iklim yang cocok budidaya cabai
DESCRIPTION
Iklim untuk Budidaya CabaiTRANSCRIPT
1. Kondisi iklim, suhu, cuaca di Indonesia dan pengaruh terhadap budi daya
akuaponik
2. Iklim, suhu,cuaca yang cocok untuk akuaponik budi daya cabai dan ikan lele
3. Apa akuaponik bisa diterapkan di seluruh tempat
Iklim Yang Cocok Untuk Budidaya Cabai
Indonesia Perlu Waspada Fenomena Iklim El-Ninoin Ekonomi Bisnis July 29, 2015 0 725 Views
(Berita Daerah – Nasional) Fenomena iklim El-Nino atau sering disebut juga ENSO (El-Nino Southern Oscillation) sebagai penyebab kekeringan, saat ini hangat dibicarakan dan mengkhawatirkan banyak orang.El Nino adalah anomali suhu permukaan laut yang terjadi di Samudra Pasifik ekuator, dicirikan dengan menghangatnya suhu dibandingkan suhu normalnya yang berdampak menimbulkan gelombang panas, yang dapat merusak pertanian.Sebenarnya sejak September 2014 telah berlangsung El Nino lemah. El Nino berlanjut pada Mei 2015 dengan intensitas moderat, namun BPBD memprediksi kekeringan akan terus meningkat hingga November 2015, dan masih belum berakhir, diprediksi El Nino kuat masih terus berlangsung hingga Februari 2016. Jika prediksi ini akurat, maka dapat dibayangkan bahwa Indonesia akan mengulang tahun terburuk kedua seperti 1997, dimana pada waktu itu Indonesia dilanda prahara kemarau panjang dan kekeringan yang parah.Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hingga Selasa (28/7) sudah terdapat 12 provinsi, 77 kabupaten/kota, dan 526 kecamatan yang telah mengalami kekeringan sebagai dampak dari El Nino Moderat.12 provinsi tersebut adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Lampung dan Bali.Kekeringan yang terjadi di beberapa wilayah tersebut disebabkan semakin menguatnya gelombang panas El Nino. BMKG memperkirakan saat ini gelombang panas El Nino menunjukkan kecenderungan menguat yang berdampak pada kurangnya curah hujan.Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, di gedung BNPB, Jakarta, Selasa (28/7) mengatakan kepada media “Di beberapa tempat di Jawa, Bali, NTB dan NTT sudah terjadi kekeringan ekstim, karena tidak ada hujan lebih sejak dua bulan ini.”
Tambak yang kekeringan
Daerah yang mengalami kekeringan ekstrem tersebut antara lain Kabupaten Cirebon dan Majalengka (Jawa Barat), Kabupaten Madiun, Lamongan, Gresik, Malang, Pasuruan dan Bondowoso (Jawa Timur), Kabupaten Buleleng, Bangli (Bali), Pulau Lombok, Sumbawa Besar, Bima (NTB), serta Pulau Sumba dan Pulau Timor (NTT).Sutopo mengatakan, “Musim hujan baru akan dimulai bulan Desember 2015. Namun kemungkinan di beberapa wilayah di Indonesia, datangnya musim hujan akan mengalami kemunduran”.Dampak lain dari gelombang El Nino menyebabkan beberapa wilayah menjadi rentan kebakaran hutan. BMKG juga mengimbau agar pihak-pihak di daerah mewaspadai terjadinya kebakaran hutan.Sutopo juga menjelaskan kembali faktor lain pemicu kekeringan di Indonesia. Selain El Nino adalah kondisi suhu perairan yang masih cenderung antara hangat dan dingin semakin menyulitkan untuk turun hujan.Dampak El Nino terhadap kekeringan parah di Indonesia pada tahun ini patut diwaspadai. Pemerintah harus segera bertindak cepat. Masih ada waktu untuk melakukan langkah-langkah antisipasif, sebelumnya semuanya terlambat.
Musim Kemarau, Petani Cabai Ketiban RejekiHarga cabai rawit merah di pengepul kini tembus hingga Rp40 ribu/kg.
