iii. hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 parameter kualitas air 3.1.6.1 nilai ph...

12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup benih ikan bawal selama penelitian pada perlakuan penambahan kapur CaCO 3 berturut-turut 0 mg/, 150 mg/, 200 mg/, dan 250 mg/adalah 88,89%, 94,44%, 91,67%, dan 94,44% (Gambar 2). Kelangsungan hidup ikan bawal tidak berbeda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95% (P>0,05, Lampiran 2). Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan bawal 3.1.2 Bobot Rata-rata Hasil pengamatan terhadap bobot selama penelitian pada kontrol dan perlakuan penambahan kapur CaCO 3 0 mg/ℓ, 150 mg/, 200 mg/, dan 250 mg/berkisar antara 1,80-3,62 g/ekor (Gambar 3). Gambar 3. Bobot rata-rata ikan bawal

Upload: duongkiet

Post on 15-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup benih ikan bawal selama penelitian pada

perlakuan penambahan kapur CaCO3 berturut-turut 0 mg/ℓ , 150 mg/ℓ, 200 mg/ℓ,

dan 250 mg/ℓ adalah 88,89%, 94,44%, 91,67%, dan 94,44% (Gambar 2).

Kelangsungan hidup ikan bawal tidak berbeda nyata antar perlakuan pada selang

kepercayaan 95% (P>0,05, Lampiran 2).

Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan bawal

3.1.2 Bobot Rata-rata

Hasil pengamatan terhadap bobot selama penelitian pada kontrol dan

perlakuan penambahan kapur CaCO3 0 mg/ℓ, 150 mg/ℓ, 200 mg/ℓ, dan 250 mg/ℓ

berkisar antara 1,80-3,62 g/ekor (Gambar 3).

Gambar 3. Bobot rata-rata ikan bawal

Page 2: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

9

3.1.3 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan bobot harian ikan bawal yang dipelihara dengan masa

pemeliharaan 30 hari untuk perlakuan 0 mg/ℓ CaCO3, 150 mg/ℓ CaCO3, 200 mg/ℓ

CaCO3, dan 250 mg/ℓ CaCO3 adalah 2,01%, 2,16%, 2,36%, dan 2,16% (Gambar

4). Perlakuan penambahan kapur CaCO3 pada media pemeliharaan ikan bawal

tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian

pada selang kepercayaan 95% (P>0,05; Lampiran 3).

Gambar 4. Laju pertumbuhan harian ikan bawal

3.1.4 Panjang Mutlak

Pemeliharaan ikan bawal selama 30 hari dengan perlakuan yang berbeda

yaitu 0 mg/ℓ CaCO3, 150 mg/ℓ CaCO3, 200 mg/ℓ CaCO3, dan 250 mg/ℓ CaCO3

menghasilkan pertumbuhan panjang mutlak secara berturut-turut 1,22 cm, 1,27

cm, 1,29 cm, dan 1,20 cm (Gambar 5). Perlakuan penambahan kapur CaCO3 pada

media pemeliharaan ikan bawal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

pertumbuhan panjang mutlak ikan bawal (P>0,05; Lampiran 4).

Page 3: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

10

Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak ikan bawal

3.1.5 Koefisien Keragaman Panjang

Pemeliharaan ikan bawal selama 30 hari dengan perlakuan yang berbeda

menghasilkan koefisien keragaman panjang yaitu 0 mg/ℓ CaCO3 sebesar 4,77 %,

150 mg/ℓ CaCO3 sebesar 4,35 %, 200 mg/ℓ CaCO3 sebesar 5,00 %, dan 250 mg/ℓ

CaCO3 sebesar 5,80 % (Gambar 6). Perlakuan penambahan kapur CaCO3 pada

media pemeliharaan ikan bawal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

koefisien keragaman panjang mutlak ikan bawal (P>0,05; Lampiran 5).

Gambar 6. Koefisien keragaman panjang ikan bawal

Page 4: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

11

3.1.6 Parameter Kualitas Air

3.1.6.1 Nilai pH

Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang

menunjukkan nilai pH berbeda antar perlakuan penambahan CaCO3 dan

mengalami perubahan pada akhir pemeliharaan (Lampiran 7).

