ii. landasan teori a. penelitian terdahulu...langkah-langkah atas faktor-faktor mendasar penyebab...
TRANSCRIPT
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Latifna (2013) dengan judul ”Analisis
Pengendalian Kualitas di Perusahaan Bakpia Pathuk dalam Upaya
Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk dengan Menggunakan Metode X̄
dan R”. Perusahaan bakpia pathuk adalah perusahaan yang bergerak di bidang
makanan khas Yogyakarta dengan produk utamanya bakpia pathuk kacang
hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian
mutu menggunakan alat bantu statistik yang bermanfaat dalam upaya
pengendalian tingkat kerusakan produk di perusahaan. Analisis pengendalian
mutu dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik berupa check sheet,
peta kendali X̄ dan R, diagram pareto, dan diagram fishbone. Jenis-jenis
kerusakan yang terjadi yaitu terlalu besar atau terlalu kecilnya diameter bakpia,
kulit bakpia terlalu tipis sehingga mudah robek dan kulit yang gosong. Hasil
analisis peta kendali X̄ dan R menunjukkan bahwa proses berada dalam
keadaan terkendali. Hal ini dapat dilihat pada grafik X̄ selama 10 hari diperoleh
BPA = 607,472, nilai rata-rata = 604,700, dan BPB = 601,928, hasil grafik R
diperoleh BPA = 15,993, rata-rata = 9, nilai BPB = 2,007. Hasil grafik X̄
selama 12 bulan diperoleh BPA = 18.214,224, nilai rata-rata = 18.119,9 dan
nilai BPB = 100,352. Analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor
penyebab kerusakan yaitu faktor pekerja, mesin produksi, metode kerja, bahan
baku, dan lingkungan kerja.
Penelitian yang dilakukan Sanny dan Ria (2015) dengan judul “Quality
Improvement Strategy to Defect Reduction with Seven Tools Method: Case in
Food Field Company in Indonesia” bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
penyebab kerusakan pada produksi, cara mengurangi jumlah cacat yang terjadi
pada pembuatan produk dan untuk mengetahui solusi terbaik yang dapat
direkomendasikan untuk mengurangi penyebab cacat produksi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, observasi, wawancara,
dan dokumentasi untuk mengumpulkan data primer dan sekunder beserta tujuh
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8
alat metode kualitas untuk pengolahan data, analisis, dan solusi penemuan.
Checksheet menunjukkan adanya 6 jenis cacat produksi seperti adonan yang
keras, rasa yang tidak seimbang, warna yang tidak rata, kesalahan memotong,
kesalahan bobot, dan kerusakan kemasan. Diagram pencar dapat dilihat bahwa
arah diagram mengarah ke kanan atas yang berarti ada hubungan langsung dan
positif antara tingkat tingkat kehadiran operator mesin dengan tingkat
produktivitas produksi. Hasil dari peta kendali menunjukkan kerusakan produk
berada diluar batas kendali sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan.
Diagram pareto menunjukkan adanya tiga cacat yang memiliki frekuensi yang
tinggi. Cacat ini disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu mesin, manusia,
pengukuran, dan lingkungan. Selain itu, hasil dari peta kendali menunjukkan
bahwa proses produksi perusahaan berada di luar batas kendali. Oleh karena
itu, perusahaan disarankan untuk segera mengambil langkah pengendalian
kualitas dengan memantau produktivitas. Dua faktor utama yang menyebabkan
cacat yaitu mesin dan tenaga kerja. Tindakan ini apabila berjalan lancar,
perusahaan bisa menurunkan jumlah cacat produksi yang terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ferdian (2016) dengan judul
“Implementasi Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Pendekatan Seven
Tools dan FMEA pada CV. Madu Gong di Mojokerto”. Proses produksi madu
di CV. Madu Gong di Mojokerto berkaitan dengan jumlah produk cacat yang
dihasilkan selama proses produksi telah membuat perusahaan mengalami
kerugian dari jumlah produksi tiap bulannya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana implementasi pengendalian kualitas menggunakan
pendekatan seven tools dan FMEA (Failure Mode and Effects Analysis). Seven
tools yang digunakan berupa checksheet, peta kendali p, diagram pareto, dan
diagram sebab-akibat. Hasil analisis peta kendali p menunjukkan bahwa
kegiatan produksi berada diluar batas kendali. Hal ini dapat dilihat dari peta
kendali dimana ada beberapa titik yang telah melewati batas atas dan batas
bawah. Selain itu ada beberapa titik yang mengalami perlompatan dan
perulangan pada peta kendali. Analisis diagram sebab-akibat, dapat diketahui
faktor penyebab terjadinya cacat pada produk berasal dari faktor manusia,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9
material, lingkungan dan metode kerja sehingga perusahaan dapat mengambil
tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah tersebut. Langkah terakhir yang
dilakukan pembuatan FMEA (Failure Mode Effect Analysis). Pembuatan tabel
FMEA (Failure Mode Effect Analysis) bertujuan untuk memberikan alternatif
langkah-langkah atas faktor-faktor mendasar penyebab kecacatan pada diagram
sebab akibat sehingga proses produksi pada CV. Madu Gong di Mojokerto
dapat berjalan dengan lebih baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Saprullah (2017) dengan judul “Analisis
Pengendalian Kualitas Produk dengan Menggunakan Six Sigma pada Raja Roti
di Samarinda”. Raja Roti di Samarinda merupakan salah satu produsen roti
yang terus berusaha menjaga kualitas produk dengan menekan angka produk
cacat dalam proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang pengendalian kualitas produk yang ada dan penerapan
metode Six Sigma dengan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improve, dan Control). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode six sigma. Metode ini digunakan untuk mengantisipasi
terjadinya kesalahan atau defect dengan menggunakan langkah-langkah terukur
dan terstruktur. Berdasarkan data yang ada, maka studi deskriptif yaitu
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang
merupakan pendukung terhadap metode six sigma, kemudian menganalisis
faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap pengendalian kualitas
produk. Tujuan peningkatan kualitas menuju 3,4 kegagalan per sejuta
kesempatan untuk setiap produksi penting dilakukan, pada Raja Roti kualitas
produk yang dihasilkan yaitu 3,79 Sigma pada tingkat kerusakan 11.024 atau
1,1% untuk sejuta produksi. Implementasi metode Six sigma disimpulkan
bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi yang terjadi yaitu ukuran tidak sesuai
(29%), rasa tidak sesuai (25%), dan hangus/gosong (22%) disebabkan dua
faktor utama, diantaranya faktor metode dan faktor manusia. Penyebab
kerusakan yang sering terjadi secara rinci perlu diketahui untuk dilaksanakan
perbaikan pada intruksi kerja dan pengawasannya, langkah yang dapat diambil
adalah mengadakan peralatan-peralatan yang dapat membantu proses produksi,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10
menentukan kualifikasi bahan baku yang sesuai kebutuhan, serta memberikan
pemahaman pada karyawan yang bertugas agar setiap aspek pada proses
produksi dapat berjalan dengan baik.
Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian
Pengendalian Kualitas Produk Madu di PT. Madu Pramuka Batang
dengan Metode Statistical Quality Control (SQC)
Judul Persamaan Perbedaan
Analisis Pengendalian
Kualitas di Perusahaan
Bakpia Pathuk dalam
Upaya Mengendalikan
Tingkat Kerusakan
Produk Menggunakan
Metode X̄ dan R
(Latifna, 2013).
1. Check sheet
2. Histogram
3. Diagram pareto
4. Diagram fishbone
Menggunakan peta kendali
X̄ dan R
Quality Improvement
Strategy to Defect
Reduction with Seven
Tools Method: Case in
Food Field Company in
Indonesia
(Sanny dan Ria, 2015).
1. Checksheet
2. Histogram
3. Peta kendali proporsi
4. Diagram pareto
5. Ddiagram fishbone
1. Menggunakan diagram
sebar
2. Diagram fishbone
menggunakan faktor
5M+1E (Man, Machine,
Measurement, Material,
Methode and
Environment)
Implementasi
Pengendalian Kualitas
dengan Menggunakan
Pendekatan Seven
Tools dan FMEA pada
CV. Madu Gong di
Mojokerto
(Ferdian, 2016).
1. Check sheet
2. Peta kendali proporsi
3. Diagram pareto
4. Diagram fishbone
1. Tidak menggunakan
histogram
2. Menggunakan tabel
FMEA (Failure Method
and Effect Analysis)
untuk merumuskan
perbaikan-perbaikan
yang akan dilakukan.
Analisis Pengendalian
Kualitas Produk dengan
Menggunakan Six
Sigma pada Raja Roti
di Samarinda
(Saprullah, 2017).
1. Peta kendali proporsi
2. Diagram pareto
3. Diagram fishbone
1. Tidak menggunakan
histogram
2. Pengukuran
penyimpangan lebih
detail dengan
menggunakan nilai
DPMO dan sigma.
Sumber: Latifna (2013), Sanny dan Ria (2015), Ferdian (2016) dan Saprullah
(2017)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11
Penelitian terdahulu memberikan pandangan terhadap penelitian yang
akan dilakukan berkaitan teknik penelitian untuk permasalahan pengendalian
kualitas. Gambaran data yang diperlukan dalam proses analisis sangat
diperlukan sebelum penelitian dilaksanakan. Pemilihan alat analisis yang
digunakan untuk mengolah data harus disesuaikan dengan produk yang akan
diteliti. Penelitian ini menganalisis pengendalian kualitas produk madu di PT.
Madu Pramuka menggunakan alat analisis checksheet, histogram, peta kendali
proporsi, diagram pareto dan diagram fishbone. Peta kendali proporsi
digunakan untuk mengetahui apakah kerusakan berada dalam batas kontrol
atau tidak. Diagram pareto untuk menentukan permasalahan yang dominan
atau yang sering terjadi dan menjadi prioritas perbaikan karena dianggap
menghambat proses peningkatan kualitas yang akan dilakukan oleh
perusahaan. Selanjutnya akan dianalisis sebab dari kerusakan/cacat produk dan
akibat yang ditimbulkan dengan menggunakan diagram fishbone. Usulan
perbaikan terhadap pengendalian kualitas akan diberikan sebagai sasaran
pengendalian kualitas PT. Madu Pramuka.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas yang dilakukan secara internal memiliki
tujuan dan pengaruh terhadap keseluruhan keberhasilan kegiatan bisnis,
mencapai tingkat pengembalian yang sesuai investasi dan meningkatkan
efek ekonomi yang terkait dengan kualitas baik dari segi biaya maupun hasil
lainnya disampaikan oleh proses penjaminan mutu. Pengendalian kualitas
telah memiliki tujuan utama untuk mencapai tingkat kinerja yang diinginkan
sehingga meningkatkan nilai pasar dan mempertahankan daya saing pasar.
Pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam alat seperti check sheet, histogram, diagram ishikawa dan lainnya.
(Simanova dan Pavol, 2015).
Menurut Nastiti (2014), bahwa pengendalian kualitas menentukan
ukuran, cara, dan persyaratan fungsional lain suatu produk dan merupakan
manajemen untuk memperbaiki kualitas produk, mempertahankan kualitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12
yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak. Dengan
adanya pengawasan kualitas maka perusahaan atau produsen berusaha untuk
selalu memperbaiki kualitas dengan biaya rendah yang sama/tetap bahkan
untuk mencapai kualitas yang tetap dengan biaya rendah. Untuk mengurangi
kerugian karena kerusakan-kerusakan pemeriksaan atau inpeksi tidak
terbatas pada pemeriksaan akhir saja, tetapi perlu juga diadakan
pemeriksaan pada barang yang sedang diproses. Menurut
Assauri (2004), tujuan pengendalian kualitas adalah sebagai berikut:
1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan
menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Tujuan pengendalian kualitas menurut Prawirosentono (2007) adalah
untuk mengetahui sampai sejauh mana proses dan hasil produk yang dibuat
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Kegiatan
pengendalian kualitas merupakan bidang pekerjaan yang sangat luas dan
kompleks karena semua variabel yang mempengaruhi kualitas harus
diperhatikan. Klasifikasi pengendalian kualitas, antara lain:
a) Pengendalian kualitas bahan baku
Kualitas bahan baku akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari
barang yang diproduksi. Bahan baku yang berkualitas rendah akan
menghasilkan produk dengan kualitas yang rendah dan sebaliknya bila
bahan baku baik maka akan menghasilkan produk yang baik pula.
