak masuk sekolah dikarenakan sedang
melakukan perawatan atau pengobatan di rumah sakit tidak akan
kosong dan anak tetap bisa melanjutkan materi belajarnya di sekolah
asal.
Kini program Sekolah-ku sudah tersebar di beberapa rumah sakit di
daerah Jakarta seperti di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RS
Fatmawati, RSAB Harapan Kita, RS Pusat Angkatan Darat, serta
tersebar di Rumah Kita yang berada di beberapa kota di Indonesia.
Berikut informasi mengenai lokasi tempat Sekolah-ku berada68
:
Cabang Lokasi Ruang
Jakarta
RUMAH KITA-2, Jln.
Percetakan Negara XI No. 129,
Jakarta Pusat.
RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo
Ruang perawatan
anak,
Hematologi/Onkologi,
Ruang perawatan
Bagian Bedah
Anak/BCH
RS Fatmawati
Bagian Anak, Ruang
Teratai lantai 3
IRNA-A
RSAB Harapan Kita
Ruang Gambir,
Bagian Anak,
Hematologi/Onkologi
Ruang Widuri, Bagian
Bedah Anak
RSPAD Gatot Subroto
68
Web Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
59
Bandung
RUMAH KITA, Jl. Taman Dr.
Curie No.23, Bandung – 40171
RSUP dr. Hasan Sadikin,
Bandung
Surabaya
RUMAH KITA, Jl. Karang
Menjangan No. 5, Surabaya –
60285
RSUP Dr. Sutomo
Manado
RUMAH KITA, Jl. Mogandi
XI No. 15, Malalayang,
Manado
RSUP Prof. R.D. Kandou,
Klinik Estella
Yogyakarta
RUMAH KITA, Jl. Bangau No.
8, Plemburan, Sleman – 55203
RSUP Dr. Sardjito
Ruang Bermain
‘Kepompong’
Makassar
Rumah Singgah ALFAMART
ALFAMIDI, Jl. Perintis
Kemerdekaan VI No. 39,
Tamalanrea
RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo
Riau
Rumah Singgah ALFAMART,
Jl. Kartini 56A, Sumahilang,
Pekanbaru - 28111
RSUD Arifin Ahmad
Semarang
Rumah Singgah ALFAMART,
Jl. Kedungjati No. 6, Semarang
RSUP Dr. Kariadi
Malang
Rumah Singgah ALFAMART,
Jl. Kartini No. 19, Klojen,
Malang – 65111
RSUD Dr. Syaiful Anwar
Tabel 4.3 Lokasi Sekolah-ku di setiap daerah
60
1) Tujuan Sekolah-ku69
a) Memberikan hak belajar pada anak-anak penderita kanker
dan/atau penyakit kronis lainnya yang sedang dalam perawatan
dan pengobatan, sehingga mereka tidak mengalami putus
sekolah.
b) Sekolah-ku didukung oleh tenaga-tenaga pendidikan profesional
(Sarjana Pendidikan, Psikolog) yang melakukan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) seperti layaknya sekolah pada
umumnya.
c) Sekolah-ku menjalin komunikasi dengan sekolah asal siswa
sehingga proses transfer nilai hasil belajar siswa bisa
berlangsung dengan baik.
d) Khusus bagi anak-anak usia balita, pra-TK dan TK, Sekolah-ku
didukung oleh tenaga pengajar PAUD, agar siswa bisa langsung
mengikuti program pendidikan SD bila cukup umur.
e) Sekolah-ku juga membantu orang tua agar bisa beristirahat atau
mengisi waktu dengan kegiatan lain selama anak bersekolah di
Rumah Kita atau rumah sakit.
f) Program Sekolah-ku diberikan secara cuma-cuma atau gratis.
2) Pihak yang terlibat di Sekolah-ku, antara lain:
a) Orang tua dan anak-anak yang sedang dalam pengobatan dan
perawatan di rumah sakit atau yang menginap di Rumah Kita.
69
Brosur Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
61
b) Para dokter serta perawat di ruang perawatan hematologi atau
onkologi.
c) YKAKI sebagai fasilitator dan penyelenggara program Sekolah-
ku.
d) Para donatur, toko buku, perusahaan-perusahaan yang peduli
pada program Sekolah-ku yang menyediakan perlengkapan
belajar, buku-buku bacaan dan lain sebagainya, yang berkaitan
dengan pendidikan atau pendidikan di Sekolah-ku.
e) Tenaga pengajar professional yang direkrut full time oleh
YKAKI. Berikut daftar pengajar yang mengajar di Sekoah-ku:
No. Nama Jabatan
1. Maesyaroh, S. Pd Kepala Sekolah
2. Herni Suherni, S. Mn Wakil Kepala Sekolah
3. Rohanah, S. Pd. I Guru
4. Triandriani, S. Pd Guru
5. Korry, S. Pd Guru
6. Jeaneke, S. Pd Guru
7. Tanti, S. Psi Guru
8. Grace, S. Pd Guru
9. Rama, S. Pd Guru
10. Sri Widiastuti, S.Pd Guru
Tabel 4.4 Pengajar di Sekolah-ku Jakarta
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Informan
Informan yang memberikan data untuk penelitian ini ialah Kepala
Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah yang menjabat di Sekolah-ku. Kedua
informan ini berjenis kelamin perempuan. Pendidikan terakhir kedua
informan ini ialah Strata 1. Walaupun menjabat sebagai kepala sekolah
62
dan wakil kepala sekolah keduanya juga merangkap sebagai guru di
Sekolah-ku. Selanjutnya terdapat 3 orang informan dari orang tua anak
dan 1 penderita kanker anak yang semuanya kebetulan berasal dari
Lampung, yang sedang melakukan pengobatan di Jakarta serta sedang
tinggal di Rumah Kita.
2. Analisis Tema
Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil wawancara peneliti
dengan Ibu Maesyaroh selaku kepala sekolah di Sekolah-ku, Ibu Herni
Suherni selaku wakil kepala sekolah mengenai kegiatan biblioterapi yang
dilakukan di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Pada
pembahasan, peneliti akan mencantumkan data yang telah didapatkan
oleh peneliti yang kemudian akan dibandingkan dengan teori-teori yang
telah dijabarkan di bab 2, setelahnya akan dicantumkan pedapat peneliti
mengenai hasil teori yang telah ada.
3. Penerapan Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak dalam
Program Sekolah-ku di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
(YKAKI)
Sudah sejak lama Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
menyadari bahwa penderita kanker anak yang dirawat di rumah sakit
akan mengalami trauma yang akan menimbulkan berbagai macam
perasaan seperti takut, gelisah, sedih, cemas dan sebagainya. Selain itu,
lamanya masa pengobatan pada penderita kanker juga akan menimbulkan
rasa bosan pada anak yang dirawat. Untuk itu, pihak yayasan berupaya
63
melakukan berbagai cara, seperti Sekolah-ku yang merupakan program
YKAKI di bidang pendidikan yang diperuntukan bagi anak penderita
kanker. Pihak yayasan selalu berupaya agar anak yang menderita kanker
tetap dapat melanjutkan pendidikannya walaupun dalam masa
pengobatan agar mereka tidak mengalami putus sekolah.
YKAKI berkerjasama dengan beberapa rumah sakit di Jakarta dan di
luar Jakarta untuk menjalankan program Sekolah-ku. Murid di Sekolah-
ku sendiri merupakan pasien penderita kanker anak usia pra-sekolah
maupun usia sekolah SD, SMP dan SMA yang di rawat di rumah sakit
ataupun yang sedang menginap di Rumah Kita. Guru yang mengajar di
Sekolah-ku merupakan tenaga pengajar profesional yang berlatar
belakang pendidikan Strata satu (S1). Waktu belajar di Sekolah-ku juga
disesuaikan seperti sekolah formal pada umumnya yaitu setiap hari Senin
sampai Jumat pukul 09:00-15:00. Anak dapat mengunjungi ruang
Sekolah-ku yang sudah tersedia di rumah sakit ataupun Rumah Kita
untuk menerima pelajaran dari para guru Sekolah-ku. Namun tidak
jarang guru akan menghampiri anak ke ruang rawat inap untuk
memberikan materi pelajaran ataupun hanya sekedar mengobrol dengan
anak atau orang tua.
Selain belajar terdapat kegiatan lain yang dilakukan di Sekolah-ku
seperti ekstrakulikuler (khusus di Rumah Kita), bermain, bercerita dan
sebagainya. Jika anak sedang tidak ingin belajar biasanya guru akan
mengajak anak untuk bermain, mewarnai dan tentunya kegiatan
biblioterapi.
64
Banyak cara yang dilakukan untuk mengaplikasikan kegiatan terapi
menggunakan buku atau disebut biblioterapi antara lain seperti, buku
yang dibacakan atau membaca sendiri, bercerita, belajar sambil bermain,
bermain peran dan sebagainya. Dikarenakan murid yang belajar di
Sekolah-ku merupakan anak penderita kanker yang umumnya memiliki
daya tahan tubuh yang lebih lemah dibanding dengan anak normal
seusianya, para pengajar harus melakukan berbagai cara agar anak tetap
mau belajar. Untuk itu para pengajar atau guru selaku yang bertindak
sebagai pencerita menggunakan teknik bercerita untuk mengaplikasikan
kegiatan biblioterapi. Seperti yang diungkapkan bu Maesyaroh pada
peneliti, yaitu:
“…kalau bercerita pasti ada, selalu ada karena selain
mengajar kita juga kalau megnandalkan mengajar tapi
kalau anaknya sakit kan antusiasnya jadi dikit untuk
belajar. Jadi kita untuk menarik anak mau belajar
pastinya melakukan berbagai cara salah satunya bercerita
ini.”70
a. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Biblioterapi
Sebelum melaksanakan biblioterapi tentu diperlukan persiapan agar
kegiatan biblioterapi dapat berjalan dengan semestinya. Hal utama
yang dipersiapkan tentunya bahan bacaan untuk kegiatan biblioterapi.
Bacaan anak yang digunakan untuk biblioterapi di Sekolah-ku ini
diambil dari koleksi perpustakaan yang ada di YKAKI, koleksi
70
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh
65
didapat melalui hibahan dari perusahaan yang bekerjasama dengan
YKAKI. Buku yang didapat kemudian diseleksi yang selanjutnya
didistribusikan ke beberapa Sekolah-ku yang ada di rumah sakit di
Jakarta. Buku ditata sesuai jenis atau genrenya di rak yang sudah
disediakan di ruang Sekolah-ku. Para pengajar di YKAKI juga
melakukan persiapan-persiapan sebelum kegiatan bibliotearapi
dilakukan. Persiapan yang dilakukan meliputi:
1) Guru memahami isi materi pada bacaan anak, untuk memahami isi
materi guru biasanya akan membaca terlebih dahulu buku-buku
bacaan yang nanti akan dibawa untuk dibacakan pada anak, guru
akan membaca pada saat sebelum melakukan kegiatan mengajar
ataupun pada jam kosong.
Guru biasanya akan memilih buku yang bertemakan tentang cerita
binatang, tentang kehidupan sehari-hari ataupun buku dengan tema
kanker. Buku yang memiliki nilai moral yang memiliki nilai baik
maupun buruk. Selain itu guru juga memilih materi bacaan yang
memiliki edukasi seperti cerita tokoh dunia pada ensiklopedia anak.
“Ada kisah teladan gitu, trus ada juga tentang binatang,
juga ada tentang penemu-penemu gitu, kayak tokoh dunia,
seperti penemu listrik, penemu telepon”
“Biasanya yang dibacain beda-beda, kalo kemaren ada
tukang potong kayu yag tamak, terus kemaren ada
binatang siput gitu, tentang karakter yang baik dan buruk
gitu”
66
2) Guru memilih bacaan yang memiliki materi tidak terlalu panjang,
untuk pemilihan buku biasanya guru akan menggunakan buku
bacaan yang tidak terlalu tebal mengingat yang mendengarkan
cerita ialah anak-anak dengan penyakit kanker. Hal tersebut
dibenarkan oleh narasumber,
"Storytelling itu kita ngambilnya yang tipis-tipis kan jadi
cari buku yang lain." 71
"...gak mungkin juga kita bacain yang tebel-tebel."72
3) Guru mempertimbangkan masalah anak, karena yang menjadi
subjek di sini ialah anak penderita kanker untuk itu para guru harus
melihat terlebih dahulu kondisi dari anak, apakah anak
memungkinkan untuk menerima biblioterapi atau tidak. Terlihat
pada saat penelti melakukan observasi, saat anak terlalu lemah
biasanya guru hanya mengajak anak mengobrol ataupun
menawarkan kertas mewarnai. Namun terkadang ada anak yang
memaksa minta untuk dibacakan cerita, kalau sudah begitu
biasanya guru akan tetap membacakan cerita untuk anak tersebut
namun dengan cerita yang sangat sederhana. Seperti yang
dikemukakan bu Maesyaroh kepada penelti:
"...kalau anaknya sakit kan antusiasnya jadi dikit untuk
belajar. Jadi kita untuk menarik anak mau belajar
71
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh 72
Hasil wawancara dengan Ibu Herni Suherni
67
pastinya melakukan berbagai cara salah satunya dengan
mendongeng."73
"Kalau kita kan ngajarnya orang sakit ya, jadi ga semua
fit belajarnya, jadi biasanya suka ngasih pilihan ke anak-
anak mau belajar atau apa, rata-rata mereka kalau lagi
bedrest kan pengennya didongengin gitu, jadi
menceritakan storytelling ke anak-anak tapi yang pasti
tentang storytelling edukasi."74
4) Guru mempertimbangkan kemampuan membaca anak, untuk
mempertimbangkan kemampuan membaca anak guru hanya
menyesuaikan pemilihan materi yang disesuaikan dengan usia anak.
