ii. landasan teori a. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/16170/17/bab ii.pdf · tipe merger...
TRANSCRIPT
7
II. LANDASAN TEORI
A. Signaling theory
Menurut Wolk, et al. (2001) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan
menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya
asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan
tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada
pengguna laporan keuangan.
,Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang
sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui
laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi
konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip
ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan
8
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva
yang tidak overstate.
Menurut Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh
kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan.
Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi
yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan.
Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang
dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan
tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang
yang dimiliki.
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agen), pemilik
(principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan
menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk
memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi
keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agen), perlu mendapatkan
opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan
keuangan (Jama’an, 2008).
B. THE MODERN THEORY OF CORPORATE CONTROL
Teori ini menjelaskan kegiatan perusahaan berupa merger dan akuisisi yang
marak pada sekitar tahun 1980-an. Makalah pertama yang menjelaskan
tentang phenomena teori modern dari control perusahaan dibuat oleh Bradley
9
(1980), yang mempelajari performa penawaran harga saham perusahaan yang
menjadi target pengambilalihan . Dalam penelitiannya Bradly menemukan bahwa
perusahaan - perusahaan yang menjadi target meningkat sekitar 30% segera begitu
penawaran dibuka, dan akan tetap pada posisi sekitar itu sampai proses akuisisi ini
benar-benar terjadi atau dibatalkan. Dalam penelitiannya juga ditemukan
bahwa, jika tidak ada hal yang mengejutkan atau hal - hal baru, 51% dari
target shares akan kembali ke harga normal/awal segera setelah
pengambilalihan selesai.
Yang menjadi hal penting dalam hasil ini adalah bagaimana motivasi dari manager yang
menawar perusahaan ketika mereka mengumumkan pengambilalihan
penawaran. Berdasarkan penelitian Bradly, kebanyakan observers
mengasumsikan bahwa penawaran perusahaan memerlukan taruhan
mayoritas untuk “menjarah” mengambil keuntungan sebesar-besarnya setelah
pengambilalihan diumumkan. Temuan Bradley menjadi inkonsisten
berdasarkan penjelasan ini. Jelas sekali penawar yang berhasil tidak menjarah
perusahaan karena hal ini dikarenakan harga bagian yang tidak dijual terlalu
jauh jaraknya dengan harga mereka sebelum harga penawaran. Dilain pihak,
sejak harga dari bagian yang tidak dijual jatuh, penjual akan menawarkan
sejak pengambilalihan selesai. Para penawar menderita capital loss pada
bagian yang mereka beli dari pada untung.
Kontribusi terbesar Breadly adalah pada penjelasan ini. Dalam model
teorinya diasumsikan bahwa manager perusahaan penawar akan mengumumkan
tender penawaran awal dalam upaya mengontrol aset dan operasi dari target
10
perusahaan yang sedang berjalan. Ketika control selang penawaran dari
target, yang baru, strategi operasi bernilai tinggi akan diimplementasikan dan
perusahaan penawar akan mendapatkan profit dari pengontrolan target yang
efesien. Sepertinya memang teori ini tidak cukup revolusioner, tetapi
implikasinya terhadap keuntungan ekonomi dari pasar yang tidak terbatas dan
karena hal itu memberikan penjelasan observasi prilaku dalam pasar dengan
baik.
C. Merger
Merger berasal dari kata “mergere” ( latin ) yang arti nya ( 1 ) bergabung
bersama, menyatu, berkombinasi ( 2 ) menyebabkan hilang nya identitas
karena terserap atau tertelan sesuatu. Istilah merger sendiri bisa dipakai
secara luas untuk menggambarkan penggabungan suatu objek. Bedasarkan
terminologi dapat didefenisikan bahwa merger adalah penggabungan dua
usaha atau lebih perusahaan yang kemudian ada satu perusahaan yang tetap
hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan
aktivitasnya atau bubar.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 22 mendefinisikan
merger sebagai bentuk dari penggabungan usaha, yang merupakan penyatuan
dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena
satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali
atas aset dan operasi perusahaan lain. Dalam PSAK nomor 22 ini dinyatakan
bahwa penggabungan usaha dapat mengakibatkan terjadinya legal merger.
