illegal logging di lingkungan hutan indonesia

40
1 Illegal Logging di Lingkungan Hutan Indonesia Pembimbing: Dr. Maridi, M.Pd Tujuan Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dan guna menge 78mbangkan kemampuan dibidang akademis mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Disusun Oleh FKIP Pendidikan Fisika 2013 dan 2010: Apriyan Ardhitya Putra : K2310011 Fahmi Setiawan : K2310036 Indya Wahyuningrum : K2310050 Azhar Umam : K2313012 Dwi Anggara Kusuma D : K2313016 Gina Puri Utari : K2313028

Upload: azhar-umam

Post on 25-Nov-2015

136 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Makalah isu lingkungan dalam illegal logging

TRANSCRIPT

Illegal Logging di Lingkungan Hutan Indonesia

Pembimbing: Dr. Maridi, M.Pd

Tujuan

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dan guna menge78mbangkan kemampuan dibidang akademis mata kuliah Pendidikan KewarganegaraanDisusun Oleh FKIP Pendidikan Fisika 2013 dan 2010:

Apriyan Ardhitya Putra: K2310011Fahmi Setiawan: K2310036Indya Wahyuningrum : K2310050Azhar Umam: K2313012Dwi Anggara Kusuma D: K2313016Gina Puri Utari: K2313028

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas MaretSurakarta2014KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Illegal Logging di Lingkungan Hutan Indonesia tepat pada waktunya.Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Maridi, M.Pd. sebagai dosen pengajar mata kuliah Ilmu Pengetahuan Lingkungan atas arahan dan bimbingannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turutmembantu baik secara moril maupun meteril dalam proses penyelesaian makalah ini.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna mewujudkan makalah yang lebih baik di masa mendatang.Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan konstribusi positif kepada para pembaca.

Surakarta, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISICOVER..1KATA PENGANTAR....2DAFTAR ISI..3I. PENDAHULUANa. Latar Belakang...4b. Rumusan Masalah......5c. Tujuan Penulisan...6d. Manfaat Penulisan 6e. Metode Penulisan..7II. PEMBAHASANa. Hubungan manusia dan lingkungan hutan .....8b. Manfaat dan pentingnya hutan bagi kita...10c. Situasi hutan di Indonesia 10d. Hakikat dari pembalakan liar atau illegal logging 13e. Penyebab yang menstimulasi praktek illegal logging di indonesia dan siapa pelaku praktek illegal logging .15f. Dampak dari praktik illegal logging 18g. Cara efektif meminimalisir illegal logging di Indonesia ..20III. PENUTUPa. Kesimpulan......24b. Rekomendasi...24DAFTAR PUSTAKA.. 25LAPIRAN.27

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAbad 21 yang merupakan era globalisasi merupakan abad di mana umat manusia mengalami evolusi dan kemajuan yang cukup signifikan di berbagai aspek. Dalam beberapa hal yang dahulunya belum dapat teratasi, kini telah dapat ditangani dengan berbagai alat modern yang mutakhir. Namun, sejalan dengan hal tersebut, ada beberapa dampak yang ditimbulkan. Salah satunya dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, khususnya hutan.Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.Pemanfaatan dan pengelolaan sektor kehutanan adalah salah satu bagian yang essensial dalam pengelolaan lingkuan hidup dimana telah menjadi sorotan bukan hanya nasional, akan tetapi telah menjadi wacana global. Hal ini dapat dilihat dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi yang diselenggarakan oleh PBB di Rio Jeneiro pada tanggal 3 sampai 14 Juni 1992 yang juga merupakan peringatan 20 tahun Konferensi Stockholm tahun 1972. Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio Jeneiro menghasilkan suatu konsesus tentang beberapa bidang penting khususnya prinsip-prinsip kehutanan yang tertuang dalam dokumen dan perjanjian: Non-Legally Binding Authorotative Statement of Principle for a Global Condesus on Management, Conservation and Sustainable Development of all Types of Forest dan Bab 11 dari Agenda 21 Combating Deforestion. Kemudian dalam pertemuan ketiga dari Komisi Pembangunan Berkelanjutan (CSD-COmmision of Sustainable Development) disepakati untuk membentuk Intergovermental Panel on Forest (IPF) untuk melanjutkan dialog dalam kebijakan kehutanan skala global. Prinsip-prinsip tentang Kehutanan tersebut kemudian dijabarkan dalam UU Kehutanan Indonesia, yaitu UU No.4 Tahun 1999. Tak dapat dipungkiri, eksistensi hutan sangatlah essensial dan memiliki bebagai manfaat baik secara langsung (tangible) ataupun secara tidak langsung (intangible). Secara langsung, hutan memainkan perannya sebagai tempat penyedian kayu, habitat bagi berbagai flora dan fauna, dan sebagai lokasi beberapa hasil tambang. Disamping itu, secara tidak langsung, hutan dapat dijadikan lokasi rekreasi, perlindungan dan perkembangan biodiversitas, pengaturan tata air, dan pencegahan erosi.Salah satu masalah yang menjadi dilema dari periode ke periode yang menyangkut hutan di Indonesia ialah pembalakan liar (illegal logging). Stephan Devenish, ketua Misi Forest law Enforecment Governance and Trade dari Uni Eropa mengatakan bahwa illegal logging adalah penyebab utama kerusakan hutan di Indonesia. Nampaknya, illegal logging merupakan masalah krusial yang sangat sulit untuk diatasi bahkan diminimalisir oleh negara kita.Dengan semakin maraknya praktek pembalakan liar, kawasan hutan di Indonesia telah memasuki fase kritis. Seluruh jenis hutan di Indonesia mengalami pembalakan liar sekitar 7,2 hektar hutan per menitnya, atau 3,8 juta hektar per tahun.Tentunya, ini akan mengancam keanekaragaman hayati bahkan dapat menurunkan level kekayaan biodiversitas di Indonesia serta secara langsung dapat mengganggu keseimbangan alam yang telah tercipta. Menurut estimasi pemerintah, praktek illegal logging per tahunnya telah membuat negara mengalami defisit sebesar Rp 30 triliun atau Rp 2,5 triliun per bulannya. Tentunya, angka ini sangatlah fantastis, ditambah lagi kerugian ini empat kali dari APBN yang telah dianggarkan pemerintah untuk sektor kehutanan.B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut.1. Bagaimana hubungan manusia dan lingkungan hutan?2. Apa manfaat dan pentingnya hutan bagi kita?3. Bagaimana situasi hutan di Indonesia?4. Apa hakikat dari pembalakan liar atau illegal logging?5. Apa penyebab yang menstimulasi praktek illegal logging di indonesia dan siapa pelaku praktek illegal logging?6. Apa dampak dari praktik illegal logging?7. Bagaimana cara efektif meminimalisir illegal logging di indonesia?

