ilmu gulma.docx
TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH ILMU GULMA
“SENDUDUK (Melastoma malabathricum) DAN KIRINYUH (Chromolaena odorata)”
Disusun oleh:
Nama : Rahmat Sulistyo
NIM : H0712155
Kelas : AT-4A
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2014
PENDAHULUAN
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang
tidak diinginkan oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat merugikan
tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Ashton,
1991). Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma
disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui
manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang
ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah
sebagai berikut.
1. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman
budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di
dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2. Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut
dikenal dengan istilah allelopati.
3. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan
kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat
berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan
memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya
dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman
budidaya.
PEMBAHASAN
A. Senduduk (Melastoma malabathricum)
Senduduk (Melastoma malabathricum) adalah tumbuhan yang tumbuh
liar pada tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup, seperti di lereng
gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Tumbuhan ini
bisa ditemukan sampai ketinggian 1.650 m dpl, seperti halnya di puncak
Gunung Tindihan, Pegunungan Meratus yang memiliki ketinggian 1.223 m
dpl. Ciri-ciri tumbuhan ini termasuk dalam kelompok Perdu, tegak, tinggi
0,5-4 m, banyak bercabang, bersisik dan berambut, daun tunggal,
bertangkai, duduk daun berhadapan bersilang. Helai daun bundar telur
memanjang sampai lonjong, ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata,
permukaan berambut pendek yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar,
warnanya hijau. Bunga termasuk bunga majemuk berwarna ungu kemerah-
merahan, buahnya dapat dimakan mempunyai biji berukuran kecil.
Perbungaan majemuk keluar di ujung cabang berupa malai rata dengan
jumlah bunga tiap malai 4-18, mahkota 5, warnanya ungu kemerahan. Buah
masak akan merekah dan berbagi dalam beberapa bagian, warnanya ungu
tua kemerahan. Biji kecil-kecil, warnanya cokelat.
Tumbuhan yang memiliki family Melastomataceae ini ternyata juga
bisa di jadikan sebagai penetral racun. Bagian yang digunakan adalah daun,
buah, biji dan akar. Buahnya biasa dimanfaatkan oleh masyarakat adat
untuk dimakan, sedangkan daun muda bisa dirnakan sebagai lalap atau
disayur. Selain itu karamunting juga bisa digunakan untuk mengobati
beberapa macam penyakit seperti gangguan pencernaan (dispepsi), disentri
basiler, diare, hepatitis, kepiutihan (leukorea), sarian, haid, wasir darah,
pendarahan rahim, berak darah, radang dinding pembuluh darah,
pembekuan (tromboangitis). Komposisi sifat kimiawi dan efek farmakologis
daun senduduk sangat pahit. Kandungan kimia daun senduduk mengandung
saponin, flafonoida dan tannin.
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Melastomaceae
Genus : Melastoma
Species : M. Malabathricum Linn.
Nama Lokal : Senggani (Jawa), Kemanden (Jawa), Harendong (Sunda)
2. Deskripsi Morfologi
a. Batang
Tumbuhan berupa perdu, herba atau pohon kecil yang
tingginya ± 5 m. Batang mempunyai banyak percabangan dan
berbulu halus, bentuk batang bulat (teres), arah tumbuh batang tegak
lurus (erectus), sifat cabang batang adalah sirung pendek (virgula),
arah tumbuh cabangnya condong ke atas (patens).
b. Akar
Sistem perakaran pada tumubuhan ini adalah tunggang yang
bercabang-cabang.
c. Daun
Daun tunggal. Bentuk daun lonjong/elip sampai ke lanset atau
oblongus. Pertulangan daun melengkung (curvinervis), warna
helaian daun hijau sebelah atas, bagian bawah hijau pucat, daun
berbulu halus, tepi daun bertoreh yaitu torehan merdeka, pelipatan
daun involute, tata letak daun berhadapan-berseling, daging daun
tipis, dan permukaan daun juga berambut (pilosus).
