ilmu usaha tani

54
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani dilakukan oleh petani guna untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam usahatani, terdapat perhitungan untuk memperoleh suatu keuntungan yang akan diterima. Perhitungan tersebut seperti analisis biaya, pendapatan, BEP (Break Event Point) atau R/C ratio, dimana perhitungan-perhitungan itu digunakan agar orang yang melkukan usahatani mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk usahatani, apakah biaya-biaya tersebut melebihi atau memenuhi target keuntungan yang diinginkan. Adapula pengorganisir dalam usahatani yaitu petani sendiri yang kemudian dibantu oleh keluarganya dan tenaga luar. Penggunaan tenaga luar dikhususkan pada kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang lebih dari potensi tenaga kerja yang dimiliki petani sedangkan yang diorganisir sendiri adalah faktor-faktor produksi

Upload: riia-dwii-malinda-sary

Post on 29-Jan-2016

167 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

draft

TRANSCRIPT

Page 1: ilmu usaha tani

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang

petani mengalokasikan sumber daya yang secara efektif dan efisien untuk

memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani

dilakukan oleh petani guna untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya

seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam usahatani, terdapat

perhitungan untuk memperoleh suatu keuntungan yang akan diterima.

Perhitungan tersebut seperti analisis biaya, pendapatan, BEP (Break Event

Point) atau R/C ratio, dimana perhitungan-perhitungan itu digunakan agar

orang yang melkukan usahatani mengetahui biaya-biaya apa saja yang

dikeluarkan untuk usahatani, apakah biaya-biaya tersebut melebihi atau

memenuhi target keuntungan yang diinginkan.

Adapula pengorganisir dalam usahatani yaitu petani sendiri yang

kemudian dibantu oleh keluarganya dan tenaga luar. Penggunaan tenaga

luar dikhususkan pada kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga

yang lebih dari potensi tenaga kerja yang dimiliki petani sedangkan yang

diorganisir sendiri adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai atau yang

dapat dikuasai. Kemudian, usahatani ini hanya dilaksanakan pada areal

sempit atau tidak begitu luas, hal ini dikarenakan terbatasnya faktor modal

dan kebanyakan petani sudah merasa puas apabila hasilnya sudah dapat

memenuhi kebutuhan keluarga sehingga didalam Ilmu Usahatani ini

analisis biaya dirasa cukup penting, karena setiap petani dapat menguasai

pengaturan biaya produksi dalam usahataninya tetapi tidak mampu

mengatur harga komoditi yang dijualnya atau memberi nilai kepada

komoditi tersebut.

Dalam praktikum ini, obyek praktikum kelompok kami adalah

usahatani cabai sehingga kami mengamati secara langsung kondisi

usahatani petani cabai di lapangan dengan melakukan interview dan akan

1

Page 2: ilmu usaha tani

2

membahas data-data yang kami dapat pada bab pembahasan selanjutnya.

Sekedar pengenalan, bahwa cabai merupakan komoditi yang dapat

diperhitungkan oleh para petani. Usahatani cabai berperan dalam

pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah

tangga persatuan luas lahan yang kecil. Dalam kenyataannya  di pasar,

petani hanya diposisikan sebagai price taker yang tidak dapat

mengendalikan harga di pasar. Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh

petani cabai adalah bagaimana mengefisienkan usahataninya semaksimal

mungkin.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Praktikum ilmu usahatani ini memiliki maksud untuk melatih

mahasiswa praktikum untuk dapat memperhitungkan besarnya

biaya dan keuntungan dari suatu usahatani.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum usahatani ini adalah :

1.2.2.1 Mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari usahatani

cabai besar di Kecamatan Ngargoyoso.

1.2.2.2 Menganalisis efesiensi dan kemanfaatan dari usahatani

cabai besar dengan analisis “R/C” ratio dan “B/C” ratio.

Page 3: ilmu usaha tani

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Tanaman

Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

komoditas penting yang dikenal sebagai penyedap dan pelengkap menu

masakan khas Indonesia. Kebutuhan akan cabai merah semakin meningkat

sejalan dengan semakin beragamnya jenis dan menu masakan yang

menggunakan cabai merah serta juga karena semakin tingginya ekspor

komoditas non-migas. Cabai merah pada dasawarsa terakhir ini merupakan

komoditas unggulan di antara 18 jenis sayuran komersial yang

dibudidayakan di Indonesia walaupun harga cabai merah tersebut selalu

mengalami fluktuasi harga yang tajam, namun minat petani untuk

membudidayakan tetap tinggi (Barus, 2006).

Kendala yang sering dihadapi dalam peningkatan produksi tanaman

cabai ialah gangguan hama dan penyakit. Salah satu kelompok serangga

yang merupakan hama penting bagi tanaman cabai adalah lalat buah.

Serangan hama ini menyebabkan kerugian yang cukup besar, baik secara

kuantitas maupun kualitas. Luas serangan lalat buah di Indonesia mencapai

4.790 ha dengan kerugian mencapai 21,99 miliar rupiah (Patty, 2012).

Budi daya cabai merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

agribisnis cabai. Dengan budi daya yang tepat, diharapkan hasil yang

dicapai akan maksimal. Komoditas cabai yang memiliki keunggulan dan

keistimewaan secara genetik dan ketahanan terhadap perubahan lingkungan

perlu didukung oleh teknik budidaya yang baik untuk mencapai hasil yang

maksimal (Harpenas dan Dermawan, 2010).

Bibit cabai dipersemaian yang telah berumur 15-17 hari atau telah

memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah ditanam di lahan. Semprot bibit

dengan fungisida atau insektisida selama 1 sampai 3 hari sebelum dipindah

tanamkan untuk mencegah serangan jamur dan hama sesaat setelah dipindah

tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan di sore hari atau pada saat cuaca

3

Page 4: ilmu usaha tani

4

tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan

media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam

(Devy, 2010).

Keberadaan organisme pengganggu tanaman dapat menyebabkan

penurunan mutu dan jumlah buah, selanjutnya dapat pula menurunkan

pendapatan akibat kalah kompetisi harga. Hal ini, dapat diatasi dengan

pengendalian OPT baik secara mekanis, fisis, kimiawi, maupun

menggunakan tanaman antagonis. Tanaman kenikir, tembakau, dan

sebagainya diyakini dapat menghalau jenis hama baik ulat maupun serangga

(STTP, 2010).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Ilmu Usahatani

Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan

mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja,

dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya.

Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan,

mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-

faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha

tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Usahatani

adalah  pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak

dalam menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan

penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien

sehingga memberikan pendapatan maksimal (Suratiyah, 2006).

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara

petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga

kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan

efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang

tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Kenyataan di

lapang menunjukkan, umumnya petani menanam dan

mengusahakan berbagai jenis tanaman, ternak, dan usaha lainnya

dalam suatu kesatuan usaha rumah tangga untuk mengurangi risiko

Page 5: ilmu usaha tani

5

serangan penyakit serta kegagalan panen. Sebagian besar lahan

yang dikuasai dimanfaatkan untuk tanaman pangan dalam upaya

memenuhi kebutuhan keluarga. Tipe usahatani atau usaha pertanian

merupakan pengelompokkan usahatani berdasarkan jenis

komoditas pertanian yang diusahakan, misalnya usahatani tanaman

pangan, perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, dan

kehutanan (Suratiyah, 2008).