Untuk anak usia PAUD atau TK guru biasanya akan membacakan
cerita tentang kehidupan yang terjadi sehai-hari. Kalau untuk usia
anak di atas itu guru akan membacakan cerita mengenai tokoh
dunia. Seperti yang diungkapkan bu Herni kepada peneliti:
"Paling disesuaikan dengan umurnya anak-anak aja"75
"Untuk tema cerita kita sesuaikan dengan umur anak-anak,
kalau anak usia PAUD atau TK biasanya kita kasih cerita
kehidupan sehari-hari, tentang binatang. Kalau anak yang
lebih besar kita kasih cerita penemu atau tokoh dunia."76
5) Menggunakan bacaan anak yang mengekspresikan perasaan anak,
untuk anak yang baru terdiagnosa kanker ataupun yang ingin
73
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh 74
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh 75
Hasil wawancara dengan Ibu Herni Suherni 76
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh
68
melakukan pengobatan para guru akan memilih bacaan yang
memberikan edukasi kepada anak mengenai kanker. Seperti
contohnya pembacaan buku yang berjudul Kemo Kasper. Seperti
yang diutarakan bu Maesyaroh kepada peneliti:
“…itu buku Kemo Kasper. Iya sering juga biar anak gak
takut di kemo sih. Biasanya itu cerita untuk anak yang
baru terdiagnosa kanker dan mau melakukan pengobatan.
Biar mereka tau kanker itu apa.”
b. Bahan Bacaan yang digunakan untuk Biblioterapi
Bahan bacaan atau buku merupakan unsur terpenting dalam
pelaksanaan biblioterapi. YKAKI sendiri memiliki beberapa judul
bacaan anak yang sering digunakan untuk biblioterapi, antara lain:
No. Judul Buku Pengarang
1. Kemo Kasper Helen Motzeldt
2. Radio Robbie
Mariiane Naafs-
Willstra
3. Kisah Benjamin Kelinci Beatrix Potter
4. My Brother and Sister
Arleen A. dan Ella
E.
5. Maaf Aan Wuandari
6.
Ensiklopedia Amazing
Experiments
7.
Rena Si Putri Duyung Menemukan
Cermin Ajaib Dian Kristiani
8. Petualangan Pinokio
9. Boni Bintitan
10. Who's Tere on the Farm
11. Little Red Riding Hood
12. Cerita Rakyat Lombok
G. Parman dan
Slamet Riyadi
13.
Kalau Besar Nanti Aku Ingin
menjadi Dokter Hewan
14. Tiga Pendongeng Atau-Atau
15. Everyday Life Inovations
Tabel 4.5 Judul buku yang digunakan YKAKI untuk biblioterapi
69
c. Pelaksanaan Biblioterapi
Dalam pelaksaan biblioterapi yang dilakukan di YKAKI
sebenarnya tidak menentu, kadang dalam satu minggu pun bisa full
ada kegiatan bercerita yang dilakukan oleh para guru, namun begitu
tetap yang diutamakan ialah kegiatan belajar karena Sekolah-ku
utamanya merupakan program pendidikan dan bercerita merupakan
kegiatan selingan saat belajar, seperti yang diungkapkan bu
Maesyaroh dan bu Herni sebagai berikut:
“Setiap hari bisa, kan kita ngajarnya ga anak SD, SMP,
SMA aja, jadi anak PAUD pun ada, terus kita bermain
juga terus kemudian kalau anak tidak bisa…maksudnya
bed rest tuh tidak bisa ngapa-ngapain ya kita
storytelling."77
“Terkadang sih, kalo misalnya buat anak kecil seminggu
full, tapi tetap ada belajarnya. Tapi dengan anak yang
berbeda ya, karena kan kalo di rumah sakit paling 3 hari
gitu udah pulang.”78
Pihak guru pun tidak pernah membuat jadwal untuk kegiatan
biblioterapi. Lain halnya dengan kegiatan belajar mengajar di Sekolah-ku
yang memiliki jadwal tetap setiap harinya. Namun, setiap guru yang
mengajar di Rumah Kita ataupun rumah sakit harus tetap melaporkan
kegiatan biblioterapi ke dalam buku laporan kegiatan walaupun kegiatan
tersebut tidak ada dalam jadwal.
77
Hasil wawancara dengan Ibu Herni Suherni 78
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh
70
“Tidak kita rencanakan, karena kita kan juga gak tau hari
ini misalkan ada anak kecil atau tidak, besok juga belum
tentu ada, mungkin dia pulang, mungkin juga dia
pengobatan.”79
Terkadang biblioterapi juga digunakan untuk anak yang tidak ingin
melakukan aktifitas apa-apa dikarenakan kondisi anak yang kurang
memungkinkan untuk banyak bergerak, untuk itu guru pun bercerita di
tempat tidur atau bangsal.
“…kemudian kalau anak tidak bisa maksudnya bed rest
tuh tidak bisa ngapa-ngapain ya kita bacakan cerita untuk
anak.”80
Durasi dalam pelaksanaan bibilioterapi yang dilakukan guru pun
bervariasi tergantung panjang pendeknya cerita yang terdapat dalam
buku. Menurut pengalaman bu Maesyaroh, dalam kurun waktu satu jam
beliau bisa bercerita sebanyak 3 sampai 4 cerita yang berbeda. Pada saat
peneliti melakukan observasi dalam satu kali sesi bercerita guru
memerlukan waktu sekita 15-25 menit tergantung dari panjangnnya
cerita yang dibacakan. Kegiatan bercerita ini dilakukan secara bergantian
dari satu bangsal ke bangsal lain untuk di rumah sakit, sedangkan di
rumah singgah biasanya dilakukan di ruang belajar. Namun terkadang,
ada anak yang ingin terus dibacakan cerita oleh gurunya bahkan dalam 1
sesi bisa sampai 3 cerita untuk anak tersebut.
79
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh 80
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh
71
“Gak sehari sih, sejam bisa 3 sampai 4 cerita yang kita
baca. Jadi kan kita keliling juga ke bangsal-bangsal tiap
kamar jadi kalau ada yang belajar, ya belajar."81
Biblioterapi yang diterapkan di YKAKI menggunakan teknik
mendongeng atau bercerita yang dilakukan oleh guru. Biasanya
biblioterapi dilakukan secara berkelompok ataupun sendiri.
Setelah memilih bahan bacaan anak, langkah selanjutnya ialah guru
akan membawa buku tersebut menggunakan trolley kecil karena
memang cukup banyak buku yang dibawa. Guru akan mengunjungi
anak dari satu ruangan ke ruangan lain. Setelahnya guru akan
menghampiri pasien untuk melakukan pendekatan kepada pasien.
Awalnya guru akan bertanya dengan pertanyaan yang ringan seperti
nama, keadaan, bersama siapa dan sebagainya. Ketika anak sudah
terlihat nyaman dengan keberadaan guru, guru akan melanjutkan
dengan menawarkan untuk bercerita.
Agar anak semakin bersemangat untuk mendengarkan cerita
biasanya para guru akan melakukan motivasi sebelum membacakan
cerita. Motivasi yang dilakukan berupa memperlihatkan buku yang
akan digunakan untuk bercerita dan menggunakan kalimat ajakan
untuk mendengarkan cerita yang akan dibacakan.
“…kadang kita ada pemberian motivasi ke anak agar
mereka mau mendengarkan cerita kayak “ibu mau cerita
81
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh
72
nih” sambil ngeliatin buku ceritanya ke anak-anak.”82
(Informan M)
Jika anak tidak menolak guru akan menawarkan beberapa buku
bacaan agar anak bisa memilih ingin dibacakan cerita apa, ketika anak
memilih bukunya guru akan melanjutkan untuk membaca cerita.
Guru membacakan cerita dengan intonasi yang jelas, tidak terlalu
cepat ataupun lambat saat bercerita. Penyampaian cerita oleh guru
terhadap anak sangat menarik, sehingga membuat anak menjadi
antusias dan menyimak saat guru bercerita. Saat bercerita terkadang
guru bertanya mengenai gambar yang terdapat di buku.
Setelah guru selesai membacakan cerita, selanjutnya dilakukan
diskusi mengenai cerita yang sudah dibacakan sebelumnya. Diskusi
dilakukan dengan cara tanya jawab seputar cerita yang tadi telah
dibacakan.
”Kalau biasanya saya bercerita, setelah menceritakan
kita nanya lagi sama anak-anaknya ngobrol lagi tentang
apa yang tadi diceritain. Kadang kita bacain ulang agar
anak paham isi ceritanya.”83
Setelahnya guru melakukan penilaian atau evaluasi terhadap
perilaku anak selama kegiatan biblioterapi berlangsung. Yang
termasuk dalam penilaian guru ialah motorik halus yaitu kemampuan
anak dalam menggerakan otot halus penilaian ini seperti kemampuan
anak menulis, mewarnai, membuka buku dan lainnya, motorik kasar
82
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh 83
Hasil wawancara dengan Ibu Herni Suherni
73
yaitu kemampuan anak meggunakan otot kasar seperti menggerakan
tubuh, berjalan dan sebagainya, penilaian kognitif yaitu
perkembangan pengetahuan anak. Penilaian tersebut nantinya juga
akan dimasukan ke dalam buku laporan yang disusun oleh masing-
masing guru di setiap Sekolah-ku yang ada di Rumah Kita ataupun
rumah sakit yang ikut berkerjasama dengan YKAKI. Penilaian ini
juga nantinya akan mempermudah guru untuk melanjutkan materi
belajar pada anak.
Setelah selesai melakukan penilaian, anak dipersilahkan untuk
bermain. Biasanya guru akan memberikan buku gambar berserta
pensil warna untuk anak dan mempersilahkan anak untuk
menggambar ataupun mewarnai.
4. Dampak Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak di Yayasan
Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
a. Ekspresi Anak setelah Medapatkan biblioterapi
Setelah anak mendapatkan tindakan biblioterapi anak terlihat
senang, terlihat dari raut wajah anak yang tersenyum. Untuk anak
yang sebelumnya terlihat lesu atau murung, setelah mendengarkan
cerita yang disampaikan guru anak bisa tersenyum dan bisa
berinteraksi lebih terbuka dengan guru. Selain itu antusiasme anak
untuk mendengarkan cerita semakin tinggi dan anak jadi ingin
meminjam buku yang sebelumnya telah dibacakan oleh guru untuk
74
kemudian dibacakan lagi oleh orang tua mereka. Seperti yang
diungkapkan oleh informan:
"Mereka keliatan seneng ya, senyum gitu soalnya. Terus
yang badmood biasanya ceria lagi. Terus karena kita
ceritain mereka jadi mau pinjem bukunya.”84
"Seneng sih. Karena kadang mereka yang minta,sampe ga
1 buku, bisa 2 sampai 3 buku, kan kalau storytelling itu
kita ngambilnya yang tipis-tipis kan jadi cari buku yang
lain. Kemaren aja aku sampe 3 buku, mereka pengen
didongengin “bacain bu” gitu."85
“Seneng sih pastinya, gara-gara diceritain sama bu
gurunya tuh dia jadi suka minta dibacain carita sama
saya. Apa lagi kalo mau tidur, kalo anak segitu kan
biasanya suka mainan gadget tuh ya, nah itu saya akalin
aja “udah taro tuh hp-nya mama bacain buku” kata saya,
langsung deh tuh anak udah “ma ceritain ma, ceritain”
dia sendiri itu yang minta, iya kalo mau tidur. Justru
dianya yang minta.”86
b. Manfaat Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak
Biblioterapi dengan teknik mendongeng telah dianggap sebagai
salah satu upaya dalam menghilangkan kebosanaan saat anak sedang
melakukan perawatan di rumah sakit. Begitu menurut tanggapan bu
84
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh 85
Hasil wawancara dengan Ibu Herni Suherni 86
Hasil wawancara dengan Ibu Sapta Damayanti
75
Maesyaroh selaku kepala sekolah di YKAKI mengenai tujuan
biblioterapi adalah sebagai berikut:
“Agar anak ga bete di rumah sakit, jadi kalo anak-anak
kecil kan mereka lebih antusias ke mendongeng ketimbang
belajar.”87
Untuk anak yang baru terdiagnosa kanker, biblioterapi digunakan
sebagai pengenalan pada anak mengenai penyakit kanker yang
dideritanya. Contohnya ialah pembacaan buku Kemo Cespher dan
Radio Robbie yang isinya mengenai apa itu penyakit kanker,
bagaimana sel jahat menyerang tubuh serta bagaimana penyembuhan
dengan kemoterapi atau radioterapi. Seperti yang diungkapkan
beberapa informan, yaitu:
“Iya sering juga biar anak gak takut di kemo sih.