C. TujuanBerdasarkan rumusan masalah diatas dan hasil penelitian, penulis mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuannya sebagai berikut.1. Memahami hubungan manusia dan lingkungan hutan2. Mengetahui manfaat dan pentingnya hutan bagi kita3. Mengetahui situasi hutan di Indonesia4. Dapat mejelaskan hakikat dari pembalakan liar atau illegal logging5. Mengetahui penyebab yang menstimulasi praktek illegal logging di indonesia dan siapa pelaku praktek illegal logging6. Memahami dampak dari praktik illegal logging7. Dapat berpartisipasi secara untuk efektif meminimalisir illegal logging di indonesia

D. Manfaat Penulisan makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut.1. Manfaat UmumMakalah hasil pengkajian penulis ini dapat menunjang materi pembelajaran dan dapat dijadikan bahan baku referensi pembelajaran.2. Manfaat KhususPenulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta dapat melatih penulis untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan lebih telaten dalam mencari dan mengumpulkan sumber dan informasi selama melakukan pengkajian.3. Manfaat untuk penulis yang akan datangMakalah hasil pengkajian sebelumnya dapat dijadikan bahan referensi sumber untuk pembuatan makalah selanjutnya dan dapat memberi gambaran dalam pengkajian yang akan dilakukannya.E. Metode Penulisan

1. Subjek PenulisanSubjek Penulisan adalah kajian tentang manusia dan lingkungan hutan yang terkhusus dalam bidang illegal logging, yang pengambilan datanya diambil dari berbagai buku yang berisi tentang potret keadaan alam Indonesia dan dari berbagai sumber lainnya.2. Prosedur PenulisanProsedur penulisan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:a) Menentukan sumber-sumber yang akan dijadikan referensi pembuatan makalah.b) Mengidentifikasi aspek apa saja yang yang diperlukan agar menjadi warga negara yang baik.c) Menyusun semua informasi yang telah diperoleh untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat.

BAB IIPEMBAHASANA. Hubungan Manusia dan Lingkungan HutanManusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesuaikan dirinya. Lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban -istilah Toynbee- sebagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan mendukung kehidupannya. Misalnya, manusia menciptakan jembatan agar bisa melewati sungai yang membatasinya.Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil (Elly M. Setiadi, 2006). Pada hakikatnya, manusia dan lingkungan sangat berhubungan erat, manusia tidak mampu memenuhi kebutuhannya apabila tidak ada lingkungan. Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut:1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.2. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.3. Lingkungan mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.4. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup.Lingkungan hutan hidup manusia adalah daerah hutan di mana manusia hidup atau tinggal. Pada dasarnya manusia dan hutan memiliki hubungan yang erat. Di mana keduanya saling menerima dan memberi pengaruh yang besar satu sama lain. Hutan akan memberikan feedback kepada manusia itu sendiri. Jika manusia bersikap positif terhadap hutan,maka hutanpun akan membalasnya dengan yang positif pula. Contohnya udara yang bersih, iklim yang teratur, menampung stok air pada musim hujan dan kemarau, mencegah longsor, dll. Namun, jika manusia bersikap negative terhadap hutan, baik langsung maupun tidak langsung hutan atau alam akan membalasnya dengan hal-hal yang negative pula.Manusia dapat mempengaruhi hutan, begitu pula hutanpun pasti mempengaruhi manusia. Kalau hutan di rusak,maka kehidupan habitat di dalamnya akan terancam dan pada akhirnya akan punah. Manusia merupakan salah satu bagian dari lingkungan hutan. Namun,manusia tercipta memiliki otak yang mampu menyesuaikan diri dan bertahan dalam situasi lingkungan hutannya.dengan demikian manusia memberikan pengaruh yang semakin lama semakin besar terhadap lingkungan hutan.Manusia selalu mendapatkan haknya dari hutan. Namun,manusia selalu melalaikan hak makhluk lain yang merupakan komponen dari lingkungan hutan itu sendiri. Seharusnya seluruh manusia di bumi ini memahami betul hal-hal yang terkandung dalam ilmu lingkungan dan ilmu ekologi. Di mana ilmu lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari lingkungan hidup. Sedangkan ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Dengan kedua ilmu tersebut di harapkan manusia menjadi lebih tanggap dan peka terhadap masalah lingkungan hutan yang muncul.Sebenarnya dengan hal yang kecilpun kita sudah bisa menyayangi hutan kita. Salah satu contohnya adalah dengan menanam pohon di jalan dan di depan rumah kita.Seharusnya manusia dan lingkungannya menjalin hubungan simbiosis mutualisme di mana saling memberikan keuntungan satu sama lain.saya yakin sebagian orang paham dan mengerti bahwa merusak lingkungan sekitar itu salah. Namun egoisme dan keserakahan manusia yang membuat mereka tidak mempedulikan hal itu. Manusia akan sadar apabila musibah di dapatkannya.namun terkadang manusia melakukan hal yang sama jika musibah itu telah berlalu. Jadi, sayangilah lingkungan tempat hidup kita sehingga lingkunganpun akan melakukan hal yang sama terhadap kita.