d. Bunga
Perbungaan di ujung cabang (3-12 bunga) atau terminal
aksilar, warna merah keputih-putihan. Bunganya merupakan bunga
majemuk dan termasuk bunga lengkap (sempurna). Jenis kelamin
bunganya adalah bunga banci, diadelphous, aestivasi bunganya ialah
aperta (terbuka). Simetri bunga aktinomorf, dasar bunganya
hipanthium, hipoginus. Kelopak berlekatan, sedangkan mahkota
lepas dan berbentuk monosimetris. Benang sari berjumlah 10 atau 2x
lipat jumlah daun mahkota. Obdiplostemon, epipetal, panjang
benang sari 2 cm, tangkai sari polyadelphus. Kepala sari adnata
(menempel). Kepala putik minute.
e. Buah
Buah kecil, bentuk seperti kapsul, warna biru tua sampai
hitam, warna biji oranye. Ruang bakal buah banyak (multicularis),
tembuni central axilis, tata letak bijinya tegak (atropus). Biji tanpa
endosperm.
3. Habitat
Melastoma Malabathricum tumbuh di dataran rendah sampai
ketinggian ± 2200 m dpl. Tumbuhan ini digolongkan ke dalam gulma
yang habitatnya di darat atau tanah. Melastoma Malabathricum
biasanya banyak ditemukan pada lahan-lahan perkebunan, seperti
perkebunan kelapa sawit, karet, kakao dan lain-lain.
4. Perkembang Biakan
Tumbuhan ini mempunyai sistem perbanyakan, produksi biji dan
penyebaran yang efisien, sehingga menjadi masalah penting. Karena
dengan sistem perkembang biakan tersebut, tumbuhan ini bisa
mendominasi bagian permukaan pertanaman. Pada umumnya
perkembang biakan tersebut sebagian besar terbantu oleh adanya angin.
B. Tekelan (Chromolaena odorata L.)
Chromolaena odorata
adalah spesies berbunga semak
di bunga matahari keluarga
Asteraceae. Tumbuhan ini
adalah tumbuhan asli Amerika
Utara, dari Florida dan Texas ke Meksiko dan Karibia, dan telah
diperkenalkan ke Asia tropis, Afrika Barat, dan sebagian Australia. Nama-
nama umum termasuk Weed Siam, Natal Bush, dan Bunga Floss umum. Hal
ini kadang-kadang ditanam sebagai obat dan tanaman hias. Hal ini
digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Daun muda hancur, dan
cairan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengobati luka kulit.
Taksonomi tumbuhan ini sebelumnya diklasifikasikan dalam genus
Eupatorium, tetapi sekarang dianggap lebih erat kaitannya dengan genera
lain dalam suku Eupatorieae. Chromolaena odorata dianggap invasif gulma
tanaman lapangan dalam jangkauan diperkenalkan, dan telah dilaporkan
menjadi spesies invasif yang paling bermasalah dalam hutan hujan
dilindungi di Afrika.
Chromolaena odorata merupakan gulma bagi pertanian karena
pertumbuhannya yang cepat, sehingga menggu produksi tanaman pertanian
dan dapat menutupi lahan pertanian. Chromolaena odorata dikenal pula
dengan nama tekelan maupun kirinyuh. Chromolaena odorata merupakan
tumbuhan perdu berkayu tahunan. Gulma ini mempunyai cirri khas: daun
berbentuk segitiga, mempunyai tiga tulan daun yang nyata terlihat dan bila
diremas akan terasa bau yang khas, percabangan berhadapan, perbungaan
majemuk yang dari jauh terlihat berwarna putih. Penyebaran meliputi 50-
1000 m diatas permukaan laut.
Chromolaena odorata adalah salah satu tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai larvasida alami. Tumbuhan ini mengandung senyawa
fenol, alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid (eupatorin) dan limonen.