Gambar 7. Grafik pH selama pemeliharaan

3.1.6.2 Oksigen terlarut

Konsentrasi oksigen terlarut selama 30 hari pemeliharaan berkisar antara

5,1-6,73 mg/ℓ (Gambar 8) dan cenderung memiliki nilai yang sama pada semua

perlakuan (Lampiran 8).

Gambar 8. Konsentrasi oksigen terlarut selama pemeliharaan

Page 5: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

12

3.1.6.3 Suhu

Nilai suhu selama perlakuan selama 30 hari pemeliharaan berkisar antara

26,1-28,2ºC (Gambar 9). Berdasarkan kisaran nilai suhu selama perlakuan

tersebut, tidak terjadi perubahan yang signifikan (Lampiran 9).

Gambar 9. Grafik suhu selama pemeliharaan

3.1.6.4 Amonia

Konsentrasi amonia di media pemeliharaan berkisar antara 0,002–0,035

mg/ℓ (Gambar 10; Lampiran 10).

Gambar 10. Grafik konsentrasi amonia selama pemeliharaan

3.1.6.5 Kesadahan

Kesadahan selama pemeliharaan memiliki nilai yang cenderung menurun

selama pemeliharaan. Kisaran nilai kesadahan pada awal pemeliharaan adalah

Page 6: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

13

171,9-287,8 mg/ℓ CaCO3. Kesadahan mengalami penurunan sampai akhir

perlakuan yaitu 86-153,2 mg/ℓ CaCO3 (Lampiran 11).

Gambar 11. Grafik nilai kesadahan selama pemeliharaan

Nilai kesadahan Ca2+

selama pemeliharaan berfluktuasi, pada hari ke-10

pemeliharaan nilai kesadahan Ca2+

meningkat dari hari ke-0, yaitu dari kisaran

33,63-67,27 mg/ℓ menjadi 63,53-74,74 mg/ℓ. Nilai mengalami penurunan

kembali pada hari ke-20, yaitu 44,8-48,6 mg/ℓ. Pada akhir pemeliharaan nilai

kesadahan Ca2+

kembali meningkat 41,1-71 mg/ℓ CaCO3.

Gambar 12. Nilai kesadahan Ca2+

selama pemeliharaan

3.1.6.6 Alkalinitas

Alkalinitas selama pemeliharaan memiliki kisaran nilai yang tidak terlalu

berfluktuasi. Nilai alkalinitas pada awal pemeliharaan adalah 206,7-313,3 mg/ℓ

Page 7: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

14

CaCO3. Alkalinitas mengalami penurunan sampai hari ke-30 perlakuan. Nilai

alkalinitas pada akhir pemeliharaan berkisar 246,7-300 mg/ℓ CaCO3 (Lampiran

12).

Gambar 13. Grafik nilai alkalinitas selama pemeliharaan

3.2 Pembahasan

Penambahan kapur CaCO3 pada media bersalinitas 4 g/ℓ tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan ikan bawal.

Kelangsungan hidup menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada semua

perlakuan. Nilai derajat kelangsungan hidup pada perlakuan 0 mg/ℓ CaCO3

sebesar 88,89% dan kelangsungan hidup perlakuan lain memiliki nilai di atas

kontrol, yaitu 91,67% dan 94,44%. Kematian ikan pada setiap perlakuan terjadi

karena terjadi stres saat dilakukan pengukuran parameter pertumbuhan, selain itu

juga terjadi saling menyerang antar ikan beberapa kali selama pemeliharaan.

Penambahan kalsium pada media tidak mempengaruhi derajat kelangsungan

hidup ikan bawal air tawar, karena media tanpa penambahan CaCO3 memiliki

derajat kelangsungan hidup di atas 80% yaitu 88,89%.

Pertumbuhan merupakan pertambahan bobot atau panjang. Huet (1971)

menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal terdiri dari daya tahan terhadap penyakit dan genetik, sedangkan

faktor eksternal meliputi faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup

dan ketersediaan makanan. Penelitian ini menguji faktor eksternal yaitu

Page 8: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

15

lingkungan terhadap pertumbuhan benih ikan bawal. Pertumbuhan yang diamati

dalam penelitian ini mencakup pengamatan terhadap panjang total, pertambahan

panjang mutlak, koefisien keragaman panjang, dan bobot rata-rata akhir

pemeliharaan/panen.

