ikhtisar eksekutif - diskepang.riau.go.iddiskepang.riau.go.id/home/download/lakip_2011.pdfii 6....

88
i IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Keputusan Kepala LAN RI Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta mengacu pada Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2011-2013, Badan Ketahanan Pangan Pangan Provinsi Riau melaksanakan penerapan sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah melalui penyusunan Rencana Strategis tahun 2011-2013, Penyusunan Rencana Kerja 2011 serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2011. Untuk mewujudkan kinerja yang diharapkan, sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2011 sebagai berikut : 1. Tersedianya bahan pangan dan cadangan pangan di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Rumah Tangga; 2. Terfasilitasinya bahan pangan untuk rumah tangga di daerah rawan pangan; 3. Perbaikan menu makanan rakyat yang bermutu, beragam, bergizi seimbang, aman, halal, dan meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan sesuai potensi sumberdaya local; 4. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap produk bahan pangan yang berbahaya bagi kesehatan; 5. Mengembangkan dan perbaikan sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien dalam rangka stabilitas pangan yang lebih merata;

Upload: dinhthien

Post on 28-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

IKHTISAR EKSEKUTIF

Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999

tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Keputusan Kepala LAN RI

Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah serta mengacu pada Rencana Strategis Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2011-2013, Badan Ketahanan Pangan

Pangan Provinsi Riau melaksanakan penerapan sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah melalui penyusunan Rencana Strategis tahun 2011-2013,

Penyusunan Rencana Kerja 2011 serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah tahun 2011.

Untuk mewujudkan kinerja yang diharapkan, sasaran yang ingin dicapai

pada tahun 2011 sebagai berikut :

1. Tersedianya bahan pangan dan cadangan pangan di Provinsi,

Kabupaten/Kota dan Rumah Tangga;

2. Terfasilitasinya bahan pangan untuk rumah tangga di daerah rawan

pangan;

3. Perbaikan menu makanan rakyat yang bermutu, beragam, bergizi

seimbang, aman, halal, dan meningkatkan penganekaragaman

konsumsi pangan sesuai potensi sumberdaya local;

4. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap produk bahan

pangan yang berbahaya bagi kesehatan;

5. Mengembangkan dan perbaikan sistem distribusi pangan yang efektif

dan efisien dalam rangka stabilitas pangan yang lebih merata;

ii

6. Terfasilitasinya stabilitas harga pangan, lintas waktu, lintas wilayah

yang terjangkau oleh daya beli masyarakat;

7. Menumbuhkembangkan kelembagaan ketahanan pangan masyarakat

yang dinamis, mandiri, dan sejahtera;

8. Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya

infrastruktur pedesaan dalam mendukung ketahanan pangan

masyarakat.

Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis terhadap pencapaian kinerja

sasaran diperoleh capaian kinerja sasaran sebesar 87,27 %, dengan dan dapat

dikategorikan Baik. Sasaran tersebut dicapai melalui pelaksanaan Program

dan Kegiatan yang dianggap relevan.

Hasil evaluasi dan analisis pencapaian kinerja kegiatan yang bersumber

dari APBD didapat angka capaian sebesar 98,57 % dengan kategori Baik,

kategori tersebut disebabkan oleh adanya salah satu kegiatan yang tidak

dilaksanakan atau digunakan, yaitu kegiatan Peningkatan Pendampingan Badan

Ketahanan Pangan (ABT) Tahun 2011. Mengingat kegiatan dimaksud adalah

dalam rangka menunjang pelaksanaan sub kegiatan pengembangan ekonomi

produktif pada Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Cadangan Pangan Pemda

Provinsi Riau yang realisasi pelaksanaannya pada bulan Desember 2011, maka

pelaksanaan kegiatan tersebut di atas akan efektif pada Tahun Anggaran 2011.

Sedangkan pencapaian kinerja kegiatan yang bersumber dari APBN

Dekonsentrasi didapat angka capaian sebesar 97,15 % dengan kategori Baik

sedangkan dari Tugas Pembantuan didapat angka capaian sebesar 94,77 %

dengan kategori Baik.

iii

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2011, Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau memperoleh dana anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi Riau sebagai berikut :

JUMLAH ANGGARAN BELANJA KEGIATAN APBD

BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU

TAHUN ANGGARAN 2011

NO. JENIS BELANJA JUMLAH ANGGARAN

1. BELANJA LANGSUNG Rp 5.020.601.350,-

2. BELANJA TIDAK LANGSUNG Rp. 8.019.025.694,-

JUMLAH Rp. 13.039.627.044,- dan berhasil direalisasikan sampai tgl, 31 bulan Desember Tahun 2011, untuk

Belanja Langsung dan Belanja Tidak langsung realisasi keuangan sebesar Rp.

4.742.898.704,- atau 94,47 % dengan realisasi fisik sebesar 99,18 %, dan.

Sedangkan dana Program dan Kegiatan yang bersumber dari APBN sebagai

berikut :

JUMLAH ANGGARAN BELANJA KEGIATAN APBN

SATKER BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU

TAHUN ANGGARAN 2011

NO. JENIS ALOKASI DANA JUMLAH ANGGARAN

1. DEKONSENTRASI Rp. 3.989.462.000,-

2. TUGAS PEMBANTUAN Rp. 3.055.600.000,-

JUMLAH Rp. 7.045.062.000,-

Untuk Alokasi dana Dekonsentrasi dengan rincian yaitu : Program

Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat sebesar Rp.

3.989.462.000,- dengan realisasi keuangan sampai dengan tgl, 31 Desember

iv

2011 sebesar Rp. 3.823.087.500,- (95,83 %) dengan realisasi fisik sebesar

95,84 %.

Sedangkan Alokasi dana Tugas Pembantuan dengan rincian yaitu :

Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat sebesar

Rp. 3.055.600.000,- dengan realisasi keuangan sampai dengan tgl, 31

Desember Bulan Desember 2011 sebesar Rp. 2.751.419.600,- (90,05 %)

dengan realisasi fisik sebesar 90,11 %.

Kendala dan hambatan yang dihadapi Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau adalah sebagai berikut :

1. Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) di Lingkungan Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741).

2. Adanya perubahan-perubahan nomenklatur di tingkat Kabupaten/Kota Riau

mengenai Dinas/Unit/Lembaga yang menangani Ketahanan Pangan.

3. Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun Anggaran 2011

baru disyahkan pada tanggal, 30 Januari 2011.

4. Pada beberapa kegiatan mengalami keterlambatan realisasi pelaksanaan

keuangan maupun fisiknya, karena terdapatnya keterkaitan dengan

Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang diarakan ke Kabupaten/Kota di

Riau yang harus melalui Peraturan Gubernur.

5. Pada Kegiatan Fasilitasi Konsumsi dan Keamanan Pangan terdapat

Pekerjaan melalui Pihak Ketiga (Konsultan) yang mengalami proses

pelelangan ulang.

6. Adanya Anggaran Biaya Tambahan (ABT) untuk kegiatan baru dan

kegiatan lanjutan.

v

7. Adanya tradisi pengantian/mutasi pejabat baik Es II, Es III maupun Es IV

dilingkungan pemerintah baik diprovinsi/Kab/Kota.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Riau telah menetapkan strategi pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Diterbitkannya Peraturan Gubernur Riau Nomor 17 Tahun 2011 tanggal, 9

Juni 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Riau.

2. Sebaiknya Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun

Anggaran 2011 baru disyahkan pada setiap awal bulan Januari tahun

anggaran bersangkutan.

3. Untuk kegiatan yang memiliki Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang

diarakan ke Kabupaten/Kota di Riau untuk Surat Keputusan Peraturan

Gubernur dirancang pada awal kegiatan dilaksanakan.

4. Untuk Pekerjaan melalui Pihak Ketiga (Konsultan) direncanakan lebih awal

sesuai dengan kebutuhan.

5. Untuk Anggaran Biaya Tambahan (ABT) sebaiknya direncanakan lebih

matang sesuai dengan prioritas kegiatan.

6. Untuk Kegiatan Peningkatan Kompentensi Pendampingan Badan Ketahanan

Pangan pada Tahun Anggaran 2011, akan direalisasikan pada Tahun

Anggaran 2011.

7. Agar pengantian pejabat dilakukan pd awal tahun anggaran.

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan, Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau telah melakukan berbagai langkah strategis baik berupa koordinasi

horisontal dan vertikal maupun konsolidasi dengan berbagai stakeholder yang

vi

ada, sehingga berbagai kendala dan hambatan yang muncul, dapat dieliminir

dan diantisipasi sebagaimana mestinya. Meskipun demikian, dalam penyusunan

LAKIP ini, dirasakan masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan

adanya masukan dan kritik bagi perbaikan di masa yang akan datang.

Pekanbaru, Maret 2012

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU,

MULKAN SYARIF, SE Pembina Utama Muda

NIP. 19630513 198311 1 001

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rakhmat dan

hidayah-Nya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun

2011 sebagaimana diamanatkan Inpres No 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah telah selesai disusun.

Dengan tersusunnya laporan ini, yang secara umum berpedoman pada sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) diharapkan berbagai

kebijaksanaan dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat

diketahui secara luas, sehingga dapat dijadikan media dalam pengambilan

keputusan dan perbaikan guna tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

tugas pokok & fungsi (tupoksi) masing-masing bagian.

Dan sebagai pedoman penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah berdasarkan Keputusan Kepala Administrasi Negara Nomor

239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti dari Keputusan

Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99.

Oleh karenanya laporan ini juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk

mengevaluasi diri khususnya Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau terhadap

pelaksanaan tugas dan fungsinya yang berguna bagi perencanaan dan

peningkatan kinerja masing-masing bagian.

Pada kesempatan ini pula kami sampaikan ucapkan terima kasih kepada

seluruh anggota Tim Penyusun yang telah memberikan sumbang pikiran dan

tenaga sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

viii

Kritik dan Saran senantiasa kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan

dan semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat memberikan manfaat bagi yang

berkepentingan.

Pekanbaru, Maret 2012

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU,

MULKAN SYARIF, SE Pembina Utama Muda

NIP. 19630513 198311 1 001

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

ix

DAFTAR ISI IKHTISAR EKSEKUTIF ...................................................................................................i KATA PENGANTAR ......................................................................................................vii DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii I. PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan LAKIP SKPD ......................................................... 3 1.3. Aspek Stratejik yang Berpengaruh ................................................................. 7 1.4. Tupoksi dan Core Business ........................................................................... 24 1.5. Sistematika Penyajian ..................................................................................... 27

II. RENCANA STRATEJIK ........................................................................................... 29 2.1. Rencana Stratejik 2011-2013 ....................................................................... 29 2.2. Rencana Kinerja Tahun 2011 ....................................................................... 32 2.3. Anggaran Tahun 2011 .................................................................................. 35

III. AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................................. 43 3.1. Kerangka Pengukuran Kinerja .................................................................... 43 3.2. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 ................................................. 45 3.3. Analisis Capaian Kinerja ............................................................................. 49 3.4. Akuntabilitas Keuangan ............................................................................. 53 3.5. Analisis Efesiensi dan Efektivitas Kegiatan ................................................ 62

3.5.1. Efesiensi ................................................................................................ 62 3.5.2. Efektivitas ............................................................................................. 66

IV. PENUTUP ............................................................................................................... 69 4.1. Keberhasilan dan Kegagalan Kinerja ............................................................ 69 4.2. Kendala dan Hambatan dalam Pencapaian Sasaran ................................... 71 4.3. Strategi Pemecahan Masalah ........................................................................ 73

LAMPIRAN – LAMPIRAN - Lampiran 1 : Formulir Rencana Stratejik (RS) Tahun 2011-2013

- Lampiran 2 : Formulir Rencana Kinerja Tahun (RKT) Tahun 2011

- Lampiran 3 : Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) Tahun 2011

- Lampiran 4 : Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Tahun 2011

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini tuntutan terhadap paradigma good

governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah

good governance sendiri dapat diartikan terlaksananya tata ekonomi,

politik dan sosial yang baik. Jika kondisi good governance dapat dicapai

maka terwujudnya negara yang bersih dan responsif (clean and

responsive state), semaraknya masyarakat sipil (vibrant civil society) dan

kehidupan bisnis yang bertanggung jawab (good corporate governance)

bukan merupakan impian lagi. Untuk dapat mencapai good governance

maka salah satu hal yang harus dipenuhi adalah adanya transparansi

atau keterbukaan dan akuntabilitas dalam berbagai aktivitas baik

aktivitas sosial, politik dan ekonomi.

Dalam konteks pelaksanaan good governance dan menRiaukan

visi Pemerintah Provinsi Riau untuk mengakselerasi peningkatan

kesejahteraan masyarakat guna mendukung pencapaian visi Riau untuk

tahun 2011-2013 yaitu “ Terwujudnya Ketahanan Pangan yang

mantap dalam menciptakan masyarakat yang berkwalitas

tahun 2020“ khususnya yang menyangkut “mengembangkan struktur

perekonomian daerah yang tangguh”, maka pelaksanaan program dan

kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau diharapkan akan

berkontribusi terhadap pencapaian indikator makro ekonomi Riau.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

2

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau sebagaimana diamanatkan

Inpres No 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah disusun berdasarkan atas tugas pokok dan fungsi Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Renstra Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau, Renstra Provinsi Riau, kewenangan desentralisasi dan

dekonsentrasi di bidang ketahanan pangan yang diberikan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4816), serta kebijakan Pemerintah Pusat di bidang ketahanan pangan

dari Departemen Pertanian maupun Badan Ketahanan Pangan

Departemen Pertanian yang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

Penyusunan laporan ini secara umum berpedoman pada sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) diharapkan berbagai

kebijaksanaan dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

dapat diketahui secara luas, sehingga dapat dijadikan media dalam

pengambilan keputusan dan perbaikan guna tercapainya efisiensi dan

efektivitas pelaksanaan tugas pokok & fungsi (tupoksi) masing-masing

bagian. Oleh karenanya laporan ini juga dapat dipergunakan sebagai

alat untuk mengevaluasi diri khususnya Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya yang berguna

bagi perencanaan dan peningkatan kinerja masing-masing bagian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

3

1.2. Dasar Hukum Penyusunan LAKIP SKPD

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007

Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741), serta

konsekuensi sebagai penggerak Ketahanan Pangan daerah mendorong

ditatanya struktur organisasi yang melahirkan Badan Ketahanan Pangan

yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Riau,

diserahi wewenang, tugas dan tangung jawab menunjang

penyelenggaraan urusan otonomi daerah, desentralisasi, dekonsentrasi

serta tugas pembantuan dibidang ketahanan pangan di daerah. Badan

Ketahanan Pangan dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang dalam

pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Gubernur Riau

melalui Sekretaris Daerah Provinsi Riau.

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 17

Tahun 2011 tentang Uraian Tugas Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Riau yang mempunyai tugas pokok dan fungsi :

Tugas Pokok

Fungsi

Melaksanakan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan daerah bidang

ketahanan pangan dan dapat ditugaskan

untuk melaksanakan penyelenggraan

wewenang yang dilimpahkan oleh

pemerintah kepada Gubernur.

1. Merumuskan

kebijaksanaan

2. Pengambilan keputusan

3. Perencanaan

4. Pengorganisasian

5. Pelayanan umum dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

4

teknis

6. Pengendalian/pengarah

an/pembinaan dan

bimbingan

7. Pengawasan

8. Pemantauan dan

evaluasi

9. Pelaksanaan

10. Pembiayaan

Dalam kaitan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau berikut adalah peraturan

perundang-undangan yang melatarbelakangi penyusunan LAKIP Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau :

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara;

3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun

2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

5

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun

2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4700);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun

2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Tahun 2011 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 20,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 21,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

13. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 1998 Tentang

Penyelenggaraan Pendayagunaan Aparatur Negara;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

6

14. Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

16. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2011 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi

Riau Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 8

Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45);

17. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2011 tentang

Urusan Pemerintah Provinsi (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor

9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46);

18. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah

Tahun 2011 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor

47);

19. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Riau (Lembaran

Daerah Tahun 2011 Nomor 20 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah

Nomor 55);

20. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 22 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong

Praja Provinsi Riau (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 21 Seri

D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56);

21. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 01 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Riau .