Ketidaksesuaian kualitas bahan baku akan berdampak pada kualitas
produk yang dihasilkan akan berada diluar standar kualitas yang telah
direncanakan. Pengendalian kualitas bahan baku dilakukan sejak rencana
pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku di gudang, selama
penyimpanan, dan sampai bahan baku akan masuk kedalam proses
produksi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13
b) Pengendalian kualitas dalam proses pengelolaan
Pembuatan suatu produk memerlukan beberapa urutan proses
produksi agar produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang
direncanakan. Setiap tahapan proses produksi dilakukan pengawasan
sehingga kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diketahui untuk
selanjutnya dilakukan perbaikan. Pengawasan proses produksi harus
dilakukan secara terus-menerus untuk menghindari penyimpangan hasil
produksi yang tidak sesuai dengan ukuran, kualitas, bentuk ataupun
spesifikasi lain yang telah direncanakan.
c) Pengendalian kualitas produk akhir
Pengendalian kualitas produk akhir harus diawasi sejak keluar
dari proses produksi hingga tahap pembungkusan, penyimpanan, dan
penyaluran ke konsumen. Pemeriksaan hasil produk jadi dilakukan untuk
mengetahui apakah produk sudah sesuai dengan rencana ukuran, kualitas,
bentuk atau spesifikasi lainnya. Pemasaran produk harus dilakukan
dengan berusaha menampilkan produk yang berkualitas. Hal ini hanya
dapat dilakukan bila produk akhir dilakukan pengecekan kualitas agar
produk yang rusak/cacat tidak sampai ke tangan konsumen. Penggunaan
pembungkus yang cocok dan baik dilakukan untuk menjaga kualitas
produk yang dihasilkan.
2. Statistical Quality Control (SQC)
Pengendalian kualitas statistik pertama kali dipublikasikan dan
dikenal masyarakat pada tahun 1924 oleh Dr. Shewhart, ilmuwan
laboratorium Bell. Dr. Shewhart bersama rekan-rekannya terus
mengembangkan diagram-diagram pengendalian selama 1920-1930.
Teknik-teknik yang dikembangkan mempermudah perkirakan proses
penyediaan barang-barang produksi dan sifatnya lebih konsisten. Kajian
statistik dasar memberikan pemahaman bahwa bila suatu barang di
produksi maka output-nya akan serupa (similiar), tapi tidak sama
(identical). Variasi menjadi sesuatu yang dianggap wajar dan normal
terjadi, karena tidak ada dua benda yang benar-benar sama dan didalamnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14
selalu terdapat variasi. Dr. Shewhart juga menerangkan suatu variabilitas
dapat berada didalam batas yang ditentukan dan berada diluar batas
tersebut. Pengendalian kualitas secara statistik dapat digunakan pada
proses penerimaan material/bahan baku atau pada pengendalian proses
produksi (Prihantoro, 2012).
Menurut Dhingra (2016) pengendalian kualitas statistik
memungkinkan pengukuran dan evaluasi kinerja dalam suatu proses untuk
meningkatkan kualitasnya. Cara ini digunakan untuk mendukung
pengambilan keputusan organisasi. Manfaat melakukan pengendalian
kualitas statistik menurut Assauri (2004) adalah:
a. Pengawasan (control), dalam statistical control mengharuskan syarat-
syarat kualitas pada situasi dan kemampuan prosesnya harus dipelajari
sampai detail. Hal ini dimaksudkan ketika proses penyelidikan/analisis
tidak mengalami kesulitan baik dalam spesifikasi maupun dalam
prosesnya.
b. Biaya-biaya pemeriksaan, dikarenakan statistical quality control
dilakukan dengan cara mengambil beberapa sampel dan menggunakan
sampling techniques, maka hanya sebagian saja dari hasil produksi
untuk diperiksa. Hal ini membantu dalam penurunan biaya-biaya
pemeriksaan.
Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) adalah
alat yang berguna menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi sejak
awal hingga akhir proses. Gangguan muncul dalam prosesnya dan
bersifat tidak terduga. Gangguan tidak terduga relatif kecil maka
dianggap sebagai gangguan yang masih bisa diterima atau berada di batas
toleransi perusahaan. Gangguan relatif besar dianggap gangguan tidak
dapat diterima perusahaan. Tujuan utama pengendalian statistik adalah
untuk menyelidiki dengan cepat sebab-sebab terjadinya kesalahan dan
dilakukan tindakan perbaikan sebelum terlalu banyak produk cacat yang
diproduksi. Gangguan yang terjadi bisa dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15
mesin/alat produksi yang digunakan, human error, dan bahan baku yang
tidak sesuai standar (Yamit, 2004).
Tujuh alat dalam pengendalian kualitas statistik atau disebut
seven tools sebagai berikut:
1. Check Sheet
Lembar periksa atau check sheet digunakan untuk mencatat
kegiatan atau kejadian dengan susunan yang sudah dipersiapkan
dahulu. Lembar periksa memudahkan dalam pengumpulan data dan
menyajikannya dalam bentuk komunikatif sehingga dapat dikonversi
menjadi informasi. Menurut Jatmiko (2009), lembar periksa
merupakan alat pokok pertama dalam rangka peningkatan mutu
sebagai alat bantu dalam pengumpulan data. Lembar periksa belum
memberikan arti apa-apa bila tidak diikuti dengan alat bantu yang
untuk di analisis. Biasanya tiap bagian atau seksi dalam perusahaan
memiliki lembar periksa sendiri-sendiri dan isi serta bentuknya sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan dibagian tersebut.