Laju pertumbuhan bobot harian ikan bawal selama pemeliharaan berkisar

antara 2,01%-2,36%. Penambahan kapur CaCO3 tidak memberikan pengaruh

nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian benih bawal. Namun demikian,

nilai laju pertumbuhan cenderung meningkat dari perlakuan kontrol ke perlakuan

penambahan CaCO3. Hasil penambahan CaCO3 dosis 200 mg/ℓ menunjukkan nilai

pertumbuhan sebesar 2,36%, dan pada perlakuan kontrol yaitu 2,01%. Pemberian

CaCO3 pada media pemeliharaan bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi kalsium

sebagai pembentuk tulang dan jaringan, akan tetapi dalam penelitian ini diduga

pemanfaatan kalsium belum maksimal karena parameter pertumbuhan tidak

berbeda nyata dengan kontrol.

Panjang mutlak ikan bawal pada semua perlakuan mengalami peningkatan

dengan kisaran 1,20 cm–1,29 cm. Penambahan mineral kalsium tersebut dapat

menunjang pertumbuhan benih ikan bawal, karena di dalam kapur terdapat

mineral kalsium yang diserap oleh ikan bawal. Mineral kalsium berfungsi sebagai

pembentukan tulang, serta dibutuhkan untuk proses metabolik. Menurut Gatlin

(1991) dalam Permatasari (2010), kalsium dapat berperan sebagai kofaktor dalam

proses enzimatik. Kelarutannya dalam perairan mampu meningkatkan aktivitas

enzim Na+, K

+ serta ATP-ase.

Peningkatan kinerja enzim Na+, K

+ serta ATP-ase tersebut terkait dengan

perbedaan tekanan osmotik media dengan tekanan osmotik pada tubuh ikan, yang

mempengaruhi pengaturan tekanan osmotik pada tubuh ikan terhadap media. Ikan

air tawar cenderung bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya, artinya

memiliki konsentrasi osmotik lebih tinggi dari lingkungannya. Ikan air tawar

kehilangan garam dari tubuhnya melalui insang dan kulit melalui proses difusi,

feses, serta urin. Ikan akan menyeimbangkan kehilangan garam tersebut dengan

menyerap garam secara aktif melalui insang serta meminimalkan pembuangan

garam (Evans 1993). Kerja osmotik tersebut berlangsung hingga kondisi menjadi

isoosmotik. Peningkatan salinitas untuk media pemeliharaan ikan air tawar dapat

Page 9: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

16

digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi energi yang digunakan dalam

pengaturan tekanan osmotik, sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk

pertumbuhan. Mineral kalsium di lingkungan dapat berasal dari CaCO3,

(Ca(OH)2) dan CaO. Mineral-mineral kalsium tersebut mempunyai reaksi yang

berbeda dalam air. Mineral kalsium yang berbeda akan memberikan tingkat

pertumbuhan yang berbeda.

Kalsium berbentuk kation yang bermuatan dua ion positif dan tidak

terdapat dalam bentuk bebas (Pilliang 2005). Ikan dapat memanfaatkan sumber-

sumber kalsium dari media dalam jumlah yang tak terbatas. Ikan memanfaatkan

kalsium yang ada di media dan pakan melalui insang dan usus. Penyerapan

kalsium dalam rongga usus memerlukan energi yang bergantung pada enzim

ATP-ase. Wickins dan Lee (2002) dalam Abidin (2011) mengatakan bahwa

adanya kandungan kapur yang tinggi di perairan dapat mempengaruhi

pertumbuhan ikan.

Ion-ion secara aktif diserap tubuh melalui insang ketika terjadi proses

penyerapan air. Kebutuhan energi untuk pengaturan ion secara umum akan lebih

rendah pada lingkungan yang mendekati isoomotik, dengan demikian energi yang

disimpan cukup substansial untuk meningkatkan pertumbuhan (Imsland et al.

2003). Pengambilan kalsium dari media dipengaruhi oleh pH air. Hasil percobaan

Cameron (1985) menunjukkan bahwa laju masuk kalsium dan laju keluar H+ pada

kepiting sangat terhambat oleh penurunan kadar Ca2+

lingkungan, HCO3- atau pH.