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

7

22. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor

239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan

Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai

pengganti dari Keputusan Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99

23. Peraturan Gubernur Riau Nomor 17 Tahun 2011 tentang Uraian

Tugas Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.

1.3. Aspek Strategis yang Berpengaruh

Kondisi Umum Provinsi Riau

Secara umum situasi ketahanan pangan di Provinsi Riau pada

periode 2006-2011 menunjukkan kecenderungan yang semakin

membaik, hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator ketahanan pangan

antara lain (1). Produksi beberapa komoditas pangan penting cenderung

meningkat, (2). Pergerakan harga-harga pangan lebih stabil, baik secara

umum maupun menjelang hari-hari besar keagamaan nasional, (3).

Konsumsi pangan masyarakat meningkat, (4). Proporsi penduduk miskin

dan rawan pangan semakin menurun. Berbagai indikasi yang terukur

tersebut menunjukkan bahwa berbagai upaya dan kebijakan ketahanan

pangan yang dilakukan selama ini telah memberikan dampak yang

positif, kemudian dalam membangun ketahanan pangan tidak terlepas

dari aspek ketahanan pangan, yaitu aspek ketersediaan, aspek distribusi

dan aspek konsumsi.

Ketersediaan Pangan

Selama periode 2006 – 2011 perluasan areal panen dan

peningkatan penggunaan pupuk pada pertanian tanaman pangan telah

mendorong peningkatan produksi pada sebagian besar kelompok

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

8

komoditas ini. Secara umum produksi keseluruhan komoditas pangan

meningkat sebesar 2,79 persen, kondisi ini merupakan perkembgangan

yang cukup menggembirakan terutama peningkatan yang terjadi pada

produksi beras. Hal ini mengingat relatif terbatasnya potensi areal

persawahan yand dapat dikembangkan untuk meningkatkan produksi

padi di Provinsi Riau. Komoditas sayuran mencatat pertumbuhan

tertinggi pada kelompok tanaman pangan yaitu mencapai 29.1 %.

Produksi beras dan kedele masing-masing meningkat sebesar 2,03 %

dan 11,02 % diikuti oleh ubi jalar (5,81%) dan sagu (4,64 %) dan ikan

(3,37 %). Empat komoditas lainnya ternyata mengalami penurunan

produksi yaitu jagung, buah-buahan, kacang tanah dan telur.

Meskipun produksi sebagian besar komoditas pangan

menunjukkan perkembangan yang meningkat selama periode 2004-

2008, sebagai daerah yang mengalami defisit pangan dalam jumlah

yang cukup besar, peningkatan ini ternyata masih belum mempu

mengurangi laju peningkatanh pasokan pangan dari luar Provinsi Riau.

Peningkatan kebutuhan dan permintaan masyarakat terhadap hampir

seluruh komoditas pangan dasar yang bergerak lebih cepat

dibandingkan peningkatan produksi pangan lokal telah berakibat pada

meningkatnya pasokan pangan ke Perovinsi Riau yang mencapai 4,23 %

selama periode 2006 - 2011.

Banyak faktor yang menjadi kendala peningkatan produktivitas

dan produksi pangan di Provinsi Riau dalam memenuhi kebutuhan

pangan sekuruh penduduknya. Diantaranya yang terpenting adalah : 1.)

masing tingginya konversi lahan produktif ke lahan non pertanian

tanaman pangan (perumahan, perkebunan, fasilitas sosial); 2) kecilnya

skala usaha pertanian tanaman pangan, perikanan maupun peternakan

sehingga hasilnya tidak mampi mensejahterakan petani dan berakibat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

9

pada kurangnya investasi untuk peningkatan produksi; 3) terbatasnya

teknologi tepat guna yang dapat diakses oleh petani; 4) kurangnya

bimbingan kepada petani karena tidak difungsikannya institiusi

penyuluhan pertanian secara optimal seperti pada masa lalu; 5) jenis

tanah yang didominasi oleh podzolik merah kuning dan jenis lahan lain

relatif kurang responsif terhadap penggunaan input kiiawi; 6) sistem

pengairan yang sebagian besar masih tadah hujan; dan 7) rendahnya

akses petani terhadap modal usaha.

Komponen yang tidak kalah penting dalam perhitungan

ketersediaan pangan adalah pemasukan pangan dari luar Provinsi Riau,

baik antar Provinsi bahkan antar negara. Sistem distribusi yang efesien

menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumahtangga dapat

memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang

waktu dengan harga yang terjangkau. Dalam membangun kemandirian

pangan, idealnya peran pasokan dari luar semakin hari semakin

menurun dan digantikan dengan peningkatan peran produksi domestik.

Namun data yang ada menunjukkan bahwa kecenderungan pasokan

dari luar Provinsi untuk ke empat komoditas pangan yang dimaksud

ternyata masih cukup tinggi dan buah-buahan menempati peringkat

tertinggi untuk peningkatan pasokan dari luar.

Komoditas yang paling dominan dalam pasokan pangan dari luar

Provinsi Riau adalah beras (>46,5 %) dari total pasokan pangan dengan

trend yang semakin meningkat ( 1,85 %). Kondisi tersebut akibat

kemampuan produksi beras hanya mampu mendukung maksimal 57 %

kebutuhan konsumsi penduduk. Jumlah beras yang masuk, tidak

semuanya dikonsumsi di dalam provinsi namun diredistribusikan kembali

menuju beberapa provinsi tetangga. Pasokan pangan darl luar daerah

Riau yang mengalami peningkatan yang terbesar setiap tahunnya

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

10

adalah daging (18,16 %), kedele (16, 36 %), ubi jalar (16,24 %),

buah-buahan (10,04 %) dan ikan (6,85 %)

Ketahanan pangan di tingkat mikro dapat diketahui dari

ketersediaan dan konsumsi pangan dalam bentuk energi dan protein per

kapita per hari selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi

yang direkomendasikan atau standar kecukupan gizi. Namun demikian

ketersediaan pangan yang cukup di suatu daerah belum dapat

menjamin ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga. Hal ini

tergantung pada kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan,

baik dalam arti fisik ( daya jangkau) maupun ekonomi (daya beli).

Ketersediaan rata-rata energi dan protein untuk dikonsumsi

penduduk di Riau telah melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan

yakni energi sebesar 2200 Kkalori/kapita/hari dan protein 57

gram/kap/hari Rata-rata ketersediaan energi untuk konsumsi penduduk

pada tahun 2008 mencapai 2807 Kkal/kap/hari, bila dibandingkan

dengan ketersediaan tahun 2005, ternyata menunjukkan

kecenderungan menurun sebesar 1.01 persen setiap tahunnya (Tabel

4). Sedangkan jumlah protein yang tersedia untuk dikonsumsi telah

mencapai 108.7 gram/kap/hari. Bila dibandingkan dengan tahun 2004,

ketersediaan protein ternyata juga menunjukkan penurunan setiap

tahunnya sebesar 0.74 persen. Penurunan ketersediaan protein ini

disebabkan ketersediaan protein hewani yang mengalami penurunan

sebesar 2,22 persen. Kualitas / keanekaragaman pangan yang tersedia

selama periode 2005 – 2011 menunjukkan trend yang tidak meningkat,

meskpun telah mencapai 80.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

11

Distribusi Pangan

Sarana Prasana

Secara umum kondisi sarana prasarana di Riau masih belum

mendukung kinerja subsistem distribusi pangan daerah. Kurangnya

fasilitas prasarana jalan, pelabuhan dan sarana angkutan

menyebabkan mahalnya biaya distribusi dari sentra produksi ke

sentra konsumsi. Hal ini terutama terdapat daerah kepulauan

seperti Kabupaten Bengkalis, Indragiri Hilir dan Pelalawan serta di

daerah-daerah terpencil lainnya. Minimnya prasarana dan sarana

ini menyebabkan daerah-daerah tertentu menjadi sangat terisolir

dan sulitnya masyarakat mengakses pangan.

Di samping itu biaya angkutan di Riau relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan biaya angkutan pada provinsi Sumatera

lainnya, sehingga memberikan dampak terhadap produk-produk

pertanian yang tidak mampu bersaing dengan daerah lain. Oleh

karena itu, ke depan pemerintah daerah Provinsi Riau perlu

melakukan perubahan dan mengalokasikan anggaran yang cukup

untuk sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran distribusi

pangan ke seluruh wilayah Indonesia. Di samping masalah sarana

dan prasarana, pemerintah daerah perlu meningkatkan keamanan

jalur distribusi serta mengurangi pungutan resmi maupun

pungutan lainnya di sepanjang jalur distribusi dan pemasaran,

yang dapat mengakibatkan biaya distribusi sebagai produk pangan

menjadi tinggi.

Sarana distribusi pangan seperti fasilitas-fasilitas pasar umum,

sarana penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian, baik yang

dikelola oleh pemerintah maupun swasta belum berkembang dan

masih terbatas. Kondisi ini sangat menyulitkan masyarakat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

12

pedesaan dalam melakukan fungsi penyimpanan dan pengolahan

untuk meraih nilai tambah ke posisi tawar yang lebih tinggi. Oleh

karena itu, pemerintah perlu memfasilitasi dan memberikan

kemudahan investasi pembangunan sarana pengolahan dan

penyimpanan hasil di pedesaan.

Kelembagaan pemasaran

Ciri umum di berbagai daerah di Indonesia adalah lemahnya

kelembagaan pemasaran di pedesaan. Hal ini menyebabkan mata

rantai pemasaran produk-produk pangan menjadi sangat panjang,

karena harus melalui berbagai sistem kelembagaan informal. Di

Riau pada umumnya di ketahui bahwa dalam memasarkan produk-

produk pangan harus melalui pedagang perantara yang ada di

berbagai tingkatan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten sampai

ke tingkat provinsi. Sistem ini menyebabkan biaya pemasaran

menjadi sangat tinggi dan margin yang diterima petani rendah,

sehingga memberikan dampak kepada tingginya harga yang harus

dibayar oleh konsumen akhir.

Masalah lain yang menyangkut pemasaran adalah kurangnya

sarana pasar secara fisik. Kombinasi persoalan kelembagaan

pemasaran dan fisik pasar ini dapat menyulitkan akses pangan bagi

konsumen (rural landless, urban poor dan net buying producers),

dan menghambat penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat yang

tidak memiliki lahan.

Oleh karena itu harus dilakukan upaya-upaya untuk

membangun kelembagaan pemasaran di berbagai tingkatan. Pada

tingkat pedesaan perlu dikembangkan kelembagaan petani yang

bergerak di bidang pemasaran hasil pertanian, untuk memperkuat

posisi tawar petani. Bentuk kelembagaan ini disesuaikan dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

13

kondisi sosial budaya setempat, seperti koperasi, kelompok tani

maupun subak.

Stabilitas Harga

Stabilitas harga diukur dengan perkembangan harga rata-rata

setiap tahunnya. Selama Tahun 2006 – 2011, perkembangan

harga pangan pokok strategis di Riau cenderung meningkat.

Beberapa pangan mengalami peningkatan melebihi 10 % setiapa

tahunnya adalah beras, kedele, gula pasir, daging sapi dan minyak

goreng. Harga pangan di Riau cenderung memberikan kontribusi

terhadap tingginya inflasi di daerah ini.

Peraturan Perundangan

Peraturan daerah seyogyanya diarahkan untuk memperlancar

arus distribusi pangan. Namun demikian masih banyak ditemukan

peraturan-peraturan daerah yang membebani biaya distribusi antar

daerah, antara lain pungutan-pungutan, retribusi dan pungutan

jembatan timbang. Peraturan-peraturan seperti itu perlu segera

dihapuskan.

Untuk menurunkan biaya distribusi pangan, selain diperlukan

peraturan-peraturan daerah tentang taris angkutan yang

memberikan keringanan tarif angkutan bahan pangan, juga

peraturan untuk mendahulukan pengangkutan bahan pangan di

pelabuhan laut dan penyeberangan. Pada umumnya, masalah

pokok distribusi dan aksesibilitas di Riau adalah sistem distribusi

yang masih belum efesien dan efektif yang disebablkan terbatasnya

jangkauan dan biaya distribusi serta lemahnya pengawasan dan

pelaksanaan aturan yang ada. Infrastuktur yang belum memadai

juga menjadi masalah pokok karena terbatasnya jaringan jalan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

14

terutama jalan-jalan desa, jembatan, irigasi, waduk, embung dan

terjadinya kerusakan hutan di hulu dan di DAS.

Dari sudut daya beli pangan, rataan proporsi pengeluaran

pangan di berbagai Kabupaten/Kota di Provinsi Riau umumnya

masih tinggi, jauh diatas 50%. Hanya di Kota Pekanbaru yang porsi

pengeluaran pangannya relatif rendah (40,12%) yang

mengindikasikan bahwa kesejahteraan penduduk di Kota Pekanbaru

relatif lebih tinggi dibanding di wilayah Kabupaten/Kota lainnya.

Tingginya persentase pengeluaran pangan mengindikasikan

rendahnya kesejahteraan dan dengan demikian juga rendahnya

daya beli terhadap pangan. Hal ini cukup sejalan dengan daya

tingkat kemiskinan dimana terjadi kecenderungan semakin

tingginya tingkat kemiskinan semakin tinggi proporsi pengeluaran

pangan untuk penduduknya.

Disamping faktor daya beli, faktor lain penentu aksesibilitas

pangan adalah kelancaran distribusi pangan dan akses ke pasar.

Data pada Tabel 6 menunjukkan adanya interaksi antara akses

ekonomi (daya beli) terhadap pangan dan akses fisik. Nampak

bahwa di daerah dengan kemiskinan cukup tinggi memiliki

infrastruktur yang relatif kurang memadai dibanding di wilayah

lainnya (Indragiri Hilir, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan

Bengkalis) khususnya bila dilihat dari indikator persen desa yang

tidak dapat dilalui kendaraan roda empat dan atau persen desa

berjarak > 3 Km.

Disamping persoalan infrastruktur, beberapa desa di

Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Riau juga berpotensi mengalami

masalah kerawanan pangan dan terputusnya akses pangan karena

tergolong sebagai daerah rawan bencana. Saat ini diperkirakan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

15

sekitar 987 desa berpotensi rawan pangan. Untuk menurunkan

jumlah penduduk rawan pangan hingga 50 persen pada tahun

2015, sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah desa berpotensi rawan

hendaknya dapat ditangani melalui pengembangan Desa Mandiri

Pangan, dan pada tahun 2012 sekurantg-kurangnya 50 persen atau

sekitar 500 desa dikembangkan menjadi Desa Mapan.

Konsumsi Pangan

Kuantitas Konsumsi

Undang-undang No. 7 tentang Pangan mengamanatkan

bahwa indikator ketahanan pangan adalah tersedianya pangan

dalam jumlah yang cukup bagi setiap rumahtangga sepanjang

waktu untuk dapat mendukung hidup aktif, sehat dan produktif.