Selasa, 11 Agustus 2015 | 10:34 WIB
Oleh : Nur Azizah, Daru Waskita (Yogyakarta)
Petani cabai di Kulonprogo, Yogyakarta ketiban rejeki. Harga cabai rawit merah tembus hingga Rp40 ribu per kilogram. (VIVA.co.id/ Daru WaskitaDaru Waskita (Yogyakarta))
VIVA.co.id - Kekeringan tak selamanya membuat petani dirundung rugi. Petani cabai rawit
merah di Yogyakarta misalnya, mereka tak terimbas minimnya air irigasi. Pasalnya, harga
cabai rawit merah di pasaran tradisional Yogyakarta kini tengah bergairah hingga mencapai
Rp55 ribu per kilogram.
Tingginya harga cabai rawit merah, tentu saja menjadi berkah bagi petani di Kabupaten
Kulonprogo. Apalagi, kini cabai rawit merah petani tengah memasuki masa panen. Di harga
pengepul, harga cabai rawit merah dari petani dihargai hingga Rp40 ribu setiap
kilogramnya.
Retno Suwarsih (46 tahun) salah seorang petani cabai rawit merah di Desa Nomporejo,
Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, optimistis bakal untung besar pada
panen kali ini. Bila biasanya hasil tanaman cabainya hanya dihargai Rp7.000 hingga
Rp15.000 per kilogramnya, saat ini, hasil panen tersebut berhasil tembus Rp40.000 per
kilogram.
"Ini baru hasil panen pada petik pertama. Dimungkinkan, masa petik selanjutnya, harga
cabai akan terus meningkat," kata Suwarsih, Selasa 11 Agustus 2015.
Untuk sekali panen, Suwarsih bisa memetik cabai rawit merahnya selama 4-15 hari sekali.
Dari lahan seluas 25ru (1ru= lebar 1 meter x panjang 16 meter) atau sekitar 400 m2,
Suwarsih bisa memanen hingga 10 kilogram untuk sekali panen cabai rawit merah.
Selain harga yang tengah berpihak pada petani, hasil panen cabai rawit merah pada musim
kekeringan kali ini pun terbilang bagus. Petani lain, Ismanto (46), mengatakan, kekeringan
justru membuat tanaman cabai minim serangan hama.
"Saat musim hujan, serangan hama banyak dan sulit dikendalikan, mulai dari lalat buah
hingga jamur. Sementara saat musim kemarau, hamanya sedikit dan bisa diatasi," ucapnya.
Selain minim hama, tanaman cabai rawit merah juga membutuhkan penyiraman secara
rutin. Hasilnya, pada tanaman cabai rawit merah Ismanto bisa dipanen dalam usia 110 hari
atau sekitar empat bulan. (one)
Pada umumnya cabai dapat ditanam didataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) +
2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab.
Temperaturnya yang baik untuk tanaman cabai adalah 240-270 C, dan untuk pembentukan
buah pada kisaran 160-230 C. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian
tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Cabai hibrida hot Beauty dan Hero dapat berproduksi
dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1200 m dpl.
Sedangkan cabai hibrida Long Chili lebih cocok di tanam pada ketinggian antara 800-1500 m
dpl. Khususnya untuk cabai paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi.
Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika antara
210-250 C, sedangkan untuk pembentukan buah memerlukan temperatur 18,30. Cabai
paprika tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena dapat
menyebabkan buah seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil ahir bobot buah akan sangat
rendah. Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman paprika akan
mengalami gugur tunas, gugur bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil.
Meskipun cabai paprika umumnya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula
dikembangkan di dataran menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara
memanipulasi lingkungan. Alih teknologi budidaya paprika didaratan menengah antara lain
menggunakan sungkup beratapkan plastik bening (transparan).
Tinggi tempat 5-1500 mdpl
Curah hujan 90-120 mm/bulan
Temperatur yang baik minimal 16 derajat celcius, optimal 27 derajat celcius,
maksimal 32 derajat celcius.