iman dan amal sholeh

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kata Pengantar Manusia diciptakan di dunia oleh Allah SWT tentu dengan maksud tertentu, bermula dari penciptaan nabi adam sebagai nabi pertama dan manusia pertama di muka bumi tentu dengan maksud-maksud tertentu, yaitu untuk menjadi penguasa di bumi. Manusia dibedakan dengan mahluk ciptaan lainnya seperti jin, malaikat dan hewan serta tumbuhan yang juga di ciptakan di bumi, ciri khusus diciptakannya manusia adalah dengan diberikannya mereka hawa nafsu yaitu sifat yang ada pada diri setiap manusia yang memungkinkan mereka bertindak dengan kemauan mereka sendiri, tetapi kelebihan itu tidak serta merta membuat manusia bisa bertindak semaunya di muka bumi, mereka terserah melakukan sesuatu tetapi akan tetap dengan batasan-batasan yang mana segala perbuatan yang telah dilakukan akan dimintai pertanggung jawaban. Manusia sebagai penguasa di bumi diciptakan oleh Allah untuk melakukan segara urusan dengan cara mereka masing-masing, tetapi perlu diingat segala sesuatu yang telah dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah baik ataupun buruk suatu perbuatan itu, hanya ada dua jalan yang diberikan untuk menjalani hidup di dunia ini yaitu jalan baik dan buruk atau dalam bahasa lainnya adalah amalan sholeh dan amalan tidak sholeh, sehingga dalam makalah ini akan dijelaskan tentang apa itu amal sholeh dan amal tidak sholeh, perbuatan apa yang digolongkan dalam keduanya, konsekuensinya dan hadis serta ayat yang menjelaskan kedua hal tersebut. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan makalah ini, adalah: 1. Mengetahui definisi dari iman dan amal sholeh 2. Mengetahui perbuatan yang termasuk iman dan amal sholeh 3. Mengetahui definisi dari kufur dan amal tidah sholeh 4. Mengetahui perbuatan yang termasuk kufur dan amal tidak sholeh

Upload: oki-jaggerjaques

Post on 08-Feb-2016

113 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

iman dan kufur

TRANSCRIPT

Page 1: iman dan amal sholeh

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar

Manusia diciptakan di dunia oleh Allah SWT tentu dengan maksud tertentu,

bermula dari penciptaan nabi adam sebagai nabi pertama dan manusia pertama di

muka bumi tentu dengan maksud-maksud tertentu, yaitu untuk menjadi penguasa di

bumi. Manusia dibedakan dengan mahluk ciptaan lainnya seperti jin, malaikat dan

hewan serta tumbuhan yang juga di ciptakan di bumi, ciri khusus diciptakannya

manusia adalah dengan diberikannya mereka hawa nafsu yaitu sifat yang ada pada

diri setiap manusia yang memungkinkan mereka bertindak dengan kemauan mereka

sendiri, tetapi kelebihan itu tidak serta merta membuat manusia bisa bertindak

semaunya di muka bumi, mereka terserah melakukan sesuatu tetapi akan tetap

dengan batasan-batasan yang mana segala perbuatan yang telah dilakukan akan

dimintai pertanggung jawaban.

Manusia sebagai penguasa di bumi diciptakan oleh Allah untuk melakukan

segara urusan dengan cara mereka masing-masing, tetapi perlu diingat segala

sesuatu yang telah dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah baik

ataupun buruk suatu perbuatan itu, hanya ada dua jalan yang diberikan untuk

menjalani hidup di dunia ini yaitu jalan baik dan buruk atau dalam bahasa lainnya

adalah amalan sholeh dan amalan tidak sholeh, sehingga dalam makalah ini akan

dijelaskan tentang apa itu amal sholeh dan amal tidak sholeh, perbuatan apa yang

digolongkan dalam keduanya, konsekuensinya dan hadis serta ayat yang

menjelaskan kedua hal tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:

1. Mengetahui definisi dari iman dan amal sholeh

2. Mengetahui perbuatan yang termasuk iman dan amal sholeh

3. Mengetahui definisi dari kufur dan amal tidah sholeh

4. Mengetahui perbuatan yang termasuk kufur dan amal tidak sholeh

Page 2: iman dan amal sholeh

2

Manfaat dari penulisan makalah ini, adalah:

Dapat membedakan amalan baik dan buruk dan melakukan amalan baik dan

menghindari amalan buruk.