Hal ini berimplikasi bahwa pencapaian ketahanan pangan di tingkat

makro adalah penting namun belum cukup memadai untuk

menjamin ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Demikian

halnya ketersediaan pangan di rumahtangga yang cukup belum

dapat dijadikan indikasi telah tercapainya ketahanan pangan

apabila konsumsi pangan setiap anggota rumahtangga ternyata

belum memenuhi norma gizi seimbang untuk mendukung hidup

aktif dan sehat. Oleh karena itu sangat penting menganalisis

situasi ketahanan pangan bukan hanya dari aspek produksi dan

ketersediaan pangan, namun juga dari aspek konsumsi dan bahkan

hingga output akhir berupa status gizi.

Rata-rata konsumsi energi perkapita per hari di Provinsi Riau

tahun 2005 mencapai adalah 1.984 Kalori dan tahun 2011

diperkirakan meningkat menjadi 2003 Kalori. Sedangkan konsumsi

protein perkapita sehari pada tahun 2004 baru mencapai adalah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

16

45.3 gram, dan tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 48.7

gram.

Bila kondisi konsumsi energi dan protein ini dibandingkan

dengan Standar Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG),

tingkat konsumsi protein masih lebih rendah, dan menunjukkan

kecenderung mengalami penurunan sebesar 3,16 % setiap

tahunnya. Sementara konsumsi energi telah mencukupi. Standar

konsumsi berdasarkan Widyakarya Pangan dan Gizi masing-masing

untuk energi dan protein sebesar 2000 Kalori dan 52 gram per

kapita per hari.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah serta

masyarakat untuk meningkatkan pangan agar terwujud masyarakat

dengan status gizi yang baik. Menurut Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau (2004), pada tahun 2002 hanya 26,01% persen

penduduk Riau yang mampu mengkonsumsi lebih dari standar

kecukupan gizi. Sedangkan 49,21% penduduk Riau hanya mampu

mengkonsumsi antara 1.500 Kkal/kapita/hari sampai 2.000

Kkal/kapita/hari, dan sebanyak 24,78% penduduk masih

mengkonsumsi kurang dari 1.500 Kkal/kapita/hari.

Kualitas Konsumsi

Indikator kualitas konsumsi pangan ditunjukkan oleh skor Pola

Pangan Harapan (PPH) yang dipengaruhi oleh keragaan dan

keseimbangan konsumsi antar kelompok pangan. Telah

dikemukakan di muka bahwa konsumsi pangan penduduk Provinsi

Riau masih didominasi oleh padi-padian, khususnya beras. Pada

tahun 2011 konsumsi padi-padian penduduk Provinsi Riau sebanyak

1.213 Kkal/kapita/hari dan pada tahun 2004 sebanyak 1.185

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

17

Kkal/kapita/hari. Dibandingkan dengan standar kebutuhan energi

yang disarankan, maka konsumsi padi-padian di Provinsi Riau masih

jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keragaan konsumsi

di Provinsi Riau masih relatif rendah, hal ini dapat ditunjukkan oleh

skor PPH yang baru mencapai 67.70 dan menunjukkan

kecenderungan penurunan sebesar 0.53 persen setiap tahunnya.

Kondisi keragaman tersebut menunjukkan bahwa kualitas

pangan penduduk Riau masih harus diperbaiki. Program

diversifikasi pangan harus digalakkan agar ketergantungan

terhadap beras sebagai sumber karbohidrat dapat dikurangi.

Sementara itu konsumsi terhadap umbi-umbian, pangan hewani

serta buah dan sayuran memerlukan peningkatan. Dengan

demikian kualitas gizi masyarakat dapat ditingkatkan dan

diharapkan dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang

berkualitas.

Status Gizi

Status gizi masyarakat secara umum dapat dicerminkan oleh

keadaan status gizi anak balita. Meski status gizi merupakan suatu

muara dari berbagai faktor penyebab yang kompleks, namun ada

dua faktor penyebab umum yang telah terbukti menjadi penentu

status gizi, yaitu tingkat konsumsi pangan (kualitas dan kuantitas)

serta ada tidaknya penyakit, khususnya penyakit infeksi. Oleh

karena itu tingkat ketahanan pangan individu dan masyarakat yang

disertai dengan dukungan ketersediaan dan akses terhadap

fasilitas kesehatan akan sangat menentukan keadaan status

gizinya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

18

Isu Strategis

1. Keterbatasan dan rendahnya kualitas kelembagaan dan

infrastruktur ketahanan pangan di Riau.

2. Belum efektifnya regulasi sistem distribusi dan informasi harga

pangan sehingga pangan belum terdistribusi dengan baik dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

3. Lemahnya daya dukung dan daya tamping lembaga usaha

ekonomi pedesaan dalam meningkatkan ketersediaan, distribusi

dan akses pangan di daerah.

4. Lemahnya manajemen pengembangan dan ketersediaan

cadangan pangan di tingkat Rumah Tangga, Kabupaten/Kota dan

Provinsi.

5. Adanya daerah rawan pangan maupun daerah berpotensi

terjadinya rawan pangan yang belum teridentifikasi dan

diupayakan pemecahannya.

6. Pola konsumsi masyarakat yang masih berbasis pada beras

menyebabkan komoditi beras bukan saja sebagai komoditi

ekonomi melainkan menjadi komoditi politik.

7. Adanya alternative pengembangan diversifikasi pangan melalui

lahan-lahan marginal termasuk lahan pekarangan.

8. Lemahnya pengawasan keamanan dan mutu pangan terhadap

produk pangan baik segar maupun olahan.

9. Rendahnya kesadaran para produsen pangan olahan untuk

menghasilkan produk pangan yang bergizi, bermutu, sehat, aman

dan halal.

10. Lemahnya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan desa

mandiri pangan yang berbasis pada budaya dan potensi local.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

19

Kondisi Umum Ketahanan Pangan Riau

Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah dijumpai di

mana-mana. Tak hanya di desa-desa, namun juga di kota-kota, di

balik kemegahan gedung-gedung pencakar langit. Anehnya, secara

statistik jumlah mereka bukan berkurang, tetapi justru terus

bertambah. Masyarakat yang kurang beruntung masih diselimuti

dengan ketidakberdayaan (powerlessness) dalam menggapai

kesejahteraan meski untuk tingkat kesejahteraan paling dasar

sekalipun. Inilah fenomena sosial ekonomi yang bisa kita lihat secara

kasat mata di berbagai daerah, termasuk Riau.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional 2011, jumlah

angka pengangguran di Provinsi Riau menempati urutan pertama,

yaitu 3,9 juta orang dari 11,1 juta orang jumlah pengangguran di

Indonesia. Sementara angka kemiskinan di Riau, 19,6% berada di

perkotaan, dan 18,4% di perdesaan. Jumlah penduduk miskin di

Riau diperkirakan sudah mencapai 5,45 juta jiwa atau 13,5% dari

total penduduk Riau. Jumlah itu meningkat 317.000 jiwa

dibandingkan dengan jumlah orang miskin 2006, yakni 5,14 juta

jiwa.

Ketahanan pangan didasarkan pada akses rumah tangga terhadap

pangan. Di Riau, pangsa pengeluaran pangan terhadap total

pengeluaran rumah tangga relatif tinggi, di atas 50%. Dengan

demikian, pangan masih merupakan komoditas penting bagi

sebagian besar penduduk Riau. Apalagi, bagi orang miskin,

pengeluaran untuk pangan sangat besar. Oleh karena itu, penduduk

miskin dalam kesehariannya selalu dihadapkan pada tidak adanya

jaminan ketersediaan pangan. Apabila situasi itu berlangsung

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

20

berkepanjangan, dapat terjadi kekurangan gizi. Tingginya prevalensi

penduduk dengan status gizi kurang atau buruk merupakan salah

satu ciri wilayah miskin.

Provinsi Riau memiliki potensi sumber daya manusia dan sumber

daya alam yang kompetitif, dan masyarakatnya hidup dalam akar

tradisi yang kondusif. Provinsi Riau dikenal sebagai salah satu

"lumbung padi" nasional. Hampir 23% dari total luas 29,3 ribu

kilometer persegi lahan dialokasikan untuk produksi beras. Tidak

dimungkiri lagi, Riau merupakan "rumah produksi" bagi ekonomi

Indonesia. Hasil pertanian Provinsi Riau menyumbangkan 15% dari

nilai total pertanian Indonesia. Hasil tanaman pangan Riau meliputi

beras, kentang manis, jagung, buah-buahan, dan sayuran. Di

samping itu, juga terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak

sawit, karet alam, gula, cokelat, dan kopi. Potensi perternakan

menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.

Potensi pertanian di Riau tersebar secara merata di seluruh daerah,

yang meliputi komoditas padi, palawija, dan hortikultura. Selain itu,

jenis sayuran dan buah-buahan memiliki potensi sangat

menjanjikan. Hasil pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran

dan buah-buhan juga banyak. Potensi sumber daya perikanan dan

kelautan Riau sangat besar yang terdiri atas potensi perikanan

tangkap, perikanan budidaya, dan bioteknologi kelautan.

Melihat hasil pertanian tersebut, dapat dikatakan Riau memiliki

potensi yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan secara

optimal. Jika semua itu dapat dikembangkan serta dikelola secara

profesional, Riau akan mendapat tambahan penghasilan yang besar

dari sektor pertanian. Akan tetapi potensi tersebut belum digarap

secara optimal yang berorientasi pada kepentingan masyarakat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

21

(khususnya masyarakat miskin) serta berdasarkan pada prinsip

kesetaraan dan keadilan. Kondisi ini menempatkan masyarakat Riau

saat ini pada posisi yang kurang menguntungkan, sehingga

menyisakan sejumlah permasalahan yang kompleks dan perlu

penanganan dengan segera. Hal ini salah satunya disebabkan oleh

ketidakoptimalan operasionalisasi strategi pemberdayaan

masyarakat yang diterapkan pada masa lalu serta kondisi

perekonomian yang semakin berat dan belum kondusif, sehingga

sebagian besar masyarakat terperangkap dalam kondisi

ketidakberdayaan, terutama ketidakberdayaan untuk keluar dari

kemiskinan.

Dalam konteks kemiskinan itulah, mekanisme institusional di luar

pasar menjadi keharusan. Bila tidak, kelompok miskin akan secara

kronis kekurangan pangan. Mekanisme institusional itu sebutlah

suatu lembaga ketahanan pangan yang merupakan suatu wadah

khusus yang berfungsi untuk "mengeluarkan" orang miskin dari

mekanisme pasar untuk mendapatkan pangan. Lembaga ketahanan

pangan ini mengatur bagaimana orang miskin yang tidak bisa ikut

dalam transaksi pasar menjadi relatif mudah untuk mendapatkan

pangan. Membangun kapasitas, baik individu maupun kolektif

sangat penting untuk memperoleh akses terhadap kesempatan -

kesempatan ekonomi, pelayanan sosial, dan infrastruktur.

Permasalahan

Dengan demikian maka permasalahan yang muncul pada tahun

2011 adalah sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk masyarakat Riau dari tahun ke tahun

mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

22

2. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional Tahun 2011 di

Riau, jumlah pengangguran masih menduduki urutan yang

pertama. Sementara angka kemiskinan di Riau, 19,6% berada di

perkotaan, dan 18,4% di perdesaan. Jumlah penduduk miskin di

Riau diperkirakan sudah mencapai 5,45 juta jiwa atau 13,5%

dari total penduduk Riau. Jumlah itu meningkat 317.000 jiwa

dibandingkan dengan jumlah orang miskin 2006, yakni 5,14 juta

jiwa.

3. Ketahanan pangan didasarkan pada akses rumah tangga

terhadap pangan. Di Riau, pangsa pengeluaran pangan

terhadap total pengeluaran rumah tangga relatif tinggi, di atas

50%.

4. Untuk masyarakat miskin di Riau, dihadapkan pada tidak adanya

jaminan ketersediaan pangan yang memadai.

5. Apabila situasi dan kondisi kemiskinan tidak mendapat perhatian

dari semua pihak, dapat terjadinya kekurangan gizi.

6. Belum optimalnya operasionalisasi strategi pemberdayaan

masyarakat untuk keluar dari kemiskinan.

Isu Strategis

Berdasarkan kondisi dan permasalahan di atas maka muncul isu

strategis sebagai berikut :

Keterbatasan dan rendahnya kualitas kelembagaan dan

infrastruktur ketahanan pangan di Riau.

Belum efektifnya regulasi sistem distribusi dan informasi harga

pangan sehingga pangan belum terdistribusi dengan baik dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

23

Lemahnya daya dukung dan daya tamping lembaga usaha

ekonomi pedesaan dalam meningkatkan ketersediaan, distribusi

dan akses pangan di daerah.

Lemahnya manajemen pengembangan dan ketersediaan

cadangan pangan di tingkat Rumah Tangga, Kabupaten/Kota

dan Provinsi.

Adanya daerah rawan pangan maupun daerah berpotensi

terjadinya rawan pangan yang belum teridentifikasi dan

diupayakan pemecahannya.

Pola konsumsi masyarakat yang masih berbasis pada beras

menyebabkan komoditi beras bukan saja sebagai komoditi

ekonomi melainkan menjadi komoditi politik.

Adanya alternative pengembangan diversifikasi pangan melalui

lahan-lahan marginal termasuk lahan pekarangan.

Lemahnya pengawasan keamanan dan mutu pangan terhadap

produk pangan baik segar maupun olahan.

Rendahnya kesadaran para produsen pangan olahan untuk

menghasilkan produk pangan yang bergizi, bermutu, sehat,

aman dan halal.

Lemahnya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan desa

mandiri pangan yang berbasis pada budaya dan potensi local.

Strategi

Untuk pengembangan dan pencapaian program peningkatan

ketahanan pangan, maka strategi yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Meningkatkan penguatan terhadap kapasitas dan daya dukung

kelembagaan dan infrastruktur pangan di Riau.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

24

2. Meningkatkan efektifitas regulasi sistem distribusi dan informasi

harga pangan sehingga pangan terdistribusi dengan baik dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

3. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lembaga usaha

ekonomi pedesaan dalam meningkatkan ketersediaan, distribusi

dan akses pangan di daerah.

4. Meningkatkan penguatan terhadap manajemen pengembangan

dan ketersediaan cadangan pangan di tingkat Rumah Tangga,

Kabupaten/Kota dan Provinsi.

5. Mengidentifikasi daerah rawan pangan maupun daerah

berpotensi terjadinya rawan pangan serta mengupayakan

pemecahannya.

6. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi dan kualitas

pangan serta menurunnya ketergantungan terhadap pangan

pokok beras.

7. Mengembangkan diversifikasi pangan melalui lahan-lahan

marginal termasuk lahan pekarangan

8. Meningkatkan pengawasan keamanan dan mutu pangan

terhadap produk pangan baik segar maupun olahan.

1.4. Tupoksi dan Core Business

Tugas pokok dan fungsi tersebut menunjukkan bahwa area inti (core

area) Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Riau adalah melakukan

pengembangan, implementasi (sosialisasi dan asistensi), pelayanan serta

pemantauan evaluasi terhadap kewaspadaan dan ketahanan pangan di

daerah. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam

Undang-Undang No. 7 tahun 1996 menyatakan bahwa Pemerintah bersama

rakyat bertanggungjawab atas terwujudnya Ketahanan Pangan yang mantap,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

25

melalui pengembangan subsistim yang termuat dalam Sistem Ketahanan

Pangan, yaitu Subsistim Ketersediaan Pangan. Subsistim Distribusi dan

Subsistim Konsumsi dan Keamanan Pangan

Struktur Organisasi :

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan

Lembaga Teknis Daerah Provinsi Riau sampai dengan tanggal 30 Januari

2011 adalah sebagai berikut :

Bagan 1: Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

26

Berlandaskan pada peraturan tersebut, seluruh bagian/bidang dan

subbagian/subbidang di lingkungan Badan Ketahanan Pangan (BKP)

mempunyai tugas pokok yang identik, yaitu:

Core Business :

Mengacu pada kebijakan tersebut maka pada tahun 2011 ini arah kebijakan

pembangunan Riau lebih difokuskan pada peningkatan IPM yang meliputi

aspek pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya

diharapkan mampu menyiapkan modal dasar pembangunan.

