ii. tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling...

49
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut Sampai sekarang belum ada definisi wilayah pesisir yang baku, namun demikian terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (shoreline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu: batas yang sejajar dengan garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (crosshore). Menurut Rais et al. (2004). batas wilayah pesisir berbeda dari satu negara ke negara yang lain, karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumberdaya dan sistem pemerintahan tersendiri. Dalam menentukan batas ke arah darat dan kearah laut dari suatu wilayah pesisir terdapat beberapa alternatif (pilihan). Salah satu pendapat menyatakan bahwa wilayah pesisir dapat meliputi suatu kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (terluar) ZEE sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut. Pendapat lainnya menyatakan bahwa suatu wilayah pesisir hanya meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sangat sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200 m kearah darat dan ke arah laut meliputi garis pantai pada saat rata- rata pasang terendah. Menurut Rais et al. (2004). batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara arbitrer dari rata-rata pasut tinggi (mean high tide) dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas jurisdiksi propinsi. Bahwa untuk kepentingan pengelolaan, batas kearah darat dari suatu wilayah pesisir dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan biasanya meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Oleh karena itu, batas wilayah pesisir kearah darat untuk kepentingan perencanaan (planning zone) dapat sangat jauh ke arah hulu. Wilayah pesisir dan laut ditetapkan sesuai dengan wilayah

Upload: ngotram

Post on 09-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut

Sampai sekarang belum ada definisi wilayah pesisir yang baku, namun

demikian terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah

suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis

pantai (shoreline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu:

batas yang sejajar dengan garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus

terhadap garis pantai (crosshore).

Menurut Rais et al. (2004). batas wilayah pesisir berbeda dari satu negara

ke negara yang lain, karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan,

sumberdaya dan sistem pemerintahan tersendiri. Dalam menentukan batas ke

arah darat dan kearah laut dari suatu wilayah pesisir terdapat beberapa alternatif

(pilihan). Salah satu pendapat menyatakan bahwa wilayah pesisir dapat meliputi

suatu kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (terluar) ZEE sampai

daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut. Pendapat lainnya menyatakan

bahwa suatu wilayah pesisir hanya meliputi kawasan peralihan antara ekosistem

laut dan daratan yang sangat sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi

sampai 200 m kearah darat dan ke arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-

rata pasang terendah.

Menurut Rais et al. (2004). batas wilayah pesisir ke arah darat pada

umumnya adalah jarak secara arbitrer dari rata-rata pasut tinggi (mean high tide)

dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas jurisdiksi propinsi.

Bahwa untuk kepentingan pengelolaan, batas kearah darat dari suatu wilayah

pesisir dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah

perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation

zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah

perencanaan biasanya meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat

kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata

terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Oleh karena itu, batas wilayah

pesisir kearah darat untuk kepentingan perencanaan (planning zone) dapat sangat

jauh ke arah hulu. Wilayah pesisir dan laut ditetapkan sesuai dengan wilayah

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

14

kewenangan yang disepakati bersama diantara otoritas pengelola, dimana

wilayah pengaturan selalu lebih kecil dan berada didalam wilayah perencanaan.

Batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah yang tergantung

pada isu pengelolaannya. Menurut kesepakatan internasional, wilayah pesisir

didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, kearah darat

mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang

surut, dan kearah laut meliputi daerah paparan benua (Beatley et al., 1994).

Definisi wilayah pesisir diatas memberikan suatu pengertian bahwa

ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan

habitat beragam, merupakan sistem yang kompleks, di dalamnya terjadi interaksi

berbagai proses alami (hidrologi dan geomorfologi), sosial, budaya, ekonomi,

administrasi dan pemerintahan (French, 2004). Dalam perspektif ekonomi-

ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan sistem yang dicirikan oleh adanya

saling hubungan secara fisik, biokimia dan sosial-ekonomi (Turner, et al., 1998).

Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem

yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia.

Berbagai aktivitas ekonomi penting penduduk dunia seperti permukiman,

industri, pertanian dan pariwisata yang terkonsentrasi di wilayah pesisir telah

memberikan dampak pada terjadinya peningkatan kepadatan penduduk secara

signifikan (Joseph dan Balchand.2000). Pariwisata sebagai salah satu sektor

penting penyangga ekonomi dunia, bahkan menempatkan wilayah pesisir dan

laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. Aktivitas industri

dan permukiman yang intensif telah mendorong wilayah pesisir dan laut

berkembang menjadi wilayah dengan dinamika yang semakin besar dimasa yang

akan datang. Wilayah pesisir dan laut memiliki tingkat kelimpahan sumberdaya

yang tinggi namun sarat dengan berbagai kepentingan yang berbeda. Kondisi ini

cenderung menyimpan potensi konflik yang besar, yang apabila tidak dikelola

dengan baik (mismanagement), akan membawa kerugian baik secara ekonomi

maupun ekologi.

Pengelolan wilayah laut berkaitan erat dengan kebijakan nasional

masing-masing negara, dimana lautan merupakan kesatuan dari permukaan,

kolom air, sampai ke dasar dan bawah dasar laut. Dasar hukum yang digunakan

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

15

oleh negara-negara pantai dalam menentukan batas wilayah laut adalah Konvensi

Hukum Laut PBB, 1982 (UNCLOS, 1982). Menurut konvensi ini, sebuah negara

memiliki kewenangan untuk mengeksploitasi sumberdaya (minyak dan gas bumi,

perikanan dan berbagai bahan tambang lainnya) yang berada di dalam zone yang

diatur pada konvensi tersebut, diantaranya adalah memanfaatkan Zona Ekonomi

Eksklusif dengan batas terluar dari ZEE ini sejauh 200 mil dari garis pangkal

pada surut rendah (low water line). Dalam rangka pelaksanaan otononmi daerah

(Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999) tentang

Pemerintahan Daerah dan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah tercantum batas kewenangan daerah di wilayah laut propinsi

adalah sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, dan kewenangan daerah

kabupaten sejauh sepertiga dari kewenangan daerah propinsi.

2.2. Potensi dan Permasalahan Wilayah Pesisir dan Laut

Potensi pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara

garis besar terdiri dari 3 (tiga) kelompok: (1) sumberdaya dapat pulih

(renewable resources), (2) sumber daya tak dapat pulih (non-renewable

resources), dan (3) jasa-jasa pelindungan lingkungan (environmental services)

pesisir. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Tim CIDA/Bappenas (1988),

pada tahun 1987 nilai ekonomi total yang dihasilkan oleh sebelas kegiatan

pembangunan (pemanfaatan) sumberdaya pesisir dan lautan (minyak dan gas,

industri, transportasi dan komunikasi, pelayaran dan pelabuhan, pertanian,

perikanan tangkap, pariwisata, kehutanan, perikanan budidaya, kegiatan

masyarakat pesisir, dan pertambangan) sebesar kira-kira Rp. 150 trilyun, atau

hampir setara dengan total produk domestik bruto. Berbagai kegiatan

pembangunan tersebut merupakan sumber mata pencaharian dan kesejahteraan

bagi sekitar 13,6 juta orang, dan secara tidak langsung mendukung kegiatan

ekonomi bagi sekitar 60% dari total penduduk Indonesia yang bermukim di

kawasan pesisir. Kemudian pada tahun 1990, kontribusi ekonomi kegiatan sektor

kelautan tersebut meningkat menjadi Rp. 43,3 trilyun atau sekitar 24% dari total

produk domestik bruto, dan menyediakan kesempatan kerja bagi sekitar 16 juta

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

16

jiwa (Robertson Group dan PT Agriconsult, 1992). Kenaikan kontribusi ini

terutama disebabkan oleh kegiatan minyak dan gas, perikanan, dan pariwisata.

2.2.1 Sumberdaya Dapat Pulih (Renewable resources)

Wilayah pesisir dan laut memiliki ekosistem alami yang perlu dijaga

kelestariannya, diantaranya adalah mangrove, terumbu karang (coral reefs),

padang lamun (seagrass beds) dan estuaria. Sumberdaya pesisir dan laut

merupakan penghasil beragam produk dan jasa bernilai ekonomi tinggi, baik bagi

generasi sekarang maupun yang akan datang (Turner et al., 1998). Pengalaman

selama ini menunjukkan, bahwa konservasi terhadap berbagai ekosistem alami

yang dilakukan secara terpadu bukan saja menguntungkan secara ekologi tapi

juga secara ekonomi dan sosial (Clark, 1998).

Menurut Supriharyono, ekosistem pesisir dan laut di daerah tropis

mempunyai potensi besar dalam menunjang produksi perikanan. Tingginya

produktivitas perairan pada ekosistem ini mengakibatkan ekosistem seperti

mangrove, terumbu karang, padang lamun dan estuari merupakan habitat penting

bagi berbagai jenis ikan. Ekosistem ini berfungsi sebagai tempat pemijahan

(spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan sebagai tempat mencari

makan atau pembesaran (feeding ground).

Sebagai ekosistem yang memiliki produktivitas tinggi, ekosistem

mangrove berlokasi didaerah antara level pasang-naik tertinggi sampai level di

sekitar atau di atas permukaan air laut. Bell dan Cruz-Trinidad (1996)

mengatakan, bahwa mangrove memiliki peranan penting baik secara ekonomi

maupun ekologi. Ekosistem mangrove menghasilkan produk dan jasa yang bisa

dieksploitasi secara ekonomis. Ekosistem mangrove juga memiliki fungsi

ekologi penting, yakni dalam hal penyediaan material organik sebagai bahan

nutrisi bagi udang/ikan yang masih muda, retensi sedimen oleh sistem perakaran

mangrove, pencegahan erosi, perlindungan garis pantai dan penyedia habitat bagi

banyak spesies akuatik di dataran lumpur dan perakarannya.

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang unik, dijumpai di

daerah tropik, diperairan yang cukup dangkal (kedalaman kurang dari 30 m) dan

suhu diatas 20oC. Menurut Widiati (2000), ekosistem terumbu karang berperan

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

17

penting sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut yang bernilai

ekonomi tinggi; juga sebagai pelindung pantai dari hantaman gelombang,

sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya abrasi. Agar bisa tumbuh dengan

baik, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, suhu perairan yang

hangat, gelombang yang besar, sirkulasi air yang lancar dan terbebas dari proses

sedimentasi (Rais et al., 2004).

Ekosistem padang lamun juga hanya dijumpai di laut dangkal, dinilai

unik karena perakarannya yang ekstensif dengan sistem rhizome. Daunnya yang

tumbuh lebat bermanfaat untuk mendukung tingginya produktivitas ekosistem

(Supriharyono, 2002). Ekosistem padang lamun berperan penting dalam

memerangkap (trapped) sedimen, menstabilkan substrat dasar dan menjernihkan

air. Pola distribusi padang lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi alam dan

aktivitas manusia (Cunha et al., 2005). Ekosistem padang lamun menyediakan

habitat penting bagi berbagai jenis biota laut, sekaligus merupakan sumber

makanan langsung bagi kebanyakan hewan.

Estuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan

laut, sehingga air laut dengan kadar garam tinggi dapat bercampur dengan air

tawar. Kombinasi pengaruh air laut dengan air tawar di daerah estuaria

menghasilkan komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang beragam

(Supriharyono, 2002). Karakteristik kadar garam, suhu dan sedimen di daerah

estuaria memberikan konsekuensi pada karakteristik spesies organisme yang

hidup di daerah itu. Karena fluktuasi salinitas yang tinggi, organisme yang dapat

hidup di estuaria terdiri dari jenis: hewan laut yang mempunyai kemampuan

mentolerir perubahan kadar garam tinggi, hewan air tawar yang mempunyai

kemampuan mentolerir perubahan kadar garam, dan hewan air payau yang tidak

ditemukan hidup di air laut maupun air tawar (Widiati, 2000).

Tingginya produktivitas primer di wilayah pesisir dan laut seperti pada

ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun dan estuaria

memungkinkan tingginya produktivitas sekunder (produksi perikanan) di

wilayah tersebut. Sampai saat ini, perikanan tangkap berskala kecil yang

diusahakan mendominasi jenis perikanan tangkap di Indonesia. Tingginya

aktivitas penangkapan ikan di lokasi-lokasi tersebut telah menyebabkan

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

18

terjadinya overfishing beberapa jenis ikan demersal yang berlanjut dengan

terjadinya permasalahan sosial.

