imam susanto (taksonomi bloom)
TRANSCRIPT
MAKALAH
PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH, MADRASAH, PONPES
DAN PERGURUAN TINGGI
“Taksonomi Bloom: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik serta Aplikasinya Dalam Proses Pembelajaran PAI”
Oleh:
Imam Susanto NPM. 1403691
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
STAIN JURAI SIWO METRO
1436 H / 2015 M
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pembelajaran PAI di Sekolah, Madrasah, Ponpes dan Perguruan Tinggi. Penulis menyadari dalam membuat makalah ini banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu saran dan kritik sangat penulis harapkan
guna memperbaiki dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Metro, 2015
Penulis
Imam Susanto NPM. 1403691
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Pengertian Taksonomi ....................................................................... 3
B. Taksonomi Tujuan Pendidikan .......................................................... 3
C. Domain/ranah Tujuan Pendidikan Taksonomi Bloom ........................ 4
D. Aplikasi Taksonomi Bloom Dalam Proses Pembelajaran PAI ............ 8
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif
dan efisien. Pendidikan lebih dari pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu, sedangkan pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu
dan keahlian. Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan tersebut telah menyiratkan
adanya keinginan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik termasuk
pengembangan ranah afektif yang berwujud keimanan, ketaqwaan, dan akhlak
mulia.
Dibandingkan dengan pengembangan kemampuan dalam ranah kognitif
dan psikomotor, upaya pengembangan unsur-unsur ranah afektif masih
tertinggal jauh. Jika dijumpai unsur afektif, hal itu baru pada tataran teori dan
konsep saja, belum sampai pada tataran aplikasi atau praktek.
Adapun alasan tersebut telah dijelaskan dalam buku Bloom (1971) tentang alasan-alasan pengabaian penilaian aspek afektif yang dikemukakan para pendidik yaitu pertama, takut akan munculnya indoktrinasi dan kedua, munculnya kekhawatiran akan terjadinya kegagalan dalam menilai aspek afektif.1
Mengingat akan tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri dan khususnya
tujuan pendidikan secara umum, dalam makalah ini akan membahas tentang
Taksonomi Bloom.
1 Khuriyah. Judul Jurnal Penelitian dan Evaluas, nomor 6, tahun V. 2003
Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat pula di artikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Dimana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih teperinci.2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian taksonomi? 2. Apakah yang dimaksud taksonomi tujuan pendidikan? 3. Jelaskan mengenai ketiga domain (ranah) tujuan pendidikan dalam
taksonomi Bloom? 4. Bagaimana aplikasi taksonomi Bloom dalam proses pembelajaran PAI?
2 Utami Munandar. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta: Rineka Cipta. 2009). h.165
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taksonomi
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu Tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berfikir dapat di klasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.3
Jadi taksonomi dapat dikatakan sebagai acuan ataupun aturan dari
pengelompokkan hasil belajar dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
B. Taksonomi Tujuan Pendidikan
Proses pembelajaan di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di
sekolah sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu merumuskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut perlu lebih
awal diinformasikan kepada siswa. Apabila dalam pengajaran tidak
disebutkan tujuannya, siswa tidak tahu mana pelajaran yang penting manapun
yang tidak. Taksonomi tujuan pendidikan merupaka suatu kategori tujuan
pendidikan yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskn tujuan
kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri domain –
domain kognitif, afektif dan psikomotor. Berbicara tentang taksonomi,
perilaku siswa sebagai tujuan belajar. Saat ini para ahli pada umumnya
sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai
tujuan pembelajaran yang dikenal dengan dengan taksonomi Bloom (Bloom’s
Taxsonomy). Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke
dalam 3 ranah, yaitu:4
a) Ranah kognitif; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation);
3 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Cet.VIII, Bandung: Alfabeta, 2010,
h. 2-3 4 Ibid, h. 166
b) Ranah afektif; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan
c) Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan ( habitual ), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
C. Domain/Ranah Tujuan Pendidikan Taksonomi Bloom
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa tujuan pendidikan baik umum
maupun pendidikan agama Islam selalu mengacu pada hasil belajar.
Sedangkan hasil belajar itu sendiri meliputi 3 aspek seperti yang telah
dikemukakan Benjamin S. Bloom bahwa: “Taksonomi (pengelompokkan)
tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga ranah yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berpikir (cognitive
domain), ranah nilai dan sikap (affective domain) dan ranah keterampilan
(psychomotor domain)”.5 Jadi, hasil belajar merupakan pencapaian bentuk
perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan
psikomotoris yang dilakukan dalam waktu tertentu.