Proses transfer kalsium media ke dalam tubuh melalui insang dengan mekanisme

transport pasif, selanjutnya menuju kulit dengan cara transport aktif yang

memerlukan energi. Pertukaran kalsium antara tubuh dan lingkungan, terjadi

melalui insang dipengaruhi oleh sel klorida dalam insang yang berperan aktif

dalam penyerapan kalsium. Jumlah sel ini pada insang akan meningkat seiring

meningkatnya konsentrasi kalsium di lingkungan (Calta 2000).

Mineral karbonat dalam perairan ini dapat berfungsi sebagai cadangan

bikarbonat yang sangat potensial untuk mengionisasi dan menetralisir peningkatan

ion hidrogen dalam air. Berdasarkan grafik pertumbuhan pada Gambar 4 dan 5

dapat dilihat bahwa benih ikan bawal mampu menyerap Ca2+

, karena meskipun

Page 10: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

17

tidak berbeda nyata akan tetapi pertumbuhan cenderung meningkat dengan

ditambahkannya CaCO3 ke media pemeliharaan.

Parameter pengamatan lain yaitu koefisien keragaman panjang yang

merupakan perbandingan antara simpangan baku dengan rata-rata contoh (Steel

dan Torrie 1982). Nilai tersebut menunjukkan besar variasi ukuran panjang ikan

yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian. Semakin kecil nilai koefisien

keragaman panjang, maka ukuran panjang antar individu dalam populasi tersebut

semakin seragam. Nilai koefisien keragaman pada perlakuan D (250 mg/ℓ CaCO3)

yaitu 5,80%, sedangkan nilai pada perlakuan A (0 mg/ℓ CaCO3 yaitu 4,77%. Nilai

tersebut masih dianggap seragam sesuai pernyataan Mattjik dan Sumertajaya

(2002), yaitu koefisien keragaman di bawah 20% dianggap homogen atau

seragam. Semakin seragam ikan yang dihasilkan, menunjukkan semakin baik

kegiatan budidaya yang dilakukan.

Pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan juga dipengaruhi oleh

kualitas air. Kualitas air yang diamati dalam penelitian ini adalah konsentrasi

oksigen terlarut, suhu, pH, amonia, kesadahan dan alkalinitas. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa kisaran kualitas air yang diperoleh masih sesuai dengan

batas toleransi ikan bawal. Konsentrasi oksigen terlarut selama penelitian berkisar

5,1 mg/ℓ – 6,73 mg/ℓ, dan berada dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan

bawal yaitu minimal 4 mg/ℓ O2 (Wulandari 2006). Nilai oksigen terlarut ini

berfluktuasi, namun tidak mengganggu pertumbuhan ikan bawal. Salinitas

mempengaruhi tekanan osmotik media dan secara tidak langsung berpengaruh

terhadap tingkat konsumsi oksigen. Farmer dan Beamish (1969) menyatakan

bahwa ikan air tawar yang bersifat euryhalin memiliki tingkat konsumsi oksigen

19% lebih besar daripada saat kondisi isoosmotik.

Kualitas suhu media selama pemeliharaan berada dalam kisaran optimal

untuk pertumbuhan ikan bawal, yaitu berkisar 26,1-28,2oC, hal ini sesuai dengan

Kordi (2011) yang menyatakan bahwa suhu untuk pemeliharaan ikan bawal air

tawar 25-30oC. Peningkatan suhu menyebabkan kelarutan oksigen menurun dalam

air, mempercepat metabolisme dan respirasi.

Kisaran pH selama penelitian sebesar 7,3-8,7, sesuai dengan pernyataan

Kordi (2011) bahwa pH untuk pemeliharaan ikan bawal yaitu 7-8. Nilai pH yang

Page 11: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

18

mengalami penurunan diduga disebabkan karena terdapat sisa feses atau sisa

pakan yang tidak termakan dan bercampur dengan media, yang mengalami

penguraian oleh bakteri dan menyebabkan CO2 meningkat sehingga nilai pH

menurun. Kisaran pH yang dapat diterima untuk produktivitas perairan adalah 6–

8,5 (Novotny dan Oleum 1994). Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa nilai pH

berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh ikan bawal.

Kesadahan menggambarkan kandungan ion Ca2+

dan Mg2+

serta logam

perivalen lainnnya. Kesadahan air yang paling utama yaitu ion Ca2+

, dan Mg2+

oleh karena itu hanya diarahkan pada penetapan kadar Ca2+

dan Mg2+

dalam air.