2. Histogram
Histogram adalah salah satu bentuk diagram batang yang
digunakan secara luas serta yang paling mudah dipahami. Histogram
menggambarkan distribusi frekuensi yang dinyatakan dalam bentuk
deretan batang-batang (Mason, 1996). Histogram memudahkan dalam
membaca data karena berbentuk grafik batang yang menunjukkan
frekuensi distribusi atau seberapa sering suatu nilai itu terjadi dalam
kegiatan pengambilan data.
3. Diagram Sebar (Scatter plot)
Diagram sebar merupakan suatu alat interpretasi data yang
digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua
variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut,
apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan. Hubungan ini dapat
berupa linear, curvilinear, eksponensial, logaritmik, kuadrat,
polinomial dan lain-lain. Jika hasil korelasi dari diagram scatter kuat,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16
berarti ada hubungan yang kuat antara masalah dan sebab yang
mempengaruhi. (Hariastuti, 2013).
4. Control Chart/ Peta Kendali
Ariani (2005), menjelaskan bahwa peta kendali/control chart
dibagi kedalam dua golongan menurut jenis datanya, yaitu data
variabel, merupakan data yang menunjukkan sejauh mana
penyimpangan dari standar proses terjadi dan data atribut adalah data
yang menunjukkan karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan
atau persentase kesalahan suatu proses. Peta kendali digunakan untuk
membantu mendeteksi adanya penyimpangan dengan cara
menetapkan batas-batas kendali:
a. Batas kendali atas (Upper Control Limit)
Merupakan garis batas kendali atas untuk suatu
penyimpangan yang masih dapat ditoleransi;
b. Garis pusat atau garis tengah (Central Line)
Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya
penyimpangan dari karakteristik sampel; dan
c. Batas kendali bawah (Lower Control Limit)
Merupakan garis batas kendali bawah untuk suatu
penyimpangan dari karakteristik suatu sampel.
Diagram kontrol digunakan untuk mengukur rata-rata, variabel
dan atribut. Variabel berhubungan dengan rata-rata dan besarnya
deviasi serta untuk mengetahui terjadinya variasi proses. Pengukuran
terhadap variabel berguna dalam pengawasan operasi yang sedang
berjalan. Pengukuran atribut berhubungan dengan besarnya presentase
produk yang ditolak dan penting dalam acceptance sampling
(Nasution, 2005). Jenis-jenis peta kendali yaitu:
a) Peta kendali proporsi
Peta kendali proporsi kesalahan (�̅�-chart) adalah salah satu
contoh jenis peta kendali atribut. Peta kendali proporsi kesalahan
(�̅�-chart) digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17
dihasilkan masih dalam batas yang telah ditentukan. Bila sampel
yang digunakan dalam observasi jumlahnya berubah-ubah maka
peta kendali proporsi dapat digunakan. Perubahan dalam
banyaknya sampel yang diambil menyebabkan perubahan dalam
batas-batas pengendali meskipun garis pusatnya tetap
(Ariani, 2005).
b) Peta kendali c
Menurut Grant (1991), peta kendali atribut c–chart adalah
peta kendali untuk ketidaksesuain (kecacatan) barang dimana
besarnya subgroup sama. Contoh penerapan c–chart adalah jumlah
ketidaksesuaian permukaaan yang diamati dalam lembaran yang
dilapisi seng atau yang dicat pada daerah tertentu, jumlah
ketidaksempurnaan permukaan dalam selembar film foto, jumlah
kerusakan pada titik-titik lemah dalam isolasi pada panjang tertentu
kawat.
c) Peta kendali rata-rata x̄
Menurut Nasution (2005), membuat diagram kontrol rata-
rata x̄ dapat digunakan sifat distribusi sampling rata-rata x̄. Sifat
terpenting distribusi adalah bahwa rata-rata x̄ berdistribusi normal
untuk ukuran sampel n cukup besar dengan rata-rata µ dan
simpangan baku 𝜎
√𝑛 . Pengawasan kualitas sering digunakan
sampel-sampel berukuran 4 atau 5 karena distribusi x sudah
mendekati distribusi normal.
d) Peta kendali rentang R
Diagram kontrol rentang r biasanya digunakan untuk
pengontrolan kualitas menggunakan dispersi, sebab sering pula
proses produksi berubah bukan saja dalam rata-rata tetapi dalam
dispersi. Jika dikehendaki pengontrolan kualitas mengenai rata-rata
dan dispersi dari proses, maka dapat digunakan diagram kontrol
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18
rata-rata x̄ dan diagram kontrol rentang R sekaligus
(Nasution, 2005).
5. Diagram Pareto
Diagram pareto merupakan alat bantu statistik yang fokus pada
sejumlah masalah kecil, tetapi masalah tersebut mampu memberikan
dampak yang besar bagi proses produksi yang sedang berlangsung.
Menurut Prihantoro (2012), fungsi diagram pareto adalah untuk
mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama peningkatan
kualitas. Kategori masalah diidentifikasikan sebagai masalah utama
dan masalah yang tidak penting. Prinsip pareto adalah 80% masalah
(ketidaksesuaian atau cacat) disebabkan oleh 20% penyebab.
Diagram pareto membantu pihak manajamen untuk secara cepat
menemukan masalah yang kritis dan membutuhkan perhatian
secepatnya sehingga dapat segera diambil kebijakan untuk
mengatasinya.
Diagram pareto dapat dipergunakan sebagai alat interpretasi,
untuk menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-
masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada dan
memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui
membuat ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab
dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan (Ariani 2003). Diagram
pareto mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan
rangking tertinggi hingga terendah. Diagram pareto juga dapat
mengidentifikasi masalah yang paling penting yang mempengaruhi
usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam
mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan
masalah.