2.2.2 Sumberdaya Tak Dapat Pulih (Non-renewable Resources)

Sumberdaya tak dapat pulih di wilayah pesisir dan laut terdiri dari

sumberdaya mineral dan geologi. Sumberdaya mineral terdiri dari tiga kelas,

yaitu kelas A (mineral strategis; misalnya minyak, gas dan batu bara), kelas B

(mineral vital; misalnya emas, timah dan nikel) dan kelas C (mineral industri;

misalnya granit dan pasir). Indonesia mempunyai potensi sumberdaya mineral di

wilayah pesisir dan laut yang merupakan devisa utama dalam beberapa

dasawarsa terakhir.

Cadangan petroleum (minyak dan gas) Indonesia tersebar di 60 cekungan

(basins) yang sebagian besar terdapat di wilayah pesisir dan laut seperti

Kepulauan Natuna, Selat Malaka, pantai selatan Jawa, Selat Makasar dan Celah

Timor (Rais et al., 2004). Logam mulia (emas) sekunder diperkirakan terdapat di

daerah Selat Sunda (sekitar perairan Lampung), perairan Kalimantan Selatan dan

di daerah perairan Maluku Utara serta Sulawesi Utara.

Sumberdaya geologi yang telah dieksploitasi adalah bahan baku industri

dan bahan bangunan; antara lain pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan batu

pondasi. Pemanfaatan sumberdaya geologi di wilayah pesisir dan laut

diupayakan agar tetap memperhatikan konsep keberlanjutan sehingga bisa

menjamin ketersediaan sumberdaya tersebut selama mungkin.

2.2.3 Sarana dan Struktur Pelindung Pantai

a) Sarana Pelindung Pantai menggunakan strategi proteksi bersifat

lunak (beach nourishment) menggunakan mangrove. Ekosistem mangrove

mempunyai daya lenting (resilience) yang mampu membuat lingkungan pesisir

dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (diantaranya kenaikan muka air

laut). Selain itu ekosistem mangrove dapat melindungi pantai dari abrasi, erosi

dan intrusi air laut kedalam air tanah.

Meningkatnya kebutuhan soft enginering sebagai alternatif teknologi

pelindung pantai dengan pendekatan lunak, mendorong berkembangnya studi

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

19

mengenai efektivitas mangrove sebagai greenbelt pantai. Untuk itu optimasi

teknologi yang menghasilkan pemanfaatan struktur lunak yang tepat sangat

dibutuhkan sebagai upaya mengembangkan teknologi konservasi dan rehabilitasi

pantai yang efisien, efektif, dan ramah lingkungan.

Kemampuan akar mangrove untuk meningkatkan elevasi dari permukaan

tanah mangrove, yaitu dengan menjebak transport sedimen dari daratan

(sediment trap), dapat dimanfaatkan untuk mengurangi tingginya tingkat

genangan air di daratan. Sehingga dapat mengurangi dampak banjir bagi

masyarakat.

Gambar 2.1. Rod surface elevation tables (RSETs), Daftar Tuas pengukur Elevasi Permukaan digunakan untuk mengukur perubahan elevasi melalui ketinggian

pohon/gradien produktivitas (Duvail and Hamerlynck, 2003; Mc. Kee et al. 2007)

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

20

Menurut Parnette (1993), McKee (2007) dan McLeod et al. (2006), hutan

mangrove mempunyai kemampuan sebagai penahan abrasi, amukan angin taufan

& tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, mampu menghadapi

perubahan cuaca dan kenaikan muka laut sehingga sangat dianjurkan untuk

dilestarikan. Guna pengelolaan reboisasi di Semarang perlu dilakukan kajian

analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya sebagai masukan dalam

penentuan kebijakan.

Kajian analisis tingkat keberlanjutan adalah bertujuan untuk menjamin bahwa

pengelolaan Semarang”water front city” akan terkelola secara berkelanjutan.

Ada beberapa metode analisis keberlanjutan “water front city” dari disiplin ke

ilmuan Arsitektur dan Civil Engineering yang menggunakan pendekatan infra

struktur dan urban/hunian (Gilmour et al. 2007). Berdasar latar belakang penulis

di bidang Program Studi Lingkungan (PSL), pendekatan yang digunakan dalam

disertasi ini adalah pengelolaan pesisir secara berkelanjutan dengan mengadopsi

soft-ware Rap-Fish yang dimodifikasi menjadi Rap-WITEPA. Kedua metoda

tersebut meskipun menggunakan dimensi yang hampir serupa, tetapi atribut yang

digunakan akan banyak berbeda.

Sistem perlindungan pesisir dari ancaman banjir rob, dengan

menggunakan hutan mangrove, saat ini belum dilaksanakan di Kota Semarang.

Namun berdasarkan kajian penelitian sebelumnya di tempat-tempat lain (Duvail

and Hamerlynck 2003; McKee et al. 2007) bahwa masing-masing metode

tersebut mempunyai kemampuan dalam menghadapi ancaman banjir akibat

kenaikan muka air laut walaupun dengan beberapa kekurangan, maka dirasakan

perlu adanya suatu kajian terhadap kemungkinan dilakukannya metode sistem

perlindungan tersebut bagi Kota Semarang. Selain itu juga perlu dilakukan

analisis dampak dari penerapan metode perlindungan tersebut agar dapat dicapai

upaya perlindungan yang berkelanjutan dan aman bagi lingkungan

b) Sumberdaya Pantai (Beache resources), berupa pasir, batu karang,

reef, gravel. Pantai (beach) secara ekologis didefinisakan sebagai gabungan

antara daerah pasang rendah, menengah , pasang tinggi, mencapai daerah

pencucian. Sumberdaya pantai disini berupa perlindungan pantai dan turisme

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

21

pantai yang secara tidak langsung pantai akan dilindungi oleh pembangunan

hotel, sarana turisme, budidaya penyu, dan lain lainnya.

c). Menggunakan strategi proteksi keras berupa struktur bangunan

pelindung pantai.

Menurut Burchartch dan Hughes (2001) : Struktur pelindung pantai

pesisir bertujuan untuk melindungi/mencegah bahaya erosi pantai dan terjadinya

banjir di pedalaman, termasuk melindungi lembah pelabuhan dan daerah

pemasukan pelabuhan terhadap arus gelombang, menstabilkan saluran navigasi

dan melindungi masuk dan keluarnya air. Adapun jenis-jenis struktur pelindung

yang sering digunakan adalah :

Sea dikes; Sea wall; Revetments; Bulkheads; Groins; Detached breakwaters;

Reef breakwaters; Submerged sills; Beach drain; Beach nourishment and dune

construction; Breakwaters; Floating breakwaters; Jetties; Training walls;

Storm surge barriers; Pipelines; Pile structures; Scour protection

c.1. Revetment

Revetment atau biasa disebut dengan “slope protection”adalah merupakan

bangunan pelindung tebing pantai terhadap gelombang yang relatif kecil,

misalnya pada kolam pelabuhan, reservoir/bendungan, jalan air (water-

way) ataupun pantai dengan gelombang kecil. Ada dua kelompok

revetment yaitu “permeable revetment” (open filter material- rip-rap,

stone pitching dan concrete block revetment) dan “ impermeable

revetment”(aspalt revetment dan bitument grouted stone concrete block)

c.2 Sea Wall

Sea Wall (dinding laut) merupakan pelindung tebing pantai terhadap

gelombang yang cukup besar. Kelemahan dari revetment maupun seawall

adalah kemungkinan terjadinya penggerusan yang cukup dalam di kaki

bangunan, sehingga dapat mengganggu stabilitas bangunan. Oleh karena

itu pada bagian kaki bangunan ini harus dibuatkan suatu pelindung erosi

yang cukup baik.

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

22

c.3 Bulkheads

Fungsi utama adalah untuk menahan terjadinya sliding tanah, selain

melindungi tanah dari kerusakan akibat gelombang.

c.4 Training Jetty

Merupakan bangunan pelindung yang digunakan untuk stabilisasi muara

sungai. Apabila tebing sungai relatif rendah, maka training jettty ini harus

dikombinasikan dengan tanggul sungai.

c.5 Groin (Groyne)

Groin adalah merupakan bangunan pelindung pantai yang direncanakan

untuk menahan/menangkap angkutan pasir (longshore transport) atau

untuk mengurangi angkutan pasir. Groin juga merupakan bangunan

(tipis, kecil) yang memotong pantai biasanya secara tegak lurus.

Groin hanya dapat dipergunakan untuk melindungi erosi pantai yang

disebabkan karena “longshore transport” dan bukan karena “offshore

transport”. Pembangunan groin pada suatu pantai yang tererosi akibat

“onshore transport” ataupun “offshore transport” dapat berakibat

mempercepat proses erosi.

c.6 Breakwater

Breakwater adalah merupakan pelindung pantai yang bertujuan untuk

mengurangi besarnya energi gelombang yang akan merusak daerah

tertentu. Bangunan ini biasanya dibuat untuk melindungi pelabuhan atau

daerah wisata bahari, disamping itu bangunan ini juga dapat digunakan

untuk menstabilkan muara sungai (Jetty). Bangunan ini dapat terbuat dari

tumpukan batu baik batu alam maupun batu buatan (lebih dikenal dengan

nama “rubble mound”

Ada 2 (dua) tipe tumpukan batu pemecah gelombang: Overtapping

breakwater dan Nonovertopping breakwater.

c.7 Offshore Dam

Menurut Ecolmantech (2006), konsep dasar pemasangan OSD adalah

untuk menghilangkan pengaruh langsung pasang air laut terhadap daratan

dan garis pantai. Air permukaan dapat mengalir secara alami ke dalam

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

23

danau yang terbentuk diantara OSD dan daratan, dengan jalan

merendahkan permukaan air.

Bila tinggi permukaan air didalam danau mencapai permukaan kritis, air di

dalam danau bisa dipompakan kedalam laut.

OSD dipasang dengan jarak tertentu dari garis pantai ke arah laut.

Design dan konstruksi dam tersebut berdasarkan tehnologi yang telah di

patentkan baru-baru ini (e.g. No. P0000037). Pembangunan dam dimulai dari

kota Kendal, di tarik ke timur dan berakhir di Jepara. Panjang dam diperkirakan

139 km, lebar 40 m, dan posisi terjauh OSD mencapai kurang lebih 15 km dari

garis pantai yang ada. Pada titik terjauh tersebut laut mempunyai kedalaman

kurang lebih 20 m. Daerah/areal yang berdekatan dengan OSD dan garis pantai

yang ada adalah sekitar 45.000 hektar, atau lebih luas dari kota Semarang

(37.000 hektar). OSD itu sendiri harus dilengkapi dengan area tanah baru (new

land area) untuk linear water front city (LWFC) mendekati 15,000 hektar,

termasuk area yang dibutuhkan untuk pelabuhan baru.

Pada pembangunannya akan diperoleh dua buah danau retensi (retention

lake) yang kemudian diubah menjadi danau air tawar (D1 dan D2) seluas lebih

dari 21.000 hektar (Gambar 2.2).

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

23

Gambar 2.2. Rencana Pembangunan Off Shore Dam (OSD) di Pesisir Kota Semarang

(sumber: Echolmantech 2006)

24

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

25

Mekanisme pengendalian rob dan banjir adalah sebagai berikut: puncak

ketinggian OSD harus 2,00 m diatas laut; ketinggian air didalam danau retensi

harus 3,00 m dibawah ketinggian permukaan laut dan, pada saat yang sama 2,00

m dibawah ketinggian estuari-estuari sungai yang ada. Danau-danau harus bisa

mengakomodasikan aliran air masuk dari sungai-sungai sampai ke kenaikan

maksimum 1,5 m. Diluar dari jumlah ini, bila ketinggian maksimum air telah

dicapai, maka sistem pemompaan air harus diaktifkan untuk membuang

kelebihan air danau ke laut bebas.

Dengan mekanisme ini, sistem alternatif water management level air

dengan penggunaan OSD akan secara terpusat bisa mengatasi masalah rob dan

intrusi air laut di sekeliling daerah pantai Semarang.

Namun menurut (Duvail and Hamerlynck 2003), laporan dari World Commision

on Dams’2000 menyatakan assesmen yang didasarkan pada studi kasus di

banyak tempat menunjukkan bahwa banyak dam tidak melakukan fungsi yang

sesuai dengan manfaat atau jasa pelayanan yang diharapkan. Juga, dampak

negatif sosial dan lingkungan dari dam sering kurang diantisipasi atau kurang

diperkirakan (under-estimate) sebelumnya. Sehingga gagasan pembuatan Dam

Lepas Pantai (Off Shore Dam/OSD) untuk penanggulangan banjir rob di pesisir

Kota Semarang juga perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dari segi sosial,

ekonomi, maupun ekologi/lingkungan, untuk menjamin keberlanjutan dari sistem

perlindungan pesisir tersebut.