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi, perubahan perilaku yang terjadi dalam otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan masalah, juga kesadaran akan pengetahuan dan peningkatan kemampuan dan keterampilan intelektual. Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis menjadi enam tingkat: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). Hasil belajar afektif adalah perubahan pada minat, sikap dan nilai-nilai, serta peningkatan apresiasi dan penyesuaian diri di lingkungan. Sedangkan hasil belajar psikomotor adalah manipulasi gerakan atau keterampilan motorik, dalam penelitian ini lebih berpusat kepada gerakan-gerakan yang bernilai Islami.6
5 Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada, 1996, h. 49 6 Ayi Teiri Nurtiani. Volume IV Nomor 2. Juli – Desember 2013
1. Domain Kognitif Menurut Benjamin S. Bloom
Harus diakui bahwa buah pemikiran tokoh Benjamin S. Bloom
tentang domain kognitif pengetahuan/berpikir, yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.
Seiring dengan perkembangan jaman, kemajuan pengetahuan dan
teknologi, konsep tingkatan berpikir tersebut di atas mengalami
perubahan. Lorin Anderson adalah seorang murid Bloom merevisi
taksonomi Bloom tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada
tahun 2001 dalam buku yang berjudul Taxonomy for Learning, Teaching
and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan
secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah
kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Tidak berubahnya jumlah dari enam kategori pada konsep
terdahulu jumlahnya digambarkan versi lama dan versi baru taksonomi
Bloom setelah dilakukan revisi oleh Lorin Anderson dkk.7
a. Remembering (mengingat) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk
mengingat-ingat kembali (recall) apa yang disampaikan oleh gurunya. Peserta didik bisa menyampaikan informasi/pengetahuan sederhana secara verbal atau tulisan. Misalnya, tentang tanggal lahir suatu tokoh, nama-nama ilmuwan, nama-nama presiden, nama tempat, menghafal puisi, dll.
b. Understanding (memahami) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk
memahami, menjabarkan, atau menegaskan informasi yang masuk seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi contoh, menjelaskan idea atau konsep, membuat summary dan melakukan intepretasi sederhana terhadap data/informasi. Misalnya, peserta didik diminta untuk menafsirkan informasi yang diberikan, menerjemahkan informasi dari satu media ke yang lain, atau secara
7 Yuli Kwartolo. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012
sederhana memberikan penjelasan sesuatu dengan kata-kata mereka sendiri.
c. Applying (menerapkan) Aplikasi memerlukan informasi yang dipelajari untuk digunakan
dalam mencapai solusi atau menyelesaikan tugas. Contoh, peserta didik menerapkan aturan tata bahasa ketika menulis makalah, atau mereka menerapkan teorema geometris ketika memecahkan masalah geometri. Untuk dikategorikan sebagai kegiatan mengaplikasikan, masalah harus unik. Dalam level ini, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar dengan melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktikan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dsb.
d. Analysis (menganalisis) Level ini merujuk pada kemampuan anak didik dalam
menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, mengintegrasikan, mengelompokkan, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis hubungan antara bagian-bagian, mengenali motif atau struktur organisasi, dsb.
e. Evaluating (mengevaluasi) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memberikan
justifikasi terhadap sesuatu yang dievaluasi. Ini berarti, peserta didik dengan sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan yang diperlukan untuk memberi nilai. Contoh, peserta didik bisa diminta menentukan sumber energi terbaik bagi Indonesia. Intinya, peserta didik diminta memutuskan yang terbaik maupun terburuk; mengidentifikasi paling tidak atau paling penting yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat tinggi.
f. Creating (berkreasi) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memadukan
berbagai macam informasi dan mengembangkannya sehingga terjadi sesuatu bentuk yang baru. Selain itu juga ditunjukkan dengan kemampuan dalam merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah, dsb.
