ikkom skenario 1

27
1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah yang diberikan-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah laporan yang sangat sederhana ini dengan topik “Skenario Gizi”. Kami berharap agar makalah ini dapat dipergunakan sebaik- baiknya dan dapat dimenunjukkan hasil belajar kami untuk memajukan setiap Mahasiwa/i Kedokteran dalam berpikir dan memecahkan masalah-masalah Kedokteran yang ada saat ini. Atas tersusunnya makalah ini kami tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada: 1) Dosen Pembimbing Mata Kuliah IKKOM TERPADU Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. 2) Teman-teman kami telah menyumbangkan do’a dan pikirannya untuk menyususn makalah ini. Dengan kerendahan hati, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan bisa menjadi referensi bagi makalah laporan yang akan kami susun selanjutnya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih dan apabila ada salah penulisan kata dalam makalah ini kami mohon maaf. Surabaya, Maret 2014 Tim Penyusun

Upload: mahamitagandari

Post on 24-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah yang diberikan-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah laporan yang sangat sederhana ini dengan topik Skenario Gizi. Kami berharap agar makalah ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya dan dapat dimenunjukkan hasil belajar kami untuk memajukan setiap Mahasiwa/i Kedokteran dalam berpikir dan memecahkan masalah-masalah Kedokteran yang ada saat ini.

Atas tersusunnya makalah ini kami tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada:

1) Dosen Pembimbing Mata Kuliah IKKOM TERPADU Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

2) Teman-teman kami telah menyumbangkan doa dan pikirannya untuk menyususn makalah ini.

Dengan kerendahan hati, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan bisa menjadi referensi bagi makalah laporan yang akan kami susun selanjutnya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih dan apabila ada salah penulisan kata dalam makalah ini kami mohon maaf.

Surabaya, Maret 2014

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1

DAFTAR ISI......2

BAB :

I. SKENARIO..3

II. PENDAHULUAN

2.1 LATAR BELAKANG...4

2.2 RUMUSAN MASALAH..5

2.3 TUJUAN5

III. ANALISA KASUS.....6

3.1 ANALISIS SECARA EPIDEMIOLOGI.6

3.2 KAUSA DAN ALTERNATIF KAUSA..7

3.3 ALTERNATIF PENYELESAIAN DAN PRIORITAS PEMECAHAN8

IV. RENCANA PROGRAM13

4.1 PENDEKATAN MELALUI KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT

4.2 PENDEKATAN MELALUI PENGEMBANGAN ORGANISASI

4.3 PENDEKATAN MELALUI PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

4.4 PENDEKATAN MELALUI KONSEP PENCEGAHAN

V. REKOMENDASI ATAU SARAN

VI. DAFTAR REFERENSI

BAB I

SKENARIO GIZI

Dokter Ayu seorang dokter puskesmas di Sulawesi. Wilayah kerja dokter Ayu cukup luas dan melibatkan beberapa sumber daya manusia di masyarakat, sumber daya masyarakat yang paling banyak mengalami penurunan status kesehatan dan gizi adalah remaja putri dan wanita usia subur sekitar 50% mengalami kejadian yang hamper sama. Kejadian tersebut mengakibatkan remaja putri dan wanita usia subur mengalami lemah, letih, lesu dan tampak kulit menjadi pucat. Dokter Ayu berusaha untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan, meningkatkan partisipasi kerja sama sektor kesehatan dan meningkatkan kesadaran remaja putri dan wanita usia subur serta melaksanakan suplementasi tablet tambah darah. Apa yang dilakukan dokter Ayu untuk menurunkan angka prevalensi anemia gizi pada wanita usia subur dan remaja putri ?

Tugas

1. Apa pengertian berbagai istilah sehubungan dengan anemia dan KEK (Kekurangan Energi Kronis)

2. Tujuan dan sasaran program anemia

3. Kegiatan operasional penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan wanita usia subur

4. Pembinaan dan pengawasan tugas kesehatan instansi pemerintah

5. Evaluasi program

6. Buat contoh leaflet/flayer terhadap penanggulangan terhadap anemia gizi utnuk remaja putri dan wanita usia subur

BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht). Nilai hematokrit rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia gizi besi atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Untuk anak-anak umur 6 bulan-5 tahun, dapat dikatakan menderita anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl, umur 6-14 tahun kurang dari 12 g/dl, dewasa laki-laki kurang dari 13 g/dl, dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11 g/dl (Arisman, 2004).

Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Angka prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur (WUS) sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0% (Burner, 2012).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, melaporkan bahwa prevalensi anemia pada remaja dan wanita usia subur (WUS) di Indonesia masih tinggi, yaitu 26,5% pada remaja (15-19 tahun) dan 26,9% pada WUS. Sedangkan menurut Surkesmas 2004 menunjukkan bahwa sebesar 21% remaja putra dan 30% remaja putri menderita anemia.

Remaja wanita merupakan kelompok rawan penderita anemia. Salah satu program yang direkomendasikan WHO sejak awal tahun 1970-an adalah suplementasi besi folat, dan telah dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kebutuhan zat besi untuk remaja wanita ditentukan oleh kehilangan basal zat besi di dalam dan di luar tubuh, kehilangan saat menstruasi, dan untuk pertumbuhan (Hallberg, 2001). Kebanyakan remaja yang mempunyai status gizi besi rendah disebabkan oleh kebiasaan kualitas konsumsi pangannya rendah. Remaja wanita sering menderita anemia dikarenakan lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati dibandingkan hewani, lebih sering melakukan diet karena ingin langsing, dan mengalami haid setiap bulan (Depkes, 2001). Selain itu juga terjadi pada kelompok yang kehilangan zat besinya cukup tinggi, yaitu periode yang panjang dan banyak kehilangan darah saat menstruasi, sering melakukan donor darah, dan olah raga yang sangat intensif (Krummel & Kris-Etherton, 1996).

Program perbaikan gizi besi pada anak sekolah sangat diperlukan karena tidak hanya mengatasi masalah kesehatan masyarakat tetapi sekaligus peningkatan kualitas pendidikan.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu meningkatkan status kesehatan dengan menurunkan prevalensi anemia pada remaja putri dan wanita usia subur (WUS).

2.3 Tujuan

1. Tujuan Umum :

Meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja putri dan wanita usia subur (WUS) melapenanggulangan anemia gizi.

2. Tujuan Khusus :

-Meningkatkan kinerja para petugas kesehatan dalam upaya penanggulangan anemia gizi.

-Meningkatkan kesadaran remaja putri dan wanita usia subur (WUS) serta keluarganya akan pentingnya meningkatkan status kesehatan dan gizi dengan mencegah masalah anemia sedini mungkin.

-Meningkatkan kerjasama dan keikutsertaan antara sektor kesehatan, sektor pendidikan, organisasi dan LSM dalam penanggulangan masalah anemia gizi.

-Melaksanakan suplementasi tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri dan wanita usia subur.

-Menurunkan angka prevalensi anemia gizi pada wanita usia subur (WUS) terutama remaja putri.

BAB II

ANALISIS KASUS

2.1 ANALISIS SECARA EPIDEMIOLOGI

Penurunan jumlah sel darah merah (SDM) sering dilaporkan sebagai penurunan hematocrit (HCT,atau penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb). Organisasi lesehatan WHO mendefinisikan anemia sebagai konsentrasi Hb yang kurang dari 13g/dl pda pria dan kurang dari 12g/dl pada wanita dan anak usia 6-14 tahun, dan kurang dari 11g/dl pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun.Anemia juga mengakibatkan penurunan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen.

Adapun beberapa penyebab anemia sebagai berikut :

Insufiensi produksi

- Anemia mikrositik (defisiensi zat besi,anemia penyakit kronis)

- Anemia makrositik ( defisiensi vitamin B12 atau folat,alkoholisme)

- Penyakit sumsum tulang (leukemia,anemia aplastic, penyakit mielodisplastik lain)

- Penyakit ginjal dengan penurunan eritroprotein

Peningkatan destruksi

- Anemia hemolitik imun

- Anemia hemolitik turunan

Contohnya :

thalassemia

penyakit sel sabit

2.2 Patofisiologi

Anemia mikrositik

1.Normalnya sekitar 1 mg zat besi di absorbsi dan hilang per hari ketidakseimbangan antara asupan, kebutuhan, dan kehilangan zat besi mengakibatkan defisiensi zat besi.

2. Defisiensi zat besi umum terjadi pada kondisi yang mebutuhkan peningkatan zat besi sepertipada masa bayi dan kehamilan : kekurangan absorbs zat besi dapat terjadi setelah gastrektomi parsialdan pada penyakit usus (penyakit seliak)

3.Peningkatan kehilangan zat besi terjadi pada mensturasi (sampai 20mg pada setiap kali mensturasi) dan pada kehilangan darah kronis misalnya pada penyakit tukak peptic dan kanker kolon

4.Defisiensi zat besi mengakibatkan penurunan ferritin dan penurunan cadangan zat besi di sumsum tulang sehingga menyebabkan produksi SDM yang abnormal.