6. Stratifikasi
Stratifikasi merupakan teknik mengelompokkan data kedalam
kategori-kategori tertentu, agar data dapat menggambarkan
permasalahan secara jelas sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19
lebih mudah diambil. Kategori-kategori yang dibentuk meliputi data
relatif terhadap lingkungan, sumber daya manusia yang terlibat, mesin
yang digunakan dalam proses, bahan baku, dan lain-lain
(Tjiptono dan Anastasia, 2003).
7. Diagram Fishbone
Diagram cause and effect atau diagram sebab akibat adalah alat
yang membantu mengidentifikasi, memilah, dan menampilkan
berbagai penyebab yang mungkin dari suatu masalah atau
karakteristik kualitas tertentu. Diagram ini menggambarkan hubungan
antara masalah dengan semua faktor penyebab yang mempengaruhi
masalah tersebut. Jenis diagram ini kadang‐kadang disebut diagram
“Ishikawa" karena ditemukan oleh Kaoru Ishikawa atau diagram
“fishbone” atau “tulang ikan" karena tampak mirip dengan tulang
ikan.
Menurut Agung (2014), langkah-langkah untuk menyelesaikan
permasalahan dengan menggunakan diagram sebab-akibat adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah.
Menuliskan permasalahan yang dihadapi (apa
permasalahannya, kapan, dan dimana hal itu terjadi, siapa saja yang
terlibat didalamnya).
b. Pencarian kendala utama.
Selanjutnya mengidentifikasi faktor-faktor apa yang
memberikan kontribusi dalam permasalahan tersebut (personel
yang terlibat, sistem, peralatan, bahan atau materi, kondisi
eksternal, dan sebagainya).
c. Mengidentifikasi penyebab yang memungkinkan terjadinya
masalah.
Berdasarkan langkah kedua, penyebab yang mungkin telah
terungkap dapat digambarkan sebagai garis yang lebih kecil dari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20
tulang ikan yang sudah ada sebelumnya, jika penyebab itu besar
atau kompleks, sebaiknya dilakukan subcauses.
d. Lakukan analisis dengan diagram perusahaan.
Dengan ketiga langkah diatas, perusahaan telah
mendapatkan diagram yang menunjukkan keseluruhan
kemungkinan penyebab yang telah terpikirkan. Tergantung dari
kompleksitas dan tingkat pentingnya permasalahan tersebut,
selanjutnya perusahaan dapat menginvestigasi penyebab-penyebab
yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur
penyelidikan, mengadakan survey dan lain-lain.
Yamit (2004), menjelaskan bahwa diagram sebab-akibat
menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan
hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah, dan akhirnya
digunakan sebagai pedoman dalam tindakan perbaikan. Penyebab
masalah dapat berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode
kerja, bahan, karyawan, lingkungan, dan seterusnya. Manfaat
diagram sebab-akibat antara lain:
a. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan
perbaikan kualitas produk, lebih efisien dalam penggunaan
sumber daya, dan dapat mengurangi biaya.
Material
Masalah
Mesin
Lingkungan Metode
Manusia Material
Gambar 1. Diagram Fishbone
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21
b. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang
menyebabkan ketidaksesuaian produk dan keluhan pelanggan.
c. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang
direncanakan.
d. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan
dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan
perbaikan.
Menurut Rao, et.al. (1996) dalam Saifuddin (2008) dalam
memudahkan pengelompokan penyebab, terdapat beberapa kategori
utama yang umum digunakan. Kategorisasi yang utama dalam proses
produksi disebut juga sebagai “4M”, yaitu manpower (tenaga kerja),
machine (mesin), material (bahan baku) dan methode (metode).
Sedangkan untuk jasa, layanan, atau proses administratif,
kategorisasi yang umum dipakai adalah “4P” yaitu people (orang),
plant and equipment (lingkungan kerja dan peralatan), policies
(kebijakan) dan procedures (prosedur).
Menurut Prawirosentono (2007) terdapat enam unsur dasar
yang dapat mempengaruhi hasil (output), antara lain:
a. Manusia
Manusia merupakan unsur utama yang memungkinkan
terjadinya proses penambahan nilai (value added). Manusia dalam
melaksanakan suatu tugas membutuhkan kemampuan (ability),
pengalaman, pelatihan (training), dan potensi kreativitas yang
beragam. Adanya kemampuan tersebut membuat manusia
memperoleh hasil atau output sebagai bukti nyata pelaksanaan
suatu tugas.
b. Metode
Metode meliputi prosedur kerja di mana setiap orang harus
melaksanakan kerja/tugas sesuai dengan yang dibebankan pada
masing-masing individu. Metode tersebut harus merupakan
prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22
tugasnya secara efektif dan efisien. Setiap orang dapat
menerjemahkan tugas-tugasnya secara berbeda satu sama lain
asalkan pekerjaaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai rencana.
c. Mesin
Mesin menjadi salah satu unsur yang berpengaruh dalam
proses penambahan nilai menjadi output. Mesin merupakan
peralatan pendukung dalam pembuatan suatu produk. Penggunaan
mesin akan memungkinkan berbagai variasi dalam bentuk,
jumlah, dan kecepatan proses penyelesaian kerja.
d. Material
Bahan baku diproses akan menghasilkan nilai tambah
menjadi output. Keragaman bahan baku yang digunakan akan
mempengaruhi nilai output yang beragam pula. Perbedaan bahan
baku bahkan dapat menyebabkan perbedaan proses
pengerjaannya.
e. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja sangat mempengaruhi hasil atau kinerja
proses produksi. Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat
menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.