B. Manfaat dan Pentingnya Hutan Hutan di Indonesia sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup satwa dan puspa yang ada di dalamnya. Selain itu, keberadaan hutan di Indoneisa ini juga berfunsgi untuk melestarikan beraneka ragam potensi satwa dan puspa di Indoensia. Berikut ini manfaat dari adanya keberadaan hutan :1. Manfaat/Fungsi Ekonomia. Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang bernilai tinggi.b. Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.c. Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar negeri.2. Manfaat/Fungsi Klimatologisa. Hutan dapat mengatur iklimb. Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen bagi kehidupan.3. Manfaat/Fungsi Hidrolisa. Dapat menampung air hujan di dalam tanahb. Mencegah intrusi air laut yang asinc. Menjadi pengatur tata air tanah4. Manfaat/Fungsi Ekologisa. Mencegah erosi dan banjirb. Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanahc. Sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati

C. Situasi Hutan di IndonesiaPembangunan kehutanan di Indonesia dewasa ini masih menghadapi tantangan besar. Hutan semakin banyak mengalami kerusakan akibat besarnya tekanan pembalakan dan perambahan hutan secara liar. Kawasan hutan yang terdegradasi di Indonesia mencapai lebih dari 50 juta hektar yang disebabkan oleh aktivitas illegal logging, alih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan, pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan, serta kebakaran hutan. Laju deforestasi di Indonesia pada periode 1990 1997 sebesar 1,8 juta hektar per tahun dan meningkat pada era reformasi 1997 2000 yang mencapai 2, 83 juta hektar per tahun. Laju deforestasi yang sedemikian besar tersebut antara lain disebabkan oleh pengelolaan hutaan yang tidak tepat, pembukaan kawasan hutan dalam skala besar untuk berbagai keperluan pembangunan, over cutting, dan penebangan kayu secara tidak sah (illegal logging), perburuan satwa liar tanpa izin, penjarahan, perambahan, okupasi lahan, dan kebakaran hutan.Deforestasi di Indonesia Periode Tahun 2000-2009