Biasanya itu cerita untuk anak yang baru terdiagnosa
kanker dan mau melakukan pengobatan. Biar mereka tau
kanker itu apa. Terus karena kemo itu sakit jadi biar gak
takut di kemo juga merekanya. Tapi untuk anak yang udah
beberapa kali di kemo udah biasa sih.”88
“Iya pernah, dia justru malah tanggap. Maksudnya gini,
ada gambarnya tuh kan di buku itu ngasih tau kalo abis
kemo nih rambutnya rontok. Kan bukunya itu bahasanya
beda ya,bahasanya yang gampang dingertiin sama
anak,tapi dia ngerti dia udah tau mahalah diceritain
87
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh 88
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh
76
“saya sakit kanker loh” katanya gitu. Tapi kanker itu apa
dia belum tau sih, Cuma dia Cuma tau kata kanker aja
gitu, artinya dia belum tau.”89
“Emm… cerita anak sakit terus kemonya nyembuhin sakit.
Terus kalo rontok rambutnya gapapa soalnya itu gara-
gara kemonya.”90
Biblioterapi yang dilakukan YKAKI juga digunakan sebagai
pengalihan rasa sakit pada anak yang sedang diinfus atau diambil
darahnya. para guru akan bercerita saat anak sedang dilakukan
tindakan. Anak akan terus mendengarkan guru yang bercerita
sedangkan tim medis akan melakukan tugasnya untuk menginfus atau
mengambil darah anak. Seperti yang diungkapkan bu Maesyaroh pada
peneliti, yaitu:
“Pernah, Cuma kalau sering atau tidaknya saya gak tau
ya. Tapi kadang kita cerita untuk ngalihin dia dari jarum
suntik, biar gak sadar kalau mereka sedang diinfus atau
disutik. Malah kadang pasien itu maunya kita temenin ke
ruang tindakan untuk diambil darahnya. Mereka malah
gak mau sama dokter atau suster gitu.”91
Saking dekatnya hubungan anak dengan para guru di YKAKI, anak
pun lebih memilih ditemain guru ketimbang suster saat di rumah sakit.
Karena terkadang anak masih takut dengan keberadaan suster maupun
dokter.
89
Hasil wawancara dengan Ibu Sapta Damayanti 90
Hasil wawancara dengan Habib 91
Hasil wawancara dengan Ibu Maesyaroh
77
C. Pembahasan
Di sini peneliti akan menyajikan interprestasi dari hasil penelitian yang
telah dipaparkan sebelumnya. Peneliti mengidentifikasi kegiatan biblioterapi
yang dilakukan YKAKI dengan melakukan observasi, wawancara serta
dokumentasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
1. Penerapan Biblioterapi dalam Program Sekolah-ku di Yayasan
Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
Kegiatan biblioterapi yang dilaksanakan di YKAKI dilakukan dengan
cara membacakan cerita kepada anak. Di sini para guru yang berperan
sebagai pendongeng. Biblioterapi yang dilakukan secara individu
dilaksanakan dengan cara guru menghampiri bangsal satu persatu yang
kemudian membacakan cerita untuk anak yang berbaring di bangsal. Hal
ini dilakukan karena anak memiliki kondisi fisik yang cukup lemah atau
anak perlu istirahat total setelah mendapatkan pengobatan. Selain itu,
biblioterapi dilakukan secara kelompok yang biasanya dilakukan di ruang
belajar ataupun ruang Sekolah-ku yang berada di rumah sakit atau
Rumah Kita.
a. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Biblioterapi
Sebelum melakukan kegiatan biblioterapi, guru hendaknya
mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk malaksanakan
biblioterapi. Hal yang utama untuk dipersiapkan tentunya ialah bacaan
untuk biblioterapi. Buku yang digunakan ialah buku bacaan anak yang
telah disleksi di perpustakaan YKAKI yang kemudian beberapa buku
tersebut didistribusikan ke Sekolah-ku yang ada di beberapa rumah
78
sakit di Jakarta. Sekolah-ku hanya memiliki 2 buku bacaan anak yang
berkaitan dengan kanker. Dikarenakan kurangnya materi bacaan anak
yang berkaitan tentang kanker, guru mensiasatinya dengan
menggunakaan bacaan anak yang sudah tersedia sebelumnya.
Guru hendaknya memahami terlebih dahulu materi bacaan yang
akan dibacakan untuk anak. Guru terlebih dahulu membaca beberapa
buku yang nantinya akan dibacakan untuk anak. Untuk materi bacaan
yang digunakan biasanya guru menggunakan buku cerita yang
memiliki nilai moral atau yang memiliki nilai baik maupun buruk.
Selain itu guru akan memilih materi bacaan yang memiliki nilai
edukasi seperti cerita tokoh dunia yang terdapat pada buku
ensiklopedia anak. Sebisa mungkin guru juga tidak memilih buku
yang memiliki cerita yang terlalu panjang dan alurnya yang berbelit.
Tidak hanya buku, guru harus mengetahui usia anak yang nantinya
akan dibacakan cerita, biasanya guru akan memilih buku yang
menceritakan kisah teladan namun isi ceritanya harus disesuaikan
dengan usia anak. Untuk anak usia 3-6 tahun guru akan memilih cerita
dengan tema kehidupan sehari-hari atau cerita tentang binatang.
Sedangkan untuk anak di atas usia tersebut biasanya akan dibacakan
cerita mengenai tokoh penemu dunia. Selain dari ceritanya yang
menarik biasanya guru akan memilih buku dengan ilustrasi yang
menarik, hal ini bertujuan untuk menarik minat anak agar
memperhatikan saat guru mulai membacakan cerita. Dikarenakan
anak yang akan menerima biblioterapi ialah anak yang mengidap
79
penyakit kanker, yang perlu diperhatikan oleh guru ialah kondisi anak
apakah anak mampu menerima biblioterapi atau tidak.
Menurut prinsip-prinsip yang dikemukakan menurut Pardeck &
Pardeck (1984, 1986) dan Rubin (1978) yang dikutip oleh Herlina92
bahwa orang yang membantu kegiatan biblioterapi haruslah
menggunakan materi bacaan yang dipahami, orang yang membantu
harus menyadari panjang materi bacaan, pertimbangkan masalah
penderita, penggunaan materi bacaan yangs dapat diaplikasikan
terhadap masalah namun tidak harus identik, kemampuan membaca
penderita harus diketahui karena hal ini dapat dijadikan arahan dalam
memilih materi, kondisi emosional dan usia penderita harus
diperhatikan serta menggunakan bacaan yang mengekspresikan
perasaan anak.
Dari hasil penelitian serta teori di atas, penulis berpendapat bahwa
YKAKI sudah menerapkan prinsip biblioterapi dalam praktiknya.
Namun perlu diperhatikan dalam mempersiapkan biblioterapi seperti
penggunaan materi bacaan, YKAKI lebih sering menggunakan materi
dengan tema sehari-hari ataupun mengenai tokoh-tokoh penemu dunia,
seharusnya YKAKI menyediakan lebih banyak buku yang bertemakan
kanker ataupun motivasi dalam pelaksanaan biblioterapi. Penggunaan
materi ini bertujuan agar anak khususnya penderita kanker dapat
mengetahui apa penyakit kanker, bagaimana cara mengobatinya dan
anak dapat termotivasi untuk sembuh. Penulis melihat pihak guru di
92
Herlina, Biblioterapi: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku, h. 94.
80
Sekolah-ku hanya memiliki 2 judul buku yang bertemakan kanker.
Hal ini dikarenakan masih sangat jarang buku bacaan anak dengan
tema kanker yang dipublikasikan di Indonesia. Namun begitu guru
mensiasati dengan menggunakan buku yang memiliki nilai moral agar
anak mampu mengambil nilai-nilai positif yang terdapat dalam cerita.
b. Bahan Bacaan yang digunakan untuk Biblioterapi
Dari beberapa contoh buku yang digunakan guru untuk kegiatan
biblioterapi hanya 2 judul buku yang berkaitan dengan kanker.
Selebihnya ialah buku anak dengan tema cerita fable (cerita haewan),
cerita dengan tema kehidupan sehari-hari dan beberapa ensiklopedia
anak.
Menurut Ida Farida dan Tety Elida dalam penelitiannya yang
berjudul Please Tell a Story for Me Again!: Bibliotherapy for
hospitalized children with cancer93
, sejauh ini cukup jarang buku
dengan tema kanker yang dipublikasikan di Indonesia, untuk itu
mereka memanfaatkan bahan bacaan anak untuk kegiatan biblioterapi
dengan berbagai tema dan dibacakan secara teratur kepada penderita
kanker anak.
Berdasarkan hasil ulasan penelitian dan teori yang ada, peneliti
berpendapat bahwa penggunaan bacaan anak yang tidak signifikan
sesuai dengan masalah anak (tentang kanker) pun tetap dapat
digunakan untuk kegiatan biblioterapi pada penderita kanker anak.
93
Farida dan Elida, “Please Tell a Story for Me Again!: Bibliotherapy for hospitalized
children with cancer.”
81
Terlebih koleksi anak yang bertemakan kanker masih cukup sulit
ditemukan.
c. Pelaksanaan Biblioterapi
Frekuensi kegiatan biblioterapi yang dilakukan oleh para guru ini
tidak menentu mengingat kegiatan utama dari program Sekolah-ku
ialah belajar layaknya di sekolah formal pada umumnya. Namun
menurut informan, kegiatan bercerita ini cukup sering dilakukan
terlebih saat kondisi anak sedang tidak memungkinkan untuk
menerima pelajaran. Berbeda dengan kegiatan belajar, biblioterapi
tidak memiliki jadwal pasti untuk pelaksanaannya. Untuk durasinya
sendiri disesuaikan dengan materi yang ada dalam buku. Jika buku
memiliki cerita yang panjang tentunya akan menghabiskan waktu
cukup lama, begitupun sebaliknya.
Menurut Shechtman dalam bukunya yang berjudul Treating Child
and Adolescent Aggression Through Bibliotherapy94
, biblioterapi
merupakan penggunaan literatur dengan tujuan terapi, biblioterapi
dapat disampaikan dengan beberapa cara termasuk mendengarkan
cerita, medengarkan puisi, menoton film serta melihat dokumetasi
atau foto-foto. Sedangkan menurut Susanti Agustina dalam
seminarnya dengan tema Konsep Biblioterapi dalam Library Science95
mengemukakan bahwa buku merupakan media yang praktis
digunakan dan sangat terjangkau untuk media terapi, maka terapi
94
Zipora Shechtman, “Treating Child and Adolescent Aggression Through Bibliotherapy,”
Springer Science, 2009, h. ix, https://www.researchgate.net/. Diakses pada 15 September 2017. 95
Agustina, “Konsep Biblioterapi dalam Library Science,” h.14.
82
menggunaan buku ataupun biblioterapi sangat efektif dikenalkan
melalui metode berkisah atau bercerita. Selanjutnya untuk pelaku
yang melakukan kegiatan bibliterapi sebagaimana yang di kemukakan
Howie (1988) yang dikutip oleh Susanti Agustina96
, bahwa terapi
membaca yang mengacu pada biblioterapi maupun terapi puisi/prosa
serta sastra dapat melibatkan pekerja profesional di institusi
pendidikan, medis, psikolog, guru, psikiater, pustakawa serta pekerja
sosial lainnya.
Berdasarkan hasil ulasan penelitian dan teori yang ada, peneliti
berpendapat bahwa biblioterapi sudah diterapkan di Sekolah-ku yang
merupakan salah satu program pendidikan yang didirikan oleh
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), sebab pada
dasarnya bercerita juga merupakan salah satu penyampaian
biblioterapi di mana dalam bercerita tersebut guru menggunakan buku
sebagai media untuk bercerita. Untuk orang yang terlibat dalam
pelaksaan biblioterapi ialah para pengajar atau guru dari Sekolah-ku
hal tersebut juga sudah sesuai dengan teori yang ada di mana
biblioterapi melibatkan pekerja sosial salah satunya ialah guru.
Agar biblioterapi dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan
semestinya, bibllioterapi haruslah dilakukan sesuai dengan tahapan
yang ada. YKAKI dalam penerapannya terdapat beberapa tahapan
yang dilakukan dalam pelaksanaan biblioterapi. Setelah pemilihan
buku, setelahnya guru melakukan tindakan motivasi kepada anak.
96
Agustina, h.14.
83
Motivasi ini dilakukan agar anak lebih bersemangat untuk
mendengarkan cerita yang nantinya akan dibacakan oleh guru. Setelah
pemberian motivasi dirasa cukup, selanjutnya guru akan langsung
membacakan cerita untuk anak, penyampaian cerita yang dibacakan
oleh guru sangatlah jelas dengan penekanan intonasi yang baik
sehingga anak dengan antusias mendengarkan cerita yang sedang
dibacakan oleh guru. Kemudian guru mengajak anak berdiskusi
mengenai cerita yang sudah dibacakan biasanya dengan cara tanya
jawab seputar cerita yang sudah dibacakan. Terkadang guru juga
mengulang inti cerita agar anak dapat memahami nilai dari cerita
tersebut. Selanjutnya guru akan melakukan penilaian terhadap
perilaku serta sikap anak saat biblioterapi berlangsung dan setelah
biblioterapi selesaidilaksanakan. Setelah penilaian dilakukan anak
dipersilahkan untuk bermain, biasanya guru akan menyuruh anak
untuk mewarnai atau menggambar namun jika anak tidak ingin, anak
biasanya dipersilahkan untuk melakukan kegiatan lain.