11
Suatu legal merger biasanya merupakan merger dua badan usaha melalui
salah satu cara berikut :
1. Aset dan kewajiban dari suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain
dan perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan.
2. Aset dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan dialihkan ke
perusahaan baru dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan
tersebut dibubarkan.
Menurut Pemerintah RI No. 27 tahun 1998, Merger adalah perbuatan hukum
yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri
dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang
menggabungkan diri menjadi bubar. Merger adalah salah satu bentuk absorsi
atau penyerapan yang dilakukan oleh satu perusahaan terhadap perusahaan
yang lain. Pada sebagian kasus merger, perusahaan yang memiliki ukuran
yang lebih besar yang dipertahankan hidup dan tetap memepertahankan nama
dan status hukumnya. Sedangkan perusahaan yang berukuran kecil atau
perusahaan yang di merger akan menghentikan aktivitas atau dibubarkan
sebagai badan hukum. Pihak yang menerima pengalihan dinamakan surviving
firm. Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya
merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya akan
memiliki ukuran yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari
merger firm akan dialihkan kepada surviving firm. Pemegang saham atau
pemilik dari merged firm akan tetap memiliki saham perusahaan hasil merger
(surviving firm) melalui pertukaran atau penggantian saham, kecuali jika
12
saham tersebut diperjual belikan dipasar modal, maka harga yang disepakati
didasarkan pada harga pasar masing-masing saham.
Gambar 2.1 Skema Merger
1. Tipe Merger
Tipe Merger Secara umum merger / penggabungan usaha dapat dibagi
menjadi empat kelompok (Sartono, 2001) :
a. Merger Horisontal
Merger horisontal terjadi bila suatu perusahaan menggabungkan diri
dengan perusahaan yang ada pada satu jenis usaha yang sama. sebuah
perusahaan telekomunikasi melakukan merger dengan perusahaan
telekomunikasi lainnya, dimana sekarang ini yang sedang hangat
diperbincangkan adalah merger antara perusahaan XL dengan Axis
dimana kedua perusahaan memiliki usaha dalam bidang yang sama
yaitu penyedia jasa telekomunikasi.
b. Merger Vertikal
Merger vertikal terjadi bila sebuah perusahaan melakukan
penggabungan dengan perusahaan yang masih memiliki keterkaitan
Bank Danamon
Bank Duta
Bank Danamon
13
dengan usahanya. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan penghematan
biaya operasi karena perusahaan memiliki akses langsung ke hulu
maupun hilir usaha. Contohnya adalah ketika sebuah perusahaan
pengecoran baja melakukan penggabungan usaha dengan suppliernya.
Atau bisa juga sebuah perusahaan pengolahan hasil pertambangan
melakukan merger dengan perusahaan distributor dan pemasarannya.
c. Merger Eksistansi Pasar
Merger dan eksistensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua
atau lebih perusahaan untuk secara bersama – sama memperluas area
pasar. Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan
pemasaran bagi produk masing – masing perusahaan. Merger eksistensi
pasar biasanya dilakukan oleh perusahaan – perusahaan lintas negara
dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar.
d. Merger Kongeneric
Merger Kongeneric adalah penggabungan dua usaha yang sejenis tetapi
mempunyai produk yang berbeda. Contoh sebuah perusahaan komputer
melakukan merger dengan perusahaan software, dua perusahaan
memiliki bidang usaha yang sama yaitu dalam bidang teknologi tetapi
mereka memproduksi barang yang berbeda.
e. Merger Konglomerat
Merger Konglomerat yaitu penggabungan usaha dari dua atau lebih
industri yang sama sekali tidak terkait. Contoh perusahaan
pertambangan membeli perusahaan real estate.