Jenis usaha yang terpenting atau utama dan bernilai tinggi

biasanya diusahakan atau ditanam di dekat tempat tinggal,

sedangkan yang kurang penting atau nilainya rendah diusahakan

pada lahan yang jauh dari rumah. Dengan demikian, karakteristik

yang umum dijumpai adalah setiap petani selalu melakukan usaha

tani campuran, terlepas dari luas pemilikan lahan, lokasi, atau

kepadatan penduduk. Hal ini menunjukkan konsistensi dari kedua

tujuan berusaha tani, yaitu memaksimalkan keuntungan atau

meminimalkan risiko (Soedjana, 2007).

Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau

mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien

dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil

maksimal. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan

sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

mengeluarkan output yang melebihi input. Sumber daya itu adalah

lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, 2012).

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

tinggi pada waktu tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau

mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien

dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil

Page 6: ilmu usaha tani

6

maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan

manajemen. Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai

usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang

meningkat.

2. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat

hidup yang rendah.

3. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang

subsisten.

4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan

pelayanan lainnya.

(Soekartawi, 2006).

2.2.2 Peneriman Usahatani

Penerimaan atau pendapatan kotor dapat diartikan sebagai

nilai produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang

dipasarkan maupun tidak. Penerimaan usahatani terdiri dari hasil

penjualan produksi pertanian, produksi yang dikonsumsi dan

kenaikan nilai invertaris. Penerimaan usahatani adalah perkalian

antara produksi yang diperoleh dengan harga jualnya

(G. A. J. Rumagit, 2011).

Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari

penjualan produknya kepada pedagang atau langsung kepada

konsumen. Penerimaan yang didapat petani berbeda-beda

tergantung harga yang ada di pasar. Harga yang tinggi di pasar

akan membuat penerimaan petani menjadi tinggi, dan sebaliknya

harga yang rendah di pasar akan membuat penerimaan petani

menjadi lebih rendah (Hussain, 2004).

Penerimaan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu

penerimaan kotor dan penerimaan bersih. Penerimaan kotor adalah

penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani

Page 7: ilmu usaha tani

7

yang diperoleh dari hasil perkalian jumlah produksi dengan harga

jualnya. Dapat ditulis dengan rumus:

Tri = Yi .Pyi

Dimana Tri adalah penerimaan kotor, Yi adalah produksi

yang diperoleh dalam suatu usahatani, Pyi adalah harga Y

(A. Khazanani, 2011).

Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima tanpa

melihat dari mana sumbernya, dengan besar tidak selalu sama

untuk setiap kurun atau jangka waktu tertentu. Kesimpulan dari

definisi diatas adalah bahwa penerimaan tidak lain adalah uang

yang diterima melalui proses produksi dan dinilai dengan uang

sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Berdasarkan pengertian

tersebut diatas, maka penerimaan dijelaskan bahwa Total Revenue

(TR) adalah jumlah total yang diterima o leh penjual. Jenis – jenis

penerimaan:

1. Penerimaan total ( TR ) : Hasil yang diterima perusahaan dari

penjualan produk.

TR  = Q . P

2. Penerimaan Rata- rata ( AR ) : Penerimaan untuk tiap – tiap

satuan produksi yang dijual.

AR = TR / Q = Q.P / Q = P

3. Penerimaan Batas (  MR ) : tambahan penerimaan karena

penjualan satu kesatuan     tambahan ( ekstra ) barang atau

tambahan karena penjualan satu kesatuan terakhir.

MR =ATR / AQ

(Syafril, 2000)

Dalam Ilmu Ekonomi, secara tidak langsung hasil yang

diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan atau

revenue) dibandingkan dengan seluruh biaya yang harus

dikeluarkan (pengorbanan atau cost) oleh petani. Memperoleh

tambahan keuntungan melalui pendekatan profit maximization

Page 8: ilmu usaha tani

8

dengan memperbesar total penerimaan. Perbedaan besarnya

penerimaan usahatani dengan biaya termasuk kendala sosial

ekonomi yang menyebabkan terjadinya senjang produktivitas

kedua dari hasil-hasil eksperimen dan potensial suatu usahatani

(Rita Hanafie, 2010).

2.2.3 Biaya Usahatani

Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya

biaya dengan tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi

biaya tetap (FC = fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak

dipengaruhi besarnya produksi, dan biaya variable (VC = variable

cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya

produksi. Seperti pada fungsi produksi, pada biaya ini dikenal

konsep biaya marjinal (MC = marginal cost) yaitu perubahan biaya

per kesatuan perubahan produksi, dan biaya rata-rata (AC =

Average cost) yaitu biaya per keatuan produksi. Disamping itu

dikenal pula istilah biaya variabel marjinal (MVC = marginal

variable cost) yang akan sama dengan MC, biaya tetap marjinal

(MFC = marginal fixed cost) yang sama dengan nol, rata-rata biaya

variabel (AVC = average variable cost) dan rata-rata biaya tetap

(AFC = average fixed cost). Keuntungan terbesar dicapai pada saat

MC sama dengan harga produksi dengan asumsi pasar adalah pasar

persaingan sempurna (Suratiyah, 2006).

Biaya usahatani adalah merupakan nilai penggunaan faktor-

faktor produksi, yang besarnya mempengaruhi peendapatan petani.

Biaya dalam usahatani merupakan jumlah komponen biaya tetap

(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya produksi bisa

juga dikelompokan menjadi biaya eksplisit dan implisit. Biaya

implisit ialah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani

selama proses produksi, misalnya biaya tenaga kerja dalam

keluarga. Sedang biaya eksplisit ialah biaya yang secara nyata

Page 9: ilmu usaha tani

9

dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, misalnya biaya

pengadaan sarana produksi (Satyarini, 2009).

Biaya tetap usahatani (fixed cost) umumnya terdiri dari

biaya sewa lahan dan biaya penyusutan. Biaya rata-rata penyusutan

alat dihitung dengan membandingkan nilai pembelian dikurangi

dengan nilai sisa, kemudian dibagi dengan umur teknisnya.

Kemudian, untuk biaya tidak tetap usahatani (variable cost) yang

digunakan dalam usahatani cabai merah keriting meliputi : biaya

bibit (benih), biaya pupuk, biaya pestisida dan biaya tenaga kerja

(Hidayah, 2014).

Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan petani pada

saat memulai usahanya dan yang akan dikeluarkan kembali pada

saat atau usia ekonomis investasi tersebut telah habis. Termasuk

dalam biaya investasi adalah tanah, bangunan, mesin, bibit ternak,

dan peralatan tidak habis pakai. Biaya tetap adalah biaya produksi

yang dikeluarkan oleh petani atau peternak dan tidak dipengaruhi

oleh besar kecilnya produksi dalam suatu siklus produksi, misalnya

biaya kandang, peralatan, perbaikan, depresiasi, dan upah manajer.

Biaya operasional atau biaya variabel adalah biaya yang berubah-

ubah sesuai dengan perubahan produksi, seperti biaya pakan

konsentrat, hijauan, mineral, obat-obatan, serta tenaga pemelihara

atau buruh. Total nilai penjualan biasanya dihitung setiap tahun dan

untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Cara seperti

ini dilakukan di negara yang sudah maju dan digunakan juga untuk

mengelompokkan skala usaha kecil, menengah, dan besar. Skala

usaha juga dapat diukur dengan melihat luas areal yang diusahakan

oleh petani atau satuan ternak yang dimiliki peternak. Dalam sistem

usaha yang terintegrasi, kombinasi komponen usaha tani tersebut

menentukan besarnya usaha (Soedjana Tjeppy D, 2007).