Menurut Forgan dalam tulisannya yang berjudul Using
Bibliotherapy to Teach Problem Solving97
terdapat beberapa tahapan
dalam penerapan biblioterapi yang baik, antara lain tahap pra
membaca (prereading) yang terdiri dari 2 unsur yaitu pemilihan
bacaan serta melibatkan latar belakang pengetahuan anak, selanjutnya
tahap membaca terpadu (guided reading), tahap diskusi pembahasan
97
James W. Forgan, “Using Bibliotherapy to Teach Problem Solving,” Hammill Institute
on Disabilities, Intervention in School and Clinic, Vol. 38, No. 2 (November 2002): h. 76-97.,
http://isc.sagepub.com/cgi/content/abstract/38/2/75.
84
(postreading discussion), yang terakhir ialah tahap penyelesaian
masalah (problem solving).
Berdasarkan hasil ulasan penelitian dan teori yang ada, peneliti
berpendapat bahwa tahapan biblioterapi yang dilakukan oleh guru
Sekolah-ku belum sepenuhnya diterapkan. Sebab biblioterapi haruslah
diterapkan sesuai dengan tahapan yang ada agar dapat memerikan
manfaat bagi anak. Menurut peneliti, sebaiknya dalam penerapan
biblioterapi guru Sekolah-ku haruslah mendiskusikan mengenai
pemecahan masalah terkait dengan cerita yang ada di dalam materi
bacaan.
2. Dampak Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak di Yayasan
Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
a. Ekspresi Anak setelah Medapatkan biblioterapi
Sejauh ini kegiatan biblioterapi yang dilakukan oleh guru Sekolah-
ku telah efektif untuk menghibur anak. Bibliolterapi dapat membuat
anak senang, anak terlihat tersenyum mendengar cerita yang sedang
dibacakan oleh guru.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ida Farida dan Tety Elida
yang berjudul Please Tell a Story for Me Again!: Bibliotherapy for
hospitalized children with cancer98
yang menyatakan biblioterapi
memberikan dampak positif kepada anak seperti memberikan
98
Farida dan Elida, “Please Tell a Story for Me Again!: Bibliotherapy for hospitalized
children with cancer.”
85
kebahagiaan untuk anak, membuat anak tersenyum dan menyukai
cerita yang dibacakan.
b. Manfaat Biblioterapi untuk Penderita Kanker Anak
Bibilioterapi yang diterapkan di YKAKI di maksud untuk kegiatan
selingan saat belajar saat anak sedang dalam keadaan yang kurang
memungkinkan untuk menerima materi pelajaran. Biblioterapi juga
bermanfaat untuk menghibur di saat anak merasa bosan saat sedang
menjalankan pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Untuk anak
yang baru terdiagnosa penyakit kanker biblioterapi digunakan kepada
anak sebagai pengenalan serta cara penyembuhan terhadap penyakit
kanker yang dideritanya. Tentunya pengenalan ini dengan buku cerita
bergambar (picture book) yang menggunakan ilustrasi yang
menyenangkan dan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti
untuk anak-anak. Contoh buku yang digunakan untuk biblioterapi ini
ialah Kemo Kasper dan Radio Robbie. Bibilioterapi juga digunakan
saat anak sedang mendapatkan tindakan, tindakan yang di maksud
adalah saat pengambilan darah ataupun sedang diinfus. Guru akan
membacakan cerita kepada anak saat anak sedang diinfus oleh suster.
Menurut Lasa dalam buku yang berjudul Kamus Kepustakawanan
Indonesia99
, mengungkapkan bahwa biblioterapi sebagai usaha untuk
meringankan dan mengurangi penderitaan pasien yang sakit jasmani
maupun rohani dengan cara memberikan bacaan-bacaan agama,
kejiwaan maupun bacaan ringan. Menurut Herlina biblioterapi juga
99
Lasa HS, Kamus Kepustakawanan Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2009), h. 49.
86
mampu membantu pederita mendapatkan pengertian (insight) tentang
masalah serta memberikan teknik relaksasi dan pengalihan.100
Berdasarkan hasil ulasan penelitian dan teori yang ada, peneliti
berpendapat bahwa biblioterapi yang dilaksanakan oleh YKAKI sudah
memberikan manfaat yang positif untuk penderita kanker anak.
Manfaat tersebut berupa penghibur di saat anak sedang bosan,
mengalihkan rasa sakit saat anak sedang mendapatkan tidakan, ini
dilakukan agar anak dapat mengalihkan perhatiannya sehingga anak
lebih memperhatikan guru yang sedang membacakan cerita untuk
mereka. Serta mendapatkan pengertian mengenai penyakit kanker dan
cara pengobatannya. Hal tersebut sangat berpengaruh pada anak agar
nantinya anak tidak takut saat melakukan kemoterapi atau radioterapi.
Dari penjabaran tersebut menurut peneliti biblioterapi yang dilakukan
YKAKI sudah memberikan manfaat untuk penderita kanker anak.
100
Herlina, Biblioterapi: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku, h. 90.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya,
serta pada hasil penelitian dan analisis data, terkait dengan penerapan dan
manfaat biblioterapi untuk penderita kanker anak. Maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa biblioterapi yang diterapkan di Yayasan Kasih Anak Kanker
Indonesia di program Sekolah-ku belum dilaksanakan sepenuhnya sesuai
dengan teori yang dijabarkan Forgan. Berikut kegiatan biblioterapi yang
diterapkan oleh guru Sekolah-ku, antara lain;
Untuk persiapan, tahapan yang dilaksanakan antara lain; memahami
materi bacaan anak dengan cara membaca terlebih dahulu buku bacaan
yang nantinya akan dibacakan kepada anak. Memilih bacaan anak yang
memiliki materi tidak terlalu panjang. Mempertimbangkan masalah anak
dengan melihat kondisi anak apakah anak mampu menerima biblioterapi
atau tidak, mempertimbangkan kemampuan membaca anak dengan
memilih materi bacaan yang disesuaikan dengan anak, untuk anak usia 3-
7 tahun guru akan menggunakan materi bacaan dengan tema sehari-hari,
sedangkan untuk anak di atas usia tersebut guru menggunakan bacaan
dengan tema pengetahuan seperti tokoh penemu dunia. Serta
menggunakan bacaan yang sesuai dengan masalah anak dengan
menggunakan buku yang bertemakan kanker, YKAKI sendiri memiliki 2
88
judul buku yang berkaitan dengan kanker yaitu Radio Robbie dan Kemo
Kasper.
Untuk pelaksanaan biblioterapi guru melakukan beberapa tahapan antara
lain; Pemilihan bahan bacaan. Guru memilih bacaan yang sederhana agar
anak mampu mencerna isi dari materi yang nantinya akan dibacakan oleh
guru. Pemilihan bacaan umumnya disesuaikan dengan usia anak.
Selanjutnya kegiatan motivasi. Motivasi bertujuan agar anak lebih
semangat untuk mengikuti kegiatan biblioterapi. Pembacaan cerita, para
guru membacakan cerita dengan ekspresif sehingga anak antusias
mendengarkan ceritanya. Diskusi pembahasan, diskusi dilakukan dengan
cara tanya jawab seputar cerita yang tadi telah dibacakan atau bisa juga
dengan mengulang inti cerita. Yang terakhir adalah evaluasi, guru
melakukan penilaian terhadap perilaku anak selama kegiatan biblioterapi
berlangsung. Penilaian tersebut berupa penilaian motorik halus yaitu
kemampuan anak dalam menggerakan otot halus penilaian ini seperti
kemampuan anak menulis, mewarnai, membuka buku dan lainnya,
motorik kasar yaitu kemampuan anak meggunakan otot kasar seperti
menggerakan tubuh, berjalan dan sebagainya, penilaian kognitif yaitu
perkembangan pengetahuan anak. Nantinya penilaian tersebut akan
dimasukan ke dalam buku laporan yang disusun oleh masing-masing guru
di setiap rumah sakit ataupun rumah singgah yang ikut berkerjasama
dengan YKAKI. Setelah penilaian dilakukan anak dipersilahkan untuk
bermain, menggambar aaupun mewarnai.
89
Dari tahapan berikut, ada beberapa tahapan yang belum dilaksanakan oleh
guru di Sekolah-ku. Tahapan yang belum dilaksanakan ialah pemecahan
masalah dalam cerita, padahal tahapan ini sangat perlu untuk dilakukan
agar anak dapat mengetahui pemecahan masalah yang sesuai untuk
masalah dalam cerita tersebut.
2. Biblioterapi memberikan dampak positif pada mental penderita kanker
anak. Seperti ekspresi anak yang terlihat senang dan bisa tersenyum.
Selain itu biblioterapi bermanfaat untuk menghilangkan rasa bosan saat
anak menjalankan pengobatan atau perawatan di rumah sakit, anak bisa
melupakan sejenak sakit yang mereka derita, anak lebih terbuka kepada
guru, pengalihan rasa sakit pada anak, serta meningkatkan minat baca
anak. Selain itu memberikan edukasi kepada anak mengenai penyakit
kanker yang dideritanya.
B. Saran
Dari hasil penelitian serta kesimpulan di atas, penulis mengajukan
beberapa saran yang bisa dijadikan pertimbangan bagi YKAKI khususnya
dari program Sekolah-ku mengenai penerapan bibloterapi, antara lain:
1. Guru hendaknya menambahkan bahan bacaan anak yang berkaitan dengan
kanker mengingat YKAKI hanya memiliki 2 judul bacaan anak yang
berkaitan dengan kanker.
2. Perlu dilakukannya diskusi antara guru Sekolah-ku dengan para orang tua
untuk mengetahui buku kesukaan anak, agar guru dapat membacakan
cerita sesuai dengan kesukaan anak.
90
3. Guru hendaknya membacakan cerita yang berkaitan dengan motivasi, agar
anak dapat termotivasi untuk sembuh dari penyakitnya.
4. Guru sebaiknya melakukan tahapan pemecahan masalah dalam penerapan
biblioterapi agar anak dapat mengetahui pemecahan masalah dalam cerita
yang dibacakan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Susanti. “Konsep Biblioterapi dalam Library Science.” dipresentasikan
pada Seminar Biblioterapi, Surakarta, 10 Maret 2015.
———. “Perpustakaan sebagai Wahana Terapi yang Ramah Disabilitas:
Implementasi Biblioterapi di Perpustakaan Lingkungan Pendidikan,”
EduLib, Vol. 1 (November 2014).
Aiex, Nola Kortner. “Bibliotherapy.” ERIC Digest, 1993.
https://eric.ed.gov/?id=ED357333.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
A’yunin, Nadia Amelia Qurrota. “Biblioterapi: Alternatif Layanan Referensi di
Perpustakaan Rumah Sakit,” Al-Kuttab, 4 (2017).
Bohning, Gerry. “Bibliotherapy: Fitting the Resources Together,” The Elementary
School Journal, Vol. 82 (November 1981).
http://www.jstor.org/stable/1001456.
Bunanta, Murti. Buku, Mendongeng dan Membaca. Jakarta: Pustaka Tangga, 2004.
Clarke, Jean M. Reading Therapy. London: Library Association Publishing, 1990.
Danial, Endang, dan Nanan Wasriah. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2009.
Devi, Noviana. “Metode Biblioterapi dan Diskusi Dilema Moral untuk
Pengembangan Karakter Tanggungjawab,” Jurnal Psikologi, Vol. 41 (Juni
2014).
Eliasa, Eva Imania. “Bibliotherapy as a Method of Meaningful Treatment:
Biblioterapi sebagai sebuah Metode Tindakan yang Bermakna.”
Universitas Negeri Yogyakarta, 2007.
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjTu9zdvcPXAhWJW7wKHRH4DeM
QFggnMAA&url=http%3A%2F%2Fstaffnew.uny.ac.id%2Fupload%2F13
2318571%2Fpenelitian%2FMicrosoft%2BWord%2B-
%2BBIBLIOTHERAPY%2BAS%2BA%2BMETHOD%2BOF%2BMEA
NINGFUL%2BTREATMENT.pdf&usg=AOvVaw2U0uJZNHmJbJWioo
mCyLNs.
92
Emzir. Analisis Data : Metodologi Penelitan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
Endraswara, Suwardi. Metode Pengajaran Presiasi Sastra. Yogyakarta: Radhita
Buana, 2002.
Farida, Ida, dan Tety Elida. “Please Tell a Story for Me Again!: Bibliotherapy for
hospitalized children with cancer.” Singapura, 2017.
Forgan, James W. “Using Bibliotherapy to Teach Problem Solving.” Hammill
Institute on Disabilities, Intervention in School and Clinic, Vol. 38, No. 2
(November 2002). http://isc.sagepub.com/cgi/content/abstract/38/2/75.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Herlina. Biblioterapi: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku.