Anemia makrositik

1. Alkoholisme merupakan penyebab paling umum anemia makrositik, diikuti oleh obat tertentu, defisiensi vitamin B12 dan folat , penyakit hepar dan tiroidisme

2. Alcohol mempengaruhi maturasi SDM dan juga berhubungan dengan defisiensi vitamin B12 dan folat, dengan demikian alcohol merupakan penyebab umum terjadinya anemia makrositik

3. Pada defisiensi vitamin B12 dan folat , SDM memiliki sintesis asam deoksiribonukleat yang abnormal pada prekursor sel benih ( stem cell) sumsum tulang dengan produksi SDM yang tidak memadai dan tidak normal

4. Beberapa pasien tidak mampu mengabsorbsi vitamin B12 karena penghancuran faktor intrinsic autoimun yang dibuat dilambung dan diperlukan untuk absorbs normal vitamin B12 di ileum (anemia pernisiosa).

Penyakit sumsum tulang

Abnormalitas sumsumg tulang menyebabkan penuruna produksi SDM dan meliputi :

penggantian stem cell eritropoetika oleh sel tumor leukemik atau metastatic

aplasia sumsung tulang (anemia aplastika)

deferensiasi abnormal pada sel benih hematopoetik yang terlihat dalam sindrom meilodisplastik

Penyakit ginjal

pasien penyakit ginjal yang kronis memiliki eritroprotein yang tidak memadai da mengalami penurunan produksi SDM

penangan dengan eritroprotein rekombinan sangat efektif tetapi dapat menyebabkan keadaan defisiensi zat besi yang memerlukan suplementasi zat besi

Peningkatan destruksi

Anemia hemolitika imun

- Peningkatan antibody dan atau komplemen ke SDM

- Mungkin di mediasi oleh antibodi IgG yang bereaksi dengan SDM padasuhu tubuh atau oleh IgM yang bereaksi dengan SDM pada suhu dingin

- 50 % bersifat idiopatik penyebab sekunder meliputi

1. neoplasia (leukemia kronis,limfoma )

2. gangguan vaskular kolagen (artritis rematoid)

3. obat ( penisilin)

4. infeksi (mikoplasma)

Anemia hemolitika turunan

Anemia sel sabit

Substitusi asam amino Hb-S mengakibatkan polimerasi molekul hemoglobin intrasel dalam merespon deoksigenasi , suhu dingin, dan asidosis. Pada sifat sel sabit, 40 5 hemoglobin total adalah Hb S dan anemia bersifat ringan. Terdapat juga mutasi hemoglobin lain dapat meyebabkan sel sabit termasuk Hb C.

Sel sabit melekat ke endothelium dan menyebabkan obstruksi mikrovaskular dengan infark organ.

- Sel sabit dikelurkan oleh limpa yang mengakibatkan krisis sel sabit dengan nyeri berat dan anemia berat.

Thalassemia

Sintesis hemoglobin a- thalassemia terjadi akibat penurunan produksi globin alfa dan B-thalasemia terjadi akibat sintesis globin beta abnormal yang mengakibatkan ketidakefektifan eritropoiesis.

Akumulasi dan presipitasi tetramer hemoglobin abnormal mengakibatkan apoptosis eritroblas dan SDM serta destruksi limpa.

Hemolysis mengakibatkan kelebihan beban zat besi yang bermakna dengan kerusakan multi organ, terutama pada hepar.

Beberapa bentuk thalassemia mengakibatkan berbagai derajat anemia hipokromik mikrositik dengan hemolysis.

2.3 Analisa epidemiologi deskriptif :

What :

Masalah penurunan status kesehatan dan gizi

Who :

Remaja putri dan wanita usia subur

Where :

Cara untuk menurunkan angka prevalensi anemia gizi pada wanita usia subur dan remaja putri

When :

-

Why:

Kurangnya kesadaran remaja putri dan wanita usia subur

Kurangnya kinerja petugas kesehatan

Kurangnya partisipasi kerja sektor kesehatan

2.4 KAUSA DAN ALTERNATIF KAUSA

(Metode ) (Manusia )

(Rendahnya prevalensi anemia gizi pada wanita usia subur dan remaja putri )

(Sumber makanan ) (Material)