14
D. Akuisisi
Kata akuisisi menurut Moin (2003) berasal dari kata acquisito (Latin) dan
aquistion (Inggris), makna harafiah akuisisi adalah membeli atau
mendapatkan sesuatu atau objek untuk ditambahkan pada sesuatu atau objek
yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi dalam terminologi dapat diartikan
akuisisi merupakan suatu bentuk pengambilalihan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan
dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambilalih
tetap berdiri sebagai badan hukum yang terpisah. Bila ditinjau menurut PSAK
(2004) No. 22 mendefinisikan akuisisi dari prespektif akuntansi, yaitu
akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu
perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva
netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau
sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perseroan tersebut. Merger dan akuisisi merupakan
dua bentuk praktek penggabungan, yaitu penyatuan dua perusahaan atau lebih
yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena perusahaan menyatu
dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi
perusahaan lain.
15
Pengedalian
Gambar2.2 Skema Akuisisi
1. Tipe Akuisisi
Tipe Akuisisi secara umum dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Akuisisi saham, terjadi ketika pemilik saham (target) menjual
sahamnya kepada pembeli/ pengakuisisi. Pada peristiwa ini, biasanya
dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan negoisasi dan penawaran
dengan pihak manajemen atau dewan direksi perusahaan target dan
selanjutnya perusahaan yang diakuisisi akan menjadi perusahaan anak
dimana kewajiban atau hutang target yang ada ditanggung oleh
pemilik baru.
b. Akuisisi Aset, dapat dilakukan dengan membeli sebagian atau
keseluruhan aktiva atau aset perusahaan lain, dimana kewajiban atau
hutang target yang ada ditanggung oleh perusahaan target. Jika
pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini
dinamakan akuisisi parsial.
PT semen Gresik
PT SemenPadang
PT SemenPadang
PT semen Gresik
16
E. Motif melakukan merger dan akuisisi
Pada prisip nya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi.
Motif ekonomi berkaita dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk
meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Termasuk motif ekonomi adalah motif untuk mencapai
sinergi dan motif untuk mencapai posisi strategis. Motif strategis
dimaksudkan untuk membangun keunggulan kompetitif jangka panjang
perusahaan yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan nilai perusahaan
atau meningkat kemakmuran pemegang saham. Disisi lain, motif non
ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada keinginan subjektif atau
ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan. Hanya alasan yang
bersifat ekonomis dan rasional yang bisa diterima sehingga aktivitas merger
dan akuisisi dapat dipertanggungjawabkan. Secara garis besar motif merger
dan akuisisi sebagai berikut :
1. Motif ekonomi. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan
jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh
sebab itu seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan
untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Motif sinergi. Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan
melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi
merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang
lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan
sebelum merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi
17
aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen - elemen
perusahaan yang bergabung. Pengaruh sinergi dapat timbul dari empat
sumber, yaitu: (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala
ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2)
Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah
dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan
efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih
efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah
merger dan (4) Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya
persaingan (Brigham dan Houston, 2001).
3. Motif diversifikasi. Diversifikasi adalah strategi perkembangan bisnis yang
dapat dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk
mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan
posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin
jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor
yang mendukung kompetensi inti (core competence).
4. Motif non-ekonomi Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan
bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang
bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi
dapat berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.
a. Hubris Hypothesis menyatakan bahwa merger dan akuisisi sematamata
didorong oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif
perusahaan.
18
b. Ambisi pemilik untuk menguasai berbagai sektor industri. Perusahaan-
perusahaan tersebut akan membentuk konglomerasi di bawah kendali
perusahaan induk.
