imajinasi orang latuhalat tentang laut: studi ekoteologi...

43
i Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi tentang Laut dan Pengaruhnya terhadap Pemanfaatan Laut oleh Jemaat GPM Latuhalat Oleh: Sandy Liwan 712012021 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: phamdan

Post on 03-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

i

Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut:

Studi Ekoteologi tentang Laut dan Pengaruhnya terhadap Pemanfaatan Laut

oleh Jemaat GPM Latuhalat

Oleh:

Sandy Liwan

712012021

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

ii

Page 3: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

iii

Page 4: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

iv

Page 5: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

v

Page 6: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,

karena kasih karuniaNya yang senantiasa dirasakan dan dialami dalam kehidupan

penulis. Secara khusus, penulis mengucap syukur karena penyertaanNya yang tak

pernah berhenti mengalir bagi penulis selama penulis menjalani masa pendidikan

di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sampai pada

proses menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Imajinasi Orang Latuhalat

tentang Laut: Studi Ekoteologi tentang Laut dan Pengaruhnya terhadap

Pemanfaatan Laut oleh Jemaat GPM Latuhalat”.

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol). Penulis

menyusun Tugas Akhir ini dengan harapan karya tulis ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi GPM, khususnya bagi Jemaat GPM Latuhalat dalam

pengembangan pelayanan ke depan. Penulis juga berharap laporan ini dapat

berguna di kemudian hari guna referensi atau sekedar menambah pengetahuan

tentang laut dalam kaitannya dengan gereja dilihat dari perspektif ekoteologi.

Dalam penyusunan tugas akhir ini juga penulis banyak mendapatkan

dorongan, saran, motivasi, semangat dan bimbingan dari berbagai pihak yang

mempunyai hubungan khusus dengan penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa

bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan Tugas Akhir ini tidak

dapat berjalan lancar sesuai dengan kehendak yang diinginkan penulis. Untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah memberikan fasilitas, membantu, membina,

membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir tersebut. Oleh karena itu

ucapan terima kasih penulis tujukan kepada :

1. Pdt. Izak Lattu, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan

semangat kepada penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir.

2. Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo sebagai pembimbing 2 yang telah

memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi

yang baik dalam penulisan Tugas Akhir Tersebut.

3. Seluruh dosen dan pegawai tata usaha (TU) Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana; Ibu Mariska, Kak Izak Latu, Pak

Jopie Engel, Pak Tony Tampake, Pak Yusak Setiyawan, Pak David

Samiyono, Pak Rama Tulus, Pak Simon, Pak Agus, Pak Kris, Kak

Iren, Bu Fery, Pak Jopie, Kak Astrid, Pak Nelman, Pak Handri, Bu

Budi, Mas Eko, Mas Adi, Bu Ningsih, yang telah membantu seluruh

proses dari awal perkuliahan sampai pada penulisan Tugas Akhir

Tersebut yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana Teologi.

Page 7: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

vii

4. Orangtua terkasih, yakni Ayah (Frangky) dan Ibu (Elizabeth) yang

senantiasa mendoakan, memberi semangat, memberi motivasi dan

membiayai penulis dalam proses pendidikan yang penulis lalui selama

kurang lebih 4 tahun.

5. Bapak Pdt. Amus Papasoka selaku Ketua Majelis Jemaat GPM

Latuhalat yang telah memberikan waktu dan kesempatan juga

membantu saya dalam proses penelitian di jemaat tersebut.

6. Bapak Yohanes Soparue selaku kepala koordinator sektor yang telah

bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk mendampingi saya

selama proses penelitian dan wawancara di Jemaat GPM Latuhalat.

7. Seluruh Jemaat GPM Latuhalat yang telah bersedia menjadi

narasumber dalam penulisan tugas akhir ini.

8. Keluarga besar Teologi angkatan 2012 Fakultas Teologi Universitas

Kristen Satya Wacana yang selalu mememberikan semangat dan

perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir dan telah

menjadi keluarga selama 4 tahun di kota ini.

9. Rifan Rangga (biee) yang senantiasa mendampingi, menemani,

membantu, dan memberikan semangat, dukungan dan dorongan

kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan tugas

akhir ini selesai.

10. Teman-teman penulis yakni Monica (Monces), Angel, Esterlita, Fantri,

Sifra, estu dan teman-teman lain yang tak bisa disebutkan satu per satu

yang telah membantu, memberikan semangat dan motivasi kepada

penulis dalam masa-masa perkuliahan dan dalam menyelesaikan

penulisan Tugas Akhir.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis juga menyadari bahwa masih

terdapat banyak kekurangan dalam penulisan oleh karena keterbatasan

pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Akhir kata semoga Tugas Akhir

ini bermanfaat bagi penulis sendiri, gereja, keluarga, masyarakat dan institusi

yang terlibat dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Salatiga, 7 Februari 2017

Penulis

Page 8: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

viii

MOTTO

Kesulitan seringkali ada untuk mempersiapkan

orang biasa meraih hal yang luar biasa.

-C.S.Lewis-

Amsal 19:20

Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan,

supaya engkau menjadi bijak di masa depan.

Page 9: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .................................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI .............................................. v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi-vii

MOTTO ............................................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix-x

ABSTRAK ......................................................................................................................... xi

Pendahuluan ...................................................................................................................... 1-5

Metode ................................................................................................................................ 5

Ekoteologi, Imajinasi dan Laut

Ekoteologi ............................................................................................................... 6-7

Imajinasi .................................................................................................................. 7-8

Laut .......................................................................................................................... 8-11

Pemanfaatan Laut .................................................................................................. 11-13

Bencana Laut ......................................................................................................... 13-14

Hubungan Manusia dengan Laut ........................................................................... 14-16

Laut dalam Pandangan Jemaat Latuhalat

Gambaran Tempat Penelitian ................................................................................ 17-19

Pandangan Jemaat Latuhalat tentang Laut ............................................................ 19-23

Page 10: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

x

Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut Sebagai Sebuah Refleksi dalam

Membangun Ekoteologi

Laut Sebagai Ibu .................................................................................................... 23

Laut Sebagai Teman Dekat ................................................................................... 23-24

Laut Sebagai Dapur ............................................................................................... 24

Laut Sebagai Guru Kehidupan .............................................................................. 24-25

Keterlibatan Gereja dalam Membangun Refleksi dari Pengalaman Jemaat ......... 26-28

Kesimpulan ...................................................................................................................... 28-29

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 30-32

Page 11: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

xi

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan imajinasi orang Latuhalat

tentang laut serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan laut oleh Jemaat GPM

Latuhalat untuk menopang kehidupan dilihat dari perspektif ekoteologi. Tujuan

tersebut dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah yaitu apa imajinasi

Jemaat GPM Latuhalat tentang laut serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan laut

oleh Jemaat GPM Latuhalat dilihat dari perspektif ekoteologi? Imajinasi yang

dimaksudkan oleh penulis ialah imajinasi yang lahir dari pengalaman orang

Latuhalat bersama laut, khususnya bagi para nelayan. Imajinasi-imajinasi tersebut

kemudian dipakai oleh penulis sebagai cara pandang baru bagi ekoteologi untuk

melihat dan merefleksikan hubungan antara Allah, manusia, dan alam.

Metode yang dipakai dalam melakukan penelitian ini ialah metode

kualitatif. Penulis menggunakan metode kualitatif, agar dapat memperoleh

informasi mendalam lewat wawancara yang dilakukan kepada orang-orang

Latuhalat, khususnya para nelayan. Setelah melakukan wawancara, penulis

menemukan bahwa ada begitu banyak imajinasi yang lahir dari pengalaman para

nelayan dengan laut. Sayangnya, GPM masih kurang menaruh perhatian pada laut

yang dianggap penting dan juga sebagai anugerah Tuhan. Dengan demikian,

refleksi ekoteologi terhadap laut belum nampak dalam bentuk-bentuk pelayanan

gereja terhadap jemaatnya.

Kata Kunci: Imajinasi laut, ekoteologi, Gereja Protestan Maluku (GPM), nelayan,

Latuhalat

Page 12: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

1

Pendahuluan

Laut diciptakan dengan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Dengan menyadari akan pentingnya laut, maka dapat dipahami pula

maknanya di dalam ciptaan. Artinya bahwa laut diciptakan dengan makna serta

fungsi yang jelas. Menurut para ahli, gelombang laut, arus laut, gerakan pasang

surut merupakan sumber energi yang bisa dikelola menjadi energi mekanik,

energi listrik dan seterusnya. Kita juga dapat melihat pada kenyataan di mana laut

mengandung berbagai jenis hewan laut, misalnya ikan, udang, keong, kerang,

cumi-cumi, teripang, dan lain-lain. Semuanya menyediakan protein (tinggi) bagi

manusia.1 Selain itu, Minyak bumi pun terdapat di laut serta gas alam di lepas

pantai. Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara lain, timah, pasir,

besi, garam, batu karang, dan lain-lain. 2

Secara khusus di masa depan manusia harus meningkatkan produksi

perikanan karena bermanfaat untuk pemecahan masalah pangan. Di saat yang

bersamaan pula sumber produksi yang begitu berharga harus dipelihara dan

dipertahankan secara terus-menerus, khususnya di Indonesia, sebab secara umum

sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut dan memiliki kekayaan hayati yang

perlu dijaga dan dikelola dengan baik.3 Namun hal ini tentu membutuhkan

keseimbangan antara kebijaksanaan dan penjagaan yang ketat untuk mencegah

eksploitasi yang berlebih-lebihan4, seperti yang terjadi di Maluku.

Maluku merupakan salah satu kawasan yang penuh dengan kekayaan laut,

terutama di Lautan Banda. Lautan Banda diperkirakan mengandung cadangan

ikan cakalang (Tuna) yang terbesar di seluruh kawasan Asia Pasifik. Selain itu,

diperkirakan juga bahwa dasar laut di kawasan Lautan Banda dan Maluku

1 H. Sapulette, “Laut sebagai Bagian dari Masyarakat Kepulauan: Suatu Tinjauan Etis”,

dalam Setia:Jurnal Teologi Persetia, diedit oleh Stephen Suleeman, Bendalina Souk, dan H.

Ongirwalu (Jakarta: 1997), 5.

2 Sapulette, “Laut”, 5.

3 Petrarca Karetji, “Menghubungkan Ketahanan Hayati dengan Pembangungan

Masyarakat di Indonesia: Menuju Strategi Komunikasi yang lebih afektif dalam pembangunan”,

dalam Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin: Journal interdisciplinary development studies”,

diedit oleh Agus Kristyanto, Dkk (Salatiga: Program pascasarjana UKSW), 231.

4 M.T.Zen, diedit., Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Gramedia, 1979), 91.

Page 13: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

2

mengandung bahan mineral.5 Namun, dewasa ini ternyata banyak sekali terjadi

pencemaran.6 Selain itu, perkembangan saat ini menunjukkan bahwa adanya

perhatian terhadap lingkungan, termasuk laut karena terjadi kerusakan yang parah.