2.3. Pengembangan dan Pengelolaan Pesisir dan Laut

Banyak teori pengembangan dan pengelolaan wilayah yang dapat

dijadikan acuan dalam konteks pengelolaan lingkungan wilayah tepian pantai.

Teori-teori tersebut dibangun atas dasar dan tujuan yang berbeda-beda.

Kelompok pertama adalah teori-teori yang memberi penekanan pada

kesejahteraan wilayah (regional prosperity). Kelompok kedua memberi

penekanan pada sumberdaya alam dan lingkungan yang dinilai mempengaruhi

keberlanjutan sistem produksi (sustainable production). Kelompok ini sering

disebut sebagai kelompok yang peduli pada pembangunan berkelanjutan.

Kelompok ketiga memberi penekanan pada institusi (kelembagaan) dan proses

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

26

pengambilan keputusan (decision making) di tingkat lokal sehingga kajian

terfokus pada pemerintahan yang bertanggung jawab dan berkinerja baik.

Ketiga kelompok teori ini memberikan implikasi yang berbeda dalam

fokus pengembangan wilayah. Menurut Akil (2001), penerapan teori ini

didasarkan pada perhatian terhadap masalah utama yang dihadapi

masyarakat/wilayah dengan sasaran pada 3 aspek, yaitu perekonomian yang baik

(good economy), masyarakat yang baik (good society) dan proses politik yang

baik (good political process). Sejalan dengan sasaran tersebut, Haeruman (2001)

mengatakan bahwa dalam perkembangannya, konsep pengembangan wilayah

sejalan dengan penetapan priorits pembangunan ekonomi. Pada mulanya,

pembangunan dilakukan untuk tujuan efisiensi (efficiency objective).

Pengalaman kemudian membawa pada berkembangnya pemikiran untuk juga

memberikan prioritas bagi tujuan pemerataan (equity objective). Dengan adanya

pergeseran orientasi tersebut, kebijakan pembangunan tidak dapat hanya

memaksimalkan efisiensi saja, tetapi harus ada keseimbangan tawar-manawar

(trade-off) antara keduanya.

Aktualisasi konsep pengelolaan secara terpadu dapat diwujudkan melalui

strategi pengelolaan potensi ekonomi wilayah. Dalam kaitan ini Haeruman

(2001), melihat adanya pergeseran paradigma pembangunan ekonomi yang

dipengaruhi oleh perkembangan demokrasi dan kecenderungan global yang pada

dasarnya mencakup hal-hal berikut :

a. Pergeseran dari integrasi fungsi (functional integration) yang

memberi tekanan pada pendekatan sektoral menuju integrasi

kedaerahan (territorial integration) yang memberi tekanan pada

pemberdayaan masyarakat lokal.

b. Pergeseran dari pengembangan nasional (national development)

menuju pengembangan lokal (local development). Pembangunan

nasional di masa datang merupakan kerangka tindakan dari

pembangunan masyarakat lokal yang bercirikan karakteristik wilayah.

c. Pergeseran dari dikotomi desa dan kota (rural and urban dichotomy)

menuju keterkaitan desa-kota (rural-urban linkages). Pengembangan

pengelolaan dimasa datang harus melihat keterkaitan antara desa dan

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

27

kota sebagai suatu mata rantai pengelolaan ekonomi wilayah yang

saling mempengaruhi.

d. Pergeseran dari orientasi daratan menuju ke orientasi pesisir dan

kepulauan. Pengembangan pengelolaan wilayah di masa datang perlu

mempertimbangkan akses dari simpul ke simpul, sumberdaya alam di

laut yang bersifat dinamis, serta keterkaitan antara pemanfaatan

sumberdaya alam dan kewenangan masyarakat lokal.

2.4. Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan

Konsep pembangunan yang mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi,

sosial-budaya yang disebut dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) telah disepakati secara global sejak diselenggarakannya United

Nation’s conference on the human environment di Stockholm tahun 1972.

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat

memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi

mendatang untuk dapat memenuhi kebutuhannya (WCED, 1987). Komisi

Brundland menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu

kondisi yang kaku mengenai keselarasan, tetapi lebih merupakan suatu proses

perubahan yang mana eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi

perkembangan teknologi, dan perubahan situasi dibuat konsisten dengan masa

depan seperti halnya kebutuhan saat ini. Pada tingkat yang minimum,

pembangunan berkelanjutan tidak boleh membahayakan sistem alam yang

mendukung semua kehidupan di muka bumi.

Pembangunan selalu memiliki implikasi ekonomi, sosial-budaya, dan

politik. Pembangunan dapat dikatakan sebagai vektor dari tujuan sosial suatu

masyarakat. Tujuan tersebut menjadi atribut dari apa yang ingin dicapai atau di

maksimalkan oleh masyarakat, yang dapat mencakup kenaikan pendapatan

perkapita, perbaikan kondisi gizi dan kesehatan, pendidikan, akses terhadap

sumberdaya, distribusi pendapatan yang lebih merata, dan sebagainya sehingga

konsep berkelanjutan dapat diartikan sebagai persyaratan umum dimana karakter

vektor pembangunan tersebut tidak berkurang sejalan dengan waktu (Pearce and

Tannis, 1999).

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

28

Dalam hal pengelolaan sumberdaya alam, telah disepakati secara global

mengenai bagaimana seharusnya sumberdaya alam dikelola agar berkelanjutan

sebagai dasar bagi peningkatan kesejahteraan manusia dan kegiatan ekonomi.

Kesepakatan ini jelas menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya alam harus

mempertimbangkan ketiga aspek sekaligus yakni ekologi, ekonomi dan sosial-

budaya. Sejalan dengan hal ini, upaya mengubah pola konsumsi dan produksi

yang tidak berkelanjutan menjadi hal utama untuk mendukung upaya

perlindungan daya dukung ekosistem dan fungsi lingkungan sebagai prasyarat

peningkatan kesejahteraan masyarakat generasi sekarang dan yang akan datang.

Sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable

Development COMHAR, 1999 Concept), terdapat 7(tujuh) tema :

Kepuasan (satisfaction) kebutuhan manusia dalam penggunaan

sumberdaya secara efisien

Equiti/kekayaan, keadilan antar generasi

Menghormati integritas keragaman hayati dan ekologi

Pemerataan kekayaan (equity), keadilan antar negara dan wilayah

Pemerataan kekayaan (equity), keadilan antar generasi

Keadilan sosial

Menghormati harta peninggalan/warisan dan keaneka ragaman

Membuat keputusan terbaik

Pengelolaan sumberdaya/fasilitas infra struktur, pembangunan peralatan

perlindungan pantai (Coastal Zone Protection), guna memfasilitasi kota tepian

air tersebut diatas harus dilaksanakan sesuai dengan kewajiban minimum

memenuhi 2 (dua) aspek dari ke tujuh aspek diatas

Membuat suatu keputusan terbaik (Good decision making) dalam

pemilihan alternative konsep pengelolaan kota tepian air dimana,

secara ekologis meningkatkan kualitas ekosistem, secara ekonomi

dengan valuasi ke-ekonomian terbaik dan mendorong peningkatan

pendapatan/peningkatan ke-ekonomian PEMDA dan masyarakat

terkait, dan secara sosial budaya meningkatkan kesempatan/lowongan

pekerjaan bagi masyarakat dan pendidikan.

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

29

Pemerataan dan keadilan sosial (Social Equity), keikut sertaan

keterlibatan/peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan.

2.5 Daya Dukung Lingkungan, Eksternalitas dan Kesesuaian Lahan

2.5.1 Daya Dukung Lingkungan

Menurut Rais et al. dalam Bohari R. (2009), permasalahan yang

berhubungan dengan pengelolaan pembangunan wilayah pesisir seperti

pencemaran, kelebihan tangkap, erosi, sedimentasi, kepunahan jenis dan konflik

penggunaan ruang merupakan akibat dari terlampauinya tekanan lingkungan

yang ditimbulkan oleh penduduk serta segenap aktifitas pembangunan terhadap

lingkungannya dimana memiliki kemampuan terbatas.

Daya dukung lingkungan pesisir diartikan sebagai kemampuan suatu

ekosistem untuk menerima jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi

terjadinya kerusakan lingkungan (Krom, 1998). Daya dukung lingkungan sangat

erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan

jumlah limbah yang dapat dibuang ke dalam lingkungan tanpa menyebabkan

polusi (UNEP, 1993)

Menurut Odum, Daya dukung lingkungan adalah jumlah populasi

organisme yang kehidupannya dapat didukung oleh suatu kawasan/ekosistem

Menurut Scones (1993) didalam Bohari R. 2009. Daya dukung

lingkungan dibagi dalam 2 hal, yaitu: (1) daya dukung ekologis adalah jumlah

maksimum hewan-hewan pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa

mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan, serta terjadinya kerusakan

lingkungan secara permanen. (2) daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi

(skala usaha) yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh

tujuan usaha secara ekonomi. Menurut Poernomo (1997) daya dukung untuk

lingkungan perairan adalah suatu yang berhubungan erat dengan produktifitas

lestari perairan tersebut. Artinya daya dukung lingkungan itu sebagai nilai mutu

lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi dari semua unsur atau komponen

(kimia, fisika dan biologi) dalam suatu kesatuan ekosistem.

Daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh variabel-variabel populasi,

lahan/area dan waktu yang dapat dirumuskan sebagai: dN/dt = k.L.A ( L – N)

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

30

dimana N = banyaknya populasi, L = kapasitas maksimum lingkungan yang

dapat mendukung pertumbuhan, k = koefisien pertumbuhan, t = waktu, A = area

Menurut Inglis et.al, jenis daya dukung: daya dukung fisik (ukuran, jumlah,

area), daya dukung produksi (kelimpahan stock), daya dukung ekologi (pengaruh

kelimpahan stock terhadap ekosistem), dan daya dukung sosial. Menurut

Widigdo (2004), penentu daya dukung suatu wilayah adalah: 1) kondisi biofisik

wilayah, 2) permintaan manusia akan sumberdaya alam dan lingkungan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan paradigma ini, metode

penghitungan daya dukung kawasan pesisir dilakukan dengan menganalisis:

1) Kondisi (variabel) biogeofisik ( iklim, Geologi dan tanah, Geomorfologi,

Physiography, Hidrologi & Oceanografi, Flora dan Fauna) yang

menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksi/menyediakan

SDA dan JASLING.

2) Variabel Sosekbud yang menentukan demand/kebutuhan (kependudukan,

standard hidup, pembangunan: target pertumbuhan ekonomi, social

equity)

Variabel Biofisik wilayah pesisir akan menentukan kemampuan wilayah pesisir

dalam menyediakan SDA & Jasling ( ruang, SDA pulih dan tak pulih, asimilasi

limbah, amenities and life support system ). Variabel Biofisik bisa dimanipulasi

atau diperbaiki oleh sentuhan teknologi, manajemen, ekspor-import.

Variabel Sosekbud yang menentukan demand, akan menentukan permintaan

manusia terhadap SDA & Jasling ( bahan pangan, bahan sandang, ruang dan

bahan pemukiman, bahan dan jasa kesehatan, bahan dan jasa pendidikan,

kebutuhan sekunder, tersier, dsb. Pembangunan/pengelolaan akan berkelanjutan

bila: Permintaan manusia terhadap SDA & Jasling lebih kecil dari kemampuan

wilayah dalam menyediakan SDA & Jasling.

Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis tetapi bervariasi sesuai

dengan kondisi biogeofisik wilayah dan kebutuhan manusia akan sumberdaya

alam dan jasa-jasa lingkungan (goods and services) di wilayah tersebut. Oleh

karena itu daya dukung suatu wilayah dapat ditentukan atau diperkirakan secara:

Kondisi biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam

memproduksi/menyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang ada di

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

31

wilayah pesisir (Rais, 2000). Dengan demikian, tahapan untuk menetapkan atau

menentukan daya dukung wilayah pesisir untuk mewujudkan pembangunan

secara berkelanjutan adalah:

1. Menetapkan batas-batas vertikal, horisontal terhadap garis pantai,

wilayah pesisir sebagai suatu unit pengelolaan.

2. Menghitung luasan wilayah pesisir yang di kelola

3. Mengalokasikan (zonasi) wilayah pesisir tersebut menjadi tiga (3) zona

utama yaitu: zona preservasi, zona konservasi dan zona pemanfaatan..

4. Menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan zona

pemanfaatan.

Selain tahapan tersebut diatas juga dilakukan penghitungan tentang

potensi dan distribusi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tersedia,

misalnya stock assessment sumberdaya perikanan, potensi hutan mangrove,

pengkajian ketersediaan air tawar , pengkajian tentang kapasitas asimilasi dan

pengkajian tentang permintaan internal terhadap sumberdaya alam dan jasa

lingkungan. Analisis tentang konsep daya dukung untuk pembangunan wilayah

pesisir yang lestari harus memperhatikan keseimbangan kawasan.