Page 10: ilmu usaha tani

10

Selain dengan menggunakan biaya tetap dan biaya tidak

tetap dalam menghitung total biaya usahatani, kita juga dapat

menggunakan biaya eksplisit dan implisit untuk menghitung total

biaya usahatani. Biaya eksplisit yaitu pengeluaran-pengeluaran

pihak produsen yang berupa pembayaran dengan uang untuk

memperoleh faktor-faktor produksi. Sedangkan biaya implisit yaitu

taksiran pengeluaran atas faktor-faktor produksi yang dimiliki

produsen itu sendiri, seperti pada modal sendiri yang digunakan,

lahan yang dimiliki untuk kegunaan produksi dan sebagainya

(Noorlatifah et al, 2012).

2.2.4 Keuntungan Usahatani

Keuntungan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor-

faktor produksi yang ikut dalam proses produksi. Pengukuran

pendapatan untuk tiap-tiap jenis faktor produksi yang ikut dalam

usahatani tergantung pada tujuannya. Pada akhirnya para petani

dari setiap usahataninya mengharapkan pendapatan yang disebut

pendapatan usahatani. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara

total revenue(TR) dengan total cost(TC) atau dapat dituliskan

dengan rumus sebagai berikut :

Pd= TR-TC

Pd= Income (Pendapatan)

TR= Total Revenue (Total Penerimaan)

TC= Total Cost (Total Biaya)

(Soekarwati, 2006)

Besarnya keuntungan yang diperoleh maka harus ada

keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR –

TB dimana π adalah pendapatan (keuntungan). TR adalah Total

Revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan).

TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC

adalah total cost atau total biaya-biaya. Namun sebelum

Page 11: ilmu usaha tani

11

menggunakan alat analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan

pemisahan biaya dan penerimaan (Hoddie, 2011).

Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari

penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama

masa produksi. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung

hasil bruto yang diperolehnya. Hasil itu harus dikurangi dengan

biaya-biaya yang dikeluarkannya. Setelah semua biaya tersebut

dikurangkan barulah petani memperoleh apa yang disebut dengan

hasil bersih atau keuntungan (Daniel, 2005).

Perhitungan keuntungan suatu usahatani jelas berbeda

dengan bisnis lainnya. Usahatani kita mengenal adanya biaya

dibayarkan dan biaya diperhitungkan. Biaya dibayarkan adalah

semua biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani sedangkan

Biaya diperhitungkan adalah semua biaya yang tidak dikeluarkan

tapi dihitung secara ekonomi. Usahatani yang termasuk ke dalam

biaya dibayarkan adalah pembelian bibit, pembelian peralatan,

pembelian pupuk, sewa lahan, biaya TKLK (Tenaga Kerja Dalam

Keluarga), serta biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama proses

produksi. Biaya diperhitungkan adalah nilai penggunaan lahan

(seandainya lahan milik sendiri), TKDK (Tenaga Kerja Dalam

Keluarga) (Hasan, 2014).

Tujuan suatu usaha tani yang dilaksanakan oleh rumah

tangga petani mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pengambilan keputusan dan tindakan yang akan diambil, maupun

terhadap pandangan rumah tangga akan keberlangsungan dan

kemampuannya dalam menerima berbagai pembaharuan, termasuk

teknologi pertanian. Usaha tani yang dilakukan oleh rumah tangga

petani umumnya mempunyai dua tujuan, yaitu mendapatkan

keuntungan yang maksimal atau untuk sekuriti (keamanan) dengan

cara meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk memiliki

persediaan pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan

Page 12: ilmu usaha tani

12

selebihnya untuk dijual. Untuk mencapai tujuan tersebut, petani

selalu memperhitungkan untung ruginya walau tidak secara tertulis

(Soedjana, 2007).

Petani selalu memperhitungkan untung ruginya walau tidak

secara tertulis. Ilmu ekonomi mengatakan bahwa petani

membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada

waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya (pengorbanan,

cost) yang harus dikeluarkan. Perbandingan tersebut mampu

menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian yang di dapat

petani. Petani mampu memutuskan komoditas apa yang

menguntungkan (Isaskar, 2014).

2.2.5 R/C dan B/C Rasio

R/C ratio adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio

menurut (Soekarwati, 2006) untuk menganalisis kelayakan usaha

apakah usahatani ini memberikan keuntungan atau tidak, dapat

digunakan rumus sebagai berikut:

A = R/C

R = Py . Y

TC = FC + VC

Dimana :

R = Penerimaan

TC = Biaya

Py = Harga output

Y = Output

FC = Biaya tetap

VC = Biaya variabel

Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan ukuran perbandingan

antara penerimaan dengan biaya operasional. Revenue Cost Ratio

(R/C) dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Revenue

Cost Ratio (R/C) lebih dari satu maka usaha ini layak untuk

dijalankan. Rumus

Page 13: ilmu usaha tani

13

Revenue Cost Ratio (R/C) : total penerimaan

total biaya produksi.

Dengan syarat:

R/C Rasio > 1 usaha tersebut menguntungkan

R/C Rasio = 1 usaha tersebut tidak untung dantidak rugi

R/C Rasio < 1 usaha tersebut tidak menguntungkan atau rugi

(Widya, 2013).

Berkaitan dengan usaha, Benefit-cost ratio dapat dikatakan

sebagai ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan

biaya yang dikeluarkan dalam usaha. Jika ratio menunjukan hasil nol

maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan

finansial. Demikian juga jika ratio menunjukan angka kurang dari 1

maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari

kegiatan yang dilaksanakan (Giatman, 2006).

Menurut Thamrin et al (2006) metode Benefit Cost Ratio

merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan atau

pendapatan yang diperoleh dari investasi dengan nilai sekarang dari

pengeluaran (biaya) selama investasi tersebut berlangsung dalam

kurun waktu tertentu. Kriteria kelayakan apabila nilai BC Ratio > 1

dan dirumuskan dengan :

B/C ratio = (∑ Nilai Sekarang Penerimaan)

(∑ Nilai Sekarang Pengeluaran)

Kesimpulan yang dipakai dalam B/C ratio adalah :

a. B/C Ratio > 1 : Usaha tersebut boleh dilaksanakan

(menguntungkan).

b. B/C Ratio = 1 : Usaha tersebut mengembalikan modal

persis sama dengan biaya yang dilakukan (impas).

c. B/C Ratio < 1 : Usaha tersebut ditolak karena tidak

menguntungkan.

Page 14: ilmu usaha tani

14

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Populasi dan Sampel

Metode penentuan populasi dilakukan dengan sengaja (purpossive)

yaitu petani sawi di kecamatan Tawangmangu, dimana komoditi sawi

merupakan salah satu komoditi di kabupaten tersebut berdasarkan data

Badan Pusat Statistik (BPS). Metode pengambilan contoh atau sampling

dilakukan secara sengaja (purpossive sampling) sebanyak 35 sample. Pada

metode ini individu contoh (sample) diwawancarai bukan atas pertimbangan

sendiri melainkan atas petunjuk dan arahan penyuluh pertanian (PPL)

kecamatan, aparatur desa dan tokoh-tokoh desa.

I.2 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dalam bentuk tabulasi dengan

Microsoft Excel. Analisis pertama adalah analisis keuntungan, yang diawali

dengan menghitung jumlah penerimaan dan pengeluaran usahatani.

