ii. tinjauan pustaka a. karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/bab ii (tinjauan...

31
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis sayuran semusim, berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umur tanaman relatif pendek, hanya 90180 hari. Spesies Solanum tuberosum L. mempunyai banyak varietas. Umur tanaman kentang bervariasi menurut varietasnya. Kentang varietas genjah berumur 90120 hari, varietas medium berumur 120150 hari, dan varietas dalam berumur 150180 hari (Setiadi, 2009). Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), kentang diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum tuberosum L. (Samadi, 2007) Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 78%. Setiap 100 g kentang mengandung kalori 374 kal, protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 85,6, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg.

Upload: doanliem

Post on 07-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik kentang

Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis sayuran semusim, berumur

pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umur tanaman relatif

pendek, hanya 90–180 hari. Spesies Solanum tuberosum L. mempunyai banyak

varietas. Umur tanaman kentang bervariasi menurut varietasnya. Kentang varietas

genjah berumur 90–120 hari, varietas medium berumur 120–150 hari, dan varietas

dalam berumur 150–180 hari (Setiadi, 2009).

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), kentang diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L. (Samadi, 2007)

Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 78%. Setiap 100 g

kentang mengandung kalori 374 kal, protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 85,6,

kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

Berdasarkan nilai kandungan gizi tersebut, kentang merupakan sumber utama

karbohidrat, seingga sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi di dalam tubuh

(Samadi, 2007).

1. Daun

Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk

poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun primer dan

sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan yang menyirip

ganjil. Warna daun hijau keputih–putihan. Posisi tangkai utama terhadap batang

tanaman membentuk sudut kurang dari 45o atau lebih besar 45o. Pada dasar tangkai

daun terdapat tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder. Daun

berkerut–kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu. Daun tanaman

berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, lemak,

protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, respirasi dan

persediaan tanaman (Rukmana, 1997)

2. Batang

Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada

jenis varietasnya. Batang tanaman memiliki buku–buku, berongga, dan tidak

berkayu, namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat

mencapai 50–120 cm, batang tumbuh menjalar. Warna batang hijau kemerah-

merahan atau hijau keungu–unguan. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat–

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke

bagian tanaman yang lain (Rukmana, 1997).

3. Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut

umumnya tumbuh menyebar ke arah samping dan menembus tanah dangkal. Akar

tanaman berwarna keputih– putihan dan halus berukuran sangat kecil. Di antara

akar–akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi

(stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang. Akar tanaman berfungsi

menyerap zat–zat yang diperlukan tanaman dan untuk memperkokoh berdirinya

tanaman (Samadi, 1997).

4. Bunga

Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam

rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan tiap

karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna bunga bervariasi : putih,

merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak (calyx), daun mahkota

(corolla), benang sari (stamen), yang masing–masing berjumlah 5 buah serta putih

1 buah. Bunga bersifat protogami, takni putik lebih cepat masak daripada tepung

sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang (Rukmana,

1997).

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

Menurut Samadi (1997) Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan

akan menghasilkan buah dan biji–biji. Buah kentang berbentuk bulat, bergaris

tengah kurang lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua sampai keungu–unguan dan tiap

buah berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10

butir sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang

lebih 0,5 mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6

bulan.

5. Umbi

Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar–akar. Proses pembentukan

umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari rhizome atau

stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak. Umbi berfungsi

menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,

dan air (Samadi, 1997).

Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang

beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang atau

hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun solanin tidak

dapat hilang apabila umbi tersebut keluar dari tanah dan terkena sinar matahari. Umbi

kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua

(Samadi, 1997).

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

Kondisi topografi yang mendukung usaha tani kentang, tidak serta merta dapat

meningkatkan produktivitas kentang yang dihasilkan. Beberapa kendala yang

menyebabkan kurang berhasilnya usahatani kentang adalah rendahnya kualitas bibit

yang digunakan, produktivitas rendah, teknik bercocok tanam yang kurang baik

khususnya pemupukan kurang tepat, baik dosis maupun waktunya, dan keadaan

lingkungan yang memang berbeda dengan daerah asal kentang (Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Yogyakarta 2004).

Menurut Samadi (2007), kentang dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan

warna umbinya, yaitu:

1. Kentang putih, yaitu jenis kentang dengan warna kulit dan daging umbi putih,

misalnya varietas Atlantic, Marita, Donata, dan lainnya.

2. Kentang kuning, yaitu jenis kentang yang umbi dan kulitnya berwarna kuning,

misalnya varietas Granola, Cipanas, Cosima, dan lainnya.

3. Kentang merah, yaitu kentang dengan warna kulit dan daging umbi merah,

misalnya varietas Desiree dan Arka.

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang

1. Iklim

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) menghendaki iklim dengan suhu

udara dingin dan lembab. Untuk tumbuh dengan baik tanaman memerlukan curah

hujan rata-rata 1500 mm/tahun. Lama penyinaran matahari penuh yang dibutuhkan

adalah 9-10 jam dengan intensitas cahaya rendah, kelembapan 70-90 % dan ketinggian

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

tempat antara 1000- 3000 mdpl. Suhu yang paling tepat untuk pertumbuhan kentang

adalah 20oC-24oC pada siang hari, sedangkan pada malam hari yaitu 8oC-12oC. Suhu

yang cocok selama periode pertumbuhan dari mulai bertunas sampai stadium primordia

bunga yaitu 12oC-16oC. Sedangkan setelah stadium primordia bunga suhu yang cocok

yaitu 19oC-20oC. Kentang dapat tumbuh baik pada suhu rata-rata 15oC-20oC, jika suhu

rata-rata melebihi 23oC daun biasanya akan menjadi kecil serta jarak antar ruas menjadi

Panjang (Soelarso, 1997).