Untuk kegiatan yang bernilai ekonomi, Rais (2000) membagi menjadi 3

kawasan yaitu:

a) Kawasan preservasi yaitu kawasan yang memiliki nilai ekologis tinggi

seperti tempat berbagai hewan untuk melakukan kegiatan reproduksinya,

dan sifat-sifat alami yang dimiliki seperti green belt, kegiatan yang boleh

dilakukan di kawasan ini adalah untuk yang bersifat penelitian dan

pendidikan, rekreasi alam yang tidak merusak, kawasan ini paling tidak

meliputi 20% dari total area.

b) Kawasan konservasi yaitu kawasan yang dapat dikembangkan namun

tetap dikontrol, seperti perumahan, perikanan rakyat, dan kawasan ini

meliputi tidak kurang dari 30% dari total area.

c) Kawasan pengembangan intensif termasuk didalamnya kegiatan budidaya

secara intensif. Limbah yang dibuang dari kegiatan ini tidak boleh

melewati batas kapasitas asimilasi kawasan perairan. Zona ini mencakup

50% dari total area.

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

32

2.5.2 Eksternalitas

Dalam ilmu ekonomi, konsep eksternalitas telah lama dikenal. Istilah ini

mengandung pengertian bahwa suatu proses produksi dapat menimbulkan

adanya manfaat atau biaya yang masih belum termasuk dalam perhitungan biaya

proses produksi. Dalam pengertian ekonomi, diketahui bahwa pemilikan atau

pemanfaatan atau produksi suatu barang oleh seseorang akan menimbulkan

manfaat menghasilkan produk yang bernilai guna pada pemiliknya atau pada

orang lain. Hal sebaliknya bisa juga terjadi, yaitu menghasilkan dampak atau

barang yang merugikan. Keadaan seperti ini, yaitu adanya output suatu proses

yang menimbulkan manfaat maupun dampak negatif pada orang lain disebut

eksternalitas. Bila manfaat yang dirasakan oleh orang lain, maka disebut

eksternalitas positif dan bila kerugian disebut eksternalitas negatif karena

mekanisme pasar sistem perekonomian yang berlangsung saat ini pada umumnya

tidak memasukkan biaya eksternalitas dalam biaya produksi (WWF, 2004).

Dampak lingkungan atau eksternal negatif timbul ketika satu variabel

yang dikontrol oleh suatu agen ekonomi tertentu mengganggu fungsi utilitas

(kegunaan) agen ekonomi yang lain. Dalam pengertian lain, efek samping atau

eksternalitas terjadi ketika kegiatan konsumsi atau produksi dari suatu individu

atau kelompok atau perusahaan mempunyai dampak yang tidak diinginkan

terhadap utilitas atau fungsi produksi individu, kelompok atau perusahaan lain

(Fauzi, 2004).

2.5.3 Kesesuaian Lahan

Menurut Sugiarti et al..(2000). Sjafi’i et al. (2001). di dalam Rofiko

(2005), parameter kesesuaian penggunaan lahan adalah sebagai berikut:

a). Kriteria kawasan pariwisata pesisir:

Ketersediaan air tawar terletak pada air permukaan dan daerah resapan.

Tingkat rawan bencana : sangat rendah sampai ringan

Drainase: tidak tergenang

Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran,reklamasi

Tipe tanah: pasir, pasir berlempung

Sempadan pantai dan sungai

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

33

b) Kriteria kawasan perikanan:

Kekeruhan 2-30 NTU

Salinitas 27-33%

Oksigen terlarut mimimal 3 ppm

Suhu 27-32oC

Arus perairan 5-15 cm/detik

Kecerahan > 3 meter

Kadar padatan tersuspensi 5-25 ppm

Derajat keasaman 6,5 – 9,0

c) Kriteria kawasan industri

Ketinggian: pedataran sampai perbukitan sedang

Kemiringan lereng: 0 – 8%

Ketersediaan air tawar terletak pada air permukan dan daerah resapan

Rawan bencana: sangat rendah sampai ringan

Drainase: tidak tergenang

Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran,reklamas

d) Kriteria kawasan pelabuhan

Ketersediaan air tawar terletak pada air permukaan dan daerah resapan

Rawan bencana: sangat rendah sampai ringan

Drainase: tidak tergenang

Penggunaan lahan: alang-alang, semak, hutan, kebun campuran,

reklamasi.

Ketinggian: pedataran sampai perbukitan sedang

Kedalaman: > 13 meter

Pasang surut: < 2 meter

Gelombang laut: < 0,2 meter

Arus laut: < 0,5 knot

Angin: < 8,5 knot

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

34

2.6 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu

Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut bersifat unik dan sangat berbeda

dengan pengelolaan sumberdaya terrestrial atau perairan. Menurut Clark (1998),

Begum (1993) dan Klaus et all (2003) ,untuk itu diperlukan program pengelolaan

khusus yang disebut dengan ICZM (Integrated Coastal Zone Management) atau

IMCAM (Integrated Marine and Coastal Area Management). ICZM didisain

untuk membangun sistem pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pesisir dan

laut dalam rangka mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan

konservasi ekologi (Jorge, 1997).

Integrated Coastal Zone Management adalah sistm pengelolaan

sumberdaya yang dilakukan pada level lokal/regional (Holder, 2003; French,

2004) dengan bantuan pemerintah pusat (Clark,1998). Berkolaborasi dengan

berbagai stakeholder, mulai dari masyarakat pesisir, para pelaku dari berbagai

sektor ekonomi (perikanan, pertanian, perindustrian dan pariwisata), para

konservasionist dan pemerintah pusat (Jorge, 1997).

Fokus dari ICZM adalah pada pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan,

konservasi biodiversitas, perlindungan lingkungan dan penanggulangan bencana

alam diwilayah pesisir dan laut. Konsep diarahkan untuk mewarnai

pembangunan wilayah pesisir dan laut melalui pendidikan, pengelolaan

sumberdaya dan penilaian lingkungan. Di antara instrumen utama ICZM adalah

peraturan pemerintah tentang perlindungan biodiversitas dan pengendalian

pemanfaatan sumberdaya serta penilaian lingkungan yang dapat memprediksi

dampak dari berbagai kegiatan pembangunan (Clark, 1998).

Keluasan partisipasi publik, koordinasi antara pemerintah dengan sektor

swasta serta pengembangan keilmuan tentang konservasi wilayah pesisir dan laut

sangat ditekankan dalam konsep ICZM. Pada tataran perencanaan, melakukan

penilaian terhadap berbagai rencana kegiatan, menyiapkan rencana

penanggulangan dampak dan alternative kegiatan yang menjamin

berlangsungnya pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan. Pada tataran

pengelolaan, memberikan petunjuk (guidance) pada proses pembangunan

wilayah pesisir dan laut untuk meningkatkan konservasi sumberdaya dan

perlindungan biodiversitas dengan menggunakan berbagai pendekatan.

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

35

Diantara beberapa pendekatan dasar yang digunakan, adalah Joseph dan

Balchand (2000) menekankan pentingnya zoning sebagai pendekatan utama

ICZM. Dalam konteks zoning, wilayah pesisir dan laut mengenal beberapa zona

sub-devisi (subdivision zone), yaitu zona preservasi (preservation zone), zona

riset keilmuan (scientific research zone), zona satwa liar (wilderness zone), zona

taman nasional (national park zone), zona rekreasi (recreation zone) dan zona

pemanfaatan umum (general use zone). Pelaksanaan zonasi telah banyak

digunakan oleh negara-negara pantai untuk mengimplementasikan ketentuan

tentang pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara efektif. Prosedur ini

meliputi perizinan, penguasaan lahan serta rehabilitasi dan revisi secara berkala

baik secara administratif maupun ilmiah.

Program konservasi wilayah pesisir dan laut yang kaya akan berbagai

sumberdaya dipandang penting seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang

semakin cepat. Wilayah pesisir sarat akan berbagai pemanfaatan, seperti

permukiman, perdagangan, rekreasi, militer dan industri. Di berbagai belahan

dunia, pertumbuhan ekonomi yang tidak berkelanjutan dan pertumbuhan

penduduk yang pesat merupakan faktor penekan utama wilayah pesisir dan laut

Konversi lahan di wilayah pesisir dan laut untuk berbagai kepentingan

berlangsung begitu dahsyat dan berdampak pada terjadinya degradasi dan deplesi

sumberdaya alam dan pencemaran.

Beberapa program ICZM yang penting diantaranya adalah meningkatkan

produktifitas perikanan dan pendapatan dari sektor swasta, mempertahankan

fungsi hutan mangrove, serta melindungi kehidupan dan sumberdaya lainnya dari

kerusakan. ICZM menjamin keberlanjutan ekonomi berbasis sumberdaya dalam

jangka panjang. Menurut Worm (1998), pengelolaan wilayah pesisir dan laut

harus didasarkan pada kesadaran tentang potensi sumberdaya yang unik yang

dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masa depan dengan tanpa

meninggalkan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan.

Berkaitan dengan berbagai persoalan yang dihadapi ICZM, Clark (1998)

mengemukakan beberapa persoalan penting sebagai berikut :

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

36

a. Degradasi sumberdaya.

Eksploitasi sumberdaya pesisir dan laut sampai saat ini dinilai telah

melampaui kapasitas yang tersedia. ICZM menawarkan konsep

manajemen penggunaan secara berkelanjutan (sustainable use

management) yang menjamin ketersediaan sumberdaya terbarukan

(renewable) untuk saat ini dan masa depan.

b. Pencemaran.

Pencemaran industri, kegiatan minyak dan gas, erosi dan sedimentasi

menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung dan kualitas

sumberdaya. Pencemaran bersumber dari daratan dan terbawa ke laut

melalui sungai.

c. Penurunan nilai Biodiversitas / keanekaragaman hayati.

Konsekuensi dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi

adalah tekanan terhadap spesies yang memiliki nilai estetika dan

ekonomis tinggi. Pengaturan melalui kebijakan pemerintah diperlukan

untuk melindungi spesies yang terancam punah.

d. Bencana alam.

ICZM mengintegrasikan perlindungan kehidupan dan sumberdaya pesisir

dan laut dari bencana alam (misalnya banjir, siklon dan penurunan tanah)

ke dalam perencanaan pembangunan.

e. Kenaikan permukaan air laut (Giles, 2002)

Kenaikan permukaan air laut lebih dari 1 kaki (30 cm) dalam kurun

waktu 100 tahun terakhir disebabkan oleh tingginya konsentrasi gas

rumah kaca (GRK) di atmosfir berpotensi menimbulkan banjir yang

mengancam kehidupan masyarakat.

f. Abrasi pantai.

Abrasi merupakan masalah yang mengancam masyarakat yang tinggal di

dekat bibir pantai. ICZM merekomendasikan pendekatan non-struktural

seperti penataan kembali garis pantai dan pemeliharaan jarak aman dari

garis pantai untuk semua kegiatan pembangunan.

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

37

g. Penggunaan lahan.

Penggunaan lahan yang tidak terkendali seperti permukiman peduduk,

reklamasi pesisir tanpa AMDAL yang benar berpotensi menimbulkan

dampak negatif terhadap ekosistem pesisir (misalnya terjadinya

penurunan biodiversitas karena pencemaran). ICZM mengantisipasi hal

semacam itu dan merekomendasikan solusinya.

h. Pedalaman (Hinterland).

ICZM berperan dalam menyusun strategi untuk mengurangi dampak

negatif pemanfaatan lahan hinterlands terhadap sumberdaya pesisir dan

laut.

i. Bentang darat (Landscap).

Bentang darat dan pemandangan alam wilayah pesisir dan laut bersifat

unik, sehingga memerlukan perhatian khusus untuk melindungi dan

menjamin akses masyarakat ke wilayah tersebut. Salah satu program

ICZM adalah melakukan preservasi keindahan pemandangan alam.

j. Konflik pemanfaatan sumberdaya.

Wilayah pesisir dan laut menyimpan potensi konflik diantara para

stakeholder. ICZM menyediakan platform metodologi resolusi konflik

secara formal.

2. 7. Kota Tepian Air (Waterfront City)

2.7.1. Pengertian Waterfront dan Waterfront City

Menurut Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 34, No. 2, Desember 2006,

pengertian waterfront dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi

laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003).