F. Event Study
Studi peristiwa menyelidiki respon pasar terhadap kandungan informasi dari
suatu pengumuman atau publikasi peristiwa tertentu. Kandungan informasi
dapat berupa berita baik (good news) atau berita buruk (bad news). Hipotesis
pasar efisien memprediksikan bahwa pasar akan memberikan respon pasar
positif untuk berita baik, dan respon negatif untuk berita buruk. Respon pasar
tersebut tercermin dari abnormal return positif (berita baik) dan abnormal
return negatif (berita buruk). Jika pasar meragukan kebenaran suatu
informasi, maka akan terjadi respon yang terlambat atau terdahulu karena ada
investor yang lebih menunggu hingga waktu tertentu. Studi peristiwa
berusaha mendeteksi respon pasar terhadap suatu peristiwa yang
dipublikasikan. Respon pasar tergantung dari kandungan informasi yang
melekat dalam suatu peristiwa yang diduga berdampak pada aliran kas
perusahaan dimasa mendatang.
Pengujian respon pasar terkait dengan hipotesis efisiensi informasi (kecepatan
respon pasar) dan hipotesis efisiensi keputusan (ketepatan respon pasar).
Kecepatan respon pasar disini bearti reaksi pasar bersifat segera dan serentak,
artinya abnormal return (signifikan) hanya terjadi pada satu atau dua spot
19
waktu seputar pengumuman peristiwa. Abnormal return (signifikan) yang
terjadi pada semua spot waktu diseputar pengumuman peristiwa
mengindikasikan pasar bereaksi berkepanjangan dan justru menunjukkan
tidak efisien, karena terdapat pelaku pasar yang bereaksi terlalu cepat atau
terlalu lambat terhadap suatu informasi. Sebaliknya, bila tidak terdapat
abnormal return pada semua spot waktu di seputar pengumuman peristiwa
menunjukkan bahwa pasar tidak bereaksi atau tidak mempercayai kandungan
informasi sari suatu peristiwa yang diumumkan. Ketepatan respon pasar
terkait dengan apakah pasar bereaksi dengan benar. Ini di indikasikan dengan
arah respon pasar bersifat positif atau negatif. Indikator tersebut tampak dari
abnormal return positif untuk good news dan abnormal return negatif untuk
bad news. Reaksi pasar secara benar hanya terjadi bila investor memiliki
pengetahuan yang benar tentang suatu peristiwa sehingga ia dapat membuat
keputusan yang benar (tepat).
G. Merger dan Akuisisi dalam Undang-Undang Antimonopoli
Secara ekspisit undang - undang ini melanggar merger dan akuisisi yang
berakibat terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Hal
ini dapat diambil pula pengertian bahwa sepanjang merger dan akuisisi tidak
berakibat pada terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
maka merger dan akuisisi diperbolehkan. Mengenai hal ini pasal 28 undang-
undang antimonopoli menyebutkan sebagai berikut:
20
(Ayat 1) Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan
badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
(Ayat 2) Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham
perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
(Ayat 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengabungan atau peleburan badan
usaha yang dilarang sebagaimana dimaksud ayat (1), dan ketentuan mengenai
pengambilalihan saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
diatur dalam pemerintah.
Pasal 28 diatas dilanjutkan dengan pasal 29 sebagai berikut:
(Ayat 1) penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan
saham sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 yang berakibat nilai aset dan
atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada
komisi, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan,
peleburan, atau pengambilalihan tersebut.
(Ayat 2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta
tata cara pemberitahuan sebagaimana diaksud ayat (1), diatur oleh
pemerintah.
H. Reaksi Pasar
Reaksi pasar adalah segmentasi mengelompokkan pembeli berdasarkan pada
pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu
21
produkuatu pasar akan bereaksi apabila di dalam pengumuman tersebut
memiliki kandungan informasi. Jika pengumuman mengandung informasi,
maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat
keuntungan yang diukur dengan menggunakan harga saham.
1. Harga Saham
Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada perseroan terbatas
yang telah listed di bursa efek, dimana saham tersebut telah beredar ( out
standing securities ). Harga saham dapat juga didefenisikan sebagai harga
yang dibentuk dari interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang
dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan.
Harga saham penutupan ( closing price ) yaitu harga yang diminta oleh
penju al atau harga perdagangan terakhir untuk suatu periode. Secara
umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh
perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya.
(Abdul Halim,2005:31).
Dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang
dipergunakan. Pertama, bila harga pasar saham melampaui nilai instrinsik
saham, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi).
Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dihindari atau dilakukan
penjualan saham karena kondisi seperti ini pada masa yang akan datang
kemungkinan besar akan terjadi koreksi pasar. Kedua, apabila harga pasar
saham sama dengan nilai instrinsiknya maka harga saham tersebut dinilai
22
wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. Pada kondisi demikian,
sebaiknya pelaku pasar tidak melakukan transaksi pembelian maupun
penjualan saham yang bersangkutan. Ketiga, apabila harga pasar saham
lebih kecil dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut dikatakan
undervalued (harganya terlalu rendah). Bagi para pelaku pasar, saham
sebaiknya tetap dimiliki, karena besar kemungkinan dimasa yang akan
datang akan terjadi lonjakan harga saham.
I. Penelitian terdahulu
1. Studi Zbigniew Korzeb (2014)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh informasi
tentang ekonomi dan keuangan Masalah pemegang saham strategis pada
nilai pasar bank umum yang beroperasi di Polandia sektor perbankan.
Analisis ini melibatkan empat belas kasus tersebut dari tahun 2007-2014.
Hasil jelas menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan dasar-dasar
pengoperasian bank komersial di Polandia untuk menjadi sangat padat.
Masalah pemegang saham strategis menyebabkan hanya sedikit
penyusutan efek bank 'dikutip di Bursa Efek Warsawa pada periode
langsung setelah publikasi informasi. Investor memutuskan bahwa
masalah perusahaan induk tidak mungkin mengancam stabilitas bank
beroperasi di sektor perbankan Polandia.
2. Studi Putri Novaliza dan Atik Djajanti (2013)
23
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah merger dan akuisisi
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan publik di Indonesia. Kinerja
diukur dengan rasio keuangan dan return saham. Penelitian ini dilakukan
di sebuah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
melakukan merger dan akuisisi pada tahun periode pengamatan tahun
2004 sampai 2011. Rasio keuangan adalah 1 tahun sebelumnya dan
dibandingkan dengan 4 tahun berturut-turut setelah merger dan akuisisi.
Periode jendela untuk pengembalian saham 5 hari sebelum dan 5 hari
setelah merger dan akuisisi. Uji statistik yang digunakan adalah parametrik
paired sample t. Hasil uji rasio keuangan, untuk perbandingan 1 tahun
sebelum dan 4 tahun berturut-turut setelah merger dan akuisisi hampir
semua menyiratkan bahwa kinerja keuangan tidak berubah secara
signifikan kecuali pengembalian total aset rasio tahun sebelumnya dari 1 -
4 tahun setelah merger dan akuisisi. Penelitian ini juga diperkuat dengan
kembalinya pada periode 5 hari jendela. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam return saham
perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
3. Studi Ayse Altiok-Yilmaz (2011)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari Merger
dan Akuisisi (M & A) penawaran terhadap kinerja pengakuisisi Turki
perusahaan. Sebanyak 62 perusahaan yang terlibat dalam M & A
penawaran antara 2003 dan 2007 termasuk dalam sampel. Analisis kedua
pasar saham dan data akuntansi lemah mendukung hipotesis bahwa
perusahaan pengakuisisi secara negatif dipengaruhi oleh kegiatan M & A.
24
4. Studi Rahadiani Wiriastari (2010)
Merger dan akuisisi merupakan informasi penting bagi para pemegang
saham Pengumuman merger atau akuisisi yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan akan mempengaruhi harga saham perusahaan yang diakuisisi
atau perusahaan target. Merger dan Akuisisi ini mempunyai tujuan
untuk menguji dampak yang timbul akibat merger dan akuisisi
perusahaan. Reaksi mereka tergantung dari pengumuman awal. Reaksi
para pemegang saham inilah yang digunakan untuk mengukur
abnormal return. Perusahaan sampel yang di uji di sini adalah 23
perusahaan dari berbagai jenis industri yang berbeda - beda yang
melakukan merger dan akuisisi selama periode 2004 - 2008. Hipotesa
yang diajukan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan
abnormal return 20 hari sebelum pengumuman dan 20 hari setelah
pengumuman. Pengujian ada tidaknya abnormal return dilakukan
dengan independent sample t test. Dari hasil pengujian diperoleh hasil
yang kurang memuaskan yaitu kecilnya pengaruh signifikan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa uji yang dilakukan selama 20 hari sebelum
dan 20 hari sesudah periodenya terlalu pendek sehingga banyak yang
tidak signifikan.