Bagi Riau, Tahun 2011 adalah tahun ketiga dalam pelaksanaan RPJMD

2011-2013 dalam rangka upaya pencapaian IPM sebesar 80. Pada tahap ini

kebijakan ekonomi daerah diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan dan berkualitas melalui pengembangan kegiatan utama

(core business) dengan mewujudkan tujuan bersama (common goals)

dengan berdasarkan potensi local untuk mengurangi disparitas

kesejahteraan antar wilayah serta memantapkan infrastruktur wilayah dalam

mendukung pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu dari 8

(delapan) common goals yang telah ditetapkan antara lain point 2 (dua)

yaitu Ketahanan Pangan, yang difokuskan pada komoditas beras, jagung,

kedelai dan ketersediaan protein hewani.

Berkaitan dengan penjelasan diatas, maka Ketahanan Pangan mempunyai

peran strategis dalam mendukung pelaksanaan pembangunan daerah Riau

“ Melaksanakan penyiapan administrasi rutin maupun teknis, penyusunan rencana di bidang ketahananan pangan, pemantauan evaluasi terhadap ketersediaan, pengadaan, cadangan pangan, kerawanan pangan dan keamanan pangan, pengembangan pangan dan analisis pola konsumsi pangan, inventarisasi, pembinaan, penyediaan dukungan dan kerjasama dengan lembaga ketahanan pangan, penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan dan ketahanan pangan ”.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

27

Tahun 2011 dan berbagai upaya pelaksanaan program dan kegiatan

ketahanan pangan 2011 adalah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan

ekonomi sebagai perwujudan pembangunan social dan ekonomi sebagai

bagian dari pembangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu, upaya

peningkatan kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan cadangan

pangan, distribusi dan harga pangan, serta peningkatan kualitas konsumsi

dan keamanan pangan akan terus dilaksanakan sebagai penggerak utama

pembangunan social-ekonomi daerah. Dengan demikian, program-program

peningkatan ketahanan pangan perlu diarahkan untuk mendorong

terciptanya kondisi social-ekonomi yang kondusif menunju ketahanan

pangan yang mantap dan berkelanjutan.

1.5. Sistematika Penyajian

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau (LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Riau disusun dengan sistematika : IKHTISAR EKSEKUTIF

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Dasar Hukum Penyusunan LAKIP SKPD

1.3. Aspek Strategis yang Berpengaruh

1.4. Tupoksi dan Core Business

1.5. Sistematika Penulisan

BAB II : RENCANA STRATEJIK

2.1. Rencana Stratejik 2011 – 2013

2.2. Rencana Kinerja Tahun 2011

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

28

2.3. Anggaran Tahun 2011

BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Kerangka Pengukuran Kinerja

3.2. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011

3.3. Analisis Capaian Kinerja

3.4. Akuntabilitas Keuangan 3.5. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kegiatan

BAB IV : PENUTUP

4.1. Keberhasilan dan Kegagalan Kinerja 4.2. Kendala dan Hambatan dalam Pencapaian Sasaran

4.3. Strategi Pemecahan Masalah

LAMPIRAN – LAMPIRAN :

- Lampiran 1 : Formulir Rencana Stratejik (RS) Tahun 2011 – 2013

- Lampiran 2 : Formulir Rencana Kinerja Tahun (RKT) Tahun 2011

- Lampiran 3 : Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)

Tahun 2011

- Lampiran 4 : Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Tahun

2011

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

29

RENCANA STRATEJIK

2.1. Rencana Stratejik 2011-2013

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau mempunyai rencana strategis

yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima)

tahun yang dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis Tahun 2011-2013.

Selanjutnya, kinerja yang ingin dicapai dalam tahun 2011 dituangkan dalam

dokumen Renja Tahun 2011.

Pada dasarnya, perencanaan strategis merupakan tipe perencanaan

yang timbul akibat kegagalan perencanaan rasional-komprehensif yang gagal

mengatasi permasalahan secara menyeluruh. Selain itu pemegang policy

dalam perencanaan strategik tidak dimonopoli oleh para teknokrat saja,

melainkan harus adanya konsensus bersama antara stakeholders sesuai

sistem yang berlaku. Terkait dengan permasalahan tersebut, maka

pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan renstra adalah melalui proses

teknis-rasional dan proses politis.

Pernyataan visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau sepenuhnya

mengacu pada pernyataan visi Riau Pembangunan 2020, yaitu sebagai:

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau mendukung peran

Pemerintahan Provinsi Riau itu melalui implementasi core area Badan

“ Terwujudnya Ketahanan Pangan yang mantap dalam

menciptakan masyarakat yang berkwalitas tahun 2020“

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

30

Ketahanan Pangan, yaitu: “ mewujudkan kondisi ketahanan pangan

penduduk Riau sampai pada tingkat rumah tangga sebagai sasaran

mikro baik kecukupan kuantum maupun kwalitas pangan dengan

memperhatikan aspek 3B ( Beragam, Bergizi, Berimbang ), jaminan

mutu dan kemanan pangan serta terjangkau akan daya beli

masyarakat ”. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau berkeinginan

menjadi katalisator pembaharuan sistim ketahanan pangan yang kuat,

dinamis dan sinergis.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Badan Ketahanan Pangan

menetapkan misi sebagai berikut:

Meningkatkan keseimbangan system ketahanan pangan dalam

mewujudkan ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan.

Meningkatkan koordinasi lintas pelaku dan wilayah dalam

memantapkan sistim ketahanan pangan wilayah sebagai bagian

dari ketahahan pangan Nasional.

Mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya

menciptakan kondisi ketahanan pangan ditingkat rumah tangga

Meningkatkan kapasitas dan kompetensi aparat dan kelembagaan

ketahanan pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan wilayah.

Mengoptimalkan potensi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Strategis dalam mewujudkan Ketahanan Pangan.

VIS

I BA

DA

N K

ETA

HA

NA

N P

AN

GA

N

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

31

Adapun tujuan strategis dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5

(lima) tahun adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan membangun subsistim ketersediaan, subsistim

konsumsi dan subsistim distribusi yang sinergik dan berkelanjutan.

2. Meningkatkan kewaspadaan pangan ditingkat wilayah dengan

meningkatkan kemampuan mengenali dan mengantisipasi secara dini

masalah kerawanan pangan.

3. Meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan, mengenali mutu dan

keamanan pangan yang beragam, bermutu dan bergizi serta menurunnya

tingkat keracunan konsumsi pangan.

4. Meningkatkan koordinasi dan peran aparatur serta masyarakat sehingga

mampu mewujudkan koordinasi dalam membangun Ketahanan Pangan.

Rumusan Visi dan Pernyataan Misi Badan Ketahanan Pangan tahun

2006-2011 merupakan dasar penetapan kinerja tahunan. Seiring dengan

perubahan peraturan perundangan yang terjadi pada tahun 2007, dengan

terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737) dan Peraturan Pemerintah

Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran

Negara tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4741); perwujudkan kinerja ketahanan pangan menjadi

lebih banyak memperoleh tantangan-tantangan yang semakin komplek.

Sehingga perlu dilakukan re-orientasi Rencana Strategis dan Implementasi

Kebijakan Pembangunan Ketahanan Pangan untuk menjawab tantangan

tersebut.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

32

Program yang akan dilaksanakan dalam hubungannya dengan tujuan

tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.

3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur.

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja

dan Keuangan.

6. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.

7. Program Peningkatan Ketahanan Pangan/Pertanian/Perkebunan.

2.2. Rencana Kinerja Tahun 2011.

Seperti yang telah disampaikan di bagian sebelumnya, terdapat 6 (enam) sasaran yang ingin dicapai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau. Uraian sasaran dengan indikator dan rencana tingkat capaian/target tahun 2011 ini yaitu :

1. Tersedianya bahan pangan dan cadangan pangan di Provinsi,

Kabupaten/Kota dan Rumah Tangga, dengan indikator sasaran sebanyak

0 ton dan rencana tingkat capaian/target sebanyak 200 ton.

2. Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup sejumlah 2200

KKal/Kap/hari untuk energi dan 50 Gram/Kap/hari untuk protein

3. Tercapainya konsumsi pangan penduduk sesuai dengan Pola Pangan

Harapan , dengan konsumsi energi sebesar 2050 KKal/Kap/hari dan

Protein sebesar 52 gr/Kap/hari.

4. Meningkatnya keragaman dan kualitas konsumsi dengan pendekatan

beragam, berimbang dan bergizi dengan kontribusi padi-padian 53,6 %

umbi-umbian 3,0 %, Kacang-kacangan 2,4 %, pangan hewani 7,1 %,

sayur dan buah 3,8 %, minyak dan lemak 16,5 %, gula 6,5 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

33

5. Berkurangnya daerah rawan pangan di 12 Kabupaten/Kota.

6. Meningkatnya kapasitas kelembagaan ketahanan pangan masyarakat di

12 Kabupaten/Kota.

7. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap produk bahan

pangan yang berbahaya bagi kesehatan, dengan indikator sasaran

sebanyak 5 Lokasi SD di Kab. dan rencana tingkat capaian/target

sebanyak 4 Lokasi SD di Kab.

8. Mengembangkan dan perbaikan sistem distribusi pangan yang efektif dan

efisien dalam rangka stabilitas pangan yang lebih merata, dengan

indikator sasaran sebanyak 150 Gapoktan LDPM di 9 Kab. & 2 Kota

dan rencana tingkat capaian/target sebanyak 18 Gapoktan LDPM di 9

Kab. & 2 Kota.

Dalam rangka pencapaian sasaran dengan rencana tingkat pencapaian yang

telah ditentukan, pada tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

melaksanakan program dan kegiatan yang bersumber dari APBD yaitu sebagai berikut :

PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI

Kegiatan Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BKP Prov. Riau

PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASANA APARATUR : Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Aparatur.

PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR : Kegiatan dalam upaya peningkatan disiplin Aparatur.

PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR

Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur.

PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

34

Kegiatan Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan Internal Badan Ketahanan Pangan

PROGRAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

1. Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Daerah.

2. Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi,

Berimbang dan Aman (3B+)

3. Penanggulangan Daerah Rawan Pangan

4. Penumbuhan Lembaga Distribusi Pangan (LDPM)

PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN :

1. Kegiatan Pengembangan Desa Mandiri Pangan

2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan

3. Pengembangan/Koordinasi OKKPD (Otoritas Kompetensi Mutu dan

Keamanan Pangan Daerah) Provinsi Riau.

4. Penyusunan Statistik Pangan

5. Sinkronisasi Peningkatan Ketahanan Pangan

6. Lomba Cipta Menu 3 B+ Tingkat Provinsi dan Nasional

7. Replikasi Special Programme For Food Security (SPFS)

8. Hari Pangan Sedunia (HPS), Pemberian Penghargaan Ketahanan

Pangan

9. Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

10. Pemberdayaan Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3)

Pondok Pesantren

11. Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam

Ketahanan Pangan

12. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan

Food Insecurity Atlas (FIA).

13. Pemantauan dan Analisis Distribusi Harga Pangan

14. Mengikuti Pameran dalam rangka Hari Krida Pertanian dan Pekan

Nasional Tani Nelayan Andalan serta HUT Provinsi Riau / Riau Expo

2011.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

35

15. Penyusunan dan Analsis Neraca Bahan Makanan (NBM)

16. Analisis Situasi Konsumsi Pangan, Penganekaragaman dan Kemanan

Pangan.

17. Pembinaan dan Peningkatan Akses Pangan Masyarakat Desa

2.3. Anggaran Tahun 2011

Sumber Dana APBD :

Tahun anggaran 2011 Badan Ketahanan Pangan Melaksanakan

7 (tujuh) program dan 39 kegiatan, 5 (lima ) program dengan 18

kegiatan merupakan program yang ada di setiap SKPD sedangkan 2

(dua) program dengan 21 kegiatan yang lansung dilaksanakan oleh

Badan Ketahanan Pangan sebagai kegiatan pembangunan yaitu

program peningkatan kesejahteraan petani dengan 4 (empat) kegiatan

dan anggaran sejumlah Rp. 1.000.000.000,- Program peningkatan

ketahanan pangan pertainan/perkebunan dengan kegiatan sebanyak

17 (tujuh belas) kegiatan dengan anggaran sejumlah Rp.

2.749.985.850,-

Tabel Program dan kegiatan tahun anggaran 2011 sebelum dan setelah perubahan sebagai berikut :

No Nama Kegiatan Sebelum Perubahan

Setelah Perubahan

I Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 686.121.500,00 706.121.500,00 1 Penyediaan jasa surat menyurat 32.121.500,00 32.121.500,00

2 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik 175.000.000,00 195.000.000,00

3 Penyediaan jasa kebersihan kantor 70.000.000,00 70.000.000,00

4 Penyediaan Alat Tulis Kantor 65.000.000,00 65.000.000,00

5 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan 54.000.000,00 54.000.000,00

6 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

10.000.000,00 10.000.000,00

7 Penyediaan makanan dan minuman 30.000.000,00 30.000.000,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

36

8 Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah 250.000.000,00 250.000.000,00

II Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 380.644.000,00 440.644.000,00

9 Pengadaan perlengkapan gedung kantor 75.000.000,00 75.000.000,00

10 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor 58.860.000,00 78.860.000,00

11 Pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan 60.000.000,00 60.000.000,00

12 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor 35.000.000,00 35.000.000,00

13 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor

51.784.000,00 91.784.000,00

14 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor 100.000.000,00 100.000.000,00

III Program Peningkatan Disiplin Aparatur 43.850.000,00 43.850.000,00

15 Pengadaan Pakaian Olahraga dan Kelengkapannya 43.850.000,00 43.850.000,00

IV Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 50.000.000,00 50.000.000,00

16 Pendidikan dan Pelatihan Formal 25.000.000,00 25.000.000,00

17 Pembinaan Mental dan Fisik Aparatur 25.000.000,00 25.000.000,00

V Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

30.000.000,00 30.000.000,00

18 Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD 30.000.000,00 30.000.000,00

VI Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00

19 Pengembangan Cadangan Pangan Daerah 400.000.000,00 400.000.000,00

20 Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman (3 B+)

250.000.000,00 250.000.000,00

21 Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan

150.000.000,00 150.000.000,00

22 Penumbuhan dan Pembinaan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

200.000.000,00 200.000.000,00

VII Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan

2.749.985.850,00 2.749.985.850,00

23 Pengembangan Desa Mandiri Pangan 500.000.000,00 500.000.000,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

37

24 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan 100.000.000,00 100.000.000,00

25 Pengembangan/Koordinasi OKKPD (Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah) Provinsi Riau

100.000.000,00 100.000.000,00

26 Penyusunan Statistik Pangan 50.000.000,00 50.000.000,00

27 Sinkronisasi Peningkatan ketahanan Pangan 150.000.000,00 150.000.000,00

28 Lomba Cipta Menu 3 B+ Tingkat Provinsi dan Nasional 350.000.000,00 350.000.000,00

29 Replikasi Special Programme for food Security (SPFS) 175.000.000,00 175.000.000,00

30 Hari Pangan Sedunia (HPS) Pemberian Penghargaan Ketahanan

250.000.000,00 250.000.000,00

31 Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan 100.000.000,00 100.000.000,00

32 Pemberdayaan Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) Pondok Pesantren

300.000.000,00 300.000.000,00

33 Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan

150.000.000,00 150.000.000,00

34 Pengembagnan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Food Insecurity Atlas (FIA) 100.000.000,00 100.000.000,00

35 Pemantauan dan Analisis Distribusi dan Harga Pangan 100.000.000,00 100.000.000,00

36 Mengikuti Pameran dalam Rangka Hari Krida Pertanian dan Pekan Nasional Tani Nelayan Andalan, serta HUT Provinsi Riau/Riau Expo

100.000.000,00 100.000.000,00

37 Pemantauan dan Analisis Neraca Bahan Makanan (NBM) 74.985.850,00 74.985.850,00

38 Analisis Situasi Konsumsi Pangan, Penganekaragaman Dan Keamana Pangan

75.000.000,00 75.000.000,00

39 Pembinaan dan Analalisis Akses Pangan Masyarakat Pedesaan

75.000.000,00 75.000.000,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

38

Sumber Dana APBN :

Sesuai Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan disebutkan bahwa Dekonsentrasi

adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur sebagai

wakil Pemerintah dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu.