Berdasarkan penelitian LIPI, kualitas air di Teluk Ambon buruk

dengan jumlah kepadatan 3.300 sel bakteri Escherichia coli (E coli)

dan 27.100 sel bakteri Coliform total pada setiap 100 mililiter air yang

menjadi sampel. Sampel penelitian itu diambil di delapan lokasi, di

antaranya Pasar Batumerah, Air Salobar, pertengahan Teluk Ambon

bagian luar, dan Hatiwe Besar.7

Oleh karena itu, peran masyarakat Indonesia sangat penting dalam merawat dan

menjaga kebersihan laut, terutama warga masyarakat di Maluku yang juga

menggantungkan hidupnya pada laut.

Terlepas dari permasalahan tersebut, di dalam ilmu teologi, kita mengenal

makhluk yang bernama manusia sebagai makhluk yang mendapatkan mandat dari

Tuhan. Mandat itu merupakan mandat ganda, yakni mandat untuk menjalankan

ibadah dan mandat untuk menguasai alam semesta. Kedua mandat tersebut dapat

kita sebut sebagai mandat ilahi dan mandat kultural. Mandat ilahi adalah mandat

yang pada pokoknya meminta manusia untuk melakukan ibadah kepada Tuhan di

dalam dan melalui kehidupannya. Sedangkan mandat kultural ialah mandat yang

berisi tugas penyuruhan agar manusia berbuat dan berusaha menguasai alam dan

segala isinya. Suatu tugas untuk mengolah bumi dan mengatur alam semesta ini

agar tercipta tertib alam sebaik-baiknya.8

Tanggung jawab tersebut pada dasarnya memberikan gambaran secara

langsung kepada masyarakat Maluku, termasuk Gereja untuk turut terlibat

berkontribusi dalam menangani kerusakan lingkungan, terutama laut sebagai

bagian dari misi gereja untuk menjaga alam ciptaan Allah. Raymundus Sudhiarsa,

5 Zen, Menuju Kelestarian, 91.

6 bandingkan Rizky W. Santoso, “Dampak Pencemaran Lingkungan Laut oleh

Perusahaan Pertambangan terhadap Nelayan Tradisional”, Lex Administratum 1, no.2 (Apr-Jun

2013).

7 Ita ibnu, Pencemaran Perairan Teluk Ambon Tinggi, dipublikasi Kamis 19/02/2014,

diakses minggu 18 Oktober 2015, http://www.batukarinfo.com/news/pencemaran-perairan-teluk-

ambon-tinggi.

8 M. Suprihadi Sastrosupeno, Manusia, Alam, dan Lingkungan (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1984), 9.

Page 14: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

3

menegaskan bahwa ada dua hal yang perlu dijadikan sebagai agenda misi Gereja:

Membangun kesadaran Moral dan Religius yang baru yang cinta akan lingkungan

hidup serta menerapkannya dalam upaya-upaya tindakan pastoral yang real dan

konkret.9

Biasanya dalam berbicara tentang lingkungan atau kepedulian terhadap

lingkungan melalui iman Kristen, gereja selalu berpatokan pada apa yang

dikatakan oleh Alkitab tentang lingkungan.10

Contohnya, dalam Alkitab sendiri

telah dikemukakan bahwa laut menyumbangkan yang baik bagi manusia (band.

Kej. 49:25), sebab memang dengan tujuan itulah laut itu diciptakan oleh Tuhan

(Ul. 33:13).11

Meskipun Alkitab mengungkapkan bahwa laut menyumbangkan yang

baik bagi manusia, namun tidak selamanya pandangan manusia terhadap laut itu

positif. Misalnya, pandangan orang Alor-NTT terhadap laut. Bagi mereka laut

bukan sekedar alam, tetapi kekuatan yang dapat membawa bencana. Demikian

juga cara berpikir orang Yahudi tentang laut. Laut adalah wakil roh-roh jahat yang

amat berbahaya.12

Perhatikan bagaimana murid-murid menganggap Yesus yang

berjalan di atas air sebagai hantu laut.13

Selain itu, dalam kitab-kitab Injil tidak

jarang kita membaca bahwa Yesus menganggap unsur-unsur alam adalah wahana

roh-roh jahat. Sebaliknya, Ia menunjuk kepada unsur-unsur alam, sebagaimana

adanya dalam rangka mengiaskan, mengumpamakan, mengibaratkan, atau

mempersamakan sesuatu yang hendak Ia sampaikan (Mrk. 4:8 dst, 26dst; 13:28

dst; Mat 6:19-20; 26 dst; 10:29; 13:26 dst; 24:27, 28; Luk. 12:25; 16:21).14

Sekalipun menurut pandangan masyarakat Yahudi laut adalah sesuatu

yang berbahaya, namun Yesus tidak memandangnya demikian. Bagi Yesus, alam

9A. Sunarko dan A. Eddy Kristiyanto, Menyapa Bumi Menyembah Yang Ilahi

(Yogyakarta: Kanisius, 2008), 11.

10

Fred Van Dyke, Between Heaven and Earth: Christian Perspectives on environmental

Protection (California: Santa Barbara, 1954), vii.

11

Dyke, Between Heaven, 7.

12

B. Fobia, “Yesus dan Badai Laut”, dalam Setia:Jurnal Teologi Persetia, diedit oleh

Stephen Suleeman, Bendalina Souk, dan H. Ongirwalu (Jakarta: 1997), 39.

13

Fobia, “Yesus dan Badai”, 39.

14

Fobia, “Yesus dan Badai”, 39.

Page 15: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

4

dan khususnya laut harus dipandang dari perspektif pemerintahan Allah yang

telah berlaku.15

Dalam terang pemerintahan Allah yang telah berlaku, alam

bukanlah kekuatan jahat yang membinasakan, melainkan pemberian Allah yang

sangat kaya. Roh-roh jahat mungkin berdiam dalam laut, namun roh-roh jahat

tersebut tidak berdaya. Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk memandang laut

sebagai sumber ancaman, sehingga kehidupan bahari dapat dikembangkan tanpa

rasa takut.16

Inilah yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal di

Latuhalat. Mereka yang tinggal di sana menggantungkan kehidupan mereka pada

laut. Mereka mengembangkan kehidupan mereka dari laut yang berada di sekitar

tempat tinggal mereka. Mereka memanfaatkan hasil-hasil laut dengan menekuni

pekerjaan sebagai nelayan dan juga membuka berbagai tempat-tempat wisata

pantai di sana. Selain itu, warga gereja sendiri pun terkadang membuat acara-

acara gereja, seperti ibadah padang di daerah sekitar pantai, bahkan melakukan

retreat dan menginap di pantai.

Berbeda dengan orang Alor dan orang Yahudi, orang Maluku tidak

menganggap laut sebagai ancaman dan bahaya. Sebaliknya, orang Maluku

menggantungkan hidup mereka sepenuhnya pada laut. Oleh karena itu, jika laut

itu merupakan ancaman dan bahaya yang juga dikatakan di dalam Alkitab, maka

tentu tidak sesuai dan bertentangan dengan orang Maluku yang menganggap laut

sebagai sumber kehidupan mereka. Dengan demikian, penelitian ini akan

dilakukan untuk mengetahui imajinasi orang Maluku terutama di Jemaat Latuhalat

tentang laut. Imajinasi yang dimaksudkan di sini ialah gambaran melalui konsep-

konsep yang didapatkan melalui pengindraan.17

Kemudian imajinasi tersebut

memprakondisikan pengalaman kita di dunia melalui tindakan kita.18

Dari

imajinasi itulah, kita dapat memahami pandangan mereka serta tindakan mereka

terhadap laut. Kemudian, kita dapat membangun refleksi secara teologis terhadap

laut.

15 Fobia, “Yesus dan Badai”, 40.

16

Fobia, “Yesus dan Badai”, 40.

17

Hudjolly, Imagologi: Strategi Rekayasa Teks (Jogjakarta: AR-RUZZ, 2011), 104.

18

Hudjolly, Imagologi, 105.

Page 16: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

5

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti

adalah apa imajinasi warga Jemaat GPM Latuhalat tentang laut serta pengaruhnya

terhadap pemanfaatan laut dilihat dari perspektif Ekoteologi? Adapun tujuan dari

penelitian ini ialah: mendeskripsikan imajinasi warga jemaat Latuhalat tentang

laut serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan laut oleh warga Jemaat GPM

Latuhalat untuk menopang kehidupan dilihat dari perspektif ekoteologi.

Metode

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian pendekatan

kualitatif dengan jenis penelitian deskiptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu

pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala

sentral. Untuk mengerti gejala tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian

atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas.19

Pendekatan ini tidak menggunakan pertanyaan yang rinci seperti halnya

pendekatan kuantitatif. Pertanyaan biasa dimulai dengan yang umum, tetapi

kemudian meruncing dan mendetail. Bersifat umum karena peneliti memberikan

peluang yang seluas-luasnya kepada partisipan mengungkapkan pikiran dan

pendapatnya tanpa pembatasan oleh peneliti. Informasi partisipan tersebut

kemudian diperuncing oleh peneliti sehingga terpusat. Hal ini disebabkan oleh

penekanan pada pentingnya informasi dari partisipan yang adalah sumber.20

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian kualitatif-

deskriptif adalah wawancara dan dokumentasi:Wawancara adalah tanya jawab

lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara berguna utuk

mendapatkan data dari tangan pertama (primer) sebagai pelengkap teknik

pengumpulan lainnya untuk menguji hasil pengumpulan data lainnya.21

Penelitian

akan dilakukan di Sinode Gereja Protestan Maluku Jemaat Latuhalat. Dalam

penelitian ini, informan yang akan penulis wawancarai adalah Pendeta jemaat,

tokoh masyarakat, dan nelayan.

19 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatf, Kuantitatif, dan Mixed

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010), 9.

20

Creswell, Research Design, 10.

21

Usman & Akbar, Metodologi Penelitian, 69.

Page 17: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

6

Ekoteologi, Imajinasi dan Laut

Ekoteologi

Pada dasarnya, Ekoteologi adalah upaya mengembangkan teologi yang

berbasis pada pemahaman ekologi.22

Dengan kata lain, ekoteologi merupakan

sebuah refleksi pada aspek yang berbeda dari teologi yang membahas tentang

lingkungan dan hubungan manusia dengan alam.23

Ekoteologi berusaha untuk

mengungkap dasar teologis bagi sebuah hubungan yang tepat antara Allah,

manusia dan alam semesta.24

Pada tingkat sekuler berbagai bentuk ekoteologi

harus dilihat sebagai kontribusi penting untuk membuat mitos dan simbol, di

mana 'mitos' tidak dimaksudkan untuk menyiratkan kurangnya kebenaran,

melainkan menunjukkan kapasitasnya untuk mencapai diluar rasional termasuk

dimensi lain dari pengetahuan. Hal ini menguraikan akar mitos tersebut dan

dampaknya, negatif dan positif, yang membentuk dasar dari banyak refleksi

ekoteologis. Dengan kata lain, pemikiran dan praktik keagamaan adalah sebagai

akar masalah karena agama berpotensi untuk meneruskan pemahaman ekoteologi

ke depan.25

Ekoteologi dapat memberikan rangsangan secara religio-filosofis

terhadap perhatian-perhatian agama atas isu-isu lingkungan hidup.