Page 3: iman dan amal sholeh

3

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Iman dan Amal Sholeh

Kata amal shaleh selalu dihubungkan dengan iman. Banyak sekali ayat-ayat Al-

Qur’an yang menjelaskan tentang iman yang kemudian diikuti dengan kata amal

shaleh, seakan-akan keduanya merupakan pasangan yang tidak bisa dipisahkan.

ومن يؤمن باهلل ويعمل صالحا يدخله جّنت تجرى من تحتها األنهار خالدين فيها أبدا

“dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya”. (at-Thalaq: 18)

Kalau kita perhatikan di dalam al-Quran, ayat-ayat yang mengandung perintah beriman kepada Allah (ن ذي نوا أل selalu digandeng dengan kalimat beramal sholeh)(أملوا) حات وعم صال ini suatu isyarah kepada kita bahwa keimanan yang kita punya (الharus dibarengi dengan beramal sholeh.

Meskipun tidak semua kata iman dihubungkan dengan amal shaleh, tetapi

banyaknya kata iman dan amal shaleh yang dihubungkan dengan iman menunjukkan

bahwa iman dan amal shaleh merupakan dua hal yang sangat dekat, seperti yang

difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Kahfi berikut:

“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan

menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik.”

(Al-Kahfi: 30)

Ayat di atas menggambarkan bahwa suatu perbuatan baik yang disertai dengan

iman, maka amal perbuatan tersebut tidak akan sia-sia, melainkan diterima di sisi

Allah. Sebaliknya, hal ini memberikan pengertian bahwa suatu amal perbuatan baik,

manakala tidak disertai dengan iman, berarti tidak akan membawa kebaikan apa-apa

bagi manusia. Dalam ayat lain Allah juga berfirman:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam

keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan

Page 4: iman dan amal sholeh

4

yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala

yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)

“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan

dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka

sedang mereka tiada dirugikan.” (Al-Ahqaf: 19).

Sedangkan dari hadis Nabi :

“Sesungguhnya perkara seorang mu’min itu menakjubkan, karena semua perkara

yang dialaminya adalah baik; jika mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka hal

itu lebih baik baginya, jika mengalami kesulitan dia bersabar, maka hal itu lebih baik

baginya, dan hal seperti itu tidak terdapat kecuali pada diri seorang mu’min.” (HR.

Muslim).

ان ي م م ي م و ع ان ع م ي) ي ط ران (ال

“Tidak diterima iman tanpa amal dan tidak diterima amal tanpa iman.” (At-

Thabrani)

Menilik pada ayat-ayat dan hadits-hadits yang dipaparkan di atas, tidak ada

penjelasan yang spesifik bahwa yang disebut amal shaleh adalah amalan-amalan

ibadah mahdhah, tetapi ayat-ayat di atas memiliki makna yang umum, yaitu

barangsiapa yang beramal shaleh dan disertai dengan iman, maka dia akan

mendapatkan balasan yang besar di sisi Allah. Ini menunjukkan bahwa kata amal

shaleh memiliki makna yang umum, yaitu segala amal perbuatan yang dapat

memberi manfaat bagi manusia, baik yang berkaitan dengan amal perbuatan

keduniawian maupun keakhiratan dapat disebut amal shaleh.

Rasulullah saw. Sendiri ketika menjelaskan tentang seseorang yang bekerja

mencari makan dengan tangannya sendiri, jauh lebih baik daripada orang yang

meminta-minta, karena itu bekerja apapun pekerjaannya, asalkan halal dan tidak

bertentangan dengan syariat, juga disebut sebagai amal shaleh, seperti sabda beliau:

ا ا أ ح أ م ام ا ط ط ر ي ن ن ي أ ن م م م و ن ي و ن ي ع او ان ن ي م م ي ع

“Tidak ada seorangpun makan makanan yang lebih baik dari hasil jerih payahnya

sendiri, dan sesungguhnya Nabi Dawud makan dari hasil jerih payahnya sendiri”.