Sedangkan, urban waterfront (kota tepian air) mempunyai arti suatu lingkungan

perkotaan yang berada di tepi atau dekat wilayah perairan, misalnya lokasi di

area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn, 1983).Dari kedua pengertian

tersebut maka definisi dari waterfront adalah suatu daerah atau area yang terletak

di dekat/berbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa

kegiatan dan aktivitas pada area pertemuan tersebut.

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

38

Berdasarkan tipe proyeknya, tepian air dapat dibedakan menjadi 3 jenis,

yaitu konservasi, pembangunan kembali (redevelopment), dan pengembangan

atau revitalisasi (development/revitalization). Konservasi adalah penataan tepian

air kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap

dinikmati masyarakat. Sebagai contoh, bila pada pesisir Semarang dilakukan

penanganan kebijakan seperti apa adanya (as usual), hanya dilakukan penjagaan

agar tetap dinikmati masyarakat.

Pembangunan kembali adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-

fungsi tepian air lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan

masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang

ada. Sebagai contoh, bila pada pesisir Semarang dilakukan penanganan kebijakan

dimana disamping penjagaan agar tetap dinikmati masyarakat, juga dilakukan

usaha-usaha evaluasi, pembenahan, penataan dan menghidupkan kembali

potensi fungsi-fungsi tepian air (reboisasi mangrove, penanaman terumbu

karang, budidaya rumput laut, pembangunan struktur pelindung sederhana,

pengolahan limbah untuk menciptakan badan air yang bersih).

Pengembangan atau revitalisasi adalah usaha menciptakan tepian air yang

memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi

pantai. Sebagai contoh, bila pada pesisir Semarang dilakukan penanganan

kebijakan pemasangan dam lepas pantai yang membentang dari Kendal sampai

Demak, seperti yang diusulkan oleh Ecolmantech (2001).

Berdasarkan fungsinya, tepian air dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu

tepian air pemanfaatan terpadu (mixed-used waterfront), tepian air rekreasi

(recreational waterfront), tepian air tempat tinggal (residential waterfront), dan

tepian air untuk kerja (working waterfront). Tepian air pemanfaatan terpadu

adalah tepian air yang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran,

restoran, pasar, rumah sakit, dan atau tempat-tempat kebudayaan. Tepian air

rekreasi adalah adalah semua kawasan tepian air yang menyediakan sarana-

sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain,

tempat pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar. Tepian air tempat tinggal

adalah perumahan, apartemen dan resort yang dibangun di pinggir perairan.

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

39

Tepian air untuk kerja adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial,

galangan kapal, reparasi kapal pesiar, dan fungsi-fungsi pelabuhan.

4.7.2 Profil “water front city” secara ekologis

Sebagai wilayah peralihan, ekosistem waterfront memiliki struktur

komunitas dan tipologi yang berbeda dengan ekosistem lainnya ( wilayah

waterfront merupakan wilayah daratan kecamatan pesisir sampai pasang surut

terendah kearah laut).

Ekosistem alami dari waterfront adalah : hutan mangrove, padanglamun,

pantai ber pasir, pantai berbatu, formasi pescapare, formasi barringtonia, estuaria

laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah

pasang-surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman.

Menurut Salm (1984), ekosistem diklasifikasikan sebagai:

a. Ekosistem waterfront yang secara permanen atau berkala tergenangi air

adalah: 1) hutan mangrove (2) padang lamun (3) estuaria (4) pantai pasir

(5) pantai berbatu

b. Ekosistem waterfront yang tidak tergenangi air adalah: 1) Formasi

Pescarpae: Ekosistem ini umumnya terdapat di belakang pantai berpasir.

Formasi pescarpae didominasi oleh vegetasi pionir, khususnya Impomea

pescarpae (kangkung laut). 2) formasi baringtonia

Burbrige dan Maragor (1985) mengusulkan suatu sistem klasifikasi lebih

sederhana dan lebih fungsional terdiri dari hanya 10 tipe ekosistem, yaitu:

agroekosistem, tambak, rawa air tawar, pantai, estuaria, hutan rawa pasang –

surut, hutan mangrove, padang lamun (seagrass), terumbu karang, ekosistem

demersal, dan ekosistem pelagik. Keterkaitan (hubungan fungsional) antara 10

ekosistem tersebut digambarkan sebagai berikut.

4.7.3 Penggunaan lahan water front city

Adalah pada kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan

sebagai kawasan terpadu dengan memanfaatkan kondisi pantai sebagai lokasi

pengembangan. Potensi dalam hal ini adalah kawasan yang memiliki embrio

pengembangan kearah pantai dan berpotensi sebagai kawasan terpadu dengan

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

40

pengembangan berbagai aktifitas . Dalam rencana penetapan penggunaan

kawasan strategis water front city perlu dipertimbangkan:

1. Pembangunan longstorage yang aman menjadi tanggung jawab

pengembangan

2. Harus membangun sistem pengaman pantai

3. Desain geometris kawasan harus aman terhadap dampak negatif (abrasi,

sedimentasi, backwater)

4. Ketinggian dan design bangunan mempertimbangkan KKOP dan

keselapatan penerbangan.

5. Kawasan terpisah dari bandara

6. Membangun akses tersendiri

7. Pengembangan untuk jasa, rekreasi, permukiman dan fasilitas. Tidak

dimungkinkan untuk pengembangan industri.

8. Kawasan sepanjang tepi pantai untuk ruang terbuka dan konservasi

9. Pemenuhan kebutuhan utilitas (air bersih, sampah, limbah lainnya) harus

mandiri

10. Pemanfaatan lahan reklamasi dapat dilaksanakan setelah terbentuk

kestabilan lahan.

Kriteria umum dari penataan dan pendesainan tepian air adalah

(Prabudiantoro, 1997) :

Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut,

danau, sungai, dan sebagainya )

Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman atau

pariwisata

Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukuman

industri, atau pelabuhan

Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan

Pembangunan dilakukan ke arah vertikal-horisontal.

Page 29: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

41

Aspek- aspek yang Menjadi Dasar Perancangan Pengembangan Konsep

Waterfront

Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang mendasari

keputusan - keputusan rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah

faktor geografis serta konteks perkotaan (Wren, 1983 dan Toree, 1989).

a. Faktor Geografis

Merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan

menentukan jenis serta pola penggunaannya. Termasuk di dalam hal ini adalah:

Kondisi perairan, yaitu dari segi jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan

konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya.

Kondisi lahan: ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta

kepemilikannya

Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperatur, angin, serta curah

hujan.

b. Konteks perkotaan (Urban Context)

Adalah merupakan faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri

khas tersendiri bagi kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara

kawasan waterfront yang dikembangkan dengan bagian kota yang terkait.

Termasuk dalam aspek ini adalah:

Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan

waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai

sarana publik.

Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang

perlu ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi

atau penggunaan adaptif) serta bagian tradisi yang perlu dilestarikan.

Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta

pengaturan sirkulasi di dalamnya.

Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan

satu kawasan waterfront dengan lainnya.

Page 30: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

42

Perencanaan Pengembangan Waterfront di Indonesia

Melihat topografi Indonesia sebagai negara kepulauan, konsep tersebut sangat

cocok dikembangkan di: Menado, Makasar, Jakarta (Pantai Indah Kapuk dan

Ancol), Pekanbaru dan Semarang.

Pengembangan Fungsi Kawasan Yang Dapat Diterapkan

Sebagai Kawasan Bisnis

Di dalam “Waterfront Development” dapat dikembangkan sebagai

kawasan bisnis sebagai contoh di Canary Wharf salah satu bagian kawasan

“London Docklands”. Di daerah tersebut terlihat di tepian air banyak gedung -

gedung perkantoran serta kondominum. Kawasan tersebut dapat menjadi pusat

bisnis.

Sebagai Kawasan Hunian

Harus diperhatikan kualitas air sesuai dengan persyaratan hunian. Dalam

pengembangan hunian di tepi air dapat di bangun produk rumah ataupun

kondominium. Penerapan kawasan huian di tepi air dapat dilihat di daerah Port

Grimoud - Prancis. Di sepanjang aliran sungainya banyak terbangun hunian

bertingkat.

Sebagai Kawasan Komersial dan Hiburan, Plaza, dsb. dengan kualitas air

sesuai dengan kebutuhan.

2.7.4. Kota Tepian Air Di Indonesia

Terdapat sekitar 216 kota tepian air (KTA), diantaranya adalah Jakarta,

Pontianak, Balikpapan, Semarang, Menado, Palembang, Banjarmasin, dsb.

Masing-masing kota tepian air ini umumnya mempunyai kelebihan, keunikan

dan daya tarik tersendiri. Kondisi ini bila dikelola dengan baik tentu akan

memberikan manfaat bagi pemerintah kota setempat dan warganya.

Kota atau kawasan tepian air di Indonesia pada umumnya memegang

peranan dan fungsi yang sangat penting, karena selain secara historis merupakan

titik awal pertumbuhan suatu kota, juga sebagai pintu gerbang aktivitas

kawasan/kota baik aktivitas ekonomi, sosial maupun budaya dari arah laut.

Tetapi hampir semua kota tepian air di Indonesia yang ada saat ini menunjukkan

Page 31: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

43

bahwa secara fisik dan fungsi kota, kurang optimal pengembangannya dan

pemanfaatannya, baik dari aspek kota sebagai ruang publik maupun aset

ekonomi kota. Sementara pengembangan kawasan tepian pantai yang sudah ada

belum tentu berhasil menjadikan kawasan tepian pantai tersebut sebagai kawasan

pemanfaatan terpadu yang terangkai menerus dan saling menunjang baik

kepentingan ekonomi maupun kepentingan ruang untuk masyarakat luas,

sehingga pada umumnya keindahan pantai tidak dapat diakses dan dinikmati

secara langsung oleh masyarakat dan cenderung terkotak-kotak dalam

kepemilikan pribadi. Disamping itu aset-aset budaya dan ekonomi kawasan

kurang dimanfaatkan serta kurang terintegrasi dengan sistem kota.

1. Jakarta Kota Tepian Sungai

Kota Jakarta dengan Sungai Ciliwung dan kedua belas sungai yang

mengalirinya. Fenomena pemanasan global dan degradasi kualitas lingkungan

memaksa Jakarta harus membangun kota (sungai) ramah air untuk

menghidupkan kembali air dalam tata kotanya. Sebagai Kota Sungai, Pemerintah

Propinsi DKI harus merefungsi bantaran sungai bebas dari sampah dan

permukiman, menghijaukan kembali bantaran serta menjadikan halaman muka

bangunan dan wajah kota

2. Balikpapan Kota Tepian Pantai

Seperti Kota Tepian Air lainnya di Indonesia, aset-aset budaya dan

ekonomi kawasan kurang dimanfaatkan serta kurang terintegrasi dengan sistem

kota. Selain hal tersebut, terdapat isue-isue strategis sehubungan dengan

pengembangan kawasan tepian pantai Pusat Kota di Balikpapan, yaitu :

Pengembangan pantai Melawai sebagai area rekreasi pantai yang

merupakan kawasan khusus wisata dipusat kota

Ruang-ruang terbuka milik Pertamina akan dikembalikan kepada

Pemerintah Daerah pada tahun 2003

Pertamina akan menawarkan aset-aset non operasional

(entertainment center) kepada pihak swasta/investor

Page 32: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

44

Pemerintah Daerah sampai saat ini belum mempunyai grand

scenario dan urban guideline secara khusus dalam pengembangan

kawasan tepian air di pusat kota.

Visi : Menjadi Pusat Kota Baru Yang bernuansa pantai di pusat kota Balikpapan

Misi :

Menciptakan Central Business District yang berorientasi pada

waterfront

Menciptakan Commercial dan culture Main Street atau Strip yang

manusiawi, dan ekologis

Menciptakan waterfront city yang menerus sepanjang pantai dan

pengamatan akses publik terhadap tepian pantai dan akses ke

pantai

Tahapan Pembangunan : Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL), Advisory,

Proses pembangunan: Ada dua pelaku yang melaksanakan proses pembangunan:

a) Pemerintah Kota, dengan diterbitkannya SK walikota diharapkan

Land Right Transfer/sale kepada investor dapat mulai dilakukan

sambil mulai dikeluarkannya peraturan daerah. Sebagai penyedia

pelayanan publik, pemerintah kota melakukan revitalisasi dan

konservasi bagi permukiman nelayan, civic center dan pengembangan

pantai Melawai melalui program upgrading, ressetlement, new

development dan site & service.

b) Swasta, seperti program Kasiba Lisiba, pembangunan prasarana

sekunder dilaksanakan oleh investor di Lisiba yang dikuasainya

setelah memperoleh tanah dengan melakukan pembangunan seawall,

riverwall, drainage, jalan dan landscape. Ada tiga jenis sumber

pembiayaan yang dapat digunakan oleh masing-masing pelaku:

offshore loans, National & Local Bank, dan APBN & APBD. Untuk

Pemerintah Kota dapat menggunakan ketiganya sedangkan untuk

investor/swasta hanya dapat menggunakan offshore loans, dan

National * Local Bank di samping modal mereka sendiri.