Ekoteologi sendiri bukanlah sebuah konsep baru lagi. Konsep ini sudah

dikembangkan sejak tahun 1970-an sebagai wujud kepedulian gereja terhadap

krisis ekologi yang belakangan ini semakin parah. Berawal dari kritik Lynn

White, seorang ahli sejarah dari Universitas California, Los Angeles, dalam

artikelnya berjudul “The Historical Roots of our Ecological Crisis”, White

berpendapat bahwa Kekristenan mengajarkan doktrin-doktrin yang menjadikan

manusia sebagai pusat segala sesuatu (anthropocentric) dengan menggunakan

teori tentang kekuasaan manusia atas bumi (Kej. 1:26-28) dan pada akhirnya

membawa dampak buruk terhadap lingkungan hidup. Kritik White tersebut tentu

menjadi pukulan bagi Gereja. Ditambah lagi munculnya sejumlah tokoh yang

turut mencambuk Gereja dengan teorinya yang anthropocentric. Dari kritik inilah,

22 K.A.M. Jusuf Roni, Langit Memerah Bumi Membara (Jakarta: Jusuf Roni Center,

2014), 11.

23 Celia Deane-Drummond, Eco-Theology (London: Saint Mary’s Press, 2008), 7.

24

Drummond, “Eco-Theology”, 9.

25 Drummond, Eco-Theology, 8.

Page 18: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

7

Paus Yohanes Paulus II kemudian mengarahkan perhatian gereja secara lebih

besar terhadap faktor ekologi.26

Dengan demikian, maka teologi gereja masa kini sudah seharusnya

difokuskan pada kesadaran akan lingkungan,sehingga agama lebih membumi dan

tidak lagi terhipnotis oleh perdebatan-perdebatan doktrinal atau urusan-urusan

aqidah.27

Banyak pendekatan untuk ekoteologi adalah mereka yang berusaha

untuk memulihkan kesadaran kita terhadap bumi, sebuah pengingat bahwa bumi

adalah tempat kita bersama, dan bahwa bumi dan manusia adalah satu.28

Dari

sinilah berkembang sejumlah proyek yang disebut religious-environmental

projects di seluruh dunia.29

Ekoteologi mulai digagas oleh sejumlah teolog seperti

de Chardin, Whitehead, Cobb, Moltmann, Ruether, dan McFague. Ekotetologi

juga tidak lahir hanya di kalangan Kristen saja ekoteologi berkembang, tetapi juga

di kalangan agama-agama lain, seperti Heschel dan Buber di Yahudi, Shiva di

Hindu dan Nasr di Islam.30

Imajinasi

Imajinasi telah diterima dalam dunia ilmiah, meskipun hanya diberi tempat

pada bagian paling belakang dari sebuah pencarian, penelitian, dan eksperimen.

Eksperimen dilandasi oleh sikap Imajinatif (pengandaian) yang dikenal dengan

asumsi, hipotesis, dugaan, posibilitas, atau hal-hal yang memang belum secara

nyata terjadi, tetapi dibayangkan akan terjadi jika semua syarat yang diperlukan

disediakan.31

Tujuan metode adalah menghadirkan segala syarat yang diperlukan

untuk suatu hipotesis, asumsi, dugaan, dan posibilitas. Oleh sebab itu, imajinasi

merupakan sumber inspirasi yang mendorong seseorang untuk

mengaktualisasikan imajinasinya.32

Menurut Edwards, imajinasi adalah daya untuk membentuk gambaran

melalui konsep-konsep mental yang tidak secara langsung didapatkan dari proses

26 Roni, Langit Memerah, 6-10.

27

Roni, Langit Memerah, 17-18.

28

Drummond, Eco-Theology, 9.

29 Roni, Langit Memerah, 12.

30

Roni, Langit Memerah, 12.

31

Hudjolly, Imagologi, 103.

32

Hudjolly, Imagologi, 103-104.

Page 19: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

8

pengindraan.33

Namun, perlu dipahami bahwa imajinasi tidak sama dengan

fantasi. Fantasi merupakan kemampuan membayangkan suatu objek dan produk

fantasi bernama khayalan atau ilusi.34

Giordano Bruno berusaha memasukkan

imajinasi ke dalam keagamaan. Ia memandang imajinasi sebagau suatu daya

spiritual di dalam diri manusia. Dengan kata lain, imajinasi adalah kendaraan bagi

Roh Kudus. Sedangkan Immanuel Kant memasukkan imajinasi dalam sistem

transendental, yaitu sebuah kondisi tersembunyi dari segala pengetahuan yang

mendasari objektivitas objek dalam subjektivitas subjek. Imajinasi itulah yang

akan memprakondisikan pengalaman manusia dengan dunia.35

Imajinasi merupakan kata kerja yang yang lebih luas dan tidak hanya

sekadar membayangkan, melainkan menuntut adanya kompleksitas dan kesadaran

mental yang tinggi untuk dapat berimajinasi. Pemakaian kata imajinasi dalam

kalimat sehari-hari mencampuradukkan pemakaian imajinasi dengan

membayangkan antara imagery (penggambaran), dan imagine (membayangkan).36

Dalam realitas modern, keberadaan imagologi menggantikan peran imajinasi

sebagai prakondisi pengetahuan. Imajinasi memprakondisikan pengetahuan

individu, sedangkan imagologi memprakondisikan pengetahuan massal. Gejala-

gejala pengetahuan mengenai agama berada dalam produksi massal. Dengan kata

lain, pengetahuan agama sudah dibentuk dalam ruang-ruang publik.37

Laut

Sebagai mahluk yang hidup di darat, pengetahuan kita pada Laut, secara

umum, harus kita akui masih sangat terbatas. Seorang ahli dan praktisi bidang

kelautan, Roberts Callum, memperkirakan bahwa kita baru memahami rahasia

laut sekitar 2% dari pengetahuan sesungguhnya.38

Misalnya saja bangsa Yunani

yang membayangkan laut sebagai sebuah sungai besar yang mengelilingi bumi.

Definisi ini tentu saja masih belum lengkap, dari pandangan manusia modern saat

33 Hudjolly, Imagologi, 104.

34

Hudjolly, Imagologi, 105.

35

Hudjolly, Imagologi, 105.

36

Hudjolly, Imagologi, 106.

37

Hudjolly, Imagologi, 109-110.

38

“Laut dan Fungsinya,” dalam Wiadnya_DGR Blog, Januari 01, 2012, diakses Agustus

26, 2016, http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/1-Laut-Dan-Fungsinya.pdf

Page 20: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

9

ini. Meskipun demikian, bangsa Yunani telah memperkenalkan istilah Okeanos,

yang selanjutnya secara global disebut Ocean. Kata Ocean, pada beberapa teks di

Indonesia, umumnya diartikan sebagai Laut. Dengan demikian, munculnya istilah

Okeanos, harus diakui sebagai kemajuan besar untuk mulai melihat, mempelajari

dan memahami peranan Laut pada kehidupan manusia.39

Laut merupakan tubuh perairan yang berisi air asin, menempati permukaan

bumi seluas 70,8% dengan kedalaman rata-rata 3.800 m.40

Lautan yang dangkal di

dekat benua yang sering disebut laut pinggir dan dangkalan serta laut pedalaman

bukanlah laut sesungguhnya, melainkan bagian benua yang kebetulan tenggelam

ke bawah air laut pada waktu permukaan air laut naik sehabis zaman es. Laut

sesungguhnya menempati cekungan-cekungan dalam yang biasa disebut lautan

atau samudera.41

Laut terdiri dari cekungan-cekungan bebatuan yang berisi air

asin. Tidak semua dasar laut bersifat datar, kadang-kadang berbentuk jurang atau

tebing. Pegunungan di dalam laut dapat membentuk jajaran pegunungan di dasar

laut di zona-zona lautan yang luas.42

Berdasarkan letaknya, Laut dibedakan menjadi tiga, yaitu Laut Tepi, Laut

Pertengahan, dan Laut Pedalaman. a) Laut Tepi. Laut Tepi adalah laut yang

terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah terpisah dari samudera luas oleh

daratan pulau-pulau atau jazirah. b) Laut Pertengahan. Laut Pertengahan adalah

laut yang terletak diantara benua-benua. Lautnya dalam dan mempunyai gugusan

pulau-pulau. c) Laut Pedalaman. Laut pedalaman adalah laut-laut yang hampir

seluruhnya dikelilingi oleh daratan.

Menurut Kedalamannya laut dibedakan berdasarkan 4 wilayah (zona),

yaitu: a) Zona Litoral. Zona ini adalah wilayah pantai atau pesisir. Di wilayah ini

pada saat air pasang akan tergenang air, dan pada saat air surut berubah menjadi

daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering juga disebut Wilayah Pasang-Surut. b)

39 “Laut dan Fungsinya,” dalam Wiadnya_DGR Blog.

40 Ruslan H. Prawiro, Ekologi, Lingkungan, Pencemaran: memperkenalkan seluk-beluk

lingkungan dengan masalahnya dan cara mengatasi, Cetakan keempat (Semarang: Satya Wacana,

1988), 115. 41

Prawiro, Ekologi, Lingkungan, 115. 42

Friedhelm Goltenboth, Kris H. Timotius, Paciencia Po Milan, dan Josef Margraf,

Ekologi Asia Tenggara: Kepulauan Indonesia (Jakarta: Salemba Teknika, 2012), 85-86.

Page 21: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

10

Zona Neritik. Zona Neritik adalah baris batas wilayah pasang surut hingga

kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari

sehingga pada wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jeni kehidupan baik

hewan maupun tumbuhan. c) Zona Batial. Zona Batial adalah wilayah laut yang

memiliki kedalaman antara 150 hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat

tertembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak

yang terdapat di Wilayah Neritik. d) Zona Abisal. Zona Abisal adalah wilayah

laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat

dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di wilayah

ini sangat terbatas (softilmu, 2013).43

Laut juga sangat kaya dengan organisme, baik jumlah maupun jenisnya.

Air dengan mineral-mineral dan sinar matahari sebagai sumber daya hidup

tercukupi. Organisme besar-kecil, tumbuhan dan hewan yang terdapat dalam

lingkungan laut, dari ganggangan-ganggangan yang sangat halus sampai mamalia

sangat besar.44

Laut dengan organisme yang sangat banyak itu merupakan sumber

daya berpotensi bagi kehidupan manusia. Sebagian telah dimanfaatkan, tetapi

sebagian besar masih merupakan cadangan untuk masa-masa yang akan datang.