Kentang sangat peka terhadap air, sehingga penanamannya dianjurkan pada

akhir musim hujan. Kelembaban di dalam tanah berpengaruh besar, jika intensitasnya

meningkat dapat menyebabkan pertumbuhan umbi tidak normal dan banyak

mengeluarkan cabang-cabang. Angin kencang dapat membuat batang tidak kuat dan

mudah patah, sehingga pada daerah yang memiliki potensi angin yang tinggi budidaya

dilakukan di dalam green house (Neni, 2010).

2. Kesuburan Tanah

Kentang menghendaki tanah yang subur dengan kandungan bahan organik yang

tinggi. Jenis tanah andisol merupakan pilihan yang tepat, jenis tanah ini umumnya

ditemukan di dataran tinggi atau dilereng-lereng yang tinggi (Hartus, 2001).

Kesuburan tanah memegang peranan penting untuk budidaya tanaman kentang,

fungsi tanah sebagai penyangga akar, penyedia air, zat hara dan udara untuk pernafasan

akar tanaman. Kondisi media tumbuh yang dibutuhkan tanaman kentang adalah

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

berstruktur remah, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Areal lahan

penanaman untuk budidaya komoditas ini harus berdrainase baik dan memiliki lapisan

olah yang dalam agar perakaran dapat menembus tanah untuk mengambil unsur hara

dan melakukan fotosintesis, sehingga didapatkan makanan untuk seluruh bagian

tanaman. Kondisi keasaman tanah yang dikehendaki oleh kentang adalah 5,8-7.

Pengapuran dilakukan apabila pH kurang dari 5,8 dengan kapur dolomit yang

berstruktur rapuh, remah dan mudah mengikat asam (Neni, 2010).

C. Budidaya Tanaman Kentang

1. Persiapan Bibit

Dalam mempersiapkan bibit perlu dilakukan pemeliharaan terhadap bibit

sebelum dilaksanakannya penanaman, dalam hal ini yang dilakukan yaitu membuang

yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang sehingga akan

diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi serta memberikan

keuntungan yang besar.

Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

1) Bibit bebas hama dan penyakit

2) Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)

3) Ukuran umbi 30–45 g berdiameter 35–45 mm (bibit kelas 1) dan 45–60 g

berdiameter 45–55 mm (bibit kelas 2) atau umbi belah dengan berat minimal

30 g

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

4) Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat.

Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui istirahat atau masa

dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm. penanaman

umbi bibit yang masih dalam masa dormansi atau belum bertunas pertumbuhannya

akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan terlalu lama

sampai pertumbuhan tunasnya panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu yang

dikerjakan sebelum masa tanam. Jika tidak dilakukan perompesan, tanaman akan

tumbuh lemah.

2. Penyiapan Lahan

Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah karena

hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi anaerob.

Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan melalui

beberapa tahap. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi

penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan,

pemeliharaan tanaman dan pemupukan (Samadi, 1997).

Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau

pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan

selama 1–2 minggu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi hingga tanah benar–

benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau cangkul untuk memecah

bongkahan tanah berukuran besar. Setelah pembajakan tanah dan penggemburan

dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan

dibuat membujur searah Timur–Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70–100 cm, tinggi 30 cm, jarak

antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan

dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm).

Selanjutnya di sekeliling petak– petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air

(drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Handayani, 2009).

3. Pemupukan

Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan. Pupuk

dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan sebelum tanam.

Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu minggu sebelum

tanam. ketika penggemburan tanah terakhir dan dengan diberikan pada lubang tanam.

Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 300 kg

sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik. Kebutuhan

pupuk organik mencapai 20–30 ton per hektar, Pemupukan susulan dilakukan pada saat

sebelum pembumbunan yaitu menggunakan kombinasi Urea, TSP, KCl, atau ZA, TSP,

KCl dengan waktu dan dosis pemberian pupuk (Samadi, 1997).

4. Penanaman

Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman.

Waktu tanam yang paling baik di daerah dataran tinggi adalah pada kondisi cerah.

Khusus di dataran menengah waktu tanam yang paling baik adalah musim kemarau

agar pada saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam hari paling rendah.

Penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada pagi atau sore hari.

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan sehingga tanaman terhambat

pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati (Rukmana, 1997).

Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi bibit

diletakkan dalam alur tepat di tengah–tengah dengan posisi tunas menghadap keatas

dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 25–30 cm. Khusus di dataran menengah,

jarak tanam diatur 50–30 cm untuk sistem bedengan atau 60–70 cm x 30 cm untuk

sistem guludan (Sutabradja, 2008).

5. Pemeliharan Tanaman

1) Pengairan

Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.

Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan

keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari

saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak

terlalu terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air

basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana,

1997).

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan

rumput dengan memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan

dengan pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang

berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabuti atau membersihkan rumput

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara berhati–hati

agar tidak merusak perakaran tanaman kentang. Penyiangan sebaiknya

dilakukan pada daerah kira– kira 15 cm disekitar tanaman (Rukmana, 1997).

3) Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan sebanyak 1 kali selama satu musim tanam,

pembumbunan yang pertama dilakukan setelah umur 40 hari setelah tanam.

Tujuan pembumbunan ialah memberi kesempatan agar stolon dan umbi

berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi

kentang yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama

penggerek umbi (Phithorimaea opercuella). Cara pembumbunan adalah

menimbun bagian pangkal tanaman dengan tanah sehingga terbentuk guludan–

guludan (Rukmana, 1997). Ketebalan pembumbunan pertama kira – kira 10 cm,

pembumbunan kedua juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan

mencapai kira–kira 20 cm (Suseno, 2014).