Keuntungan usahatani yang diperhitungkan dalam analisis ini didasarkan

atas biaya eksplisit dan implisit, yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan

petani maupun yang tidak dikeluarkan dalam usahataninya. Rumus

menghitung keuntungan adalah sbb:

Keuntungan UT = penerimaan UT – biaya total UT

Analisis selanjutnya adalah analisis efisiensi dan kemanfaatan dari

usahatani yaitu dengan menghitung R/C ratio dan B/C ratio. Suatu usahatani

dikatakan efisien secara ekonomi apabila rasio output terhadap inputnya

menguntungkan. Adapun rumus umum dalam mendapatkan nilai R/C rasio

adalah sebagai berikut:

Revenue Cost Ratio (R/C) : keuntungan usahatani

Biaya total usahatani

Dengan syarat:

R/C Rasio > 1 usahatani tersebut layak dikembangkan

R/C Rasio = 1 usahatani impas

R/C Rasio < 1 usahatani tersebut tidak layak dikembangkan

1

Page 15: ilmu usaha tani

15

Sedangkan B/C ratio diperhitungkan dengan rumus:

B/C ratio = (∑ Nilai Sekarang Penerimaan)

(∑ Nilai Sekarang Pengeluaran)

Kesimpulan yang dipakai dalam B/C ratio adalah :

a. B/C Ratio > 0 : Usaha tersebut boleh dilaksanakan

(menguntungkan).

b. B/C Ratio = 0 : Usaha tersebut mengembalikan modal

persis sama dengan biaya yang dilakukan (impas).

c. B/C Ratio < 0 : Usaha tersebut ditolak karena tidak

menguntungkan.

Page 16: ilmu usaha tani

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Sampel

4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur menjadikan salah satu bahan pertimbangan dalam

mengetahui kinerja usaha seseorang. Umur menjadikan pola pikir

dan daya kerja setiap orang bervariasi. Karakter responden juga

dapat dipengaruhi oleh umur, berikut ini adalah tabel mengenai

karakteristik responden di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten

Karanganyar berdasarkan umur:

Tabel 1. Karakteristik Reponden Petani Cabai Merah Berdasarkan Umur di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Umur Varietas Super(orang)

0-10 011-20 021-30 331-40 741-50 1351-60 561-70 0>70 2Jumlah 30

Sumber: Hasil olahan data primer

Berdasarkan Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur dapat diketahui bahwa petani pada komoditas cabai merah

paling banyak berada pada kisaran umur 41 – 50 tahun yaitu ada 13

orang. Rata – rata umur petani cabai merah adalah 45,76 tahun. Hal

ini menunjukkan bahwa petani komoditi cabai merah umumnya

masih berada pada umur produktif. Petani cabai merah paling

banyak berada pada kisaran umur 31- 40 tahun dan 41 – 50 tahun.

Rata – rata umur petani cabai secara keseluruhan adalah 46,1 tahun.

Hal ini juga menunjukkan rata – rata umur petani cabai merah berada

pada usia produktif. Pada komoditas diketahui bahwa rata – rata usia

16

Page 17: ilmu usaha tani

17

petani masih produktif sehingga dapat lebih memaksilmalkan

wawasan dan ketrampilannya guna meningkatkan hasil komoditi

masing – masing petani.

4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik sampel yang harus di ketahui juga adalah tentang

karakteristik responden berdasarkan pendidikan. Informasi

responden tentang pendidikan responden penting untuk mengetahui

maju atau tidaknya petani tersebut. Selain itu juga untuk mengetahui

petani atau responden tersebut mudah menerima inovasi baru atau

tidak.

Tabel 2. Karakteristik Responden Petani Cabai Besar Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Pendidikan Varietas Super (orang)TIDAK SEKOLAH 3SD 19SMP 4SMA 4PT 0Jumlah 30

Sumber: Hasil olahan data primer

Berdasarkan data olahan primer yang diperoleh, dapat

diketahui bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Ngargoyoso

masih cukup rendah. Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa responden

dari yang tidak bersekolah berjumlah 3 orang, yang hanya

berpendidikan hingga tamat SD berjumlah 19 orang. Responden

yang berpendidikan hingga tamat SMP berjumlah 4 orang,

sedangkan responden yang berpendidikan hingga tamat SMA

berjumlah 4 orang. Responden dengan tingkat pendidikan hingga

menempuh perguruan tinggi tidak ada. Banyaknya masyarakat yang

berpendidikan merupakan faktor maju atau tidaknya suatu daerah.

Dengan sedikitnya masyarakat yang berpendidikan di Kecamatan

Ngargoyoso, yang mayoritas hanya berpendidikan sampai tingkat

Page 18: ilmu usaha tani

18

SD saja, maka desa tersebut dapat digolongkan sebagai desa yang

kurang berkembang pendidikannya.

4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan merupakan matapencaharian seseorang yang

dapat menghasilkan uang. Responden usahatani cabai besar di desa

Berjo, Kecamatan Ngargoyoso memiliki pekerjaan yang beragaman,

di samping itu tak sedikit yang memiliki pekerjaan sampingan selain

pekerjaan pokok. Pekerjaan sampingan tersebut dikerjakan oleh

beberapa responden sebagai upaya menambah penghasilan untuk

mencukupi kebutuhan keluarga responden. Data karakteristik

responden berdasarkan pekerjaannya merupakan hasil pengamatan

mengenai bidang pekerjaan apa saja yang dikerjakan oleh para petani

cabai di Kecamatan Ngargoyoso selain menjadi petani dalam

usahatani miliknya. Berikut ini disajikan tabel mengenai karakteristik

responden berdasarkan pekerjaan.

Tabel 3. Karakteristik Responden Petani Cabai Besar Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Ngargoysoso, Kabupaten Karanganyar

Pekerjaan Varietas Cabai SuperPokok Sampingan

Petani penggarap/ penyakap/penyewa

290

00

Buruh tani 0 1Pedagang 0 6Wiraswasta 0 0PNS/ABRI 0 0Tukang batu/kayu 0 0Lainnya 1 21Jumlah 30 30

Sumber : Hasil Olahan data primer

Data hasil pengamatan praktikum mengenai karakteristik

responden berdasarkan pekerjaannya menunjukan bahwa sebagain

besar petani bekerja sebagai petani dan pekerjaan sampingannya

bermacam macam, yaitu ada 6 orang yang menjadi pedagang, ada 1

orang yang menjadi buruh dan 21 orang lainnya memiliki pekerjaan

Page 19: ilmu usaha tani

19

sampingan dan bahkan tidak memiliki pekerjaan sampingan. Hal ini

menunjukan bahwa sebagian besar petani di Kecamatan Ngargoyoso

tersebut hanya bekerja sebagai petani dan tidak memiliki pekerjaan

sampingan lainnya selain petani. Hal ini dikarenakan karena menurut

para petani, pekerjaan mengurusi lahan usaha tani sudah menyita

semua waktu serta harus selalu intensif dalam setiap langkah

pengelolaan atau pengolahan usaha taninya, oleh karena itu sebagian

besar petani tidak memiliki pekerjaan sampingan dan fokus terhadap

lahan usahatani yang dimilikinya.

4.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sosial

Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam

suatu kelompok sosial. Status sosial seseorang dapat dilihat dari

jabatan, pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan, kekayaan, politis,

keturunan, serta agama. Berikut ini disajikan tabel mengenai

karakteristik responden berdasarkan status sosial.