Penghuni laut terdiri dari tumbuhan dan hewan yang dapat dibagi dalam tiga

golongan, yaitu plankton, nekton, bentos. Plankton berasal dari kata Yunani

“plagktos”, yang berarti mengembara. Kelompok ini terapung atau melayang di

air dan terbawa kemana-mana oleh arus air. Nekton berasal dari kata nektos yang

berarti berenang, dapat bergerak secara aktif hingga terdapat dimana-mana. Selain

itu, terdiri dari berbagai macam jenis ikan dan bukan ikan seperti lumba-lumba,

ikan paus, dan lain-lain yang termasuk binatang menyusui bernapas dengan paru-

paru. Sedangkan bentos merupakan golongan yang hidup dengan dasar. Jenis ini

hidup dari bahan organik dari kehidupan di lingkungan di atasnyayang berupa

bahan buang dan sisa-sisa bangkai yang mengendap di dasar laut. Ada yang

merangkak, melata, dan terikat lebih nyata dengan dasar. Beberapa jenis hidup

43 Hermansyah, “Potensi dan Mitigasi Bencana Laut,” Blog Hermansyah Education,

Maret 03, 2016, diakses September 01, 2016, http://blokjasa.blogspot.co.id/2016/03/potensi-dan-

mitigasi-bencana-laut.html?view=timeslide. 44

Goltenboth et al., Ekologi Asia Tenggara, 119.

Page 22: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

11

sebagai predator dengan menangkap jenis-jenis lain yang lewat di dekat mereka.

45

Jika kita melihat ekosistem pantai, kebanyakan ekosistem pesisir pantai

yang merupakan zona pasang surut adalah pertemuan daerah laut dengan pantai

mempunyai salinitas diantara laut dan air tawar dan air pasang surut tersebut

merupakan pengatur yang penting bagi ekosistem itu. Meskipun kondisi

temperatur dan kadar garam sangat bervariasi di sini, kondisi makanan yang

tersedia sangat penting pada area ini untuk makhluk hidup. Berbeda dengan laut,

organisme-organisme yang berdiam pada ekosistem ini merupakan habitat yang

terbuka terhadap sinar matahari, udara, dan juga mudah dimangsa oleh predator

tanah, seperti burung-burung pantai pada waktu pasang rendah dan dari pemangsa

hewan laut pada saat pasang naik. Pada keadaan lain, organisme tersebut harus

tetap hidup terhadap hempasan ombak berbuih sepanjang hari.46

Pantai yang berbatuan banyak ditutupi oleh tumbuhan laut seperti Fucus

dan Laminaria; dan hewan-hewannya seperti siput laut, jenis udang kecil, lintah

laut, kerang yang menempel dengan kuat pada batuan.47

Pada pelekuan batuan

sering merupakan habitat yang berisi air laut yang banyak dihuni oleh jenis

insekta. Zona pantai dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona alga merah, zona

alga coklat dan zona kerang. 48

Pantai berpasir ditandai oleh organisme seperti

jenis tiram , cacing, siput, dan kepiting yang dapat bersembunyi pada lubang

yang dibuatnya di pasir. Tumbuhan dan hewan yang mirip dengan hewan-hewan

tersebut juga terdapat pada habitat pantai yang berlumpur pada saat pasang surut

terjadi.49

Pemanfaatan Laut

Laut, sejak dulu sudah menjadi sumber daya alam yang penting bagi

manusia. Air menjadi media yang cocok dan menyediakan kehidupan untuk

45

Goltenboth et al., Ekologi Asia Tenggara, 119-120. 46

H. Dzaki Ramli, Ekologi (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989),

202.

47

Ramli, Ekologi, 202-203.

48

Ramli, Ekologi, 203.

49

Ramli, Ekologi, 204.

Page 23: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

12

dimanfaatkan oleh manusia sejak berabad-abad lamanya. Laut mengandung

sumber mineral yang penting bagi manusia – sebanyak 73 jenis dari 93 mineral

alam yang ada di laut sudah diketahui pada konsentrasi yang bisa diukur. Natrium

chlorida, magnesium dan bromine ialah tiga komponen mineral yang umum

diekstraksi dari laut. Laut mengandung iodium (iodine) dan merupakan komponen

esensial bagi kehidupan manusia. Iodium, tersedia atau terakumulasi pada

tumbuhan rumput laut (seaweed), selanjutnya secara mudah bisa diekstraksi oleh

manusia. Kebutuhan kita akan iodium juga bisa didapat dari garam alami laut.50

Selain itu, Nodule Mangan ialah sumber mineral mangan, cobalt dan

elemen lain dari laut yang hampir tidak pernah habis. Emas, mutiara dan logam

berat lainnya terkonsentrasi di wilayah neritik melalui bantuan gelombang pantai.

Besi sulfida terkumpul pada wilayah antara paparan benua dan dasar laut yang

lebih dalam. Bijih dan pasir besi terkumpul pada wilayah dekat pantai (neritik).

Penambangan pasir besi sudah sangat terbiasa kita lihat, dilakukan oleh berbagai

perusahaan swasta maupun pemerintah. Di bawah dasar laut, terdapat deposit

minyak dan gas yang persediaannya dipercaya lebih banyak daripada yang

tersedia di darat. Sebagian besar minyak dan gas alam cair yang kita gunakan

sehari-hari berasal dari pengeboran lepas pantai – Laut ialah satu satunya tempat

pada planet bumi untuk mencari hampir semua kebutuhan manusia. Bahkan pasir

pun kita tambang dari laut – kita telah mengambil faeces atau kotoran dari ikan

kakatua (famili: Scaridae) untuk dijadikan salah satu sumber bahan dan sumber

mata pencaharian masyarakat, bahkan sumber pendanaan pemerintah.51

Selain itu,

penangkapan ikan atau perikanan laut merupakan bentuk paling tradisional dari

usaha untuk memanfaatkan laut sebagai sumber daya, bagi kehidupan manusia.52

Laut juga mempunyai manfaat lain. Setiap hari, air laut akan naik ke arah

darat, selama beberapa lama dan kembali ke laut. Seperti sudah kita ketahui,

proses ini disebut pasang surut. Laut mempunyai pasang surut secara periodis.

Oleh sebab itu, ditempat-tempat tertentu perbedaan tinggi permukaan laut antara

pasang dan surut yang cukup tinggi dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.

50 “Laut dan Fungsinya,” dalam Wiadnya_DGR Blog.

51

“Laut dan Fungsinya,” dalam Wiadnya_DGR Blog.

52

“Laut dan Fungsinya,” dalam Wiadnya_DGR Blog.

Page 24: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

13

Di dalam gelombang dan arus laut juga terdapat energi yang dapat

dimanfaatkan.53

Energi lain dalam laut ialah panas matahari yang tersimpan di

dalam air laut. Di laut dalam, di bawah kondisi oseanologi tertentu terdapat

perbedaan suhu antara lapisan bawah dan atas air laut. Perbedaan suhu tersebut

dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik.54

Bencana Laut

Laut tentu memiliki manfaat dan fungsi yang sangat banyak yang dapat

digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun laut

memiliki manfaat seperti yang telah dibahas di atas tadi, laut juga dapat

mendatangkan bencana bagi manusia sendiri.

Bencana laut adalah bencana alam yang berasal dari laut, lingkungan

normal atau perubahan drastis alam laut, sehingga di zona pesisir terjadi di laut

atau serius membahayakan masyarakat, ekonomi dan peristiwa-peristiwa

kehidupan serta properti.

Ada berbagai jenis bencana yang diakibatkan oleh laut. Jenis-jenis

bencana tersebut diantaranya ialah: a) Tsunami. Tsunami adalah serangkaian

gelombang panjang yang timbul karena adanya perubahan dasar laut atau

perubahan badan air yang terjadi secara tiba-tiba dan impulsif, akibat gempa

bumi, erupsi gunung api bawah laut, longsoran bawah laut, ekstrusi gas dari

volcanic mud, runtuhan gunung es, ledakan nuklir, bahkan akibat terjangan

benda-benda angkasa luar ke permukaan laut. b) Gelombang Badai. Gelombang

badai Yaitu Gelombang yang terbentuk oleh angin yang sangat kuat Dengan

Kecepatan angin lebih dari 91 Km/jam, Tinggi gelombang 7 meter – 30 meter,

Berbahaya bagi pelayaran dan pemukiman /bangunan di pantai serta Dapat

menyebabkan abrasi pantai. Contoh : Badai, typhoon / hurricane, La Nina, El

nina. c) Kenaikan Permukaan Laut. Kenaikan permukaan laut adalah suatu

peristiwa yang menimbulkan naiknya permukaan air laut ke pesisir pantai kerena

beberapa faktor. d) El nina dan La nina. Nino adalah fenomena dimana terjadi

53 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta:

Djambatan, 1985), 348.

54

Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup, 348.

Page 25: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

14

peningkatan suhu permukaan laut yang biasanya dingin yang menyebabkan

upwelling55

dan biasaya kita indikasikasikan dengan kekeringan pada daerah

tersebut dan La-Nina adalah fenomena dimana terjadi pendingginan suhu

permukaan laut akibat menguatnya upwelling dan biasanya kita indikasikan

dengan banjir pada daerah tersebut.

e) Banjir. Banjir adalah debit aliran air sungai yang secara relatif lebih

besar dari biasanya/normalnya akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu

tempat tertentu secara terus menerus, sehingga tidak dapat ditampung oleh alur

sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya.

Selain air sungai, banjir juga dapat terjadi karena aliran air yang berasal dari laut

karena adanya bencana badai atau tsunami. f) Abrasi Pantai. Abrasi pantai yaitu

Pengikisan (erosi) pantai oleh pukulan gelombang laut yang terus menerus

terhadap dinding pantai. Hingga saat ini luas areal yang hilang dari Brebes hingga

Rembang mencapai lebih 4.000 (ha). Rata-rata daratan yang terseret arus laut 5-

30 meter per tahun. Abrasi itu mengakibatkan rusak dan hilangnya hutan bakau

(mangrove), perkebunan rakyat, areal pertambakan, dan permukiman penduduk

yang berada di bibir pantai.56

Hubungan Manusia dengan Laut

Dengan melihat manfaat dan bencana laut, maka secara tidak langsung laut

memiliki hubungan dengan makhluk lain, termasuk manusia. Laut sejak dulu

sudah menjadi sumber daya alam yang memberikan banyak manfaat penting bagi

manusia. Penangkapan ikan atau perikanan laut, ialah bentuk paling tradisional

dari usaha untuk memanfaatkan laut sebagai sumber daya, bagi kehidupan

manusia di darat.57

Penangkapan ikan tersebut kemudian dikembangkan dan

dijadikan sebagai mata pencaharian dibidang perekonomian.

Selain itu, hal yang tidak kalah menariknya antara hubungan manusia

dengan laut ialah tradisi atau kepercayaan. Pada umumnya, manusia memang

55

Upwelling merupakan sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan

bermassa jenis lebih besar dari dasar laut bergerak ke permukaan akibat pergerakan angin di

atasnya.

56 Hermansyah et al., “Potensi dan Mitigasi Bencana Laut”.

57

“Laut dan Fungsinya,” dalam Wiadnya_DGR Blog.

Page 26: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

15

memanfaatkan laut untuk kepentingan dan kebutuhannya. Namun di sisi lain,

manusia juga ternyata membangun hubungan yang lebih dari itu. Manusia mulai

membuat mitos-mitos tentang laut. Dari gambaran mitos-mitos tersebut ada yang

memandang laut sebagai ancaman atau bencana, tetapi ada juga yang memandang

laut sebagai anugerah dan berkat.