Sedangkan Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang

dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak

termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

Untuk dana dekonsentrasi yang dikelola oleh Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Riau tahun 2011 di prioritaskan untuk kegiatan 1). Lembaga

Distribusi Pangan Masyaraskat (LDPM) dengan sasaran Gabungan Kelompok

Tani (Gapoktan) untuk stabilisasi harga, 2). Lumbung Pangan dengan

sasaran pemberdayan lumbung pangan untuk cadangan pangan, dan

3).Percepatan Diversifikasi Pangan dengan sasaran pengembangan lokal

serta perbaikan gizi bagi anak SD dan MI di pedesaan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan tahun

2011 dilaksanakan melalui Program Peningkatan Diversifikasi dan

Ketahanan Pangan Masyarakat dengan kegiatan sebagai berikut:

Dekonsentrasi Rp.

No. Kegiatan Anggaran

1. Pengembangan Sistem Distribusi Dan Stabilitas Harga Pangan

1.819.462.000,-

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

1.490.000.000,-

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

680.000.000,-

JUMLAH 3.989.462.000,-

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

39

Tugas Pembantuan Rp.

No. Kegiatan Anggaran

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

1.901.500.000,-

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

1.054.100.000,-

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

100.000.000,-

JUMLAH 3.055.600.000,-

1. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas harga Pangan a. Jumlah Gapoktan yang diberdayakan b. Jumlah Lumbung Pangan yang diberdayakan c. Laporan pemantauan/pengumpulan data distribusi, harga dan

cadangan pangan d. Laporan pengembangan model pemantauan distribusi, harga dan

cadangan pangan

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar a. Pemanatauan, monitoring, evaluasi dan perumusan kebijakan

P2KP b. Laporan Promosi P2KP c. Situasi Konsumsi Pangan Penduduk d. Laporan hasil kerjasama dengan perguruan tinggi e. Hasil penguatan kelembagaan keamanan pangan

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

a. Dokumen perencanaan, penganggaran dan laporan keuangan

Tahun anggaran 2011 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

dialokasikan anggaran dekonsentrasi sebesar Rp. 3.989.462.000 yang yang

dilaksanakan melalui Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan

Pangan Masyarakat, serta Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp.

3.055.600.000 yang juga dilaksanakan melalui Program Peningkatan

Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat.

Pada alokasi dana tugas pembantuan yang dilaksanakan oleh Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau tahun 2011 terdapat 5 (lima)

Kabupaten/Kota Pelakana Kegiatan yaitu Kabupaten Rokan Hilir Rp.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

40

316.000.000, Kabupaten Siak Rp. 500.700.00, Kabupaten Kuantan Singingi

Rp. 444.000.000, Kota Pekanbaru Rp. 665.700.000, dan Kota Dumai Rp.

447.700.000,.

Pada tingkat Kabupaten juga dialokasikan dana Tugas Pembantuan

di 6 (enam) Kabupaten yaitu Kabupaten Pelalawan Rp. 1.151.700.000,

Kabupaten Indragiri Hulu Rp. 873.700.000, Kabupaten Indragiri Hilir Rp.

689.700.000, Kabupaten Kampar Rp. 1.074.700.000, Kabupaten Bengkalis

Rp. 1.111.700.000, dan Kabupaten Rokan Hulu Rp. 753.700.000,- Realisasi

anggaran APBN 2011 per Satuan Kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel anggaran dan realisasi Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan :

No Satker Jumlah anggaran Semula (Rp)

Jumlah Anggaran Revisi (Rp)

Realisasi (Rp) %

I Dekonsentarsi

1 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau 3.989.462.000 3.989.462.000 3.823.087.500 95,83Jumlah I

3.989.462.000 3.989.462.000 3.823.087.500 95,83

II Tugas Pembantuan1 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau 3.055.600.000 3.055.600.000 2.751.419.600 90,052 BADAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN

KETAHANAN PANGAN KAB.KAMPAR 1.074.700.000 1.074.700.000 960.000.000 89,33

3 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN KAB. INDRAGIRI HULU 873.700.000 873.700.000 872.200.000 99,83

4 BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PELALAWAN 1.151.700.000 1.151.700.000 1.082.046.200 93,95

5 BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KAB. INDRAGIRI HILIR 689.700.000 689.700.000 684.300.000 99,22

6 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN KAB.BENGKALIS 1.111.700.000 1.111.700.000 729.750.000 65,64

7 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULHAN KABUPATEN ROKAN HULU 753.700.000 753.700.000 752.002.000 99,77

Jumlah II 8.710.800.000 8.710.800.000 7.831.717.800 89,9112.700.262.000 12.700.262.000 11.654.805.300 91,77JUMLAH I+II

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

41

Kebijakan

1. Peningkatan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan :

Ketersediaan dan cadangan pangan berbasis sumberdaya

domestik.

Pemantapan kemandirian pangan.

Pemberdayaan ketahanan pangan.

2. Peningkatan Distribusi Pangan :

Pengembangan distribusi pangan.

Koordinasi dan sinkronisasi distribusi.

Pemberdayaan distribusi pangan.

3. Peningkatan Konsumsi dan Keamanan Pangan :

Konsumsi dan keamanan pangan berbasis pangan lokal.

Penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya,

kelembagaan, berdaya dan kearifan lokal.

Peningkatan keamanan pangan.

4. Peningkatan Manajemen Ketahanan Pangan :

Pelayanan prima.

Koordinasi pusat dan daerah, lintas sektor.

Partisipasi dan peran masyarakat.

Optimalisasi Dewan Ketahanan Pangan

Tujuan Memberdayakan aparat dan masyarakat supaya memaksimalkan

pemanfaatan sumberdaya dan mengatasi kendala dalam pemantapan

ketahanan pangan keluarga.

Sasaran Kegiatan APBN 2011 1. Dipertahankannya ketersediaan pangan sebesar 2.200 Kkal/kap/hari.

2. Terpenuhinya rata-rata konsumsi energi 2.050 Kkal/Kap/Hari dan protein

52 Gram/Kap/Hari .

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

42

3. Terbinanya pemantapan ketahanan pangan keluarga :

4. Pengembangan Desa Mandiri Pangan di 12 Kab/Kota se Provinsi Riau

(6 Kabupaten TP Murni, 5 Kab/Kota TP Provinsi ;

5. Penanganan Daerah Rawan Pangan di 12 Kab/Kota se Provinsi Riau;

6. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, 18 Gapoktan tahun

2010 dan 4 Gapoktan tahun 2011;

7. Pengembangan Lumbung Pangan 16 Lumbung tahun 2011 , 9

(Sembilan) Kelompok lumbung pangan dengan rincian; 2 kelompok

lumbung pangan tahap penumbuhan, 7 kelompok lumbung pangan

tahap pengembangan dan 7 (tujuh) Kelompok pengolahan sagu terdiri

dari 2 kelompok sagu tahap penumbuhan, 5 kelompok sagu tahap

pengembangan.

8. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan 130 Desa di 7 Kab

2 Kota Tugas Pembantuan, melalui 120 SD/MI, Kelompok Wanita Tani,

Pekarangan dan Usaha Rumah Tangga;

9. Penanganan dan Pengembangan Keamanan Pangan Segar di 3 Kab

dan 1 Kota

Dekonsentrasi

Sesuai Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan disebutkan bahwa Dekonsentrasi

adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur sebagai

wakil Pemerintah dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu.

Sedangkan Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang

dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak

termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

Untuk dana dekonsentrasi yang dikelola oleh Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Riau tahun 2011 di prioritaskan untuk kegiatan 1). Lembaga

Distribusi Pangan Masyaraskat (LDPM) dengan sasaran Gabungan Kelompok

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

43

Tani (Gapoktan) untuk stabilisasi harga, 2). Lumbung Pangan dengan

sasaran pemberdayan lumbung pangan untuk cadangan pangan, dan

3).Percepatan Diversifikasi Pangan dengan sasaran pengembangan lokal

serta perbaikan gizi bagi anak SD dan MI di pedesaan

Tugas Pembantuan

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah

dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota

dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa

untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan

mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Dana

Tugas Pembantuan Provinsi adalah dana yang berasal dari APBD Provinsi

yang dilaksanakan oleh kabupaten, atau kota dan desa yang mencakup

semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas

pembantuan dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten, atau

Kota, dan/atau Desa.

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau pada tahun 2011 juga

mendapatkan dana tugas pembantuan, dimana terdapat beberapa

kabupaten/kota pelaksana selain Satuan Kerja Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir. Kabupaten Siak, Kabupaten

Kuantan Singingi, Kota Dumai dan Kota Pekanbaru. Untuk Kabupaten yang

secara langsung mendapatkan dana tugas pembantuan yaitu Kabupaten

Kampar, Kabupaten Pelalawan, kabupaten Indragiri Hilir, Kabpaten Indragiri

Hulu, Kabupaten bengkalis dan Kabupaten Rokan Hulu.

Prioritas kegiatan yang dilaksanakan melalui program peningkatan

ketahanan pangan adalah 1). Pengembangan Desa Mandiri Pangan yang

dilakukan oleh semua Kabupaten/Kota, 2). Pengembangan Pangan Lokal

dengan bantuan alat penepungan di 5 Kabupaten/kota tugas pembantuan,

sedangkan yang dilaksanakan melalui program peningkatan kesejahteraan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

44

petani adalah penanganan daerah rawan pangan yang dilakukan oleh Provinsi

dan Kabupaten/Kota

Kegiatan APBN 2011

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan tahun

2011 dibagi dalam 1 (satu) Program dan 3 (tiga) kelompok kegiatan yaitu

kegiatan utama dan penunjang, kegiatan-kegiatan utama yaitu :

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas harga Pangan

a. Jumlah Gapoktan yang diberdayakan

b. Jumlah Lumbung Pangan yang diberdayakan

c. Laporan pemantauan/pengumpulan data distribusi, harga dan cadangan

pangan

d. Laporan pengembangan model pemantauan distribusi, harga dan

cadangan pangan.

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

a. Pemanatauan, monitoring, evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP

b. Laporan Promosi P2KP

c. Situasi Konsumsi Pangan Penduduk

d. Laporan hasil kerjasama dengan perguruan tinggi

e. Hasil penguatan kelembagaan keamanan pangan

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

a. Dokumen perencanaan, penganggaran dan laporan keuangan

Sedangkan kegiatan penunjang yaitu : Pengembangan Manajemen

Kelembagaan Ketahanan Pangan (Pembinaan Program dan rencana Kerja,

Akuntansi Keuangan/Monev, Updating data Statistik, Pengembangan

Kelembagaan).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

45

AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran Kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan

dan kegagalan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah.

Pengukuran tersebut merupakan hasil suatu penilaian yang sistematik

dan didasarkan pada kelompok indikator masukan, keluaran dan hasil.

Penilaian ini merupakan proses pengolahan masukan menjadi keluaran

dan hasil terhadap pencapaian sasaran dan tujuan.

3.1. Kerangka Pengukuran Kinerja

Kerangka pengukuran kinerja merupakan beberapa tahapan yang

berawal dari pengumpulan data kinerja hingga pengukuran kinerja.

Indikator yang digunakan sebagai instrumen acuan telah ditetapkan

dalam perencanaan kinerja yang terdapat dalam Rencana Kinerja.

Pengukuran kinerja dilakukan dalam format Pengukuran Kinerja

Kegiatan (PKK) dan format Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS).

Rumusan yang digunakan untuk mengtahui presentase tingkat capaian

digunakan 2 (dua) rumusan yaitu :

Semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian rencana

tingkat capaian yang semakin baik, maka digunakan

rumusan :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

46

Persentase Pencapaian

Rencana Tingkat

Capaian

Realisasi

= x 100%

Rencana

Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah

pencapaian rencana tingkat pencapaian, maka digunakan

rumus :

Persentase

Pencapaian Rencana

Tingkat Capaian

Realisasi-(Realisasi-Rencana)

= x 100%

Rencana

Penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil

pengitungan dengan skala sebagai berikut :

Lebih dari 100 % : Sangat Baik

100% > nilai > 80 % : Baik

80 % > nilai > 50 % : Cukup

50% > Nilai : Kurang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

47

3.2. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011.

Sasaran Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun Anggaran 2011

dapat dilihat capaian kinerjanya pada tabel berikut :

No. Sasaran Indikator Sasaran Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi Prosentase

Tingkat Capaian

1 2 3 4 5 6 7 1. Tersedianya bahan

pangan dan cadangan pangan di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Rumah Tangga,

Jumlah Cadangan beras Pemerintah

Provinsi ton 200 0 0

2. Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup baik untuk energi maupun untuk protein

Tersedianya data konsumsi pangan

Energi (KKal/Kap

/Hr)

Protein (Gram/Ka

p/Hr)

2200

52

2050

50

93,18

96,15

3. Perbaikan menu makanan rakyat yang bermutu, beragam, bergizi seimbang, aman, halal dan meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan sesuai potensi sumberdaya lokal.

Tercapainya Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) Riau

HPP konsumsi

HPP

Ketersediaan

100

100

78,5

79,4

78,5

79,4

4. Berkurangnya daerah rawan pangan

Tidak terjadinya kerawanan pangan Kab 12 12 100

5. Meningkatnya kapasitas kelembagaan ketahanan pangan masyarakat

Terlaksananya penguatan

kelembagaan pangan masyarakat

Kab/Kota 12 12 100

6 Pemberdayaan ekonomi dan perbaikan gizi bagi anak SD/MI, di perdesaan

Tidak terjadiny kekurangan Gizi pada anak SD/MI

Unit 120 120 100

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

48

7 Mengembangkan dan perbaikan sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien dalam rangka stabilitas pangan yang lebih merata

Meningkatkannya kemampuan kelembagaan

Gapoktan dalam mengembangkan

unit usaha distribusi hasil pertanian

untuk mendorong stabilitas harga

pangan strategis

Gapoktan

Lumbung

18

16

18

16

100

100

8. Pengembangan Pangan Lokal melalui usaha tepung-tepungan di 5 Kabupaten 1 Kota (Dekonsentrasi)

Berkembangny pangan lokal

tepung-tepungan Kab/kota 6 6 100

9. Terbinanya pemantapan ketahanan pangan keluarga :

Terlaksananya pengembangan

desa yang mandiri pangan

desa 22 22

100

JUMLAH 87,27

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pencapaian kinerja sasaran Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2011 adalah 87,27 %.