(HR. Bukhari)

Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang bekerja membanting tulang untuk

keperluan diri dan keluarganya, sehingga dia mendapatkan rizki yang halal, maka

Page 5: iman dan amal sholeh

5

pekerjaannya itu disebut sebagai amal shaleh yang mendatangkan pahala yang besar

dari sisi Allah. Rasulullah juga bersabda,

ن ا أ م م ن م م ي ع ا أ م ي ر ل م و

“Barang siapa yang di waktu sore capek karena bekerja keras maka pada sore itu

dia telah diampuni.” (Ahmad).

Hadits di atas memberikan penjelasan bahwa keringat seseorang yang mengucur

karena kerja mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarga, merupakan ibadah yang

dapat menghapus dosa.

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia

berbuat baik kepada tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari

kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa yang beriman

kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR

Muslim).

Hadis di atas dengan jelas memperlihatkan bahwa ada hubungan sebab-akibat

antara iman dan amal. Apabila seseorang memiliki keimanan (kepada Allah dan hari

kiamat) maka hendaklah ia beramal shaleh, dalam hal ini hendaklah ia berbuat baik

kepada tetengganya, memuliakan tamunya, dan berkata baik atau diam.

Allah SWT berfirman:

“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang

paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya

dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat

sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi, 18 : 103-104).

Ayat di atas dengan jelas menjelaskan bahwa amal perbuatan manusia yang

baik-baik akan menjadi sia-sia dan tidak berguna di akhirat, jika tidak disertai dengan

iman. Amal perbuatan baik yang tidak disertai dengan iman digambarkan oleh Allah

seperti debu-debu yang beterbangan yang tidak ada manfaatnya.

Allah SWT berfirman:

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu

(bagaikan) debu yang berterbangan” (QS. Al Furqaan, 25 : 23).

Page 6: iman dan amal sholeh

6

Juga dalam firman-Nya:

“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti

abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka

tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di

dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh” (QS. Ibrahim, 14 : 18).

Di samping iman, syarat lain sebuah amal shaleh akan mendatangkan pahala jika

disertai dengan niat yang baik, bukan karena riya’. Niat yang bagus adalah niat untuk

mendapat ridho Allah SWT. Atau untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

”Di antara orang-orang Arab Badwi ada orang yang beriman kepada Allah dan hari

kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya di jalan Allah untuk

mendekatkannya kepada Allah dan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah,

sesungguhnya nafkah itu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kelak Allah akan

memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.” *At Taubah:99]

Orang yang berbuat kebaikan hanya untuk mendapat ridho Allah akan mendapat

pahala berlipat ganda:

”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan

hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan

tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi

siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha

Mengetahui.” *Al Baqarah:261+

”Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari

keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang

terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu

menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka

hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat” *Al

Baqarah:265]

Di dalam surat al-Baqarah ayat 82 :

ن ذي نوا وال لوا أم حات وعم صال ئك ال صحاب أول نة أ ج يها هم ال ال ون ف

“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga;

mereka kekal di dalamnya“.

Page 7: iman dan amal sholeh

7

Di tempat lain Allah berfirman:

“Aku adalah yang paling tidak butuh kepada syarikat, maka barangsiapa yang

beramal suatu amalan untuku lantas ia mensyerikatkan amalannya tersebut (juga)

kepada selainku maka Aku berlepas diri darinya dan ia untuk yang dia syarikatkan”

(HR. Ibnu Majah 2/1405 no. 4202, adapun lafal Imam Muslim (4/2289 no 2985)

adalah, “aku tinggalkan dia dan kesyirikannya”).

Ayat-ayat dan hadits di atas menjelaskan bahwa amal shaleh yang diterima di sisi

Allah adalah yang diniatkan karena Allah bukan untuk yang lain, seperti karena riya’

dan sebagainya. karena itu, jika seseorang melakukan amal perbuatan baik secara

lahiriyah, tetapi niatnya bukan karena Allah, melainkan karena seseorang atau yang

lain, maka amal perbuatannya menjadi sia-sia seperti buih yang terbawa air atau

debu yang diterbangkan oleh angin. Untuk itu, guna meningkatkan kualitas amal

shaleh kita, maka ada beberapa hal yang harus kita perhatikan: pertama, amal

shaleh kita harus senantiasa dilandasi karena keimanan kepada Allah dan kita harus

berniat bahwa amal perbuatan kita tersebut dilakukan dalam rangka untuk

beribadah kepada Allah.