Kandungan tanin yang terdapat dalam daun kirinyuh adalah 2,56%.
Chromolaena odorata merupakan tumbuhan yang dapat digunakan
sebagai obat luka tanpa menimbulkan bengkak, tumbuhan ini berfungsi juga
sebagai bahan insektisida nabati untuk mengendalikan beberapa jenis hama
sayuran. Biller et al. (1994), melaporkan tumbuhan rumput ini juga dapat
digunakan sebagai pakan ternak, namun harus melalui proses pengolahan
seperti pengeringan dan penumbukan. Chromolaena odorata merupakan
gulma bagi pertanian karena pertumbuhannya yang cepat, sehingga
mengganggu produksi tanaman pertanian dan dapat menutupi lahan
pertanian.
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins
Nama Lokal : Kirinyuh, Babanjaran (Sunda)
2. Deskripsi Morfologi
a. Bentuk akar
1) Pada tumbuhan Chromolaena odorata memiliki sususnan akar
berupa akar tunggang, besar dan dalam.
2) Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang bercabang. Akar
ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, dan
bercabang.
3) Warna akar kekuning-kuningan.
4) Bagian-bagian akar :
a) Leher akar / pangkal akar (collum)
b) Ujung akar (apex radicis)
c) Batang akar (corpus radicis)
d) Cabang-cabang akar (radix lateralis)
e) Serabut akar (fibrilla radicalis)
f) Rambut / bulu akar (pilus radicalis)
g) Tudung akar (calyptra)
b. Bentuk batang
Pada tumbuhan Chromolaena odorata memiliki struktur batang
yaitu :
1) Batang berbentuk bulat (teres)
2) Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus)
3) Pada permukaan batang terdapat rambut (pilosus)
4) Percabangan pada batang merupakan cara percabangan
monopodial, dimana batang pokok tampak lebih jelas karena
lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) dari
pada cabang-cabangnya.
5) Bentuk percabangan pada tumbuhan ini adalah tegak
(fastigiatus), yaitu sudut antara batang dan cabang amat kecil,
sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya sedikit
serong keatas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang
pokoknya.
6) Batang kurinyuh memiliki permukaan berbulu atau berambut
7) Jenis tumbuhan ini merupakan tumbuhan tahunan.
c. Bentuk Daun
Pada tumbuhan Chromolaena odorata memiliki struktur daun
tidak lengkap. Karena hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja.
Adapun struktur-struktur daun adalah sebagai berikut :
1) Tangkai daun
a) Tangkai daun kirinyuh (Chromolaena odorata) ini atau
kirinyuh adalah setengah lingkaran.
2) Helaian daun
a) Helaian daun kirinyuh (Chromolaena odorata) memiliki
bagian bawah yang terlebar sehingga bentuk daun ini yaitu
bangun segitiga.
b) Pada Susunan tulang daun terdapat :
Ibu tulang (Costa)
Tulang-tulang cabang (nervus letaralis)
urat-urat daun (vena)
a) Helaian daunnya juga berbentuk anifosi.
3) Tulang daun
a) Bentuk tulang-tulang daun yaitu mencapai tepi daun dan
bentuk susunan tulangnya yaitu daun bertulang melengkung.
Dimana satu tulang di tengah paling besar dan yang lain
mengikuti tepi daun (melengkung).
4) Bentuk ujung daun
a) Pada tumbuhan kirinyuh bentuk ujung daun yaitu runcing
dimana kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi
sedikit menuju ke atas dan membentuk sudut lancip (< 900).
5) Pangkal Daun
a) Bentuk pangkal daun kirinyuh yaitu ramping atau rata.
6) Tepi Daun
a) Bentuk tepi daun yaitu toreh (divisus). Bentuk torehnya
adalah bergerigi, dimana bentuk sinus dan angulusnya sama-
sama lancip.