Laju deforestasi yang tinggi tersebut menghadirkan kekhawatiran yang mendalam terhadap masa depan hutan dan kehutanan di Indonesia. Pada tahun 2001, Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Illegal (Illegal logging) dan Peredaran Hasil Hutan Ilegal Di Kawasan Ekosistem Leuser dan Taman Nasional Tanjung Puting. Karena di kawasan ini sangat rawan dengan praktik pembalakan liar. Kemudian pada tahun 2004 Presiden mencanangkan gerakan pemberantasan illegal logging secara tegas di seluruh penjuru negeri. Hasilnya, laju deforestasi Indonesia pada kurun 2000 - 2009 mengalami penurunan menjadi 1,51 juta ha per tahun. Berdasarkan lokasinya, laju deforestasi terbesar terjadi di Kalimantan yaitu sebesar 0,55 juta ha per tahun dan Sumatera dengan laju deforestasi sebesar 0,37 juta ha per tahun. Deforestasi terluas terjadi di dalam Areal Penggunaan Lain yaitu sebesar 28,63 persen dari total deforestasi Indonesia atau setara dengan 4,34 juta ha. Deforestasi juga terjadi di Hutan Lindung dan Kawasan Konservasi, kawasan yang seharusnya dilindungi dari kegiatan ekstraksi kayu. Luas Hutan Lindung yang yang mengalami deforestasi adalah 2,01 juta ha, sementara Kawasan Konservasi mengalami deforestasi seluas 1,27 juta ha Illegal logging atau pembalakan liar atau penebangan liar adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan penebangan kayu yang dilakukan tanpa mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan pembalakan liar tidak berdiri sendiri, namun saling kait- mengait dalam suatu jaringan bisnis kayu ilegal yang melibatkan para pemodal (cukong) pembalak kayu, pengusaha transportasi kayu, pedagang kayu, industri pengolahan kayu, dan oknum aparat penegak hukum.Bank Dunia mengungkapkan praktik pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia dijalankan oleh mafia. Dari pembalakan liar itu, organisasi kejahatan tersebut mengalirkan sebagian keuntungannya kepada pejabat pemerintah yang korup. Hal itu terungkap dari laporan analisis Bank Dunia terbaru, bertajuk Justice for Forests: Improving Criminal Justice Efforts to Combat Illegal logging yang dipublikasikan pada 21 Maret 2012. Selain Indonesia, praktik seperti itu terjadi di banyak negara, termasuk beberapa negara di Afrika Barat. Akibat pembalakan liar berskala besar, setiap tahun Indonesia kehilangan Rp36 triliun. Kebanyakan kayu hasil pembalakan liar itu diselundupkan ke Luar Negeri. Kerusakan sumber daya hutan akibat illegal logging dan perambahan hutan telah menimbulkan dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial yang sangat serius. Secara ekonomi kerugian yang timbul sebagai dampak kerusakan akibat pembalakan liar pasti jauh melebihi nilai kayu yang dibalak. Kerugian negara akibat pembalakan liar berdasarkan laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mencapai Rp 30,3 triliun per tahun (Kompas.com, Selasa, 21 Juni 2011).D. Hakikat Pembalakan Liar (Illegal Logging)Menurut Tacconi, pembalakan liar atau kegiatan hutan ilegal meliputi semua tindakan ilegal yang berhubungan dengan ekosistem hutan, demikian juga industri yang berhubungan dengan hutan dan hasil hutan kayu serta non-kayu. Kegiatan itu meliputi tindakan yang melanggar hak-hak atas lahan hutan, melakukan korupsi untuk mendapatkan konsesi hutan, dan semua kegiatan pada seluruh tahap pengelolaan hutan dan rantai produksi barang dari hutan, dari tahap penanaman hingga penebangan dan pengangkutan bahan baku serta bahan jadi hingga pengelolaan keuangan.Menurut Simpul Papua, Illegal Logging ada dua jenis yaitu: 1). Yang dilakukan oleh operator sah yang melanggar ketentuan dalam izin yang dimiliki, 2). Melibatkan pencuri kayu dimana pepohonan ditebang orang yang sama sekali tidak memiliki hak legal untuk menebang pohon. Dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2001 menyebutkan bahwa Illegal Logging adalah penebangan kayu di kawasan hutan dengan tidak sah.Sedangkan menurut Haryadi Kartodiharjo, 2003 mengatakan bahwa Illegal Logging merupakan penebangan kayu secara tidak sah dan melanggar peraturan perundang-undangan, yaitu berupa pencurian kayu di dalam kawasan hutan negara atau hutan hak dan atau pemegang ijin melakukan penebangan melebihi dari jatah yang telah ditetapkan dalam perizinan. Selanjutanya, menurut LSM Indonesia Telapak, 2002 berpendapat bahwa Illegal Logging ialah operasi atau kegiatan kehutanan yang belum mendapat izin dan yang merusak.Illegal Logging meliputi serangkaian pelanggaran peraturan yang mengakibatkan eksploitasi sumber daya hutan yang berlebihan. Pelanggaran ini terjadi disemua lini tahapan produksi kayu, misalnya pada tahap penebangan, tahap pengangkutan kayu gelonggongan, tahap pemprosesan, dan tahap pemasaran, serta meliputi cara-caraa yang korup untuk mendapatkan akses ke hutan dan pelanggaran keuangan seperti penghindaran pajak (Wahyu Catur adinugroho,2009).Forest watch Indonesia dan Global Forest Watch berpendapat bahwa selain Illegal Logging ada juga istilah pembalakan liar, kerusakan hutan, pembalakan liar dan pembalakan yang merusak. Pembalakan illegal ialah semua praktek atau kegiatan kehutanan yang berkaitan dengan pemanenan, pengelolaan, dan perdagangan kayu yang tidak sesuai dengan hukum Indonesia.Illegal Logging menurut UU No 41/1999 tentang Kehutanan adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh setiap orang/kelompok orang atau badan hukum dalam bidang kehutanan dan perdagangan hasil hutan berupa; menebang atau memungut hasil hutan kayu (HHK) dari kawasan hutan tanpa izin, menerima atau membeli HHK yang diduga dipungut secara tidak sah, serta mengangkut atau memiliki HHK yang tidak dilengkapi Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH).Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (selanjutnya disebut UU Kehutanan), kategori illegal logging menurut Pasal 50, antara lain: mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah (ilegal), merambah kawasan hutan, melakukan penebangan pohon dalamkawasan hutan, membakar hutan, dan lain-lain. Dimensi dari kegiatan illegal logging, yaitu: (1) perizinan, apabila kegiatantersebut tidak ada izinnya atau belum ada izinnya atau izin yang telah kadaluarsa, (2) praktek, apabila dalam praktek tidak menerapkan logging yang sesuai peraturan, (3)lokasi, apabila dilakukan pada lokasi diluar izin, menebang di kawasan konservasi/lindung, atau asal-usul lokasi tidak dapat ditunjukkan, (4) produksi kayu,apabila kayunya sembarangan jenis (dilindungi), tidak ada batas diameter, tidak ada identitas asal kayu, tidak ada tanda pengenal perusahaan, (5) dokumen, apabila tidak ada dokumen sahnya kayu, (6) pelaku, apabila orang-perorang atau badan usaha tidak memegang izin usaha logging atau melakukan kegiatan pelanggaran hukumdibidang kehutanan, dan (7) penjualan, apabila pada saat penjualan tidak ada dokumen maupun ciri fisik kayu atau kayu diseludupkanJadi, pada hakikatnya, pembalakan liar (illegal logging) adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.E. Penyebab yang Menstimulasi Praktek Illegal Logging di Indonesia dan Pelaku Praktek Illegal LoggingIsu illegal logging saat ini sudah menjadi isu global yang selalu menjadi objek pembicaraan dan kajian oleh berbagai kalangan, baik itu pemerintah, akademisi, NGO dan organisasi masyarakat sipil. Kasus ini tidak pernah selesai dibicarakan. Dari tahun ke tahun isu tersebut justru semakin memanas, karena penyelesaiannya tak kunjung mencapai titik temu. Berikut merupakan beberapa penyebab yang pendorong maraknya praktek illegal logging di Indonesia:1. Masalah EkonomiPada umumnya mata pencarian masyarakat kawasan hutan adalah bertani dan berkebun. Namun, seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, banyak lahan pertanian dan perkebunan beralih fungsi menjadi permukiman. Hal ini berkonsekuensi pada semakin berkurangnya lapangan pekerjaan yang kemudian berdampak pada rendahnya tingkat perekonomian masyarakat. Sudah menjadi tabiat manusia, kadangkala dalam kondisi terhimpit ekonomi, akal sehat menjadi tidak berfungsi. Sehingga memiliki tendensi menghalalkan sesuatu walaupun bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Bagi mereka yang berdekatan dengan hutan memiliki tendensi untuk nekat menjual kayu hutan. Mengapa demikian? Karena hal ini yang paling cepat bagi mereka untuk bisa memenuhi kepulan asap di rumah. Beberapa kasus yang ditemukan oleh petugas kehutanan ternyata memang masyarakat yang melakukan penebangan kayu mengaku terpaksa karena tidak ada pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Ada pula awalnya adalah hanya mengambil kayu bakar yang dilakukan oleh ibu-ibu. Namun kemudian menjadi usaha setelah adanya para cukong kayu sebagai pembeli. Selain itu, banyak juga ditemukan pelakunya ternyata dari kalangan orang kaya secara materi. Mereka ini biasanya melakukanya karena faktor keserakahan.2. Pola kemitraan yang dibangun pemerintah dengan masyarakat.Selama ini masyarakat hanya diarahkan untuk menjaga dan memelihara hutan tanpa memikirkan bagaimana agar keberadaan hutan juga memiliki kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Bahkan lebih ekstrim lagi masyarakat bukanya diberdayakan tetapi diperdaya. Banyak pula program-program pengembangan ekonomi yang dilakukan, namun sayangnya tidak didasarkan pada potensi yang dimiliki masyarakat. Sehingga program-program yang dicanangkan menjadi sia-sia.3. Perkembangan TeknologiEvolusi teknologi yang pesat mendorong kemampuan orang untuk mengeksploitasi hutan khususnya untuk illegal logging semakin mudah dilakukan, karena dengan berkembangnya teknologi untuk menebang pohon tidak memerlukan waktu yang lama sebab alat-alatnya semakin canggih.4. BudayaYang dimaksud di sini adalah kebiasaan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di dalam memperlakukan hutan yang berkonsekuensi pada terancamnya eksistensi hutan. Misalnya saja, ada keyakinan pada masyarakat tertentu bahwa jika membangun masjid atau tempat-tempat umum lainya bahan bahan kayunya harus diambilkan dari hutan yang disertai dengan ritual-rutual tertentu. Ada pula kebiasaan-kebiasaan secara turun-temurun yang sudah tertanam pada masyarakat tertentu yang kemudian menjadi kebiasaan yang sangat sulit untuk dihentikan. Misalnya kebiasaan mengambil kayu dihutan yang dilakukan mulai dari orang tua kemudian diikuti oleh anak-anaknya secara turun-temurun. Dalam prakteknya, para pelaku kadangkala menggunakan cara-cara licik. Agar terhindar dari hukum, biasanyapohon kayu terlebih dahulu dibuka kulitnya agar cepat mati. Ada pula disuntikkan racun pada pohon kayu.Sebenarnya faktor budaya ini berkaitan dengan memudarnya nilai nilai kearifan lokal. Dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat kawasan hutan sebagai mahluk berbudaya berkebutuhan untuk mengekpresikan budayanya. Bagi mereka, hutan merupakn tempat sekaligus sebagai sarana terbaik penyelenggaraan ritual. Oleh karenanya, banyak ritual-ritual keselamatan yang penyelenggaraanya dikaitkan dengan keberadaan hutan. Kondisi ini kemudian akan mendorong masyarakat untuk menjaga dan memelihara hutan. Namun, kondisi saat ini nilai-nilai lokal sudah hampir hilang, tidak lagi diterapkan. Sehingga orang masuk hutan secara serampangan tanpa tata krama dan merusaknya.