3. Kualitas
Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2007), mutu adalah kreasi
dan inovasi berkelanjutan yang dilakukan untuk menyediakan produk atau
jasa yang memenuhi atau melampaui harapan para pelanggan, dalam usaha
untuk terus memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Selanjutnya,
Peppard dan Rowland dalam Haming dan Nurnajamuddin (2007),
menyatakan bahwa mutu memiliki 2 dimensi yang berbeda dan harus
dibedakan, yaitu konsistensi dan kapabilitas. Konsistensi berkaitan dengan
derajat kesesuaian secara berkelanjutan dari produk atau jasa yang
dihasilkan dengan spesifikasi yang diharapkan para pelanggan. Sedangkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23
kapabilitas produk berkaitan dengan derajat kemampuan suatu produk atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan
Menurut Mengesha, et.al (2013) kualitas merupakan salah satu
faktor keputusan yang paling penting dalam pemilihan produk. Oleh karena
itu, kualitas mengarah pada kesuksesan bisnis, pertumbuhan, dan
peningkatan daya saing, serta memperbaiki lingkungan kerja. Selain itu,
pembuatan kualitas produk dapat melibatkan anggota organisasi, seperti
karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan dan membawa pengembalian
investasi yang substansial. Studi dan analisis kualitas harus ditujukan untuk
memahami, memenuhi, melebihi, dan melampaui kebutuhan serta harapan
pelanggan.
Karakteristik kualitas produk sifatnya multidimensional, karena
produk dapat memberikan kepuasan dan nilai kepada konsumen dengan
banyak cara. Karakteristik produk yang bersifat kuantitatif seperti berat,
panjang, dan waktu penggunaan dapat ditentukan dengan mudah.
Sedangkan untuk karakteristik seperti daya tarik produk sifatnya kualitatif.
Tiga pakar kualitas tingkat internasional memiliki persepsi yang berbeda
mengenai pengertian kualitas. Pertama, W. Edwards Deming
mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Kedua, Philip B. Crosby mengartikan kualitas sebagai
nihil cacat, kesempurnaan, dan kesesuain terhadap persyaratan. Ketiga,
Joseph Juran mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian terhadap
spesifikasi (Yamit, 2004).
Kualitas selalu berfokus pada kepuasan pelanggan (customer
focused quality). Menurut Gaspersz (2003), produk-produk didesain,
diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan. Kualitas
mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan,
suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila
sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta
diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar. Kualitas juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24
dapat diartikan sebagai perubahan terus menerus sehingga dikenal istilah Q-
MATCH (Quality = Meets Agreed Terms and Changes).
4. Kualitas Madu
Kualitas madu dapat dilihat dari beberapa uji kualitas madu seperti
uji kadar air, gula total, dan keasaman. Madu yang dipanen harus memiliki
kadar air di bawah 22% dan kadar keasaman dengan nilai maksimal 50 ml
NaOH/kg. Enzim diatase yang baik dalam madu minimal 3%. Enzim
diatase merupakan enzim alami yang dihasilkan lebah madu (SNI, 2004).
Tinggi rendahnya kadar air dalam madu umumnya dipengaruhi oleh
iklim, pengelolaan saat panen, dan jenis nektar yang dikumpulkan oleh
lebah. Menurut Budiwijono (2008), tingginya kadar air dalam madu
menyebabkan madu mudah terfermentasi oleh khamir dari genus
Zygosaccharomyces. Khamir akan mendegradasi gula menjadi alkohol.
Alkohol yang bereaksi dengan oksigen, akan membentuk asam bebas seperti
asam asetat dan asam oksalat yang dapat mempengaruhi kadar keasaman,
rasa, dan aroma madu.
Madu murni umumnya memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh
lebah madu (Apis sp.) dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian
dari tanaman lain (ekstra floral). Syarat madu murni menurut Badan Standar
Nasional Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25
Tabel 3. Persyaratan Mutu Madu
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
A Uji Organoleptik
1 Bau Khas madu
2 Rasa Khas madu
B Uji Laboratoris
1 Aktifitas enzim diastase DN min 3*)
2 Hidroksimetifurfural (HMF) mg/kg maks 50
3 Kadar air %b/b maks 22
4 Gula pereduksi (dihitung sebagai
glukosa)
%b/b min 65
5 Sukrosa %b/b maks 5
6 Keasaman ml
NaOH/kg
maks 50
7 Padatan tak larut dalam air %b/b maks 0,5
8 Abu %b/b maks 0,5
9 Cemaran logam
9.1 Timbal (Pb) mg/kg maks 2,0
9.2 Cadmium (Cd) mg/kg maks 0,2
9.3 Merkuri (Hg) mg/kg maks 0,03
10 Cemaran Arsen mg/kg maks 1,0
11 Kloramfenikol tidak terdeteksi
12 Cemaran mikroba
12.1 Angka lempeng total (ALT) koloni/g <5x103
12.2 Angka paling mungkin (APM)
koliform
APM/g <3
12.3 Kapang dan khamir koloni/g <1x101
CATATAN = Persyaratan ini berdasarkan pengujian setelah madu dipanen
Sumber: Badan Standarisasi Nasional SNI 3545:2013
Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan 12 kriteria atau acuan produsen
atau perusahaan madu dalam memproduksi madu. Standar Nasional
Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi
Nasional dan berlaku secara nasional. Standar nasional Indonesia untuk
madu ini merupakan revisi dari SNI 3545:2004. Standar ini menetapkan
persyaratan mutu, pengambilan contoh, cara uji, higiene, penandaan dan
pengemasan untuk madu.