7) Daging daun
Daging daun merupakan :
a) Bagian daun yg terdapat diantara tulang-tulang daun dan
urat-urat daun.
b) Merupakan dapur tumbuhan dan letak pigmen (klorofil,
karoten dan xantofil) dan mencerminkan tebal tipisnya daun.
c) Pada tumbuhan kirinyuh memiliki struktur daging daun yang
seperti kertas, tipis tetapi cukup tegar (kuat).
8) Sifat-sifat daun
a) Warna daun
Warna daun pada tumbuhan kirinyuh adalah hijau tua.
b) Permukaan daun
Jenis daun kirinyuh memiliki permukaan dau yang berbulu
halus dan rapat.
9) Susunan daun
a) Jenis daun kirinyuh yaitu daun majemuk menyirip genap.
Dimana terdapar dua anak helaian daun yang berpasang-
pasangan di kanan-kiri ibu tangkai. Namun daun kirinyuh ini
juga merupakan majemuk gasal ganda tidak sempurna.
b) Tata letaknya berseling
c) Terdapat alat-alat tambahan berupa selaput bumbung (orcea
atau ochrea)
3. Habitat
Tumbuhan ini digolongkan ke dalam kelompok gulma darat,
karena habitatnya berada di darat atau di tanah. Chromolaena odorata
Tumbuh pada ketinggian 1000–2800 m dpl, tetapi di Indonesia banyak
ditemukan di dataran rendah (0–500 m dpl) seperti di perkebunan-
perkebunan karet dan kelapa sawit serta di padang-padang
penggembalaan (Prawiradiputra 2007).
4. Perkembang Biakan
Kirinyuh memiliki kemampuan mendominasi area dengan sangat
cepat. Hal ini didukung karena jumlah biji yang dihasilkan sangat
melimpah. Setiap tumbuhan dewasa mampu memproduksi sekitar 80
ribu biji setiap musim (Departemen Sumber Daya Alam, Mineral dan
Air dari Australia 2006). Pada saat biji pecah dan terbawa angin, lalu
jatuh ke tanah, biji tersebut dapat dengan mudah berkecambah. Dalam
waktu dua bulan saja, kecambah dan tunas-tunas telah terlihat
mendominasi area. Kepadatan tumbuhan bisa mencapai 36 batang tiap
meter persegi, yang berpotensi menghasilkan kecambah, tunas, dan
tumbuhan dewasa berikutnya (Yadav dan Tripathi 1981).
5. Kerugian Chromolaena odorata
Secara umum, tumbuhan ini menyandang status sebagai gulma
atau tumbuhan pengganggu, yang merupakan kompetitor tanaman
budidaya, terutama dalam hal penyerapan air dan unsur hara.
Prawiradiputra (2007) mengemukakan bahwa tumbuhan ini
merupakan gulma yang sangat merugikan karena: (1) dapat mengurangi
kapasitas tampung padang penggembalaan, (2) dapat menyebabkan
keracunan, bahkan mungkin sekali kematian ternak, (3) menimbulkan
persaingan dengan rumput pakan, sehingga mengurangi produktivitas
padang rumput, dan (4) dapat menimbulkan bahaya kebakaran terutama
pada musim kemarau. Selain itu, gulma ini juga diketahui dapat
menjadi tempat persembunyian bagi serangga yang merugikan, antara
lain dari ordo Hemiptera dan Diptera.
Melihat cukup seriusnya dampak buruk yang ditimbulkan dari
keberadaan gulma ini, maka pada tahun 1993 hingga pertengahan 1994,
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) bekerjasama dengan Australia
Centre for International Agricultural Research (ACIAR)
mengintroduksi lalat puru Procecidochares connexa dari Tucuman,
Argentina, yang merupakan musuh alami Chromolaena odorata. P.
connexa meletakkan telur pada pucuk muda Chromolaena odorata,
kemudian larva yang menetas segera masuk ke dalam jaringan pucuk
untuk membuat puru. Larva berkembang dan memupa di dalam puru,
satu puru dapat berisi beberapa larva masing-masing dalam ruang yang
berbeda. Lalat dewasa keluar dari puru dengan membuat lubang keluar.