Bandung: Pustaka Cendikia Utama, 2013.
Kementrian Kesehatan R.I. Pedoman Penemuan Dini Kanker pada Anak. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI, 2011.
Kurniawan, Heru. Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Lasa HS. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2009.
Levine-Clark, Michael, dan Toni M. Carter. ALA Glossary of Library and
Information Science, Fourth Edition. Chicago: American Library
Association, n.d.
Lubis, Namora Lumongga. Dukungan Sosial pada Kanker,Perlukah? Medan:
USU Press, n.d.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Nurgiyantoro, Burhan. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2010.
Oppenheimer, C. Use of Bibliotherapy as a Adjektive Therapy with Bereaved
Children : a Grand Proposal. Long Beach: California State University,
2010.
93
Pehrsson, Dale Elizabeth, dan Paula McMillen. “Bibliotherapy: Overview and
Implications for Counselors,” Professional Counseling Digest, 2007.
https://www.counseling.org/resources/library/ACA%20Digests/ACAPCD-
02.pdf.
Riris K. Sarumpaet. Bacaan Anak-Anak: Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke
dalam Hakekat, Sifat dan Corak Bacaan Anak-Anak serta Minat Anak
pada Bacaanya. Jakarta: Pustaka Jaya, 1976.
Roselina, dan M. Shukry. “Bibliotherapy: A Tool For Primary Prevention
Program With Children and Adolescents,” Jurnal Antidadah Malaysia,
Jilid 3 & 4 (2008). http://www.adk.gov.my/html/pdf/jurnal/2008/3.pdf.
Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Schneider, Nicole M, Mary Peterson, Kathleen A Gathercoal, dan Elizabeth
Hamilton. “The Effect of Bibliotherapy on Anxiety in Children with
Cancer.” Nova Science Publishers, Int J Child Health Hum Dev, 2013.
Sevilla, Consuelo G. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press, 1993.
Shechtman, Zipora. “Treating Child and Adolescent Aggression Through
Bibliotherapy.” Springer Science, 2009.
https://www.researchgate.net/file.PostFileLoader.html?id=558d14ab5cd9e
3bd318b456c&assetKey=AS%3A273802422882307%401442290992964.
Stuart, G. W., dan Laraia. Principle and Practice of Psychiatric Nursing 8th
Edition. St. Louis: Elsevier Mosby, 2005.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.
Bandung: Reifka Aditama, 2012.
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1991.
Surachman, Arif. “Pengelolaan Perpustakaan Khusus.” In Seminar Jurusan Seni
Karya. Yogyakarta, 2005.
Surpanto, J. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga, 2000.
Sutoyo, Agus. Strategi dan Pemikiran Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, n.d.
Usman, Husaini, dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
94
Wawan Darmawan. “Penerapan Bibliotherapy di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo,” eJurnal Mahasiswa Universitas Padjajaran, Vol.1 (2012).
jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/1845/pdf_35.
Webster. Ninth New Collegiete Dictionary. Princetown: University Press, 1985.
Widayatmi, Wenny. “Memperkenalkan Bacaan kepada Anak” Buletin
Anak :Media Pembinaan dan Pengembangan Anak dan Remaja Indonesia,”
Tahun VIII, No. 29 (April 1998).
Wong, D. L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. Vol. 1. Jakarta: EGC, 2009.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Transkrip Wawancara
Tanggal : 08 Agustus 2017
Narasumber : Ibu Maesyaroh, S. Pd
1. Apa tujuan didirikannya yayasan ini?
Untuk membantu pasien kanker pra sejahtera ya, jadi kan dari… dari daerah
masing-masing itu kan rujukan ke rumah sakit jadi kan daripada mereka tidur di
rumah sakit gitu kan, kayak visi-misi aja sih, ada di situ.
2. Kalo di rumah singgah ini, berapa banyak pasien yang tinggal di sini?
Variatif yaa
3. Apakah rumah singgah ini seperti rumah untuk menginap saja?
Ya, kita Cuma kasih akomodasi aja kayak transportasi aja, jadi semua ini rumah
singgah ini disebut Rumah Kita jadi apapun memang penghuninyalah yang
merawat, jadi dibuat piket kebersihan, masak em… segala macem.
4. Jadi yang masak dari orang tua pasien?
Iya orang tua pasien.
5. Kalau struktur organisasinya bagaimana?
Di web ada, di brosur juga ada.
6. Ada program apa saja di YKAKI?
Ada… sosialisasi edukasi, pertama ada rumah singgah, rumah singgah itu
namanya Rumah Kita kemudian Sekolah-ku, ada sosialisasi edukasi pendeteksian
dini terhadap kanker, kemudian ada pelatihan keperawatan, transportasi juga
ada pengobatan. Kan obat dari BPJS kan gak semua tercover em… bahkan ada
pasien yang harus secepatnya ditindakan, kalo menunggu BPJS kan musti
sebulan dua bulan, jadi YKAKI juga bisa mencarikan donator untuk pengobatan.
7. Kalau sosialsasi edukasi kanker pada anak biasanya sosialisasi kemana?
Iya ke sekolah-sekolah bisa, terus ke dokter, puskesmas, perawat juga, jadi biar
semua orang tau kanker sejak dini, jadi kan gampang diobatin kalo kita udah tau
gejala-gejalanya.
8. Apa tujuan diadakannya program Sekolah-ku?
Awalnya melihat dari lamanya perawatan, em… apa ya masa rawat ya masa
pengobatan untuk anak-anak kanker jadi mereka itukan em…membutuhkan
waktu lama di rumah sakit. Otomatis yang tadinya sekolah di tempat asalnya itu
ketinggalan pelajaran atau ada yang putus sekolah,nah itu berawal dari situ,
bagaimana caranya biar anak-anak yang usia sekolah ini tetap dapat
melanjutkan sekolahnya dan tetap mendpatkan hak belajar mereka.
9. Mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah-ku apa saja?
Kita jadi mengajar pelajaran intinya aja seperti IPA, IPS, PKN,MTK kalau
kayak mulok, mulok kita kasihkan ke sekolah asal.
10. Bagaimana untuk pembagian kelasnya?
Gak ada pembagian kelas,jadi memang ngajar semua guru itu mengajar semua
mata kelas dan mata pelajaran jadi ya kayak private ngajarnya.
11. Jadi kalau begitu,apakah 1 anak 1 pengajar?
Engga, jadi barengan tapi memang pasti dibagi.
12. Program Sekolah-ku ada di mana saja bu?
Di rumah sakit dan rumah singgah
13. Untuk jadwal Sekolah-ku setiap hari apasaja?
Senin sampai Jumat
14. Apa saja rumah sakit yang terdapat program Sekolah-ku dari YKAKI?
Rumah sakit Harapan Kita, Gatot Subroto, RSCM, Kanker Dharmais, Fatmawati.
15. Apa saja kegiatan yang ada di program Sekolah-ku?
Ada estrakulikuler, mereka juga nari, nyanyi, kita juga ada guru tari, guru musik
juga ada keyboard, gitar.
16. Yang mengajar diSekolah-ku apakah memang guru atau volunteer?
Kita memang ada tenaga pengajar sendiri, full time dibayar oleh YKAKI yang
memang professional dari sarjana pendidikan, full time di sini.
Kalau volunteer juga bisa ngajar, cuma sekedarnya aja gitu ga fokusdan ga full.
17. Apakah program Sekolah-ku memiliki jadwal?
Ada, ada jadwal mata pelajarannya juga.
18. Apakah jadwal di tiap rumah singgah dan rumah kita berbeda?
Engga, jadi Senin sampai Jumat semua sekolah sama kalo yag ada di Sekolah-ku.
19. Apakah di perpustakaan YKAKI ada kegiatan lain?
Belum berjalan ya, kita juga baru pindah juga perpustakaannya lagi diberesin
jadi belum ada kegiatan apa-apa.
20. Buku yang ada di perpustakaan didapat dari mana saja?
Donatur sih kebanyakan.
21. Koleksinya kira-kira ada berapa banyak?
Duh… saya gak tau ya berapa banyak, di depan juga masih ada 7kardus itu,
semua buku bacaan semua.
22. Untuk setiap rumah sakit atau rumah singgah ada berapa tenaga pengajar yang
mengajar di Sekolah-ku?
Ada yang 2 ada yang 1, tapi kebanyakan 2
23. Berapa anak yang ikut belajar di Sekolah-ku?
Tergantung kondisi anak yang bisa belajar atau tidak atau sedang pulang atau
berobat kan kita gak tau.
24. Adakah Tanya jawab setelah bercerita?
Sisi edukatifnya juga kita ambil kan kita juga agar mereka belajar juga selain
bercerita sisi edukatifnya juga ada.
25. Biasanya bercerita di sini untuk usia berapa?
TK ya, PAUD sampai TK, kelas 1 masih, kadang kalau mereka lagi gak bisa
ngapa-ngapain, kayak minta “bu dongengin”gitu.
26. Buku yang digunakan untuk bercerita tentang apa?
Biasanya buku yang dbacain beda-beda, kalo kemaren ada tukang potong kayu
yang tamak, terus kemaren ada bnatang siput gitu, tentang karakter yang baik
dan buruk gitu.
27. Storyteliing dilakukan kapan?
Setelah belajar, kayak apapun kayak mewarnai, origami kita pasti selalu tegesin
keanak-anak setelah belajar bolehsegala macem tapi intinya belajar.kalau anak
TK, PAUD kan pengennya belajar kayak bikin kayak mengenal huruf atau
mengenal angka, atau mengenal warna.
28. Adakah anak yang rewel atau tidak mau mendengarkan bercerita?
Kalau pengalaman saya sih gak pernah. Karena kan mereka pastinya kenapa
strorytelling karena mereka biasanya malas belajar, yaudahlah kita bercerita
kan dengerin doang sambil tiduran.
Transkrip Wawancara
Tanggal : 08 Agustus 2017
Narasumber : Herni Suherni, S. Mn
1. Latar belakang didirikannya YKAKI ini apa bu?
Latar belakang… Latar belakang itu berawal dari pengalaman em… salah satu
pengurus yaitu bu Ira, beliau memiliki anak yang terdiagnosa kanker, pada saat
itu beliau membawa anaknya berobat ke Belanda. Lalu di sana em…
mendapatkan em… fasilitas berobat dan ada rumah singgah juga dan
sebagainya. Jadi bu Ira juga di sana tinggal di rumah singgah dan anaknya juga
sekolah di rumah singgah saat kembali ke Jakarta Jadi ketika beliau kembai ke
Indonesia, beliau beserta sahabatnya ibu Aniza dan lain-lain mendirikan
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia
2. Kalau visi-misi dari YKAKI itu sendiri?
Bisa dilihat di web atau brosur juga ada
3. Kalo di rumah singgah ini, berapa banyak pasien yang tinggal di sini?
Jumlahnya… berubah setiap hari, tapi kapasitasnya kita menampung em… 50
yah, 50 kurang lebih 50 anak yang terdiagnosa kanker dan tumor beserta
pendampingnnya jg 50 itu, cuma anaknya di luar pendamping. Pendampingnya
itu kalo 5 tahun atau berkebutuhan khusus seperti tidak bisa berjalan itu boleh
berdua, tapi kalo yang di atas 5 tahun dan e… fisiknya memungkinkan itu
pendampingnnya satu, ayah atau ibunya.
4. Apa tujuan diadakannya program Sekolah-ku?
Awalnya melihat dari lamanya perawatan, em… apa ya masa rawat ya masa
pengobatan untuk anak-anak kanker jadi mereka itukan em…membutuhkan
waktu lama di rumah sakit. Otomatis yang tadinya sekolah di tempat asalnya itu
ketinggalan pelajaran atau ada yang putus sekolah,nah itu berawal dari situ,
bagaimana caranya biar anak-anak yang usia sekolah ini tetap dapat
melanjutkan sekolahnya dan tetap mendpatkan hak belajar mereka.
5. Mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah-ku apa saja?
Semua, semua mata pelajaran seperti sekolah pada umumnya
6. Bagaimana untuk pembagian kelasnya?
Paling kita nanya, anak ini usia berapa atau mereka di sekolah asalnya tuh udah
SMP kelas 3, pakai buku apa itu kita lanjutkan.
7. Jadi kalau begitu,apakah 1 anak 1 pengajar?
Tidak, tidak seperti itu.
8. Apakah program Sekolah-ku memiliki jadwal?
Ada.
9. Apakah di perpustakaan YKAKI ada kegiatan lain?
Paling kalau anak mau baca, tinggal ambil buku di perpustakaan terus dibawa
ke kamar.
10. Koleksinya kira-kira ada berapa banyak?
Banyak, sekitar ribuan. Kalo koleksi buku banyak karena kita dari donator juga.
11. Berapa anak yang ikut belajar di Sekolah-ku?
Kalau lahi rame banyak sih, bisa 1 minggu sampe 19 orang. Ya, kalau lagi drop
kan gamungkin juga, mungkin palingan di bagsal aja, jadi gurunya yang ke
bangsal.
12. Kalau kegiatan bercerita ada bu?
Ada.