2.4.1 Faktor Manusia

Pengetahuan remaja putri yang rendah merupakan protektif terhadap anemia dibandingkan yang berpengetahuan baik. Pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi terjadinya anemia, karena pengetahuan dapat mempengaruhi perilakunya termasuk pola hidup dan kebiasaan makan.Kurangnya pengetahuan tentang anemia,tanda-tanda, dampak dan pencegahannya mengakibatkan remaja mengonsumsi makanan yang kandungan zat besinya sedikit sehingga asupan zat besi yang dibutuhkan remaja tidak terpenuhi.Pengetahuan yang kurang dapat meningkatkan resiko remaja terkena anemia terutama remaja putri pada saat menstruasi yang seharusnya megkonsumsi tambahan asupan zat besi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2009). Penanggulangan anemia pada remaja hendaknya mulai diprioritaskan, sehingga perlu adanya program khusus penanggulangan anemia.Pentingnya program penanggulangannya berupa penyuluhan pada remaja putri tentang anemia dan pemberian tablet Fe terhadap individu yang memiliki tanda-tanda anemia dan selama menstruasi sehingga dapat dicegah terjadinya anemia pada remaja putri.Tingkat pendidikan keluarga biasanya pendidkan ibu mempengaruhi status kesehatan keluarga untuk mencapai status kesehatan keluarga sehat dan optimal.Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas zat-zat yang dikonsumsi.Pengetahuan gizi berkembang secara bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan persiapan makanan.Semakin tinggi pengetahuan ibu maka makin positif sikap ibu terhadap gizi makanan sehingga makin baik pula konsumsi energi, protein dan besi keluarganya.Selanjutnya akan dampak terhadap status kesehatan keluarga termasuk kejadian anemia pada anaknya.

2.4.2 Faktor sumber makanan

Jumlah makanan yang dikonsumsi lebih rendah daripada pria, karena faktor ingin langsing.Pantang makanan tertentu dan kebiasaan makan yang salah juga merupakan penyebab terjadinya anemia pada remaja putri.Anemia pada remaja putri harus ditangani dengan baik karena memiliki potensi gangguan fisik ketika mereka hamil di kemudian hari.Status besi harus diperbaiki pada saat sebelum hamil yaitu sejak remaja sehingga keadaan anemia pada saat kehamilan dapat dikurangi.

2.4.3 Faktor Material

Faktor sosial ekonomi berikutnya adalah pendapatan keluarga.Pendapatan merupakan variabel penting bagi kualitas dan kuantitas makanan.Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan, sehingga terjadi hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi. Peningkatan pendapatan akan berpengaruh pada perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga dan selanjutnya berhubungan dengan status gizi Keluarga yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanan apabila anggota keluarganya kecil. Keluarga yang mempunyai jumlah anggota keluarga besar apabila persediaan pangan cukup belum tentu dapat mencegah gangguan gizi, karena dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka pangan untuk setiap anggota keluarga berkurang.Pendapatan dianggap salah satu determinan utama dari konsumsi makanan dan pertumbuhan. Keluarga yang memiliki status ekonomi cukup cenderung mampu memenuhi kebutuhan keluarga, sebaliknya keluarga yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang kurang, cenderung kurang dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.hal ini berpengaruh terhadap status kesehatan setiap individu dalam keluarga termasuk kebutuhan akan makan yang mengandung fe agar terhindar dari anemia.

2.4.4 Faktor Metode

Pendidikan atau penyuluhan gizi adalah pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam meningkatkan perbaikan pangan dan status gizi.Harapannya adalah orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi.Pendidikan gizi secara komprehensif yaitu pada anak anemia, guru dan orang tua diberikan dengan harapan pengetahuan gizi anak, guru dan orang tua serta pola makan makan anak akan berubah sehingga asupan makan terutama asupan besi anak akanlebih baik. Dengan asupan besi yang lebih baik, maka kadar hemoglobin anak akan meningkat.

3.1 ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH DAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH YANG DIPILIH

Strategi penanggulangan anemia gizi secara tuntas hanya mungkin kalau intevensi dilakukan terhadap sebab langsung, tdak langsung maupun mendasar. Secra pokok strategi itu adalah sebagai berikut :

A. Terhadap penyebab langsung

Penanggulangan anemia gii perlu diarahkan agar:

keluarga dan anggota keluarga yang resiko menderita anemia mendapat makanan yang cukup bergizi dengan biovailabilita yang cukup

pengobatan penyakit infeksi yang memperbesar resiko anemia

penyedia pelayanan yang mudah dijangkau oleh keluarga yang memerlukan, dan tersedianya tablet tambah darah dalam jumlah yang sesuai

B. Terhadap penyebab tidak langsung

Perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan perhatian dan kasih sayang didalam keluarga terhadap wanita, terutama terhadap ibu yang perhatian itu misalnya dapat tercermin dalam:

penyediaan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya terutama bila hamil