Page 33: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

45

3. Semarang Kota Tepian Pantai (Waterfront City)

Merupakan kota yang dekat dengan pantai. Masyarakat lokal yang

berprofesi sebagai nelayan tradisional menambatkan kehidupannya pada laut.

Dengan meningkatnya kegiatan reklamasi yang menutupi view pemandangan ke

laut dengan bangunan, lambat laun pantai Semarang dengan wisata laut yang

indah tidak bisa lagi bisa diperoleh masyarakat secara cuma-cuma dan akan

dikuasai oleh perorangan dan swasta. Kini nelayan harus berhadapan dengan

penggusuran lahan kerja mereka, dan mengubah mata pencaharian mereka dari

“melaut” menjadi pekerja yang menempati sektor informal.

Menurut Kepres RI. No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung dan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, kawasan pantai

masuk dalam kawasan lindung dimana sepanjang pantai 100 meter dari titik

pasang tertinggi kearah darat harus dilindungi atau bebas dari kawasan budidaya

(bangunan, lahan pertanian, dll) guna untuk melindungi fungsi ekosistem pantai.

Semarang memiliki garis wajah yang sebagian berada di sepanjang pantainya,

dengan demikian zona ini rentan terhadap pengrusakan alam.

Menurut Sukawi (2007), Semarang Waterfrontcity Jurnal Ilmiah,

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tepian air adalah:

Menjaga siklus kehidupan masyarakat Kota Semarang dengan tetap

menyediakan aksesibilitas publik untuk dapat menikmati keindahan

alam Pantai Semarang,

Ruang-ruang publik harus tetap disediakan dalam rangka menjaga

interaksi sosial antar sesama umat manusia tanpa harus memberikan

beban tambahan, dengan dibuatkan ruang-ruang terbuka hijau yang

memberikan pandangan aktif masyarakat ke alam laut dan

memanfaatkannya untuk berbagai keperluan

Dibuatkan aturan khusus bagi masyarakat untuk penggunaan ruang-

ruang tersebut sehingga kegiatan tradisional nelayan dan masyarakat

bisa menyatu dengan kegiatan modern.

Konsep Kota Tepian Air dalam kaitannya dengan perumusan masalah di

pesisir Semarang : - Menurut Kondoatie (2008), Kota Semarang hampir seabad

bersahabat dengan banjir sehingga masyarakat telah mampu beradaptasi dengan

Page 34: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

46

banjir yang telah merupakan rutinitas tahunan. Persoalan banjir di Kota

Semarang disebabkan 2 (dua) hal pokok :

a. Perubahan tata-guna lahan, khususnya di daerah aliran sungai (DAS)

semakin parah. Perubahan tata-guna lahan dari hutan menjadi

permukiman dapat menambah debit air sungai 5-29 kali lipat, sementara

pembersihan sedimentasi dan pelebaran sungai oleh Pemkot hanya

menampung 2-4 kali debit air.

b. Penurunan permukaan tanah yang tinggi.

Sebagai daerah banjir, Kota Semarang memiliki pilihan :

Menjauhkan air dari masyarakat

Menjauhkan masyarakat dari banjir

Masyarakat harus hidup harmonis dengan air

Dari ketiga pilihan tersebut, alternatif pertama dan kedua membutuhkan

biaya sangat tinggi, sementara pilihan ketiga merupakan hal paling masuk akal,

yaitu masyarakat harus hidup harmonis dengan air, merupakan konsep kota

tepian air yang menghendaki masyarakat membuat rumah panggung dengan

kondisi sekelilingnya air yang bersih.

Konsep kota tepian air dapat diterapkan untuk daerah yang tingkat

penurunan tanahnya tinggi seperti: Tanah Mas, Tawang, Tambak Lorok

Menurut Nirwono, 2009 , ada lima kriteria untuk pengelolaan kota tepian

air yaitu: kemudahan akses publik terhadap air, partisipasi masyarakat dalam

membangun budaya ramah air, penataan muka dan badan air secara

berkelanjutan, pengelolaan air, dan limbah ramah lingkungan.

Kota memberikan kemudahan akses untuk memperoleh air bersih layak

minum. Di tempat-tempat publik disediakan keran air minum gratis. Saluran air

terhubung secara hierarkis tidak terputus, terawat baik bebas sampah, bersih dan

lancar. Partisipasi masyarakat membersihkan saluran air di depan rumah harus

terus di giatkan. Sumur resapan air diperbanyak dan situ-situ direvitalisasi untuk

memperbanyak serapan air kedalam tanah dan mengurangi air yang dibuang ke

sungai (eko-drainasi).

Pencemaran air sungai dikurangi dengan pembuatan instalasi pengolahan

air limbah menjadi air daur ulang untuk mandi, mencuci, dan menyiram.

Page 35: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

47

Pemda Kota Semarang harus merefungsi bantaran sungai bebas dari

sampah dan permukiman, menghijaukan kembali bantaran, serta menjadikan

halaman muka dan bangunan dan wajah kota. Meskipun memakan waktu dan

daya tahan lama, upaya revitalisasi bantaran kali harus diikuti sosialisasi yang

mendorong warga untuk berpartisipasi pindah secara suka rela bergeser (bukan

tergusur) ke kawasan terpadu yang komprehensif.

Pemda, pengembang besar, dan perancang kota bersama membangun

kawasan terpadu yang terencana matang dan layak huni. Kawasan dilengkapi

fasilitas hunian vertikal sistem mager sari, perpaduan berimbang 1:3:6 (1 hotel, 3

apartemen, 6 rusunami), pendidikan (sekolah, kursus, pelatihan), ibadah,

perkantoran, dan pasar, serta dekat jalur transportasi publik. Penghuni cukup

berjalan kaki atau bersepeda ke tempat tujuan dalam kawasan, serta

mengandalkan transportasi publik ke luar kawasan.

Jika tidak, warga yang tergusur akan berpindah menghuni ruang hijau

kota lainnya (bantaran sungai, rel kereta api, bawah jalur tegangan tinggi, kolong

jalan layang, tepian situ) di lain lokasi. Bantaran sungai, bantaran rel kereta api,

jalur tegangan tinggi, kolong jalan layang dapat dikembangkan sebagai taman

penghubung antar-ruang kota (urban park connector). Warga dapat berjalan kaki

atau bersepeda menyusuri sungai menuju ke berbagai tempat tujuan harian

dengan aman, nyaman, dan bebas kemacetan sambil menikmati keindahan

lanskap tepi sungai. Pengoperasian perahu air sebagai alat transportasi air kota

(waterway) dan taman penghubung (jalur sepeda) akan mendukung pola

transportasi makro terpadu Kota Semarang.

Untuk menjaga kebersihan dan mengendalikan pemanfaatan sungai,

Pemda harus mengoperasikan patroli perahu kecil pembersih sungai setiap hari

untuk mengangkut sampah tepi sungai sekaligus mengawasi pemanfaatan badan

sungai oleh masyarakat.

Pemukiman Di Atas Air

Menurut Budihardjo (1997), adalah sewajarnya bahwa bangunan-

bangunan di Indonesia tidak lagi dibangun secara tidur atau tengkurap menutupi

Page 36: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

48

bumi, tetapi harus diberdirikan atau dibuat susun keatas agar tersisa ruang

terbuka yang cukup lega untuk bernafas, dan tidak memperparah banjir.

Berkaitan dengan pemukiman bagi kelompok masyarakat berpenghasilan

rendah, perlu arif dan bijaksana, dimana para penentu kebijakan jangan hanya

terpukau oleh aspek reka-yasa daya, tetapi justru wajib lebih menghayati norma,

tata-nilai, dan perilaku masyarakat yang ditargetkan. Kualitas lingkungan

kehidupan yang mampu memberikan wadah dan peluang bagi penghuni guna

mengaktualisasikan diri dalam segenap kegiatan sosial-ekonomi-budaya–nya,

pantas masuk dalam perhitungan.

Kebanyakan penduduk perkampungan menganggap rumah mereka tidak

sekedar sebagai tempat hunian semata-mata, melainkan juga sebagai tempat

berusaha untuk menambah penghasilan (pola mixed-used)

Dengan adanya panduan penataan secara modern (berupa rumah

panggung atau rumah susun), maka bisa diperoleh suatu pemukiman yang

manusiawi, ramah lingkungan, dan harga yang terjangkau. Sebagai percontohan

Pemukiman Atas Air adalah Pemukiman Margasari, Kelurahan Margasari,

Kecamatan Balikpapan Barat, Tarakan, Kalimantan Timur. Digunakan konsep

modern dimana Tata-Ruang Pemukiman, Infrastruktur jalan dan bangunan

terbuat dari kayu. Bahan bangunan dari kayu ulin, Sanitasi baik sehingga tidak

kotor/kumuh. Akses jalan langsung penetrasi dengan pemukiman. Penyediaan

hydrant ditiap simpul pertemuan jalan mempercepat antisipasi terhadap

kebakaran. Penataan cantik, bertipe 21 dengan harga ± Rp. 12 Juta dan berbagai

alternative lainnya sesuai kebutuhan yang dibayar dengan sistem angsuran atau

sewa seumur hidup. Pemukiman dilengkapi dengan fasilitas: masjid, gazebo

(tempat pertemuan), Ipal sebagai penyaluran limbah, sampah ditangkap

menggunakan jaring dibawah pondasi kayu.

2.7.5. Kota Tepian Air Di Luar Negeri

Kota Tepian Air yang dapat dijadikan acuan/studi banding bagi Indonesia

adalah :

Page 37: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

49

1. Kota Kuching, di Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur.

Kawasan pusat kota Internasional Kuching dilintasi sungai Serawak, dan

merupakan kota tepian air redevelopment dengan pemanfaatan terpadu. Visi

menjadi kota tepian air yang bertaraf internasional dengan misi yang memadukan

keseimbangan penataan komersial (perdagangan dan jasa) dengan kawasan

permukiman penduduk. Jalur pejalan kaki (pedestrian path) di tata rapi dan asri

dengan taman-taman bunga. Disepanjang kawasan terdapat hotel, pertokoan,

restoran dan tempat ibadah. Kesan sebagai kota modern bernuansa tradisional

tercermin dari pertokoan modern (shopping mall) yang berdampingan dengan

pasar tradisional. Meskipun air sungai Serawak tidak terlalu jernih, sungai yang

melintasi kawasan bersih dari sampah. Kebaikan atau kesesuaian Kota Kuching

tepian air dengan Kota Semarang adalah Iklim, suasana Asia dan kondisi

fisiknya mirip dengan kota Semarang sehingga dalam beberapa hal dapat

dijadikan sebagai pembanding

2. Kota San Antonio, Texas, Amerika.

Berhasil dikembangkan sebagai Kota Tepian Air modern yang dapat

mempertahankan konservasi bangunan bersejarah (La Villita), dan dapat

menonjolkan nuansa kesenian dan budaya setempat. Kawasan waterfront city di

pusat kota ini terkenal dengan sebutan Riverwalk (Paseo Del Rio) dilengkapi

teater alam terbuka di tepi sungai. Penataan kawasan pusat waterfront terbukti

menjadi daya tarik utama wisatawan, dengan menikmati 1 jam perjalanan wisata

menggunakan perahu (boat cruise) ber tarif terjangkau, dimana sepanjang

perjalanan terdapat rumah makan berbagai menu mancanegara, aneka

pertunjukan musik.

3. Amsterdam, Netherlands.

Suatu kota tepian pantai redevelopment yang dibangun diatas air yang

dikelilingi oleh suatu dam (Offshore Dam) yang memisahkan Amstel River dari

IJ River. Selama lebih dari 50 tahun berhasil mentransformasikan suatu kota

yang semula mengutamakan aktivitas ekonomi menjadi kombinasi antara fungsi

perdagangan, pelayanan, jasa produksi khusus, dan berhasil menselaraskan

Page 38: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

50

antara keindahan dan kemanusiaan didalam efisiensi/efektif ke ekonomian,

secara signifikan berhasil meningkatkan suatu masyarakat sejahtera. Dalam hal

ini, konsep tepian air yang merupakan proyek kependudukan yang luas telah

berhasil mengembangkan daerah kumuh, seperti pusat-pusat sejarah, zona-zona

industri dan militer, tidak tersedianya jaringan kereta api dan bandara udara, dan

sistem penanganan perumahan yang buruk, telah di transformasikan menjadi

daerah pemukiman yang gemerlap yang berhasil membangkitkan perolehan

pajak, memperluas bidang kerja, dan banyak manfaat untuk sosial & masyarakat

dalam meningkatkan kualitas kehidupannya.