Tabel 4. Karakteristik Responden Petani Cabai Besar Berdasarkan Status Sosial di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Status Sosial Varietas Cabai BesarMasyarakat biasa 24Pamong desa 3Pengurus RT/RW 2Tokoh masyarakat lain 1Jumlah 30

Sumber : Hasil Olahan data Primer

Total responden di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar terdapat 30 responden. Karakteristik

responden berdasarkan status sosial untuk cabai besar kualitas super

dari ke 30 responden didapatkan bahwa 24 responden merupakan

masyarakat biasa, 3 diantaranya merupakan pamong desa, 2

merupakan pengurus RT/RW dan yang 1 merupakan tokoh

masyarakat, yaitu sebagai ustadz.

Page 20: ilmu usaha tani

20

4.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

Luas lahan adalah luas areal yang akan ditanam cabai pada

musim tertentu. Lahan sebagai salah satu  faktor  produksi  yang

merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi

yang cukup besar  terhadap  usahatani. Luas lahan yang dimiliki oleh

para petani berbeda-beda. Berikut ini tabel yang menyajikan

informasi mengenai karakteristik responden berdasarkan luas lahan.

Tabel 5. Karakteristik Responden Petani Cabai Besar Berdasarkan Luas Lahan di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Luas Lahan Varietas Cabai Besar(Ha)

Jumlah luas lahan 10.46Rata-rata luas lahan 0.4

Sumber : Hasil Olahan data primer

Luas lahan mempengaruhi dalam usahatani dimana berarti

semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut.

Bahkan lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi. Sebaliknya

dengan lahan yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan

terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan

tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

Berdasarkan pengolahan data di lapangan maka dapat diketauhi

bahwa total luas lahan untuk varietas cabai besar di Kecamatan

Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar dari 30 responden adalah

seluas 10,46 ha. Rata-rata setiap responden mempunyai 0,4 ha lahan

yang ditanami cabai.

4.1.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Lahan

Ada empat macam petani, yakni petani pemilik penggarap

yang mengolah lahan pertaniannya sendiri, petani penyewa yang

mengerjakan sawah atau ladang sewaannya, petani penyakap yang

mengerjakan lahan orang lain dengan sistem bagi hasil, dan buruh

tani yang mengerjakan tanah pertanian sebagai tenaga harian lepas

dan kemudian diberi upah oleh pemilik lahan. Status lahan

Page 21: ilmu usaha tani

21

menunjukan status kepemilikan lahan petani. Terdapat tiga jenis

status kepemilikan lahan yaitu pemilik penggarap, penyewa ,dan

penyakap. Berikut ditampilkan karakteristik responden berdasarkan

status lahan.

Tabel 6.oKarakteristik Responden Petani Petani Cabai Besar Berdasarkan Status Lahan di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Status Lahan Varietas Super(orang)

Pemilik penggarap 30Penyewa 3Penyakap -Jumlah 33

Sumber : Hasil Olahan data primer

Berdasarkan hasil olahan data primer yang langsung di

ambil dari lapang di desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar disana hanya terdapat 2 jenis status lahan yaitu pemilik

penggarap dan penyewa. Penyakap tidak terdapat disana dikarenakan

sistem ini dirasa-rasa sudah mulai tidak tepat digunakan oleh petani

di sana. Pemilik penggarap menurut data ada 30 orang yang artinya

dari 30 responden tersebut status lahannya adalah milik sendiri,

sedang untuk penyewa terdapat 3 ini maksutnya petani disana selain

sebagai pemilik ada 3 responden yang juga menyewa lahan.

Umunya, tanah yang disewa disana adalah tanah yang dilelangkan

oleh Kelurahan/ kantor desa.

4.2. Budidaya Tanaman oleh Petani Sampel

Praktikum ilmu usaha tani untuk kelompok kami menganalisis

pendapatan usahatani cabai besar. Cabai besar merupakan salah satu

komoditas pertanian paling atraktif. Pada saat-saat tertentu, harganya bisa

naik berlipat-lipat. Pada momen lain bisa turun hingga tak berharga. Hal ini

membuat budidaya cabai merah menjadi tantangan tersendiri bagi para

petani. Kondisi iklim di Indonesia cocok untuk budidaya cabai dimana

matahari bersinar penuh. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran

Page 22: ilmu usaha tani

22

rendah hingga ketinggian 1400 meter dpl. Tempat yang tinggi seperti di

dataran tinggi, cabai masih bisa tumbuh namun produksinya tidak

maksimal.

Suhu yang optimal untuk pertumbuhan cabai merah, antara 24-28

derajat Celcius. Pada suhu yang terlalu dingin dibawah 15 atau panas diatas

32 pertumbuhan akan terganggu. Cabai bisa tumbuh pada musim kemarau

asal mendapatkan pengairan yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki

berkisar 800-2000 mm per tahun dengan kelembaban 80%.

Berikut cara budidaya tanaman cabai besar oleh petani :

1. Pemilihan benih

Cabai besar dibedakan menjadi dua macam yaitu cabai merah besar

dan cabai merah keriting. Benih untuk budidaya cabai bisa petani

dapatkan dengan dua cara, yaitu membeli di toko benih atau

membenihkan sendiri. Benih cabai hibrida lebih baik dibeli dari industri

benih terpercaya yang menerapkan teknologi pemuliaan moderen.

Sedangkan benih cabai lokal bisa didapatkan dari sesama petani atau

menyeleksi sendiri dari hasil panen terdahulu.

2. Penyemaian dan pembibitan

Metode penyemaian untuk budidaya cabai akan lebih baik dengan

menggunakan polybag (baik dari plastik atau daun-daunan). Karena

benih cabai apalagi jenis hibrida harganya sangat mahal. Apabila

disemai dengan ditabur, dikhawatirkan banyak biji yang tumbuh

berhimpit sehingga tidak semua tanaman bisa dimanfaatkan. Untuk

membuat media tanam terlebih dahulu menyiapkan campuran tanah,

arang sekam dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan

2:1:1. Atau, kalau tidak ada arang sekam bisa dengan menggunakan

tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Sebelum dicampur, media

tersebut diayak agar halus.

Untuk menghindari terik matahari dan air hujan, maka dibuatlah

naungan untuk tempat penyemaian. Apabila petani mempunyai biaya

lebih, ada baiknya melindungi tempat penyemaian dengan jaring

Page 23: ilmu usaha tani

23

pelindung hama atau serangga. Kemudian polybag yang telah diisi

media semai disusun dalam naungan tersebut. Polybag pembibitan

disiram setiap pagi dan sore hari. Cara menyiramnya adalah dengan

menutup permukaan polybag dengan kertas koran kemudian siram

hingga basah. Kemudian Buka kertas koran tersebut setelah biji

tumbuh kira-kira 3 sekitar hari. Selanjutnya bibit di siram secara rutin

dan awasi pertumbuhannya. Bibit cabai merah siap untuk dipindahkan

setelah 21-24 hari disemaikan atau setelah tumbuh 3-4 helai daun.

Lebihkan 10% dari kebutuhan bibit. Misalnya untuk lahan satu hektar

dibutuhkan sekitar 14000 bibit cabai merah, maka lebihkan 10 persen

untuk tindakan penyulaman tanaman.