5. Penegakan HukumDisinyalir bahwa masih terjadi konspirasi antara pelaku illegal logging dengan aparat. Hal ini dibuktikan dengan masih berkeliaranya para pelaku illegal logging. Masih ada ditemukan Saw Mill yang tidak berizin tetap beroperasi. Pengakuan oknum pemilik Saw Mill, leluasanya dia mengoperasikan mesinnya karena aparat juga mendapatkan jatah dari hasilnya.6. Penjagaan dan pengawasan aparatur masih belum berjalan dengan baikHal ini di karenakan tidak seimbangnya jumlah personil aparat dengan jumlah hutan di Indonesia. Penyebab lain adalah adanya pengawas yang masih melakukan kerja sama dengan pelaku illegal logging yang hasilnya pasti akan semakin parah dari kondisi sebelumnya.7. Kesenjangan ketersediaan bahan bakuTerdapat kesenjangan penyediaan bahan baku kayu bulat untuk kepentingan industri dan kebutuhan domestik yang mencapai sekitar 37 juta m3 per tahun telah mendorong terjadinya penebangan kayu secara liar. Disamping itu terdapat permintaan kayu dari luar negeri, yang mengakibatkan terjadinya penyelundupan kayu daam jumlah besar. Dibukanya kran ekspor kayu bulat menyebabkan sulinya mendeteksi aliran kayu illegal lintas batas.8. KelembagaanSistem pengusahaan melalui HPH telah membuka celah-celah dilakukannya penebangan liar, disamping lemahnya pengawasan instansi kehutanan. Selain itu penebangan hutan melalui pemberian hak penebangan hutan skala kecil oleh daerah telah menimbulkan peningkatan fragmentasi hutan.Pelaku Illegal Logging di Indonesia meliputi :1. Masyarakat biasaMasyarakat biasa kerap menjadi pelaku illegal logging. Masyarakat biasa yang dimaksud di sini ialah masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Biasanya, mereka akan memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, terutama kayu. Tidak hanya itu, terkadang mereka juga melakukan illegal logging untuk membuka lahan sebagai tempat tinggal. Selain itu, masyarakat biasa juga dapat sebagai pekerja ataupun buruh di suatu perusahaan/organisasi.2. Kalangan PejabatPejabat dapat menjadi salah satu pelaku utama dan terpenting dalam kasus illegal logging. Karena apa? Karena mereka memiliki kekuasaan. Dengan adanya kekuasaan yang disalahgunakan, mereka dapat memberi izin kepada para pelaku pembalakan liar untuk menjalankan aksinya. Tidak hanya itu, kalangan pejabat kerap menjadi protector para cukong kayu untuk memuluskan aksinya. Hal inilah yang terkadang dapat membuat para cukong kayu terbebas dari jeratan hukum. Dari pemberian izin yang illegal ini, tentunya para pejabat terkait akan mendapatkan profit materi dari para cukong kayu ataupun perusahaan terkait.3. Industri/PerusahaanSatu lagi subjek yang tak kalah krusialnya dari praktek illegal logging ialah para industri dan perusahaan. Mereka biasanya bergerak dalam bidang manufaktur. Pada umumnya, alasan para industri/perusahaan melakukan Illegal Logging ialah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industry/perusahaannya. Mereka biasanya akan mengadakan kerja sama dengan kalangan tertentu untuk melancarkan aksinya. Tidak hanya perusahaan/industri skala kecil saja yang terlibat, bahkan beberapa perusahaan/industri skala besar juga turut melakukan illegal logging. F. Dampak Illegal Logging