5. Studi Nike Astria (2009)
Komposisi Dari Penelitian adalah untuk Menguji Perbedaan costs
terbenam Keuangan Penelitian ini merupakan studi peristiwa yang
bertujuan untuk menunjukkan bagaimana reaksi pasar modal atas
pengumuman merger dan akuisisi dengan menggunakan indikator
25
abnormal return. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.
Periode penelitian yaitu tahun 2006- 2008 sedangkan periode peristiwanya
sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman merger dan
akuisisi. Alat statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test
membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan abnormal return pada
periode sebelum-sesudah peristiwa. Berdasarkan hasil pengujian, dapat
disimpulkan bahwa pengumuman merger dan akuisi merupakan kabar baik
bagi pelaku pasar untuk berinvestasi di Pasar modal sehingga tujuan dari
merger dan akuisisi untuk menghasilkan sinergi dapat tercapai.
J. Perbedaan Penelitian
Perbedaan penelitian ini dengan judul Pengaruh Merger dan Akuisisi
terhadap Reaksi Pasar. Reaksi pasar diukur dengan harga saham. Objek
penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi yang
terdaftar di bursa efek selama tahun 2011 - 2014. Penelitian ini menggunakan
teknik sampel purposive sampling dan teknik analisis Eviews. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Merger dan Akuisisi dan variabel
dependennya adalah Reaksi Pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
secara empiris pengaruh merger dan akuisisi terhadap reaksi pasar perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi yang terdaftar di BEI.
26
K. Kerangka Pikir
Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada
perusahaan lain.
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer
untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui
laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi
konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip
ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar - besarkan laba dan
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva
yang tidak overstate. Teori ini melandasi dengan persaingan usaha yang
semakin ketat, menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi
agar perusahaan dapat bertahan atau berkembang lebih besar. Untuk menjadi
perusahaan yang besar dan kuat dapat dicapai salah satunya adalah melalui
ekspansi usaha.
Ekspansi perusahaan ada dua macam, yaitu internal dan eksternal. Ekspansi
internal terjadi pada saat divisi - divisi dalam perusahaan tumbuh melalui
kegiatan penganggaran modal yang normal. Sedangkan ekspansi eksternal
dilakukan pada saat perusahaan bergabung dengan perusahaan lain. Dengan
mempertimbangkan berbagai keuntungan (manfaat) dan kerugian
27
(kelemahan) dari aktivitas penggabungan usaha, pada saat ini semakin banyak
perusahaan yang memutuskan untuk melakukan ekspansi eksternal, dengan
melakukan berbagai bentuk penggabungan usaha, yaitu dengan merger dan
akuisisi. Keputusan perusahaan untuk merger dan akuisisi tersebut
diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap reaksi pasar yang
dilihat dari harga saham. Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir tersebut
dapat digambarkan dengan bagan di bawah ini :
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
L. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas perumusan masalah yang
diajukan. Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha1: Pengumuman Merger berpengaruh signifikan terhadap Reaksi
Pasar.
Theory signaling
Merger dan Akuisisi
Reaksi Pasar
28
Ho1: Pengumuman Merger berpengaruh tidak signifikan terhadap Reaksi
Pasar.
Ha2: Pengumuman Akuisisi berpengaruh signifikan terhadap Reaksi
Pasar.
Ho2: Pengumuman Akuisisi berpengaruh tidak signifikan terhadap
Reaksi Pasar.