3. Pengolahan tanah

Lahan yang diperlukan untuk budidaya cabai merah adalah tanah

yang gembur dan memiliki porosotas yang baik. Sebelum cabai merah

ditanam cangkul atau bajak lahan sedalam 20-40 cm. Bersihkan dari

batu atau kerikil dan sisa-sisa akar tanaman. Kemudian dibuat bedengan

dengan lebar satu meter dan tinggi 30-40cm dan jarak antar bedengan

60 cm.

Budidaya cabai merah menghendaki tanah yang memiliki tingkat

keasaman tanah pH 6-7. Apabila nilainya terlalu rendah (asam), daun

tanaman cabai merah akan terlihat pucat dan mudah terserang virus.

Tanah yang asam biasanya mudah ditumbuhi ilalang. Untuk

menetralisirnya bisa gunakan kapur pertanian atau dolomit sebanyak 2-4

ton/ha. Pemberian kapur atau dolomit dilakukan pada saat pembajakan

dan pembuatan bedengan. Campurkan juga pupuk organik atau pupuk

kandang pada setiap bedengan secara merata. Budidaya cabai yang

intensif akan lebih baik apabila bedengan ditutup dengan mulsa plastik

perak hitam. Penggunaan mulsa plastik mempunyai konsekuensi biaya

namun mendatangkan sejumlah manfaat. Mulsa bermanfaat untuk

mempertahankan kelembaban, menekan erosi, mengendalikan gulma

dan menjaga kebersihan kebun.

Page 24: ilmu usaha tani

24

Selanjutnya membuat lubang tanam sebanyak dua baris dalam setiap

bedengan dengan jarak 60-70 cm. Lubang tanam dibuat zigzag dan

tidak sejajar hal ini berguna untuk mengatur sirkulasi angin dan

penetrasi sinar matahari. Diameter dan kedalaman lubang tanam kurang

lebih 10 cm, atau disesuaikan dengan ukuran polybag semai.

4. Penanaman bibit cabai

Pemindahan bibit cabai merah dari area persemaian

dilakukan setelah umur bibit sekitar 3 minggu atau bibit memiliki 3-4

helai daun permanen. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari

dan sore hari untuk menghindari stress. Usahakan penanaman dilakukan

serentak dalam satu hari. Cara menanamnya adalah dengan membuka

atau menyobek polybag semai. Kemudian memasukkan bibit cabai

merah beserta media tanamnya kedalam lubang tanam. Jaga agar media

semai jangan sampai terpecah. Kemudian siram tanaman secukupnya

untuk mempertahankan kelembaban.

5. Pemeliharaan dan perawatan

Penyiraman diperlukan pada saat musim kering, caranya

bisa dengan gembor atau dengan penggenangan. Butuh kehati-hatian

ketika melakukan penyiraman disaat tanaman belum terlalu kuat.

Penggenangan bisa dilakukan setiap dua minggu sekali.

Pada budidaya cabai memerlukan pemasangan ajir (tongkat

bambu) untuk menopang tanaman berdiri tegak. Tancapkan ajir dengan

jarak mnimal 4 cm dari pangkal batang. Pemasangan ajir dilakukan

pada hari ke-7 sejak bibit dipindahkan. Apabila tanaman terlalu besar

dikhawatirkan saat ajir ditancapkan akan melukai perakaran. Bila akar

terluka tanaman akan akan mudah terserang penyakit. Pengikatan

tanaman pada ajir dilakukan setelah tanaman tumbuh tinggi atau

berumur diatas satu bulan.

Penyiangan gulma dilakukan apabila diperlukan saja. Pengendalian

hama dan penyakit dalam budidaya cabai cukup vital. Banyak kasus

budidaya yang gagal karena serangan hama dan penyakit. Hama pada

Page 25: ilmu usaha tani

25

tanaman cabai antara lain ulat, tungau, kutu daun, lalat buah, thrips.

Penyakit yang menyerang tanaman cabai bisa disebabkan virus, bakteri,

cendawan maupun jamur. Setidaknya ada enam macam penyakit yang

biasa menyerang tanaman cabai, diantranya: keriting(mosaik), bercak

daun, antraknosa, layu, dan bercak daun.

6. Pemanenan budidaya cabai

Budidaya cabai merah mulai bisa dipanen setelah berumur 75-85

hari setelah tanam. Proses pemanenan dilakukan dalam beberapa kali,

tergantung dengan jenis varietas, teknik budidaya dan kondisi lahan.

Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-5 hari sekali, disesuaikan dengan

kondisi kematangan buah dan pasar. Buah cabai sebaiknya dipetik

sekaligus dengan tangkainya untuk memperpanjang umur simpan. Buah

yang dipetik adalah yang berwarna oranye hingga merah.

Produktivitas budidaya cabai merah biasanya mencapai 10-14 ton per

hektar, tergantung dari varietas dan teknik budidayanya. Pada budidaya

yang optimal, potensinya bisa mencapai hingga 20 ton per hektar.

4.3. Analisis Usahatani

4.3.1. Penerimaan Usahatani

Penerimaan merupakan jumlah uang yang diperoleh dari

penjualan sejumlah output yang diusahakan. Hasil total penerimaan

dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual

dengan harga barang yang bersangkutan. Penerimaan disebut juga

dengan pendapatan kotor. Penerimaan usahatani cabai besar di

Kecamatan Ngargoyoso ini dihitung dengan mengalikan jumlah

produksi dengan harga jual ditingkat petani. Besar kecilnya

penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi. Responden yang

memiliki produksi tinggi akan mendapatkan penerimaan yang

besar dan sebaliknya untuk jumlah produksi yang rendah maka

penerimaan yang diterima pun akan lebih kecil produksi dengan

harga jual ditingkat petani.

Page 26: ilmu usaha tani

26

Tabel 7. Penerimaan Usahatani Cabai Besar di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Uraian Varietas SuperRata-rata per

usahataniKonversi 1 Ha

Produksi 1.612 4.201,56Harga 15.167 39.531Penerimaan 18.546.667 48.340.573

Sumber : Hasil Olahan Data primer

Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa rata-rata produksi

usahatani cabai besar di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar yaitu sebesar 1.612 kg sehingga setiap 1 hektar lahan

dapat memproduksi cabai besar sebanyak 4.201,56 kg. Rata-rata

harga jual usahatani cabai besar yaitu sebesar Rp 15.167 perkilogram

sehingga jika dikonversikan dalam 1 hektar lahan yaitu Rp 39.531

perkilogram. Dengan diketahuinya jumlah produksi dan harga jual

maka akan diketahui penerimaan yang didapat oleh petani.

Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi total

usahatani dalam jangka waktu satu tahun atau satu masa tanam, yang

diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga

tiap unit. Sehingga dapat diketahui bahwa penerimaan petani cabai

besar di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar yaitu

sebesar Rp 18.546.667,00 dimana sebesar Rp 48.340.573,00 jika

dikonversikan dalam 1 hektar lahan penerimaan yang diperoleh

petani tomat tersebut.

4.3.2. Biaya Usahatani

Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk

mengaplikasikan faktor-faktor produksi. Biaya usahatani ada 2

macam yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit

adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan petani, dan biaya implisit

adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan petani. Berikut

adalah tabel biaya usahatani cabai di Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar.