5. Lebah Madu
Menurut Sarwono (2005), lebah merupakan serangga yang dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang hidup soliter dan yang hidup
secara berkoloni. Yang hidup secara bersoliter lebih banyak jenisnya. Lebah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26
berkoloni adalah lebah yang hidup bersama dalam suatu kelompok besar
dan membentuk masyarakat. Setiap anggotanya tidak bisa dipisahkan dari
anggota lainnya. Adapun klasifikasi lebah adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthopoda (binatang beruas)
Sub phylum : Mandibulata
Class : Insecta
Sub class : Pterygota
Ordo : Hymenoptera
Sub ordo : Clistrogastra
Superfamily : Apoidea
Family : Bombidae (lebah biasa), Maliponidae (lebah madu tanpa
sengat), Apidae (lebah madu)
Spesies : Apis mellifera
Lebah madu yang dikenal masyarakat Indonesia ada empat jenis,
yaitu Apis indica/Apis cerana, Apis mellifica/Apis mellifera, Apis dorsata,
dan Apis trigona. Jenis lebah madu yang banyak dipelihara/diternakkan oleh
masyarakat adalah jenis Apis indica dan Apis mellifera. Apis indica pada
umumnya dikenal sebagai lebah unduan, lebah lalat, tawon laler (Bahasa
Jawa), lebah gula, lebah sirup atau lebah kecil. Lebah Apis indica ada yang
dipelihara (diternakkan) dan ada juga yang hidup liar. Lebah Apis indica
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari lebah mellifera dan sifatnya
juga agak ganas. Produksi madunya tidak begitu banyak, yaitu sekitar 6-12
kilogram setiap tahun untuk satu koloni lebah. Lebah ini cukup banyak
dipelihara di desa-desa dengan menggunakan sistem gelodok yang
tempatnya terbuat dari batang pohon kelapa yang dibelah dua dan biasanya
diletakkan di dahan pohon yang ada di sekitar rumah. Lebah Apis indica ada
yang hidup liar di rongga-rongga pohon atau di dahan-dahan pohon besar
yang terlindung dari terik sinar matahari dan hujan, ada juga yang hidup di
atap rumah-rumah tua yang sudah tidak dihuni (Warisno, 1996).
Lebah madu memiliki badan yang beruas-ruas dan tiap ruas saling
berhubungan. Ruas-ruas ini disebut dengan segmen yang dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27
membedakan antara kepala, dada, dan gembung (perut). Seluruh badannya
ditumbuhi bulu yang biasa disebut rambut. Tubuh lebah ditutupi bulu-bulu
halus yang berguna untuk menangkap serbuk sari yang diperoleh dari
bunga. Serbuk sari yang terkumpul disisihkan ke wadah khusus yang
terdapat di tungkai belakang. Mulutnya berbentuk tabung panjang yang
dipakai untuk menghimpun nektar yang disimpan dalam lambung madu
(tembolok), yaitu bagian usus yang dapat mengembung (Sarwono, 2005).
Lebah madu adalah insekta sosial yang hidup selalu dalam keluarga
besar yang disebut koloni lebah. Setiap sarang dihuni oleh satu koloni.
Keunikan koloni lebah ialah mempunyai sifat polimorfisme, yaitu
anggotanya memiliki keunikan anatomis, fisiologis, dan fungsi biologis
yang berbeda satu golongan dengan golongan yang lain. Satu koloni lebah
hanya terdapat satu ratu, beberapa ratus lebah jantan, beberapa puluh ribu
lebah pekerja, ditambah penghuni dalam bentuk telur, larva dan pupa
(Sihombing, 2015).
6. Madu
Madu adalah cairan manis yang berasal dari nektar tanaman yang
diproses oleh lebah menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah.
Sejak ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ini, madu telah dikenal
sebagai salah satu bahan makanan atau minuman alami yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan. Madu memiliki manfaat dalam berbagai
aspek, antara lain dari segi pangan, kesehatan, dan kecantikan. Madu sering
digunakan sebagai bahan pemanis dan campuran saat mengkonsumsi
minuman. Selain itu, madu sering pula digunakan untuk obat-obatan
(Akbar, 2015).
Menurut Ardi (2013) berdasarkan sumber bunga (nectar), madu
dibedakan menjadi 2, yakni madu monofloral dan multifloral. Madu yang
berasal dari satu jenis tanaman, misal madu randu dan madu kelengkeng.
Madu randu adalah madu yang dihasilkan oleh lebah yang mengkonsumsi
nektar dari tanaman randu. Madu kelengkeng adalah madu yang dihasilkan
oleh lebah yang mengkonsusmi nektar tanaman kelengkeng. Madu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28
monofloral berasal dari satu jenis nektar atau didominasi oleh satu nektar.
Madu multifloral adalah madu yang berasal dari berjenis-jenis tanaman,
sebagai contoh madu hutan dari lebah yang mendapatkan nectar dari
beberapa jenis tanaman.
Madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek koligemik
yakni asetilkolin. Asetilkolin berfungsi untuk melancarkan peredaran darah
dan mengurangi tekanan darah. Gula yang terdapat dalam madu akan
terserap langsung oleh darah sehingga menghasilkan energi secara cepat bila
dibandingkan dengan gula biasa. Khasiat berupa madu bunga nektar dapat
dilihat pada Tabel 4.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29
Tabel 4. Khasiat Jenis Madu Nektar
Jenis Madu Khasiat
Madu Randu - Meningkatkan daya tahan tubuh
- Menyembuhkan sariawan
- Menyembuhkan luka bakar
- Memperlancar fungsi otak
Madu Kelengkeng - Meningkatkan daya tahan tubuh
- Memperlancar urin
- Memperkuat fungsi ginjal
- Mempercepat penyembuhan luka operasi
- Memperlancar fungsi otak
- Menyembuhan luka bakar
Madu Kopi - Meningkatkan daya tahan tubuh
- Menyembuhkan anak susah tidur
- Memperlancar fungsi otak
- Meyembuhkan luka bakar
Madu Multiflora - Meningkatkan daya tahan tubuh
- Menyembuhkan darah tinggi/rendah
- Menyembuhkan reumatik
- Memperlancar fungsi otak
- Meyembuhkan luka bakar
Sumber: Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2003
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa madu mempunyai
beberapa manfaat untuk kesehatan manusia. Madu dapat dijadikan obat
yang menyembuhkan manusia. Petunjuk ilmiah ini sebenarnya ada dalam
Al-Quran, surat An Nahl ayat 68-69:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah; “ buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit dan ditempat-tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah
dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu)”. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu)
yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat
tanda-tanda bagi orang yang memikirkan”
Madu dapat dikelompokan berdasarkan asal polennya menjadi madu
NP (natural pollen) dan madu PS (pollen substitute). Madu NP atau yang
sering disebut madu alami umumnya tersusun atas 17,1% air, 82,4%
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30
karbohidrat (38% fruktosa, 31% glukosa, 12,9% gula lain), 0,5% protein,
asam amino, senyawa fenolik, vitamin, asam organik, dan berbagai mineral.