6. Pengendalian Hama Terpadu

Pada budidaya kentang, sering terdapat gangguan seperti masalah teknis dan

Organisme Pengganggu Tanaman. Centre International Potato bekerjasama

dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang telah mengiventarisasi

OPT pada kentang yang menghasilkan 72 jenis, terdiri dari 4 bakteri patogen, 13

cendawan patogen, 15 jenis virus patogen, 8 jenis penyakit fisiologi, 31 jenis hama dan

1 jenis mikoplasma patogen. Jumlah sebanyak itu dikumpulkan dari beberapa negara

maupun daerah penghasil utama kentang (Semangun, 2007).

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

Pengendalian terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada kentang

perlu dilakukan secara berkala. Pada musim hujan seringkali mengalami serangan

penyakit tetapi sebaliknya pada musim kemarau hama sering menimbulkan masalah

yang serius. Disadari bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan akan memberikan

dampak yang merugikan. Untuk menghadapi permasalahan tersebut dalam upaya

meningkatkan produktivitas kentang sebaiknya para petani perlu dibekali pengendalian

hama terpadu (Semangun, 2007).

7. Panen

Tanaman kentang dipanen pada umur 90-160 hari setelah tanam (HST) dan

hasilnya beragam tergantung kultivar, wilayah produksi, dan kondisi pemasaran.

Kultivar adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri yang dapat

dibedakan secara jelas, tetap mempertahankan ciri-ciri yang khas, dan sistem

reproduksinya secara seksual dan aseksual. Hasil yang tinggi biasanya dicapai oleh

kultivar umur dalam dan musim tanam yang panjang. Panen dilakukan sebelum terjadi

senescence daun atau kematian akibat bunga es dan umbi belum berkembang penuh

(Rukmana, 1997).

D. Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans)

1. Klasifikasi penyakit busuk daun :

Kingdom : Chromalveolata

Divisio : Eukaryota

Kelas : Oomycetes

Ordo : Peronosporales

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

Famili : Pyhtiaceae

Genus : Phytophthora

Spesies : Phytophthora infestans (Cahyadi, 2009).

Tipe Gejala penyakit : Gejala nekrotik

Patogen penyebab penyakit : Jamur

Inang utama : Kentang

Inang alternatif : Melon, tomat

Penyakit hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan,

karena Phytophthora infestans merupakan jamur patogen yang memiliki patogenisitas

beragam. Pada umumnya patogen ini berkembang biak secara aseksual dengan

oospora. Jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau

pembentukan oospora hanya terjadi bila terjadi perkawinan silang (matting) antara dua

isolat Phytophthora infestans yang memiliki matting tipe beda (Purwanti, 2002).

Penyakit hawar daun dapat masuk kedaerah baru melalui umbi bibit terinfeksi

atau tanaman famili Solanaceae seperti tomat, cabai, dan terung yang terinfeksi.

Penyakit ini menunjukkan gejala pada daun, berupa bercak seperti basah berwarna

hijau terang kemudian berubah menjadi coklat yang kemudian seluruhnya tertutupi

bercak ini. Biasanya juga menyerang kentang melalui spora yang jatuh ketanah

(Sugiarto, 2001).

Menurut Djafarudin (2000), penyakit hawar daun tanaman kentang sangat

berpotensi terjadi pada daerah dingin dan lembab karena jumlah patogen yang

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

menyebabkanya mudah tumbuh dan berkembang baik pada kondisi dingin. Penyebab

penyakit hawar daun ini adalah patogen Phytophthora infestans. Patogen dapat

menyerang daun, batang, juga umbi di dalam tanah. Patogen Phytophthora infestans

bukan kapang asli tanah, namun biasa menyerang organ-organ tanaman kentang

didalam tanah dan diatas tanah (daun, batang, cabang, akar, umbi).

Penyebaran spora patogen melalui angin, air atau serangga. Jika spora sampai

ke daun basah ia akan berkecambah dengan mengeluarkan zoospore atau langsung

membentuk tabung kecambah, kemudian masuk ke bagian tanaman, dan akhirnya

terjadi infeksi. Spora yang jatuh ke tanah akan menginfeksi umbi, dan pembusukanya

bisa terjadi di dalam tanah atau di tempat penyimpanan. Kasus penyakit busuk daun

biasanya sering terjadi di daerah dataran tinggi yang bersuhu rendah dengan kelembaan

tinggi (Alexopoulos et al., 1996). Selain itu penyebaran spora patogen Phytophthora

infestans dipicu oleh keadaan lingkungan udara yang relatif lembab (diatas 80%).

Patogen tersebut juga dapat bertahan hidup didalam umbi dan batang kentang sehingga

infeksi pada umbi dapat terbawa sampai ke Gudang penyimanan (Adijaya, 2001).

2. Gejala serangan

Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan

terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa

sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat

menyebar ke batang, tangkai, dan umbi. Perkembangan bercak penyakit pada daun

paling cepat terjadi pada suhu 18˚C - 20˚C. Pada suhu udara 30˚C perkembangan

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

bercak terhambat. Oleh karena itu didataran rendah (kurang dari 500 mdpl) penyakit

hawar daun tidak merupakan masalah. Epidemi penyakit hawar daun biasanya terjadi

pada suhu 16˚C - 24˚C. Di dataran tinggi di jawa, hawar daun terutama berkembang

hebat pada musim hujan yang dingin, antara bulan desember dan februari.