Page 27: ilmu usaha tani

27

Tabel 8. Biaya Usahatani Petani Cabai di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Biaya Varietas CabaiRata-rata per

usahataniKonversi 1 Ha

A. Eksplisit 1. TKL Rp 1.634.900,00 Rp4.240.374,642. Benih Rp 1.010.593,33 Rp2.621.135,453. Pupuk

- Urea Rp769.833,33 Rp1.996.685,88- Phonska/ZA Rp398.233,33 Rp1.032.881,84

- TSP/SP36 Rp59.450 Rp154.193,08- KCl/NPK Rp2.575.783,33 Rp6680706,05- Pupuk Kandang Rp170.400 Rp441.959,65- Kapur Pertanian Rp40.533,33 Rp105.129,68- Lainnya Rp0 Rp0

4. Pestisida Rp228.513,33 Rp592.685,885. Irigasi Rp 26,67 Rp69,166. Selamatan Rp10.000 Rp25.936,607. Pajak Tanah Rp60.641.,60 Rp157.283,698. Biaya Angkut Rp11.866,67 Rp30.778,109. Sewa lahan Rp333.333,33 Rp864.553,3110. Bunga modal luar Rp283.333,33 Rp734.870,3211. Biaya lain-lain Rp0 Rp0

Jumlah Rp7.587.442 Rp19.679.243 B. Implisit

1. Benih/bibit Rp23.760 Rp61.625,362. Pupuk

- Urea Rp2.450 Rp6.354,47- Phonska/ZA Rp2.250 Rp5.835,73- TSP/SP36 Rp2.200 Rp5.706,05- KCl/NPK Rp816,67 Rp2.118,16- Pupuk Kandang Rp85.166,67 Rp220.893,37- Kapur Pertanian Rp0 Rp0- Lainnya Rp0 Rp0

3. TKD Rp424.066,67 Rp1.099.884,734. Penyusutan Rp19.738,47 Rp51.194,875. Sewa lahan sendiri Rp2.810.833,33 Rp7.290.345,826. Bunga modal sendiri Rp722.349,50 Rp1.873.528,967. Biaya lain-lain Rp0 Rp0Jumlah Rp4.093.631,30 Rp10.617.487,52

Total Biaya Rp11.448.319,57 Rp29.693.047,87

Sumber : Hasil olahan data primer

Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan

perusahaan, atau biaya yang dikeluarkan dimana terdapat

pembayaran kas. Misalnya pengeluaran untuk membeli bahan baku

untuk produksi usahatani untuk membayar tenaga kerja langsung

yang berkaitan dengan produksi dan sebagainya. Pada tabel diatas

Page 28: ilmu usaha tani

28

biaya yang benar-benar dikeluarkan olehpetani untuk usahataninya

adalah biaya untuk membeli pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dari

luar, sewa lahan,bunga modal dari luar, dan biaya lain-lain.

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pengeluaran biaya

eksplisit rata-rata per usahatani varietas cabai Rp7.587.442 dan

untuk per hectare Rp19.679.243.

Biaya implisit adalah nilai dari input yang dimiliki

perusahaan yang digunakan dalam proses produksi, tetapi tidak

sebagai pengeluaran nyata yang dikeluarkan perusahaan. Biaya

implisit juga dapat diartikan sebagai biaya non kas yang diukur

dalam konsep biaya kesemptan. Biaya implisit yang berkaitan

dengan setiap keputusan jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya

ini tidak melibatkan pengeluaran kas dan karena itu sering diabaikan

dalam analisis keputusan.Karena pembayaran kas tidak dilakukan

untuk biaya implisit, konsep biaya kesempatan harus digunakan

untuk mengukurnya. Pada tabel diatas biaya implisit varietas cabai

Rp4.093.631,30 dan rata-rata per hectare Rp10.617.487,52. Total

biaya Eksplisit dan Implisit Rp11.448.319,57 dan per hektarenya

Rp29.693.047,87.

4.3.3. Keuntungan Usahatani

Suatu usaha adalah laba, untung dan rugi. Suatu usaha

dapat diketauhi apabila seluruh biaya produksi dapat diperhitungkan.

Keuntungan adalah total penerimaan setelah dikurangi biaya

produksi (biaya yang dibayarkan) dan biaya yang diperhitungkan.

Keuntungan yang didapat petani tergantung dari total biaya eksplisit

dan implisit yang mereka gunakan. Berikut ini tabel keuntungan

usatahani cabai besar di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar.

Tabel 9. Keuntungan Usahatani Petani Cabai Besar di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Uraian Varietas Cabai Besar Super

Page 29: ilmu usaha tani

29

Rata-rata per usahatani

Konversi 1 Ha

Penerimaan Rp.15.864.500 Rp. 48.340.573 Biaya Eksplisit Rp.7.587.442 Rp.19.679.243 Biaya Implisit Rp.4.093.631,30 Rp.10.617.487,52Keuntungan Rp.6.865.594 Rp.17.637.586

Sumber : Hasil Olahan data primer

Keuntungan usahatani yang diterima oleh para petani cabai

yang kami dapatkan dari 30 responden menunjukkan, untuk

penerimaan rata-rata per usaha tani petani cabai besar varietas super

sebesar Rp.15.864.500. Angka tersebut jika dikonversikan per 1

hektar menjadi sebesar Rp.48.340.573. Sedangkan biaya eksplisit

rata-rata per usahatani petani cabai besar varietas super sebesar

Rp.7.587.442. Angka tersebut jika dikonversikan per 1 hektar

menjadi sebesar Rp.19.679.243. Untuk biaya implisit rata-rata per

usahatani petani cabai besar varietas super sebesar Rp. 4.093.631,30.

Angka tersebut jika dikonversikan per 1 hektar menjadi sebesar

Rp.10.617.487,52. Keuntungan usahatani yang diterima oleh para

petani cabai besar varietas super sendiri sebesar Rp. Rp.6.865.594.

Angka tersebut jika dikonversikan per 1 hektar menjadi sebesar

Rp.17.637.586.

4.3.4. Perhitungan R/C Ratio dan B/C Ratio

4.3.4.1. Perhitungan R/C Ratio Per Ha

Ratio merupakan alat analisa untuk mengukur biaya

dari suatu produksi. R/C ratio penting untuk diketahui

dalam suatu usahatani. Kelayakan usahatani bisa kita

ketahui dengan menghitung R/C ratio. Usahatani cabai juga

membutuhkan perhitungan R/C ratio. Dibawah ini adalah

perhitungan R/C ratio usahatani cabai yang ada di

Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Page 30: ilmu usaha tani

30

Tabel 10. Perhitungan R/C Ratio per Ha Usahatani Cabai Besar di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Komponen Varietas Cabai Besar

Penerimaan Rp 47,646,051Keuntungan Rp 17,637,586 Biayaa. BiayaEksplisit Rp 19,492,000 b. Biaya Implisit Rp 10,516,465 Total Biaya Rp 30,008,465R/C atas biaya tunai (eksplisit) 2.44R/C atas biaya total 1.59

Sumber : hasil olahan data primer

Pada Tabel. 10 terdapat R/C atas biaya

tunai/eksplisit per hektar yang dikeluarkan petani cabai

besar sebesar 2.44, artinya setiap satu rupiah yang

dikeluarkan oleh petani memberikan penerimaan sebesar

2.44, karena R/C > 1 maka usahatani cabai besar ini. R/C

atas biaya total per hektar yang dikeluarkan petani cabai

besar sebesar 1,59. Dengan demikian jika biaya implisit

(biaya saprodi dari dalam, tenaga kerja dalam, penyusutan,

dan sewa lahan sendiri) diperhitungkan, nilai R/C akan

menjadi semakin kecil.