Untuk pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, pencapaian kinerja

21 (dua puluh satu) kegiatan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Riau pada tahun 2011 dapat dilihat pada pada tabel berikut :

No. Kegiatan Persen

Capaian Input

Persen Capaian Output

Persen Capaian Outcome

Rata2

1. Pengembangan Cadangan Pangan Daerah 96,82 100,00 100,00 98,94

2. Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman (3B+)

94,61 100,00 100,00 98,20

3. Penanggulangan Daerah Rawan Pangan 97,89 100,00 100,00 99,30

4. Penumbuhan Lembaga Distribusi Pangan 98,10 100,00 100,00 99,37

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

49

Masyarakat (LDPM) 5. Pengembangan Desa

Mandiri Pangan 96,80 100,00 100,00 98,93

6. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan

97,02 100,00 100,00 99,01

7. Pengembangan/Koordinasi OKKPD (Otoritas Kompetensi Mutu dan Keamanan Pangan Daerah) Provinsi Riau

94,17 98,00 100,00 97,39

8. Penyusunan Statistik Pangan 97,61 100,00 100,00 99,20

9. Sinkronisasi Peningkatan Ketahanan Pangan 97,79 100,00 100,00 99,26

10. Lomba Cipta Menu 3 B+ Tingkat Provinsi dan Nasional

95,27 100,00 100,00 98,42

11. Replikasi Special Programme For Food Security (SPFS)

99,42 100,00 100,00 99,81

12. Hari Pangan Sedunia (HPS), Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan

97,16 100,00 100,00 99,05

13. Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

88,24 100,00 100,00 96,08

14. Pemberdayaan Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) Pondok Pesantren

97,36 100,00 100,00 99,12

15. Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan

96,32 100,00 100,00 98,77

16. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Food Insecurity Atlas (FIA)

89,01 96,00 100,00 95,00

17. Mengikuti Kegiatan Pameran dalam rangka Hari Krida Pertanian dan Pekan Nasional Tani Nelayan Andalanserta HUT Provinsi Riau/Riau Expo 2011

99,78 100,00 100,00 99,93

18. Penyusunan dan Analisis 94,04 100,00 96,04

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

50

Neraca Bahan Makanan (NBM)

94,08

19. Analisi Situasi Konsumsi Pangan, Penganekaragaman Dan Keamanan Pangan

95,87 100,00 100,00 98,62

20. Pemantauan dan Analisis Distribusi Harga Pangan 99,98 100,00 100,00 99,99

21. Pembinaan dam Peningkatan Akses Pangan Masyarakat

98,33 100,00 100,00 99,44

JUMLAH 98,57 Keterangan : Makin besar angka persentase hasil penilaian, makin baik kinerja

pelaksanaan kegiatan tersebut. Tabel di atas menunjukkan pencapaian kinerja kegiatan Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2011 adalah 98,57 %. Dengan

catatan bahwa untuk kegiatan-kegiatan dalam program pilihan penilaian

“Persen Capaian Outcome” adalah angka capaian outcome

harapan, sedangkan kegiatan-kegiatan dalam program wajib

penilaiannya adalah output kegiatan langsung dirasakan manfaatnya.

Pencapaian kinerja untuk kegiatan yang bersumber dari APBN adalah

sebagai berikut :

Dekonsentrasi

No. Kegiatan Persen

Capaian Input

Persen Capaian Output

Persen Capaian Outcome

Rata2

1. Pengembangan Sistem Distribusi Dan Stabilitas Harga Pangan

96,76 100 100 98,92

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

92,95 85 100 92,65

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

99,66 100 100 99,89

JUMLAH 97,15

Tugas Pembantuan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

51

No. Kegiatan Persen

Capaian Input

Persen Capaian Output

Persen Capaian Outcome

Rata2

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

90,61 100 100 96,87

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

90,78 100 100 96,93

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

71,58 100 100 90,53

JUMLAH 94,77

Tabel di atas menunjukkan pencapaian kinerja kegiatan Badan yang

bersumber dari APBN TA 2011 dari dana Dekonsentrasi 97,15

sedangkan Tugas Pembantuan adalah 94,77 %. Dengan catatan bahwa

untuk kegiatan-kegiatan dalam program pilihan penilaian “Persen

Capaian Outcome” adalah angka capaian outcome harapan.

3.3. Analisis Capaian Kinerja.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa terdapat tujuan dan

sasaran yang ditargetkan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

Tahun 2011. Berikut ini adalah rincian sasaran, indikator, realisasi dan

kegiatan pendukung yang dilaksanakan tahun 2011 :

1. Tersedianya bahan pangan dan cadangan pangan di Provinsi,

Kabupaten/Kota dan Rumah Tangga. Indikator sasaran ini adalah

Jumlah Cadangan beras Pemerintah Provinsi sebanyak 545

ton. Realisasi sampai dengan tahun 2011 adalah 0 ton sehingga

angka capaiannya adalah 106 %. Kegiatan yang mendukung

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

52

sasaran ini adalah Kegiatan Fasilitasi Pengembangan

Cadangan Pangan Daerah Pemerintah Provinsi Riau.

2. Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup baik untuk energi

maupun untuk protein. Indikator sasaran ini adalah tercapainya

angka kecukupan energi sebesar Energi 2200(KKal/Kap/Hr) dan

protein 52 (Gram/Kap/Hr). Realisasi sampai dengan tahun 2011

adalah 2050(KKal/Kap/Hr) dan protein 50 (Gram/Kap/Hr) sehingga

angka capaiannya adalah 93,18 % dan 96,15 %. Kegiatan yang

mendukung sasaran ini adalah Kegiatan Gerakan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi,

Berimbang dan Aman (3B+).

3. Perbaikan menu makanan rakyat yang bermutu, beragam, bergizi

seimbang, aman, halal dan meningkatkan penganekaragaman

konsumsi pangan sesuai potensi sumberdaya lokal. Indikator sasaran

ini adalah Tercapainya Skor Pola Pangan Harapan (HPP) Riau skor

100 HPP Realisasi sampai dengan tahun 2011 adalah 78,5 HPP

konsumsi, HPP ketersediaan 79,4 sehingga angka capaiannya

adalah 78,75 % dan 79,4 %. Kegiatan yang mendukung sasaran

ini adalah Kegiatan Gerakan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman (3B+) dan .

Penyusunan dan Analisis Neraca Bahan Makanan (NBM).

4. Berkurangnya Daerah Rawan Pangan.

Indikator sasaran ini adalah Jumlah daerah rawan pangan baik yang

disebabkan oleh bencana alam dapat ditanggulangi di 12 kab/kota.

Realisasi sampai dengan tahun 2011 adalah 12 kab/kota sehingga

angka capaiannya adalah 100 %.

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah Kegiatan

Penanggulangan Daerah Rawan Pangan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

53

5. Meningkatnya kapasitas kelembagaan ketahanan pangan

masyarakat.

Indikator sasaran ini adalah Jumlah kapasitas kelembagaan

ketahanan pangan masyarakat di 12 kab/kota. Realisasi

peningkatan dan pembinaan kelembagaan sampai dengan tahun

2011 adalah 12 kab/kota sehingga angka capaiannya adalah 100

%.

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah Kegiatan

Pengembangan Desa Mandiri Pangan, Penumbuhan LDPM

dan Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan.

6. Pemberdayaan ekonomi dan perbaikan gizi bagi anak SD/MI, di

perdesaan.

Indikator sasaran ini adalah Jumlah terbinanya anak SD/MI di 5

sekolah. Realisasi sampai dengan tahun 2011 adalah 5 sekolah

sehingga angka capaiannya adalah 100 %.

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah Kegiatan Gerakan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi,

Berimbang dan Aman (3B+).

7. Mengembangkan dan perbaikan sistem distribusi pangan yang efektif

dan efisien dalam rangka stabilitas pangan yang lebih merata.

Indikator sasaran ini adalah Jumlah terbinanya 18 Gapoktan dan

terlaksananya pembangunan 11 lumbung pangan. Realisasi

sampai dengan tahun 2011 adalah pemahaman oleh 11

Gapoktan dan terbangunya 11 lumbung pangan sehingga

angka capaiannya adalah 100 %.

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah Kegiatan Fasilitasi

Pengembangan Cadangan Pangan daerah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

54

8. Pengembangan Pangan Lokal melalui usaha tepung-tepungan di 5

Kabupaten 1 Kota (Dekonsentrasi).

Indikator sasaran ini adalah Jumlah pangan lokal melalaui usaha

tepung-tepungan 6 kab/kota. Realisasi sampai dengan tahun

2011 adalah 6 kab/kota sehingga angka capaiannya adalah 100

%.

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah Kegiatan

pembinaan penganekaragaman dan kualitas konsumsi

pangan masyarakat.

9. Terbinanya pemantapan ketahanan pangan keluarga :

Indikator sasaran ini adalah Jumlah desa mandiri pangan

sebanyak 22 desa . Realisasi sampai dengan tahun 2011 adalah

22 desa sehingga angka capaiannya adalah 100 %.

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah Kegiatan

Pengembangan Desa Mandiri Pangan.

Dari tabel pencapaian kinerja kegiatan yang disampaikan pada tabel

sebelumnya, didapat angka pencapaian kinerja kegiatan Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA 2011 sebesar 87,27 %. Pada tabel

tersebut dapat dilihat tingkat rata-rata penilaian terkecil terdapat pada

kegiatan Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman (3B+) sebesar 75,70 %

dan tingkat rata-rata penilaian terbesar terdapat pada Kegiatan

Fasilitasi Pengembangan Cadangan Pangan Daerah yang

melebihi dari target sebesar 106 %, kegiatan lainnya dengan

tingkat rata-rata masing-masing persentase sebesar 100,00 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

55

Dengan angka capaian kinerja kegiatan Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau yang bersumber dari APBD yaitu sebesar 98,57 % dan

yang bersumber dari APBN dari dana Dekonsentrasi 97,15 sedangkan

Tugas Pembantuan adalah 94,77 % sesuai dengan format penilaian

kinerja termasuk dalam kategori pelaksanaan kegiatan dengan kinerja

yang baik.

3.4. Akuntabilitas Keuangan

Tahun anggaran 2011 Badan ketahanan pangan mendapat alokasi

anggaran APBD murni setelah perubahan sejumlah Rp.

13.051.945.054,- yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung Rp.

8,031,343,704,- dan Belanja Langsung Rp. 5.020.601.350,- dengan

jumlah program sebanyak 7 (Tujuh) program sebagai berikut :

N0

Program

Anggaran ( Rp )

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 706.121.500 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 440.644.000 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur 43.850.000 4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 50.000.000 5. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan

Capaian Kinerja dan Keuangan 30.000.000

6. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.000.000.000 7. Program Peningkatan Ketahanan

Pangan/Pertanian/Perkebunan 2.749.985.850

JUMLAH

5.020.601.350

Tahun anggaran 2011 Badan Ketahanan Pangan Melaksanakan 7

(tujuh) program dan 39 kegiatan, 5 (lima ) program dengan 18 kegiatan

merupakan program yang ada di setiap SKPD sedangkan 2 (dua) program

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

56

dengan 21 kegiatan yang lansung dilaksanakan oleh Badan Ketahanan

Pangan sebagai kegiatan pembangunan yaitu program peningkatan

kesejahteraan petani dengan 4 (empat) kegiatan dan anggaran sejumlah Rp.

1.000.000.000,-. Program peningkatan ketahanan pangan

pertainan/perkebunan dengan kegiatan sebanyak 17 (Tujuh belas) kegiatan

dengan anggaran sejumlah Rp. 2.749.985.850,-.

Tabel Program dan kegiatan tahun anggaran 2011 sebelum dan

setelah perubahan sebagai berikut :

No Nama Kegiatan Sebelum Perubahan

Setelah Perubahan

I Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 686.121.500,00 706.121.500,00

1 Penyediaan jasa surat menyurat 32.121.500,00 32.121.500,00

2 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik 175.000.000,00 195.000.000,00

3 Penyediaan jasa kebersihan kantor 70.000.000,00 70.000.000,00

4 Penyediaan Alat Tulis Kantor 65.000.000,00 65.000.000,00

5 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan 54.000.000,00 54.000.000,00

6 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

10.000.000,00 10.000.000,00

7 Penyediaan makanan dan minuman 30.000.000,00 30.000.000,00

8 Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah 250.000.000,00 250.000.000,00

II Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 380.644.000,00 440.644.000,00

9 Pengadaan perlengkapan gedung kantor 75.000.000,00 75.000.000,00

10 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor 58.860.000,00 78.860.000,00

11 Pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan 60.000.000,00 60.000.000,00

12 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor 35.000.000,00 35.000.000,00

13 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor

51.784.000,00 91.784.000,00

14 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor 100.000.000,00 100.000.000,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

57

III Program Peningkatan Disiplin Aparatur 43.850.000,00 43.850.000,00

15 Pengadaan Pakaian Olahraga dan Kelengkapannya 43.850.000,00 43.850.000,00

IV Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 50.000.000,00 50.000.000,00

16 Pendidikan dan Pelatihan Formal 25.000.000,00 25.000.000,00

17 Pembinaan Mental dan Fisik Aparatur 25.000.000,00 25.000.000,00

V Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

30.000.000,00 30.000.000,00

18 Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD 30.000.000,00 30.000.000,00

VI Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00

19 Pengembangan Cadangan Pangan Daerah 400.000.000,00 400.000.000,00

20 Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman (3 B+)

250.000.000,00 250.000.000,00

21 Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan

150.000.000,00 150.000.000,00

22 Penumbuhan dan Pembinaan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

200.000.000,00 200.000.000,00

VII Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan

2.749.985.850,00 2.749.985.850,00

23 Pengembangan Desa Mandiri Pangan 500.000.000,00 500.000.000,00

24 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan 100.000.000,00 100.000.000,00

25 Pengembangan/Koordinasi OKKPD (Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah) Provinsi Riau

100.000.000,00 100.000.000,00

26 Penyusunan Statistik Pangan 50.000.000,00 50.000.000,00

27 Sinkronisasi Peningkatan ketahanan Pangan 150.000.000,00 150.000.000,00

28 Lomba Cipta Menu 3 B+ Tingkat Provinsi dan Nasional 350.000.000,00 350.000.000,00

29 Replikasi Special Programme for food Security (SPFS) 175.000.000,00 175.000.000,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

58

30 Hari Pangan Sedunia (HPS) Pemberian Penghargaan Ketahanan

250.000.000,00 250.000.000,00

31 Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan 100.000.000,00 100.000.000,00

32 Pemberdayaan Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) Pondok Pesantren

300.000.000,00 300.000.000,00

33 Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan

150.000.000,00 150.000.000,00

34 Pengembagnan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Food Insecurity Atlas (FIA) 100.000.000,00 100.000.000,00

35 Pemantauan dan Analisis Distribusi dan Harga Pangan 100.000.000,00 100.000.000,00

36 Mengikuti Pameran dalam Rangka Hari Krida Pertanian dan Pekan Nasional Tani Nelayan Andalan, serta HUT Provinsi Riau/Riau Expo

100.000.000,00 100.000.000,00

37 Pemantauan dan Analisis Neraca Bahan Makanan (NBM) 74.985.850,00 74.985.850,00

38 Analisis Situasi Konsumsi Pangan, Penganekaragaman Dan Keamana Pangan

75.000.000,00 75.000.000,00

39 Pembinaan dan Analalisis Akses Pangan Masyarakat Pedesaan

75.000.000,00 75.000.000,00

TOTAL 4.940.601.350 5.020.601.350,-

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau pada tahun 2011 juga

mendapatkan sumber dana APBN Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

dengan 1 (satu) Program yaitu Program Peningkatan Diversifikasi Dan

Ketahanan Pangan Masyarakat pada masing-masing sumber dana dengan

rincian sebagai berikut :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

59

Dekonsentrasi Rp.

No. Kegiatan Anggaran

1. Pengembangan Sistem Distribusi Dan Stabilitas Harga Pangan

1.819.462.000,-

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

1.490.000.000,-

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

680.000.000,-

JUMLAH 3.989.462.000,-

Tugas Pembantuan Rp.