Daun-daun yang sakit mempunyai bercak-bercak nekrotik pada tepi dan

ujungnya, kalau suhu tidak terlalu rendah dan kelembapan cukup tinggi. Bercak-bercak

tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca

sedemikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman dapat mengalami kematian.

Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas,

umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun

kadang-kadang sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu.

3. Morfologi dan Daur Penyakit Hawar Daun

1) Morfologi

Phytophthora infestans memiliki bentuk miselium interseluler tidak bersekat,

mempunyai banyak houstorium, konidiofor keluar dari mulut dan kulit, berkumpul 1-

5, dengan percabangan sympodial, mempunyai bengkakan yang khas, konidium

berbentuk buah peer, 22-32x16-24 µm, berinti banyak 7-32. Konidium berkecambah

secara tidak langsung dengan membentuk hifa (benang) baru atau secara tidak langsung

dengan membentuk spora kembaran, konidium dapat juga disebut sebagai sporangium

atau zoosporangium. Cendawan ini dapat membentuk oospore meski ini agak jarang

(Djafarudin, 2000).

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

2) Siklus Hidup

Patogen dapat tersebar sampai ke batang dengan sangat cepat dalam jaringan

korteks yang menyebabkan kerusakan sel di dalamnya. Selanjutnya, miselium tumbuh

diantara isi sel batang, tetapi jarang terdapat dalam jaringan vascular. Miselium tumbuh

menembus batang sampai ke permukaan tanah. Ketika miselium mencapai udara di

sekitar bagian tanaman miselium memproduksi sporangiospore yang dapat menembus

stomata dan menetap serta menyebar melalui daun. Sporangiospor akan terlepas dan

menyebabkan infeksi baru, sporangiospore timbul dari stomata dan memproduksi

banyak sporangia yang dapat menginfeksi tanaman baru. Selama musim hujan,

sporangia terbawa sampai ke tanah. Umbi dekat permukaan tanah dapat terserang

zoospore yang bertunas dan berpenetrasi pada umbi menembus inti sel atau melalui

luka alami atau luka akibat serangga dan alat pertanian (Djafarudin, 2000).

Cendawan Phytophthora infestans dapat mempertahankan diri dari musim ke

musim dalam umbi-umbi yang sakit, jika umbi yang sakit ditanam, cendawan ini dapat

naik ke tunas muda yang baru saja tumbuh dan membentuk banyak konidium atau

sporangium. Demikian pula umbi-umbi sakit yang dibuang, dalam keadaan yang cocok

dapat bertunas dan menyebarkan konidium. Karena cendawan ini dapat membentuk

oospora, maka cendawan dapat mempertahankan diri dalam bentuk ini juga, dan

konidium dapat dipencarkan oleh angin dari sumber infeksi ke tanaman lain (Adijaya,

2001)

Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada

setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

(zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan

infeksi. Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang disebut dengan

perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang sampai menemukan tempat

inangnya. Ketika keadaan lebih panas, Phytophthora infestans akan menginfeksi

tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari

sporangium akan menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut

untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya (Djafarudin, 2000).

E. Fungisida

Fungisida adalah senyawa kimia beracun untuk memberantas dan mencegah

perkembangan fungi atau jamur. Penggunaan fungisida adalah termasuk dalam

pengendalian secara kimiawi (Djodjosumarto, 2000).

Fungisida merupakan salah satu cara dalam pengendalian yang dilakukan

dalam budidaya. Fungisida biasanya digunakan untuk menekan pertumbuhan jamur,

baik yang disemprotkan maupun dengan perlakuan benih. Selain itu, beberapa jenis

fungisida dilaporkan dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. Aplikasi

3 g L-1 dan 4,5 g L-1 mancozeb dilaporkan mampu menghasilkan ubi bertunas pada 3

BSP yang lebih tinggi dan presentase busuk kering ubi yang lebih rendah dibandingkan

dengan tanpa fungisida (Hamidin et al., 2009).

Fungisida telah lama digunakan dalam mengurangi kerugian tanaman yang

terinfeksi cendawan patogen. Fungisida dibedakan ke dalam dua kelas berdasarkan

sasarannya terhadap patogen. Kelas pertama termasuk anorganik di antaranya

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

campuran Bordeaux, belerang dan senyawa tembaga. Kelas kedua yaitu senyawa

organik, seperti phythalimide, ditiokarbamat, dinitrofenols, dan aromatik hidrokarbon

yang secara umum bersifat kontak. Fungisida kontak disebut juga protektan yang

melindungi tanaman dari serangan patogen pada tempat aplikasi (permukaan tanaman).

Fungisida jenis ini tidak dapat menyembuhkan tanaman yang sudah sakit. Fungisida

kontak berbahan aktif tembaga (Cu) bekerja dengan cara denaturasi protein yang

menyebabkan kematian sel cendawan. Fungisida ditiokarbamat, bekerja sebagai agen

pengkhelat unsur yang dibutuhkan oleh cendawan sehingga terjadi penghambatan

pertumbuhan. Mekanisme kerja yang demikian disebut multi sites action atau bekerja

pada berbagai organel sel cendawan, atau bekerja secara nonspesifik (FRAC, 2015).