1. Kepunahan berbagai varietas hayatiIllegal logging yang kian marak tentunya akan merusak bahkan menghilangkan habitat asli dari berbagai flora dan fauna. Dengan rusaknya habitat mereka, maka mereka akan kesulitan untuk melangsungkan kehidupannya, seperti kesulitan mencari makan akibat sumber makanan mereka yang ditebang, tidak adanya tempat untuk berkembang biak dan sebagainya. Contoh nyata ialah populasi orang hutan yang terancam punah, khususnya di Pulau Kalimantan yang diakibatkan illegal logging dan pengalih fungsian hutan menjadi perkebunan sawit. Selain itu, populasi gajah Sumatra juga terancam punah akibat pembalakan hutan. Para ahli mengestimasikan apabila hal ini tidak ditangani dengan serius, generasi mendatang hanya akan mengetahui flora dan fauna tersebut melalui fosil ataupun foto-foto saja.2. Menimbulkan Bencana AlamPohon-pohon ditebangi hingga jumlahnya semakin hari semakin berkurang menyebabkan hutan tidak mampu lagi menyerap air hujan yang turun dalam jumlah yang besar,sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah. Tentunya, ini bisa menyebabkan banjir,seperti yang terjadi belum lama ini yaitu bencana banjir bandang di Wasior, Papua yang menewaskan hampir 110 orang. Contoh lainnya ialah banjir yang setiap tahunnya menjadi langganan di Jakarta. Banjir di ibu kota Indonesia terjadi karena kurangnya daerah serapan air akibat adanya pengalih fungsian hutan menjadi pemukiman. Dengan pengalih fungsian ini, fungsi hutan juga akan menurun.3. Menipisnya Cadangan AirSeperti yang kita ketahui, salah satu fungsi hutan ialah tempat cadangan air. Dengan semakin maraknya illegal logging akan mengurangi eksistensi hutan, maka cadangan air bersih juga akan berkurang. Itulah sebabnya, di Indonesia sering terjadi kekeringan air khususnya pada musim kemarau.4. Merusak Lapisan TanahKetika eksistensi hutan menurun, maka hutan akan tidak optimal untuk menjalankan fungsinya menjaga lapisan tanah sehingga akan memperbesar probabilitas terjadi erosi yang nantinya dapat mengakibatkan lapisan tanah hilang dan rusak.5. Penyebab Global WarmingIsu global warming pastilah tidak asing di telinga kita. Isu ini tidak hanya menyedot perhatian sebagian masyarakat tertentu, tetapi telah menjadi masalah global. Global warming membawa dampak berupa bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, seperti angin puyuh, seringnya terjadi ombak yang tinggi, dan sulitnya memprediksi cuaca yang mengakibatkan para petani yang merupakan mayoritas penduduk di Indonesia sering mengalami gagal panen. Global warmingjuga mengakibatkan semakin tingginya suhu dunia, sehingga es di kutub mencair yang mengakibatkan pulau-pulau di dunia akan semakin hilang terendan air laut yang semakin tinggi volumenya. Global warming terjadi oleh efek rumah kaca dan kurangnya daerah resapan CO2 seperi hutan. Hutan di Indonesia yang menjadi paru- paru dunia telah hancur oleh ulah para pembalak liar.6. Berkurangnya Pendapatan NegaraDari perspektif ekonomi kegiatan illegal logging telah mengurangi penerimaan devisa negara dan pendapatan negara. Berbagai sumber menyatakan bahwa kerugian negara yang diakibatkan oleh illegal logging mencapai Rp 30 trilyun per tahun. Permasalahan ekonomi yang muncul akibat penebangan liar bukan saja kerugian finansial akibat hilangnya pohon, tidak terpungutnya DR dan PSDH akan tetapi lebih berdampak pada ekonomi dalam arti luas, seperti hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan keragaman produk di masa depan (opprotunity cost).7. Dampak SosialDilihat dari aspek sosial, illegal logging menimbulkan berbagai konflik hak atas hutan, konflik kewenangan mengelola hutan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta masyarakat adat setempat.8. Dampak BudayaDilihat dari aspek budaya seperti illegal logging dapat memicu ketergantungan masyarakat terhadap hutan yang pada khirnya akan dapat merubah perspektif dan perilaku masyarakat adat setempat terhadap hutan.G. Cara Efektif Meminimalisir Illegal Logging di IndonesiaPergantian kepemimpinan nasional pada awal tahun 1998 mendorong berbagai inisiatif untuk melakukan pembaharuan kebijakan kehutanan. Pembaharuan kebijakan tersebut juga menyangkut berbagai prakondisi yang belum terselesaikan antara lain masalah pengukuhan hutan untuk mewujudkan kepemilikan hutan yang mendapat legitimasi masyarakat, masalah birokrasi dan kemampuan pemerintah dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan, masalah peraturan perundangan, serta masalah ukuran kinerja, evaluasi dan kontrol pelaksanaan pengusahaan hutan.Disamping itu terdapat tuntutan reformasi pembangunan kehutanan yang secara umum menuju pada dua sasaran yaitu redistribusi manfaat sumberdaya hutan dan menghapus kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Pada waktu itu, Departemen Kehutanan dan Perkebunan telah menyusun paket reformasi pembangunan kehutanan dan perkebunan serta melaksanakan beberapa perubahan peraturan penting dalam pengusahaan hutan. Selama periode yang sama International Monetary Fund (IMF) dan World Bank juga menentukan syarat-syarat hutang kepada pemerintah Indonesia yang antara lain berupa pembaharuan kebijakan ekonomi kehutanan.Sudah banyak diutarakan dalam berbagai publikasi bahwa selama pemerintahan Orde Baru sulit untuk melakukan pembaharuan kebijakan pengelolaan hutan. Hubungan yang kuat antara birokrat dan pengusaha pada saat itu telah menutup berbagai proses konsultasi antara berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dengan pemerintah.Pemerintah pusat sangat kuat dalam mengendalikan grup formal dan non formal seperti kelompok buruh, bisnis, partai politik, media masa, dan LSM, tetapi lemah dalam mengendalikan birokrasi untuk tidak melakukan kolusi demi tujuan individu yang mengabaikan kepentingan masyarakat dalam jangka panjang. Meskipun pemerintah pusat sangat kuat dalam penetapan kebijakan, tetapi pemerintah pusat tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk melakukan penegakan hukum. Meski demikian, pemberantasan illegal logging tetap harus diupayakan hingga kegiatan illegal logging berhenti sama sekali sebelum habisnya sumberdaya hutan dimana terdapat suatu kawasan hutan tetapi tidak terdapat pohon-pohon di dalamnya. Penanggulangan illegal logging dapat dilakukan melalui kombinasi dari upaya-upaya pencegahan (preventif), penanggulangan (represif) dan upaya monitoring (deteksi).1. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan. Misalkan dengan upaya pengawasan dan penindakan yang dilakukan di TKP (tempat kejadian perkara), yaitu di lokasi kawasan hutan dimana tempat dilakukannya penembangan kayu secara illegal. Mengingat kawasan hutan yang ada cukup luas dan tidak sebanding dengan jumlah aparat yang ada, sehingga upaya ini sulit dapat diandalkan, kecuali menjalin kerjasama dengan masyarakat setempat. Ini pun akan mendapat kesulitan jika anggota masyarakat itu justru mendapatkan keuntungan materiil dari tindakan illegal logging. Penerapan sanksi menurut undang-undang yaitu bedasarkan Pasal 18 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 dan Pasal 78 Undangundang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, yakni Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Dengan kata lain, barang siapa dengan sengaja memanen, menebang pohon, memungut, menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima titipan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan, diancam dengan hukuman penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)