No. Kegiatan Anggaran

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

1.901.500.000,-

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

1.054.100.000,-

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

100.000.000,-

JUMLAH 3.055.600.000,-

Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan

Masyarakat yang dilakukan Badan Ketahanan Pangan bertujuan memfasilitasi

upaya koordinasi, pemantauan, pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan

serta pengembangan di bidang ketahanan pangan serta memfasilitasi upaya

peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah rawan

pangan dan gizi.

Untuk melihat Realisasi Fisik dan keuangan dari program/kegiatan yang telah dilaksanakan baik dari Anggaran APBD maupun APBN dapat dilihat

dibawah ini :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

60

APBD

JumlahAnggaran Bobot Volume

Rp (%) Kegiatan % Tertimbang % Rp1 3 4 5 6 7 8 9

A BELANJA TIDAK LANGSUNG 8.031.343.704 7.497.182.924

B BELANJA LANGSUNG

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 706.121.500 14,06 91,88 13,66 82,50 582.572.104

1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat 32.121.500 0,64 1 Tahun 70,00 0,45 18,49 5.940.000

2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik 195.000.000 3,88 1 Tahun 100,00 3,88 63,28 123.392.654

3 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 70.000.000 1,39 1 Tahun 100,00 1,39 99,79 69.851.550

4 Penyediaan Alat Tulis Kantor 65.000.000 1,29 1 Tahun 100,00 1,29 99,59 64.732.950

5 Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan 54.000.000 1,08 1 Tahun 100,00 1,08 99,93 53.962.000

6 Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan 10.000.000 0,20 1 Tahun 100,00 0,20 99,91 9.990.750

7 Penyediaan Makanan dan Minuman 30.000.000 0,60 1 Tahun 65,00 0,39 40,00 12.000.000

8 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah 250.000.000 4,98 1 Tahun 100,00 4,98 97,08 242.702.200

No FisikNama Kegiatan / Perincian KegiatanRealisasi

Keuangan

2

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

61

JumlahAnggaran Bobot Volume

Rp (%) Kegiatan % Tertimbang % Rp1 3 4 5 6 7 8 9

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 440.644.000 8,78 100,00 8,78 99,25 437.337.750

9 Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor 75.000.000 1,49 1 Tahun 100,00 1,49 99,56 74.671.000

10 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor 78.860.000 1,57 1 Tahun 100,00 1,57 98,77 77.889.000

11 Pemeliharaan Rutin/Berkala Mobil Jabatan 60.000.000 1,20 1 Tahun 100,00 1,20 98,58 59.149.600

12 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Peralatan Kantor 35.000.000 0,70 1 Tahun 100,00 0,70 99,56 34.845.000

13 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan 91.784.000 1,83 1 Tahun 100,00 1,83 99,30 91.138.150 Bangunan Kantor

14 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor 100.000.000 1,99 1 Tahun 100,00 1,99 99,65 99.645.000

Program Peningkatan Disiplin Aparatur 43.850.000 0,87 41.490.200

15 Pengadaan Pakaian Olahraga dan Kelengkapannya 43.850.000 0,87 95 orang 100,00 0,87 94,62 41.490.200

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 50.000.000 0,78 36.990.000

16 Pendidikan dan Pelatihan Formal 25.000.000 0,50 1 Tahun 60,00 0,30 54,20 13.550.000

17 Pembinaan Mental dan Fisik Aparatur 25.000.000 0,50 1 Tahun 97,00 0,48 93,76 23.440.000

No FisikNama Kegiatan / Perincian KegiatanRealisasi

Keuangan

2

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

62

Jumlah

Anggaran Bobot VolumeRp (%) Kegiatan % Tertimbang % Rp

1 3 4 5 6 7 8 9

30.000.000 0,60 30.000.000

18 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar 30.000.000 0,60 1 Lap 100,00 0,60 100,00 30.000.000 Realisasi Kinerja SKPD

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.000.000.000,00 100,00 14,94 0,97 966.851.000,00

19 Pengembangan Cadangan Pangan Daerah 400.000.000 7,97 19 klpk 100,00 7,97 96,82 387.292.000

20 250.000.000 4,98 6 Kab/kota 0,00 94,61 236.530.900 100,00

21 Penanggulangan Daerah Rawan Pangan 150.000.000 2,99 11 Kab/Kota 100,00 2,99 97,89 146.835.600

22 200.000.000 3,98 18 klpk tani 100,00 3,98 98,10 196.192.500

Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman (3B+)

Penumbuhan dan Pembinaan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

No FisikNama Kegiatan / Perincian KegiatanRealisasi

Keuangan

2

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Pencapaian Kinerja dan Keuangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

63

JumlahAnggaran Bobot Volume

Rp (%) Kegiatan % Tertimbang % Rp1 3 4 5 6 7 8 9

Program Peningkatan Ketahanan Pangan 2.749.985.850 99,26 54,57 0,96 2.646.257.650 23 Pengembangan Desa Mandiri Pangan 500.000.000 9,96 10 desa 100,00 9,96 96,08 480.399.500

24 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan 100.000.000 1,99 33 orang 100,00 1,99 97,02 97.016.800

25 100.000.000 1,99 11 Kab/kota 98,00 1,95 94,17 94.168.700

26 Penyusunan Statistik Pangan 50.000.000 1,00 20 bk,70 Pt 100,00 1,00 97,61 48.807.000

27 Sinkronisasi Peningkatan Ketahanan Pangan 150.000.000 2,99 33 orang 100,00 2,99 97,79 146.686.000

28 Lomba Cipta Menu 3 B+ Tingkat Provinsi dan Nasional 350.000.000 6,97 12 Kab/kota 100,00 6,97 95,27 333.456.400

29 Replikasi Special Programme For Food Security (SPFS) 175.000.000 3,49 41 klpk tani 100,00 3,49 98,62 172.580.800

30 250.000.000 4,98 12 Kab/kota 100,00 4,98 97,16 242.908.800

31 Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Riau 100.000.000 1,99 50 orang 100,00 1,99 88,24 88.241.000

32 300.000.000 5,98 3 ponpes 100,00 5,98 97,36 292.073.500

33 150.000.000 2,99 100 org 100,00 2,99 96,32 144.483.000 (4 klpk)

Pengembangan/Koordinasi OKKPD (Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah) Provinsi Riau

Hari Pangan Sedunia (HPS), Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan

Pemberdayaan Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) Pondok Pesantren

Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan

No FisikNama Kegiatan / Perincian KegiatanRealisasi

Keuangan

2

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

64

JumlahAnggaran Bobot Volume

Rp (%) Kegiatan % Tertimbang % Rp1 3 4 5 6 7 8 9

34 100.000.000 1,99 96,00 1,91 89,51 89.506.300

35 Pemantauan dan Analisis Distribusi Harga Pangan 100.000.000 1,99 11 Kab/Kota 100,00 1,99 99,98 99.982.000

36 Mengikuti Kegiatan Pameran dalam rangka Hari Krida 100.000.000 1,99 11 Kab/kota 100,00 1,99 99,78 99.783.000 Pertanian dan Pekan Nasional Tani NelayanAndalan , serta HUT Provinsi Riau / Riau Expo 2010

37 Penyusunan dan Analisis Neraca Bahan Makanan (NBM) 74.985.850 1,49 44 94,08 1,41 94,04 70.514.850

38 75.000.000 1,49 44 100,00 1,49 95,87 71.900.000

39 Pembinaan dan Peningkatan Akses Pangan Masyarakat 75.000.000 1,49 20 org 100,00 1,49 98,33 73.750.000 Desa petugas

No FisikNama Kegiatan / Perincian KegiatanRealisasi

Keuangan

2

Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Food Insecurity Atlas (FIA)

94,20 94,44 4.741.498.704

Analisis Situasi Konsumsi Pangan, Penganekaragaman Dan Keamanan Pangan

TOTAL DANA KEGIATAN 5.020.601.350 123

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

65

APBN (Dekonsentrasi)

REALISASI TTBRp. MURNI BLN JUMLAH BOBOT Rp. MURNI % BLN % JUMLAH % % %

1 2 3 4 5 (3+4) 6 7 8 (6:3) 9 10 (8:4) 11 (6+8) 12 (11:5) 13 14

14PROGRAM PENINGKATAN DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT

I. 1814 PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN 1.819.462.000 - 1.819.462.000 45,61 1.760.462.000 96,76 - - 1.760.462.000 96,76 100,00 45,61

1814.01 Jumlah Gabungan Kelompok Tani yang diberdayakan 893.900.000 893.900.000 22,41

838.400.000 93,79 838.400.000 93,79 100,00 22,41

1814.02 Jumlah Lumbung Pangan yang diberdayakan 595.562.000 595.562.000 14,93 595.562.000 100,00 595.562.000 100,00 100,00 14,93

1814.04 Laporan Pemantauan/Pengumpulan Data Distribusi, Harga dan cadnagan Pangan 120.000.000 120.000.000 3,01

119.500.000 99,58 119.500.000 99,58 100,00 3,01

1814.05 Laporan Pengembangan Model Pemantauan Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan 210.000.000 210.000.000 5,26

207.000.000 98,57 207.000.000 98,57 100,00 5,26

-

II. 1816PENGEMBANGAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN SEGAR 1.490.000.000 - 1.490.000.000 37,35 1.384.925.500 92,95 - - 1.384.925.500 92,95 85,00 31,75

1816.02 Pemantauan, Monitoring, Evaluasi dan Perumusan Kebijakan P2KP 690.000.000 690.000.000 17,30

672.713.000 97,49

672.713.000 97,49 100,00 17,30

1816.03 Laporan Promosi P2KP 200000000 200000000 5,01 194.962.500 97,48 194.962.500 97,48 100,00 5,01 1816.04 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk 150.000.000 150.000.000 3,76 150.000.000 100,00 150.000.000 100,00 100,00 3,76

1816.06 Laporan Hasil Kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Univ/STPP) 100.000.000 100.000.000 2,51

18.000.000 18,00

18.000.000 18,00 25,00 0,63

1816.09 Hasil Penguatan Kelembagaan Keamanan Pangan 350.000.000 350.000.000 8,77 349.250.000

99,79 349.250.000

99,79 100,00 8,77

III 1817 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA BADAN KETAHANAN PANGAN 680.000.000 680.000.000 17,04 677.700.000 677.700.000 99,66 100,00 17,04

1817.01 Dokumen Perencanaan, Penganggaran dan Laporan Keuangan 660.000.000 660.000.000 16,54

657.700.000 99,65

657.700.000 99,65 100,00 16,54

1817.12 Output Generik (Pengadaan Laptop) 20.000.000 20.000.000 0,50 20.000.000 100,00 20.000.000 100,00 100,00 0,50

JUMLAH 3.989.462.000 3.989.462.000 100,00 3.823.087.500 95,83 3.823.087.500 95,83 95,00 94,40

NO PROGRAM/KODE/ KEGIATAN/OUTPUT PENYEDIAAN DANA

REALISASI PENYERAPAN DANAPELAKSANAAN FISIK

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

66

APBN (Tugas Pembantuan)

REALISASI TTBRp. MURNI BLN JUMLAH BOBOT Rp. MURNI % BLN % JUMLAH % % %

1 2 3 4 5 (3+4) 6 7 8 (6:3) 9 10 (8:4) 11 (6+8) 12 (11:5) 13 14

14 PROGRAM PENINGKATAN DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT

I. 1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penangan Rawan Pangan1.901.500.000 - 1.901.500.000 62,23 1.722.909.600 90,61 - - 1.722.909.600 90,61 100,00 62,23

1815.01 Jumlah Desa Mandiri Pangan yang diberdayakan 880.000.000 880.000.000 28,80 841.350.000 95,61 841.350.000 95,61 100,00 28,80

1815.03 Penanganan Daerah Rawan pangan, SKPG 380.000.000 380.000.000 12,44

258.359.600 67,99 258.359.600 67,99 100,00 12,44

1815.05 Penyusunan FSVA 30.000.000 30.000.000 0,98 30.000.000 100,00 30.000.000 100,00 100,00 0,98 1815.09 Laporan Kegiatan dan Pembinaan 611.500.000 611.500.000 20,01 593.200.000 97,01 593.200.000 97,01 100,00 20,01

II. 1816 Pengembangan Penganekargaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar 1.054.100.000 - 1.054.100.000 34,50 956.935.000 90,78 - - 956.935.000 90,78 100,00 34,50

1816.01 Pendampingan P2KPG 599.100.000 690.000.000 22,58 528.635.000 76,61 528.635.000 76,61 100,00 22,58

1816.03 Promosi P2KPG 340.000.000 200000000 6,55

339.560.000 169,78

339.560.000 169,78 100,00 6,55

1816.08 Hasil Sosialisasi/Apresiasi Keamanan Pangan Segar 115.000.000 150.000.000 4,91 88.740.000 59,16 88.740.000 59,16 100,00 4,91

III 1817 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA BADAN KETAHANAN PANGAN 100.000.000 100.000.000 3,27 71.575.000 71.575.000 71,58 100,00 3,27 1817.09 Dukungan Manajemen dan Administrasi 100.000.000 100.000.000 3,27 71.575.000 71,58 71.575.000 71,58 100,00 3,27

JUMLAH 3.055.600.000 3.055.600.000 100,00 2.751.419.600 90,05 2.751.419.600 90,05 100,00 100,00

NO PROGRAM/KODE/ KEGIATAN/OUTPUT PENYEDIAAN DANA

REALISASI PENYERAPAN DANAPELAKSANAAN FISIK

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

67

3.5. Analisis Efesiensi dan Efektivitas Kegiatan

Efesiensi

Efisiensi merupakan suatu perhitungan yang membandingkan

antara target keluaran dan realisasi keluaran. Sementara efektivitas

merupakan perhitungan antara keluaran dengan hasil (output dan

outcome). Efisiensi terjadi apabila realisasi masukan ternyata lebih

kecil dari target yang ditetapkan sebelumnya sementara keluaran atau

output mencapai target yang diharapkan. Rumusan yang digunakan

untuk menghitung efisiensi tersebut adalah sebagai berikut

UCO Ren-(UCO Real-UCO Ren)

Efisiensi = x 100%

UCO Ren

Hasil perhitungan untuk kegiatan di lingkup Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Riau yang bersumber dari APBD dapat dilihat pada

tabel berikut :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

68

TABEL PERHITUNGAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS KEGIATAN APBD

NO. KEGIATAN INPUT OUTPUT Unit Cost Output (UCO)

Hasil Perhitungan Efisiensi

Rata-rata Capaian Output

Rata-rata Capaian Outcome

Efektivitas Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1 Pengembangan Cadangan Pangan Daerah 400.000.000,00 387.292.000,00 19 19 21.052.631,58 20.383.789,47 103,18 3,18 100,00 50,00 50,00

2 Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman (3B+)

250.000.000,00 236.530.900,00 6 6 41.666.666,67 39.421.816,67 105,39 5,39 95,00 50,00 52,63

3 Penanggulangan Daerah Rawan Pangan 150.000.000,00 146.835.600,00 11 30 13.636.363,64 4.894.520,00 164,11 64,11 100,00 50,00 50,00

4 Penumbuhan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) 200.000.000,00 196.192.500,00 18 18 11.111.111,11 10.899.583,33 101,90 1,90 100,00 50,00 50,00

5 Pengembangan Desa Mandiri Pangan 500.000.000,00 480.399.500,00 10 10 50.000.000,00 48.039.950,00 103,92 3,92 100,00 50,00 50,00

6 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan 100.000.000,00 97.016.800,00 33 33 3.030.303,03 2.939.903,03 102,98 2,98 100,00 50,00 50,00