Perkembangan dan penemuan fungisida sejak tahun 1960 an mulai digunakan

fungisida yang bersifat sistemik. Pengenalan fungisida sistemik dengan cara kerja

spesifik (spesifik mode of action) dapat menyelamatkan produksi tanaman (Ortuno et

al. 2008). Fungisida ini dapat diserap oleh jaringan dan ditranslokasikan ke seluruh

bagian tanaman. Fungisida ini bersifat kuratif yang dapat mengendalikan patogen

setelah terjadinya infeksi dan menghambat perkembangan patogen (Deising et al.,

2008). Fungisida spesifik ini bekerja pada tempat tertentu seperti menghambat sintesis

DNA, memengaruhi respirasi, menghambat sintesis kitin, menghambat sintesis

ergosterol dan lainnya (FRAC, 2015). Fungisida sistemik bersifat kuratif atau disebut

juga dengan terapeutan yaitu senyawa yang dapat menekan pertumbuhan patogen

setelah terjadinya infeksi dan mengurangi terjadinya infeksi lebih lanjut (Deising et al.,

2008). Penggunaan fungisida sintetik dalam mengurangi kerugian akibat infeksi

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

cendawan merupakan pengendalian yang paling umum digunakan oleh petani.

Pengendalian menggunakan fungisida sintetik dipilih karena mudah dalam aplikasi dan

terlihat lebih menjamin keberhasilan. Permintaan pasar yang mensyaratkan produk

yang secara penampilan bagus tanpa ada kerusakan fisik sehingga aplikasi fungisida

dilakukan secara berkala. Pemilihan jenis fungisida yang digunakan oleh petani

kebanyakan hanya berdasarkan informasi sesama penanam, dan cenderung fanatik

terhadap satu jenis fungisida yang paling efektif (Darajat 2014). Penggunaan fungisida

tidak disertai dengan dasar pengetahuan tentang keefektifan sehingga satu jenis bahan

aktif fungisida secara terus menerus selalu digunakan sepanjang musim tanam hal ini

memicu resistensi patogen terhadap bahan aktif tersebut (Suganda 2001).

F. Jenis Fungisida

Terdapat beberapa jenis fungisida yang sering digunakan dalam pengendalian

penyakit yaitu :

a. Metalaksil

Fungisida yang berbahan aktif Metalaksil merupakan fungisida sistemik

dengan formulasi ES (Emulsifiable solution). Fungisida ini dari golongan

benzenoid yang dapat digunakan sebagai fungisida tular tanah (soil treatment) dan

tular benih (seed treatment) untuk mengendalikan penyakit rebah kecambah.

Fungisida ini dapat menekan pertumbuhan patogen golongan Oomycetes, serta

penyakit hawar daun, rebah kecambah, dan busuk daun (Magallona et al., 1991)

dalam Sembiring (2008).

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

b. Dimetomorf

Bahan aktif Dimetomorf merupakan fungisida yang sistemik dengan formulasi

SC (Suspension concentrate). Bahan aktif ini dapat mengganggu sintesis membran

lipid pada patogen. Penyakit sasaran bercak daun pada tanaman jagung, lanas,

busuk daun, dan embun bulu (Moekesan, 2012).

c. Fenamidone

Fenamidone merupakan senyawa kimia dari kelompok Imidazolines dari

Rhône Poulenc dikembangkan dan diperkenalkan pada tahun 2001. Formulasi

Fenamidone adalah SC (Suspencion Concentrate). Fungisida ini dapat

mengendalikan penyakit becak daun pada kentang dan penyakit hawar daun pada

tomat (Anonim, 2015).

d. Hydroxy Amino Benzimidazole

HAB merupakan fungisida yang masuk dalam kelompok benzimidazole.

Benzimidazole berpengaruh pada pembelahan inti dengan mengikat mikrotubulus

sehingga benang gelendong tidak terorganisir. Antibiotik apolioksin dan kitazin

menghambat sintesis khitin patogen (Agrios, 2004).

e. Mancozeb+Cymoxanil

Mancozeb merupakan bahan aktif campuran maneb dan zink. Mancozeb

termasuk dalam golongan dithiokarbamat. Mancozeb memiliki keunggulan yaitu

dalam membasmi berbagai patogen tanaman (Magallona et al., (1991) dalam

Sembiring (2008)) Fungisida ini termasuk dalam fungisida kontak. Fungisida ini

memiliki cara kerja dengan menghambat kegiatan enzim yang ada pada jamur

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

dengan menghasilkan lapisan enzim dengan unsur logam yang berperan dalam

pembentukan ATP. Thompson (1992) dalam Sembiring (2008). Cremlyn (1978)

melaporkan Fungisida ditiokarbamat, misalnya mankozeb, bekerja sebagai agen

penghelat unsur yang dibutuhkan oleh jamur sehingga terjadi penghambatan

pertumbuhan.

G. Cara Kerja Fungisida

Berdasarkan cara kerjanya dalam tanaman, fungisida dibagi menjadi fungisida

kontak (non-sistemik) dan sistemik, yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda.

Fungisida kontak disebut juga protektan melindungi tanaman dari serangan patogen

pada tempat aplikasi (permukaan tanaman). Fungisida jenis ini tidak dapat

menyembuhkan tanaman yang sudah sakit. Fungisida kontak berbahan aktif tembaga

(Cu) seperti Cupravit, bekerja dengan cara denaturasi protein yang menyebabkan

kematian sel jamur.

Fungisida ditiokarbamat, misalnya mankozeb, bekerja sebagai agen pengkhelat

unsur yang dibutuhkan oleh jamur sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan

(Cremlyn, 1978). Diubah menjadi metabolitnya yaitu isotiosianat yang menginaktifasi

enzim karena mengikat gugus SH pada asam amino dalam sel jamur. Fungisida Daconil

(klorotalonil) yang mempunyai pengaruh fungistatik juga bekerja pada gugus SH dari

enzim (Corbettetal., 1984; Agrios,1997). Mekanisme kerja yang demikian disebut

multi sitesaction atau bekerja pada banyak tempat dari tubuh jamur, atau bekerja secara

non spesifik.