Dari Abu Hurairah r.a ia brkata. "Rasulullah SAW. brsabda, 'apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah Jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo'akan kedua orang tuanya' ." (H.R Muslim no. 3084)

2.2 Balasan Dari Iman dan Amal Shaleh

Diantara keuntungan yang akan diraih oleh orang yang beriman dan selalu

beramal sholeh adalah sebagai berikut :

1. Tidak takut mati karena yakin mati adalah kewajiban bagi setiap makhluk.

ي

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.(QS An Nissa :78)

2. Tumbuhnya keberanian jiwa , tidak ada yang ditakuti kecuali Allah .

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu

Page 8: iman dan amal sholeh

8

janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.(QS Al Imran ;175)

3. Pasti mendapat rizki dan tidak takut miskin .

ا

“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS Al Ankabut :62)

4. Ketenangan jiwa sebagai cita-cita dalam hidup

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS Al Fath :4 )

5. Memperoleh petunjuk Allah ( pada kebaikan , keberuntungan dan jalan yang

lurus)

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”.(QS Al Hajj : 54)

6. Mendapat kehidupan yang lebih baik (dunia dan akhirat).

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(QS An Nahl :97)

7. Merdekanya jiwa dari kekuasaan orang lain karena seluruhnya hanya

diperuntukakan bagi Allah semata.

Page 9: iman dan amal sholeh

9

"Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS Al An 'am :162)

2.3 Definisi Kufur dan Amal tidak Sholeh

Amal tidak shalih berarti segala hal yang dilakukan tetapi tidak sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Allah dan segala hal yang dilarang baik itu amalan yang di haramkan di alquran dan assunah, jika hal-hal yang yang dilarang tetap dilakukan maka hanya akan mendapatkankan dosa, dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti, amal tidak sholeh bukan hanya perbuatan yang dilakukan tetapi bisa dari hati atau niat, walaupun perbuatan yang telah dilakukan seseorang merupakan amalan yang di perintahkan oleh Allah tetapi dilakukan semata-mata untuk memamerkan dirinya maka tidak akan diterima amalan tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedang dia itu mukmin, maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta Kami akan memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan” (QS. An Nahl [16]: 97).

Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menetapkan pahala amal shalih hanya bagi orang mukmin, sedang orang yang kufur, shalat, shaum, zakat dan ibadah lainnya yang dia lakukan tidaklah sah dan tidak ada pahalanya.

Juga Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedangkan dia mukmin, maka mereka masuk surga seraya mereka diberi rizqi di dalamnya tanpa perhitungan” (QS. Ghafir/Al Mukmin [40]: 40)

Di dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menetapkan pahala masuk surga bagi orang yang beramal shalih dengan syarat bahwa dia mukmin, sedangkan walaupun mukmin tetapi tidak melakukan amal sholeh maka tidak akan mendapatkannya.

Page 10: iman dan amal sholeh

10

Ada dua syarat lagi yang berkaitan dengan satuan amalan, yaitu ikhlash dan mutaba’ah. Dan berikut ini adalah penjelasan ringkasnya:

1. Ikhlash

Orang yang melakukan amal shaleh akan tetapi tidak ikhlas, namun justru dia ingin dilihat orang atau ingin didengar orang, maka amalan-amalan itu tidak diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya:

“Siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia beramal shalih dan tidak menyekutukan sesuatupun dalam ibadah kepada Tuhannya” (QS. Al Kahfi [18]: 110)

2. Mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan Rasul)

Amal ibadah meskipun dilakukan dengan ikhlash akan tetapi jika tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa sallam, maka pasti ditolak.