Pengembangan kota tepian air membangkitkan kesempatan yang luar

biasa besar untuk menyatukan pusat kota bersejarah dengan jalan/lalu lintas

airnya dan berhasil memfasilitasi pergerakan pertumbuhan keluar kota.

Negeri Belanda (Netherlands) mempunyai perencanaan dan

pengembangan nasional yang kuat. Keterbatasan ruang telah membangkitkan

komitmen kebijakan untuk memelihara penghijauan ruang pertanian antar kota,

menejemen air dan ruang terbuka pada level lokal dan nasional

Amsterdam mempunyai kebijakan pertanahan strategis untuk menunjang

redevelopment tepian air. Pada tahun 1896 Kota secara demokratis memutuskan

untuk menggunakan sistem sewa tanah untuk penggunaan masa depan dengan

bersubsidi, dimana korporasi pertanahan kota menyewakannya ke pengembang

swasta untuk perioda 49 atau 99 tahun. Penyewa membayar sewa secara bulanan

(dengan penyesuaian) berdasar penggunaan lahan, lokasi, luas pengembangan,

tipe penggunaan (perkantoran, retail, ruang terbuka, dsb.). Sistem pengaturan

subsidi dan penghapusannya telah berhasil memotivasi swasta untuk berkembang

dan berswasembada dalam sistem pendanaan masyarakat sehingga mampu

berkembang secara berkelanjutan.

4. Kota New York, Amerika

Kota New York mempunyai tepian air yang paling utama di dunia. Divisi

sumberdaya pantai mempunyai hubungan kerja sama yang panjang dengan Kota,

ke lima Biro, dan berbagai organisasi kemasyarakatan, bekerja bersama untuk

Page 39: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

51

meningkatkan ases publik ke tepian air, revitalisasi ikatan bertetangga dan

peningkatan lingkungan.

The Federal Coastal Zone Management (CZM) Act didirikan pada tahun

1972 bertujuan untuk mendukung dan melindungi sifat-sifat khusus tepian air,

dan mengeluarkan kebijakan standar dalam mereview proposal projek

pengembangan sepanjang garis pantai yang telah di ajukan. Program ini sebagai

tanggapan atas keinginan dari: City, state dan federal untuk dapat mengelola

daerah garis pantai kota yang dalam keadaan kritis. Pada tahun 1982 New York

State mengadopsi Coastal Management Program ini, yang dirancang untuk

membuat seimbang kemajuan ekonomi dengan preservasi di daerah pesisir

dengan cara mendorong revitalisasi tepian air dan pemanfaatan ketergantungan

akan air sambil melindungi ikan dan margasatwa, ruang terbuka dan daerah

permai, ases publik ke garis pantai dan tanah pertanian, dan meminimalisasi

perubahan sistem ekologi yang merugikan seperti erosi dan bahaya banjir.

Program ini juga mendorong koordinasi diantara semua tingkat pemerintahan

untuk mempromosikan gema perencanaan tepian air dan dalam

mempertimbangkan keputusan penggunaan lahan pada arahan tujuan program

(program’s goal). The New York State Department of State (NYSDOS)

menjalankan administrasinya pada tingkatan state, sedangkan The New York

City Department of City Planning (DCP) menjalankan administrasinya pada

tingkat kota. Disebabkan proyek yang telah diajukan terletak dalam City’s

Coastal Zone, maka menjadi wewenang dari New York City Waterfront

Revitalization Program (WRP).

Didalam WRP tercantum kebijakan-kebijakan kota dalam pengembangan

dan penggunaan tepian air, dengan suatu kerangka kerja (framework) untuk

mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah di ajukan didalam Coastal Zone.

Terdapat 10 kebijakan gabungan yang dikeluarkan WRP Kota yang telah

dianut oleh dewan kota (Oktober 1999), dimana setiap kebijakan merupakan

gabungan dari sub kebijakan-kebijakan (Tabel 2.1).

Page 40: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

52

Tabel 2.1. Kebijakan gabungan yang dikeluarkan WRP Kota New York

Kebijakan 01 Mendukung dan memfasilitasi pengembangan komersial dan pengembangan hunian di daerah yang sesuai dengan pengembangan tersebut

Kebijakan 02 Mendukung ketergantungan dengan air dan penggunaan air untuk industri di New York City coastal area yang memadai untuk beroperasi secara kontinyu

Kebijakan 03 Mempromosikan penggunan lalu-lintas air untuk komersial, perahu/kapal rekreasi dan pusat transportasi air

Kebijakan 04 Melindungi dan memperbaiki mutu dan fungsi sistem ekologi di dalam area pesisir kota New York.

Kebijakan 05 Melindungi dan meningkatkan mutu air di pesisir New York

Kebijakan 06 Minimalkan hilangnya kehidupan struktur dan sumberdaya alam yang disebabkan oleh banjir dan erosi

Kebijakan 07 Meminimalkan degradasi lingkungan dari limbah padat dan substansi yang berbahaya. Kebijakan 08 : Menyediakan ases publik ke sepanjang perairan kota New York

Kebijakan 08 Menyediakan ases publik ke sepanjang perairan kota New York

Kebijakan 09 Melindungi sumberdaya yang indah permai yang menyumbang kan kwalitas visual area pantai Kota New York.

Kebijakan 10 Melindungi, menjaga dan mengembangkan sumber - sumber signifikan terhadap riwayat, kepurbakalaan, dan harta pusaka kebudayaan daerah pesisir pantai Kota New York

Dari uraian mengenai tipikal kota tepian air di Indonesia dan di luar

negeri untuk kemudian diadakan studi banding dengan keadaan kota Semarang

tepian air, dengan mengevaluasi visi dan misi Kota Semarang tepian pantai,

diperoleh kesimpulan (State of the arts) sebagai berikut:

Pengelolaan Kota Semarang tepian pantai :

Aspek sosial dan budaya pada Kota Semarang tepian pantai lebih

menonjol dibandingkan dengan pengelolaan kota tepian air di luar negeri

yang lebih berorientasi ke-ekonomian dengan kemampuan pendanaan

yang besar, dan kultur budaya yang telah siap dan menunjang.

Page 41: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

53

Keterbatasan dana Pemda Kota Semarang. Belum ada tanda-tanda

pelaku ekonomi, maupun pemerintah untuk mengantisipasi kondisi

pengrusakan lingkungan Kota Semarang masa sekarang dan kemudian.

Atas hal tersebut, maka dapat di usulkan kebijakan pengelolaan Kota

Semarang tepian pantai adalah sebagai berikut:

1. Visi Kota Semarang tepian pantai lebih mengarah: menjadi Kota Tepian

Air yang manusiawi dan meningkatkan kesejahteran masyarakat, dengan

misi: - menjaga siklus kehidupan masyarakat dengan tetap menyediakan

aksesibilitas publik untuk dapat menikmati keindahan alam pantai

Semarang, penyediaan ruang-ruang publik untuk interaksi sosial dan

aktifitas para nelayan tradisional, mencegah kerusakan ekosistem

perairan dengan pengolahan limbah cair dan kotor yang masuk kelaut.

2. Jenis waterfront: Dengan adanya keterbatasan pendanaan, maka jenis

waterfront untuk Kota Semarang dapat dilakukan secara bertahap,

dimulai dengan rencana jangka pendek berupa konservasi (penataan

waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan

menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat), yang di lanjutkan secara

bertahap pada rencana jangka panjang berupa redevelopment (upaya

menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang sampai saat

ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah

atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada), dan rencana jangka

panjang berupa program revitalisasi setelah keadaan memungkinkan.

3. Kota Kuching, Serawak Malaysia mempunyai iklim, kondisi fisik, kultur

dan budaya sangat mirip dengan Indonesia sehingga secara parsial konsep

tepian air nya bisa dipakai sebagai contoh acuan.

Dalam penataan kawasan, Kota San Antonio dapat dipakai sebagai

contoh acuan dalam mempertahankan/konservasi bangunan bersejarah,

sarana transportasi/wisata air dan dapat menonjolkan nuansa kesenian

dan budaya setempat.

Berhubung belum adanya kebijakan yang pasti dalam pengelolaan Kota

Semarang tepian air dari Pemda Kota Semarang, maka bisa dilakukan

Page 42: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

54

adopsi 10 kebijakan gabungan yang dikeluarkan oleh WRP Kota New

York dengan penyesuaian sesuai keperluan.

2.8. Response yang diperlukan terhadap konsekwensi kenaikan

permukaan air laut.

Berdasar sumber dari The Coastal Zone Management Subgroup yang

telah mempelajari baik strategi fisik maupun institusi untuk beradaptasi

terhadap konskwensi yang potensial dengan adanya kenaikan permukaan air

laut, dimana respons yang dibutuhkan untuk melindungi kehidupan manusia

dibagi dalam 3 (tiga) kategori alternative :

(1) Retreat, tanpa usaha melindungi daratan pesisir pantai dan

meninggalkan/tidak lagi menggunakan untuk pemukiman.

(2) Akomodasi/adaptasi: masyarakat pantai seterusnya menggunakan

daratan pantai tersebut dengan segala resikonya tanpa adanya

usaha pencegahan banjir dengan hidup secara harmonis dengan

air. Sebagai contoh: Konsep Kota Tepian Pantai (Waterfront

City)

(3) Proteksi, dimana melibatkan penggunaan struktur berat dan keras

menggunakan bangunan-bangunan (offshore dam, water breaker,

groyne dll. ), termasuk juga penyelesaian secara lunak dengan

rehabilitasi mangrove.

2.9. Teknik Dasar Yang Mendukung

2.9.1 Analisis Keberlanjutan Sumberdaya Pesisir

Menurut Pitcher dan Preikshot (2001), Multidimensional Scalling (MDS)

dapat menganalisis secara lengkap tentang gambaran keadaan sumberdaya

pesisir dan laut. Metode ini pada dasarnya adalah metode multivariate yang

dapat menangani data non-metric dan juga dikenal sebagai salah satu ordinasi

dalam ruang (dimensi) yang diperkecil (ordination in reduced space).Ordinasi

sendiri merupakan proses yang berupa ”plotting” titik objek (posisi) disepanjang

sumbu-sumbu disusun menurut hubungan tertentu (ordered relationship).

Kelebihan lainnya dalam metode ini dapat dirangkum data yang multidisipliner

Page 43: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

55

yang didapat di lapangan sehingga menghasilkan banyak informasi secara

kuantitatif. Dengan menggunakan Multidimensional Scaling (MDS) dalam

menganalisis sumberdaya pesisir dan laut, setiap atribut dilakukan skoring.

Atribut-atribut yang berkaitan pada aspek sumberdaya wilayah pesisir antara

lain: ekologi, ekonomi, sosial budaya, kelembagaan dan hukum. Atribut-atribut

tersebut dinilai yaitu ”baik” dan ”buruk”. Kedua penilaian tersebut terdapat

perbedaan jumlah peringkat yang tergantung pada landasan teori yang dapat

digunakan terhadap jumlah peringkat. Contohnya dalam menentukan tingkat

pemanfaatan lahan pesisir dengan 3 peringkat yaitu kecil, besar, sangat besar.

Jika didalam menilai suatu atribut peringkatnya belum jelas maka ditentukan

dengan melakukan ”scientific judgement” dengan membuat skor: rendah,

sedang, tinggi, selebihnya penilaian mengacu pada ketentuan yang baku baik itu

dari RAPFISH yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan dan ketentuan dari

FAO. Kavanagh (2001) menyatakan penggunaan proses MDS menggunakan

perangkat lunak RAPFISH.

Kajian analisis tingkat keberlanjutan adalah bertujuan untuk menjamin bahwa

pengelolaan Semarang”water front city” akan terkelola secara berkelanjutan. Ada

beberapa metode analisis keberlanjutan “water front city” dari disiplin ke ilmuan

Arsitektur dan Civil Engineering yang menggunakan pendekatan infra struktur

dan urban/hunian (Gilmour et al. 2007). Berdasar latar belakang penulis di

bidang Program Studi Lingkungan (PSL), pendekatan yang digunakan dalam

disertasi ini adalah pengelolaan pesisir secara berkelanjutan dengan mengadopsi

soft-ware Rap-Fish yang dimodifikasi menjadi Rap-WITEPA. Kedua metoda

tersebut meskipun menggunakan dimensi yang hampir serupa, tetapi atribut yang

digunakan akan banyak berbeda.