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

Sebaliknya fungisida sistemik bekerja sampai jauh dari tempat aplikasi dan

dapat menyembuhkan tanaman yang sudah sakit. Fungisida ini terserap oleh jaringan

tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Fungisida sistemik bekerja.

Fungisida sistemik hanya bekerja pada satu tempat dari bagian sel jamur sehingga

disebut mempunyai cara kerja single siteaction atau spesifik. Misalnya, Oksatin yang

menghambat suksinat dehidrogenase yang penting dalam proses respirasi didalam

mitokondria. Bensimidasol berpengaruh pada pembelahan inti dengan mengikat

mikrotubulus sehingga benang gelendong tidak terorganisir. Antibiotik apolioksin dan

kitazin menghambat sintesis khitin patogen (Agrios, 1997).

Di masa lalu, fungisida yang berbahan aktif metalaksil sangat efektif untuk

mengendalikan penyakit hawar daun. Tetapi penggunaannya yang berkepanjangan

telah mengakibatkan munculnya strain Phytophthora infestans yang resisten terhadap

senyawa metalaksil. Davidse et al. (1983) melaporkan bahwa dari 222 isolat

Phytophthora infestans yang diisolasi dari daun kentang dan umbi yang berasal dari 12

daerah yang berbeda, 41 isolat di antaranya resisten terhadap metalaksil, dengan

konsentrasi 100 ppm atau lebih. Di Israel juga dilaporkan bahwa beberapa isolat

Phytophthora infestans asal Israel resisten terhadap metalaxyl dengan konsentrasi 100

ppm (Bilha et al., 1989). menemukan empat isolat Phytophthora infestans dari

Indonesia yang resisten terhadap metalaksil; dua isolat tahan terhadap metalaksil

dengan konsentrasi >10 ppm, sedangkan dua isolat lainnya tahan terhadap metalaksil

dengan konsentrasi >100 ppm (Nishimura et al., 1999).

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

H. Ketahanan Patogen terhadap Fungisida

Organisme, termasuk jamur patogen mempunyai sifat untuk mempertahankan

diri pada keadaan yang buruk, termasukk paparan pestisida. Penyesuaian diri tersebut

menimbulkan strain tahan terhadap pestisida. Penyebab timbulnya strain tahan adalah

pemakaian yang berulang-ulang dengan dosis subletal dari fungisida sistemik.

Fungisida yang sering digunakan menjadi tekanan seleksi bagi populasi patogen

(Dekker & Georgopoulos, 1982).

Faktor-faktor penyebab timbulnya ketahanan terhadap jamur adalah daur

patogen yang pendek, produksi spora melimpah, kemudahan perubahan sifat genetis

patogen, pertanaman monokultur, dan aplikasi fungsida yang sudah cukup lama

(Slawson, 1999). Berdasarkan kedua cara kerja yang berbeda seperti tersebut di atas

terdapat perbedaan dalam hal timbulnya ketahanan terhadap fungisida kontak dan

sistemik. Struktur sel memegang peranan penting dalam mekanisme kerja fungisida.

Untuk dapat menghambat perkembangan jamur atau membunuh jamur, fungisida

kontak maupun sistemik harus dapat menembus dinding sel dan membran sel jamur,

masuk kedalam sitoplasma dan merusak sel tersebut.

1. Ketahanan Patogen Terhadap Fungisida Kontak

Menurut sejarahnya fungisida kontak lebih dahulu dipakai dibandingkan

dengan fungisida sistemik, sehingga paparan fungisida kontak pada jamur telah lebih

lama terjadi dibandingkan dengan fungisida sistemik. Beberapa hasil penelitian

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

laboratorium menunjukkan adanya adaptasi jamur Sclerotium rolfsii terhadap

mancozeb dan fentinasetat (Anilkumar, 1976).

Penelitian di rumah kaca di Colorado menunjukkan adanya strain Botrytis yang

toleran terhadap mankozeb (Gillman & James, 1980). Bubur Bordeaux telah dipakai

sejak tahun 1952 dalam pengendalian penyakit blas di Jepang, namun sampai dengan

tahun 1982 belum ditemukan strain yang tahan. Sebaliknya pemakaian dengan

antibiotik kasugamisin pada periode yang sama telah menimbulkan strain tahan

(Uesugi, 1994).

Penggunaan fungisida berbahan aktif tembaga telah dilakukan untuk

pengendalian penyakit cacar teh sejak tahun 1950-an dan belum ditemukan strain

Exobasidium vexans yang tahan. Namun, Phytophthora palmivora yang diperlakukan

dengan fungisida Alfosetil dan metalaksil lebih tahan terhadap fungisida dibandingkan

dengan yang diperlakukan dengan fungisida tembaga, mancozeb, atau campurannya

(Sumardiyono, 1994). Walaupun secara teori timbulnya strain jamur tahan terhadap

fungisida kontak lebih relatif lebih lambat fenomena ini perlu diwaspadai mengingat

kemungkinan tersebut tetap ada.

2. Ketahanan Terhadap Fungisida Sistemik

Fungisida sistemik mempunyai mode of action yang spesifik. Telah sejak lama

dilaporkan bahwa benomil dan metil tiofanat yang merupakan satu kelompok

benzimidazol, menduduki peringkat tertinggi bagi timbulnya strain tahan

(Dekker,1977). Beberapa laporan menunjukkan adanya strain baru yang timbul dan

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

tahan terhadap fungisida sistemik. Strain Sclerotinia homeocarpa penyebab penyakit

dollar spot pada bentgrass dilaporkan tahan terhadap benomil, metiltiofanat, dan

propikonazol. Saat itu, perlakuan dengan fungisida fluazinam yang bersifat kontak

tidak menimbulkan strain tahan (Burpee, 1997).