100 gr madu mengandung 294 kalori, 9,5 gr karbohidrat, 24 gr air, 16 gr
fosfor, 5 gr kalsium, dan 4 gr vitamin C (Sarwono, 2005).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
PT. Madu Pramuka adalah salah satu perusahaan yang bergerak dan
memiliki kegiatan usaha di industri perlebahan. PT Madu Pramuka
menawarkan berbagai jenis madu murni yang dikemas dalam botol ukuran
100 ml, 350 ml dan 600 ml. Produk madu dengan ukuran botol 350 ml
memiliki cacat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran botol lain.
Kecacatan yang sering terjadi adalah madu yang meledak, madu yang
merembes, dan volume madu yang kurang. Tingginya tingkat kerusakan
tersebut membuat PT. Madu Pramuka Batang harus lebih memperhatikan
kualitas produk madu yang diproduksinya guna dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan pelanggan serta tetap dapat bersaing dengan produsen-
produsen madu lainnya.
Pengendalian kualitas produk madu menjadi salah satu upaya untuk
memperhatikan produksi sehingga tingkat kerusakan produk dapat dikurangi
dan produk yang dijual dapat memenuhi kepuasan pelanggan. Pengendalian
kualitas yang dapat dilakukan oleh PT. Madu Pramuka salah satunya dengan
metode Statistical Quality Control (SQC). Pengendalian kualitas statistik
merupakan metode pengendalian kualitas yang menerapkan metode statistik
dengan menentukan jenis kerusakan/cacat yang terjadi, jumlah cacat, dan
menentukan kerusakan yang utama atau dominan. Berdasarkan uraian diatas
dapat disusun kerangka pemikiran ditampilkan pada Gambar 2.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Produk Sesuai Produk Cacat
Analisis pengendalian kualitas
menggunakan Statistical Quality
Control (SQC), antara lain:
1. Check Sheet
2. Histogram
3. Peta Kendali Proporsi/
Control p̄ Chart
4. Diagram Pareto
5. Diagram Fishbone
Faktor yang
diamati:
1. Manusia
2. Metode
3. Mesin
4. Lingkungan
Rekomendasi/usulan perbaikan
Analisis Kerusakan Produk
1. Jenis kerusakan yang
terdapat pada Madu
Pramuka
2. Penentuan kerusakan
utama madu kemudian
menjadi prioritas
perbaikan
3. Faktor-faktor penyebab
kerusakan madu.
4. Tindakan perbaikan yang
dapat dilakukan PT. Madu
Pramuka untuk
mengendalikan kerusakan
madu.
Dijual ke
Konsumen
PT. Madu Pramuka
Proses Produksi Madu
Pemeriksaan Hasil Produksi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32
D. Pembatasan Masalah
1. Objek yang diteliti adalah madu kapuk, madu royal jelly, kelengkeng,
super, multiflora, rambutan, karet, kaliandra, dan hutan dengan ukuran
botol 350 ml.
2. Pengumpulan data jumlah produksi dan kerusakan produk dilakukan dari
tanggal 8 Desember 2017-13 Januari 2018.
3. Analisis data menggunakan check sheet, histogram, peta kendali proporsi,
diagram pareto, dan diagram sebab akibat (fishbone).
4. Alternatif pemecahan masalah yang terjadi dalam pengendalian kualitas
pada PT. Madu Pramuka didapatkan dari hasil FGD (Forum Group
Discussion)
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Atribut
1. Check sheet (lembar periksa) berupa tabel yang berisi nomor sampel,
tanggal tiap sampel, jumlah produksi Madu Pramuka, jenis, dan jumlah
kerusakan yang terjadi dan presentase kerusakan.
2. Diagram pareto berupa grafik batang yang membantu menunjukkan
masalah yang paling dominan yang terjadi di PT. Madu Pramuka dengan
menghitung kerusakan kumulatif dari masing-masing kerusakan.
3. Diagram sebab-akibat (fishbone) menunjukkan faktor penyebab terjadinya
kerusakan di PT. Madu Pramuka. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
manusia, alat dan mesin, metode dan lingkungan. Usulan perbaikan
diberikan kepada PT. Madu Pramuka setelah mengetahui faktor-faktor
penyebab kerusakan.
4. Histogram berbentuk diagram batang yang berguna untuk memudahkan
membaca jenis dan jumlah kecacatan dari checksheet.
5. Karakteristik madu yang rusak adalah madu yang memiliki kriteria madu
yang meledak, madu merembes, dan volume madu yang kurang.
6. Lingkungan alam menjadi faktor penting dalam mempengaruhi kualitas
madu. Lingkungan alam yang mempengaruhi kerusakan madu yaitu
kelembaban dan curah hujan yang tinggi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33
7. Lingkungan kerja yang mempengaruhi kerusakan madu adalah tempat
produksi yang kurang nyaman.
8. Manusia/karyawan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kerusakan karena dalam bekerja karyawan kurang teliti, fokus dan hati-
hati serta rasa bosan karena pekerjaan yang monoton.
9. Mesin yang digunakan dalam produksi madu adalah dehumidifier.
Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kadar air pada madu.
10. Metode yang menyebabkan kerusakan pada PT. Madu Pramuka
disebabkan karena belum adanya Standard Operating Procedure (SOP)
yang tertulis.
11. Peta kendali proporsi menunjukkan kerusakan yang terjadi di PT. Madu
Pramuka apakah terjadi penyimpangan dari batas pengendalian yang
ditetapkan atau tidak dengan menetapkan garis pusat, batas kendali atas
dan batas kendali bawah peta kendali.
12. Statistical quality control (SQC) merupakan metode pengendalian kualitas
yang menerapkan metode statistik dengan menentukan jenis kerusakan/
cacat yang terjadi, jumlah cacat, dan menentukan kerusakan yang terjadi
masih berada di batas kontrol atau tidak serta merumuskan tindakan
perbaikan untuk PT. Madu Pramuka Batang.