Kebanyakan dari bangsa-bangsa lain sering menggambarkan laut sebagai

sesuatu yang berbahaya, mengerikan, dan mengancam karena tidak selalu aman.58

Kisah-kisah tentang para petualang maupun para pelaut tentang serangan dari

makhluk-makhluk mistis dengan kekuatan gaib, maupun keanehan-keanehan laut

telah kita dengar. Misalnya saja, mitos Flying Dutchman (Belanda), mitos

Odysseus dan Serena (Yunani), legenda kapal Mary Celeste (Amerika Serikat),

misteri tentang Segi Tiga Bermuda (Samudra Atlantik), serta Sosok Leviathan

sebagai monster laut yang digambarkan dalam Perjanjian Lama oleh bangsa

yahudi dan juga dalam kebudayaan populer Barat lainnya. Mitos-mitos tersebut

menunjukkan bahwa laut sangat berbahaya dan mnyeramkan karena dihuni

makhluk-makhluk misterius yang mengerikan dan tentu saja menakutkan,

sehingga dalam kebudayaan Barat, hampir tidak ada mitos tentang laut sebagai

sebuah tempat yang penuh dengan pengharapan dan memberikan kepastian

hidup.59

Pandangan yang berbeda datang dari bangsa Indonesia yang dikenal

sebagai bangsa bahari. Bagaimana pun juga pandangan bangsa lain tentang laut

berbeda dengan bangsa Indonesia. Bangsa Barat telah berhasil mengarungi

samudera dan lautan yang bergelombang, namun mereka didasari oleh kekuatan

obsesi dan rasionalitas, bukan pada spirit kebahariannya.60

Bangsa Indonesia menggambarkan laut dengan memiliki daya tarik

tersendiri, melalui mitos dan cerita-ceritanya. Dalam berbagai kebudayaan yang

ada di Indonesia, terdapat banyak cerita tentang adanya Dewi Laut.61

Selain,

hadirnya mitos-mitos, Bangsa Indonesia juga membangun imajinasinya tentang

58 Yoseph Yapi Taum, “Berbagai Mitos Tentang Laut: Mengungkap Konsep Bahari

Bangsa Indonesia,” (Makalah dipresentasikan dalam Kongres Internasional Folklore Asia III DI

Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, 7-9 Juni, 2013).

59 Taum, “Berbagai Mitos Tentang Laut”.

60

Taum, “Berbagai Mitos Tentang Laut”.

61

Diwilayah Lombok dikenal sebagai Putri Mandalika yaitu putri laut yang

mengorbankan dirinya dan menjadi santapan penduduk setempat. DI Sumatera Utara dan Aceh

dikenal sebagai Putri Hijau. Sedangkan bagi masyarakat Jawa dan Sunda dikenal sebagai Ratu

Laut Selatan (Kanjeng Ratu Kidul dan pembantunya Nyai Roro Kidul).

Page 27: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

16

laut. Ada berbagai macam pandangan etnis di Indonesia yang menggambarkan

laut sebagai ibu. Bangsa Indonesia menggambarkan bahureks laut dalam bentuk

sosok perempuan. Di pulau Buru mengenal Ina Kabuki sebagai ratu yang

bertakhta di dasar Teluk kayeli. Selain itu, masyarakat nelayan Lamalera

menyebut laut sebagai Ina Fae Bele. (Lamaholot: Ina Fae (dari kata: Kefae atau

Kfae. Lamaholot: Kewae/Kwae: Istri) Belé artinya: Ibunda yang maharahim.

Laut juga disebut sebagai: Sedo Basa Hari Lolo: Ibundah yang

maharahim, mahapengasih, bunda yang senantiasa mengandung,

melahirkan, membesarkan, memelihara anak-anaknya dengan

menyediakan semua yang anak-anaknya membutuhkan. Dalam

nyanyian-nyanyian memanggil angin dan ungkapan-ungkapan adat

ketika menangkap ikan paus, pari, hiu, dll, laut disebut dengan berbagai

nama, Ina Lefa (Bunda Lautan), Ina Soro Budi: Ibu yang memberi

hatinya kepada anak-anaknya.62

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia

memberikan gambaran seorang perempuan bagi laut. Hal ini memiliki dua

kemungkinan.

Pertama, dalam konsep masyarakat di luar Pulau Jawa, perempuan

dipahami sebagai pemberi dan pelindung kehidupan. Wanita lebih

dimaknai sebagai manusia yang lembut dan penuh kasih. Itulah

sebabnya banyak sekali suku-suku bangsa di luar Jawa yang menjadi

pelaut ulung (dengan kapal Phinisi) dan bahkan ada suku laut yang

dikenal sebagai gypsi laut seperti suku Bajao di Sulawesi Selatan. Laut

juga dipahami sebagai ibu yang memberi kehidupan, seperti terlihat

jelas dalam legenda Bau Nyale masyarakat suku Sasak.63

Kedua, dalam konseps Jawa, perempuan dipahami sebagai çakti yang

dilukiskan sebagai maha hebat dan selalu dilukiskan sebagai sesuatu

yang "mengerikan". Perhatikan misalnya Sarpakenaka, Durga, dan

Calon Arang (Setiawan, 1981). Jika perempuan dipahami dalam konsep

ini, laut memiliki makna yang menakutkan. Orang menjadi takut untuk

melaut. Akan tetapi, penting diperhatikan bahwa konsep Penguasa Laut

Selatan muncul pada masa Mataram Senapati, di mana konsep gender

sangat kuat, dengan perempuan dipandang sebagai kekuatan pengayom.

Konsep ini berbalik linea recta di jaman rezim militer Orde Baru

Suharto, ketika (tubuh) perempuan dia pakai sebagai wahana dan

sarana untuk menghancurkan gerakan kiri khususnya dan gerakan

rakyat umumnya.64

62 Taum, “Berbagai Mitos Tentang Laut”.

63 Taum, “Berbagai Mitos Tentang Laut”.

64

Taum, “Berbagai Mitos Tentang Laut”.

Page 28: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

17

Laut dalam Pandangan Jemaat Latuhalat

A. Gambaran Tempat Penelitian

Jemaat GPM Latuhalat merupakan salah satu jemaat tertua dari beberapa

jemaat yang ada di Klasis Pulau Ambon. Jemaat GPM Latuhalat terdiri dari dua

negeri yaitu Negeri Latuhalat dan Seilale, sehingga lebih dikenal sebagai Jemaat

Latuhalat-Seilale.65

Namun di kemudian hari, Negeri Seilale membentuk jemaat

sendiri dan terpisah dari Jemaat GPM Latuhalat. Jemaat GPM Latuhalat terletak

di bagian barat Jezirah Lei-timur Pulau Ambon. Secara geografis, wilayah

pelayanan Jemaat GPM Latuhalat berbatasan sebagai berikut: di bagian Utara

dengan Jemaat GPM Seilale dan Teluk Ambon; di bagian Timur dengan Jemaat

GPM Erie dan Jemaat GPM Airlow; di bagian Barat dengan Jemaat GPM

Waimahu; di bagian Selatan dengan Laut Banda.66

Pembangunan gedung gereja Jemaat GPM Latuhalat untuk pertama kali

diresmikan pada tanggal 20 April 1926 oleh Tuan D.S W.J.J. Tennu. Gedung

Gereja tersebut kemudian diberi nama PNIEL yang artinya Bertemu Tuhan Muka

dengan Muka (Kej 32:30).67

Namun, dalam perjalanan waktu sampai sekarang,

Jemaat GPM Latuhalat mengalami perkembangan, baik dari pertambahan jumlah

umat, unit dan sektor. Secara keseluruhan, Jemaat GPM Latuhalat memiliki 6

sektor dan 51 unit. Anggota Jemaat GPM Latuhalat sendiri hingga awal 2016

berjumlah 5.240 orang dan jumlah KK sebanyak 1.276. Oleh sebab itu, dengan

banyaknya jumlah anggota jemaat maka untuk menjaga agar peribadahan tetap

efektif telah dibangun 5 gedung gereja di setiap sektor. Selain itu, untuk

mengakomodasi para pendeta, maka telah dibangun 4 rumah pastori, sehingga

saat ini jumlah rumah pastori di Jemaat GPM Latuhalat berjumlah 5 buah yang

tersebar disetiap sektor. Sampai dengan tahun 2016 jumlah pendeta yang sudah

bertugas di Jemaat GPM Latuhalat sebanyak 28 pendeta.68

Pekerjaan dari anggota Jemaat GPM Latuhalat sangat bervariasi mulai dari

nelayan, papalele, petani, peternak, pedagang, pekerja bangunan, PNS,

TNI/POLRI, swasta dan pengusaha. Berikut adalah tabel yang memperlihatkan

65 Dikutip dari Rencana Strategi Jemaat GPM Latuhalat tahun 2016-2020, 4.

66

Rencana Strategi..., 7.

67

Rencana Strategi..., 5.

68 Rencana Strategi..., 5-6.

Page 29: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

18

banyaknya orang yang berpartisipasi dalam aktivitas usaha ekonomi dan jenis

pekerjaan, pada tahun 2015.69

NO. JENIS USAHA

EKONOMI/PEKERJAAN

JUMLAH

(ORANG)

PERSENTASE

(%)

1. Nelayan 162 9.22

2. Papalele 87 4.95

3. Kios (BBM, Sembako, pulsa) 145 8.25

4. Tukang (kayu dan batu) 134 7.62

5. Batu Bata 58 3.30

6. PNS 299 17.01

7. TNI/POLRI 86 4.89

8. Ojek 71 4.04

9. Petani 75 4.27

10. Kontraktor 13 0.74

11. Pensiunan 140 7.96

12. Swasta 358 20.36

13. Rumah Makan 4 0.23

14. Peternakan 34 1.93

15. Lain-lain 92 5.23

Jumlah 1.758

Sumber : Kantor Jemaat GPM Latuhalat, data diolah 2016

Tabel 3.1 JENIS USAHA EKONOMI DAN PEKERJAAN DARI PENDUDUK JEMAAAT GPM

LATUHALAT

Dari tabel di atas, saya dapat mengetahui sumber daya ekonomi yang ada

di dalam jemaat. Berikut disajikan sumber daya ekonomi dalam jemaat GPM

Latuhalat pada tabel di bawah ini.

NO. URAIAN JUMLAH

1. Tempat Rekreasi 3

2. Hotel dan Penginapan 2

3. Restoran dan Rumah Makan 4

4. Perikanan Tangkap 67

5. Perdagangan 59

69 Rencana Strategi..., 19.

Page 30: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

19

6. Industri Kecil 1

7. Warnet 2

8. Industri Rumah Tangga 52

9. Alat Transportasi Darat 102

10. Ojek 150

11 Koperasi 4

Sumber : Kantor Negeri Latuhalat, data diolah 2016

Tabel 3.2 SUMBER DAYA EKONOMI YANG TERSEDIA

Berdasarkan tabel-tabel yang disajikan di atas, saya dapat menemukan

bahwa ada begitu banyak pekerjaan dan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh

jemaat GPM Latuhalat.

