illeus

29
BAB III PEMBAHASAN ILEUS OBSTRUKTIF A. Definisi Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. B. Insiden Perlekatan usus sebagai penyebab dari Ileus saat ini menempati urutan pertama. Maingot melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari Ileus adalah perlekatan. Survey Ileus Obstruksi di RSUD DR. Soetomo pada tahun 2001 mendapatkan 50% dari penyebabnya adalah perlekatan usus, kemudian diikuti Hernia 33,3%, keganasan 15%, Volvulus 1,7%.(5,10). C. Anatomi Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum dengan panjang 270 cm sampai 290 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejenum. Panjang jejenum 100-110 cm dan panjang ileum 150 -160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh 1

Upload: aimanriddle

Post on 11-Aug-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

coba

TRANSCRIPT

Page 1: Illeus

BAB III

PEMBAHASAN

ILEUS OBSTRUKTIF

A. Definisi

Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus yang dapat

ditimbulkan oleh banyak penyebab.

B. Insiden

Perlekatan usus sebagai penyebab dari Ileus saat ini menempati urutan pertama. Maingot

melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari Ileus adalah perlekatan. Survey Ileus Obstruksi di

RSUD DR. Soetomo pada tahun 2001 mendapatkan 50% dari penyebabnya adalah perlekatan

usus, kemudian diikuti Hernia 33,3%, keganasan 15%, Volvulus 1,7%.(5,10).

C. Anatomi

Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum dengan panjang 270 cm sampai 290

cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25

cm, mulai dari pilorus sampai jejenum. Panjang jejenum 100-110 cm dan panjang ileum 150 -

160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh Ligamentum Treitz. Ligamentum ini

berperan sebagai ligamentum suspensorium. Kira-kira dua per lima dari sisa usus halus adalah

jejenum, dan tiga per lima bagian terminalnya adalah ileum. Jejenum mempunyai vaskularisasi

yang besar dimana lebih tebal dari ileum. Apendiks vermiformis merupakan tabung buntu

berukuran sekitar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada apeks sekum.

(Basson, 2004)

1

Page 2: Illeus

Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri celiaca. Arteri

ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri

gastroduodenalis dan cabangnya arteri pankreatikoduodenalis superior. Darah dikembalikan

lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.

Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan

parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis

menghambat pergerakan usus. Serabut saraf sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri,

sedangkan serabut saraf parasimpatis mengatur refleks usus.

Usus besar dibagi menjadi caecum, colon dan rektum. Pada caecum terdapat katup

ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung caecum. Caecum menempati sekitar dua atau

tiga inchi pertama dari usus besar. Kolon dibagi lagi menjadi colon ascenden, colon transversum,

descenden dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk belokan tajam yaitu pada abdomen

kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Colon

sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian

bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rektum. Usus besar memiliki

empat lapisan morfologik seperti bagian usus lainnya.

Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh cabang

a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika media. Kolon

transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum perdarahi

oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemoroidalis superior.

Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Kolon dipersarafi oleh oleh serabut

simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang

berasal dari N.vagus. (Basson, 2004)

2

Page 3: Illeus

Gambar 2.1 Anatomi sistem pencernaan (Translight Medical Media, 2008)

D. Fisiologi

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan – bahan

nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh

kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan di

dalam duodenum terutama oleh kerja enzim – enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,

lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret

pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim – enzim.

Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga

memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus).

Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat – zat

makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat –zat yang

dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan peristaltik

mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan kecepatan yang sesuai untuk

absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir

pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe

untuk digunakan oleh sel – sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.

3

Page 4: Illeus

Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan – bahan makanan

dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari; i) Pergerakan mencampur

(mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur makanan dengan enzim – enzim

pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi, ii) Pergerakan propulsif atau gerakan

peristaltik yang mendorong makanan ke arah usus besar.

Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2 lapis

yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang terutama berperan pada

kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian

mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap

kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1 – 4 cm. Pada saat satu segmen usus halus

yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi,

demikian seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya semula.

Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan

mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.

Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang merupakan

basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi

berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada ileum.

Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju ke arah kolon dengan

kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat daripada bagian

distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar

3 sampai 5 cm

Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama diatur oleh adanya

gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi yang disebabkan oleh adanya sel – sel pace

maker yang terdapat pada dinding usus halus, dimana aktifitas dari sel – sel ini dipengaruhi oleh

sistem saraf dan hormonal.

4

Page 5: Illeus

Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian besar

disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga menimbulkan refleks peristaltik

yang akan menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon gastrin, CCK, serotonin, dan

insulin juga meningkatkan pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan glukagon

menghambat pergerakan usus halus.

Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan kadang – kadang terhambat selama beberapa

jam sampai seseorang makan lagi. Pada saat tersebut, refleks gastrileal meningkatkan aktifitas

peristaltik dan mendorong makanan melewati katup ileocaecal menuju ke kolon. Makanan yang

menetap untuk beberapa lama pada daerah ileum oleh adanya sfingter ileocaecal berfungsi agar

makanan dapat diabsorbsi pada daerah ini. Katup ileocaecal berfungsi untuk mencegah makanan

kembali dari caecum masuk ke ileum.

Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila tekanan di dalam caecum

meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal akan meningkat dan

gerakan peristaltik ileum akan berkurang sehingga memperlambat pengosongan ileum. Bila

terjadi peradangan pada caecum atau pada appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami

spasme, dan ileum akan mengalami paralisis sehingga pengosonga ileum sangat terhambat.

E. Histologi

Lapisan usus halus dibagi kedalam empat lapisan:

Tunica Serosa. Tunica serosa atau lapisan peritoneum, tak lengkap di atas duodenum,

hampir lengkap di dalam usus halus mesenterica, kekecualian pada sebagian kecil, tempat

lembaran visera dan mesenterica peritoneum bersatu pada tepi usus.

Tunica Muscularis. Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk tunica muscularis

usus halus. Ia paling tebal di dalam duodenum dan berkurang tebalnya ke arah distal.

Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan dalamnya stratum circulare. Yang

terakhir membentuk massa dinding usus. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan

saluran limfe terletak diantara kedua lapisan otot.

Tela Submucosa. Tela submucosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak diantara

tunica muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang terletak di bawah

5

Page 6: Illeus

mukosa. Dalam ruangan ini berjalan jalinan pembuluh darah halus dan pembuluh limfe.

Di samping itu, di sini ditemukan neuroplexus meissner.

Tunica Mucosa. Tunica mucosa usus halus, kecuali pars superior duodenum, tersusun

dalam lipatan sirkular tumpang tindih yang berinterdigitasi secara transversa. Masing-

masing lipatan ini ditutup dengan tonjolan, villi.

Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat menambah luas permukaan dan

membantu fungsi absorpsi yang merupakan fungsi utamanya:

Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang dinamakan

valvula koniventes (lipatan kerckringi) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 ampai 10

mm. Lipatan-lipatan ini nyata pada duodenum dan jejenum dan menghilang dekat

pertengahan ileum. Adanya lipatan-lipatan ini menyerupai bulu pada radiogram.

Vili merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya sekitar 4

atau 5 juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Villi panjangnya 0,5 sampai 1 mm

(dapat dilihat dengan mata telanjang) dan menyebabkan gambaran mukosa menyerupai

beludru.

Mikrovili merupakan tonjolan menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar 1 μ pada

permukaan luar setiap villus. Mikrovilli terlihat dengan mikroskop elektron dan tampak

sebagai brush border pada mikroskop cahaya.

Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya hanyalah sekitar

2.00 cm². Valvula koniventes, vili dan mikrovili bersama-sama menambah luas permukaan

absorpsi sampai 2 juta cm², yaitu menigkat seribu kali lipat (Price&Wilson, 2002).

F. Klasifikasi

Berdasarkan Lokasi Obstruksi :

Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum

Letak Tengah : Ileum Terminal

Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum

6

Page 7: Illeus

Berdasarkan Stadium :

Parsial : menyumbat lumen sebagian

Simple/Komplit: menyumbat lumen total

Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa

G. Etiologi

7

Page 8: Illeus

i. Penyempitan lumen usus

Isi Lumen : Benda asing, skibala, ascariasis.

Dinding Usus : stenosis (radang kronik), keganasan.