Kesadahan pada media pemeliharaan dikategorikan sebagai perairan menengah

dan sadah. Perairan menengah berada pada kisaran 50–150 mg/ℓ CaCO3

sedangkan perairan sadah pada kisaran 150–300 mg/ℓ CaCO3, dan sangat sadah

lebih dari 300 mg/ℓ CaCO3 (Sawyer dan McCarty 1967 dalam Boyd 1990).

Pemeliharaan ikan bawal memiliki nilai kesadahan yang bervariasi, dan dapat

dikategorikan sebagai perairan yang menengah dan sadah. Nilai tersebut masih

berada dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan ikan bawal air tawar, sesuai

dengan pernyataan Boyd (1990) bahwa kesadahan yang baik untuk budidaya ikan

yaitu lebih dari 20 mg/ℓ CaCO3 equivalen (Boyd 1990). Menurut hasil penelitian

Nurhidayati (2000), larva ikan jambal dapat tumbuh dengan baik pada kesadahan

75 mg/ℓ CaCO3. Nilai kesadahan kalsium media awal sebesar 36,66 mg/ℓ CaCO3

dianggap sudah mewakili kebutuhan kalsium untuk pemeliharaan ikan bawal,

sehingga dengan diberi penambahan kalsium media nilai laju pertumbuhan

menunjukkan nilai yang tidak berbeda.

Alkalinitas pada perairan alami berfungsi sebagai sistem penyangga

(buffer) terhadap perubahan pH yang drastis. Alkalinitas dipengaruhi oleh

kekuatan ion dan komposisi mineral yang melalui kalsiumnya dapat

mempertahankan kepekaan membran sel dalam jaringan saraf serta otot. Nilai

alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mg/ℓ sedangkan nilai alkalinitas yang

baik berkisar antara 30–500 mg/ℓ CaCO3 (Boyd 1988). Data kualitas air selama

pemeliharaan menunjukkan nilai alkalinitas masih berada pada kisaran yang baik

untuk ikan. Alkalinitas berfluktuasi pada media pemeliharaan, karena nilai

alkalinitas bergantung pada pH dan suhu. Penambahan kalsium pada media

Page 12: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 3.1.6 Parameter Kualitas Air 3.1.6.1 Nilai pH Kisaran pH selama penelitian yaitu 7,3–8,7 (Gambar 7), yang menunjukkan nilai pH

19

mempengaruhi nilai pH, alkalinitas serta kesadahan. Alkalinitas berfungsi sebagai

sistem penyangga sehingga perubahan pH tidak terjadi secara drastis, dan ikan

akan tetap nyaman berada pada media pemeliharaan.

Amonia merupakan produk utama hasil metabolisme yang berjumlah

sekitar 1/10 dari jumlah produksi karbondioksida. Penambahan kalsium dapat

mengurangi toksisitas nitrit di perairan (Wedemeyer dan Yasutake 1978). Boyd

(1990) menyatakan bahwa kadar amonia berkisar 0,5-1,0 mg/ℓ tidak dapat

ditolerir oleh ikan dan akan bersifat racun dalam waktu singkat. Konsentrasi

amonia pada media pemeliharaan cenderung berubah namun masih dalam kisaran

yang dapat ditoleransi ikan. Kadar amonia selama pemeliharaan berkisar 0,002-

0,035 mg/ℓ (Gambar 10). Nilai amonia selama pemeliharaan cenderung

meningkat dengan meningkatnya nilai pH. Semakin tinggi suhu dan pH maka

nilai konsentrasi amonia semakin meningkat. Jika nilai pH tubuh lebih rendah dari

nilai pH air, ikan akan mengekskresikan amonia darah ke air sehingga konsentrasi

amonia di air meningkat (Wedemeyer 1996). Konsentrasi amonia yang tinggi

dapat mempengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan menurunkan konsentrasi

ion-ion dalam tubuh, sehingga dapat meningkatkan konsumsi oksigen dalam

jaringan dan mengakibatkan kerusakan pada insang serta mengurangi kemampuan

darah mentranspor oksigen (Boyd 1990). Stres dan kerusakan insang yang

diakibatkan oleh amonia tersebut juga dapat menjadikan ikan rentan terhadap

infeksi bakteri, dan memperlambat pertumbuhan.