13. Berapa kali guru melakukan kegiatan bercerita kepada anak?
Setiap hari bisa,kan kita ngajarnya ga anak SD, SMP, SMA jadi PAUD terus kita
bermain juga terus kemudian kalau anak tidak bisa…maksudnya bed rest tuh
tidak bisa ngapa-ngapain ya kita bercerita.
14. Adakah Tanya jawab setelah bercerita?
Kalau biasanya saya bercerita, setelah menceritakan kita nanya lagi sama anak-
anaknya ngobrol lagi tentang apa yang tadi diceritain. Kadang kita bacain ulang
agar anak paham isi ceritanya.
15. Biasanya bercerita di sini untuk usia berapa?
PAUD, TK A, TK B kadang SD jua kelas 1, 2, 3 masih suka denger kalo kita
bercerita.
16. Gimana perasaan anak-anak setelah mendengarkan bercerita?
Seneng sih. Karena kadang mereka yang minta,sampe ga 1 buku, bisa 2 sampai 3
buku, kan kalau bercerita itu kita ngambilnya yang tipis-tipis kan jadi cari buku
yang lain. Kemaren aja aku sampe 3 buku, mereka pengen didongengin “bacain
bu”.
17. Buku yang digunakan untuk bercerita tentang apa?
Tentang binatang-binatang gitu deh.
18. Apakah ada sistem rolling untuk pengajar di Sekolah-ku?
Kita dirolling, guru-guru perminggu dirolling
19. Adakah kriteria khusus dalam pemilihan buku untuk bercerita?
Paling disesuaikan dengan umurnya anak-anak aja, gak mungkin juga kita
bacain yang tebel-tebel.
20. Adakah anak yang rewel atau tidak mau mendengarkan bercerita?
Biasanya malah antusias sih mereka kalau dengerin cerita.
21. Adakah kendala saat menyampaikan storytetlling?
Gak ada kendala apa-apa, kalo anak-anak lagi mau dengerin cerita, kita bacain,
yaa… mengalir aja.
22. Misalnya kendala koleksi kurang?
Selama ini buku bacaan banyak, di rumah sakit juga banyak.
Transkrip Wawancara
Tanggal : 09 September 2017
Narasumber : Ibu Maesyaroh, S. Pd
1. Apa yang melatarbelakangi kegiatan bercerita?
Kalau kita kan ngajarnya orang sakit ya, jadi ga semua fit belajarnya, jadi
biasanya suka ngasih pilihan ke anak-anak mau belajar atau apa, rata-rata
mereka kalau lagi bedrest kan pengennya didongengin gitu, jadi menceritakan
bercerita ke anak-anak tapi yang pasti tentang bercerita edukasi. Jadi semejak
ada bercerita si anak yang tidak bisa belajar jadi kita kasih dongeng ke anak dan
pastinya disela-sela dongeng atau setelah bercerita kita sisipkan sebuat
pelajaran, misalnya cerita tentang binatang, bnatang apa saja, terus ada berapa
binatang yang kita sebutkan tadi.
2. Apa tujuan dilakukannya bercerita?
Adanya Sekolah-ku kan biar si anak ga bete di rumah sakit juga, jadi kalo anak-
anak kecil kan mereka lebih antusias ke bercerita ketimbang belajar.
3. Durasi berceritanya berapa banyak?
Gak sehari sih,sejambisa 3 sampai 4 cerita yang kita baca. Jadi kan kita keliling
juga ke bangsal-bangsal tiap kamar jadi kalau ada yang belajar, ya belajar.
Kadang anak kecil ada yang mewarnai.
4. Jadi berceritannya diakukan sendiri-sendiri?
Iya, ke setiap kamar kalo di rumah sakit. Kalau di rumah singgah biasanya
dikumpulkan perkelompok.
5. Selama seminggu berapa kali dilakukan bercerita?
Terkadang sih, kalo misalnya buat anak keil seminggu full, tapi tetap ada
belajarnya. Tapi dengan anak yang berbeda ya, karena kan kalo di rumah sakit
di rumah sakit paling 3 hari gitu udah pulang. Tapi kalo bercerita pasti ada,
selalu ada karena selain mengajar kita juga kalau megnandalkan mengajar tapi
kalau anaknya sakit kan antusiasnya jadi dikit untuk belajar. Jadi kita untuk
menarik anak mau belajar pastinya melakukan berbagai cara salah satunya
dengan mendongeng.
6. Persiapan sebelum melakukan bercerita apa saja?
Pastinya kita akan selau siapkan buku untuk bercerita dari berbagai
cerita,seperti cerita rakyat, binatang, cerita bergambar, cerita kan mungkin lebih
menarik untuk anak-anak.
7. Apakah bercerita dilakukan karena ada jadwal pelaksanaannya?
Tidak kita rencanakan, karena kita kan juga gak tau hari ini misalkan ada anak
kecil atau tidak, besok juga belum tentu ada, mungkin dia pulang, mungkin juga
dia pengobatan. Tapi buku cerita selalu kita siapkan. Kadang juga kita pakai
boneka tangan, gambar-gambar, barang di sekitar.
8. Buku apa saja yang digunakan untuk bercerita?
Pastinya cerita rakyat, cerita tentang edukasi. Kalau cerita rakyat kadang
banget,karena cerita rakyat menceritakan tentang orang dewasa jadi biasanya
diceritain untuk anak umur 9 tahun ke atas.
9. Tahap bercerita yang diakukan di sini apa saja?
Yang pasti pertama menyiapkan buku, kadang kita ada pemberian motivasi ke
anak agar mau mendengarkan cerita kayak “ibu mau cerita nih”, kemudian ada
Tanya jawab setelah dibacakan cerita, setelah itu ada penilaian sih, apakah
mereka mendengarkan dengan baik.
10. Jika ada anak yang berisik apa yang dilakukan guru?
Pastinya menegur ya, kayak “dengein yaa kalau ga dengerin ibu gak mau
lanjutin ceritanya yaa”gitu.
11. Adakah kegitatan lain setelah bercerita?
Setelah bercerita biasanya mereka banyak yang mewarnai atau menggambar.
12. Berapa rata-rata usia anak yang mendengarkan bercerita di sini?
Ada yang 2 tahun, 2 sampai 9 tahun ya kalau udah 9 tahun ke atas basanya
gamau, maunya baca sendiri mereka.
13. Berapa banyak anak yang mengikuti story telling dalam 1 sesi?
Paling sebelah-sebelahnya aja sih 6-8 orang, kan biasanya 3 bed nih, kalau kita
di tengah-tengah mereka ngedengerin, biasanya kalo selesai cerita ada yang
minta “ibu di sini dong dongengin” gitu.
14. Respon anak-anak setelah selesai mendengarkan bercerita?
Mereka keliatan seneng ya, senyum gitu soalnya. Terus yang badmood biasanya
ceria lagi. Terus karena kita ceritain mereka jadi mau pinjem bukunya. Ada juga
karena terbawa suasana, ada anak yang sampe nangis biasanya ya gara-gara
dari ceritanya, kayak tentang binatang yang disebelih atau apa, kayak anjing
dipukul atau apa.
15. Kendala dalam bercerita?
Paling Cuma di modal aja,modal maksudnya alat peraganya.
16. Cara mengatasi kendala tersebut?
Paling kalau setiap hari Sabtu kana da meeting sama semua guru, jadi kita
laporan kenkdalanya apa agar selanjutnya disiapkan.
17. Bagaimana untuk pemilihan bukunya?
Ada yang kisah teladan gitu, terus ada juga tentang binatang, juga ada tentang
penemu-penemu gitu, kayak tokoh dunia, seperti penemu listrik, penemu telepon.
Untuk tema cerita kita sesuaikan dengan umur anak-anak, kalau anak usia
PAUD atau TK biasanya kita kasih cerita kehidupan sehari-ht6ari, tentang
binatang. Kalau anak yang lebih besar kita kasih cerita penemu atau tokoh dunia.
Untuk alurnya juga kita pilih yang mudah sih, kalau berbelit kasian juga anak
kan. Terus pilih buku dengan gambar-gambar yang menarik karena anak
biasanya kan suka ya.
18. Berapa kira-kira jumlah buku di perpustakaan?
Banyak banget mba, sekitar 1000 lebih. Karena kan kita kebanyakan dari
donator, setelah kita pilih mana yang cocok untuk ditaro di perpustakaan ya kita
taro aja, paling dikelompokin komik di sini, novel di situ, majalah di mana, gitu
aja.
19. Apakah pernah bercerita pada saat anak sedang diinfus atau sedang di suntik?
Pernah, kadang kita cerita untuk ngalihin dia dari jarum suntik, biar gak sadar
kalau mereka sedang di infus atau disutik. Malah kadang pasien itu maunya kita
temenin ke ruang tindakan untuk diambil darahnya. Mereka malah gak mau
sama dokter atau suster gitu.
20. Apakah pernah membacakan buku tentang kanker kepada anak?
Oh itu bukunya ada, itu buku Kemo Cashper. Iya sering juga biar anak gak takut
di kemo sih. Biasanya itu cerita untuk anak yang baru terdiagnosa kanker dan
mau melakukan pengobatan. Biar mereka tau kanker itu apa. Terus karena kemo
itu sakit jadi biar gak takut di kemo juga merekanya. Tapi untuk anak yang udah
beberapa kali di kemo udah biasa sih.
Transkrip Wawancara
Tanggal : 14 November 2017
Narasumber : Sapta Damayanti
1. Dengan ibu siapa?
Ibu Sapta Damayanti.
2. Ibu asalnya dari mana bu?
Dari Lampung.
3. Berapa lama sudah tinggal di Rumah Kita ini bu?
Dari bulan kemarin, bulan enam (Juni)
4. Nama anakanya siapa ya bu?
Alfi Putra Wibisono.
5. Alfi sakit apa bu?
Sakit leukemia.
6. Alfi umurnya berapa bu?
Lima tahunnya besok, Desember.
7. Apakah Alfi tahu kalau dia sakit parah bu?
Tau sih, tapi dia taunya cuma sakit kanker aja udah gitu. Selebihnya sih gak tau
ya namanya masih kecil kan masih lima tahun.
8. Apa Alfi suka murung atau sedih bu?
Mungkin ya pengaruh obat bisa, jadi rewel kayak gitu. Cuma sekarang dia lebih
keliatan emosional terus dia gaboleh kecapekan. Yang pasti dia emosionalnya
jadi lebih tinggi, keras gitu, sering marah-marah, apa yang dia mau harus
diturutin gitu.
9. Untuk pengobatan dan perawatannya membutuhkan waktu berapa lama bu?
Gak tentu sih, ada yang dirawat di ruangan, ada yang langsung pulang gitu.
Kemonya di ruang tindakan poli. Ada protokolnya, udah ada jadwalnya sendiri.
10. Jika Alfi dirawat di rumah sakit, apakah Alfi mendapatkan pengajaran dari
Sekolah-ku?
Ada, iya dari sini. Guru-gurunya juga termasuk yang tadi itu (Bu Ana). Di
rolling aja gitu.
11. Apakah Alfi pernah mendapatkan kegiatan bercerita dari guru di sini?
Sering kok, iya kalo di ruangan Sekolah-ku yang ada di rumah sakit juga sering.
12. Apakah ada perubahan yang terlihat dari Alfi setelah mendengarkan cerita dari
guru?
Seneng sih pastinya, gara-gara diceritain sama bu gurunya tuh dia jadi suka
minta dibacain carita sama saya. Apa lagi kalo mau tidur, kalo anak segitu kan
biasanya suka mainan gadget tuh ya, nah itu saya akalin aja “udah taro tuh hp-
nya mama bacain buku” kata saya, langsung deh tuh anak udah “ma ceritain ma,
ceritain” dia sendiri itu yang minta, iya kalo mau tidur. Justru dianya yang minta.
13. Kalau buku ceritanya, ibu bawa sendiri atau pinjam dari sini?
Iya kita pinjam dari sini, nanti kita pulangin.
14. Biasanya cerita apa yag suka dibacakan oleh guru ke Alfi bu?
Cerita tentang apa aja sih,tentang hewan gitu. Biasanya yang pemerannya
hewan itu loh kan lucu ya, anak jadi suka.
15. Yayasan ini kan punya beberapa buku dengan tema kanker ya bu, Alfi pernah
dibacaikan buku dengan tema kanker tidak?
Iya pernah, dia justru malah tanggap. Maksudnya gini, ada gambarnya tuh kan
di buku itu ngasih tau kalo abis kemo nih rambutnya rontok. Kan bukunya itu
bahasanya beda ya,bahasanya yang gampang dingertiin sama anak,tapi dia
ngerti dia udah tau mahalah diceritain “saya sakit kanker loh” katanya gitu.
Tapi kanker itu apa dia belum tau sih, Cuma dia cuma tau kata kanker aja gitu,
artinya dia belum tau.
16. Apakah ada manfaat setelah Alfi mendengarkan cerita dari guru?
Ya… ada sih, banyak ya. Apa ya…melatih ini aja sih daya ingat dia, misalnya
dibacain cerita sekali dua kali dia jadi inget jalan ceritanya. Kadang dia cerita
sendiri malahan, maksudnya dia coba menceritakan sendiri gitu deh. Terus sama
yang kanker itu sih dia jadi tau kalo di kemo tuh rambutnya bisa rontok, nanti
akibatnya seperti pusing, mual dia juga tau.