4.3..4.2 Perhitungan B/C Ratio per Ha

B/C ratio penting untuk diketahui dalam suatu

usahatani. B/C ratio kita gunakan untuk mengetahui

usahatani mana yang lebih layak dan memberikan

penerimaan yang lebih besar. Selain itu, kita juga dapat

mengetahui faktor produksi apa saja yang mempengaruhi

keuntungan usahatani. Dibawah ini adalah contoh

perhitungan B/C ratio usahatani cabai yang ada di

Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Page 31: ilmu usaha tani

31

B/C Ratio atas biaya tunai = Keuntunganusahatani

biayatunai usahatani (eksplisit )

B/C Ratio atas biaya tunai = R p 17.637 .596R p 19.492 .000

= 0,90

B/C Ratio atas biaya total = Keuntunganusahatanibiayatotal usahatani

B/C Ratio atas biaya tunai = Keuntunganusahatanibiayatotal usahatani

B/C Ratio atas biaya tunai = Rp 17.637 .596Rp30.008 .465

= 0,59

B/C ratio per hektar atas biaya tunai yang diterima

petani adalah 0.90, nilai B/C tersebut lebih dari 0 artinya

usahatani cabai besar lebih menguntungkan. Sama halnya

dengan B/C ratio per hektar atas biaya total juga lebih dari 0,

nilai B/C ratio per hektar atas biaya total yang diterima

petani adalah 0.59 yang artinya usahatani cabai besar ini

menguntungkan. Jika, faktor produksi dari dalam seperti

saprodi dari dalam, tenaga kerja dalam, penyusutan, serta

sewa lahan sendiri diperhitungkan, biaya total akan menjadi

lebih tinggi, sehingga B/C ratio semakin kecil, artinya

keuntungan petani semakin kecil. Usahatani cabai

menguntungkan karena harga jualnya yang tinggi dan biaya

yang dikeluarkan dalam usahatani lebih efisien.

Page 32: ilmu usaha tani

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ilmu usahatani sawi di kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah :

5.1.1. Pengeluaran biaya eksplisit rata-rata usahatani varietas cabai besar

yaitu sebesar Rp 19.492.000 dan biaya implisit rata-rata usahatani

varietas cabai besar adalah Rp 10.516.456 sehingga rata-rata

keuntungan usahatani cabai besar sebesar Rp 17.065.629.

5.1.2. Usahatani cabai besar sangat efisien dan layak untuk diusahakan

karena nilai R/C atas biaya tunai maupun biaya total usahatani cabai

besar lebih dari 1, yaitu untuk nilai R/C atas biaya tunai 2,44 dan

1,59 untuk nilai R/C atas biaya total cabai merah. Sedangkan, nilai

B/C ratio atas biaya tunai usahatani cabai merah adalah 0,90 dan nilai

B/C ratio atas biaya total usahatani cabai merah adalah 0,59.

5.2. Saran

Saran untuk praktikum ilmu usahatani di kecamatan Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar yaitu :

5.2.1 Sebaiknya co ass ikut serta dalam pendampingan pelaksanaan

praktikum

5.2.2 Daerah wawancara sebaiknya sudah dipilihkan co ass sesuai dengan

varietas yang sudah dipilihkan.

5.2.3 Petani diharapkan mampu mengoptimalkan biaya produksi seoptimal

mungkin sehingga usahatani yang dilakukan petani menjadi optimal

dan efisien.

32

Page 33: ilmu usaha tani

33

DAFTAR PUSTAKA

A. Khazanani dan Nugroho 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai Kabupaten Temanggung. Jurnal Ekonomi Pembangunan 5(1):1-32.

Admin. 2007. Usaha Tani, Pengertian dan Biaya di dalam Usaha Tani. https://www.idtesis.com. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015 pada pukul 11.05.

Barus, Wan Arfiani. 2006. Pertumbuhan Dan Produksi Cabai (Capsicum Annum L.) Dengan Penggunaan Mulsa Dan Pemupukan Pk. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian Volume 4, Nomor 1 : 41-44.

Daniel, M. 2005. Pengantar Ekonomi Pertanian Untuk Perencanaan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

G. A. J. Rumagit, O. Porajouw, R.Mirah 2011. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Kanonang II Kecamatan Kawangkoan. ASE 7(2):22-28.

Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. PT Praja Grasindo Persada. Jakarta.Hanafie, Rita 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: C.V ANDI

OFFSET.Harpenas, A dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul (Cabai Besar,

Cabai Keriting, Cabai Rawit, dan Paprika). Penebar Swadaya, Jakarta, 108 hlm

Hasan, Ikhlash. 2014. Membedakan pendapatan dan keuntungan dalam usahatani. http://www.kompasiana.com/ikhlash/membedakan-pendapatan-keuntungan-dalam-usahatani_54f68fdba33311d87c8b515c2014. diakses tanggal 18 Oktober 2015.

Hidayah, Abdul Kholik. 2014. Analisis Finansial Usahatani Cabai Merah Skala Petani Di Kota Samarinda (Studi Kasus Di Kelurahan Lempake Samarinda). Jurnal Agrifor Volume Xiii Nomor 1.

Hoddie, AH. 2011. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi Potong Di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jurnal Agribisnis Vol X (3). Universitas Hasanudin, Makassar.

Hussain, S. 2004. Textbook of Dental Materials. Jaypee. India. hal. 120.

Isaskar, Riyanti. 2014. Modul 1. Pendahuluan: Pengantar Usaha Tani. Laboratorium Analisis dan Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Noorlatifah dan Hamdani. 2012. Struktur Biaya dan Penerimaan Usahatani Nanas Madu (Ananas sativus) di Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas. Jurnal Agribisnis Perdesaan. Volume 02.

Patty, J. A. 2012. Efektivitas Metil Eugenol Terhadap Penangkapan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) Pada Pertanaman Cabai. Agrologia, Vol.1, No. 1, Hal. 69-75.

Rahim, A. dan Diah R. D. H. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 34: ilmu usaha tani

34

Rizki, Devi. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Hal 13.Riyanti. 2014. Modul 1. Pendahuluan: Pengantar Usaha Tani. Laboratorium

Analisis dan Manajemen Agribisnis. Universitas Brawijaya, Malang.Satyarini, Triwara B. 2009. Analisis Usahatani Cabai di Lahan Pantai (Studi kasus

di Pantai Pandan Simo, Bantul, DIY) pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MKP_A3.pdf. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015.

Shinta, Agustina. 2012. Ilmu Usaha Tani. http://shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Ilmu-Usaha-Tani.pdf. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015 Pukul 23.59 WIB

Soedjana, Tjeppy. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petan Terhadap Faktor Risiko. Jurnal Litbang Pertanian Volume 2, Nomor 1: 1-5

Soedjana, Tjeppy. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respon Petani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 26, No. 2, hal : 85.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.Soekarwati. 2006. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta.

STTP. 2010. Jurnal Ilmu-Ilmu-ilmu Pertanian. Vol. 6. No. 2. 142-143.Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Yogyakarta.

Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syafril, 2000. Pembagian Pendekatan Pertumbuhan Ekonomi Pengantar Ekonomi Makro & Mikro. BPFE. Yogyakarta.

Thamrin Salam, Mufidah Muis, dan Alfian E.N. Rumegan. 2006. Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan. Jurnal Agrisistem vol 2 no 1.

Widya, Erlin. 2013. http://agribisnis-brawijaya.blogspot.com/2013/04/makalah-usaha-tani-agribisnis.html. Diakses pada hari Minggu, 18 Oktober 2015.

.