B. Pandangan Jemaat Latuhalat tentang Laut

Berdasarkan gambaran umum dari jemaat GPM Latuhalat yang telah

dipaparkan di atas, penulis menemukan bahwa ada begitu banyak pekerjaan yang

ditekuni oleh warga Jemaat GPM Latuhalat. Namun secara khusus, penulis lebih

menyoroti pada pekerjaan sebagai nelayan dan papalele. Yang dimaksud dengan

papalele ialah mereka yang biasanya berjualan keliling baik dari rumah ke rumah

maupun dari desa ke desa.70

Pekerjaan mereka sebagai nelayan mendapat

peringkat ketiga terbanyak di dalam jemaat tersebut. Salah satu faktor yang

membuat mereka bekerja sebagai nelayan ialah jemaat tersebut sebagian besar

tinggal di daerah pesisir pantai. Itulah sebabnya cukup banyak anggota jemaat

yang menggantungkan kehidupan mereka pada laut. Hal ini tentu mempengaruhi

pandangan Jemaat GPM Latuhalat tentang laut. Bagi Jemaat GPM Latuhalat,

khususnya nelayan, ibu-ibu papalele, tokoh-tokoh masyarakat71

, serta para

pelayan gereja laut itu merupakan sesuatu yang sangat penting.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para nelayan, mereka menganggap

laut sebagai sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Alasannya ialah

bahwa sebagian besar mereka telah mempunyai pengalaman sebagai seorang

nelayan sejak remaja. Mereka bahkan hidup dan dibesarkan dengan hasil-hasil

70

Simon Pieter Soegijono, “Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di

Ambon,” (Disertasi Doktor., Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), 2.

71

Wawancara dengan Bapak R.L (Sekretaris RT) dan Bapak J.L (Ketua RW) pada

tanggal 5 Oktober 2016 di rumah masing-masing narasumber.

Page 31: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

20

laut yang diperoleh. Dengan demikian, nelayan bukanlah profesi baru yang

mereka kerjakan, melainkan pekerjaan tersebut sudah dilakukan sejak dahulu.72

Namun, ada juga yang baru menjadi nelayan beberapa tahun.73

Pendapatan yang

mereka peroleh dari hasil-hasil laut telah cukup membiayai kebutuhan mereka

sehari-hari, baik itu sandang, pangan, papan, dan juga pendidikan. Hal inilah yang

membuat laut begitu penting bagi mereka. Mereka percaya bahwa laut telah

memelihara dan membesarkan mereka. Selain menganggap laut sebagai sesuatu

yang sangat penting, sebagai orang Kristen mereka juga menganggap laut itu

sebagai anugerah Tuhan. Laut merupakan ciptaan Tuhan yang patut disyukuri,

sebab lewat laut Tuhan memberikan berkat bagi para nelayan.74

Walaupun para nelayan telah menjalani kehidupan mereka bertahun-tahun

di laut, namun tentu saja tidak mudah bagi mereka untuk menaklukkan laut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para nelayan, mereka mengatakan bahwa

walaupun hampir setiap hari mereka pergi ke laut untuk mencari ikan, hal itu tidak

membuat mereka dengan serta-merta tidak takut terhadap laut. Terkadang mereka

harus berhati-hati ketika hendak pergi ke laut, apalagi jika musim ombak.75

Meskipun demikian, ada juga beberapa nelayan yang merasa sudah biasa dalam

menghadapi gelombang laut.76

Bagi mereka, laut itu bukanlah sesuatu yang

menakutkan, laut juga mempunyai sisi yang menyenangkan. Hal yang

menyenangkan bagi mereka ialah ketika mereka pergi ke laut, laut dapat

memberikan sesuatu bagi mereka untuk dibawa pulang. Dengan melihat

kenyataan tersebut, sebagai orang yang menggantungkan hidupnya di laut, mereka

tidak dapat menghindari semua ancaman-ancaman yang bisa saja membahayakan

nyawa mereka ketika pergi ke laut. Terkadang, walaupun cuaca tidak

memungkinkan, ada yang tetap turun ke laut mencari ikan demi melangsungkan

kehidupan mereka.

72

Wawancara dengan Bapak K.S, Bapak R.L, Bapak H.L, Bapak J.L, Bapak M.L, dan

Bapak C.L pada tanggal 3 Oktober 2016 di rumah masing-masing narasumber.

73

Wawancara dengan Bapak R.S.N pada tanggal 3 Oktober 2016 di rumah narasumber.

74

Wawancara dengan Bapak K.S, Bapak R.L, Bapak H.L, Bapak J.L, Bapak M.L, dan

Bapak C.L pada tanggal 3 Oktober 2016 di rumah masing-masing narasumber.

75

Wawancara dengan Bapak K.S, Bapak R.L, Bapak H.L, Bapak J.L, Bapak M.L, dan

Bapak C.L pada tanggal 3 Oktober 2016 di rumah masing-masing narasumber.

76

Wawancara dengan Bapak M.L pada tanggal 3 Oktober 2016 di rumah narasumber.

Page 32: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

21

Meskipun ketakutan mereka terhadap laut tidak dapat dihindari, namun

ada yang lebih menarik dari hal tersebut. Oleh karena laut telah memberikan hasil

bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka, maka mereka menganggap laut

sebagai ibu yang telah membesarkan mereka. Laut tidak hanya dipandang sebagai

ibu, tetapi juga ayah. Dengan kata lain, mereka memandang laut itu sebagai orang

tua mereka. Mereka melihat bahwa laut telah cukup banyak memberikan

kontribusi dalam kehidupan mereka, terkhususnya dalam bidang perekonomian.

Laut telah memberikan hasilnya berupa ikan dengan berbagai jenis yang dapat

mereka makan dan juga mereka jual, sehingga memperoleh uang untuk memenuhi

semua kebutuhan mereka. Selain ikan dengan berbagai jenis, terkadang mereka

juga mendapat cumi-cumi sebagai hasil tangkapan mereka.

Selain pendapat dari para nelayan, berdasarkan hasil wawancara dengan

ibu-ibu papalele, mereka mengatakan bahwa laut juga merupakan sesuatu yang

sangat penting bagi kehidupan mereka. Meskipun mereka tidak turun secara

langsung ke laut, namun hasil-hasil yang diperoleh oleh suami maupun anak-anak

mereka juga dapat mereka nikmati. Merekalah yang membawa hasil-hasil laut itu

ke pasar dan menjualnya untuk memperoleh uang.77

Selain itu, sebagai ibu rumah

tangga tentulah ikan yang diperoleh itu dimasak dan disajikan oleh mereka.

Dengan demikian, laut juga memainkan peranan penting bagi ibu-ibu papalele,

bukan hanya bagi para nelayan saja. Bagi ibu-ibu papalele, laut bisa digambarkan

sebagai dapur bagi mereka. Sebab sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa

dapur merupakan tempat di mana kita menyimpan segala jenis bahan makanan

dan tempat untuk mengolah bahan makanan.78

Bahan makanan yang mereka

peroleh berupa ikan selalu mereka dapatkan dari laut. Oleh sebab itulah, maka

mereka menggambarkan laut sebagai dapur, tempat di mana mereka menyimpan

bahan makanan yang sewaktu-waktu jika mereka perlu mereka dapat

mengambilnya.

Di sisi lain, ada budaya dari orang Latuhalat di mana mereka terkadang

pergi ke pantai dan berbicara dengan sebuah batu yang berada di pesisir pantai.

Mereka menamainya “Batu Bicara”. Orang-orang yang mempunyai peran dalam

77

Wawancara dengan Ibu Y.L, Ibu T.L, Ibu C.L, Ibu S.L, Ibu, S.N, dan Ibu E.L pada

tanggal 3 Oktober 2016 di rumah masing-masing narasumber.

78

Wawancara dengan Ibu Y.L pada tanggal 3 Oktober 2016 di rumah narasumber.

Page 33: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

22

adat biasanya naik ke batu tersebut untuk berdialog dengan roh-roh nenek

moyang. Mereka biasanya berbicara tentang kondisi musim atau keadaan darurat

lainnya.79

Seharusnya dengan adanya budaya tersebut, gereja dapat membuat

teologi kontekstual yang berhubungan dengan laut, sehingga orang Latuhalat bisa

membangun relasi antara mereka dengan laut.

Menurut Pendeta dan Majelis, mereka mengatakan bahwa laut juga

merupakan bagian yang sangat penting, sebab laut juga merupakan tempat

makhluk hidup. Jika laut tidak penting maka Allah tidak akan menciptakan laut.

Manusia sendiri juga menggantungkan hidup mereka di laut. Contoh konkret yang

bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari ialah para nelayan itu sendiri. Mereka

hidup dan begitu menggantungkan kehidupan mereka dengan hasil-hasil laut yang

mereka peroleh.80

Selain itu, laut juga merupakan anugerah yang Tuhan berikan

bagi kehidupan manusia. Sebab lewat laut Tuhan memberikan berkatNya berupa

hasil-hasil laut yang dinikmati oleh semua manusia, bukan hanya para nelayan

saja.81

Dilihat dari perspektif Teologi, Ketua Majelis Jemaat Latuhalat

menjelaskan bahwa laut merupakan ciptaan Tuhan sekaligus anugerah Tuhan.

Laut merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan ini, sebab kita semua

merupakan satu ekosistem yang terhubung satu dengan yang lainnya. Dengan

demikian, maka tentulah manusia juga membutuhkan laut, hanya saja manusia

kurang memperhatikan laut, termasuk Gereja itu sendiri. Orientasi Gereja

Protestan Maluku (GPM) masih banyak tertuju pada organisasi institusi dan ritual-

ritual keagamaan, meskipun perlu diakui bahwa pemikiran para Teolognya sudah

berkembang. Namun, perhatian pada mental spiritual, masalah sosial dan

lingkungan masih perlu ditindaklanjuti lebih jauh.82

Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa meskipun para pelayan gereja

menganggap bahwa laut itu penting, namun dari pihak gereja sendiri kurang

membangun refleksi dan melibatkan kegiatan pelayanan jemaat dengan laut.

Kegiatan peribadahan sekitar pantai mungkin pernah dilakukan oleh Jemaat GPM

79 Wawancara dengan D.P.S (Mantan majelis, Raja, Sekretaris Desa, dan Tua Adat) pada

tanggal 8 Oktober 2016 di rumah pastori.

80

Wawancara dengan L.N (Majelis) pada tanggal 5 Oktober 2016 di rumah narasumber.

81

Wawancara dengan Y.S (Majelis sekaligus koordinator pelayanan sektor Nazaret) Pada

tanggal 5 Oktober 2016 di rumah narasumber.

82 Wawancara dengan Pdt. A.P (Ketua Majelis Jemaat) pada tanggal 7 Oktober 2016 di

rumah pastori.

Page 34: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

23

Latuhalat, seperti retreat katekisasi.83

Namun, belum ada bentuk-bentuk

pemberdayaan atau program-program gereja yang berkaitan dengan laut dan

kehidupan para nelayan.

Imajinasi Jemaat Latuhalat tentang Laut Sebagai Sebuah Refleksi dalam

Membangun Ekoteologi

Ada beberapa imajinasi yang ditemukan oleh penulis berdasarkan hasil

wawancara bersama dengan orang-orang Latuhalat. Berikut dipaparkan imajinasi-

imajinasi yang lahir dari pengalaman keseharian mereka.