Transkrip Wawancara
Tanggal : 14 November 2017
Narasumber : Sugiyono
1. Dengan bapak siapa?
Sugiyono.
2. Bapak asalnya dari mana?
Lampung.
3. Berapa lama sudah tinggal di Rumah Kita ini?
Dari bulan berapa tuh, pokoknya setelah lebaran haji tuh. Bulan Sembilan
(September) mulainya.
4. Nama anakanya siapa ya pak?
Habib Mustofa.
5. Habib sakit apa pak?
Leukemia, CML.
6. Habib umurnya berapa pak?
Dua belas tahun, tiga belas bulan depan ini.
7. Apakah Habib tahu kalau dia sakit parah pak?
Ya tau lah, udah ngerti juga dia mba. Pas tau ya perasaan Habib sedih, diem aja
gitu. Jadi murung gitu, keliatan hilang semangat hidupnya gitu.
8. Di sini apakah Habib mendapatkan pengajaran dari Sekolah-ku?
Iya, belajar sama guru. Di rumah sakit juga gitu belajar sama guru dari sini.
9. Apakah Habib pernah mendapatkan kegiatan bercerita dari guru di sini?
Pernah, tapi ga sering. Soalnya dia lebih banyak belajar pelajaran sekolah. Sini
bib coba ditanyain kakaknya loh ini (memangil anaknya).
*Tanya jawab dengan Habib
10. Habib pernah dibacakan cerita sama bu guru disini tidak?
Pernah.
11. Sering dibacakan cerita sama bu guru?
Jarang kak.
12. Habib seneng kalo dibacakan cerita sama bu guru?
Iya seneng kak, tapi jarang diceritain. Seringnnya belajar.
13. Habib di sini belajar apa?
Emm.. Matematika… Bahasa Indonesia juga.
14. Kalau disuruh pilih, Habib pilih belajar atau dibacakan cerita sama bu guru?
Emm… Baca cerita, jadi gak belajar.
15. Biasanya bu guru suka baca cerita apa?
Bu guru suka baca cerita hewan, pinokio pernah, banyak kak.
16. Kenapa Habib suka dibacakan cerita?
Emm… soalnya bu guru ceritanya enak, terus lucu.
17. Habib tau buku cerita yang judulnya Kemo Kesper? Pernah dibacakan buku itu?
Tau, pernah kak.
18. Bukunya itu ceritanya tentang apa ya? Kakak mau tau dong.
Emm… cerita anak sakit terus kemonya nyembuhin sakit. Terus kalo rontok
rambutnya gapapa soalnya itu gara-gara kemonya.
19. Kalau Habib dibacakan cerita sama bu guru berarti mau ya?
Mau.
Transkrip Wawancara
Tanggal : 14 November 2017
Narasumber : Warsini
1. Dengan ibu siapa?
Dengan ibu Warsini
2. Ibu asalnya dari mana bu?
Lampung
3. Berapa lama sudah tinggal di Rumah Kita ini bu?
Udah satu tahun.
4. Nama anakanya siapa ya bu?
Asyifa
5. Asyifa sakit apa bu?
Retinoblastoma
6. Asyifa umurnya berapa bu?
Sekarang… dua tahun Sembilan bulan. Bulan dua (Februari) nanti tiga tahun.
7. Apakah Asyifa tahu kalau dia sakit parah bu?
Belum tau kak, masih 3 tahun kurang gitu kan.
8. Apa Asyifa suka murung atau sedih bu?
Jarang sih, paling rewel aja.
9. Apakah Asyifa pernah mendapatkan kegiatan bercerita dari guru di sini?
Pernah sih, Cuma gak seberapa itu dia mah. Belum seberapa ngerti dia itu.
Senengnya masih main-main.
10. Tapi Asyifa ikut kegiatan Sekolah-ku bu?
Ikut, itu di bawah. Paling sebentar coret-coret, mewarnai, baca cerita terus apa
mainan apa.
11. Biasanya cerita apa yag suka dibacakan oleh guru ke Asyifa bu?
Apa ya… cerita binatang gitu. Si Kancil juga.
12. Yayasan ini kan punya beberapa buku dengan tema kanker ya bu, Asyifa pernah
dibacaikan buku dengan tema kanker tidak?
Gak tau ya,kayaknya sih belum. Diceritain dia juga masih ini, belum paham anak
segitu.
LAMPIRAN II
TABEL REDUKSI DATA
Tema
Pokok
Tema Hasil
Analisis Sub Tema Penjelasan
A.
Penerapan
Biblioterapi
A. Persiapan
Biblioterapi
1. Guru memahami
materi bacaan
"Ada yang kisah teladan gitu, terus ada
juga tentang binatang, juga ada tentang
penemu-penemu gitu, kayak tokoh dunia,
seperti penemu listrik, penemu telepon."
(Informan M, pada 9 September 2017)
Biasanya buku yang dbacain beda-beda,
kalo kemaren ada tukang potong kayu
yang tamak, terus kemaren ada bnatang
siput gitu, tentang karakter yang baik dan
buruk gitu. (Informan M, pada 8 Agustus
2017)
"Tentang binatang-binatang gitu deh."
(Informan H, pada 8 Agustus 2017)
"Ada yang kisah teladan gitu, terus ada
juga tentang binatang, juga ada tentang
penemu-penemu gitu, kayak tokoh dunia,
seperti penemu listrik, penemu telepon."
(Informan M, pada 9 September 2017)
2. Guru menyadari
panjang materi
bacaan
"...gak mungkin juga kita bacain yang
tebel-tebel." (Informan H, pada 8 Agustus
2017)
"Storytelling itu kita ngambilnya yang
tipis-tipis kan jadi cari buku yang lain."
(Informan M, pada 8 Agustus 2017)
3. Guru
mempertimbangka
n masalah anak
"Kalau kita kan ngajarnya orang sakit ya,
jadi ga semua fit belajarnya, jadi biasanya
suka ngasih pilihan ke anak-anak mau
belajar atau apa, rata-rata mereka kalau
lagi bedrest kan pengennya didongengin
gitu, jadi menceritakan storytelling ke
anak-anak tapi yang pasti tentang
storytelling edukasi." (Informan M, pada 9
September 2017)
"...kalau anaknya sakit kan antusiasnya
jadi dikit untuk belajar. Jadi kita untuk
menarik anak mau belajar pastinya
melakukan berbagai cara salah satunya
dengan mendongeng." (Informan M, pada
9 September 2017)
"Kalau kita kan ngajarnya orang sakit ya,
jadi ga semua fit belajarnya, jadi biasanya
suka ngasih pilihan ke anak-anak mau
belajar atau apa, rata-rata mereka kalau
lagi bedrest kan pengennya didongengin
gitu, jadi menceritakan storytelling ke
anak-anak tapi yang pasti tentang
storytelling edukasi." (Informan M, pada 9
September 2017)
4.Guru
mempertimbangka
n kemampuan
membaca anak
"Paling disesuaikan dengan umurnya
anak-anak aja" (Informan H, pada 8
Agustus 2017)
5. Guru
memperhatikan
kondisi emosional
dan usia anak
"Untuk tema cerita kita sesuaikan dengan
umur anak-anak, kalau anak usia PAUD
atau TK biasanya kita kasih cerita
kehidupan sehari-hari, tentang binatang.
Kalau anak yang lebih besar kita kasih
cerita penemu atau tokoh dunia."
(Informan M, pada 9 September 2017)
"...biar si anak ga bete di rumah sakit
juga, jadi kalo anak-anak kecil kan mereka
lebih antusias ke storytelling ketimbang
belajar. " (Informan M, pada 9 September
2017)
"Kalau kita kan ngajarnya orang sakit ya,
jadi ga semua fit belajarnya, jadi biasanya
suka ngasih pilihan ke anak-anak mau
belajar atau apa, rata-rata mereka kalau
lagi bedrest kan pengennya didongengin
gitu, jadi menceritakan storytelling ke
anak-anak tapi yang pasti tentang
storytelling edukasi. Jadi semejak ada
storytelling si anak yang tidak bisa belajar
jadi kita kasih dongeng ke anak dan
pastinya disela-sela dongeng atau setelah
storytelling kita sisipkan sebuat pelajaran,
misalnya cerita tentang binatang, bnatang
apa saja, terus ada berapa binatang yang
kita sebutkan tadi." (Informan M, pada 9
September 2017)
6. Guru
memprediksi
bacaan anak sesuai
usia anak
"Pastinya cerita rakyat, cerita tentang
edukasi. Kalau cerita rakyat kadang
banget,karena cerita rakyat menceritakan
tentang orang dewasa jadi biasanya
diceritain untuk anak umur 9 tahun ke
atas." (Informan M, pada 9 September
2017)
"Untuk tema cerita kita sesuaikan dengan
umur anak-anak, kalau anak usia PAUD
atau TK biasanya kita kasih cerita
kehidupan sehari-hari, tentang binatang.
Kalau anak yang lebih besar kita kasih
cerita penemu atau tokoh dunia."
(Informan M, pada 9 September)
7. Guru
menggunakan
bacaan anak yang
mengekspresikan
perasaan anak
"Oh itu bukunya ada, itu buku Kemo
Cashper. Iya sering juga biar anak gak
takut di kemo sih. Biasanya itu cerita
untuk anak yang baru terdiagnosa kanker
dan mau melakukan pengobatan. Biar
mereka tau kanker itu apa. Terus karena
kemo itu sakit jadi biar gak takut di kemo
juga merekanya. Tapi untuk anak yang
udah beberapa kali di kemo udah biasa
sih." (Informan M, pada 9 September
2017)
B.
Pelaksanaan
Biblioterapi
1. Frekuensi
kegiatan bercerita
yang dilakukan
guru
"Setiap hari bisa, kan kita ngajarnya ga
anak SD, SMP, SMA jadi PAUD terus kita
bermain juga terus kemudian kalau anak
tidak bisa…maksudnya bed rest tuh tidak
bisa ngapa-ngapain ya kita storytelling."
(Informan H, pada 8 Agustus 2017)
"Terkadang sih, kalo misalnya buat anak
keil seminggu full, tapi tetap ada
belajarnya. Tapi dengan anak yang
berbeda ya, karena kan kalo di rumah
sakit di rumah sakit paling 3 hari gitu
udah pulang." (Informan M, 2017)
"Setiap hari bisa, kan kita ngajarnya ga
anak SD, SMP, SMA jadi PAUD terus kita
bermain juga terus kemudian kalau anak
tidak bisa…maksudnya bed rest tuh tidak
bisa ngapa-ngapain ya kita storytelling."
(Informan H, pada 8 Agustus 2017)
2. Diberlakukannya
kegiatan bercerita
"setelah belajar…" (Informan M, pada 8
Agustus 2017)
"setelah belajar…" (Informan M, pada 8
Agustus 2017)
3. Jadwal kegiatan
bercerita
"Tidak kita rencanakan, karena kita kan
juga gak tau hari ini misalkan ada anak
kecil atau tidak, besok juga belum tentu
ada, mungkin dia pulang, mungkin juga
dia pengobatan. " (Informan M, pada 9
September 2017)
"Tidak kita rencanakan, karena kita kan
juga gak tau hari ini misalkan ada anak
kecil atau tidak, besok juga belum tentu
ada, mungkin dia pulang, mungkin juga
dia pengobatan. " (Informan M, pada 9
September 2017)
4. Durasi saat
membacakan cerita
“Gak sehari sih, sejam bisa 3 sampai 4
cerita yang kita baca. Jadi kan kita
keliling juga ke bangsal-bangsal tiap
kamar jadi kalau ada yang belajar, ya
belajar." (Informan M, pada 9 Septemeber
2017)
“Gak sehari sih, sejam bisa 3 sampai 4
cerita yang kita baca. Jadi kan kita
keliling juga ke bangsal-bangsal tiap
kamar jadi kalau ada yang belajar, ya
belajar." (Informan M, pada 9 Septemeber
2017)
1. Pra Membaca
(Prereading)
"Biasanya buku yang dbacain beda-beda,
kalo kemaren ada tukang potong kayu
yang tamak, terus kemaren ada bnatang
siput gitu, tentang karakter yang baik dan
buruk gitu." (Informan M, pada 8 Agustus
2017)
a. Pemilihan
bacaan
"Ada yang kisah teladan gitu, terus ada
juga tentang binatang, juga ada tentang
penemu-penemu gitu, kayak tokoh dunia,
seperti penemu listrik, penemu telepon.
"Untuk alurnya juga kita pilih yang mudah
sih, kalau berbelit kasian juga anak kan.
Terus pilih buku dengan gambar-gambar
yang menarik karena anak biasanya kan
suka ya." (Informan M, pada 9 September)
b. Melibatkan latar
belakang
pegetahuan anak
"Untuk tema cerita kita sesuaikan dengan
umur anak-anak, kalau anak usia PAUD
atau TK biasanya kita kasih cerita
kehidupan sehari-hari, tentang binatang.
Kalau anak yang lebih besar kita kasih
cerita penemu atau tokoh dunia."