Ekstra lumen : Tumor intraabdomen

ii. Adhesi : pita fibrosa yang membentuk jaringan scarlike antara dua permukaan di dalam tubuh.

iii. Invaginasi atau intususepsi : bagian usus masuk kedalam usus dibagian belakangnya, terjadi

jepitan usus, sehingga menyebabkan hambatan aliran usus dan mengganggu aliran darah yang

8

Page 9: Illeus

melalui bagian usus yang mengalami intususepsi. Atau bagian proksimal masuk kebagian

distal.

iv. Volvulus : kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usus itu sendiri, mengelilingi

mesenterium dari usus tersebut dengan mesenterum itu sendiri sebagai aksis longitudilah

sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna.

v. Malformasi Usus

Gambar 2.3 Bermacam penyebab ileus obstruktif. (Hamami,2003)

H. Patofosilogi

9

Obstruksi usus

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi

Page 10: Illeus

Pada obstruksi harus dibedkan antara obstruksi letak sederhana dan obstruksi strangulasi.

Obstruksi sederhana yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah, pada strangulasi, ada

pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadinya iskemia yang akan menyebabkan nekrosis atau

gangren. Pada gangren, dijumpai gejala umum yang berat akibat toksin dari jaringan gangren.

10

Proliferasi bacteri yang berlangsung cepat

Tekanan intralumen

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam

peritoneum dan sirkulasi sistemik

Syok hipovolemik

Peritonitis septikemia

Ischemia dinding usus

Volume ECF

Kehilangan H2O dan elektrolit

Kehilangan cairan yang menuju ruang peritoneum

Distensi

Page 11: Illeus

Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi antara gejala obstruktif dan sistemik akibat adanya

toksin dan sepsis. Obstruksi yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus

mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis jarang

menyebabkan strangulasi.

Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya

mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan

penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.

Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal

tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan

distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan

demikian akumulasi cairan dan gas ntakin hertambah yang menyebabkan distensi usus tidak

hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sehelah proximal

sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai

usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi

serangan kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah

hilang oleh karena dinding usus kehilangan kontraksinya.

I. Gejala klinis

A. Nyeri-Kolik

B. Muntah :

Stenosis Pilorus : Encer dan asam

Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan

Obstruksi kolon : onset muntah lama.

C. Perut Kembung (distensi)

D. Konstipasi

E. Tidak ada defekasi

F. Tidak ada flatus

G. Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus

H. Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.

11

Page 12: Illeus

Tabel-2.1. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.

Macam

ileus

Nyeri Usus Distensi Muntah

borborigmi

Bising usus Ketegangan

abdomen

Obstruksi

simple

tinggi

++

(kolik)

+ +++ Meningkat -

Obstruksi

simple

rendah

+++

(Kolik)

+++ +

Lambat,

fekal

Meningkat -

Obstruksi

strangulasi

++++

(terus-

menerus,

terlokalisir)

++ +++ Tak tentu

biasanya

meningkat

+

Paralitik + ++++ + Menurun -

Oklusi

vaskuler

+++++ +++ +++ Menurun +

J. Diagnosis

1. Subyektif -Anamnesis

Nyeri-Kolik. Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus, Obstruksi

kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik. Muntah, Perut Kembung (distensi),

Konstipasi, Tidak ada defekasi, Tidak ada flatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali

menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat

buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat

diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi

sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang

12

Page 13: Illeus

berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat

dapat menjurus kepada ileus letak rendah.

2. Obyektif-Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Keadaan umum lemah, ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Perut distensi, dapat

ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum

menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa

abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi

sebelumnya. Rasa sakit intermitten pada saat terjadinya hiperperistaltik.

Auskultasi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Bisa terjadinya suara

metalik/metalik klinken. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai

hilang.

Perkusi

Hipertimpani di seluruh perut, terutama di subdiafragma.

Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia. Terdapatnya distensi.

Tidak teraba nyeri tekan dan tidak ada defense muscular kecuali disertai peritonitis.

13

Page 14: Illeus

Rectal Toucher

- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease

- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

- Feses yang mengeras : skibala

- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi

- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,

tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam

resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya

ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.

Peningkatan serum amilase sering didapatkan.10 Leukositosis menunjukkan adanya

iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi

dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat

dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.

Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat,

dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.

b. Radiologik

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level”

pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto

polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus,

sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.

Foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level”

terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika

terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa

yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak

14

Page 15: Illeus

menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena

dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.

15

Page 16: Illeus

CT scan kadang – kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus

halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada

obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun keganasan.

K. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan obstruksi ileus sekarang dengan jelas telah menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama disebabkan telah dipahaminya dengan tepat

patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi usus.

Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang tetap.

1. Persiapan penderita

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi ileus

secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya

berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :

o Penderita dirawat di rumah sakit.

16

Page 17: Illeus

o Penderita dipuasakan

o Kontrol status airway, breathing and circulation.

o Dekompresi dengan nasogastric tube.

o Intravenous fluids and electrolyte

o Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

2. Operatif.

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya

maupun kondisi sebelum sakit.

Apakah ada risiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang

ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada

24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi

ileus :

17

Page 18: Illeus

a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana

untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-

strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus

yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus

untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,

invaginasi strangulate dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik

oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca

sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi

usus dan anastomosis.

3. Pasca Operasi

Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang

masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul

dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan tersebut

mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak

dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal

tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi

meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.

Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca

bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga

keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca

bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring

pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain

pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya

18

Page 19: Illeus

mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas

dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.

Komplikasi

o Nekrosis usus

o Perforasi usus

o Sepsis

o Syok-dehidrasi

o Abses

o Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

o Pneumonia aspirasi dari proses muntah

o Gangguan elektrolit

o Meninggal

19

Page 20: Illeus

BAB IV

PEMBAHASAN

NEOPLASM USUS HALUS DAN GASTROINTESTINAL STROMAL TUMOUR (GIST)

A. Definisi

Tumor intra abdomen adalah pertumbuhan suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel

yang tidak terkontrol dan progresif yang bermanifestasi di abdomen yang ditandai dengan

adanya suatu massa padat yang tidak nyeri, dan gejala lain tergantung dari tempat asal nya tumor

tersebut timbul.

Tumor stroma gastrointestinal (GIST) adalah salah satu tumor mesenchymal paling

umum pada saluran pencernaan (1-3% dari semua keganasan gastrointestinal). Ia biasanya

didefinisikan sebagai tumor yang perilakunya didorong oleh mutasi pada gen Kit atau gen

PDGFRA, dan mungkin atau tidak mungkin pewarnaan positif untuk Kit.

insidens

neoplasm jinak

yang paling sering ditemukan adalah GIST jinak, adenoma dan lipoma. Adenoma adalah yang paling banyak ditemukan pada pemeriksaan autopsi, tetapi GIST lebih sering menimbulkan gejala klinis.

Manifestasi klinik

Gejala klinik dari neoplasma usus halus biasanya tidak spesifik dan tidak jelas. Gejala-gejala yang mungkin timbul adalah seperti dyspepsia, anoreksia, malaise dan nyeri di abdomen yang dirasakan tumpul (kembung dan intermitten). Gejala-gejala ini dapat timbul selama bertahun-tahun atau berbulan-bulan sebelum dilakukan pembedahan. Majoriti dari pasien dengan neoplasma jinak usus halus bersifat asimptomatik dan kelainan hanya ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologik saluran cerna atas atau pada laparotomi atau pada saat dilakukan autopsi.

Keluhan nyeri biasanya disebabkan oleh timbulnya obstruksi di jalan usus halus. Obstruksi bisa terjadi akibat intususepsi

20

Page 21: Illeus

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar

Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003.

Hal: 181-192.

2. Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle,

W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last

Updated, June 29, 2004.

3. Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J.,

and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.

4. General and laparoscopy surgeon,: Ileus obstruksi. Editor : Dr. A. Yuda Hendaya. Sp B,

FInaCS,FMAS. http://www.dokteryudabedah.com . last Update januari 5, 2010

5. Obstruksi usus kecil. Avialablle at URL. www. learningRadiology.com Accessed on 18

April 2010

6. Evers, BM Usus Kecil. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL, eds.

Sabiston Textbook of Surgery . 18th ed. St. Louis, Mo: WB Saunders; 2008:chap 48

7. Intestinal obstruction. Aviable at URL . www.healthline.com. Accessed 0n 20 April 2010

21

Page 22: Illeus

22