2. Upaya lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pos-pos tempat penarikan retribusi yang banyak terdapat di pinggir-pinggir jalan luar kota. Petugas pos retribusi hanya melakukan pekerjaan menarik uang dari truk yang membawa kayu, hanya sekedar itu. Seharusnya di samping melakukan penarikan uang retribusi juga sekaligus melakukan pengecekan terhadap dokumen yang melegalkan pengangkutan kayu. Dengan tindakan pengecekan seperti ini, secara psikologis diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya shock therapy bagi para sopir truk dan pemodal. Selain dari itu, juga harus dilakukan patroli rutin di daerah aliran sungai yang dijadikan jalur pengangkutan kayu untuk menuju terminal akhir, tempat penampungan kayu.

3. Upaya ketiga adalah menelusuri terminal/tujuan akhir dari pengangkutan kayu illegal, dan biasanya tujuan itu adalah perusahaan atau industri yang membutuhkan bahan baku dari kayu. Upaya ini dirasa cukup efektif untuk menanggulangi perbuatan-perbuatan illegal logging. Perusahaan atau industri seperti ini dapat dituding telah melakukan penadahan. Perbuatan menampung terhadap kayu-kayu illegal oleh perusahaan, yang dalam bahasa hukum konvensional KUHP disebut sebagai penadahan tersebut, dapat dikategorikan sebagai kejahatan korporasi (corporate crime).

4. Dalam era otonomi daerah pemerintah mendorong dan memperkuat peran pemda provinsi maupun kabupaten/kota serta sektor lainnya secara maksimal dalam menanggulangi illegal logging melalui peningkatan keterpaduan sinergisitas pembangunan kehutanan dan pembangunan wilayah, penggalangan dana pengamanan hutan dan pembangunan jaringan kerja dan informasi.5. Untuk menanggulangi illegal logging di daerah perbatasan antara lain mengupayakan diterbitkannya peraturan pemerintah pengganti undang-undang (PERPU) sehingga dapat menyentuh aktor intelektual dan para pemodal yang selama ini belum tersentuh.

6. Hal lain yang diupayakan adalah memobilisasi berbagai sektor pembangunan untuk mengarahkan pembangunan pada daerah-daerah rawan illegal logging dan gangguan hutan lainnya, agar dapat meredam atau merealisasikan gejolak kebutuhan lapangan kerja dan usaha. Dilakukan pula pelibatan masyarakat sipil dalam pemberantasan illegal logging dengan pendekatan kesejahteraan masyarakat melalui program social forestry dan collaborative management, yang diharapkan dapat menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat setempat.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanIllegal loggingmerupakan salah satu kasus di sektor kehutananIndonesia yang tidak bisa diremehkan, mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya baik secara langsung maupun tidak langsung cukup bersifat signifikan di kehidupan masyarakat sehari-hari. Penebangan kayu secara liar (illegal logging) merupakan gejala yang muncul akibat berbagai permasalahan yang sangat kompleks melibatkan banyak pihak dari berbagai lapisan. Ditambah lagi, bila praktek ini tetap dilakukan dengan itensitas yang tinggi, akan mengancam kehidupan anak cucu kita di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian yang intensif dan kooperasi yang solid antar pihak.B. Rekomendasi (Saran)Berkenaan denganillegal logging, sebaiknya semua pihak turut bahu membahu dalam meminimlisir praktek ini, karena tanpa adanya kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarkat, maka praktek illegal logging akan sulit untuk dikecilkan presentasenya. Ditambah lagi, pemberantasan illegal logging bukanlah tanggung jawab suatu kalangan saja, tapi seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.Pemerintah sebaiknya menjalakan fungsinya dengan baik dan benar sebagai aparat yang mengawasi dan menegakkan hukum yang berlaku, jangan sampai malah menjadi pelanggar (pelaku) dari aturan yang telah dibuat. Selain itu, pemerintah juga perlu mengadakan atau menjalin kemitraan dengan masyarakat. Dengan kemitraan ini, antar pihak akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan bekerja sama. Di lain pihak, masyarakat sebaiknya bisa menjadi kontrol yang peka atas kinerja pemerintahan dalam menjalakan fungsinya dan berpartisipasi aktif dalam memberantasillegal logging, bukan hanya bisa menyalahkan dan memojokkan pemerintah tanpa berbuat apapun yang akan memperkeruh suasana tanpa solusi yang jelas.