(Informan M, pada 9 September)
2. Membaca
terpadu (Guided
Reading)
"Kalau kita kan ngajarnya orang sakit ya,
jadi ga semua fit belajarnya, jadi biasanya
suka ngasih pilihan ke anak-anak mau
belajar atau apa, rata-rata mereka kalau
lagi bedrest kan pengennya didongengin
gitu, jadi menceritakan storytelling ke
anak-anak tapi yang pasti tentang
storytelling edukasi. Jadi semejak ada
storytelling si anak yang tidak bisa belajar
jadi kita kasih dongeng ke anak dan
pastinya disela-sela dongeng atau setelah
storytelling kita sisipkan sebuat pelajaran,
misalnya cerita tentang binatang, bnatang
apa saja, terus ada berapa binatang yang
kita sebutkan tadi." (Informan M, pada 9
September 2017)
3.Diskusi
Pembahasan
(Postreading
Discussion)
"Kalau biasanya saya bercerita, setelah
menceritakan kita nanya lagi sama anak-
anaknya ngobrol lagi tentang apa yang
tadi diceritain. Kadang kita bacain ulang
agar anak paham isi ceritanya." (Informan
H, pada 8 Agustus 2017)
"...kemudian ada tanya jawab setelah
dibacakan cerita…" (Informan M, pada 9
September 2017)
B. Dampak
Biblioterapi
C. Dampak
Setelah
Mendapatkan
Biblioterapi
1. Ekspresi anak
setelah
mendengarkan
cerita
"Mereka keliatan seneng ya, senyum gitu
soalnya. Terus yang badmood biasanya
ceria lagi. Terus karena kita ceritain
mereka jadi mau pinjem bukunya. Ada
juga karena terbawa suasana, ada anak
yang sampe nangis biasanya ya gara-gara
dari ceritanya, kayak tentang binatang
yang disembelih atau apa, kayak anjing
dipukul atau apa." (Informan M, pada 9
September 2017)
"Seneng sih. Karena kadang mereka yang
minta,sampe ga 1 buku, bisa 2 sampai 3
buku, kan kalau storytelling itu kita
ngambilnya yang tipis-tipis kan jadi cari
buku yang lain. Kemaren aja aku sampe 3
buku, mereka pengen didongengin “bacain
bu”." (Informan H, pada 8 Agustus 2017)
“Seneng sih pastinya, gara-gara
diceritain sama bu gurunya tuh dia jadi
suka minta dibacain carita sama saya.
Apa lagi kalo mau tidur, kalo anak
segitu kan biasanya suka mainan gadget
tuh ya, nah itu saya akalin aja “udah
taro tuh hp-nya mama bacain buku”
kata saya, langsung deh tuh anak udah
“ma ceritain ma, ceritain” dia sendiri
itu yang minta, iya kalo mau tidur.
Justru dianya yang minta.” (Informan
SD, pada 14 Novemer 2017)
D. Manfaat
Biblioterapi
untuk
Penderita
Kanker Anak
2. Manfaat
biblioterapi
"biar si anak ga bete di rumah sakit juga,
jadi kalo anak-anak kecil kan mereka lebih
antusias ke storytelling ketimbang belajar.
" (Informan M, pada 9 September 2017)
"Iya sering juga biar anak gak takut di
kemo sih. Biasanya itu cerita untuk anak
yang baru terdiagnosa kanker dan mau
melakukan pengobatan. Biar mereka tau
kanker itu apa. Terus karena kemo itu
sakit jadi biar gak takut di kemo juga
merekanya. Tapi untuk anak yang udah
beberapa kali di kemo udah biasa sih."
(Informan M, pada 9 September 2017)
"Pernah, kadang kita cerita untuk ngalihin
dia dari jarum suntik, biar gak sadar
kalau mereka sedang di infus atau disutik.
Malah kadang pasien itu maunya kita
temenin ke ruang tindakan untuk diambil
darahnya. Mereka malah gak mau sama
dokter atau suster gitu." (Informan M,
pada 9 September 2017)
“Iya pernah, dia justru malah tanggap.
Maksudnya gini, ada gambarnya tuh kan di
buku itu ngasih tau kalo abis kemo nih
rambutnya rontok. Kan bukunya itu
bahasanya beda ya,bahasanya yang
gampang dingertiin sama anak,tapi dia
ngerti dia udah tau mahalah diceritain
“saya sakit kanker loh” katanya gitu. Tapi
kanker itu apa dia belum tau sih, Cuma dia
Cuma tau kata kanker aja gitu, artinya dia
belum tau.” (Informan SD, pada 14
Novemer 2017)
“Emm… cerita anak sakit terus kemonya
nyembuhin sakit. Terus kalo rontok
rambutnya gapapa soalnya itu gara-gara
kemonya.” (Informan HM, pada 14
Novemer 2017)
LAMPIRAN III
LEMBAR OBSERVASI
Kegiatan Sekolah-ku
Waktu
Tempat Kegiatan
Ciri-Ciri yang
Terlihat pada
Anak
Hari,
Tanggal Jam
Selasa, 26
September
2017 10:05
Ruang
Hemato
Bu Tanti membacakan cerita Pinokio
untuk Rizki (10 tahun). Diawali
dengan guru menawarkan pada Rizki
untuk mendengarkan cerita, kemudian
Rizki mengiyakan.
Awalnya Rizki
sedang mewarnai,
namun saat guru
mengajak Rizki
untuk
mendengarkan
cerita Rizki tidak
menolak.
Guru memilik buku cerita yang
memiliki banyak gambar daripada
narasi cerita.
Saat awal mulai
cerita, Rizki masih
bisa mendengarkan
cerita sambil
mewarnai, namun
setelahnya Rizki
justru lebih fokus
kepada guru yang
membacakan cerita
untuk Rizki.
Guru bercerita sambil memegang buku,
saat bercerita guru bertanya mengenai
gambar yang terdapat pada buku.
Rizki terlihat
senang saat guru
membacakan cerita
untuknya.
Intonasi bercerita yang disampaikan bu
Tanti sangat jelas dan tidak terlalu
cepat ataupun lamban saat bercerita.
Rizki juga
menjawab
pertanyaan yang
ditanyakan oleh
guru.
Saat selesai membacakan cerita, guru
bertanya terkait dengan isi cerita.
Selanjutnya bu Tanti menyampaikan
nilai moral yang terkadung dalam
cerita Pinokio
10:21 Kegiatan selesai
10:23
Ruang
Hemato
Bu Herni mengajarkan pelajaran
matematika kepada Tiara
Wajah Tiara
kadang terlihat
murung, kaag
terlihat senyum
saat guru mengajar
Dalam buku yang digunakan untuk
belajar tercapat cerita pendek
Saat diajak
benyanyi Tiara
terelihat senyum
dan senang
Bu Herni mengajar sambil bererita dan
bernyanyi lagu Menanam Jagung
karena dalam buku terdapat lagu
tersebut
Tiara bercerita
kalau dia baru saja
mendapatkan
tidakan kemoterapi
Saat pelajaran hampir selesai guru
mengulang materi yag telah dibahas
sebelumnya
10:44
Pelajaran selesai. Tiara sangat
terbuka saat guru
menanyakan
beberapa
pertanyaan kepada
Tiara
Bu Herni mengajak Tiara ngobrol
santai.
11:00
Ruang
Bermain
Sekolah-
Ku
Rizki bermain balok di ruang bermain.
Sambil berman balok guru
mengajarkan macam-macam binatang,
buah dan sayuran kepada Rizki
11:26
Ruang
Bermain
Sekolah-
Ku
Pasien bernama Rizka (4 tahun)
mengunjungi ruang
bermain dan bermain lego
Rizka ke ruang bermain bersama
ibunya
Kemudian ibu Rizka berbincang-
bincang kepada guru
Rabu, 27
September
2017 10:50
Ruang
BcH
Bu Tanti membacakan cerita untuk
Yuanita (3 tahun)
Yuanita terlihat
lemas karena
sedang puasa dan
baru selesai operasi
Cerita yang dibacakan ialah mengenai
binatang.
Cerita tidak dilanjutkan karena Yuanita
terlihat lemas.
10:54
Ruang
BcH
Guru menceritakan cerita berjudul
Who’s There?buku tersebut bercerita
mengenai binatang ke pasien yang
bernama Fero
Awalnya Fero
telihat malu-malu
Guru menggunakan buku yang dapat
dibuka setiap halamannya dan
memperkenalkan binatang dan
menirukan suara binatang yang
terdapat dalam buku
Dengan
pendekatan dari
guru akhirnya Fero
mau berinteraksi
dengan guru
Guru bertanya kembali mengenai
binatang-binatang yang terdapat dalam
buku
Fero menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru
11:06 Selesai membacakan cerita
11:07
Fero meminta dibacakan cerita lagi
dengan buku yang lain
Fero dibacakan buku yang berjudul
Maaf
11:20
Selesai membacakan cerita guru
bertanya kepada Fero mengenai cerita
yang dibacakan sebelumnya
Kamis, 28
September
2017 10:46
Ruang
Hemato
Bu Herni memberikan buku bacaan
untuk Faqihah (Kelas 6 SD)
10:46
Di bangsal ada Agnes (1 SD) sedang
mewarnai.
Agnes terlihat
senang saat
mewarnai
Guru sambil mengajak Agnes
berbicara
Agnes selalu
tersenyum saat
menjawab
pertanyaan guru.
10:55
Agnes meminta belajar penjumlahan
kepada guru
Guru memberikan soal penjumlahan
kepada Agnes
11:06
Agnes selesai belajar berhitung
Agnes minta untuk mewarnai lagi
Sambil mewarnai agnes juga minta
dibacakan cerita
Guru membacakan cerita My brother
and My Sister
Agnes terlihat
lebih fokus kepada
guru yang
membacakan cerita
ketimbang kertas
mewarnainya.
Selesai membacakan cerita guru
bertanya mengenai
cerita yang terdapat dalam buku
11:23
Guru menyampaikan pesan moralyang
terdapat pada buku
13:35
Ruang
BcH
Guru mengunungi bangsal pasien yang
bernama
Belatrix terlihat
lemas, menurut
keterangan yang
disampaikan Belatrix (6 tahun)
ibunya Belatrix
baru saja menjalani
operasi
Guru menawarkan Belatrix untuk
mewarnai namun karena anak terlihat
sangat lemas anak hanya meminta
lembar mewarnai
13:46
Mengunjungi pasien bernama Reyhana
(3 tahun).
Awalnya Reyhana
bermain gadget
namun karena guru
memperlihatkan
buku dengan
gambar menarik
Reyhana mulai
tertarik dengan
buku yang dibawa
oleh guru.
Guru menawarkan membacakan cerita
kepada Reyhana
Guru membacakan cerita tentang
binatang
Guru menirukan suara-suara binatang
yang ada dalam buku
Setelah selesai membacakan cerita,
guru bertanya kepada Reyhana
Jumat, 29
September
2017 9:58
Ruang
Hemato
Mengunjungi pasien yang bernama
Aldi (16 Tahun)
Guru mengajak Aldi belajar Agama
Islam
Diawali dengan membaca surat-surat
pendek dan dilanjutkan dengan materi
Shalat Jumat.
10:53 Selesai belajar
Fasilitas di Rumah Kita-2
Aula Rumah Kita-2
Aula Rumah Kita-2
Dapur Rumah Kita-2
Nama Pasien dan Jadwal Masak
Untuk Orang Tua
Wastafel Kamar di Rumah Kita-2
Tempat bermain Tempat bermain
Perpustakaan
Ruang Belajar Rak Buku
Buku Cerita
LAMPIRAN IV
Kegiatan Biblioterapi
Guru membacakan cerita untuk
Fero
Guru membacakan cerita untuk
Rizki
Trolley Guru membacakan cerita untuk
Tiara
Buku laporan harian yang
ditulis guru
Daftar nama guru Sekolah-ku
BIODATA PENULIS
NATASIA PUSVITA. Lahir di Jakarta, 15 Mei
1995. Anak kedua dari ayahanda Wakiran dan
ibunda Pujiati. Penulis tinggal di Jl. Damai No. 71
Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan,
Jakarta 12270. Memulai pedidikannya di TK Islam
Al-Athfal II, kemudian melanjutkan pendidikannya
di SDN Petukangan Selatan 05 Pagi, lalu
melanjutkan pendidikan menengah di SMPN 110 Jakarta, dilanjutkan pendidikan
menengahnya dihabiskan di SMAN 90 Jakarta. Pada tahun 2013 melanjutkan
pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di jurusan
Ilmu Perpustakaan fakultas Adab dan Humaniora. Menyelesaikan kuliahnya
dengan menulis skripsi berjudul “Implementasi Biblioterapi untuk Penderita
Kanker Anak di Program Sekolah-ku: Studi Kasus pada Yayasan Kasih Anak
Kanker Indonesia (YKAKI) Jakarta”. Penulis pernah menjalankan magang di
TRAC selama dua bulan, selain itu pernah menjalankan magang di Perpustakan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan perpustakaan Indonesian Heritage
Society. Penulis pernah menjalankan praktek kerja lapangan di Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan dan pernah melaksanakan
kuliah kerja nyata di desa Kutruk, Kabupaten Tangerang.