Terbentuknya puru diharapkan dapat menekan pertumbuhan dan
pembentukan biji Chromolaena odorata (Mudita 2012).
Sekilas cara pengendalian dengan lalat ini cukup berhasil, namun
penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh seorang mahasiswa jurusan
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Undana
menunjukan bahwa lalat puru ini dapat menghambat pertumbuhan
vegetatif Chromolaena odorata, tetapi tidak mampu menghambat
pertumbuhan generatif. Jumlah cabang yang tumbuh di atas puru justru
menjadi lebih banyak sehingga biji yang dihasilkan gulma menjadi
lebih banyak. Populasi lalat puru juga sangat menurun pada musim
kemarau karena untuk bertelur diperlukan pucuk muda sedangkan pada
musim kemarau sebagian besar tegakan Chromolaena odorata
mengering dan dibakar.
Sampai saat ini, pengendalian kirinyuh yang paling baik adalah
dengan kombinasi pembabatan dan herbisida (Prawiradiputra 2007).
Pengendalian cara hayati juga baik namun memerlukan waktu yang
lama, sedangkan dengan herbisida saja akan terlalu mahal dan
menimbulkan efek residu/pencemaran lingkungan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area)
yang tidak diinginkan oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat
merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok
tersebut.
Senduduk (Melastoma malabathricum) adalah tumbuhan yang tumbuh
liar pada tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup, seperti di lereng
gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Tumbuhan ini
mempunyai bagian morfologi akar, batang, daun, bunga dan buah.
Senduduk termasuk gulma darat, di mana habitatnya biasanya sering kita
jumpai pada areal perkebunan. Senduduk berkembang biak menggunakan
bunga dan biji, sehingga perbanyakannya relatif cepat.
Chromolaena odorata merupakan gulma bagi pertanian karena
pertumbuhannya yang cepat, sehingga menggu produksi tanaman pertanian
dan dapat menutupi lahan pertanian. Chromolaena odorata dikenal pula
dengan nama tekelan maupun kirinyuh. Chromolaena odorata ini
mempunyai bagian-bagian yaitu akar batang dan daun. Habitat gulma ini
berada di daerah perkebunan. Kirinyuh memiliki kemampuan mendominasi
area dengan sangat cepat. Hal ini didukung karena jumlah biji yang
dihasilkan sangat melimpah.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, kita jadi lebih mengetahui
tentang karakteristik dari gulma Melastoma malabathricum (senduduk) dan
Chromolaena odorata (Kirinyuh/tekelan). Diharapkan kepada para pembaca
agar setelah membaca makalah ini, para pembaca bisa menjadi lebih
mengetahui tentang gulma tersebut dan semoga masyarakat dapat
mengendalikannya secara terpadu dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Ashton 1991. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gajdah Mada University Press.
Department Of Natural Resources, Mines And Water 2006. Siam Weed Declared no 1. Natural Resources, Mines and Water, Pesr Series, Queensland, Australia.pp. 1 – 4.
Fitri, Aderahma 2013. Senduduk (Melastoma malabathricum). http://alfikrumusthanir.blogspot.com/2013/01/linn.html. Diakses pada tanggal 08 Maret 2014.
Mudita 2012. Tekelan (Chromolaena odorata). http://indo-pos.blogspot.com/2013/04/tekelan-chromolaena-odoratal.html. Diakses pada tanggal 08 Maret 2014.
Prawiradiputra BR 2007. Ki Rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M. King dan H. Robinson): Gulma Padang Rumput yang Merugikan. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia ( WARTAZOA), Volume 17 No. 1 (2007).
Yadav AS and RS Tripathi 1981. Population dynamic of the ruderal weed Eupatorium odoratum and its natural regulation. Copenhagen: Oikos No. 36.