Daftra PustakaBambang S. Mintargo. 1986. Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta: Universitas Trisakti.Birgantoro, Bakti Abu dan Dodik Ridho Nurrochmat, Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat di KPH Banyuwangi Utara,JMHT Vol. XIII (3): 172-181, Desember 2007.Dodik Ridho Nurrochmat dan M. Fadhil Hasan, Ekonomi Politik Kehutanan, Mengurai Mitos dan Fakta Pengelolaan Hutan, Indef 2012.Forest Watch Indonesia, Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000 2009, Edisi Pertama 2011.Hariadi Kartodihardjo, Diskursus dan Aktor dalam Pembuatan dan Implementasi Kebijakan Kehutanan: Masalah Kerangka Pendekatan Rasional, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, JMHT Vol. XIV (1): 19 27, April 2008._________________, Hambatan Struktural Pembaharuan Kebijakan Pembangunan Kehutanan di Indonesia: Intervensi IMF dan World Bank dalam Reformasi Kebijakan Pembangunan Kehutanan, Makalah Presentasi pada Workshop tentang"Environmental Adjustment: Opportunities for Progressive Policy Reform in the Forest Sector?", World Resources Institute, 1999.Kementrian Kehutanan. 2010. Statistik Kehutanan Indonesia (Foresty Statistics of Indonesia) 2009.JakartaRais. Amien. 2008. Selamatkan Indonesia. Yogyakarta: PPSK Press,Ritzer. George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori marxis dan berbagai ragam teori neo Marxian. Bantul: Kreasi WacanaStatistik Kehutanan Indonesia 2011, Kementerian Kehutanan, Jakarta 2012.Suparmoko, M., Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Suatu Pendekaan Teoritis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada, BPFE Yogyakarta, 2012.Teguh Sudarsono, Penegakan Hukum dan Putusan Peradilan Kasus-KasusIllegal logging,Jurnal Hukum No. 1 Vol. 17 Januari 2010.Wahyu Catur Adinugroho, Penebangan Liar (Illegal logging), Sebuah Bencana Bagi Dunia Kehutanan Indonesia yang Tak Kunjung Terselesaikan, Mayor Silvikultur Tropika, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, 2009.http://agamadanekologi.blogspot.com/2007/08/fatwa-penebangan-liar-dan-pertambangan.htmlhttp://artikel1.coffemix.com/4642/dampak-globalisasi-terhadap-lingkungan-hidup/http://candlesinmyheart.wordpress.com/2012/07/20/makalah-illegal-logging-di-indonesia/http://dep.blogspot.com/2011/12/illegal-logging-sebab-akibat-dan.html.http://dimaswarning.wordpress.com/2011/09/26/dampak-dan-kerugian-penebangan-hutan-secara-liar/http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1843303/mafia-kendalikan-illegal-logging-di-indonesia.http://eprints.undip.ac.id/8332/http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/04/23/problematika-penanganan-illegal-logging-di-indonesia/http://green.kompasiana.com/penghijauan/2013/04/06/manusia-dan-lingkungan-hutan-543412.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Lingkunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila#Butir-butir_pengamalan_Pancasila_.5B2.5Dhttp://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-lingkungan-hidup.htmlhttp://miftahurrohmah27.blogspot.com/2013/01/makalah-isbd-manusia-dan-lingkungan.htmlhttp://nasional.kompas.com/read/2009/10/26/16573794/Mayoritas.Aktor.Kejahatan.Kehutanan.Bebas.http://news.detik.com/read/2013/12/16/204428/2443769/10/pembalak-liar-babat-500-hektar-hutan-di-berau-kaltim?991101mainnewshttp://novikarlina10.blogspot.com/2010/10/penebangan-liar-ilegal-logging-di-hutan.htmlhttp://pendidikan-emaagustina.blogspot.com/2011/05/bab-8-manusia-dan-lingkungan.htmlhttp://sayoudancity.blogspot.com/2012/03/makalah-isbd.htmlhttp://stkip.files.wordpress.com/2011/05/isbd.pdf http://syafieh.blogspot.com/2013/03/islam-dan-kelestarian-lingkungan-studi.htmlhttp://syamsuhilal.blogspot.com/2013/01/upaya-pemberantasan-illegal-logging-di.htmlhttp://wikimapia.org/16751877/Pengrusakan-Lingkungan-di-Desakuhttp://www.antaranews.com/berita/276490/indonesia-kehilangan-rp36-triliun-akibat-pembalakan-liar.http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/54 http://www.dpr.go.id/id/ruu/Korinbang/Komisi4/119/RUU-TENTANG-PENCEGAHAN-DAN-PEMBERANTASAN-PEMBALAKAN-LIAR-P3L.http://www.isai.or.id/?q=bagian+pertama-pembabat+hutan+bernama+illegal+logging+http://www.isomwebs.net/2012/01/makalah-kerusakan-hutan-indonesia/http://www.pantonanews.com/3613-ada-hak-terhadap-lingkunganhttp://www.pantonanews.com/3625-gerakan-menanam-pohon

LampiranSumber PustakaForest Watch Indonesia, Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000 2009, Edisi Pertama 2011