7 Pengembangan/Koordinasi OKKPD (Otoritas Kompetensi Mutu dan Keamanan Pangan Daerah) Provinsi Riau

100.000.000,00 94.168.700,00 11 20 9.090.909,09 4.708.435,00 148,21 48,21 100,00 50,00 50,00

8 Penyusunan Statistik Pangan 50.000.000,00 48.807.000,00 20 20 2.500.000,00 2.440.350,00 102,39 2,39 100,00 50,00 50,00

9 Sinkronisasi Peningkatan Ketahanan Pangan 150.000.000,00 146.686.000,00 33 33 4.545.454,55 4.445.030,30 102,21 2,21 100,00 93,40 93,40

10 Lomba Cipta Menu 3 B+ Tingkat Provinsi dan Nasional 350.000.000,00 333.456.400,00 12 12 29.166.666,67 27.788.033,33 104,73 4,73 100,00 100,00 100,00

11 Replikasi Special Programme For Food Security (SPFS) 175.000.000,00 173.980.800,00 41 41 4.268.292,68 4.243.434,15 100,58 0,58 90,00 83,33 92,59

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

69

12 Hari Pangan Sedunia (HPS), Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan

250.000.000,00 242.908.800,00 12 12 20.833.333,33 20.242.400,00 102,84 2,84 100,00 90,00 90,00

13 Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Riau 100.000.000,00 88.241.000 50 50 2.000.000,00 1.764.820,00 111,76 11,76 100,00 100,00 100,00

14 Pemberdayaan Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) Pondok Pesantren

300.000.000,00 292.073.500,00 3 3 100.000.000,00 97.357.833,33 102,64 2,64 100,00 100,00 100,00

15 Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan

150.000.000,00 144.483.000,00 100 100 1.500.000,00 1.444.830,00 103,68 3,68 100,00 100,00 100,00

16 Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Food Insecurity Atlas (FIA)

100.000.000,00 89.506.300,00 20 20 5.000.000,00 4.475.315,00 110,49 10,49 100,00 100,00 100,00

17 Mengikuti Kegiatan Pameran dalam rangka Hari Krida Pertanian, Pekan Nasional Tani Nelayan Andalan serta HUT provinsi Riau/Riau Expo 2011

100.000.000,00 99.783.000,00 11 11 9.090.909,09 9.071.181,82 100,22 0,22 100,00 100,00 100,00

18 Penyusunan dan Analisis Neraca Bahan Makanan (NBM) 74.985.850,00 70.514.850,00 44 44 1.704.223,86 1.602.610,23 105,96 5,96 100,00 100,00 100,00

19 Analisis Situasi Konsumsi Pangan, Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

75.000.000,00 71.900.000,00 44 44 1.704.545,45 1.634.090,91 104,13 4,13 100,00 100,00 100,00

20 Pemantauan dan Analisis Distribusi Harga Pangan 100.000.000,00 99.982.000,00 3 3 33.333.333,33 33.327.333,33 100,02 0,02 100,00 100,00 100,00

21 Pembinaan dan Peningkatan Akses Pangan Masyarakat Desa 75.000.000,00 73.750.000,00 20 20 3.750.000,00 3.687.500,00 101,67 1,67 100,00 100,00 100,00

JUMLAH RATA-RATA 108,71 8,71 99,29 79,37 79,93

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

70

Dari hasil perhitungan didapat angka Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau sebesar 108,71 %. Sehingga dapat dikatakan kegiatan

yang dilakukan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau yang

bersumber dari APBD adalah efesien dengan angka efesiensi sebesar

8,71 % serta angka efektifitas 79,93 %.

Hasil perhitungan untuk kegiatan di lingkup Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Riau yang bersumber dari APBN dapat dilihat pada

tabel berikut :

TABEL PERHITUNGAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS KEGIATAN APBN (DK & TP)

Dekonsentrasi

NO. KEGIATAN

INPUT OUTPUT Unit Cost Output (UCO) Hasil Perhitungan

NE/

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi NIE*)

1 Pengembangan Sistem Distribusi Dan Stabilitas Harga Pangan 1.819.462.000,00 1.760.462.000,00 19 19 95.761.157,89 92.655.894,74 103,24 3,24

2

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

1.490.000.000,00 1.384.925.500,00 12 12 124.166.666,67 115.410.458,33 107,05 7,05

3 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan 680.000.000,00 677.700.000,00 3 3 226.666.666,67 225.900.000,00 100,34 0,34

JUMLAH RATA-RATA 103,54 3,54

Tugas Pembantuan

NO. KEGIATAN INPUT OUTPUT Unit Cost Output (UCO) Hasil

Perhitungan NE/

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi NIE*)

1 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 1.901.500.000,00 1.722.909.600,00 24 18 79.229.166,67 95.717.200,00 79,19 (20,81)

2

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

1.054.100.000,00 956.935.000,00 60 52 17.568.333,33 18.402.596,15 95,25 (4,75)

3 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan 100.000.000,00 71.575.000,00 5 5 20.000.000,00 14.315.000,00 128,43 28,43

JUMLAH RATA-RATA 100,96 0,96

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

71

Dari hasil perhitungan didapat angka Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau untuk kegiatan dari Dana Dekonsentrasi sebesar 103,54

%. Sehingga dapat dikatakan kegiatan yang dilakukan di Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau yang bersumber dari APBN adalah

efesien dengan angka efesiensi sebesar 3,54 % sedangkan untuk dana

yang berasal dari anggaran Tugas Pembantuan sebesar 100,96 %.

Sehingga dapat dikatakan kegiatan yang dilakukan di Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau yang bersumber dari APBN adalah

efesien dengan angka efesiensi sebesar 0,96 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

72

Efektivitas

Efektivitas suatu kegiatan merupakan perbandingan antara ouput/keluaran

dengan outcome/hasil yang diberikan dari kegiatan tersebut. Rumusan yang

digunakan untuk menghitung efektivitas dari suatu kegiatan adalah :

Realisasi Out Come

Efektivitas = x 100%

Realisasi Ouput

Hasil perhitungan untuk kegiatan yang bersumber dari APBD di lingkup

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Kegiatan Persen

Capaian Output

Persen Capaian Outcome

efektivitas

1. Pengembangan Cadangan Pangan Daerah 100,00 50,00 50,00

2. Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman (3B+)

95,00 50,00 52,63

3. Penanggulangan Daerah Rawan Pangan 100,00 50,00 50,00

4. Penumbuhan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)

100,00 50,00 50,00

5. Pengembangan Desa Mandiri Pangan 100,00 50,00 50,00

6. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan

100,00 50,00 50,00

7. Pengembangan/Koordinasi OKKPD (Otoritas Kompetensi Mutu dan Keamanan Pangan Daerah) Provinsi Riau

100,00 50,00 50,00

8. Penyusunan Statistik Pangan 100,00 50,00 50,00

9. Sinkronisasi Peningkatan 100,00 93,40 93,40

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

73

Ketahanan Pangan 10. Lomba Cipta Menu 3 B+

Tingkat Provinsi dan Nasional

100,00 100,00 100,00

11. Replikasi Special Programme For Food Security (SPFS)

90,00 83,33 92,59

12. Hari Pangan Sedunia (HPS), Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan

100,00 90,00 90,00

13. Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

100,00 100,00 100,00

14. Pemberdayaan Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) Pondok Pesantren

100,00 100,00 100,00

15. Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan

100,00 100,00 100,00

16. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Food Insecurity Atlas (FIA)

100,00 100,00 100,00

17. Mengikuti Kegiatan Pameran dalam rangka Hari Krida Pertanian dan Pekan Nasional Tani Nelayan Andalanserta HUT Provinsi Riau/Riau Expo 2011

100,00 100,00 100,00

18. Penyusunan dan Analisis Neraca Bahan Makanan (NBM)

100,00 100,00 100,00

19. Analisi Situasi Konsumsi Pangan, Penganekaragaman Dan Keamanan Pangan

100,00 100,00 100,00

20. Pemantauan dan Analisis Distribusi Harga Pangan 100,00 100,00 100,00

21. Pembinaan dam Peningkatan Akses Pangan Masyarakat

100,00 100,00 100,00

JUMLAH 99,29 79,37 79,93

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

74

Dengan demikian maka dapat dikatakan kegiatan yang dilakukan di

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat dikatakan efektif dengan nilai

capaian sebesar 79,93 %.

Hasil perhitungan untuk kegiatan yang bersumber dari APBN di dapat

dilihat pada tabel berikut :

Dekonsentrasi

No. Kegiatan Persen

Capaian Output

Persen Capaian Outcome

Efektivitas

1. Pengembangan Sistem Distribusi Dan Stabilitas Harga Pangan

100 100 98,92

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

85 100 92,65

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

100 100 99,89

JUMLAH 97,15

Tugas Pembantuan

No. Kegiatan Persen

Capaian Output

Persen Capaian Outcome

Efektivitas

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

100 100 96,87

2. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

100 100 96,93

3. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

100 100 90,53

JUMLAH 94,77

Dengan demikian maka dapat dikatakan dikatakan efektif dengan nilai

capaian dekonsentrasi sebesar 97,15 % dan Tugas Pembantuan sebesar 94,77

%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

75

PENUTUP

4.1. Tingkat Keberhasilan dan Kegagalan

Dari bab sebelumnya telah disampaikan bahwa dari sasaran yang

ditetapkan untuk tahun 2011, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

dapat merealisasikan 98,57 % sasaran yang direncanakan dari APBD,

97,15 % dari APBN Dekonsentrasi dan 94,77 % dari APBN Tugas

Pembantuan. Berikut ini adalah keberhasilan yang dicapai Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau :

Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan :

1. Tersusunnya peta kerawanan pangan Riau

2. Tervisualisasikannya peningkatan kualitas konsumsi pangan

masyarakat.

3. Terimplementasikannya kualitas konsumsi melalui pemanfaatan

pekarangan.

4. Teranalisanya bahan berbahaya pada pangan.

5. Terinformasikannya diversifikasi pangan berdasarkan pola

pangan harapan.

6. Berkembangnya beras analog yang bersumber dari umbi-

umbian.

7. Terbinanya mutu olahan pangan.

8. Terpantaunya konsumsi pangan masyarakat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

76

9. Terinformasikannya makanan tradisional dan makanan khas

daerah.

Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan :

1. Terfasilitasinya pengembangan lumbung pangan

2. Terfasilitasinya pengadaan cadangan pangan daerah dan

masyarakat.

3. Teranalisanya ketersediaan pangan.

4. Terfasilitasinya pengembangan desa mandiri pangan.

5. Tersedianya cadangan pangan komoditi beras Pemerintah

Provinsi Riau.

6. Terfasilitasinya pengembangan Usaha Ekonomi Produktif dalam

rangka menunjang ketersediaan pangan.

7. Terfasilitasinya operasi pasar dan pasar murah di Riau.

Bidang Distribusi dan Harga Pangan :

1. Terfasilitasinya penyaluran DPM LUEP untuk pembelian gabah

petani.

2. Terpantaunya akses pangan masyarakat.

3. Terkoordinirnya perencanaan pembangunan ketahanan pangan

Riau.

4. Terkoordinasi dan terpantaunya distribusi dan stabilitas harga

HBKN.

Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur Pangan :

1. Terfasilitasinya pengembangan bahan pangan

2. Tersedianya buku pengembangan food centre

3. Terbentuknya kelembagaan food centre

4. Teridentifikasinya kelembagaan yang mendukung food centre

5. Tersedianya data ketahanan pangan di Riau

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

77

6. Terkoordinasikannya rencana induk ketahanan pangan Riau

7. Tersusunnya rencana induk ketahanan pangan Riau.

4.2. Kendala dan Hambatan dalam Pencapaian Sasaran

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

merupakan implementasi transparansi pemerintah dalam mengemban

amanat pelayan publik. Implikasi yang harus terjadi dari pelaksanaan

akuntabilitas adalah peningkatan kinerja, karena melalui akuntabilitas

tersebut, akan ditemukenali faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

organisasi, baik dalam pemanfaatan sumber daya maupun proses

implementasi.

Penyusunan LAKIP Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, pada

prinsipnya tidak hanya dijadikan sebagai media dalam pemenuhan

kebutuhan laporan, melalui format-format yang disediakan dalam

konteks konsekuensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, melainkan

hal tersebut menjadi sumber informasi dalam mendorong terciptanya

peningkatan kinerja organisasi pada umumnya, dan aparatur pada

khususnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui penilaian kinerja

terhadap program maupun kegiatan yang telah dilaksanakan pada

tahun 2011, dapat dikemukakan beberapa hal penting sebagai berikut :

a. Ditemukenalinya definisi program yang kurang sesuai dengan tujuan

dan sasaran misi yang telah ditetapkan. Hal ini berimplikasi pada

ketidakjelasan tujuan kinerja program yang dihasilkannya.

b. Pendefinisian kegiatan dalam program, masih belum

mempertimbangkan posisi relatif kinerja kegiatan yang akan

dihasilkan, dengan tujuan dan sasaran program yang telah

ditetapkan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

78

c. Rencana Kerja (Renja) BKP yang merupakan operasionalisasi

kebijakan jangka menengah, belum tersusun dengan baik dan

memiliki indikator kinerja yang jelas. Hal ini akan berimplikasi pada

tidak jelasnya target kinerja tahunan yang akan dicapainya, baik

program maupun kegiatan.

d. Bila memperhatikan hasil penilaian terhadap program yang telah

dilaksanakan oleh BKP pada tahun 2011, menunjukan bahwa rata-

rata capaian kinerja program adalah 87,27 %, angka tersebut sudah

hampir mendekati 100 % yang diharapkan dan hal ini memberikan

indikasi yang kuat bahwa kinerja yang dihasilkan sangat

memuaskan.

e. Dalam hal capaian kinerja kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BKP

pada tahun 2011, dimana hal ini memberikan gambaran efektivitas

kegiatan dalam pencapaian sasaran program adalah 98,57 %.

Namun perlu dipertimbangkan bahwa hasil tersebut belum sudah

sepenuhnya menggambarkan efektivitas yang nyata, karena nilai

outcome telah dapat diisi sesuai dengan sebenarnya tapi nilai yang

diharapkan (BKP merupakan organisasi/lembaga baru sesuai

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007).

f. Target capaian efektivitas program dan kegiatan yang ditetapkan

oleh BKP berdasarkan tugas pokok, fungsi, dan sasaran kemanfaatan

produk adalah sebesar 96,87 % dari maksimal capaian yang

sebesar 100 %. Hal ini memberikan gambaran bahwa output

kegiatan yang dihasilkan tidak memungkinkan pencapaian sasaran

akhir yang absolut (100%). Kondisi ini disadari bahwa fungsi

koordinatif yang dijalankan oleh BKP, tidak hanya dapat secara

maksimal berjalan jika tidak didukung oleh stakeholder lain, atau

dengan kata lain bahwa kemanfaatan produk BKP yang pada

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2011

79

gilirannya mencerminkan kinerja organisasi akan sangat dipengaruhi

oleh eksternalitas.

4.3. Langkah Antisipasi

Perlu dilakukannya peningkatan kompetensi aparatur pada

lingkungan internal Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, terutama

dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban sebagai

organisasi yang berperan dalam menyelenggarakan perumusan dan

penetapan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan, serta

penyelenggaraan pemberian dukungan atas penyelenggaraan

Pemerintah Daerah bidang ketahanan pangan. Selain itu juga perlu

dikembangkan strategi koordinasi yang pada gilirannya akan

meningkatkan kinerja organisasi melalui dukungan ekternalitas

organisasi.

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Tahun 2011 yang dapat

Kami sampaikan. Kiranya laporan ini dapat menjadikan informasi yang

valid dalam menilai kinerja organisasi.