2.9.2 Benefit Cost Ratio Analysis

Didalam kajian ini, Benefit cost ratio analysis digunakan untuk mengkaji

konservasi habitat (habitat conservation), menentukan pengelolaan sumberdaya

tiga habitat penting: mangrove, coral reef dan beach yang dimiliki di wilayah

pesisir laut secara lebih efisien, terutama digunakan untuk menentukan kebijakan

pengelolaan lingkungan pesisir di kawasan pesisir Kota Semarang. Dengan

Page 44: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

56

menggunakan pendekatan benefit cost ratio analysis (BCR) ini, maka sebuah

proyek atau program dengan net present value (NPV) positif dapat

direkomendasikan sebagai sebuah investasi yang baik dalam arti bahwa proyek

tersebut akan menghasilkan pengembalian yang lebih besar dan merupakan hasil

pengelolaan sumberdaya yang baik di masa mendatang.

Dalam skenario menejemen, opsi/pemilihan habitat mangrove akan

dievaluasi keberlanjutannya dalam produktifitas pemanenan produk hutan

mangrove dan produk budidayanya, dipilih beberapa opsi/pilihan yaitu:

Sustainable Mangrove Forest Management.

Menurut Sumardjani (1993), manfaat/benefit dari opsi ini adalah:

standing stock forest, fisheries, wildlife, option value, physic dan

existence value. Adapun pembiayaan/cost meliputi: investment, standing

stock forest, fisheries, wildlife.

Sylvofisheries Management,

Dilakukan asumsi bahwa 20% sumberdaya

hutan mangrove dikonversikan kedalam usaha budidaya perikanan

(milkfish, campuran milkfish dan udang, dan udang). Manfaat/benefit dari

opsi ini adalah: sylvofishery, standing stock forest, fisheries, wildlife,

biodiversity, physic, existention. Adapun pembiayaan/cost meliputi:

investment, sylvofishery, standing stock forest, fisheries, wildlife dan

externality.

Dalam skenario menejemen sumberdaya pantai (beach resources), habitat

pantai yang dipilih untuk pelestarian adalah :

Set Back Zone, dimana manfaat (benefits) yang diperoleh adalah meliputi

hal-hal yang menyangkut turisme, hotel, souvenir, persewaan

kapal/perahu, konsultasi dan transportasi, shoreline protection. Adapun

pembiayaan/cost meliputi: investment (bungalows, restaurant),

maintenance (bungalow, restaurant).

Beach Protected Area, dimana manfaat (benefit) meliputi: turisme,

pemanenan telur penyu, bungalow, restaurant dan pencegahan abrasi.

Biaya/cost meliputi: investment, maintenance.

Page 45: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

57

2.9.3. Sistem Dinamis

Menurut Hartrisari (2007), sistem adalah gugus atau kumpulan dari

komponen-komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka

mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu. Komponen sebuah sistem

dapat berupa objek fisik yang dapat disentuh (tangible) dengan indera (spare

parts yang menyusun sebuah mobil) dan dapat juga bersifat(intangible) yang

tidak dapat disentuh dengan indera (aliran informasi, kebijakan perusahaan,

interaksi personal, bahkan apa yang menjadi state of minds dalam diri seseorang

(feeling, values dan beliefs). Sistem memiliki ciri khas yaitu tujuannya spesifik;

bagian-bagian penyusunnya lengkap, utuh dan tersusun secara spesifik; mampu

memelihara stabilitas diri melalui fluktuasi dan pengaturan; serta memiliki

mekanisme umpan balik (feedback mechanism)

Sistem dinamik memiliki mekanisme internal untuk selalu mengalami

perubahan sepanjang waktu. Sistem dinamik digunakan untuk mencari

penjelasan tentang berbagai permasalahan jangka panjang yang terjadi secara

berulang-ulang di dalam struktur internal. Mekanisme umpan balik merupakan

konsep inti yang digunakan untuk memahami struktur siatem.

Model-model sistem dinamik dibentuk oleh banyak lingkar simpal kausal

(causal loop diagram) yang saling berhubungan satu sama lain. Diagram simpal

kausal pada dasarnya merupakan representasi grafis dari pemahaman tentang

struktur yang sistemik. Diagram ini pada dasarnya menggambarkan sistem

tertutup dan sangat penting karena memberi panduan tentang bagaimana sistem

ini dibangun dan bagaimana sistem ini berberperilaku. Sebagian besar variabel

berhubungan melalui mekanisme umpan balik dan berupa variabel endogeneous.

Apabila ada beberapa faktor yang dipercaya mempengaruhi sistem dari luar

tanpa dipengaruhi oleh dirinya sendiri, faktor tersebut dipertimbangkan sebagai

variabel eksogeneous didalam model. Selama pengembangan model, diagram

simpal kausal dapat dijadikan sebagai preliminary sketches dari hipotesis kausal

yang dibangun. Selain itu, diagram simpal kausal juga dapat dianggap sebagai

simplifikasi model (Goodman, 1980). Diagram simpal kausal dan diagram alir

(flow diagram; stock and flow diagram) sangat penting untuk memahami struktur

sistem sebelum mengembangkannya ke dalam persamaan sistem. Diagram alir

Page 46: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

58

tersusun dari elemen rate, level dan auxiliary (Kirkwood, 1998) yang

diorganisasikan dalam sebuah network. Level adalah akumulasi atau persediaan

(stock) material atau informasi. Elemen-elemen sistem yang menunjukkan

keputusan, tindakan atau perubahan di dalam suatu level disebut rate. Rate

adalah aliran material atau informasi ke atau dari level. Simpal kausal dibedakan

menjadi dua macam; yaitu simpal positif (reinforcing feedback loop)dan simpal

negatif (Bellinger, 2004). Simpal positif cenderung untuk memperkuat gangguan

dan menghasilkan pertumbuhan atau peluruhan eksponensial. Simpal negatif

cenderung meniadakan gangguan dan membawa sistem pada keadaan

kesetimbangan atau mencapai tujuan. Kombinasi dari kedua jenis simpal kausal

tersebut sering terjadi dan memungkinkan pengguna sistem dinamis untuk

merumuskan sejumlah generalisasi atau teorema yang berguna sehubungan

dengan struktur sistem pada kecenderungan perilaku dinamik.

2.9.4. Pemodelan Spasial Dinamik

Pemodelan spasial dinamik untuk perencanaan di wilayah pesisir

menggunakan jasa aplikasi Sistem Informasi Geografik (SIG), dengan pengertian

yang berorientasi teknologi komputer. Pada pengertian yang lebih luas SIG

mencakup juga pengertian sebagai prosedur yang dipakai untuk menyimpan dan

memanipulasi data yang berreferensi geografis secara manual. Borrough (1989)

mendefinisikan SIG sebagai suatu perangkat alat untuk mengoreksi, menyimpan,

menggali kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial (keruangan)

dari aspek-aspek permukaan bumi. Pada prinsipnya, untuk menghasilkan suatu

SIG (Sistem Informasi Geografik) diperlukan beberapa tahapan proses yaitu: (1)

inventarisasi kawasan pesisir, (2) penyusunan basis data dan (3) penyusunan

basis model. Dalam inventarisasi kawasan pesisir digunakan berbagai sumber

data, antara lain: data citra, data potensi dan permasalahan maupun data landasan

hukum dan kebijakan pemerintah. Berdasarkan data primer maupun data

sekunder tersebut disusun basis data, yang selanjutnya data tersebut dipakai

untuk analisis-analisis SIG yang didalamnya termasuk pemodelan.

Pengembangan pemodelan spasial dinamik dilakukan dengan terlebih

dahulu mengkaji berbagai model yang telah ada, yaitu model ekonomi, model

Page 47: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

59

ekologi, dan model sosial berdasarkan pembangunan berkelanjutan. Dimensi

ekonomi berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

mengurangi kemiskinan, dan mengubah pola produksi dan konsumsi kearah

yang seimbang. Dimensi sosial berkaitan dengan upaya pemecahan masalah

kependudukan, perbaikan kesejahteraan (pelayanan, kesehatan, dsb.),

pendidikan, dan lain-lain. Dimensi lingkungan berkaitan dengan upaya

pengurangan dan pencegahan polusi, pengelolaan limbah, usaha mengurangi

degradasi lahan (erosi, abrasi, intrusi), serta konservasi/preservasi sumberdaya

alam. Hubungan keterkaitan antara dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan

disajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Unsur-unsur Pembangunan Berkelanjutan

Pemodelan yang akan dibangun mempertimbangkan ketiga dimensi di

atas dalam satu kesatuan, sehingga akan ada suatu trade-off antara satu dimensi

dengan dimensi lainnya. Pemodelan ini nantinya dapat digunakan untuk

menyusun alternatif-alternatif skenario pembangunan yang mendukung

terwujudnya proses pembangunan berkelanjutan. Selain mempertimbangkan

Ekonomi Pertumbuhan Efisiensi Stabilitas

Sosial Pemberdayaan Inklusi Konsultasi

Lingkungan Keliatan/keanekaragaman Sumber daya alam Polusi

Penurunan Kemiskinan

Keberlanjutan Keadilan

Co-evolusi

Page 48: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

60

ketiga dimensi tersebut dalam menyusun model juga di kaitkan dengan

peubahan-peubahan penatagunaan lahan (land use changes) akibat adanya

pembangunan tersebut., sehingga model yang digunakan bukan model statistik

tetapi merupakan model sistem dinamik yang akan digabungkan dengan model

dinamis spasial.

Selanjutnya, ketiga subsistem tersebut akan dilihat kinerjanya terhadap

perubahan lahan secara spasial. Pada umumnya perubahan penggunaan lahan

diartikan sebagai (secara kuantitatif) perubahan besaran (bertambah atau

berkurang) dari suatu jenis penggunaan atau tutupan lahan.

Model Spasial Dinamik

Dalam Model Spasial Dinamik, hasil analisis sistem dinamik yang berupa

data numerik dan grafik dijadikan input untuk analisis spasial dinamik. Hasil

analisis spasial dinamik adalah peta perubahan penggunaan lahan pada beberapa

tahun yang akan datang.

Pada kajian analisis system spatial dynamics, diperlukan dukungan: ke-

ilmuan Landscape Ecology untuk meningkatkan hubungan pola spasial

pembangunan perkotaan dengan proses ekologis dengan pendekatan secara

analitis dan mengintegrasikannya secara holistis ilmu alam dan sosial (Turner,

2005; Eisner dan Gallion, 1993); pendekatan ekologis terhadap bentang alam

(landscape) menggunakan sistem informasi geografis (Hendrix, 1988).

2.10 Analisis Kebijakan

Quandun yang diacu dalam Dunn (1998) menyebutkan bahwa analisis

kebijakan adalah setiap jenis analisis yang menghasilkan dan menyajikan

informasi sehingga dapat menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan dalam

menguji pendapat mereka. Kata “analisa” digunakan dalam pengertian yang

paling umum yang secara tidak langsung menunjukkan penggunaan intuisi dan

pertimbangan yang mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dalam

pemecahan terhadap komponen - komponen tapi juga merencanakan dan mencari

sintesa atas alternatif alternatif baru. Aktivitas ini meliputi sejak penelitian untuk

Page 49: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. ... Menurut konvensi ini, ... analisis kelayakan ke-ekonomian pengelolaannya

61

memberi wawasan terhadap masalah atau issue yang mendahului atau

mengevaluasi program yang sudah selesai.

Ada 3 (tiga) pendekatan dalam analisis kebijakan, yaitu: (1) pendekatan

empiris; (2) pendekatan evaluatif; dan (3) pendekatan normatif. Pendekatan

empiris, adalah pendekatan yang menjelaskan sebab akibat dari kebijakan publik.

Pertanyaan pokoknya adalah berapa nilai sesuatu. Pendekatan evaluatif, adalah

pendekatan yang terutama berkenaan dengan penentuan harga atau nilai dari

beberapa kebijakan. Pertanyaan pokoknya adalah berapa nilai sesuatu.

Pendekatan normatif adalah pendekatan yang terutama berkaitan dengan

pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah kebijakan.

Pertanyaan pokoknya adalah tindakan apa yang harus dilakukan.

Beberapa teknik analisis yang sering dipakai dalam kebijakan publik dan

kebijakan lingkungan yang pada akhirnya menyediakan rekomendasi kebijakan

yaitu analisis AHP, CBA(Cost Benefit Analysis) dan variasi dari pendekatan

CBA yaitu CEA (Cost Effective Analysis), OCA (Opportunity Cost Analysis),

MDS (Multidemensional Scalling), Balanced Scorecard Analysis.