Pengendalian penyakit Sigatoka pada pisang di Guadeloupe menggunakan

benomil telah memicu timbulnya strain Colletotrichum musae penyebab penyakit

antraknos yang tahan terhadap fungisida thiabendazol (de Ballaire, 1997), selain

menumpuknya residu pada buah pisang Colletotrichum musae adalah penyebab

penyakit antraknos pada pisang. Bila pada saat aplikasi fungisida juga terdapat patogen

tersebut, maka paparan ini memicu Colletotrichum musae untuk membentuk strain

tahan. Penggunaan benomil dan triadimefon telah menimbulkan strain jamur

Sphaerotheca fuliginea tahan terhadap kedua fungisida tersebut (McGrath, 1996).

Penggunaan iprodione selama tiga tahun untuk pengendalian Alternaria alternate p.v.

citri di Israel dan Florida telah menimbulkan strain jamur tahan iprodione (Solel et al.,

1995).

I. Resiko Timbulnya Ketahanan Jamur terhadap fungisida

Risiko timbulnya ketahanan terhadap fungisida baik kontak maupun sistemik

berbeda. Fungisida golongan benzimidazol, dikarboksimid, fenilamid mempunyai

resiko tinggi. Golongan fungisida karboksanilid fosforotiolat, anilinopirimidin,

fenilpirol, dan stobilurin beresiko medium, sedangkan golongan tembaga,

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

ditiokarbamat, penghambat melanin, dan belerang beresiko rendah. Berkaitan dengan

hal tersebut risiko timbulnya strain tahan juga berbeda untuk tiap patogen. Ustilago,

Phyrenophora, karat serealia, dan hawar upih daun padi beresiko rendah. Septoria

pada gandum dan Rhynchosporium beresiko medium. Penyebab penyakit kudis pada

apel (Venturia anaequalis), Sigatoka pada pisang (Mycosphaerella musicola), Botrytis,

busuk daun pada kentang (Phytophthora infestans), Penicillium pada jeruk dan blas

pada padi mempunyai risiko tinggi Hollomon (2002).

Hasil penelitian di Yogyakarta menunjukan adanya strain jamur yang tahan

terhadap beberapa fungisida secara invitro dan dirumah kaca. Penggunaan metalaksil

secara intensif untuk pengendalian penyakit bulai pada jagung telah menimbulkan

strain Peronosclerospora maydis yang tahan. Penggunaan fungisida metalaksil secara

berulang-ulang pada P.palmivora akan menimbulkan strain jamur yang tahan

(Sumardiyono et al., 1995). Penggunaan iprodione dan karbendazim secara tunggal

tidak mampu untuk mengendalikan penyakit blas pada padi, sedangkan bila kedua

fungisida tersebut dicampur dengan perbandingan 0,4 kg/ha+0 ,1l/ha, dapat

meningkatkan kemampuan pengendalian (Prihatiningsih & Djatmiko, 2001).

Kemungkinan hal ini terjadi karena telah terdapat strain jamur tahan terhadap

karbendazim maupun iprodion.

Mekanisme timbulnya strain tahan terhadap sejumlah fungisida adalah

penurunan permeabilitas sel patogen untuk menyerap senyawa kimia, detoksifikasi

senyawa kimia oleh sel patogen, penurunan perubahan menjadi metabolit yang lebih

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

toksik, penurunan afinitas pada sel patogen, pembelokan (by passing) urutan reaksi

dalam proses metabolisme, produksi enzim pengganti yang telah dihambat oleh

perlakuan dengan senyawa kimia (Agrios, 1997).

J. Resistensi Cendawan Patogen terhadap Fungisida

Aplikasi fungisida pada tanaman bagi cendawan merupakan suatu keadaan

yang tidak menguntungkan dan berusaha untuk menyesuaikan diri pada keadaan

tersebut yang menyebabkan terjadinya ketahanan atau resistensi terhadap fungisida.

Fungisida yang umum digunakan dibeberapa kabupaten di Bandung sudah menurun

tingkat keefektifannya dalam menekan penyakit tumbuhan (Suganda 2001). Kumar et

al., (2007) melaporkan terjadinya perkembangan ketahanan patogen antraknosa

mangga terhadap fungisida karena penggunaan yang terus menerus tanpa ada rotasi

dengan fungisida lain. Penggunaan fungisida metalaksil untuk menekan penyakit bulai

(Peronosclerospora maydis) pada tanaman jagung telah dilaporkan menyebabkan

timbulnya ras baru pada patogen tersebut. Fungisida metalaksil sudah digunakan sejak

tahun 1980 untuk mengendalikan patogen bulai pada jagung dan hal ini memicu

timbulnya ras baru di suatu lokasi dengan penggunaan fungisida yang intensif (Astuti,

2014).

Menurut Ziogas et al., (2005) ketergantungan pada fungisida sintetik

menyebabkan patogen resisten terhadap fungisida tersebut. Resistensi cendawan

patogen yang terjadi ditandai dengan menurunnya sensitivitasnya terhadap fungisida

(Suganda 2001). Kongtragoul et al., (2011) melaporkan fenotip patogen yang sangat

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

resisten terhadap bahan aktif fungisida memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga

masih tetap bertahan bahkan pada konsentrasi yang tinggi.