2. Domain Afektif Menurut Benjamin S. Bloom
Ranah afektif adalah ranah pembahasan dan penilaian yang berhubungan dengan emosi. Penilaian aspek afektif dimaksudkan untuk mengevaluasi peserta didik dari segi afeksi dalam proses pembelajaran. Aspek afektif memuat kehendak (konasi) dan dorongan (motivasi) yang menjadi unsur pembentukan sikap hidup.8
8 Heribertus Joko Warnoto. Pendidikan Religiositas-Gagasan, Isi, dan Pelaksanaannya.
Ranah afektif meliputi 5 (lima) aspek, yaitu :
a. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu, tentang kesediaan memperhatikan hal tersebut, misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaanperbedan.
b. Pemberian tanggapan, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, misalnya mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu kagiatan.
c. Pemberian nilai, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap, misalnya menerima pendapat orang lain.
d. Pengorganisasian, yang mencakup kemampuan bentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan sebagi pegangan hidup, misalnya menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
e. Karakterisasi dengan suatu nilai, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuk menjadi pola nilai kehidupan pribadi, misalnya kemampuan mempertimbangkan menunjukkan tindakan yang disiplin.9
3. Domain Psikomotor Menurut Benjamin S. Bloom
Ranah psikomotor meliputi 6 (enam) aspek, yaitu:
a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut, misalnya pemilihan warna, angka atau huruf.
b. Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup kemampuan jasmania dan kemampuan rohania, misalnya posisi star lomba lari.
c. Respon terpimpin, yang mencakup kemampuan melaksanakan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan, misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran diatas pola.
d. Respon nyata yang kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien dan tepat, misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat.
e. Penguasaan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dan persyaratan khusus yang berlaku, misalnya keterampilan bertanding.
Yogyakarta: Kanisius, 2009, h.74
9 Sutarjo Paputungan. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Volume 2, nomor 1, 2014
f. Penciptaan, yang mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri, misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru.10
D. Aplikasi Taksonomi Bloom dalam Proses Pembelajaran PAI
DaIam prakteknya proses pembelajaran perlu mempertimbangkan penggunaan metode dan pendekatan mengajar, seperti informasi/ekspositry, inquiry/discovery, interaksi sosial, dan tingkah laku serta penggunaan prinsip mengajar, seperti motivasi, kooperasi, kompetisi, korelasi, integrasi, aplikasi, transformasi, dan individualitas.11
Contoh Metode dan Penerapannya12
No Metode Digunakan jika 1 Ceramah Menyampaikan fakta atau konsep 2 Tanya jawab Membuka dialog, menin)au ulang 3 Diskusi Mencari alternatif, membandingkan,
merumuskan 4 Latihan/Tugas Meningkatkan ketrampilan dan kecakapan
mental dan motorik 5 Demostrasi dan
Aksperimen Mengalami, mencoba sesuatu, mengamati proses
6 Karyawisata Memperluas cakrawak 7 Kelompok Memupuk kerjasama
Contoh dalam Pendidikan Agama Islam
No Metode Digunakan jika 1 Ceramah Menyampaikan konsep tentang kafir,
mu'min, musyrik, sabar dan lain-lairt. 2 Tanya jawab Dialog tentang hal-hal yang
membatalkan puasa 3 Diskusi Merumuskan tentang pribadi muslim
kaffah 4 Latihan/Tugas Menghitung jumlah zakat 5 Demostrasi dan
Aksperimen Wudlu', shalat, membersihkan najis
6 Karyawisata Menginventarisir nama-makhluk Allah Di alam semesta
7 Kelompok Memupuk ukhuwwah antar teman
10 Ibid. 11 Nana Sudjana, Dasar-dasarProseses BelajarMengajarar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2000, h. 152 12 Hindatulatifah. Jurnal Pendidikan Agama lslam Vol. V, No. 1, 2008
BAB III
KESIMPULAN
Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau
prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat,
dan kejadian sampai pada kemampuan berfikir dapat di klasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi. Menurut Bloom perilaku individu dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor.
Metode dan Penerapan Taksonomi Bloom pada pembelajaran PAI adalah
dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, latihan/tugas,
demonstrasi dan eksperimen, karyawisata, dan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada, 1996. Ayi Teiri Nurtiani. Volume IV Nomor 2. Juli – Desember 2013.
Heribertus Joko Warnoto. Pendidikan Religiositas-Gagasan, Isi, dan Pelaksanaannya. Yogyakarta: Kanisius, 2009. Hindatulatifah. Jurnal Pendidikan Agama lslam Vol. V, No. 1,2008
Khuriyah. Jurnal Penelitian dan Evaluasi,nomor 6, tahun V. 2003.
Nana Sudjana, Dasar-dasarProseses BelajarMengajarar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000. Sutarjo Paputungan. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Volume 2, nomor 1, 2014. Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Cet.VIII, Bandung: Alfabeta, 2010. Utami Munandar. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Yuli Kwartolo. Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012.