A. Laut Sebagai Ibu

Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang sudah dipaparkan di atas,

penulis menemukan bahwa orang Latuhalat menganggap laut itu sebagai seorang

ibu. Hal ini tentu berdasar pada kehidupan mereka yang bergantung pada laut.

Seorang ibu biasanya menjaga, merawat dan memberikan apa yang dibutuhkan

oleh anak-anaknya. Sama halnya juga dengan apa yang dialami oleh orang

Latuhalat dengan laut. Laut merawat, memberikan apa yang dibutuhkan, serta

membiayai kehidupan orang-orang Latuhalat, terutama para nelayan. Laut

menyimpan hasil-hasilnya untuk diberikan dan dinikmati oleh mereka. Dengan

demikian, mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup berupa bahan pangan dan

perekonomian mereka yang diperoleh dari hasil-hasil laut yang dijual di pasar.

Selain itu, laut juga mengelola dan menghasilkan sesuatu yang baik bagi

orang-orang Latuhalat. Terkadang, manusia begitu serakah sehingga ikan-ikan

kecil juga ingin diambil. Namun, laut mempunyai gelora dan gelombang besar

untuk mencegah nelayan turun ke laut. Tentu inilah cara laut untuk mengelola

hasil-hasilnya. Sama seperti seorang ibu yang mengelola segala sesuatu bagi

anak-anaknya juga.

B. Laut Sebagai seorang Teman Dekat

Orang Latuhalat, terkhususnya para nelayan juga menganggap laut itu

sebagai teman dekat atau sahabat. Oleh karena hampir setiap hari mereka turun ke

laut, maka mereka sudah begitu bergaul karib dengan laut. Biasanya seorang

83 Wawancara dengan Pdt. A.P (Ketua Majelis Jemaat) pada tanggal 7 Oktober 2016 di

rumah pastori.

Page 35: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

24

teman dekat atau sahabat adalah orang yang senantiasa bergaul karib dengan

teman mereka. Lebih dari itu, mereka bukan hanya bergaul karib, tetapi juga

mengetahui sifat baik dan buruk dari teman mereka. Sekalipun mereka

mengetahui sifat buruk dari teman mereka, namun mereka tidak meninggalkan

temannya. Sama halnya, hubungan antara para nelayan dengan laut. Laut

merupakan teman dekat atau sahabat mereka, sebab mereka selalu bergaul dengan

laut. Tidak hanya itu, mereka juga tahu sifat baik dan buruk yang dimiliki oleh

laut. Mereka mengetahui bahwa laut itu tidak selamanya akan tetap tenang dan

teduh. Laut juga mempunyai gelora dan gelombang yang bisa membahayakan diri

mereka sendiri, ketika mereka berada di laut. Meskipun mereka mengetahui sifat

buruk berupa bencana yang dapat mengancam diri mereka sendiri, namun mereka

tidak meninggalkan laut. Mereka masih saja pergi ke laut.

C. Laut Sebagai Dapur

Orang Latuhalat juga menjadikan laut sebagai dapur mereka. Sebagaimana

yang kita ketahui bahwa dapur tentu mempunyai peranan yang cukup penting

dalam rumah. Dapur merupakan tempat khusus yang kita sediakan untuk

melakukan segala pekerjaan yang berhubungan dengan pengolahan bahan

makanan, seperti memasak. Dapur juga mempunyai fungsi sebagai tempat

penyimpanan bahan makanan. Semua bahan pangan yang dimiliki ditaruh dan

disimpan di dapur. Selain itu, dapur juga menyimpan peralatan rumah tangga

yang dipakai untuk memasak dan sebagainya.

Dengan gambaran dapur seperti inilah, maka orang Latuhalat menjadikan

laut sebagai dapur mereka. Mereka menjadikan laut sebagai dapur, sebab bahan

makanan yang mereka peroleh berupa ikan, cumi, dan hasil laut lainnya selalu

mereka ambil dan dapatkan dari laut. Oleh sebab itulah, maka mereka

menggambarkan laut sebagai dapur, tempat di mana mereka menyimpan bahan

makanan yang sewaktu-waktu jika mereka perlu mereka dapat mengambilnya.

D. Laut Sebagai Guru Kehidupan

Selain berbagai macam pandangan di atas tentang laut, orang Latuhalat

juga bisa menjadikan laut sebagai guru kehidupan. Dengan kata lain, laut dapat

mengajarkan suatu pelajaran berharga tentang bagaimana orang Latuhalat harus

menghadapi kehidupan mereka. Sebab laut tidak hanya memberikan mereka hasil-

Page 36: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

25

hail laut yang dapat dinikmati saja, melainkan bahaya-bahaya juga yang dapat

mencelakakan mereka.

Lewat gelombang dan gelora yang dihadapi oleh nelayan, laut

memberikan tantangan dan mengajarkan mereka bagaimana bertahan dan tidak

pantang menyerah dalam menghadapi persoalan hidup. Sebesar apapun persoalan

yang mereka hadapi, mereka harus tetap berani untuk menghadapinya.

Gelombang dan gelora laut tentu membuat mereka terombang-ambing, bahkan

bisa menenggelamkan mereka. Namun, mereka harus mengetahui bagaimana cara

menghadapi gelombang dan gelora laut, agar mereka tidak sampai tenggelam.

Begitu pun ketika mereka menghadapi persoalan hidup. Persoalan hidup yang

mereka hadapi mungkin membuat mereka terombang-ambing, putus asa, bingung,

dan sebagainya. Namun, mereka tidak boleh membiarkan diri mereka tenggelam

dan hanyut dalam persoalan hidup yang mereka hadapi. Sebaliknya, mereka harus

mencari solusi, sehingga mereka bisa melalui dan menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut. Di sisi lain, laut juga tidak selamanya bergelombang dan

bergelora. Terkadang, ia menjadi tenang dan teduh. Dari sinilah ia mengajarkan

bahwa kehidupan ini tentu tidak selamanya diperhadapkan dengan persoalan dan

tantangan saja, melainkan ada waktu untuk menikmati kehidupan dan

memperoleh keberhasilan, keberuntungan, kesuksesan, dan sebagainya. Itulah saat

di mana mereka bebas dari persoalan hidup dan memperoleh harapan-harapan

yang baru.

Selain itu, hasil-hasil laut yang mereka peroleh berupa berbagai jenis ikan,

cumi, dan sebagainya, jumlahnya tidak menentu. Terkadang mereka memperoleh

hasil laut dengan jumlah yang banyak dan terkadang mereka memperoleh hasil

laut dengan jumlah yang sedikit. Oleh sebab itu, lewat hasil laut yang tidak

menentu itulah laut juga mengajarkan mereka untuk bersyukur dengan apa yang

mereka dapatkan dan mereka peroleh berapapun jumlahnya. Mereka tidak perlu

kecewa jika hasil yang mereka peroleh jumlahnya sedikit, sebab lebih baik sedikit

daripada tidak sama sekali. Laut juga mengajarkan mereka untuk bersabar dan

terus berusaha lebih giat dan lebih keras lagi untuk bisa memperoleh apa yang

mereka harapkan dan mereka inginkan.

Page 37: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

26

Keterlibatan Gereja dalam Membangun Refleksi dari Pengalaman Jemaat

Dari hasil studi lapangan yang dilakukan oleh penulis, penulis melihat

bahwa upaya Gereja, khususnya Gereja Protestan Maluku dalam membangun

refleksi dari kehidupan umat masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara dengan

para pelayan gereja (Pendeta dan Majelis), mereka mengatakan bahwa laut itu

sangat penting dengan berbagai macam alasan yang diberikan dan dipaparkan.

Mereka juga mengatakan bahwa laut itu sebagai anugerah yang Tuhan berikan

bagi manusia. Namun pada kenyataannya, pelayanan yang dilakukan oleh gereja

belum menunjukkan bahwa laut itu penting dan laut itu sebagai anugerah Tuhan.

Apalagi cukup banyak warga jemaat yang bekerja sebagai nelayan. Tentu sangat

disayangkan sekali jika dalam program-program gereja belum ada pemberdayaan-

pemberdayaan terkait dengan laut dan nelayan. Gereja masih terlalu sibuk dengan

urusan-urusan kelembagaan dan organisasi.

Oleh sebab itulah, benar yang dikatakan oleh John Chr. Ruhulessin tentang

dua belas isu yang akan terus menjadi pergumulan GPM sepuluh tahun ke depan

(2015-2025) dalam tulisannya yang berjudul “Delapan Dekade Menanam,

Menyiram, bertumbuh, dan Berbuah”. Salah satu isu yang diangkat ialah

peradaban maritim dan Teologi Kelautan.84

Ia menjelaskan bahwa GPM perlu

memikirkan kembali sebuah teologi yang merespon konteks laut-pulau GPM dan

bersinergi dengan paradigma pembangunan bangsa saat ini. Dan persoalan

merumuskan teologi yang peka terhadap konteks laut-pulau haruslah

bersinambungan dengan pengalaman hidup jemaat sehari-hari. Tujuannya ialah

agar laut dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan disorientasi

pembangunan selama ini dapat dikoreksi dan diupayakan solusi yang tepat.

Dengan begitu, dapat tercipta budaya mencintai laut dan secara optimal gereja

turut ambil bagian dalam pelestarian laut beserta segala isinya dan kegunaannya.85

Berdasarkan isu yang diangkat oleh John Ruhulessin inilah, penulis

berpikir bahwa tulisannya sangat relevan dengan kehidupan Jemaat GPM

84

Elizabeth Marantika dkk, Kata Pengantar pada Delapan Dekade GPM

Menanam,Menyiram, Betumbuh, dan Berbuah: Teologi GPM dalam Praksis Berbangsa dan

Bermasyarakat, oleh John Chr. Ruhulessin (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2015),

xxv-xxxiii.

85

Marantika dkk, Kata Pengantar, xxix.

Page 38: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

27

Latuhalat. Jemaat yang bukan hanya terdiri dari masyarakat pegunungan saja,

melainkan masyarakat pesisir pantai juga. Lebih dari itu, Jemaat GPM Latuhalat

merupakan jemaat yang hampir sebagian warga jemaatnya berprofesi sebagai

nelayan. Oleh sebab itu, sangat disayangkan sekali jika isu ini belum diperhatikan

oleh gereja dalam jemaat GPM Latuhalat. Gereja belum membangun sebuah

teologi yang peka terhadap konteks laut-pulau sekaligus bersinambungan dengan

praktek keseharian umat.