Resistensi patogen terhadap fungisida adalah salah satu isu yang paling penting

dalam pertanian modern. Mekanisme munculnya strain tahan terhadap sejumlah

fungisida disebabkan karena penurunan permeabilitas sel patogen untuk menyerap

senyawa kimia, terjadinya detoksifikasi senyawa kimia oleh sel patogen, penurunan

afinitas pada sel patogen, pembelokan urutan reaksi dalam proses metabolisme, dan

produksi enzim pengganti yang telah dihambat oleh senyawa kimia dari fungisida

(Sumardiyono 2013). Hal tersebut diduga memicu terjadinya mutasi gen yang mengode

target fungisida (resistensi fungisida kualitatif) atau mekanisme yang disebabkan oleh

tekanan fungisida pada konsentrasi subletal. Mekanisme ini menghasilkan tingkat dan

variasi yang berbeda dari resistensi (perlawanan fungisida kuantitatif) (Deising et al.,

2008). Pengembangan marka molekuler untuk menandai terjadinya mutasi yang

disebabkan karena pemakaian fungisida banyak dipelajari untuk membedakan patotipe

yang telah berevolusi. Beberapa peneliti melaporkan patogen yang tahan terhadap

fungisida golongan benzimidazol terjadi perubahan nukleotidanya dengan analisis

menggunakan runutan parsial gen β-tubulin (Kongtragoul et al., 2011). Penentuan

marka molekuler untuk fungisida-fungisida dengan multi site mode of action agak sulit

dilakukan karena akan melibatkan banyak mutasi gen sehingga perubahan pada gen

sulit diprediksi.

Fungisida dengan mekanisme multi site mode of action secara umum bersifat

non sistemik yang memiliki resiko yang rendah untuk berkembangnya resistensi

Page 29: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

cendawan terhadap bahan aktif tersebut (Kumar et al. 2007). Resistensi yang terjadi

melibatkan banyak mutasi gen sehingga perubahan pada gen sulit diprediksi.

Perkembangan resistensi terhadap bahan aktif yang memiliki mekanisme site mode of

action terjadi karena patogen terus-menerus terkena paparan bahan aktif tersebut secara

terus menerus (Lim dan Choi 2006). Secara umum resistensi terjadi dengan cepat pada

C. gloeosporioides baik pada bahan aktif benomil isolat TGM 1105, propineb isolat

CKB 15. Menurut Peres et al., (2004) C. gloeosporioides cenderung sensitif terhadap

bahan aktif fungisida bahkan pada konsentrasi rendah tetapi potensi berkembangnya

resistensi secara cepat. Keragaman genetika C. gloeosporioides yang tinggi

menyebabkan perkembangan resistensi dengan cepat. Resistensi terjadi pada patogen

yang mempunyai tingkat keragaman genetika dan adaptasi yang tinggi (Kumar dan

Rani 2013). C. gloeosporioides yang menginfeksi buah cabai terdiri atas dua strain

sehingga mampu menginfeksi buah yang masih muda (hijau) dan matang (merah), C.

gloeosporioides juga memiliki kisaran inang yang luas (Park et al. 1987).

Menurut Kumar et al. (2007) tingkat sensitivitas isolat Colletotrichum spp.

terhadap bahan aktif fungisida ditentukan berdasarkan tingkat hambatan relatif (THR)

yaitu sebagai berikut;

➢ Sangat sensitif (SS) : THR > 90%

➢ Sensitif (S) : 75% < THR ≤ 90%

➢ Resisten sedang (RS) : 60% < THR ≤ 75%

➢ Resisten (S) : 40% < THR ≤ 60%

➢ Sangat Resisten (SR) : THR ≤ 40%

Page 30: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

Desta Andryani (2017) isolat Collectrichum sudah sangat resisten terhadap

bahan aktif klorotalonil, isolat collectrichum sudah resisten terhadap bahan aktif

mankozeb dan propineb, isolat collectrichum masih sensitif dan sangat sensitif

terhadap bahan aktif benomil.

Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa telah terjadi kasus resistensi

Botritis cinerea terhadap fungisida dari kelompok dikarboksamid dan MCB. Yourman

dan Jeffers (1999) melaporkan kepekaan isolate Botritis cinerea di lahan pertanian

strowberi dan menunjukan bahwa lebih dari 80% dari isolat yang dianalisis telah tahan

terhadap fungisida jenis tiophanat-metil. Selanjutnya, telah dibuktikan bahwa

terjadinya multi-resisten terhadap fungisida jenis dicarboksamid dan bensimidasol. La

Mondia dan Douglas (1997) menemukan bahwa 70% dari isolat Botritis cinerea yang

diisolasi dari rumah kaca telah tahan terhadap fungisida jenis benomil dan thiophanate-

metil, sementara sekitar 35% dari isolat telah tahan terhadap fungisida iprodione.

Resistensi jamur jenis ini ke dikarboksamid dan fungisida MBC merupakan hal yang

umum terjadi, dan ada laporan kasus isolat yang resisten terhadap thiophane-metil,

piraclostrobin, boscalid, cyprodinil, fenhexamid, iprodione, dan fludioxonil secara

bersamaan. (Fernandez. et al. 2014)

K. Hipotesis Penelitian

Penggunaan fungisida untuk mengendalikan penyakit hawar daun dalam

jangka waktu yang lama dan secara terus menerus serta penggunaanya yang beragam

diduga telah menyebabkan resistensi penyakit hawar hawar daun (Phytophthora

Page 31: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik kentangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3962/3/BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).pdfpendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

infestans) terhadap fungisida di Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci,

Provinsi Jambi.