Rasulullah ShalAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melakukan amalan yang tidak ada dasarnya dari kami, maka itu tertolak” (HR. Muslim)

Rasulullah ShalAllahu‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Jauhilah hal-hal yang diada-adakan karena setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat” (HR. At Tirmidzi)

Sedikit amal tapi di atas sunnah adalah lebih baik daripada banyak amal dalam bid’ah. Ibnu Mas’ud radliyAllahu ‘anhu berkata: “Ikutilah (tuntunan Rasulullah) dan jangan mengada-ada yang baru”

2.4 Penyebab Terhapusnya Amal Sholeh

1. Syirik Kepada Allah

Tidak ragu lagi, syirik adalah penyakit akut lagi berbahaya, siap membunuh pelakunya kapan dan dimanapun, tiada jalan lain bagi orang yang berbuat syirik kecuali dengan taubat. Orang yang berbuat syirik amalannya tidak bermanfaat sedikitpun, Allah SWT berfirman:

”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (TUHAN), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)

Page 11: iman dan amal sholeh

11

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)

Ketahulaih, perbuatan syirik tidak akan mendatangkan manfaat sedikitpun kepada pelakunya. Ia akan merugi selama-lamanya, amalannya terhapus dan tertolak, sia-sia belaka bagaikan debu yang bertebaran. Allah berfirman, ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu KAMI jadikan amalan itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)

”... seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka lakukan.” (QS. Al-An’am: 88)

”Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra’: 19) Maksud dari ’sedang ia adalah mukmin’ adalah ia tidak kafir dan syirik. Karena sesungguhnya kekafiran dan kesyirikan itu tidaklah bermanfaat sedikitpun baginya di dunia dan akhirat, bahkan hal tersebutlah yang dapat menyebabkan terhapusnya amalan mereka, betapapun banyak amal shalih yang telah diperbuatnya.

A’isyah pernah suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Abdullah Jud’an yang mati dalam keadaan syirik, akan tetapi dia orang yang baik, suka memberi makan orang miskin, menolong yang teraniaya, punya kebaikan yang banyak. Rasulullah SAW menjawab, ”Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak pernah mengatakan, ’Wahai RABB-ku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak.’” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, ”Syafaat ini akan diperoleh, insya Allah, bagi orang yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari-Muslim)

”Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung.” (QS. Al-An’am: 71)

Page 12: iman dan amal sholeh

12

Demikianlah bagi yang ingin agar amal shalihnya tidak terhapus, maka dia harus meghindari sejauh mungkin perbuatan syirik, dalam segala hal, seperti berdoa atau dalam ibadah lainnya, seperti nadzar, menyembelih kurban, atau mendatangi dukun dan meminta pertolongannya.

2. Riya’ Riya’ tidak diragukan lagi membatalkan dan menghapuskan amalan seseorang. Berdasarkan hadits qudsi, ”(Allah berfirman): ”Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal menyekutukan-KU kepada yang lain, maka AKU tinggalkan amalannya dan tandingannya.” (HR. Muslim)

Penyakit inilah yang paling dikhawatirkan Rasulullah SAW menimpa umatnya. Beliau bersabda, ”Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah SAW menjawab, ”Yaitu riya’”. (HR. Ahmad)

Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, ”Ketahuilah bahsawanya amalan yang ditujukan kepada selain Allah bermacam-macam. Adakalanya murni dipenuhi riya’, tidaklah yang dia niatkan kecuali mencari perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya dengan orang-orang munafik di dalam shalat mereka. Allah berfirman, ’Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.’ (QS. An-Nisa’: 42). Lanjutnya lagi, ”Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan yang dipenuhi riya’- tidak diragukan lagi bagi seorang muslim- sia-sia belaka, tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapatkan murka dan balasan dari Allah. Adakalanya pula amalan itu ditujukan kepada Allah, akan tetapi terkotori oleh riya’. Jika terkotori dari asal niatnya maka dalil-dalil yang shahih menunjukkan batalnya amalan tersebut.” (Taisir Aziz Hamid)

3. Menerjang Keharaman Allah Tatkala Sendiri

Banyak di antara kita yang berani menerjang keharaman Allah, utamanya saat sepi dan tidak ada yang tahu, padahal Allah DZAT yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Orang yang tetap nekat menerjang keharaman Allah saat bersendiri, akan terhapus amalannya, berdasarkan sabda Rasulullah SAW, ”Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada hari kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. Allah menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang beterbangan.” Tsauban bertanya, ”Terangkanlah sifat mereka kepada kami ya Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka.” Rasulullah SAW menjawab, ”Mereka masih saudara kalian, dari jenis

Page 13: iman dan amal sholeh

13

kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di waktu malam sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri menerjang keharaman-keharaman Allah.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani)

4. Menyebut-nyebut Amalan Shalihnya

Berdasarkan firman Allah, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)

Juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW, ”Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh Allah pada hari kiamat, tidak disucikan-NYA, dan baginya adzab yang pedih.” Para sahabat bertanya, ”Terangkan sifat mereka kepada kami, alangkah meruginya mereka.” Nabi SAW bersabda, ”Mereka adalah yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka menyebut-nyebut pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim)

5. Mendahului Rasulullah SAW dalam Perintahnya

Maksudnya, janganlah seorang muslim mengerjakan amalan yang tidak Rasulullah SAW perintahkan, karena hal itu termasuk perbuatan lancang terhadap Beliau. Ditambah lagi, syarat diterimanya amalan adalah sesuai dengan petunjuknya, tidak menambahi dan tidak mengurangi. Allah berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-NYA dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)

Rasulullah SAW juga bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak termasuk urusan Kami maka tertolak.” (HR. Muslim)

Kita sering melihat orang melakukan suatu amal perbuatan yang tidak diperintahkan dan tidak pula dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan mereka menganggapnya sebagai ibadah yang akan memperoleh pahala dan kebaikan dari Allah. Padahal sesungguhnya mereka telah menyelisihi Allah dan Rasul-NYA, karena telah mengubah syariat tanpa hak, yang hanya berbekal persangkaan semata kepada Allah.

Page 14: iman dan amal sholeh

14

Allah berfirman, ”Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 36)

Imam Ibnul Qayyim berkata, ”Waspadalah kalian dari ditolaknya amalan pada awal kali hanya karena menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan mati. Sebagaimana Allah berfirman, ”Dan (begitu pula) KAMI memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan KAMI biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (QS. Al-An’am: 110)

6. Bersumpah Atas Nama Allah

Rasulullah SAW bersabda, ”Dahulu kala ada dua orang dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa sedangkan sedangkan satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan mengingatkan temannya agar menjauhi dosa. Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya, ”Berhentilah berbuat dosa.” Karena terlalu seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata, ”Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku terus?” Yang rajin beribadah itu akhirnya berang dan berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni.” atau ”Demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.” Akhirnya Allah mencabut arwah keduanya dan dikumpulkan di sisi-NYA. Allah berkata kepada orang yang rajin beribadah, ”Apakah engkau tahu apa yang ada di Diri-KU, ataukah engkau merasa mampu atas apa yang ada di Tangan-KU?” Allah berkata kepada orang yang berbuat dosa, ”Masuklah engkau ke dalam surga karena Rahmat-KU.” dan DIA berkata keada yang rajin beribadah, ”Dan engkau masuklah ke dalam neraka.” Abu Hurairah berkata, ”Demi DZAT yang jiwaku ada di Tangan-NYA, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” (HR. Abu Dawud).

Juga dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, ”Ada orang yang berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Maka Allah berfirman, ”Siapa yang bersumpah atas nama-KU bahwa AKU tidak akan mengampuni si fulan, sungguh AKU telah mengampuninya dan AKU membatalkan amalanmu.” (HR. Muslim)

7. Membenci Sunnah Rasulullah SAW Sekalipun Dia Mengamalkannya

”Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9)

Page 15: iman dan amal sholeh

15

Yaitu karena mereka membenci apa yang dibawa oleh Rasul-NYA berupa Al-Qur’an yang isi kandungannya berupa tauhid dan hari kebangkitan, karena alasan itu Allah menghapuskan amal-amal kebajikan yang pernah dikerjakan.

Page 16: iman dan amal sholeh

16

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Amalan-amalan yang sholeh merupakan amalan-amalah yang diperintahkan oleh

Allah melalui alquran dan amalan-amalan yang dilakukan oleh nabi Muhammad.

Allah akan memberikan balasan terhadap perbuatan yang dilakukannya sewaktu

hidup di dunia baik itu amalan baik maupun amalan buruk.

Amalan-amalan baik telah dicontohkan oleh nabi Muhammad pada saat beliau

masih hidup yang intinya adalah melakukan kebaikan kepada sesame dan beribadah

kepada Allah, melakukan perintahnya dan menjauhi larangannya.

3.2 Saran

Hidup di dunia ini ada batasnya, kita tidak akan hidup selamanya jadi berbuatlah

yang bisa membawa kebaikan di kehidupan dunia dan kehidupan setelahnya.