C. Terhadap penyebab mendasar

Dalam jangka anjang, penanggulangan anemia gizi hanya dapat berlangsung secara tuntas bila penyebab mendasar terjadinya anemia juga ditanggulangi, misalnya melalui :

usaha untuk meningkatkan pendidikan

usaha untuk memperbaiki upah, terutama karyawan rendah

usaha untuk meningkatkan status wanita di masyarakat

usaha untuk memperbaiki lingkungan fisik dan biologis, sehingga mendukung status kesehatan gizi masyarakat

Strategi operasional penanggulangan anemia gizi disini diarahkan ke kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam 2 kegiatan :

A. Strategi operasional KIE

a.1 Pelaksanaan KIE perlu dilakukan secara lebih menyeluruh dan bersifat secara multi media

pendekatan pelaksanaan KIE adalah sbb :

a. menggunakan multimedia

b. menggunakan tenaga lintas program dan lintas sektor

c. menggunakan berbagai pendekatan seperti individual, kelompok atau massal

d. menumbuhkan partisipasi dan kemandirian

a.2 Pengembangan jaringan KIE

a.3 Strategi khusus : penyelenggaran bulanan anemia

a.4 Isi pesan KIE anemia diantaranya

- menjelaskan konsep anemia

- menjelaskan anemia dalam konteks pangan dan gizi secara keseluruhan

- meningkatkan kebutuhan terhadap tablet tambah darah

- menjelaskan pelayanan kesehatan yang ada dalam kaitan penanggulangan anemia gizi

B. Strategi operasional suplementasi

masyarakat depat melakukan suplementasi untuk balitanya. Preparat diberikan lebih baik dalam bentuk multivitamin, yaitu selain mengandung besi asam folat, juga mengandung vitamin A, vitamin C, Seng. Pemberian dapat dilakukan beberpa kali dalam setahun .dosis pemberian adalah sbb :

b.1 30 mg unsur besi dan 0,125mg asam folat, disertai 2500IU vitamin A pemberian diberikan selama 2 bulan

b.2 swadana : 30 mg unsur besi dan 0,125mg asam folat disertai 2500 IU vitamin A pemberian diberikan selama 2 bulan

b.3 swadana : 30 mgunsur besi dan 0,125mg asam folat disertai 2500 IU vitamin A pemberian diberikan sekali seminggu.preparat multivitamin yang tersedia dipasaran juga dapat dipergunakan

BAB IV

RENCANA PROGRAM

4.1 Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Mayarakat

4.2

4.3

4.4 Pendekatan Melalui Konsep Pencegahan

A.Pemberian tablet atau suntikan zat besi Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi.

B. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara:Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.

C. Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin. Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.

D. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus ikan.

BAB V

REKOMENDASI / SARAN

Untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi serta menurunkan angka prevalensi anemia gizi pada wanita usia subur (WUS) terutama remaja putri dapat dilakukan melalui :

1. Peningkatan kinerja dari petugas kesehatan dalam upaya penanggulangan anemia gizi

2. Peningkatan kesadaran remaja putri dan wanita usia subur (WUS) serta keluarganya akan pentingnya meningkatkan status kesehatan dan gizi dengan mencegah masalah anemia sedini mungkin.

3. Peningkatan kerjasama dan keikutsertaan antara sektor kesehatan, sektor pendidikan, organisasi dan LSM dalam penanggulangan masalah anemia gizi.

4. Pelaksanaan suplementasi TTD untuk remaja putri dan wanita usia subur (WUS)

5. Penurunan angka prevalensi anemia gizi pada wanita usia subur (WUS) terutama remaja putri.

BAB VI

DAFTAR REFERENSI

Sabarina,Muhammad, FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI TINGKAT I DI STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

KABUPATEN PIDIE ( http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id/docjurnal/SABARINA-jurnal.pdf)

Weliyati dan Riyanto,Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume V No.2 Edisi

Desember 2012, ISSN: 19779-469X. FAKTOR TERJADINYA ANEMIA PADA

REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI KOTA METRO

Siti Zulaekah, PERAN PENDIDIKAN GIZI KOMPREHENSIF UNTUK

MENGATASI MASALAH ANEMIA DI INDONESIA. Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hasrul, Veni Hadju,Citrakesumasari,2007. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA DI INDONESIA

(ANALISIS DATA RISKESDAS 2007.

Dr.sukma sahadewa,M.kes. BUKU AJAR MASALAH GIZI, Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

(18)