Di sisi lain, perlu disadari bahwa kesadaran konteks GPM sebagai gereja

laut-pulau sudah muncul dalam lintasan sejarah GPM. Namun, upaya lebih lanjut

dalam merumuskan teologi yang peka terhadap konteks laut-pulau ini masih

kurang berkoneksi dengan pengalaman sehari-hari jemaat. Padahal, Teologi yang

ramah dengan konteks di mana gereja hadir itu sangat penting.86

Teologi itu

penting sebab Teologi merupakan jantung gereja. Teologi menentukan masa

depan gereja.87

Dan kini jemaat-jemaat yang ada dan telah terbentuk, mereka telah

beriman dengan format teologi mereka sendiri. Iman yang mereka alami adalah

basis dari teologi mereka. Oleh sebab itulah, yang diperlukan sekarang ialah

bagaimana gereja hadir dan mengartikulasikan iman dan teologi mereka menjadi

teologi gereja dalam konteks dan ruang tertentu, yang dapat menjadi acuan untuk

merumuskan teologi gereja bagi GPM.88

Hal ini tidak berarti bahwa GPM tidak

mempunyai teologi, melainkan suatu upaya untuk membuat pengalaman iman

jemaat dapat menjadi basis dari teologi gereja.

GPM harus berani memikul dan menghadapi tantangan ini. Dengan

demikian, GPM tidak hanya menjadi acuan bagi-gereja-gereja Belanda, tetapi juga

harus menyediakan alternatif berteologi bahkan di luar praktik berteologi para

rasul.89

Salah satunya ialah membangun teologi dari pengalaman Jemaat GPM

Latuhalat. Gereja yang hadir di tengah-tengah konteks jemaat Latuhalat haruslah

membangun teologi gerejanya sendiri berdasarkan pengalaman kehidupan jemaat

secara nyata. Ada begitu banyak pengalaman yang bisa digali oleh gereja untuk

86 Marantika dkk, Kata Pengantar, xxix.

87

Marantika dkk, Kata Pengantar, xxxv.

88 Marantika dkk, Kata Pengantar, xxxvi.

89

Marantika dkk, Kata Pengantar, xxxvi.

Page 39: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

28

membangun sebuah refleksi yang menyentuh bagi kehidupan jemaat. Jika kita

melihat dari Jemaat GPM Latuhalat, cukup banyak warga jemaatnya yang

berprofesi sebagai nelayan, sehingga mereka banyak menikmati hasil-hasil laut

setiap harinya. Oleh sebab itu, jika Israel bersaksi tentang Tuhan yang

menurunkan manna dan burung puyuh dari langit, maka Jemaat Latuhalat

mengalami Tuhan yang memberikan mereka ikan, laor, dan hasil-hasil lautnya

sebagai persediaan di saat musim timur. Dengan begitu teologi gereja dapat hidup

di tengah-tengah dan bersama-sama dengan jemaat. Kita dapat menghasilkan

teologi gereja yang mandiri dan bertumbuh dalam pengalaman imannya sendiri.

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dari

pengalaman hidup sehari-hari orang Latuhalat dengan laut, mereka bisa

melahirkan suatu cara pandang baru bagi ekoteologi dalam melihat hubungan

antara Allah, manusia dan alam. Cara pandang yang baru itu lahir dari imajinasi

mereka terhadap laut. Ada begitu banyak imajinasi yang bisa dibangun terhadap

laut. Penulis menemukan ada empat imajinasi berdasarkan pengalaman hidup para

nelayan di Jemaat GPM Latuhat, yaitu laut itu sebagai ibu, teman dekat, dapur dan

sebagai guru kehidupan. Dari imajinasi-imajinasi inilah, refleksi ekoteologi dapat

dibangun berdasarkan pengalaman iman jemaat dengan laut.

Sayangnya, gereja sendiri belum memperlihatkan perhatiannya terhadap

laut yang dianggap penting dan merupakan anugerah Tuhan. Gereja belum

merumuskan teologi yang menyentuh kehidupan sehari-hari jemaatnya. Gereja

masih terlalu sibuk dengan urusan kelembagaan dan organisasi. Padahal

membangun teologi yang peka terhadap kehidupan jemaat, sama pentingnya

dengan mengatur kelembagaan dan organisasi. Sebab jemaat tidak hanya

membutuhkan organisasi yang teratur dan berjalan dengan baik saja, tetapi juga

refleksi-refleksi teologi yang lahir dari pengalaman iman dan menyentuh

kehidupan mereka setiap hari.

Oleh sebab itulah, gereja (GPM) perlu membangun sebuah refleksi

teologi yang baru dan mandiri dalam konteks dan ruang tertentu berangkat dari

pengalaman jemaat secara nyata, terlebih khusus bagi jemaat GPM Latuhalat

dalam konteksnya dengan laut. Dengan begitu, gereja tidak hanya membangun

Page 40: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

29

teologi antara Allah dan manusia saja, melainkan antara Allah, manusia dan alam.

Pembuatan program-program pemberdayaan bagi jemaat dan aksi-aksi nyata juga

perlu dilakukan oleh gereja, bukan hanya di atas mimbar saja ketika berkhotbah.

Sebab gereja adalah mitra Allah, sehingga gereja juga mempunyai tanggung

jawab secara nyata terhadap alam.

Program-program dan aksi-aksi nyata itu mungkin bisa diwujudkan dalam

bentuk seminar atau kegiatan-kegiatan yang memberikan wawasan bagi para

nelayan sesuai dengan profesi mereka. Mengingat, kebanyakan dari mereka

memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Gereja juga perlu membuat kerja bakti

sosial yang dilakukan untuk membersihkan daerah sekitaran pantai, agar

kebersihan pantai juga tetap terjaga, dan juga program lainnya yang dapat

meningkatkan kualitas laut. Dari sisi mental-spiritual, gereja bisa mendampingi

mereka dengan membuat jadwal khusus ibadah bagi para nelayan. Mungkin tidak

setiap saat, tapi ada waktu yang disediakan oleh pelayan gereja untuk pergi ke laut

bersama mereka dan memberkati pekerjaan mereka atau mendengar keluh kesah

serta pengalaman mereka, sambil melakukan pastoral. Turun ke laut juga dapat

membahayakan mereka, maka gereja dapat memanfaatkan itu untuk

meningkatkan spiritual mereka dengan mengajak para nelayan berkumpul

bersama untuk menyerahkan aktivitas mereka kepada Tuhan sebelum turun ke

laut atau kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan aksi-aksi nyata tersebut, maka gereja

dapat menciptakan budaya mencintai laut bagi jemaatnya dan turut mengambil

bagian dalam pelestarian laut.

Page 41: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

30

Daftar Pustaka

BUKU

Arsyad, Sitanala dan Ernan Rustiadi (editor). Penyelamatan Tanah, Air, dan

Lingkungan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012.

Borrong, Robbert P. Etika Bumi Baru: Akses etika dalam pengelolaan lingkungan

hidup. Jakarta: Gunung Mulia, 2000.

Creswell, W. J. Research Design: Pendekatan Kualitatf, Kuantitatif, dan Mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Deane-Drummond, Celia. Eco-Theology. London: Saint Mary’s Press, 2008.

Deane-Drummond, Celia. Teologi dan ekologi: buku pegangan. Diterjemahkan

oleh Robert P. Borrong. Jakarta: Gunung Mulia, 2001.

Goltenboth, Friedhelm, dkk. Ekologi Asia Tenggara: Kepulauan Indonesia.

Jakarta: Salemba Teknika, 2012.

Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK GM, 1996.

Hudjolly. Imagologi: Strategi Rekayasa Teks. Jogjakarta: AR-RUZZ, 2011.

Kristyanto, Agus., Sulasmono, S. B., Nuhamara, D., Suwondo, K., Wilardjo, L.

Ndoen, M. Supramono dan Budiyono, T. Diedit. Jurnal Studi

Pembangunan Interdisiplin: Journal interdisciplinary development

studies, Salatiga: Program pascasarjana UKSW, 2009.

Marantika, Elizabeth, dkk. Kata Pengantar pada Delapan Dekade GPM

Menanam, Menyiram, Bertumbuh, dan Berbuah: Teologi GPM dalam

Praksis Berbangsa dan Bermasyarakat, oleh John Chr. Ruhulessin, xxv-

xxxiii. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2015.

Pratney, Winkie. Memulihkan Negeri: Terobosan Supernatural terhadap Masalah

Ekologi. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2003.

Prawiro, Ruslan H. Ekologi, Lingkungan, Pencemaran: Memperkenalkan Seluk-

beluk Lingkungan dengan Masalahnya dan Cara Mengatasinya.

Semarang: Satya Wacana, 1998.

Ramli, H. Dzaki. Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1989.

Rasmussen, Larry L. Komunitas bumi: etika bumi – merawat bumi demi

kehidupan yang berkelanjutan bagi segenap ciptaan. Diterjemahkan oleh

Liem Sien Kie. Cetakan pertama. Jakarta: Gunung Mulia, 2010.

Page 42: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

31

Roni, K.A.M Jusuf. Langit Memerah Bumi Membara. Jakarta: Jusuf Roni Center,

2014.

Saidi Zaim, dkk. Memahami Pencemaran Air: Panduan ringkas bagi masyarakat.

Indonesia-Kanada: WALHI, YLKI, LBH, 1990.

Sastrosupeno, M. Suprihadi. Manusia, Alam, dan Lingkungan. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.

Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

Djambatan, 1985.

Suleeman, Stephen; Souk, B dan Ongirwalu, H. Setia:Jurnal Teologi Persetia.

Jakarta: Persetia, 1997.

Sunarko, A. dan A. Eddy Kristiyanto. Menyapa Bumi Menyembah Yang Ilahi.

Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Tucker, Mary Evelyn dan John A. Grim (editor). Agama, Filsafat dan Lingkungan

Hidup. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Usman, Husaini & Purnomo S. Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:

Bumi Aksara, 2008.

Van Dyke, Fred. Between Heaven and Earth: Christian Perspectives on

environmental Protection. California: Santa Barbara, 1954.

Zen, M.T. (editor). Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Gramedia,

1979.

Zuriah, Nurul. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

2007.

Jurnal

Santoso, Rizky W. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut oleh Perusahaan

Pertambangan terhadap Nelayan Tradisional. Lex Administratum 1, no.2

(Apr-Jun/2013).

Ibnu, Ita. Pencemaran Perairan Teluk Ambon Tinggi. Dipublikasikan Kamis

19/02/2014. diakses minggu 18 Oktober 2015.

http://www.batukarinfo.com/news/pencemaranperairan-teluk-a.

Page 43: Imajinasi Orang Latuhalat tentang Laut: Studi Ekoteologi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13407/1/T1_712012021_Full... · Bahan-bahan mineral tersedia dengan limpahnya antara

32

Disertasi

Soegijono, Simon Pieter. “Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil

di Ambon.” Disertasi Doktor., Universitas Kristen Satya Wacana, 2011.

Makalah

Taum, Yoseph Yapi. Berbagai Mitos Tentang Laut: Mengungkapkan Konsep

Bahari Bangsa Indonesia. Makalah dipresentasi dalam Kongres

Internasional Folklore Asia III, Jogjakarta, 7-9 Juni, 2013.

Blog

“Laut dan Fungsinya” dalam Wiadnya_DGR Blog, 01 Januari 2012. Diakses 26

Agustus 2016. http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/1-Laut-

Dan-Fungsinya.pdf .

Hermansyah et al. “Potensi dan Mitigasi Bencana Laut” dalam Blog Hermansyah

Education, 03 Maret 2016. Diakses 01 September 2016.

http://blokjasa.blogspot.co.id/2016/03/potensi-dan-mitigasi-bencana-

laut.html?view=timeslide.